Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN
Filsafat berawal dari asumsi yang diungkapkan pertama kali oleh Socrates (470-
399 SM) bahwa an unexamined life is not worth living (hidup yang tidak diuji adalah
hidup yang tidak berharga) dan while hard thinking about important issues disturbs it also
consoles  (meskipun berpikir mendalam tentang hal-hal penting itu menyusahkan, tetapi ia
juga menyenangkan).
Filsafat pertama kali dikenal pada masa Yunani Klasik, dimana tokoh yang
mengawali lahirnya filsafat di Yunani Klasik adalah Thales (624-546 SM). Pada masa itu
Yunani Klasik sangat kental dengan mitos-mitos. Para masyarakat Yunani Klasik percaya
akan dewa-dewa yang mereka yakini sebagai penguasa alam semesta. Thales mencoba
mendobrak mitos-mitos yang berkembang di Yunani Klasik. Hal ini kemudian lahir istilah
filsafat yang berkembang pesat di Yunani dengan sifat dari mitos menuju logos.
Filsafat tidak hanya berkembang di Yunani saja. Pada saat filsafat sangat gencar
pada masa Yunani Klasik sampai Kuno, Filsafat juga berkembang di dunia Timur, salah
satunya adalah filsafat Cina. Dalam sejarah pemikiran, filsafat timur sangat berkontribusi.
Khususnya ialah pada masa Cina kuno, dimana pada masa cina kuno lahir tokoh-tokoh
filsafat dengan pemikirannya yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran. Filsafat
cina kira-kira muncul pada abad ke 600-an SM yang ditandai dengan dibukanya sekolah-
sekolah pendirina filosof Cina Kuno.
Para sejarawan setuju bahwa kemunculan filsafat Cina Kuno diawali dengan
pemikiran Kong-Fu-Tse dengan ajaran Konfusius, Kong-Fu-Tse/ Kong Hu Cu hidup
antara tahun 551 dan 497 S.M yakni pada era Dinasti Chou di utara. Setelah Kong-Fu-Tse
wafat ajaran Konfusius diwariskan kepada para tokoh yang juga memberikan kontribusi
pemikiran dalam bidang filsafat yakni Mau Tzu dan Mencius.
Filsafat Cina Kuno juga lahir aliran-aliran filsafat yang pemikiranya saling
bertentangan seperti ajaran Taoisme oleh Lao Tse yang hidup sekitar 550 S.M. Ajaran Lao
Tse secara umum melawan ajaran Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia”
melainkan “jalan alam”-lah yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip
kenyataan objektif. Ada beberapa tokoh filosof Cina Kuno yang menganut ajaran Taoisme
yakni Zhuangzi (Zhuang Zhou), dan Liezi (Lie Yukou).
Kemudian muncul aliran legalisme dengan tokohnya yakni Han Fei Zei.
Pemikiran legalisme secara umum menentang ajaran Konfusius oleh Mencius yang
menganggap bahwa manusia kodratnya baik, tetapi aliran legalisme menentangnya dengan
pemikiran bahwa sesungguhnya manusia kodratnya adalah jahat.
Kemudian yang selanjutnya ialah aliran Mohisme, aliran Moisme didirikan oleh
Mo Tse yang hidup antara 500-400 S.M. Menurut Mo Tse bahwa kehidupan manusia yang
terpening adalah cinta universal, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan
bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan.

