Disusun oleh:
Azhar Azizah : (11180321000029)
Najamudin Rifa’i : (11180321000015)
Latif Ma’ruf : (11180321000021)
Kami juga menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan juga saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah kami yang akan datang.
Kami berharap, semoga makalah ini bisa berguna dan memberikan manfaat
kepada para pembaca semua. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Jan S. Aritonang, “Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia”, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2004), h. 20.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembentukan Gereja yang dilakukan oleh bangsa
Eropa atau bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia (Nusantara)?
C. Tujuan Masalah
1. Memberikan pemahaman mengenai muncul dan tujuan akan kedatangan
Portugis dan Spanyol ke Indonesia (Nusantara).
2. Supaya mahasiswa mampu memahami pembentukan Gereja yang dilakukan
Portugis dan Spanyol di Indonesia (Nusantara).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kapal dagang Portugis yang kelak dianggap sebagai pelopor penyebaran
Katolik di Indonesia yang pertama.
Seperti yang sudah di terangkan di atas tadi, ketika Portugis dan Spanyol
melakukan Glory atau penyiaran agama yang dibantu oleh Negara atau Raja,
mereka bersemangat menyebarkan agama Kristen yang membuat
berkembangnya agama dan gereja Kristen Katolik pada awal pertengahan
periode sehingga mereka memperoleh kejayaan, superioritas dan kekuasaan,
walaupun banyak mendapatkan gangguan dan pukulan dalam melakukan karya
misinya tersebut.
Adapun orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis
bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima
pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang pemimpin Portugis di Maluku
atau orang yang melakukan misionaris atau penginjilan.4
Kedatangan Portugis ke wilayah Timur tak lepas dari mandat Paus
Alexander VI yang melalui Perjanjian Tordesillas dan Saragosa membagi
belahan dunia di luar daratan Eropa, Portugis tetap melakukan aktivitas
perdagangan di Maluku sedangkan di sisi lainnya, Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan memusatkan kegiatannya di Filipina. Kedua Negara ini awalnya
bertemu di Maluku dan menyelesaikan persoalan lewat Perjanjian Saragossa
pada tanggal 22 April 1529, karena terjadinya persaingan perebutan koloni
yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol. sehingga masing-masing Negara
tersebut bisa tetap meraup rempah-rempah, walaupun dalam wilayah yang
berbeda.
4
Adapun Gereja pada Masa Portugis dan Spanyol atau bukti fisik sejarah
kehadiran Katolik di bumi Nusantara, khususnya di Kesultanan Moloko Kie
Raha atau (Maluku Utara) ditandai dengan dibangunnya Gereja Katolik Santo
Willibrordus atau Gereja Batu. Gereja yang terletak di Jln. Salim Fabanyo, No
57 Kelurahan Tanah Raja, Kecamatan Ternate Tengah yang masuk dalam
wilayah Keuskupan Amboina Wilayah Maluku Utara. Gereja tersebut
merupakan gereja katolik pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1523
oleh Fransiscus Xaverius, seorang misionaris Jesuit pertama yang
menyebarkan agama Katolik di Ternate.5 Di kutip dalam sebuah artikel di
poskomalut.com, selain, memiliki kontruksi bagunan tua dan dinding bagunan
yang terbuat dari batuan vulkanik Gunung Gamalama. Gereja Santo
Willibrordus juga menyimpan sebuah lonceng sakral tertua di dunia yang
hanya ada di Indonesia pada abad ke-16 masehi. Pastor gereja Santo
Willibrordus, Titus Rahail kepada menceritakan, kehadiran Fransiskus
Xaverius di Ternate diterima baik oleh berbagai kalangan baik pihak
Kesultanan Ternate, Masyarakat hingga bangsa Portugis. Namun, misi
Katoliknya berakhir dengan diusirnya orang -orang Katolik keluar dari Ternate
oleh VOC, bahkan Gereja pun dirusak pada tahun 1570.
