Anda di halaman 1dari 11

GEREJA PADA MASA PENDUDUKAN PORTUGIS DAN SPANYOL

Makalah disusun untuk memenuhi presentasi mata kuliah Kristen di Indonesia


Dosen Pengampu:
Drs. Moh. Nuh HS., M.Ag.

Disusun oleh:
Azhar Azizah : (11180321000029)
Najamudin Rifa’i : (11180321000015)
Latif Ma’ruf : (11180321000021)

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa


melimpahkan taufik, rahmat dan juga hidayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Kristen di Indonesia dengan tepat waktu. Kami selaku
penyusun makalah menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah turut membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan kritik dan juga saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan dan peningkatan kualitas
penyusunan makalah kami yang akan datang.

Kami berharap, semoga makalah ini bisa berguna dan memberikan manfaat
kepada para pembaca semua. Aamiin.

Jakarta, 13 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Awal Mula Kedatangan Portugis dan Spanyol .............................................3
B. Gereja pada Masa Portugis dan Spanyol .......................................................4
BAB III PENUTUP .................................................................................................6
A. Kesimpulan ...................................................................................................6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebelum membahas mengenai Gereja pada masa Portugis dan Spanyol di


Indonesia. Perlu kita ketahui, bahwa tujuan utama kedatangan bangsa Eropa ke
Asia khususnya Nusantara adalah untuk berdagang, terutama menemukan
kawasan sumber utama penghasil rempah-rempah untuk memperoleh
keuntungan.1 (Jan S. Aritonang, 20:2004). Kenapa dikatakan berdagang?
Karena pada dasarnya, orang Eropa khusunya Portugis dan Spanyol sangat
membutuhkan sekali rempah-rempah sebagai bumbu dapur, obat-obattan
maupun kosmetik. Semula mereka telah mendapatkannya di Konstatinopel
(Istanbul), namun semenjak Istanbul jatuh ke tangan Turki, harga rempah-
rempah melonjak menjadi mahal, dan sistem perdagangan banyak di kuasai
oleh Negara-negara islam. oleh sebab itu, mereka berupaya untuk menyaingi
bahkan mendominasi jaringan perdagangan islam tersebut dengan cara
berusaha menguasai dan mendapatkan kembali rempah-rempah tersebut,
sehingga mereka akan dapat mengambil banyak keuntungan. Mereka akhirnya
datang ke Nusantara khusunya di kawasan Timur Nusantara. Di sanalah, kedua
Negara Katolik ini bertemu. Keduanya kadang bekerjasama tetapi kebanyakan
juga bertikai dalam rangka merebut monopoli perdagangan. Kedua Negara
eropa ini terkadang mencari sekutu, mulai dari kalangan masyarakat sampai
penguasa pribumi atau Raja. Alih-alih berdagang, mereka juga mempunyai
tujuan lain yaitu melakukan misionarisme atau menyebarkan injil dan Iman
Kristen kepada masyarakat penduduk setempat yang mereka jumpai. Inilah
awal mula terjadinya pembentukan umat Kristen dan juga bentuk Gereja di
Indonesia.
Untuk itu, kami berupaya untuk menjelaskan awal mula kedatangan
Portugis dan Spanyol ke Nusantara hingga berhasil mendirikan Gereja Katolik
di Nusantara. Bagaimanakah kelanjutan misi yang dilakukan Portugis dan
Spanyol? Mari kita lihat paparan makalah berikut ini.

1
Jan S. Aritonang, “Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia”, (Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 2004), h. 20.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses pembentukan Gereja yang dilakukan oleh bangsa
Eropa atau bangsa Portugis dan Spanyol di Indonesia (Nusantara)?

C. Tujuan Masalah
1. Memberikan pemahaman mengenai muncul dan tujuan akan kedatangan
Portugis dan Spanyol ke Indonesia (Nusantara).
2. Supaya mahasiswa mampu memahami pembentukan Gereja yang dilakukan
Portugis dan Spanyol di Indonesia (Nusantara).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kedatangan Portugis dan Spanyol


