Disusun Oleh :
Kelompok 7
Rizky Isonris Balige Marpaung 220709083
Putra Hernando Munte 220710040
Pretty Sintauli Tampubolon 221101041
Cindy Aulia Tritintanti Sinaga 221101084
Rebecca Marianne Simangunsong 221101117
Selviah Dwiheriani 221101140
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1 Kumpulan Klipping...........................................................................................................5
2.2 Rangkuman Klipping........................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................11
3.1 Pandangan Iman Kristen Terhadap Budaya Batak..........................................................11
3.2 Tinjauan Etis Kristen Mengenai Pengaruh Budaya Batak Dengan Gereja dan Alkitab. 13
3.3 Peran Mahasiswa Dalam Meperkuat Hubungan Antara Budaya Dan Agama Di Dalam
Gereja14
BAB IV..........................................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
4.2 Saran................................................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
hanya terlihat dalam kehidupan sehari-hari, melainkan juga dalam kehidupan agama.
Banyak umat Kristen di daerah Sumatera Utara yang menggabungkan adat istiadat Batak
Toba dengan kehidupan gereja mereka, seperti penggunaan bahasa Batak Toba dalam ibadah
dan musik tradisional Batak Toba yang dimainkan dalam acara kebaktian.
Namun, penggabungan antara budaya Batak Toba dan agama Kristen tidak jarang
menimbulkan pertanyaan mengenai relevansi dan konsekuensi etisnya dari sudut pandang
agama Kristen. Sebagai agama yang mengajarkan tentang kebenaran mutlak dan prinsip-
prinsip etika yang ditentukan oleh Tuhan, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang sejauh
mana pengaruh budaya Batak Toba yang mencakup adat istiadat, bahasa, dan musik
tradisional dapat diterima dan diintegrasikan dalam kehidupan gereja. Oleh karena itu,
melalui makalah ini, kita akan mencoba melakukan tinjauan etis Kristen tentang pengaruh
budaya Batak Toba terhadap gereja, dengan tujuan untuk memahami dan menggali implikasi
dari pengaruh budaya Batak Toba tersebut bagi kehidupan gereja.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pandangan Iman Kristen terhadap budaya Batak.
2. Mengetahui tinjauan etis Kristen mengenai pengaruh budaya Batak dengan gereja.
3. Mengetahui peran kita sebagai mahasiswa dalam meperkuat hubungan antara budaya
dan agama di dalam gereja.
4
BAB II
KLIPPING
1. Helen br Turnip Ngaku Menikah dengan Pasu-pasu Raja dan Tak Ada Dokumen
Pernikahan
https://www.bentengtimes.com/news/regional/2018/03/24/3537/helen-br-turnip-ngaku-
menikah-dengan-pasu-pasu-raja-dan-tak-ada-dokumen-pernikahan/
2. Tarian Mistis Si Gale-Gale sebagai Ritual Penguburan Mayat Suku Batak di Pulau
Samosir (Sumatera Utara)
https://www.kompasiana.com/yunzeta/607d037744b57842d567f022/tarian-mistis-
sigalegale-sebagai-ritual-penguburan-mayat-suku-batak-di-pulau-samosir-sumatera-
utara
3. Mangongkal Holi, Memindah dan Mengubur Tulang
https://www.liputan6.com/news/read/274092/mangongkal-holi-memindah-dan-
mengubur-tulang
4. Tradisi Mangongkal Holi dalam Budaya Batak Toba diperhadapkan dengan Kekristenan
https://kliktodaynews.com/pematangsiantar/tradisi-mangongkal-holi-dalam-budaya-
batak-toba-diperhadapkan-dengan-kekristenan/
5. Sipaha Lima, Ritual Sakral Agama Leluhur Suku Batak
https://travel.kompas.com/read/2017/07/10/120400027/
sipaha.lima.ritual.sakral.agama.leluhur.suku.batak?page=all
6. Kepercayaan Parmalim Rayakan Upacara Sipaha Lima
https://medan.tribunnews.com/amp/2016/07/18/kepercayaan-parmalim-rayakan-
upacara-sipaha-lima
7. Pusuk Buhit, Lokasi Orang Batak Berdoa Minta Jodoh dan Rezeki Sambil Taruh Telur
Ayam Seperti Ini
https://www.tribunnews.com/travel/2016/02/11/pusuk-buhit-lokasi-orang-batak-berdoa-
minta-jodoh-dan-rezeki-sambil-taruh-telur-ayam-seperti-ini
