Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUME

PEMIKIRAN AL-FARABI DALAM PERKEMBANGAN


FILSAFAT ISLAM
Dosen pengempu:Bapak Agus Defrianto M. Ag

Nama :M. Khoirul anwar


Kelas :A
Prodi :Sosiologi agama
Nmp :2031090168

FAKULTAS USHULUDIN
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, semoga salawat dan salam
dilimpahkan sebanyak-banyaknya kepada rasul yang termulia, Nabi Muhamad Ibnu
Abdullah. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
Makalah“Pemikiran Filsafat Al-Farabi” guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Islam”
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Pemikiran Filsafat Al-Farabi,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai referensi. Telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan Materi ini. Unutk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalampembuatan
Materi ini.
Namun tidak lepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami.

PEMBAHASAN
Mengkaji filsafat Islam tidak semudah membalikan tangan, ia sarat dengan muatan
teologis dan historis. Secara historis, tarik-menarik kepentingan bahwa orintasi filsafat
itu berasal dari Yunani atau dari Islam adalah fakta yang tidak bisa dihindari. Begitu pula,
dalam tataran teologis, penerimaan filsafaat kerap berbenturan antara keimanan dan
pemikiran liberal filsafat.
Ssaling mengklaim antara ilmuan Barat dan Islam menjadi lembaran panjang filsafat,
misalnya Oliver Leaman yang berpendapat bahwa filsafat Yunani sebenarnya pertama
kali diperkenalkan kepada dunia lewat karya-karyanya terjemahan bahasa Arab, lalu ke
dalam bahasa Yahudi dan baru kemudian dalam bahasa Latin atau langsung dar bahasa
Arab ke bahasa Latin. Berbeda dengan Al-Farabi yang berpendapat bahwa filafat berasal
dari Irak terus ke Mesir dan ke Yunani, kemudian diteruskan ke Syiria dan sampai ke
tangan orang-orang Arab.
Dalam tradisi filsafat, agar bisa sampai pada suatu makna yang esensi dari suatu hal,
seseorang harus melakukan penjelajahan secara radikal, logis dan serius. Itulah
sebabnya, Aristoteles memberikan komentar, “Apabila hendak menjadi seorang filsuf,
Anda harus berfilsafat dan apabila tidak menjadi seorang filsuf, Anda harus
berfilsafat”.Adapun dalam makalah ini penulis akan membahas biografi Al-Farabi dan
Pemikiran filsafat Al-Farabi.