2. TUJUAN

5 TOKOH FILSAFAT CINA

1. MENG JI
Meng Zi atau lebih dikenal dengan Mencius adalah tokoh filsafat
cina kuno yang hidup sekitar abad ke 4 SM, para sejarawan kebanyakan
menyebutkan mencius hidup sekitar tahun 372-289 SM. Meng Zi lahir di
Mang Ko negara Zhou, dimana pada saat itu cina kuno berada pada masa
perang besar antar kerajaan (476-289 SM).
Meng Zi adalah penganut aliran konfusianisme/konfusius yang
merupakan ajaran dari Nabi Kong Hu Cu. Meng Zi kemudian
melanjutkan ajaran konfusius dan melahirkan beberapa pemikiran yang
sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran filsafat.
Meng Zi lahir dari keluarga menengah kebawah tetapi ada pendapat yang
menyebutkan bahwa keluraga Meng Zi keturunan bangsawan. Pada waktu kecil Meng Zi
sudah ditinggal ayahnya meninggal, kemudian Meng Zi diasuh ibunya yang sangat
bijaksana. Meng Zi adalah penganut aliran konfusianisme/ konfusius yang merupakan
ajaran dari Nabi Kong Hu Cu. Meng Zi kemudian melanjutkan ajaran konfusius dan
melahirkan beberapa pemikiran yang sangat berpengaruh dalam sejarah pemikiran filsafat.
Semasa kecil, ia diasuh oleh ibunya yang sangat bijaksana.
Meng Zi pernah berpindah tempat tinggal sampai tiga kali; pertama tempat
tinggalnya dekat tanah pemakaman, ibunya sangat khawatir ketika ia sering menirukan
orang yang melaksanakan upacara pemakaman. Kemudian ibunya mengajaknya pindah ke
dekat pasar, namun kembali ibunya juga merasa khawatir karena ia sering menirukan
sebagai layaknya seorang pedagang yang melakukan transaksi jual beli. Akhirnya sang ibu
memilih untuk tinggal di dekat sekolah dengan harapan agar putranya bisa belajar dan
bersekolah seperti halnya anak sebayanya.
Seperti halnya Khonghucu, Mensius banyak mengajarkan tentang Watak Sejati
(Xing) manusia yang memiliki sifat bajik dari Tian yakni berupa Cinta Kasih (Ren),
Kebenaran (Yi), Susila (Li), Bijaksana (Ti) dan Dapat dipercaya (Xin). Setiap manusia
telah dikarunia dengan Wu Chang (Lima Kebajikan), oleh karena itu menurut Mensius
Watak Sejati (Xing) manusia itu bersifat bajik. Menurut mensius hal tersebut dapat
dibuktikan apabila ada seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa secara tiba-tiba hendak
terjerumus ke dalam sumur, maka setiap orang yang melihatnya pasti akan segera tergerak
hatinya untuk menolong dan menyelamtkannya tanpa menghiraukan siapa anak kecil itu.
Diapun sering melakukan pembicaraan dengan para Raja atau penguasa pada masa
itu untuk meyakinkan mereka agar menjadi pemimpin yang benar dan bermoral.
Disamping itu pula dia mengajarkan tentang demokrasi dalam pemerintahan, karena
seorang Raja atau pemimpin itu dipercaya mendapatkan mandat dari Tian (Langit) atau
disebut dengan Tian Ming. Dia harus bertindak sebagai ayah bunda rakyatnya.
Ditegaskannya pula bahwa:"Tuhan melihat seperti halnya rakyat melihat, dan Tuhan
mendengar seperti halnya rakyat mendengar".

A. PEMIKIRAN MENG JI
Meng Zi hidup di tengah kekacauan perang perebutan kekuasaan yang terus
menerus. Dengan keadaan yang seperti itu membuat Meng Zi berpikir untuk mencerahkan
para penguasa dengan filsafat. Tidak hanya ditujukan kepada penguasa, pemikirannya juga
memberikan dampak pada masayarakat Cina kuno.
Menurut Meng Zi kodrat manusia adalah baik. Seseorang yang berbuat baik
hakikatnya didorong oleh kesadarannya yang terdalam terhadap kodratnya. Sebaliknya
orang yang tidak berbuat baik, tidak menyadari kodratnya atau lupa pada hakikat dirinya
yang sesungguhnya.
Meng Zi menjelaskan bahwa setiap manusia ada 4 buah hati yaitu;
1. Empati, dalam kedaan normal manusia akan merasa kasihan kepada orang lain ketika
dilanda kesusahan
2. Malu berbuat jahat, pada dasarnya manusia sejatinya bersifat malu akan bertindak
kejahatan
3. Mau mengalah, manusia dalam keadaan normal orang akan memberi kemudahan atau
mengalah kepada orang lain yang lebih membutuhkan
4. Membedakan benar dan salah, dalam keadaan normal manusia akan jujur mengakui
mana suatu hal yang benar dan mana yang salah
Menurut Meng Zi manusia seharusnya menjaga keempat buah hati tersebut agar
selalu berfungsi melaksanakan tugasnya. Karena empat buah hati itu adalah jiwa yang
memberikan nilai kemanusiaan dirinya. Itulah Inner Beauty karunia Tuhan yang tak
ternilai harganya. Ke 4 hati itu harus selalu disirami, dirawat, di pupuk dan diberi anti
hama serta dijaga kebersihan lingkungan, layaknya kita merawat tanaman di kebun, maka
hasilnya akan mendapatkan buah yang manis subur serta indah dan menyenangkan. Inilah
makna hidup manusia yang paling dasar sesungguhnya yang menjanjikan kebahagiaan.
Lalu mengapa manusia melakukan kejahatan? Menurut Meng Zi manusia
bertindak jahat karena tiga hal, Pertama, kejahatan terjadi karena pengaruh lingkungan
sosial. Kedua, kejahatan terjadi karena orang menyangkal atau menolak kebaikan kodrati
yang ada dalam dirinya. Mereka yang memandang diri terlalu negatif dan tanpa berharga,
tak akan peduli dengan kebaikan. Ketiga, kurang merefleksi diri. Semakin seseorang
kurang merefleksi diri, semakin ia tidak mengenal kebaikan yang ada dalam dirinya.
2. HAN FEI ZI
Han Fei Zi atau biasa disebut Master Han sekitar tahun 280
SM dan wafat sekitar tahun 233 SM. Han Fei Zi berasal dari keluaraga
bangsawan penguasa Han, ia belajar di bawah filsuf aliran
Konfusianisme bernama Xunzi. Tetapi ia meninggalkannya karena
tidak cocok dan kemudian masuk di sekolah lain dengan pemikiran
yang lebih cocok dengannya. Han Fei Zi lebih condong pada
legalisme, salah satu dari empat aliran Filsafat besar di China selain
konfusianisme, taoisme, dan mohisme. Hal ini karena pada dasarnya,
legalisme berkaitan erat dengan tiga aliran besar tersebut.
Pada masa Warring States, keempat aliran Filsafat itu sama-sama berkembang
signifikan. Itu barangkali menjadi salah satu sebab gagasan legalismenya kalah pamor di
negeri sendiri. Selain itu, dilansir dari Encyclopedia Britannica, karena punya gangguan
bicara (gagap), Han Fei Zi tidak mampu memberi paparan dengan baik sehingga gagasan
legalismenya diacuhkan penguasa Negeri Han. Kondisi itu lantas membuka jalan bagi Han
Fei Zi untuk mengabadikan gagasan-gagasannya dalam bentuk tulisan.
Esai-esainya seputar tradisi legalisme ini berisi teori-teori kekuasaan negara,
seputar administrasi, diplomasi, perang, dan ekonomi. Dengan merujuk, melengkapi, dan
menyempurnakan konsep legalisme para pendahulunya, tulisan-tulisan itu disusun menjadi
kitab berisi 55 bab dengan judul "Han Feizi". Kitab ini menjadi salah satu teks Filsafat
terpenting kala itu dan satu-satunya teks di era China kuno yang masih utuh hingga kini.

