Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS POKOK AJARAN AGAMA HINDU & BUDHA

DALAM PRESPEKTIF SEJARAH KESATUAN AGAMA


Disusun Oleh : Kelompok 1

Dea Risma Wati (2031050135), Khoirul Anwar (2031050168), Piki Pratama


(2031050180), Rahma Amalia (2031050083), Sinta (2031050209)

Disampaikan Sebagai Tugas Kelompok, Mata Kuliah : Sejarah Sosial Islam dengan
Dosen Pengampun Fisman Bedi, S.Ag.,MM.,M.Si

PENDAHULUAN

Agama Hindu Buddha merupakan satu rumpun agama dan berasal dari
daerah yang sama, yaitu India. Sehingga memiliki corak, budaya serta ritual
keagamaan yang terkandung dalam kedua agama ini memiliki beberapa per -
samaan, diantaranya ialah menjadi agama tertua di Indonesia. Namun
meskipun memiliki beberapa kesamaan kedua tetaplah berbeda karena kedu -
anya adalah dua agama yang berbeda dan berdiri masing-masing dengan
pandangan serta ajaran teologinya sendiri. Hindu dan Buddha bukanlah
merupakan sekte atau aliran dari satu agama yang sama meskipun pada
dasarnya agama Buddha muncul sebagai reaksi terhadap ajaran agama
Hindu, namun agama Buddha nampaknya hanya menyerap sebagian dan ke -
mudian mengembangkannya menjadi ajarannya sendiri yang berbeda den -
gan agama Hindu. Hal ini mungkin karena baik saat kemunculannya
maupun saat agama Buddha berkembang, ajaran agama Buddha banyak
menerima pengaruh dari luar seperti ajaran filsafat, budaya, perkembangan
serta kemajuan masyarakat, perubahan dalam pola berfikir dalam mema -
hami berbagai fenomena dimasyarakat dan banyak lagi faktor lainnya
sehingga agama Buddha menjadi sosoknya sendiri yang berbeda dari
Hindu yang merupakan akar atau cikal bakal lahirnya agama ini. Sehingga
keduanya baik agama Hindu maupun Buddha memiliki beberapa perbedaan
yang cukup besar.
PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Hindu

Agama Hindu muncul pertama kali di India. Agama Hindu ini terbentuk
dari campuran antara India asli (Bangsa Dravida) dengan agama atau keper -
cayaan bangsa pendatang (Bangsa Arya). Bangsa Dravida adalah bangsa yang
sudah memiliki suatu peradaban yang tinggi. Sebelum kedatangan bangsa
Arya, bangsa Dravida sudah memiliki kota-kota yang besar, yang dibangun
menurut rencana yang sudah diadakan terlebih dahulu dan jalan-jalan yang
besar. Bangsa Dravida juga sudah dapat membuat kapal untuk berdagang,
hidup dari pertanian, cinta damai dan tidak mengenal kasta-kasta. Berbeda
dengan bangsa Arya yang peradabannya belum dapat dikatakan tinggi. Pada
hakikatnya bangsa Arya adalah peternak. Baru ketika mereka sudah menetap
diam di India, mereka belajar bercocok tanam dari bangsa Dravida, sehingga
lambat laun mereka juga menjadi petani. Di India agama Hindu sering disebut
“Sanata Dharma” atau agama yang kekal, atau juga disebut “Waidika
Dharma” yaitu agama yang berdasarkan kitab-kitab suci Weda.

Secara garis besar perkembangan agama Hindu dapat dibedakan men -


jadi tiga tahap yaitu :

 Tahapan pertama sering disebut dengan zaman Weda, yang dimulai den -
gan masuknya bangsa Arya di Punjab hingga munculnya agama Budha.
Pada masa ini dikenal adanya tiga periode agama yang disebut dengan pe -
riode tiga agama penting (tiga agama besar). Ketiga periode ini adalah pe -
riode ketika bangsa Arya masih berada di daerah Punjab (1500 – 1000
SM.)

