PENDAHULUAN
Judul : Pendidikan Kristiani Kontekstual
Penulis : Hope S. Antone
Penerbit : BPK Gunung Mulia, 2010
Kota Terbit : Jakarta, cetakan pertama, 2010
Tebal Buku : XVII + 185 halaman
Garis besar buku Fuad Ihsan yang berjudul Pendidikan Kristiani Kontekstual terdiri atas
7 bab, yakni:
1. Bab I Bagaimana Konteks Membentuk Teori Pendidikan
Konteks Asia
Wilayah di Asia adalah pluralitas atau kemajemukan. Kemajemukan ini kadang terlihat
sebagai sumber kesejahteraan dan kebanggaan, tetapi hal ini juga dilihat sebagai alasan dari
banyaknya konflik dan masalah.
Kemajemukan agama dan budaya menjadi realitas utama yang mencolok; kemajemukan
ini yang membedakan Asia dari bagian dunia lain secara khusus ya disebut “Dunia Ketiga”.
Seorang pendidik feminis berkata: “Apa yang membedakan Asia dari bagian Dunia Ketiga
lainnya adalah kemajemukan agama, budaya, dan bahasa. Asia sedikitnya mempunyai tujuh zona
bahasa utama, lebih banyak dari yang dapat diklaim oleh benua lainnya. Asia adalah tempat
kelahiran bagi semua agama terbesar di dunia dan dengan pengecualian kekristenan dan
Yudaisme, ini adalah rumah bagi banyak penganut agama besar tersebut”.
Asia juga mempunyai populasi terbesar dari penganut Buddha, Taoisme, dan Hinduisme.
Kekristenan adalah agama minoritas di seluruh wilayah Asia, kecuali di Filipina di mana agama
ini menjadi agama yang paling banyak dianut.
Hal yang melekat dalam kemajemukan agama-agama di Asia adalah fakta yang sering
diabaikan bahwa keagamaan di Asia bukanlah monolitik tetapi terdiri dari lapisan dan aliran
yang beranekaragam dan saling bertatut di dalam agama dan juga di antara agama-agama.
Bagi banyak orang Asia, visi akan kedamaian,, keamanan, kelimpahan, dan martabat ini
dipelihara dalam ajaran agama dan tradisi budaya setiap komunitas agama. Bagi orang Kristen
Asia, visi ini berakar pada inti ajaran dan gaya hidup Yesus Kristus bagi kepenuhan hidup untuk
semua orang. Namun bagaimana orang Kristen di Asia sebagai kelompok minoritas yang
kepercayaannya adalah pendatang baru di Asia dan sering dilihat membonceng kolonialisme,
berbagi dan menghayati visinya?
Konteks Majemuk yang Membentuk Teori Pendidikan
Teori pendidikan juga dibentuk oleh konteks masyarakatnya. Teori pendidikan adalah
suatu bingkai penuntun untuk secara sengaja menyelenggarakan pendidikan, memetakan konteks
yang di dalamnya pendidikan itu dilaksanakan, menggambarkan tujuannya, menjelaskan dasar-
dasarnya, dan menganjurkan praktik yang tepat. Konteks membentuk teologi dan pendidikan.
Konteks membentuk teori pendidikan. Dengan demikian realitas kemajemukan agama di Asia
memunculkan masalah pendidikan yang bersifat serius bagi para penyusun teori dan praktisi
pendidikan. Sikap apakah yang tepat bagi orang Kristen Asia terhadap orang Asia dari agama
lain? Bagaimana kita mempersiapkan dan memungkinkan orang Kristen Asia menghadapi
realitas kemajemukan agama? Pertanyaan-pertanyaan ini mengindikasikan bahwa suatu teori
pendidikan Agama yang kontekstual sangat diperlukan.
Asumsi mengenai Teori Pendidikan Kontekstual
Teori pendidikan yang baik seharusnya memperhitungkan hal-hal yang terjadi di dalam
konteks kehidupan yang dinamis. Seperti waktu dan ruang berpindah dan berganti, seperti
kejadian dan pengalaman terus berjalan dan mengalir, teori pendidikan perlu merespons dengan
segera dan tepat. Karena teori pendidikan bersifat dinamis, akan tiba waktunya bagi teori itu
untuk diubah, dimodifikasi, dibuat mutakhir, atau diganti dengan yang lain. Suatu konteks yang
hidup memerlukan suatu teori pendidikan yang hidup. Dengan mengatakan bahwa teori
pendidikan harus kontekstual berarti jyga mengakui dengan rendah hati keterbatasan dari upaya
dan kemampuan manusia. Persepsi, konsepsi, artikulasi dan analisis seseorang dibentuk oleh
kemampuan fisik dan psikologis seseorang seperti juga budaya dan konteksnya.