A. PEMIKIRAN HAN FEI ZI


Han Fei Zi mengkritik pendapatnya Meng Zi yang menyatakan bahwa kodrat
manusia adalah baik, menurut Han Fei Zi sebaliknya, ia berpendapat bahwa sesungguhnya
kodrat manusia adalah jahat. Menurut Han Fei Zi moral manusia tidak bisa menjadi
pijakan utama untuk membuat keteraturan, karena pada dasarnya sifat manusia adalah
ingin berbuat jahat. Menurutnya manusia akan berubah menjadi baik jika diatur dengan
aturan yang ketat dan ancaman hukuman yang keras, dan untuk ini diperlukan penguasa
yang kuat. Hal ini diperlukan untuk stabilitas dan ketertiban masyarakat.
Metode alternatif menurut Han Fei Zi untuk mewujudkan stabilitas dan ketertiban
masyarakat adalah penguasa harus menerapkan hukum secara tegas dengan hadiah bagi
yang patuh dan hukuman yang keras bagi yang membangkang.
Prinsip legalisme ala Han Fei Zi ini adalah meletakkan hukum di atas segalanya.
Pendidikan dan keluarga ditata oleh pemerintah, sedangkan pendapat yang tidak
bersesuaian hukum negara harus disingkirkan. Dalam penerapannya, legalisme
memerlukan tiga unsur penyokong. Pertama fa (hukum), berupa penerapan reward dan
punishment. Legalisme meyakini, jika hukum berhasil ditegakkan, penguasa yang lemah
pun akan kuat. Kedua shu (metode memerintah), berupa kemampuan/strategi mengatur
pemerintahan untuk memastikan semua elemen mematuhi hukum dan tidak ada pihak
yang mengambil alih kendali negara. Ketiga shi (otoritas), berupa penguasa kuat yang
berwibawa, disegani, dan dipatuhi, karena kemampuannya membaca tren, konteks, dan
fakta di masyarakat. Ketiga unsur ini tak lepas dari salah satu pandangan Han Fei Zi yang
berbunyi, "Orang-orang tunduk pada kekuasaan, dan hanya sedikit dari mereka yang dapat
dipengaruhi oleh doktrin kebenaran".
Ada pendapat Han Fei Zi yang begitu populer menurut Han Fei Zi tidak ada
negara yang kuat atau lemah selamanya; kalau mereka yang menegakkan hukum kuat,
negara akan kuat; namun kalau penegak hukum lemah, negara akan lemah. Masyarakat itu
takluk pada kekuatan, dan sedikit yang dapat dipengaruhi doktrin-doktrin kebajikan.
Han Fei Zi memberi nasihat pada penguasa perihal 10 kesalahan yang memicu runtuhnya
negara, seperti dituturkan Fahruddin Faiz sebagai berikut.

1. Memberi loyalitas untuk hal remeh dan mengkhianati loyalitas lebih besar
Dalam konteks saat ini, media massa bisa menjadi salah satu sarana mengukur
berpihak ke sisi manakah loyalitas sebuah pemerintahan. Jika headline pemberitaan
sebuah negara lebih kerap memperlihatkan urusan-urusan remeh, maka berdasar
pandangan Han Fei Zi, negara itu mungkin tidak akan berumur panjang sebab hal-hal
vital yang seharusnya diperhatikan bakal terlewat atau bahkan hilang.