 Tahapan kedua adalah tahapan atau zaman agama Budha, yang mempunyai
corak yang sangat lain dari agama Weda. Zaman agama Budha ini diperki -
rakan berlangsung antara 500 SM - 300 M.

 Tahapan ketiga adalah apa yang dikenal sebagai zaman agama Hindu
berlangsung sejak 300 M. hingga sekarang.
B. Perkembangan Ajaran Agama Hindu

Perkembangan ajaran agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia


yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai
ke Indonesia. Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun
Masehi. Hal ini dapat diketahui dengan diketemukannya tujuh buah Yupa pen -
inggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu dida -
patkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu, yang
menyatakan bahwa “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan
Yadnya oleh raja Mulawarman”. Masuknya agama Hindu di Indonesia menim -
bulkan perubahan yang besar, misalnya berakhirnya zaman pra sejarah In -
donesia. Perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang
memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab suci Weda dan juga munculnya
kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah.

Di samping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkem -


bang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukan tujuh buah prasasti
yakni prasasti Ciaruteum, Kebon kopi jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu
dan Lebak. Dari prasasti-prasasti itu didapatkan keterangan yang menye -
butkan bahwa “Raja Purnawarman adalah raja Tarumanegara beragama Hindu.
Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan
dengan tapak kaki Dewa Wisnu”. Bukti lain yang diketemukan di Jawa Barat
adalah adanya perunggu di Cebuaya, yang menggunakan atribut Dewa Siwa
dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data
tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu
dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Esa.

Agama Hindu kemudian berubah-ubah namanya menurut tempat dan ke -


mauan umatnya untuk menyebutnya. Seperti agama Hindu Bali maksudnya:
mula-mula diartikan sebagai agama Hindu yang dianut di Bali atau orang dari
Bali yang beragama Hindu. Begitu pula lalu dijumpai nama Hindu Jawa dan
lain-lain yang dapat dijelaskan sama. Ada pula yang menyebutnya agama
Tirta (air) karena seara linguistik Hindu juga berarti air (Sindu) atau Sindu
sungai. Air itu bukan dimaksudkan sembarangan air tetapi air suci sebab
Hindu juga berarti suci.
C. Kitab Suci Agama Hindu

Agama Hindu termasuk agama tertua usianya, meskipun termasuk


agama kuno agama Hindu mempunyai ajaran keagamaan yang tertulis dalam
kitab-kitab sucinya yang disebut Weda atau Weda Samhita yang berarti
pengumpulan Weda. Kata Weda berasal dari Wid berarti “tahu”. Weda dapat
diartikan pengetahuan suci; yaitu teks-teks yang ditulis sekitar 1500 tahun di -
pakai oleh agama Hindu sebagai kitab suci.

Menurut tradisi Hindu kitab-kitab ini ialah buah ciptaan Dewa Brahma
sendiri. Isinya diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para resi atau para pen -
deta dalam bentuk mantera-mantera, yang kemudian disusun sebagai puji-pu -
jian oleh para resi sebagai pernyataan rasa hatinya. Pada waktu bangsa Arya
memasuki India meraka telah mempunyai kitab Weda tersebut. Mantera-man -
tera tadi disusun lalu dibukukan menjadi empat bagian atau Samhita
(pengumpulan). Keempat Samhita tersebut ialah :

1.) Rig Weda, berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan un -


tuk mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban yang
dipersembahkan kepada mereka (dewa-dewa).

2.) Yazur Weda, kitab ini mengandung ayat-ayat prosa yang dibaca oleh para
pendeta ketika menyerahkan korban-korban.

3.) Sama Weda yang berisi tentang melodi-melodi atau hymne-hymne yang
dinyanyikan oleh pendeta-pendeta yang bertugas dalam upacara pemujaan dan
korban.

