Anda di halaman 1dari 6

TOKOH YANG HIDUP MASA ABAD PERTENGAHAN

Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa tokoh/filosof yang berbendapat antara lain:

Ø Pada Masa Patristik

– Justinus Martin

Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Marin diambil dari istilah “orang-orang yang rela mati hanya
untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua
dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup
sebelu Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dngan
mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi.
Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-
oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lin-lain) kurang memahami apa yang terkandung dan memacar dari
logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran
murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang Yahudi terpengaruh leh demon atau setan.
Demon atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama
Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.

– Klemens ( 150 – 215 )

Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya
adalah sebagai berikut:

Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter filsafat
Yunani;

Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;

Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara mendalam;

– Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih
membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu
yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara
teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat
filsafat), tidak ada hubungan antara gereja akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan
penemuan baru.

Selanjutnya ia megatakan bahwa dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para
filosof Yunani dianggap tidak penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakikatnya sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran
kitab suci tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat
Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional diperlukan
sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat itu filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya Tertullianus melihat filsafat
hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk
memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.

– Augustinus (354 – 430)

Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Plantoniasme dan
Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar
dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolistik yang sejati. Ia seorang tokoh
besar di bidang teologi dan filsafat.

Setelah mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di
dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak dapat
meragukan bahwa ia ragu-ragu. Seseoran yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang
berfikir sesungguhnya ia berada (eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya,
tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat
kekal abadi. Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih
tinggi.

Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran Eropa.
Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik. Mengapa ajaran
Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih
bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa
skolistik.

Ø Pada masa Skolistik

v Skolastik Awal

– Peter Abaelardus (1079 – 1180)

Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam
sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termaksud orang
konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artiya
peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya
adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal. Berbeda dengan Anselmus yang
mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man. Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu
berada di luar iman (di lur kepercayaan). Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal
ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi
harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti,
termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.

– Johanes Scotus Eriugena (815 – 870)

Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik pada suatu
zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun suatu sistem filsafat
yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan
mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja. Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-
tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios dari Aeropagos.

Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian dimulai dari
iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya. Menurut dia, akal
bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahan-bahan filsafatnya yang digalinya dari wahyu
ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena kelemahan kita, dituangkan dalam
bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau
isi simbul-simbul itu diungkapkan secara kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat
arti yang bermacam – macam dari suatu simbul. Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti
yang benar. Akibatnya pandangan ini ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan
jalan penafsiran allegoris atau kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin
umum sifat sesuatu, makin nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata.
Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang
demikian itu adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam
adalah satu, esa.

– Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)

Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun sebagian karyanya
di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali pengaruhnya atas pemikiran
Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh ini sebagai termaksud tokoh abad ke-
12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya –
karyanya yang penting adalah “Cur deus homo” (Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion,
Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika, atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi
pemikiran teologia. Akan tetapi bukan dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang
kepada kepercayaan, melainkan bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan
penegrtian yang benar akan kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan
orang pada abad-abad berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran
Neoplatonisme dan mistik.

– Petrus Abaelardus (1079 – 1142)

Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi karena kekerasan
wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para pejabat gerejani. Jasa-
jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam memikirkan lebih lanjut persoalan-
persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah rasionalistis, yang menundukkan iman
kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan
telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda sekali dengan pandangan Anselmus, yang
mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan dalam iman.

v Skolastika Puncak
– Albertus mangunus (1203 – 1280)

Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia
lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universalis” dan “doktor
magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa.
Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles,
belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi
dosen filsafat dan teknologi. Selain daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat,
yang oleh karenanya telah membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-
gagasan dasar filsafat Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia
Barat. Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat
pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.

– Thomas Aquinas (1225-1274)

Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Di
samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia.
Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja Katolik Romawi dan pendiri aliran
yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada
tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf
yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa
iaman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran
Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang pemikirannya yang logis.

Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan ynag
berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia mengimbau agar orang-orang
untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap dalam kepercayaan. Tidak ada
kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman
diungkapkan lewat beberapa kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan
pandangan Tuhan sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan dunia,
tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.
v Skolastik Akhir

– William Ockham (1285 – 1349)

Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran umu denga
Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari perlindungan pada
Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada
benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya tanda-tanda abstrak. Menurut
pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual.
Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan
tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini, dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika.
Disamping itu, ia membantah anggapan skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini
akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

– Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )

Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya, terdapat tiga
cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan
pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan
mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada sajian atau tangkapan indra.
Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita
akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari
akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya menyadari akan keterbatasan akal,
sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit
saja yang dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu
suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.

Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke
suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikiranya ini tersirat suatu
pemikiran para humanis.

Anda mungkin juga menyukai