2. Fokus pada pencapaian remeh dan kehilangan hal besar

Keberhasilan yang lebih banyak ditunjukkan sebuah pemerintahan apakah hal esensial
atau lebih bersifat remeh. Namun, hal ini juga bisa ditarik pada level individu. Hal
yang jadi fokus seseorang lebih banyak soal kesenangan-kesenangan semata ataukah
pencapaian-pencapaian dari daftar target, itu bisa mengukur profil seorang individu.

3. Bersikap mendasar dan serius pada diri sendiri, namun tidak menghargai
penguasa lain sehingga membawa kejatuhanmu sendiri

Kita perlu mengingat bahwa sebagai makhluk sosial, kita tidak mungkin bisa sukses
hanya dengan mengandalkan kerja keras sendiri. Kita membutuhkan orang lain. Oleh
karenanya, ketidakpedulian pada sesama bakal mengantarkan pada kejatuhan.

4. Warganya tidak peduli pada urusan pemerintah, hanya ingin mendengar musik
(kesenangan) sehingga jatuh dalam kesulitan

Barangkali suatu kali kita pernah bersikap "bodo amat urusan negara" karena
menganggap sudah ada presiden, gubernur, bupati, hingga wali kota, sehingga
menganggap tidak perlu ikut memikirkan nasib negara. Pemikiran demikian, yang
menganggap bahwa situasi negara beserta beragam permasalahan yang dihadapi
merupakan tanggung jawab pemerintah semata, merupakan suatu tanda bahwa negara
tidak akan segera jaya.

5. Tamak, serakah, terlalu mengejar keuntungan, sehingga membuka jalan


kehancuran negara dan kematian diri sendiri

Poin ini bisa menjadi perhatian tak hanya bagi pemerintah tapi juga rakyat. Kita perlu
menyadari bahwa partisipasi setiap elemen negara dibutuhkan untuk membawa
kejayaan suatu negara. Sehingga, sikap ingin untuk sendiri atau ingin enak sendiri
adalah sebuah kontribusi untuk meruntuhkan sebuah negara.
6. Mudah terlena oleh perempuan, musik, dan mengabaikan urusan negara,
sehingga mengundang bencana kehancuran negara

Merupakan peringatan agar tidak terlena pada urusan duniawi. Han Fei Zi dalam
konteks pada eranya, mengingatkan penguasa maupun masyarakat agar jangan mudah
takluk pada lawan jenis karena bisa mengalihkan fokus dari mengatur negara.
Sedangkan musik, dalam hal ini identik dengan hura-hura yang bersifat mengejar
kesenangan semata, membuat terlena hingga agak sulit ketika diajak berjuang
bersama demi kejayaan negara.

7. Meninggalkan istana untuk perjalanan yang lama dan meremehkan peringatan


para menteri, akan menggali kuburan sendiri

Jika penguasa meninggalkan tugasnya dalam waktu relatif lama, maka posisi seorang
pemimpin akan terancam diganti oleh orang lain. Sementara itu, para menteri
merupakan para pembantu penguasa yang lebih kerap bersentuhan dengan urusan-
urusan lapangan yang bersifat spesifik di bidangnya, tentu punya pertimbangan-
pertimbangan yang relevan dan riil sehingga saran mereka patut diindahkan.

8. Mengabaikan loyalitas menteri-menteri saat keliru dan berkeras dengan


jalannya sendiri, pada saatnya akan menghancurkan reputasi baikmu dan
membuatmu menjadi bahan tertawaan orang lain

Seorang penguasa yang berkeras pada prinsip "karena aku pemimpin maka aku pasti
paling benar" adalah tanda selanjutnya yang menurut Han Fei Zi sebuah negara
menuju kehancuran.

9. Mengabaikan kekuatan internal dan hanya bersandar pada sekutu dari luar,
akan membuat negara sangat bahaya karena perpecahan

Ada kalanya pula, seorang penguasa lebih memercayai sekutu ketimbang sumber daya
dalam negeri. Ketidakpercayaan pada kemampuan sendiri ini bakal membuka jalan
penguasa tidak disukai rakyatnya serta pihak luar semakin mampu menggali rahasia
negara.

10. Mengabaikan tuntutan akan reward meskipun negaramu kecil, serta gagal
memahami peringatan dari para menteri, akan membuatmu jatuh

Penguasa yang pelit memberi apresiasi pada bawahannya, ditambah abai pada
peringatan para bawahan, menjadi kondisi yang turut mendorong keruntuhan negara.

Itulah sepuluh peringatan dari sang filusuf aliran legalisme Han Fei Zi seputar
pemerintahan, terutama kepada para penguasa.
3. LAO ZI

Lao Tzu, atau yang juga dikenal sebagai, Laozi, Laosi, ataupun
Laocius, adalah seorang filsuf asal Cina kuno. Laozi banyak dikenal
karena ajaran Tao atau Tao Te Ching. Karena ajarannya inilah Laozi
banyak dianggap sebagai cikal bakal dari munculnya Taoisme. Lahir
dengan nama Li Er Dan, pencetus dari salah satu faham paling kuno di
Cina ini lebih banyak dikenal sebagai Laozi karena pekerjaannya
sebagai seorang guru. Masa kecil dari Laozi tidak banyak diketahui
karena tidak ada catatan tertulis dari masa hidupnya kecuali tentang
tulisan-tulisannya.