4.) Atharva Weda, terpandang Samhita paling belakangan sekali,

berisikan himpunan mantera-mantera, guna-guna, nyanyian-nyanyian perkaw -


inan, disertai perbahasan filosofis dan theologies.
Bahasa yang digunakan dalam kitab Weda adalah bahasa yang digu -
nakan oleh mereka yang menerima wahyu dan para resi yang menerima wahyu
itu menggunakan bahasa Sanskerta. Bahasa yang dipopulerkan oleh Maharsi
Panini, yang menulis sebuah kitab tata bahasa yang terkenal dengan nama As -
tadhyayi, yang terdiri dari adhyaya atau bab yang mencoba mengemukakan
bahwa bahasa yang digunakan dalam Weda adalah bahasa dewa-dewa yang
dikenal dengan Daivivak yang artinya bahasa atau sabda Devata. Pada abad
kedua sebelum Masehi ada tokoh lain yang berjasa merintis tata bahasa
Sanskerta adalah Maharsi Patanjali yang menulis kitab Bhasa. Dengan
pengembangan yang pesat para ahli Sanskerta membedakan 3 kelompok, yaitu
:

1.) Bahasa Sanskerta Veda (Vedic Sanskrit) yakni bahasa Sanskerta yang di -
gunakan dalam Weda, umumnya jauh lebih tua dibandingkan dengan bahasa
Sanskerta yang kemudian digunakan dalam berbagaiu Sanskerta Hindu seperti
dalam Istihasa, Purana, Dharmasastra.

2.) Bahasa Sanskerta Klasik (Classical Sanskrit) yaitu bahasa Sanskerta yang
digunakan dalam susastra Hindu seperti Istihasa (Ramayana dan Mahabarata),
Purana (Mahapurana dan Upapurana), Smrti (kitab-kitab hukum/Dharmasas -
tra).

3.) Bahasa Sanskerta Campuran, bahasa yang digunakan oleh para ahli di In -
donesia dengan menamai Sanskerta kepulauan.14

D. Ajaran Agama Hindu


Setiap agama yang ada dan berkembang di muka bumi ini, bertitik tolak
dari kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Banyak hal yang men -
dorong kita harus percaya terhadap Tuhan itu dan berlaku secara alami.
Adanya gejala atau kejadian dan keajaiban di dunia ini, menyebabkan keper -
cayaan kita semakin mantap, bahwa semuanya itu pasti ada sebab dan mus -
ababnya. Sebab-sebab yang terakhir adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan -
lah yang mengatur semua ini, Tuhan pula sebagai penyebab pertama segala
yang ada. Begitu pula dalam agama Hindu, ada lima pokok ajaran yang harus
diyakini kebenarannya, sebagai satu kebenaran yang mutlak yang disebut
Panca Sradha atau sering disebut Sradha Dharma Sradha yaitu lima keper -
cayaan yang wajib diyakini oleh umat Hindu. Panca Sradha inimerupakan
dasar keimanan agama Hindu dan menjadi pedoman hidup dalam perjalanan
menuju Moksa.

Adapun kelima macam keyakinan dan kepercayaan dalam Panca


Sradha :

1.) Percaya terhadap adanya Brahman (Sang Hyang Widhi). Sang


Hyang ini adalah Ia yang kuasa atas segala yang ada, tidak ada yang luput
dari kekuasaannya. Ia sebagai Pencipta, sebagai Pemelihara dan Pelebur alam
semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan
pertengahan dari segala yang ada.

2.) Percaya Adanya Atman Atman adalah percikan kecil dari Paratman
(Hyang Widhi/Brahman). Atman di dalam badan manusia disebut jiwatman,
yang menyebabkan manusia itu hidup.

3.) Percaya adanya Hukum Karmaphala yaitu segala gerak atau aktivitas yang
dilakukan, disengaja atau tidak baik atau buruk, benar atau salah, disadari
atau di luar kesadaran kesemuanya itu disebut “karma”. Ditinjau dari segi
ethimologinya, kata karma berasalah dari kata “kr” (bahasa Sansekerta) yang
artinya bergerak atau berbuat. Karma dapat diartikan segala perbuatan manu -
sia ketika hidup di dunia. Menurut hukum sebab akibat, maka segala sebab
pasti akan membuat akibat.