Masuknya agama Kristen Katolik ke Maluku, khusunya di Ternate, tidak
terlepas dari ekspansi yang dilakukan bangsa Portugis dan Spanyol pada tahun
1515. Setelah membaca surat dari Rui de Araujo, satu dari 19 orang Portugis
yang ditahan di Malaka, maka Alfonso de Albuquerque, gubernur Portugis
kedua di India, mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar dan berlayar
dengan belasan kapal menuju Malaka.2 Dalam waktu singkat, dia berhasil
menaklukkan Malaka, yakni pelabuhan perdagangan penting kala itu.
Dari Malaka, Albuquerque mengirim ekspedisi ke kepulauan rempah-
rempah. Mereka tiba di Banda, menuju Maluku, dan akhirnya Ternate. Telah
dijelaskan bahwa tujuan utama kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol ke
Indonesia adalah untuk berdagang dan mencari rempah-rempah. Namun di
samping itu, baik Portugis maupun Spanyol keduanya diberi mandat atau
perintah oleh Paus Gereja Katolik untuk melakukan misionarisme di wilayah
timur, khususnya Ambon dan Halmahera, Ternate dan Tidore. Perintah yang
diberikan oleh Paus tidak terlepas dari keyakinan Gereja Katolik pada masa itu,
bahwa di luar gereja tidak ada keselamatan (extra ecclesiam nulla salus)3.
Hubungan antara GKR (Gereja Katolik Roma) dengan dua Negara ini adalah
melakukan tiga misi yang harus dilakukannya, yaitu: berdagang, menaklukan
wilayah, dan menyiarkan agama yang dibantu oleh Negara atau raja yang
menjadi majikan sebagai pelindung gereja. Dan ketiga hal tersebut sering
diungkapkan dengan istilah Gospel, Gold dan Glory. Oleh karena itu, di dalam
ekspedisinya kedua Negara Eropa tersebut selalu terlibat sejumlah rohaniawan
katolik, baik untuk melayani dan merawat kerohiawan para pedagang pribumi
maupun untuk melakukan misionaris, misalnya seperti Simon Vaz dan
Franciscus Xaverius, dari Ordo Yesuit, pastor dari Spanyol yang datang dengan
2
Budi Setiyono, “Masuknya Kristen di Indonesia” di https://historia.id/agama/articles/masuknya-
kristen-di-indonesia-PyJpV (diakses pada 25 Des 2017).
3
di catat oleh Ismatu Ropi, Fragile Relation – Muslims and Christians in Modern Indonesia
(Jakarta: Logos, 2000) mengacu pada artikel Olaf Schumann, “Christian-Muslim Encounter in
Indonesia”, dalam Yvonne Yazbeck Haddad e.a. (eds.), Christian Muslim Encounters
(Gainesville: University Press of Florida, 1988), h. 285-7.

3
kapal dagang Portugis yang kelak dianggap sebagai pelopor penyebaran
Katolik di Indonesia yang pertama.
Seperti yang sudah di terangkan di atas tadi, ketika Portugis dan Spanyol
melakukan Glory atau penyiaran agama yang dibantu oleh Negara atau Raja,
mereka bersemangat menyebarkan agama Kristen yang membuat
berkembangnya agama dan gereja Kristen Katolik pada awal pertengahan
periode sehingga mereka memperoleh kejayaan, superioritas dan kekuasaan,
walaupun banyak mendapatkan gangguan dan pukulan dalam melakukan karya
misinya tersebut.
Adapun orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang Maluku,
Kolano (kepala kampung) Mamuya (sekarang di Maluku Utara) yang dibaptis
bersama seluruh warga kampungnya pada tahun 1534 setelah menerima
pemberitaan Injil dari Gonzalo Veloso, seorang pemimpin Portugis di Maluku
atau orang yang melakukan misionaris atau penginjilan.4
Kedatangan Portugis ke wilayah Timur tak lepas dari mandat Paus
Alexander VI yang melalui Perjanjian Tordesillas dan Saragosa membagi
belahan dunia di luar daratan Eropa, Portugis tetap melakukan aktivitas
perdagangan di Maluku sedangkan di sisi lainnya, Spanyol harus meninggalkan
Maluku dan memusatkan kegiatannya di Filipina. Kedua Negara ini awalnya
bertemu di Maluku dan menyelesaikan persoalan lewat Perjanjian Saragossa
pada tanggal 22 April 1529, karena terjadinya persaingan perebutan koloni
yang dilakukan oleh Portugis dan Spanyol. sehingga masing-masing Negara
tersebut bisa tetap meraup rempah-rempah, walaupun dalam wilayah yang
berbeda.

B. Gereja pada Masa Portugis dan Spanyol


4
Di kutip dalam Wikipedia, “Sejarah Gereja Katolik di Indonesia”, di https://id.wikipedia.org/
wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia.

