Anda di halaman 1dari 21

AL-FARABI

Chamila Nur Qur’ani


Siti Nur Sya’adah
Nisa Nurazizah
Widyana Wulandari
01
Biografi Al-
Farabi
Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Auzalagh Al-
Farabi atau yang biasa dikenal dengan Al-Farabi lahir di Wasij, sebuah dusun
kecil di kota Farab, Propinsi Transoxiana, Turkestan, sekitar tahun 258 H/ 870
M. Beberapa riwayat mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang Turki tetapi
adapun yang mengatakan bahwa ayahnya seorang Persia yang kemudian menjadi
tentara perang Turki. Karena, pemikiran-pemikirannya mengenai filsafat Yunani
sangat memukau, Al-Farabi sangat dikenal di kalangan intelektual Eropa, mereka
menyebut al-Farabi dengan Al-Farabius.atau Avennaser. Sedangkan, di kalangan
bangsa Latin abad pertengahan, Al-farabi lebih dikenal dengan sebutan Abu
Nashr (Abunaser). Sebutan Al-Farabi sendiri diambil dari nama kota Farab,
tempat ia dilahirkan.
• Al-Farabi melewatkan masa remajanya di Farab. Di kota yang mayoritas mengikuti mazhab syafi’iyah, disinilah Al-Farabi
menerima pendidikan dasarnya. Pada masa awal pendidikannya ini, Al-Farabi belajar Al-Qur’an, tata-bahasa, 01
kesusasteraan, ilmu-ilmu agama (fiqh, tafsir dan ilmu hadits) dan aritmetika dasar. Setelah menyelesaikan studi dasarnya,
Al-Farabi pindah ke Bukhara untuk menempuh studi lanjut fiqh dan ilmu-ilmu lanjut lainnya. Pada saat itu, Bukhara
merupakan ibu kota dan pusat intelektual serta religius Dinasti Samaniyah. Pada saat Al-Farabi di Bukhara, Dinasti 02
Samaniyah di bawah pemerintahan Nashr ibn Ahmad (874-892 M).

• Dari Bukhara, Al-Farabi kemudian berangkat ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian dan filsafat. Guru utama Al-
Farabi adalah Yuhanna ibn Hailan Setelah dari Merv, bersama gurunya ia berangkat ke Bagdad sekitar tahun 900 M. 03
Pada masa kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932 M), ia berangkat ke Konstantinopel untuk lebih memperdalam filsafat.
Akan tetapi, sebelumnya ia sempat singgah beberapa waktu lamanya di Harran. Pada rentang tahun 910- 920 M ia kembali
ke Bagdad dan di sana ia menemui Matta ibn Yunus, seorang filosof Nestorian, yang memiki reputasi tinggi dalam bidang 04
filsafat dan mampu menarik minat banyak orang dalam kuliah-kuliah umumnya tentang logika Aristotelian. Segera ia
bergabung menjadi murid Matta. Akan tetapi, kecemerlangan Al-Farabi dengan singkat mampu mengatasi reputasi
gurunya dalam bidang logika.
05
• Pada akhir tahun 350 H (941 M), ia pindah ke Damaskus karena situasi politik Bagdad yang memburuk. Selama masa
tinggal di Damaskus yang kali ini Al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Siria, Saif al-
Daulah (w. 967 M). Dalam perjumpaan pertamanya, Saif al-Daulah, kholifah dinasti Al-Hamdan di Aleppo (Halab) sangat 06
terkesan dengan Al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya serta penguasaannya atas
berbagai bahasa. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran
dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya sampai wafat Al-Farabi pada tahun 950 M di Damaskus dalam usia
80 tahun.
• Al-Farabi banyak menghabiskan waktunya di dalam dunia keilmuan sehingga tidak dekat dengan penguasa-
penguasa abbasiyah pada saat itu. Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam
banyak bidang keilmuwan dan memandang secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu, filsuf sesudahnya
seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd, banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya. Pandanngannya
mengenai filsafat dibuktikan dengan usahanya untuk mengakhiri kontradiksi antara pemikiran Plato dan
Aristoteles lewat risalahnya Al-Jam’u Baina Ra’yay Al-Hakimah Alfathum wa Aristhu.

