Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PANDANGAN KEKRISTENAN TERHADAP BUDAYA

NAMA : EMANUEL EMBUAI


NIM : 202150014

UNIVERSITAS PATTIMURA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus, karena berkat dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pandangan Kekristenan terhadap Budaya”.
Adapun makalah ini penulis susun dengan bantuan dari banyak pihak yang
telah berkontribusi dan melancarkan pembuatan makalah ini. Oleh karena itu
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis ingin menyampaikan harapan penulis agar makalah yang
penulis susun ini dapat berguna sebagai informasi dan pengetahuan kepada
pembaca dan dapat digunakan sebaik mungkin guna memahami relasi antara
Kerkristenan dan Budaya. Budaya yang akan dibahas disini adalah budaya
penulis sendiri yang berasal dari Manglusi, Kepulauan Tanimbar.
Adapun penulis menyadari penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari salah dan cela, juga pengalaman penulis yang masih kurang. Penulis
harapkan kepada pembaca untuk memberikan saran-saran yang membangun,
agar penulis dapat menjadi lebih baik dan makalah ini dapat disempurnakan.

Ambon, 26 Oktober 2021

Emanuel Embuai

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 4
1.3 TUJUAN ..................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
2.1 INTERAKSI KEKRISTENAN DAN BUDAYA ............................................................ 5
2.2 PERSPEKTIF KEKRISTENAN PADA KEBUDAYAAN ............................................ 5
BAB III ...................................................................................................................................... 7
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Budaya adalah rangkaian kompleks dari cara berpikir, berperilaku dan bersikap yang
mengatur kehidupan seseorang dan masyarakat, budaya juga berupa larangan, anjuran, norma,
hukum yang menjaga tatanan masyarakat, juga ilmu pengetahuan mengenai kehidupan.
Budaya dapat di temukan di seluruh bagian di muka bumi, karena selama ada manusia maka
budaya juga akan senantiasa ada dan berlaku.
“Dari manusia, oleh manusia, untuk manusia” kata ini menggambarkan bagaimana
interaksi antara manusia dan budaya dimana manusia adalah pencipta budaya, suksesor budaya
dan objek dari budaya artinya sepanjang hidupnya manusia akan menggunakan akal budinya
untuk hidup dan melahirkan budaya dan budaya yang ada akan senantiasa di teruskan dan
diturunkan kepada generasi selanjutnya, dan budaya akan membentuk realita kehidupan orang-
orang yang memilikinya. Karena hal ini budaya memliki nilai kepercayaan oleh orang-orang
yang memiliki budaya tersebut, setiap orang akan meyakini budayanya yang terbaik dan sesuai
untuk kehidupannya. Budaya juga tak jarang mengandung konsep-konsep ilahi / mistis di
dalamnya.
Konsep mistis dan ke-ilahian dari budaya ini kadang berbentrokan dengan ajaran Kristen,
bukan hanya konsep ke-ilahian ini saja banyak bagian dari budaya yang bertentangan dengan
ajaran Kekristenan seperti sistem sosial, norma, hukum, cara hidup, dan banyak hal lainnya.
Hal ini adalah hal yang pasti terjadi mengingat budaya adalah ajaran nenek moyang yang
bersifat material yang di dapatkan dengan menggunakan akal budi mereka, sedangkan
Kekristenan adalah ajaran dari Allah yang benar dan Ilahi. Konsep ini juga akan bertentangan
terutama ketika kita melakukan pelanggaran terhadap budaya maka kita akan dihukum dengan
kesakitan dan kemalangan dalam hidup yang bertentangan dengan kekristenan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang akan saya bahas di makalah ini adalah,


1. Mengidentifikasi budaya di daerah saya yang bertentangan dengan kekristenan,
2. Menjelaskan sudut pandang kekristenan terhadap budaya yang saya miliki.
1.3 TUJUAN

Tujuan disusunnya makalah ini adalah,


1. Menjelaskan mengenai budaya dan interaksinya dengan Kekristenan melalui
contoh yang saya alami,
2. Menjelaskan konsep Kekristenan dalam kebudayaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INTERAKSI KEKRISTENAN DAN BUDAYA