4.) Purnabhawa berarti kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga


penitisan kembali (reinkarnasi) atau Samsara. Di dalam Weda disebutkan
bahwa “Penjelmaan jiwatman yang berulang-ulang di dunia ini atau di dunia
yang lebih tinggi disebut Samsara.” Kelahiran yang berulang-ulang ini mem -
bawa akibat suka dan duka. Samsara atau Purnabhawa ini terjadi oleh karena
jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan dan kematian akan diikuti oleh
kelahiran.

5.) Percaya adanya Moksa, sebagaimana tujuan agama Hindu yang tersurat
di dalam Weda, yakni “Moksartham jagadhitaya ca iti dharma”, maka Moksa
merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa ialah kebebasan dari

E. Sejarah Agama Buddha

Agama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke 6 SM. Agama itu
namanya berasal dari panggilan yang diberikan kepada pembangunnya Sid -
harta Gautama yang dipanggil dengan sebutan Buddha. Panggilan itu berasal
dari akar kata bodhi (hikmat), yang di dalam tashrif selanjutnya menjadi bud -
dhi (nurani) dan menjadi buddha (yang beroleh nur). Oleh sebab itulah sebu -
tan Buddha pada selanjutnya diperoleh dari berbagai pengertian sebagai
berikut: yang sadar dan yang cemerlang dan yang memperoleh cahaya
terang.1 Dan juga ada yang mengartikan bangun yaitu bangun dari dalam ke -
sesatan dan keluar ditengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Buddha
adalah orang yang mendapat pengetahuan dengan tidak mendapat wahyu dari
Tuhan dan bukan dari seorang Guru.

Siddharta Gotama lahir pada tahun 623 SM di India Utara, dan mening -
gal dunia pada usia 80 tahun (543 SM). Beliau lahir sebagai putra mahkota
kerajaan Kapilavatthu pada waktu itu, sekarang terletak dekat perbatasan In -
dia dengan Nepal. Hidup beliau diwarnai dengan kesenangan dan kemewahan
sebagai putra mahkota tunggal. Istri beliau adalah Yosadhara, dan memiliki
putra tunggal bernama Rahula.

F. Sumber - Sumber Ajaran Agama Buddha

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa agama Buddha adalah agama


yang timbbul dari ajaran kerohanian yang dianjarkan oleh Sidharta Gautama.
Ajaran tersebut disampaikan melalui khotbah-khotbahnya. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat diketahui bahwa sumber ajaran agama Buddha adalah
perkataan atau Khotbah-khotbah dari sang Buddha. Pada jaman sekarang,
khotbah-khotbah dari Sidharta Gautama tersebut telah tersusun dalam kitab
Tripitaka.

Kitab suci agama Buddha pada masa sekarang dinamakan Tripitaka. Se -


cara harfiah tripitaka dapat diartikan tiga keranjang.4 Nama tripitaka ini erat
hubungannya dengan proses tersusunnya kitab tersebut, penulisan kitab Tripi -
taka dilaksanakan setelah konsili yang diadakan di Srilangka, 400 tahun sete -
lah wafatnya Buddha. Tripitaka ini ditulis dalam bahasa pali, di atas daun
lontar. Bagian pertama, kedua dan ketiga kitab suci agama Buddha tersebut
Tripitaka. Menjelang penyusunan Tripitaka sekitar tahun 453 S.M di kota Ra -
jgraha berhimpun sekitar 500 orang rahib dipimpin oleh Rsi Maha Kasapa.
Mereka berhimpun dengan tujuan untuk menghimpun,menyusun dan mem -
bukukan ajaran-ajaran dari Sidharta Gautama.