8. Mangalahat Horbo, Tradisi Kurban Khas Batak Zaman Dulu
https://regional.kompas.com/read/2013/09/13/1647261/
Mangalahat.Horbo.Tradisi.Kurban.Khas.Batak.Zaman.Dulu
9. Agama Parmalim, Kepercayaan Spiritual Asli Batak
https://www.suarakarya.id/muda/pr-2604071183/agama-parmalim-kepercayaan-
spiritual-asli-batak
10. Budaya Batak Untuk Semua Kalangan
https://medan.tribunnews.com/2012/03/10/budaya-batak-untuk-semua-kalangan
11. Batak Menyapa Dunia Melalui Museum
https://nasional.kompas.com/read/2014/09/06/181600927/
Batak.Menyapa.Dunia.Melalui.Museum?page=all
5
12. Ulos Diburu Wisatawan untuk Suvenir
https://travel.kompas.com/read/2014/06/29/0908225/NaN
13. Ulos Jadi Ikon Festival Danau Toba 2014
https://travel.kompas.com/read/2013/09/22/1753000/
Ulos.Jadi.Ikon.Festival.Danau.Toba.2014
14. HKBP Apresiasi Musyawarah Besar Pemuka Agama
https://analisadaily.com/berita/arsip/2018/2/12/503936/hkbp-apresiasi-musyawarah-
besar-pemuka-agama/
15. Etnis Batak Toba Akan Adakan Seminar Budaya di Binjai
https://medan.tribunnews.com/2014/11/27/etnis-batak-toba-akan-adakan-seminar-
budaya-di-binjai
2. Tarian Mistis Si Gale-Gale sebagai Ritual Penguburan Mayat Suku Batak di Pulau
Samosir (Sumatera Utara)
Sigale Gale atau Si Gale-Gale atau Sigalegale adalah sebuah patung kayu yang
digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau
Samosir, Sumatra Utara. Sigale Gale berasal dari kata “gale” artinya lemah, lesu,
lunglai. Sigale Gale cukup terkenal di kalangan para turis. Selama menari-nari, patung
ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang mirip boneka marionette
menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui
podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala
dan tubuhnya digerakkan. Konon, jumlah tali yang menggerakkan Sigale gale sama
dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.
Pada masa sekarang, yakni setelah agama Kristen semakin mendalam dan meresap
dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigale gale
mulai ditinggalkan. Menurut pandangan mereka, upacara ini dianggap sebagai upacara
keagamaan parbegu, yaitu suatu upacara yang didasarkan pada kepercayaan terhadap
begu (roh dari orang yang sudah meninggal).
6
Salah satu tradisi masyarakat Batak adalah penggalian atau pemindahan tulang
belulang ke suatu tempat atau tugu atau biasa disebut mangongkal holi. Dalam bahasa
Batak Toba, holi berarti tulang yaitu tulang tengkorak. Berdasarkan buku pedoman
pelaksanaan adat Batak Dalihan Natolu, upacara mangongkal holi adalah memindahkan
dan mengubur tulang orang meninggal ke batu napir atau bangunan yang lebih tinggi
dan mewah dari makam sebelumnya.
4. Tradisi Mangongkal Holi dalam Budaya Batak Toba diperhadapkan dengan Kekristenan
Tradisi “Mangokal Holi” dulunya berasal dari kultur Batak pra-Kristen yang
menganggap hal itu perlu sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada orang tua
atau leluhur yakni dengan meninggikan posisi tulang-belulang di atas tanah, khusunya
di bukit yang tinggi dengan batu yang keras.
Gereja HKBP ( Huria Kristen Batak Protestan) yang pada awal abad ke 20
melarang segala bentuk acara adat, namun dalam Sinode tahun 1952 mulai
menerima Mangongkal Holi dengan beberapa persyaratan yaitu dihilangkannya prosesi
mengiring tulang belulang ke kampung, ratapan keluarga, dan juga memberi makan
tulang belulang dengan sirih pinang. Penghilangan ritual tersebut dilakukan karena
dianggap tidak sesuai dengan ajaran Kristen, khususnya tentang kehidupan setelah
mati.
7. Pusuk Buhit, Lokasi Orang Batak Berdoa Minta Jodoh dan Rezeki Sambil Taruh Telur
Ayam Seperti Ini
7
Ada kepercayaan, Siraja Batak yang diturunkan di Pusuk Buhit merupakan keturunan
dari Dewa, sehingga tidak sedikit yang datang ke sana memiliki maksud tertentu.
Sagala, penduduk sekitar menuturkan kalau ke puncak bukit, sayang rasanya jika tidak
punya permintaan.
