• Dari Bukhara, Al-Farabi kemudian berangkat ke Merv untuk mendalami logika Aristotelian dan filsafat. Guru utama Al-
Farabi adalah Yuhanna ibn Hailan Setelah dari Merv, bersama gurunya ia berangkat ke Bagdad sekitar tahun 900 M. 03
Pada masa kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932 M), ia berangkat ke Konstantinopel untuk lebih memperdalam filsafat.
Akan tetapi, sebelumnya ia sempat singgah beberapa waktu lamanya di Harran. Pada rentang tahun 910- 920 M ia kembali
ke Bagdad dan di sana ia menemui Matta ibn Yunus, seorang filosof Nestorian, yang memiki reputasi tinggi dalam bidang 04
filsafat dan mampu menarik minat banyak orang dalam kuliah-kuliah umumnya tentang logika Aristotelian. Segera ia
bergabung menjadi murid Matta. Akan tetapi, kecemerlangan Al-Farabi dengan singkat mampu mengatasi reputasi
gurunya dalam bidang logika.
05
• Pada akhir tahun 350 H (941 M), ia pindah ke Damaskus karena situasi politik Bagdad yang memburuk. Selama masa
tinggal di Damaskus yang kali ini Al-Farabi mendapat perlindungan dari putra mahkota penguasa baru Siria, Saif al-
Daulah (w. 967 M). Dalam perjumpaan pertamanya, Saif al-Daulah, kholifah dinasti Al-Hamdan di Aleppo (Halab) sangat 06
terkesan dengan Al-Farabi karena kemampuannya dalam bidang filsafat, bakat musiknya serta penguasaannya atas
berbagai bahasa. Kehidupan sufi asketik yang dijalaninya membuatnya ia tetap berkehidupan sederhana dengan pikiran
dan waktu yang tetap tercurah untuk karir filsafatnya sampai wafat Al-Farabi pada tahun 950 M di Damaskus dalam usia
80 tahun.
• Al-Farabi banyak menghabiskan waktunya di dalam dunia keilmuan sehingga tidak dekat dengan penguasa-
penguasa abbasiyah pada saat itu. Al-Farabi dikenal sebagai filsuf Islam terbesar, memiliki keahlian dalam
banyak bidang keilmuwan dan memandang secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu, filsuf sesudahnya
seperti Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd, banyak mengambil dan mengupas sistem filsafatnya. Pandanngannya
mengenai filsafat dibuktikan dengan usahanya untuk mengakhiri kontradiksi antara pemikiran Plato dan
Aristoteles lewat risalahnya Al-Jam’u Baina Ra’yay Al-Hakimah Alfathum wa Aristhu.
• Selain mengenal para filsuf Yunani seperti; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di
berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku
tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat
memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Karir pemikiran filsafatnya dalam menjembatani
pemikiran Yunani dan Islam terutama dalam ilmu logika (manthiq) dan filsafat sangat gemilang, sehingga
dikenal sebagai Guru Kedua (al-Mu’allim Ats-Tsāni) setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam
memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat.
KARYA-KARYA AL-FARABI
01 ada disekitar kita, yang utama dan yang hina. Tuhan Yang Maha Esa itu, menurut Al-
Farabi, maha sempurna, bersih dari segala macam kekurangan, dan suci dari sebab-sebab.
Filsafat Jiwa
03 Potensi yang hanya dimiliki oleh jiwa manusia, tidak dimiliki jiwa binatang dan tumbuhan, adalah potensi
akal praktis (al-aql al-‘amali) untuk memikirkan apa yang wajib dilakukan manusia, dan potensi akal teoritis
(al-‘aql al-nazari atau al-‘aql al-‘ilmi). Bila potensi yang akhir ini mengaktual pada jiwa manusia, maka jiwa
manusia menjadi sempurna dan substansinya mengaktual menjadi substansi rasional secara aktual.
Filsafat Kenabian
04 Al-Farabi menunjukkan bahwa kenabian itu adalah suatu yang diperoleh manusia utama, yang disebut nabi/rasul,
bukan melalui upaya mereka. Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada para nabi bukanlah diperoleh mereka
melalui upaya keras mereka membersihkan jiwa mereka atau melalui upaya keras menguasai sebanyak mungkin
ide-ide saintifik. Jiwa para nabi tanpa dilatih untuk membersihkan diri dan tanpa dilatih berfikir seperti calon
filosof, telah berada dalam kondisi siap menerima ide-ide atau ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan melalui Ruh
al-Quds atau Akal Aktif.
05 jiwanya, bukan tubuhnya, dan yang pantas disebut jiwa manusia adalah jiwa yang sudah memiliki akal praktis dan
teoritis secara aktual.Menurut Al-Farabi jiwa-jiwa yang kekal dalam kebahagiaan akhirat itu ialah jiwa-jiwa penduduk
kota utama, dan itulah jiwa-jiwa utama, yang mengetahui kebenaran, keutamaan, dan kebahagiaan sejati, serta setia
mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, dan dengan demikian jiwa-jiwa tersebut menjadi kuat dan sempurna, atau
sampai kepada taraf tidak merasa butuh lagi kepada materi.
Konsep Negara Utama
06 • Al-Farabi dalam karya al-Madīnah al-Fadhīlah menyatakan bahwa
kecenderungan manusia untuk hidup berinteraksi dengan orang lain yang
apabila melalui proses panjang, maka akan terbentuk sebuah negara.
• Dalam pandangan Al-Farabi, negara utama dianalogikan sebagai badan
sehat yang dilengkapi anggota tubuh sempurna, saling membantu dan
bersinergi dengan anggota tubuh lain dalam upaya menyempurnakan
kehidupan, dan di dalamnya mempunyai satu pemimpin/penggerak yaitu
jantung.
• Al-Farabi memandang bahwa negara utama haruslah dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai pengetahuan yang luas, akal yang jernih dan
mempunyai kemampuan daya pikir yang kuat, pemimpin yang demikian
ini tidak lain adalah seorang filosof (Abuddin Nata, 2011).
01
03 02
Animal
03
04
Math 05
02
13-
5-2= 03
12=
Frogs Pigs
04
05
1x2= 8-4=
06
Cats Penguins
04 02
Weather
03
04
Matching 05
02
03
04
Cloudy Rainy
05
06
Storm Sunny
Well done!
01
05 02
Nature
03
04
Facts Quiz 05
02
03
What do butterflies
eat? 04
05
Grass Nectar
06
Meat Fruit
02
03
Which bird is the
largest on Earth? 04
05
Pigeon Hummingbird
06
Ostrich Kiwi
06 02
Composing
03
04
Words 05
02
03
04
05
A I U T S M O N N
06