Meskipun tokoh legendaris ini berasal sekitar abad ke-6 SM, tetapi beberapa
sejarawan berpendapat bahwa dia benar-benar tinggal selama periode Warring States dari
5 atau abad ke-4 SM. Seorang tokoh sentral dalam budaya Cina, Laozi diklaim oleh kedua
kaisar dari dinasti Tang dan commonfolk modern dari keluarga Li sebagai pendiri garis
keturunan mereka. Sepanjang sejarah, karya Laozi telah dianut oleh berbagai anti gerakan
otoriter.
Laozi, pada masa mudanya, dikenal sebagai seorang penjaga perpustakaan dari
Pengadilan Tinggi Zhou. Pekerjaannya membuatnya menjadi seorang yang gemar
membaca dan belajar. Laozi memiliki akses ke berbagai tulisan dan ajaran dan banyak
belajar berbagai ilmu selama menjabat sebagai seorang pengawas perpustakaan. Banyak
orang mempercayai bahwa semasa masih berada di Zhou, Laozi menikah dan mempunyai
seorang putra yang masuk ke dalam jajaran perwira militer kerajaan tersebut.
Keadaan kerajaan yang memburuk akibat permasalahan moral dan hukum
kerajaan membuat Laozi memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan mengembara.
Banyak sejarawan mencatat Laozi melakukan perjalanan ke barat hingga usia 160 tahun.
Pada perjalanannya, Laozi banyak dikabarkan bertemu dengan filsuf maupun agamawan
terkenal, salah satunya Siddartha Gautama.
Laozi dikabarkan mengangkat pengikut dari berbagai tempat yang disinggahinya.
Salah satu pengikutnya yang paling terkenal adalah Yinxi. Laozi dan Yinxi dianggap
sebagai asal muasal demonstrasi Taoisme yang pertama yang dilakukan antara guru dan
siswanya. Selain Taoisme, Laozi juga mengajarkan astronomi, hukum dan moral terhadap
pengikutnya.
Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Laozi meletakkan jabatan dan
meninggalkan negerinya dengan koaknya. Ketika ia tiba di Kastam Hangu (函谷关), Guan
Yixi (关尹喜) memintanya meninggalkan filsafat dalam bentuk tulisan. Atas permintaan
ini, ia menciptakan dua karya yang berjudul Dao dan De sebelum meninggalkan Chuguo.
Kedua kitab tersebut digabungkan dan diperkenalkan sebagai Daode Jing yang berisikan
5000 huruf Tionghua dalam 81 bab.
Kata kebajikan yang dikenang Laozi:
“Kebaikan dalam kata-kata menciptakan keyakinan, kebaikan dalam berpikir menciptakan
kebesaran hati, kebaikan dalam tindakan menciptakan cinta.”
“Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam
pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.

“Orang hebat mampu mengendalikan orang lain, tetapi lebih hebat lagi kalau dia mampu
mengendalikan dirinya sendiri.

A. PEMIKIRAN LAO ZI
Taoisme adalah sebuah pemikiran dan filsafat dari seorang tokoh yang bernama
Lao Zi. dan saat ini Taoisme menjadi salah satu kepercayaan atau agama yang banyak
dianut oleh sebagain masyarakat tiongkok. dan pada pembahasan kali ini kami akan
mencoba sedikit berbicara tentang Lao Zi dan Filsafat Taoismenya.
Penggagas Taoisme adalah Lao Zi, pernah mengkritik ajaran Confusius yang
dianggap terlalu mengekang dan bertentangan dengan ciri alamiah manusia. dari sini kita
bisa mengetahui bahwa filsafat Taoisme selalu mengutamakan Harmoni dalam
kehidupan manusia.
Lao Zi dipercayai sebagai Mahaguru, dewa atau tokoh legenda. ini berarti bahwa
penggagas Taoisme sangat dihormati oleh pengikutnya. Buku yang terkenal dari Lao Zi
adalah Tao Te Ching, buku ini mengandung lebih dari 5000 karakter. Taoisme dalam
perkembangannya dikenal sebagai agama, sebagai tradisi populer, sebagai filsafat.
Pengertian Tao adalah jalan dari kenyataan terakhir, Tao tidak bisa ditangkap
karena melampaui jangkauan dari panca indra, dan juga Tao jauh melampaui segala
pikiran dan khayalan, oleh sebab itu Tao tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata - kata.
Tao adalah yang Maha Besar, dan merupakan azas totalitas segala benda dan kehidupan.
Tao adalah substansi yang mewujudkan segala benda, termasuk makhluk hidup, juga
merupakan sumber asal dari setiap awal dan setiap akhir. makna Tao yang pertama dan
mendasar ini dapat diketahui, hanya dari kesadaran mistik yang tidak dapat dijelaskan
oleh kata - kata.
Tao adalah jalan alam semesta, Tao memiliki sifat transenden tetapi juga imanen,
Tao menjadi penggerak dari semesta ini, yaitu sebagai kaidah, irama dan kekuatan
pendorong bagi seluruh alam, dan juga sebagai asas penata yang berada dibelakang
semua yang ada. Tao adalah jalan manusia menata hidupnya, Tao juga memberikan
petunjuk pada manusia mengenal kehidupan yang seharusnya dijalani oleh manusia
supaya selaras dengan cara kerja alam semesta ini.
Taoisme ini dikenal karena filsafat yang mendalam tentang manusia dan dalam
semesta. jadi bagi mereka yang ingin mencari ketenangan dalam hidup, filsafat Taoisme
adalah salah satu yang paling cocok untuk dipelajari dan diamalkan. tetapi seperti
pengertiannya bahwa Tao sangat luas, tidak bisa hanya digambarkan dengan kata -- kata
saja, jadi untuk mengamalkan Tao, manusia harus bersinggungan langsung dengan alam
semesta. salah satu cara paling mudah untuk menempuh Tao adalah dengan mempelajari
analogi air seperti diatas, bagaimana manusia bisa hidup seperti air yang mengalir,
melewati segala rintangan dengan tenang tanpa menimbulkan riak dan gelombang. air
yang bisa menyesuaikan segala keadaan tetapi juga bisa menjadi senjata yang
mematikan.