Konon, permintaan orang-orang yang berhasil sampai ke puncak dikabulkan.
"Banyak yang datang ke Pusuk Buhit untuk panjatkan doa, mulai dari jodoh, kesehatan
apalagi perkara rezeki agar dimudahkan usahanya juga banyak," tuturnya.
8
Acara itu dipenuhi dengan berbagai aksesoris yang bercirikan Batak. Mulai dari
aksesoris yang digunakan karyawan yang dibalut ulos, tata panggung yang juga
bermotif ulos, hingga makanan yang disajikan, seperti kue lapet, ombus-ombus, dan
kacang goreng. Dan jangan heran, bila musik yang didengarkan pun berupa musik
Batak. "Batak Night ini digelar karena kita menyadari darah batak itu sangat kental
mengalir, dan tentu saja ini sebagai pertunjukkan untuk meningkatkan dan
membangkitkan rasa bangga akan budaya Batak," ujar Direktur Utama Batak Nature
(selaku penyelenggara), Paulina Ginting.
9
Acara ini dihadiri pemuka-pemuka agama, termasuk diantaranya Budha, Hindu, Islam,
Kristen Katolik, Kong Hu Cu dan Protestan. Ada juga organisasi atau persekutuan
agama, seperti PGI, PWI, PHDI, WALUBI, Denominasi Gereja-gereja.
“Kita mengapresiasi karena ini merupakan upaya dalam memelihara persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Darwin
Lumbantobing saat diundang Utusan Khusus Presiden, Prof. Din Syamsudin.
Ini pun jadi motivasi, lanjut Ephorus, karena pemerintah memberikan perhatian serius
demi kerukunan umat beragama dan memajukan bangsa. Mengingat, di beberapa
wilayah banyak masalah yang dikait-kaitkan dengan agama dan akhirnya menimbulkan
kebencian dan keributan.
10
BAB III
TINJAUAN TEOLOGIS ETIS KRISTEN TENTANG PENGARUH BUDAYA
BATAK TOBA TERHADAP GEREJA
11
Kadang-kadang orang Batak sendiri mengatakan bahwa hula-hula itu seumpama illahi yang
kelihatan, oleh sebab itu harus dihormati. Bagi saya ucapan atau perkataan dari hulahula itu
hanya sebagai simbol berkat yang tidak memilki kuasa untuk memberkati, hanya ucapan-
ucapan nasehat yang dapat menjadi pedoman atau cerminan dalam menjalani kehidupan.
Ucapan-ucapan nasehat itu bila diresapi dan dipratekkan dalam kehidupan sehari-hari maka
akan memberikan kesejahteraan bagi yang mempraktekkannya. Tetapi, kalau ucapan yang
dipahami sebagai berkat dari hula-hula dijadikan suatu keharusan yang utama di setiap pesta
adat. Ucapannya dianggap punya kuasa yang dapat memberikan kesejahteraan hidup dan
hula-hula tersebut dihormati secara berlebihan sehingga dianggap illah yang tampak, hal itu
yang tidak bisa diterima.
Hanya Firman Tuhan di dalam Alkitab yang merupakan Firman (ucapan) yang hidup, dan
telah menjadi manusia yaitu Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa yang diberikan kepada-Nya
kemuliaan Allah (Yoh. 1:14). Dia saja yang dapat memberikan berkat yang melimpah,
memberikan kesejahteraan, melindungi hidup kita, dan memberikan keturunan yang banyak
bagi orang-orang yang selalu berserah dan mengandalkan-Nya (Bnd. Bil. 6:24; Ibr. 6:14).
Oleh karena itu, sudah selayaknya puji-pujian dan sembah disampaikan hanya kepada Allah
yang selalu memelihara dan memperhatikan ciptaan-Nya, tidak kepada kuasa-kuasa duniawi
(Mzm. 81:10; Why. 4:11). Sedangkan iblis sendiri harus menyembah Allah dan hanya
kepada Dia sajalah berbakti (Mat. 4:10). Dan, penggunaan ulos juga dikatakan sebagai
praktek okultisme karena dulunya ulos dipercaya sebagai selembar kain yang indah Debata
Mulajadi Nabolon yang membungkus jiwa (roh) manusia, sehingga mendatangkan
kesejahteraan jasmani dan rohaniah. Karena hal itu maka banyak terjadi pembakaran ulos
yang dilakukan oleh golongan atau gereja yang menentang adat.