• Selain mengenal para filsuf Yunani seperti; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di
berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat
memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Karir pemikiran filsafatnya dalam menjembatani
pemikiran Yunani dan Islam terutama dalam ilmu logika (manthiq) dan filsafat sangat gemilang, sehingga
dikenal sebagai Guru Kedua (al-Mu’allim Ats-Tsāni) setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam
memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.
KARYA-KARYA AL-FARABI

Al-Farabi merupakan sosok filosof yang produktif dalam melahirkan berbagai


karya tulis, baik berupa buku maupun berupa tulisan essai pendek dan makalah.
Tulisan karya Al-Farabi tersebar di berbagai bidang disiplin ilmu, terutama yang
berhubungan dengan dasar pemikiran filsafat. Sebagian besar karya Al-Farabi
memang berupa ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, Glenus
dalam bidang logika, fisika, etika dan metafisika.
KARYA-KARYA AL-FARABI
Beberapa karya Al- Farabi di antaranya:
• Bukti bahwa Al-Farabi sebagai filosof yang mendalami filsafat Aristoteles adalah
konon pada saat Ibn Sina tidak memahami isi Maqālah fī Aghrād al-Hakīm fī
Kulli Maqālah al-Marsūm bi al-Hurūf karya Aristoteles dan ia membacanya
berulangkali hingga 40 kali, akhirnya berlabuh pada karya Al-Farabi yang
berjudul Tahqīq Gharad Aristātālīs fī Kitāb mā Ba’da al-Thabī’ah, kemudian
tersingkap ‘tabir gelap’ isi pemikiran karya Aristoteles tersebut.
• Al-Farabi menuangkan pemikiran filsafat penciptaannya dalam karyanya Ārā’ Ahl
al-Madīnah al-Fadhīlah yang dimulai pembahasan tentang Tuhan sebagai sebab
pertama dan menunjukkan keseriusannya menyingkap tabir gelap pemikiran
filsafat metafisika.
KARYA-KARYA AL-FARABI

• Al-Tawti’ah fi al-Mantiq dan Khamsah Fusul Tasytamilu ‘ala Jami ma Yadtarru


ila Ma’rifatihi min Ada’ al-Syuru fi Sina at al-Mantiq: karya ini secara khusus
berbicara tentang logika (al-manthiq).
• Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadilah: karya Al- Farabi yang oleh sebagian pemikir
politik Islam disinyalir bahwa ia berusaha mencerminkan kehidupan politik Islam
Madinah semasa Nabi Muhammad menjadi pemimpin.
03
Pemikiran
Filsafat
Al-Farabi
Tuhan dan Sifat-Sifatnya
untuk menunjukkan sifat-sifat Yang Maha Esa itu adalah juga mengamati fenomena yang

01 ada disekitar kita, yang utama dan yang hina. Tuhan Yang Maha Esa itu, menurut Al-
Farabi, maha sempurna, bersih dari segala macam kekurangan, dan suci dari sebab-sebab.

Penciptaan Alam Secara Emanasi


Berbeda dengan Al-Kindi yang berpandangan bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan dari tidak ada
02 (creation ex nihilo) menjadi ada, Al-Farabi cenderung memahami penciptaan alam oleh Tuhan melalui
proses emanasi sejak zaman azali sehingga tergambar bahwa penciptaan alam oleh Tuhan bukan dari tidak
ada menjadi ada. Menurut Al-Farabi, hanya Tuhan saja yang ada dengan sendiri-Nya tanpa sebab dari luar
diri-Nya, dan karena itu ia sebut Waajib alWujuud li zaatih, (yang mesti ada karena diri-Nya sendiri).