4. MO ZI ( MO TZU )

Mo Zi atau biasa dikenal dengan Mo Tzu


merupakan tokoh filsuf Cina Kuno pendiri aliran
Mohisme, Mo Zi juga merupakan filsuf pra modern.
Mo Zi hidup sekitar tahun 479-381 SM, berasal dari
negara Lu.
Mo Tzu pada awalnya belajar kepada
Konfusius, namun kemudian Mo Tzu  tidak setuju
dengan pemikiran Konfucius tentang tradisi kuno yang
menurut Mo Tzu tidak bermakna pada masa sekarang
(Keadaan politik pada zaman masa kehidupan Mo Tzu
adalah Zaman ambang kehancuran dinasti chou yang
terkenal dengan ke feodalanya).

Dari sinilah Mo Tzu mendirikan aliran/ madzab sendiri yang bernama Mohisme untuk
mengkritik argumen-argumen para penganut Konfusianisme.

A. PERJALANAN HIDUP MO ZI ( MO TZU )


Lahir beberapa tahun setelahnya Kematian Konfusius , Mozi dibesarkan dalam
periode ketika hierarki feodal dilembagakan pada awal Zhou dinasti (12 atau abad ke-11
SM 256 SM ) itu cepat hancur dan Cina dibagi menjadi kecil, terus-menerus berperang
negara feodal. Dengan demikian, dia menghadapi masalah yang dihadapi semua pemikir
di abad ke-5 SM di Tiongkok: bagaimana membawa tatanan politik dan sosial keluar dari
kekacauan .
Menurut tradisi, Mozi pada mulanya adalah penganut ajaran Konfusius, hingga ia
menjadi yakin akan hal itu Konfusianisme terlalu menekankan pada aturan ritual yang
memberatkan dan terlalu sedikit pada ajaran agama, di mana pada saat itu Mozi
memutuskan untuk menempuh jalannya sendiri. Konfusius, dari semua catatan, adalah
aristokrat oleh temperamen dan orientasi dan memimpikan kembalinya hari-hari
kemegahan dan kemegahan yang tenang dan damai di awal dinasti Zhou . Mozi, di sisi
lain, tertarik pada orang-orang biasa dan melihat lebih jauh kembali ke kehidupan
kesederhanaan primitif dan keterusterangan dalam hubungan manusia.
Namun, kehidupan Mozi mirip dengan Konfusius dalam banyak hal penting. Dia
banyak membaca dan berpengalaman dalam tradisi Tiongkok Klasik. Kecuali untuk
periode singkat ketika dia memegang jabatan publik,
Mozi menghabiskan sebagian besar hidupnya bepergian dari satu negara feodal
ke negara lain dengan harapan bertemu dengan seorang pangeran yang akan
memungkinkan dia untuk mempraktikkan ajarannya. Dengan tidak adanya pangeran
seperti itu, dia harus puas dengan mempertahankan sekolah dan merekomendasikan murid
- muridnya untuk posisi administratif. Dia dihormati sebagian karena dia menjalani
kehidupan yang sangat sederhana dan merupakan seorang guru yang mengambil ajarannya
sendiri dengan serius. Dia tidak hanya mengutuk ofensif perang tetapi juga memimpin
para pengikutnya ke negara-negara yang jauh untuk mencegah pecahnya perang dengan
memperkuat negara pertahanan.