Hanya Allah yang berhak mengenakan ulos/membungkus roh kita dengan darah Yesus
Kristus yang telah mati di kayu salib sehingga memberikan berkat keselamatan jasmani dan
rohani (Gal. 3:27). Ulos harus dipahami sebagai kekayaan budaya, alat yang dapat
menghangatkan tubuh secara fisik. Tidak ada kuasa apapun di dalamnya. Lothar Schreiner
berpendapat, adat sebagai tata tertib yang diciptakan oleh nenek moyang dan mempunyai
dasar agamawi, yakni pemujaan-pemujaan yang biasa dilakukan oleh nenek moyang (dalam
agama suku). Melalui pertemuannya dengan Injil harus dapat membebaskan adat tersebut
dari sifat agamawinya yang berkaitan dengan pemujaanpemujaan nenek moyang, misalnya,
penyembahan kepada Debata Mulajadi Nabolon.
Apabila demikian, adat dapat diterima oleh gereja dan permasalahan mengenai pro dan
kontra terhadap adat dapat diatasi dengan berhasil. Dengan demikian adat dapat
dipraktekkan oleh orang-orang Kristen sebagai tata tertib sosial yang bebas dari dasar
agamawinya. Adat itu tidak dapat memperbaharui hati. Dengan bertitik tolak pada
pandangan dan pernyataan tersebut kita dapat mengatakan secara tegas bahwa adat yang
memiliki dan membuahkan nilai-nilai positif dalam tata kehidupan masyarakat Batak dapat
atau bahkan perlu tetap dipertahankan. Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam
mempertahankan itu adalah bahwa adat itu harus dilepaskan dari sifat agamawinya. Contoh
adat yang memberikan nilai positif yaitu, di dalam hukum-hukum adat orang Batak dulu
khususnya di dalam perkawinan dilarang menceraikan istri meskipun menikah lagi dengan
perempuan lain yang berbeda (poligami), dan dilarang berzinah. Walaupun tidak tertulis
12
tetapi harus ditaati. Jadi ada nilai-nilai positif yang dapat diambil. Dengan begitu, jauh
sebelum orang Batak menerima ajaran kekristenan, mereka telah mengamalkan bunyi
hukum Allah yang berbunyi: “Jangan berzinah. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan
mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki atau hambanya perempuan...” (Kel. 20:14, 17).
Di dalam Perjanjian Lama terdapat pengaruh adat yang positif, yaitu Hak. 18:7,
dikatakan: “…Dilihat merekalah, bahwa rakyat yang diam di sana hidup dengan tenteram,
menurut adat orang Sidon, aman dan tenteram. Orang-orang itu tidak kekurangan apapun
yang ada di muka bumi, malah kaya harta.” Gereja harus selalu mengawasi agar unsurunsur
adat yang bertentangan dengan Injil tidak memasuki kehidupan umat Kristen. Oleh karena
itu, gereja menolak kultus roh nenek moyang dan semua ritus-ritus untuk menguatkan roh
atau jiwa ini, agar tidak terjadi penyembahan kepada ilah-ilah selain dari Tuhan Allah (Kel.
20: 2-5).
3.2 Tinjauan Etis Kristen Mengenai Pengaruh Budaya Batak Dengan Gereja dan Alkitab
Alkitab adalah pedoman utama dan berwibawa bagi iman dan kehidupan. Adat istiadat
kebudayaan tidak memiliki kewibawaan yang mengatasi Alkitab.
Kita mengetahui bahwa adat Batak merupakan hasil karya manusia yang memiliki dua sisi,
yaitu sisi yang baik dan yang buruk. Hal itu sesuai dengan doktrin penciptaan manusia
sebagaimana tertulis dalam Kitab Kejadian. Di satu sisi, kondisi atau keberadaan manusia
tersebut adalah sangat mulia, di mana dia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej.
1:26-27). Tapi di sisi lain, manusia telah jatuh ke dalam dosa (Kej. 3:6-8) sehingga
menciptakan adat yang buruk, yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan sebagian
di antaranya mengandung unsur kuasa gelap atau iblis.