Kitab Tripitaka ini terdiri dari tiga macam kitab besar, dan dibagi men -
jadi kitab-kitab kecil anatara lain :

1. Sutta Pitaka

Sutta Pitaka adalah kitab Agama Buddha yang memuat sebagian dari
Khotbah Sidharta. Isinya merupakan ajaran tentang tatacara medhitasi, di -
ungkapkan dalam bentuk dajak, kata kiasan, sair, kata butiara dan lain-lain,
yang berkaitan dengan ajaran samadhi.

2. Vinaya Pitaka

Vinaya Pitaka adalah kitab suci agama Buddha yang memuat bagian
khotbah Sidharta Gautama. Kitab ini memuat tata aturan tentang kehidupan
anggota biara (para Bikkhu dan Bikkhuni) yang dipersiapkan untuk menjadi
seorang pemimpin agama. Isinya memuat 227 macam peraturan-peraturan ten -
tang tata aturan kehidupan para Bikkhu dan Bikkhuni, termasuk sejarah
berdirinya biara-biara Buddha.

3. Abhidhamma Pitaka

Kitab Abhidhamma Pitaka adalah bagian dari Tripitaka yang isinya


memuat ajaran tentang filsafat tinggi yang mendukung kebenaran abadi di -
mana antara lain memuat tentang hakiki yaitu: Citta, Cetasika, Rupa dan Nib -
bana.

G. Pokok-Pokok Ajaran Agama Buddha

Pokok-pokok ajaran agama Buddha yang ada hubungannya langsung


dengan judul skripsi ini diantaranya adalah :

1. Ajaran Catur Arya Satyani

Pokok ajaran sang Buddha terletak pada empat kesunyatan mulia (Catur
Arya Satyani). Isinya memuat empat tahapan yang harus ditempuh oleh manu -
sia agar dapat terlepas dari dukkha (penderitaan).

2. Ajaran Hasta Arya Marga

Ajaran Hasta Arya Marga merupakn jalan untuk memadamkan nafsu.


Ajaran ini sangat berhubungan erat dengan Catur Arya Satyani, karena Hasta
Arya Marga merupakan penjabaran Catur Arya Satyani yang keempat jalan
menuju lenyapnya penderitaan. Ajaran tentang Catur Arya Satyani dan Hasta
Arya Marga diajarkan oleh Sidharta Gautama dalam waktu yang bersamaan,
yaitu ketika ia menyampaikan Khotbah pertama di taman Isanapana Benares

3. Ajaran tentang sangha

Istilah Sangha berasal dari bahasa sangsekerta, artinya jemaat agama


Buddha. Kemudian istilah tersebut teserap kedalam bahasa indonesia, dengan
tanpa mengalami perubahan makna. Sangha juga dapat dikatakan persekutuan
dan himpunan para rahib dalam agama Buddha.18 Rahib jugaa dapat diartikan
sebagai pemimpin agama Buddha. Golongna para Rahib dinamakan golongan
para Bikkhu yang membentuk perkumpulan tersendiri dengan nama Sangha.

PENUTUPAN
Agama Hindu – Budha memiliki kesamaan yang cukup banyak, di an -
taranya fakta bahwa kedua agama ini tumbuh dan berkembang pertama kali di
India. Selain itu, agama hindu – budha merupakan agama tertua di dunia.
Samaadhi dalam kedua agama ini adalah merupakan sebuah ibadah yang harus
di jalani setiap pemeluk agama tersebut. Samaadhi dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri semua hal yang sifatnya negatif kemudian mengarahkannya
menuju kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama – agama Besar. Jakarta : Golden Terayon Press,
1986.
Binroh Hinbud Disbintalad. Pokok – pokok Ajaran Hindu Dharma, Jakarta : Markas Besar
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dinas Pembinaan Mental. 1993.
Departemen Agama RI. Buku Pendidikan Agama Hindu Budha untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta : Hanoman Sakti. 1996.
Djmain`annuri. Agama Kita : Perpektif Agama – agama. Yogyakarta : Karunia Islam
Semesta, 2020.

Anda mungkin juga menyukai