B. HASIL PEMIKIRAN MO ZI ( MO TZU )


Mohisme didirikan oleh Mo Tzu atau Mo Zi. Inti dari ajarannya adalah cinta
universal. Rakyat Cina harus percaya pada langit yang menampilkan cinta kepada semua
orang. Aliran ini bersifat pragmais, atinya baik buruknya sesuatu bergantung pada
pertimbangan untung dan ruginya. Mo Zi menentang kemewahan dan upacara yang
meghamburkan kekayaan.
Karya utama peninggalan Mozi dan pengikutnya, mengandung esensi politik,
etika , dan ajaran agama. Intinya ditemukan dalam tiga rangkaian bab dari bagian kedua,
yang memberikan gambaran umum dari 10 prinsip utama: "pemuliaan yang bajik,"
"identifikasi dengan yang superior," "cinta yang tidak dibedakan," "kutukan ofensif
perang, "ekonomi pengeluaran," "kesederhanaan dalam pemakaman," "kehendak surga,"
"pada hantu," "kecaman musik sebagai aktivitas yang sia-sia," dan "antifatalisme." Karena
Mohisme terpecah menjadi tiga aliran setelah kematian Mozi, tiga kumpulan bab mungkin
mewakili tiga kumpulan teks yang diawetkan oleh tiga aliran.
Inti pemikiran dari Mo Zi adalah kritik terhadap argumen Konfusianisme.
Menurut Mo Zi  ajaran Konfusianisme itu terlalu fatalistik dan terlalu banyak ritual, dan
perayaan-perayaan tradisi, termasuk penguburan, yang merugikan kehidupan dan
produktifitas orang biasa.
Ia mengatakan bahwa Konfusius memiliki pandangan dengan ukuran moral
adalah diri sendiri. Tetapi MoZi mengkritiknya, ia berpandangan bahwa apabila diri
sendiri adalah titik ukur sebagai moral terhadap orang lain. Itu adalah pemikiran yang
sempit karena dia harus memandang dirinya sendiri untuk memandang orang lain. Kitalah
yang harus memperhatikan orang lain, seperti memperhatikan diri kita sendiri.
Gagasan pemikiran Mo Zi juga lebih dikenal dengan universal
love  atau impartial care. Seperti pendapatnya tentang  seseorang harus peduli kepada
sesama, siapapun, tanpa mempertimbangkan posisi dan relasinya dengan dirinya. Orang
baik itu adalah orang yang mampu mewujudkan cinta sesama tanpa syarat. Oleh karena itu
diperlukan satu unconditional love/universal love (Jin Ai).
Mo Zi juga dikenal sebagai filsuf anti fatalisme, seperti gagasanya tentang
fatalisme yang ia anggap sebagai jalan kejahatan. Ia memberi contoh bahwa di masa lalu,
orang-orang yang malang, gemar makan dan minum, namun malas bekerja. Akhirnya
mereka kekurangan makanan dan pakaian, terancam kelaparan dan sakit. Mereka tidak
berkata: “Aku ini bodoh dan rendah, serta tidak tekun bekerja”.Namun mereka
berkata:“memang takdirku menjad imiskin”.

5. ZHUANG ZI

Chuang Tzu atau lebih dikenal dengan nama


Zhuang Zi hidup sekitar tahun 369 – 286 SM,
merupakan seorang filsuf Cina Kuno yang menganut
aliran Taoisme. Zhuang Zi lebih dikenal sebagai
filsuf dengan pemikiran tentang kebahagiaan yang
sebenarnya/ hakiki.

Zhuang Zi hidup pada masa peperangan antar kerajaan. Zhuang Zi berasal dari negeri
Meng (sekarang provinsi Henan).

A. PERJALANAN HIDUP ZHUANG ZI


Zhuangz lahir pada 369 SM ~ 286 SM di sebuah tempat bernama Meng di negara
Song (sekitar Shangqiu saat ini, Provinsi Henan), dan meninggal sekitar tahun 301, 295,
atau 286 SM, adalah ahli filsafat terpopuler pada pertengahan Zaman ‘Peperangan Negara-
negara’ di Tiongkok tahun 403 – 221 SM serta tokoh yang amat penting dalam
Daoisme/Taoisme setelah Laozi.
Hasil karya beliau diberi judul oleh Kaisar Tang “Zhuangzi” atau “Nanhua Jing”.
Menurut Shiji/Kitab Sejarah, Zhuangzi namanya Zhou dan nama kehormatan Zixiu . Ia
berasal dari Meng Timur Selatan Prefektur Sangqiu. Dalam buku “Zhuangzi”, beliau
diceritakan pernah menjadi pejabat sebagaI Qiyuan Li sehingga dijuluki juga sebagai
pejabat Meng.
Hampir tidak ada yang secara nyata diketahui mengenai kehidupan Zhuangzi. Dia
diduga telah menghabiskan waktu di bagian selatan negara Chu, serta di Linzi, ibu kota
negara. Intektualitasnya sangat tinggi , karangannya sangat baik, alur pemikirannya
sealiran dengan Laozi.
Ketika dia hidup mengeritik dengan sengit sekali terhadap Konfusianis dan Motis
, sehingga menjadi sangat polupler pada zaman itu. Walaupun pada kala itu kedua tokoh
tersebut menjadi tokoh utama dan sangat populer, namun kritikan Zhuangzi terhadap
kedua tokoh tersebut sangat tajam sekali. Argumentasinya dan isinya sangat dalam dan
sangat bebas mengalir, sehingga kaum penguasa juga tidak sanggup memberi suatu
jabatan sebagai abdi negara kepadanya.