B. Biografi Al-Farabi
Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tharkan Ibn
Auzalagh. Ia lahir di wasij. Distrik Farab (sekarang dikenal dengan kota
Atrar/Transoxiana) Turkinistan pada tahun 257 H (870M). Ayahnya seorang jendral
berkebangsaan Persia, dan Ibunya berkebangsaan Turki[1]. Di kalangan orang-orang
Latin Abad Tengah, Al-Farabi lebih dikenal sebagau Abu Nasrh (Abunaser), sedangkan
sebutan nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farab. Tempat ia dilahirkan[2].
Untuk memulai karir dalam pengetahuannya, ia hijrah dari negerinya ke kota Baghdad,
yang pada waktu itu disebut sebagai kota ilmu pengetahuan. Dia belajar selama kurang
lebih dua puluh tahun. Ia betul-betul memanfaatkan untuk menimba ilmau
pengetahuan kepada: Ibnu Suraj untuk belajar tata bahasa Arab, Abu Bisyr Matta Ibnu
Yunus untuk belajar ilmu mantiq (logika)
Dari Baghdad Al-Farabi mencba pergi ke Harran sebgai salah satu pusat kebudayaan
Yunani di Asia Kecil. Disana ia berguru dengan Yohana Ibnu Hailan, namun tidak lama
kemudian, ia meninggalkan kot ini untuk kembali ke kota Baghdad. Di sini kembali
mendalami filsafat. Ia juaga mampu mencapai ahli ilmu mantiq (logika), kemudia ia
mendapatkan predikat Guru Kedua, maksudnya, ia adalah orang yang pertama kali
memasukan ilmu logika ke dalam kebudayaan Arab. Keahlian ini rupanya yang dialami
oleh aristoteles sebagai Guru Pertama, ia (Aristoteles)orang yang pertama yang
menemukan ilmu logika.
Pada tahun 350 H. (941 M), Al-Farabi pindah ke Damsyik. Ia menetap di kota ini,
kedudukan Al-Farabi sangat diperhatikan secara baik oleh Saif Al-Dullah, kholifah dinasti
Hamdan di Allepo (Hallab). Sampai wafat Al-Farabi berusia 80 tahun. Pengalaman
selama di istana Siaf Al-Dullah, Al-Farabi dapat mengembangkan ilmunya dengan para
sastrawan, ahli bahasa, para penyair dan ilmu lainnya. Menjadilah ia filosuf yang terkenal
pada masanya di istana ini. Dalam kepandaian Al-Farabi di bidang filsafat, membawa
pengaruh terhadap kemajuan pemerintah Saif Al-Dullah, sebagaimana Al-Kindi yang
dapat mencermelangkan pemerintahan Al Mu’tasyim. Riwayat lain yang dikemukakan
oleh Dr. Fuad Al Ahwani bahwa Al-Farabi masuk ke Istana pemerintahan Sai Al-Dullah
dengan pakaina sufi.
Pemikiran Al-Farabi pun datang banyak dari para ahli. Diantaranya Massignon (ahli
masalah ketimuran dari Prancis), bahwa Al-Farabi merupakan merupan filosuf Islam
yang pertama, dan Al-Kindi adalah orang yang membuka pintu filsafat Ynani bagi dunia
Islam, akan tetapi persoalan-persoalan yang memuaskan. Akan tetapi Al-Farabi telah
menciptakan suatu sistem filsafat yang lengkap. Bahkan Al-Farabi dapat memerankan
peranan penting di dunia Islam. Dalam pengembangan keilmuannya agar dapat meluas,
ia telah memberikan keilmuannya kepada , Ibnu Sina, Ibnu Rasyd serta filosuf-filosuf
lainnya.
Karya Al-Farabi bila dibandingkan dengan karya muridnya seperti Ibnu Sina masih kalah
dengan jumlahnya. Dengan modal karangannya yang pendek yang berbentuk risalah
dan sedikit sekali jenis karangannya yang berupa buku besar dan mendalam dalam
pembicaraannya. Sebagai karangan Al-Farabi masih diketemukan dibeberapa
perpustakaan, sehingga di dunia Islam dapat mengenang dan mengabadikan namanya.
Ciri khas tertentu yang ada pada karangannya adalah bukan saja mengarang kitab besar
atau makalah-makalah, namun juga memebri ulasan-ulasan dan penjelasan terhadap
karya Aristoteles, Iskandar Al Fraudismy, dan Plotinus.[3]

Kesimpulan
Nama lengkap Al-Farabi adalah bu Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tharkan Ibn
Auzalagh. Ia lahir di wasij. Distrik Farab (sekarang dikenal dengan kota
Atrar/Transoxiana) Turkinistan pada tahun 257 H (870M). Ayahnya seorang jendral
berkebangsaan Persia, dan Ibunya berkebangsaan Turki[14]. Di kalangan orang-orang
Latin Abad Tengah, Al-Farabi lebih dikenal sebagau Abu Nasrh (Abunaser), sedangkan
sebutan nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farb. Tempat ia dilahirkan.
Al-Farabi yang dikenal sebagai filsuf Islam terbesar memiliki keahlian dalam banyak
bidang keilmuan, seperti ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik,
ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantiq.

Dedi Supriyadi, 2009, “Pengantar Filsafat Islam”, (Bandung: CV Pustaka Setia)


Hasyim Nasution, 2002, “filsafat Islam”.(Jakarta: Gaya Media Pratama)
Mustofa, 2009, “Filsafat Islam”, (Bandung: CV Pustaka Setia)
Poerwanto dkk, 1988, “Seluk-beluk Filsafat Islam”. (Bandung: Rosdakarya)
Sajudin , 2012, “filsafat Islam”, (Jakarta: PT Rajagrapindo Persada)
Sudarsono,2010, “Filsafat Islam”, (jakarta: Rineka Cipta)
[1] Hasyim Nasution, 2002, “filsafat Islam”.(Jakarta: Gaya Media Pratama). Hal 32
[2] Poerwanto dkk, 1988, “Seluk-beluk Filsafat Islam”. (Bandung: Rosdakarya). Hal 133
[3] A. Mustofa, 2009, “Filsafat Islam”, (Bandung: CV Pustaka Setia) hal. 125-127

Anda mungkin juga menyukai