Filsafat Jiwa
03 Potensi yang hanya dimiliki oleh jiwa manusia, tidak dimiliki jiwa binatang dan tumbuhan, adalah potensi
akal praktis (al-aql al-‘amali) untuk memikirkan apa yang wajib dilakukan manusia, dan potensi akal teoritis
(al-‘aql al-nazari atau al-‘aql al-‘ilmi). Bila potensi yang akhir ini mengaktual pada jiwa manusia, maka jiwa
manusia menjadi sempurna dan substansinya mengaktual menjadi substansi rasional secara aktual.
Filsafat Kenabian
04 Al-Farabi menunjukkan bahwa kenabian itu adalah suatu yang diperoleh manusia utama, yang disebut nabi/rasul,
bukan melalui upaya mereka. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada para nabi bukanlah diperoleh mereka
melalui upaya keras mereka membersihkan jiwa mereka atau melalui upaya keras menguasai sebanyak mungkin
ide-ide saintifik. Jiwa para nabi tanpa dilatih untuk membersihkan diri dan tanpa dilatih berfikir seperti calon
filosof, telah berada dalam kondisi siap menerima ide-ide atau ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan melalui Ruh
al-Quds atau Akal Aktif.

Hidup Setelah Mati


Mengenai hidup sesudah mati, yakni hidupnya di akhirat, Al-Farabi, seperti Al-Kindi, memiliki pandangan bahwa
kehidupan manusia di akhirat adalah bersifat rohaniah, tanpa jasmani. Bagi Al-Farabi, manusia pada hakikatnya adalah

05 jiwanya, bukan tubuhnya, dan yang pantas disebut jiwa manusia adalah jiwa yang sudah memiliki akal praktis dan
teoritis secara aktual.Menurut Al-Farabi jiwa-jiwa yang kekal dalam kebahagiaan akhirat itu ialah jiwa-jiwa penduduk
kota utama, dan itulah jiwa-jiwa utama, yang mengetahui kebenaran, keutamaan, dan kebahagiaan sejati, serta setia
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, dan dengan demikian jiwa-jiwa tersebut menjadi kuat dan sempurna, atau
sampai kepada taraf tidak merasa butuh lagi kepada materi.
Konsep Negara Utama
06 • Al-Farabi dalam karya al-Madīnah al-Fadhīlah menyatakan bahwa
kecenderungan manusia untuk hidup berinteraksi dengan orang lain yang
apabila melalui proses panjang, maka akan terbentuk sebuah negara.
• Dalam pandangan Al-Farabi, negara utama dianalogikan sebagai badan
sehat yang dilengkapi anggota tubuh sempurna, saling membantu dan
bersinergi dengan anggota tubuh lain dalam upaya menyempurnakan
kehidupan, dan di dalamnya mempunyai satu pemimpin/penggerak yaitu
jantung.
• Al-Farabi memandang bahwa negara utama haruslah dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai pengetahuan yang luas, akal yang jernih dan
mempunyai kemampuan daya pikir yang kuat, pemimpin yang demikian
ini tidak lain adalah seorang filosof (Abuddin Nata, 2011).
01

03 02

Animal
03

04

Math 05

Solve the math example, drag as many animals as


the answer is into the answer box. 06

Let's Get Started


Animal Math 01

02
13-
5-2= 03
12=
Frogs Pigs
04

05
1x2= 8-4=
06
Cats Penguins

Check the answers


01

04 02

Weather
03

04

Matching 05

Drag and drop the picture cards into their


corresponding boxes 06

Let's Get Started


Weather Matching 01

02

03

04
Cloudy Rainy

05

06

Storm Sunny
Well done!
01

05 02

Nature
03

04

Facts Quiz 05

Answer the questions about nature and check the


correct answer 06

Let's Get Started


Nature Facts Quiz 01

02

03
What do butterflies
eat? 04

05
Grass Nectar
06
Meat Fruit

Check the answers


Nature Facts Quiz 01

02

03
Which bird is the
largest on Earth? 04

05
Pigeon Hummingbird
06
Ostrich Kiwi

Check the answers


01

06 02

Composing
03

04

Words 05

Put the letters in the correct order to compose the


word shown in the picture 06

Let's Get Started


Compose word 01

02

03

04

05
A I U T S M O N N

06

Check the answers

Anda mungkin juga menyukai