B. HASIL PEMIKIRAN ZHUANG ZI

Menurut Zhuang Zi ada tiga orang yang paling bijaksana yakni Buddha,
Konfusius, dan Lao-tse. Kata Zhuang Zi, Buddha menganggap hidup ini pahit. Ia
menganggap hidup ini penuh penderitaan dan ilusi, penuh dengan keterikatan dan jebakan.
Ia merasa bahwa kita harus memasuki dunia spiritual untuk menyingkirkan penderitaan
tersebut. Kemudian Konfusius menganggap hidup ini asam/kecut. Ia merasa dunia ini
adalah tempat yang tidak teratur, sehingga harus dikontrol. Yang terakhir ialah Lao-tse
yang berpendapat bahwa  hidup ini sempurna dan indah sesuai apa adanya. Ia melihat
adanya satu harmoni alam yang bisa dialami siapapun dan kapanpun. Dunia ini adalah
guru yang paling berharga untuk hidup kita.
Zhuang Zi merupakan filsuf aliran Taoisme, segala pemikirannya nantinya akan
bersandar pada prinsip-prinsip Taoisme. Secara garis besar pemikiran Zhuang Zi
merupakan ajaran tentang cara memandang dan cara menjalani hidup. Menurut Zhuang Zi
hidup ini adalah sebagai suatu proses alamiah yang harus dijaga, dijalani, dinikmati dan
diisi dengan hal-hal positif. Ia berpendapat bahwa manusia itu bagaikan alam semesta
kecil yang mempunyai ikatan erat dengan alam semesta yang besar dan yang maha besar,
sehingga menganjurkan agar manusia hidup secara alamiah serta selaras dengan alam.
Menurut Zhuang Zi kebahagiaan tertinggi adalah “Wu-wei”. Wu-wei secara
harafiah: ‘tidak mempunyai kegiatan’ atau ‘tidak berbuat’, Maksudnya bukan tidak
berbuat apapun, melainkan berbuat tanpa dibuat-buat dan tidak semau-maunya. Bersikap
dibuat-buat dan semau-maunya berlawanan dengan sikap kodrati atau sikap yang wajar.
Menurut teori Wu-wei, seseorang hendaknya membatasi kegiatan-kegiatannya pada apa
yang diperlukan dan apa yang kodrati atau wajar.

3. EVALUASI
1. Jelaskan mengapa manusia melakukan kejahatan menurut Meng Zi?
2. Apa kritik Han Fei Zi terhadap pendapat Meng Zi yang menyatakan bahwa kodrat
manusia adalah baik?
3. Sebutkan kata kebijakan yang dikenang oleh Lao Zi!
4. Inti pemikiran dari Mo Zi adalah kritik terhadap argumen Konfusianisme, jelaskan!
5. Siapa tiga orang yang paling bijaksana menurut Zhuang Zi?

4. DAFTAR PUSTAKA

SUMBER MOZI DAN ZHUANG ZI

Tsaqif, A. (2020, september 9). Tokoh Filsafat Cina Kuno: Meng Zi, Han Fei Zi, Zhuang Zi, dan Mo
Zi. Retrieved from sejarahkita: https://sejarahkita.com/tokoh-filsafat-cina-kuno-meng-zi-han-
fei-zi-zhuang-zi-dan-mo-zi/
Mozi | Filsuf Cina. (2020, juni 2). Retrieved from delphipages.live: https://delphipages.live/id/filsafat-
agama/filsuf/mozi-chinese-philosopher
Hidup Bebas ala Zhuangzi Kaum Urakan Kuno. (2015, JUNI 26). Retrieved from kompasiana:
https://www.kompasiana.com/makenyok/550076e2813311f51bfa75db/hidup-bebas-ala-
zhuangzi-kaum-urakan-kuno

SUMBER LAO ZI
Muhamad Nurdin Fathurrohman 2014, Biografi Lao Tse - Filsuf dan Penyair dari Cina Kuno,
BIOGRAFI TOKOH TERNAMA, viewed 17 June 2021, https://biografi-tokoh-
ternama.blogspot.com/2014/05/biografi-lao-tse-filsuf-dan-penyair.html?m=1
sufita 2018, Lao Tzu dan Filsafat Taoismenya - Kompasiana.com, KOMPASIANA,
Kompasiana.com, viewed 17 June 2021,
https://www.kompasiana.com/sufita/5be8d732bde5751ec26b2536/lao-tzu-dan-filsafat-
taoismenya
Profil - Lao Tzu - merdeka.com 2021, merdeka.com, viewed 17 June 2021,
https://www.merdeka.com/lao-tzu/profil/

Anda mungkin juga menyukai