Budaya daerah di seluruh dunia umumnya berasal dan barakar dalam masyarakat jauh
sebelum adanya agama, budaya pada zaman sebelum kekristenan di jadikan dasar dalam
melaksanakan kehidupan, standar kebenaran, pengatur dan kontrol sosial, serta sistem
kepercayaan, dan hal ini dapat di jumpai dalam hampir seluruh kebudayaan.
Seperti budaya pada umumnya budaya pada daerah saya juga berasal dari waktu yang
jauh sebelum adanya agama, masyarakat disana pecaya pada sistem sosial seperti “Duan-Lolat”
dan mereka juga percaya akan adanya roh-roh nenek moyang. Tempat saya berasal adalah desa
Manglusi di Kepulauan Tanimbar. Sampai saat ini walau sudah menerima agama yaitu agama
Kristen para penduduk masih percaya pada hal-hal mistis di luar konsep kekristenan seperti
mereka percaya pada arwah nenek moyang, percaya pada orang pintar (dukun), dan percaya
pada hal-hal gaib lainnya. Namun disamping itu masyarakat Manglusi juga melakukan
kegiatan keagamaan dan mengakui diri sebagai orang Kristen, mereka melaksanakan kegiatan
keagamaan seperti ibadah umum, natal, paskah, dan melibatkan pelayan-pelayan Tuhan dalam
peristiwa-peristiwa penting dalam hidup mereka seperti ulang tahun, pernikahan, syukuran dan
momen-momen baik lainnya dalam hidup mereka.
Seakan terjadi sebuah akulturasi di antara masyarakat dimana kebudayaan dan agama
di jadikan satu dalam artian mereka menjalankan kewajiban mereka sebagai orang Kristen
yaitu bekerja dan melayani masyarakat dan menjalankan kegiatan keagamaan namun pada saat
yang sama mereka tetap memiliki kepercayaan pada konsep budaya mereka, hal ini terjadi pada
mereka yang di desa maupun ada di rantau.
Contoh jika suatu saat ada orang Manglusi yang sakit dan tak kunjung sembuh mereka
akan di anjurkan untuk pulang dan menanyakan pada orang yang “mengerti” seperti orang
pintar atau kepala adat di desa. Setelah mereka pulang dan menanyakan solusinya mereka akan
melaksanakan rencana penyembuahn mereka itu dengan melibatkan pelayan Tuhan untuk
mendoakan mereka agar sakit itu dijauhkan dari mereka dan maksud kedatangan mereka dapat
tercapai, setelah itu mereka melakukan perbuatan tertentu seperti memberi barang tertentu,
meminta maaf dan hal lain sebagainya.

2.2 PERSPEKTIF KEKRISTENAN PADA KEBUDAYAAN

Dalam Iman Kristen kebudayaan adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia yang
berasal dari Allah maka harus di jalankan sesuai tatanan Allah dan harus kembali kepada Allah.
Walaupun budaya berasal dan bertujuan kepada Allah budaya tidak terlepas dari pengaruh
dosa, pengaruh dosa yang merambat kesegala bidang dan menyesatkan manusia sehingga ada
yang melecehkan dan menganggap Allah tidak ada, atau menggantikan Allah dengan konsep
lainnya yang sesat.