4
Adapun Gereja pada Masa Portugis dan Spanyol atau bukti fisik sejarah
kehadiran Katolik di bumi Nusantara, khususnya di Kesultanan Moloko Kie
Raha atau (Maluku Utara) ditandai dengan dibangunnya Gereja Katolik Santo
Willibrordus atau Gereja Batu. Gereja yang terletak di Jln. Salim Fabanyo, No
57 Kelurahan Tanah Raja, Kecamatan Ternate Tengah yang masuk dalam
wilayah Keuskupan Amboina Wilayah Maluku Utara.  Gereja tersebut
merupakan gereja katolik pertama yang didirikan di Indonesia pada tahun 1523
oleh Fransiscus Xaverius, seorang misionaris Jesuit pertama yang
menyebarkan agama Katolik di Ternate.5 Di kutip dalam sebuah artikel di
poskomalut.com, selain, memiliki kontruksi bagunan tua dan dinding bagunan
yang terbuat dari batuan vulkanik Gunung Gamalama. Gereja Santo
Willibrordus juga menyimpan sebuah lonceng sakral tertua di dunia yang
hanya ada di Indonesia pada abad ke-16 masehi. Pastor gereja Santo
Willibrordus, Titus Rahail kepada menceritakan, kehadiran Fransiskus
Xaverius di Ternate diterima baik oleh berbagai kalangan baik pihak
Kesultanan Ternate, Masyarakat hingga bangsa Portugis. Namun, misi
Katoliknya berakhir dengan diusirnya orang -orang Katolik keluar dari Ternate
oleh VOC, bahkan Gereja pun dirusak pada tahun 1570.
Meski melewati banyak masa sulit, benda bersejarah seperti Lonceng
Maria yang dibuat oleh Pedro Fiaz Boccaro tahun 1603 di Portugis itu tetap
terjaga dan terawat hingga kini. “Pasca konflik komunal lonceng ini pernah
hilang dicuri para kolektor barang sejarah dan di bawa ke Surabaya lalu di jual
ke Jakarta. Namun, pembeli lonceng mengetahui benda itu milik gereja di
Ternate, sehingga dibeli dan dikembalikan ke Ternate,” ungkap Pastor Titus. 6
Lonceng Maria ini pernah dipajang di atas gedung gereja sebagai penanda
waktu ibadah namun, pihaknya lebih memilih menaruhnya di dalam ruangan
gereja sebagai benda sejarah untuk disaksikan oleh wisatawan bila
menginjakkan kaki ke Ternate. Sebab, gereja Batu telah di tetapkan sebagai

5
Di kutip dalam Kompas.com, “Serba Tertua di Ternate”, di https://travel.kompas.com/read/
2010/04/15/15431536/serba.tertua.di.ternate (diakses pada 15/04/2010, pukul 15:43 WIB).
6
Di kutip di poskomalut.com, “Gereja Katolik Pertama Di Ternate Simpan Lonceng Tertua Di
Dunia”, di https://poskomalut.com/gereja-katolik-pertama-di-indonesia-menyimpan-lonceng-
tertua-di-dunia-ada-di-ternate/ (diakses pada 23 November 2019).

5
salah satu cagar sejarah oleh Pemerintah sejak tahun 2006. Adapun mengenai
konsep keimanan pada Gereja ini didasarkan seperti iman yang tercantum
dalam Gereja Katolik Roma. Namun karena gereja ini adalah gereja awal yang
ada di Ternate, maka pembentukan sebuah gereja tidak jauh dengan adanya
campur tangan berbagai konflik dikalangan misionaris khusunya Franciscus
Xaverius dan kerajaan-kerajaan lokal saat itu.

BAB III

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tujuan kedatangan bangsa Portugis dan
Spanyol ke Maluku, memanfaatkan konflik internal antara Ternate dan Tidore,
Portugis dan Spanyol melancarkan misi kristenisasinya di Nusantara, namun
karena ada perebutan konflik monopoli perdagangan, dilakukanlah adanya
perjanjian Saragosa yang memisahkan Portugis dan Spanyol dalam rangka
melakukan misionaris di wilayah yang berbeda. Pemahaman animisme dan
dinamisme, kurangnya pengetahuan yang dimiliki penduduk yang masih awam
membuat Portugis leluasa untuk menyebarkan berita terkait agama Kristen
sampai adanya pembentukan Gereja yang dilakukan oleh Franciscus Xaverius
dengan bukti sejarahnya yaitu Gereja Katolik Santo Willibrordus atau Gereja
Batu yang berada di Ternate, khususnya di Ambon, Maluku Utara. Kebenaran
dalam menyebarkan agama memerlukan upaya penumbuhan modus kesadaran
yang berbeda. Pengalaman selalu bermula dengan adanya disorientasi dan juga
konflik dalam kegelapan mutlak, yang menumpas kebiasaan pikiran yang
normal. Inilah yang dihadapi oleh Portugis dan Spanyol dalam rangka
Kristenisasi dan juga pembentukan Gereja Katolik di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

7
Aritonang, Jan S. 2004. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Ismatu Ropi. 2000. Fragile Relation – Muslims and Christians in Modern
Indonesia. Jakarta: Logos pada artikel Olaf Schumann, “Christian-Muslim
Encounter in Indonesia”, dalam Yvonne Yazbeck Haddad e.a. (eds.),
Christian Muslim Encounters. Gainesville: University Press of Florida,
1988.
Kompas.com, “Serba Tertua di Ternate”, di https://travel.kompas.com/read/2010/
04/15/15431536/serba.tertua.di.ternate.
Poskomalut.com, “Gereja Katolik Pertama Di Ternate Simpan Lonceng Tertua Di
Dunia”, di https://poskomalut.com/gereja-katolik-pertama-di-indonesia-
menyimpan-lonceng-tertua-di-dunia-ada-di-ternate/.
Setiyono, Budi. “Masuknya Kristen di Indonesia” di https://historia.id/agama/
articles/masuknya-kristen-di-indonesia-PyJpV.
Wikipedia, “Sejarah Gereja Katolik di Indonesia”, di https://id.wikipedia.org/
wiki/Sejarah_Gereja_Katolik_di_Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai