TEOLOGI PAULUS
I. Pendahuluan
Sebelum membahas mengenai tinjauan Alkitabiah dalam teologi Paulus tentang
kekerasan dalam rumah tangga, sebaiknya kita melihat terlebih dahulu mengapa kekerasan
didalam rumah tangga itu dapat terjadi. Setiap hal yang terjadi didalam keluarga pasti ada
pemicunya baik itu dari segi internal maupun eksternal. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga
bukan lagi hal yang mengherankan melainkan sudah biasa ditelinga kita sebab tidak sedikit
orang-orang yang mengalami hal ini.
II. Pembahasan
2.1 Apa itu kekerasan?
Dalam konteks Globalisasi, teologi membutuhkan sebuah pemikiran yang kritis
terhadap kekerasan. Berbicara tentang kekerasan dari perspektif teologis tidaklah mudah. Dalam
nama Allah, selain ada perdamaian, banyak juga kekerasan yang muncul. Untuk itu teologi tidak
cukup sekedar menolak kekerasan begitu saja. Secara eksegetis jelas bahwa kekerasan adalah
tindakan manusia yang merusak hubungna manusia dengan Allah dan menghancurkan
ciptaannya. Disini, posisi teologis telah jelas. Namun apakah teologi dapat mengerti dan
memahami kekerasan? Kekerasan dapat dipahami dan didefinisikan secara luas atau sangat jelas,
atau sangat abstrak atau sangat konkret. C.A.J. Coady membedakan kekrasan itu kedalam tiga
defenisi yaitu: wide definitions, restricted definitions, danlegitimate definitions. Wide definitions
bertolak dari pemikiran bahwa kekrasan itu “ada” dalam organisasi dan dalam kontrol
masyarakat. Model kekerasan ini memberikan reaksi atas ketidakadilan atau ketidaksamaan
dengan masyarakat (yang diinterpretasikan sebagai kekerasan). Restricted definitions bertolak
dari ide bahwa kekerasan selalu menghadirkan luka. Dimana ada luka disitu ada kekerasan. Jika
tidak ada luka maka tidak ada kekerasan. Legitimate definitions bertolak dari ide bahwa
kekerasan adalah akibat dari aksi yang ilegal. Aksi ini diarahkan pada negara. [1]
III. Kesimpulan
Tindak kekerasan sangat jelas sekali bertentangan dengan kekristenan, apalagi bila
hal tersebut terjadi didalam sebuah mahligai rumah tangga. Rumah tangga ataupun suatu
keluarga adalah sesuatu yang dibentuk dan diprakarsai oleh Allah bahkan yang mempersatukan
manusia didalam mahligai rumah tangga (perkawinan). Tidak ada satu pun aspek pandangan
dalam Alkitab bahkan secara khusus dalam teologi Paulus yang menyetujui tentang tindak
kekerasan dalam rumah tangga. Tuhan adalah kepala dari rumah tangga itu dan juga dasar
membangunnya oleh sebab itu juga apapun yang terjadi didalam rumah tangga itu harus seturut
dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus mengatakan dalam tulisannya bahwa kasih adalah
cara yang paling ampuh dalam menyelesaikan setiap permasalahan, termasuk juga didalamnya
masalah rumah tangga. Kekerasan bukanlah jalan menyelesaikan permasalahan tetapi hal itu
akan menambah masalah.