Di dalam Perjanjian Baru telah jelas digambarkan bagaimana sikap Yesus terhadap adat
Yahudi. Yesus melampaui adat kebudayaan dan telah memperbaruinya ke arah kebenaran
firman Tuhan. Cara pandang dari sudut manusia yang telah mengagungkan adat melebihi
kebesaran Allah, dipatahkan-Nya dengan mengajarkan bahwa firman Allah berkuasa di atas
segala kehendak manusia, termasuk adat yang diciptakannya. Di samping firman Allah yang
disampaikan langsung kepada para nabi dan hakim di zaman Perjanjian Lama, Yesus sendiri
telah menjadi contoh, bagaimana sikap kita seharusnya dalam menghadapi adat. Jelaslah
bahwa sikap yang benar terhadap adat Batak bukanlah menolak adat tersebut atau menerima
semuanya, tetapi kita harus bersikap selektif. Dengan sikap selektif tersebut, kita akan
menerima semua praktek dalam adat Batak yang sesuai dengan friman Allah dan menolak
berbagai praktek yang bertentangan dengan firman Allah. Selain itu, kita juga perlu
membangun sikap aktif dan kreatif untuk terus-menerus memperbarui adat Batak tersebut
demi kemuliaan Allah dan demi kesejahteraan kita bersama.
“Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua,
karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah
koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua,
karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong
itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan
dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya” (Mat. 9:16-17).
13
Ayat di atas menunjukkan pembaruan yang dibawa oleh Tuhan Yesus. Adat bukanlah
suatu hal yang tak berubah. Kita perlu memikirkan suatu prinsip agar tidak merelatifkan atau
meniadakan perbedaan yang ada antara adat dan firman Tuhan, melainkan memelihara
ketegangan di antara keduanya secara positif, kreatif dan konstruktif, demi untuk
mempertinggi kualitas rohani maupun kualitas kultural orang Batak Kristen. Di sisi lain kita
terus-menerus bertanya dan menilai sejauh mana adat-istiadat itu kita hayati dan ungkapkan
secara mendalam dan mendasar, bukan sekedar kulit dalam wujud upacara dan formalitas,
serta sejauh mana adat itu menopang kita untuk memajukan iman kita dan meningkatkan
kualitas kehidupan kita.
3.3 Peran Mahasiswa Dalam Meperkuat Hubungan Antara Budaya Dan Agama Di Dalam
Gereja
4. Kita harus dapat menyelaraskan pemahaman adat dan firman Tuhan dengan benar
Kita tidak perlu mempertentangkan antara adat dan firman Tuhan, yang sebenarnya
tidak bertentangan. Dan sebaliknya, kita juga jangan menyamakan antara adat dan
firman Tuhan, yang sebenarnya tidak sama.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Di dalam pemberitaan Injil dan penyebaran agama Kristen, sudah pasti akan berhadapan
dengan adat setempat. Demikian juga dengan pemberitaan Injil ke tanah Batak, tentunya
berhadapan dengan adat batak. Adat batak dulunya mengandung hasipelebeguon. Oleh
karena itu, Injil harus dapat menerangi adat kebudayaan di daerah tempat pemberitaannya.
Apabila adat Batak di dalam pelaksanaannya mengandung hasipelebeguon atau
pemujaanpemujaan kepada roh nenek, maka sudah selayaknya masyarakat Batak yang
Kristen harus menolak dan menentangnya dengan tegas. Tidak semua adat Batak tersebut
mengandung nilai negatif, karena ada juga nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya,
misalnya: laki-laki tidak diperbolehkan menceraikan isterinya dan tidak boleh berzinah.
Mereka sudah mengenal hal tersebut, sebelum datangnya ajaran kekristenan ke tanah Batak.
Adat Batak nampaknya tidak mungkin berlalu, melainkan akan terus hidup di dalam
setiap orang Batak. Namun adat selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Di sinilah
kesempatan kita untuk melakukan pembaruan adat ke arah yang benar sejalan dengan firman
Tuhan. Kita tidak dapat membuang adat namun kita dapat menyelaraskan adat dengan
kebenaran firman Tuhan. Adat Batak, sebagai tata-tertib kehidupan dapat kita praktekkan
tanpa harus jatuh ke dalam praktek-praktek adat yang menimbulkan dosa. Pengajaran firman
Tuhan tidak menghasilkan adat Kristen yang meniadakan adat suku bangsa Batak,
melainkan adat orang-orang yang menghayati persekutuan mereka di dalam kasih karunia
Allah. Persekutuan yang kuat dengan Yesus Kristus akan memampukan kita bersikap dengan
benar terhadap adat.
4.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Manalu, HP. (2020). Adat Batak Ditinjau dari Perspektif Iman Kristen. Vol 1, No 1, April
2020(32-41). HAGGADAH: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen :
https://core.ac.uk/download/pdf/267032923.pdf
Nainggolan, T. (2007). Adat dan Iman Kristen di Tanah Batak. Media Publikasi Ilmiah
UNIKA (Universitas Katolik) Santo Thomas Medan :
https://core.ac.uk/download/pdf/267032923.pdf
16