5
Dalam kasus saya masyarakat memang menganut ajaran Kekristenan namun mereka
masih memiliki kepercayaan akan kekuatan asing di luar konsep Kekristenan. Seperti mereka
percaya pada roh-roh nenek moyang yang akan marah pada mereka ketika mereka tidak
melakukan suatu hal yang khusus sehingga menimbulkan mereka sakit dan mengalami
kemalangan lainnya dan perlu melakukan sesuatu agar roh-roh itu tidak menyebabkan
kemalangan pada mereka, mereka percaya pada mimpi-mimpi serta mendengarkan orang-
orang pintar (dukun) dalam masalah mereka. Walau tidak semua dari masyarakat Manglusi
melakukan hal-hal ini namun secara general kepercayaan ini masih ada dan mendasar serta
hiudp berdampingan dengan kekristenan.
Dalam Alkitab memang di sebutkan bahwa Allah memberikan manusia akal budi dan
pengetahuan, hal inilah yang menjadi asal muasal budaya yaitu akal budi dan pengetahuan
manusia, namun kita tak boleh lupa bahwa hendaknya kebudayaan atau apapun yang menjadi
hasil produk akal budi dan pengatahuan yang diberikan Allah harus digunakan untuk
kemuliaanNya dan bukan untuk hal-hal lain yang menyesatkan dan membawa manusia jauh
dari Allah. Kepercayaan pada roh-roh nenek moyang adalah hal yang sangat salah karena
dalam Alkitab telah disebutkan bahwa manusia ditakdirkan hidup dan mati hanya satu kali
sesudah itu dihakimi dan orang yang hidup tidak memiliki hubungan apapun dengan orang
yang sudah mati seperti pada cerita Lazarus dan orang kaya. Karena itu kepercayaan pada roh-
roh nenek moyang hendaknya tidak dipertahankan, memang kita boleh mengenang mereka dan
melakukan kebaikan kepada mereka seperti merawat kuburan mereka agar terlihat tidak kotor
dan angker namun penghormatan yang lebih dari itu adalah menyesatkan.
Kemudian kepercayaan pada orang-orang pintar (dukun) adalah hal yang tidak perlu
sebab ilmu hitam atau ilmu yang digunakan oleh dukun sendiri bukanlah hal yang berasal dari
Alkitab, bahkan bertentangan dengan Alkitab. Apalagi jika kita membawa permasalahan kita
berupa masalah hidup, masalah kesehatan dan masalah lainnya kepada oran-orang pintar
tersebut adalah hal yang salah karena kita hanya akan mengalami kehampaan dan kesiasiaan
bahkan tak jarang situasi kita akan menjadi jauh lebih buruk dari pada situasi kita sebelum
pergi kepada mereka. Jika kita mengalami masalah kita harus membawanya kehadapan Tuhan
dan berdoa padaNya serta berkonsultasi dengan orang yang ahli dalam masalah kita tersebut,
kita tidak boleh mengandalkan hikmat dan pengetahuan kita sendiri melainkan kita harus
mendahulukan Tuhan dalam kehidupan kita.
Namun walaupun kebudayaan cenderung untuk menyesatkan tentu saja ada hal-hal baik
yang bisa kita petik yaitu sistem Duan-Lolat dimana ini adalah konsep kekeluargaan dan
persaudaraan yang mana melibatkan pernikahan yaitu Duan adalah keluarga dari mempelai
perempuan dan Lolat adalah keluarga dari mempelai pria, Duan dan Lolat akan senantiasa
terikat persaudaraan dan kekeluargaan sehingga dapat menjadi mediator penyelesaian masalah,
media untuk mempersatukan dan untuk mempererat kesaudaraan.

6
BAB III
KESIMPULAN

Kebudayaan adalah anugerah Allah pada manusia karena budaya lahir dari potensi yang
diberikan oleh Allah pada manusia yaitu akal budi untuk manusia menjalankan mandataris
Allah di bumi yaitu beranak cucu dan menguasai bumi. Karena itu hendaknya budaya
digunakan untuk memuliakan Allah, walaupun budaya dipengaruhi oleh dosa namun sebagai
umat kristiani kita harus dapat memilah apa yang baik dan berkenan bagi Tuhan, kita harus
bijak dalam memilih bagian dari kebudayaan yang akan kita percayai dan hendaklah kita
mempercayai hal-hal yang membangun diri dan keimanan kita kepada Tuhan.
Kita harus tetap melestarikan, menjaga dan menurunkan kebudayaan kita yang kita rasa
baik dan membangun bagi kehidupan kita kepada generasi penerus kita, dan membuang
kebudayaan yang buruk dan tidak sesuai dengan Alkitab, sebab pada dasarnya kebudyaan
bersumber dari Alkitab dan sudah sepantasnya jika melalui kebudayaan kita dapa dikuatkan
dalam perjalanan Iman kita kepada Tuhan.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Alkitab
2. https://www.researchgate.net/publication/342684326_Iman_Kristen_Dan_Kebudayaa
n

Anda mungkin juga menyukai