Meski melewati banyak masa sulit, benda bersejarah seperti Lonceng
Maria yang dibuat oleh Pedro Fiaz Boccaro tahun 1603 di Portugis itu tetap
terjaga dan terawat hingga kini. “Pasca konflik komunal lonceng ini pernah
hilang dicuri para kolektor barang sejarah dan di bawa ke Surabaya lalu di jual
ke Jakarta. Namun, pembeli lonceng mengetahui benda itu milik gereja di
Ternate, sehingga dibeli dan dikembalikan ke Ternate,” ungkap Pastor Titus. 6
Lonceng Maria ini pernah dipajang di atas gedung gereja sebagai penanda
waktu ibadah namun, pihaknya lebih memilih menaruhnya di dalam ruangan
gereja sebagai benda sejarah untuk disaksikan oleh wisatawan bila
menginjakkan kaki ke Ternate. Sebab, gereja Batu telah di tetapkan sebagai
5
Di kutip dalam Kompas.com, “Serba Tertua di Ternate”, di https://travel.kompas.com/read/
2010/04/15/15431536/serba.tertua.di.ternate (diakses pada 15/04/2010, pukul 15:43 WIB).
6
Di kutip di poskomalut.com, “Gereja Katolik Pertama Di Ternate Simpan Lonceng Tertua Di
Dunia”, di https://poskomalut.com/gereja-katolik-pertama-di-indonesia-menyimpan-lonceng-
tertua-di-dunia-ada-di-ternate/ (diakses pada 23 November 2019).
5
salah satu cagar sejarah oleh Pemerintah sejak tahun 2006. Adapun mengenai
konsep keimanan pada Gereja ini didasarkan seperti iman yang tercantum
dalam Gereja Katolik Roma. Namun karena gereja ini adalah gereja awal yang
ada di Ternate, maka pembentukan sebuah gereja tidak jauh dengan adanya
campur tangan berbagai konflik dikalangan misionaris khusunya Franciscus
Xaverius dan kerajaan-kerajaan lokal saat itu.
BAB III
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tujuan kedatangan bangsa Portugis dan
Spanyol ke Maluku, memanfaatkan konflik internal antara Ternate dan Tidore,
Portugis dan Spanyol melancarkan misi kristenisasinya di Nusantara, namun
karena ada perebutan konflik monopoli perdagangan, dilakukanlah adanya
perjanjian Saragosa yang memisahkan Portugis dan Spanyol dalam rangka
melakukan misionaris di wilayah yang berbeda. Pemahaman animisme dan
dinamisme, kurangnya pengetahuan yang dimiliki penduduk yang masih awam
membuat Portugis leluasa untuk menyebarkan berita terkait agama Kristen
sampai adanya pembentukan Gereja yang dilakukan oleh Franciscus Xaverius
dengan bukti sejarahnya yaitu Gereja Katolik Santo Willibrordus atau Gereja
Batu yang berada di Ternate, khususnya di Ambon, Maluku Utara. Kebenaran
dalam menyebarkan agama memerlukan upaya penumbuhan modus kesadaran
yang berbeda. Pengalaman selalu bermula dengan adanya disorientasi dan juga
konflik dalam kegelapan mutlak, yang menumpas kebiasaan pikiran yang
normal. Inilah yang dihadapi oleh Portugis dan Spanyol dalam rangka
Kristenisasi dan juga pembentukan Gereja Katolik di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
7
Aritonang, Jan S. 2004. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Ismatu Ropi. 2000. Fragile Relation – Muslims and Christians in Modern
Indonesia. Jakarta: Logos pada artikel Olaf Schumann, “Christian-Muslim
Encounter in Indonesia”, dalam Yvonne Yazbeck Haddad e.a. (eds.),
Christian Muslim Encounters. Gainesville: University Press of Florida,
1988.
Kompas.com, “Serba Tertua di Ternate”, di https://travel.kompas.com/read/2010/
04/15/15431536/serba.tertua.di.ternate.
Poskomalut.com, “Gereja Katolik Pertama Di Ternate Simpan Lonceng Tertua Di
Dunia”, di https://poskomalut.com/gereja-katolik-pertama-di-indonesia-
menyimpan-lonceng-tertua-di-dunia-ada-di-ternate/.
Setiyono, Budi. “Masuknya Kristen di Indonesia” di https://historia.id/agama/
articles/masuknya-kristen-di-indonesia-PyJpV.
Wikipedia, “Sejarah Gereja Katolik di Indonesia”, di https://id.wikipedia.org/
wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia.