Anda di halaman 1dari 13

AJARAN GEREJA TENTANG SAKRAMEN DAN PERSEMBAHAN

I. SAKRAMEN.

1. Apa itu Sakramen?


Sakramen dari kata Sacramentum. Kata Sacramentum akar katanya sacer
artinya kudus. Kudus itu bukan dalam artian suci atau tidak bercela. Tetapi
kudus dalam arti sesuatu yang dikhususkan atau disendirikan untuk menunjuk
pada pekerjaan penyelamatan yang dikerjakan oleh Allah. Kata sakramen
dipakai oleh gereja untuk menyebut kehadiran Allah di dalam kuasa di alam
semesta dan melalui pelayanan gereja.

2. Mengapa sakramen disebut suatu pelayanan yang dikhususkan dari Tuhan


untuk menunjuk pada pekerjaan penyelamatan Allah bagi manusia dan alam
semesta melalui kematian dan kebangkiatan Yesus?
Sakramen disebut suatu pelayanan dikhususkan bagi Tuhan karena pelayanan
sakramen dilakukan sebagai tanda dan materai keselamatan yang telah
dilakukan oleh Allah bagi manusia dan semua makluk.

3. Mengapa sakramen disebut sebagai tanda dan materai keselamatan?


Sakramen disebut sebagai tanda, karena sakramen itu menunjuk pada
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus yang menyelamatkan umat
manusia dan semua makluk (dunia ciptaan Tuhan). Sedangkan materai sesuatu
yang menguatkan. Jadi sakramen itu dilakukan untuk menguatkan iman
orang-orang percaya bahwa keselamatan itu sudah dikerjakan oleh Allah
melalui kematian dan kebangkitan Yesus.

4. Ada berapa sakramen di dalam gereja-gereja Protestan?


Di dalam gereja Protestan ada 2 (dua) Sakramen, yaitu Baptisan dan
Perjamuan Kudus. Gereja Protestan hanya mengenal 2 sakramen, karena itu
yang diperintahkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya (Mat 28: 18-20;
Mrk. 16:16; Luk. 22:14-20; 1Kor. 11:23-26). *)

5. Apa itu Baptisan Kudus dalam gereja dan maknanya dalam kehidupan orang-
orang percaya?
Kata baptisan dari kata Yunani baptizo artinya menyelamkan, menyelulupkan
atau membenamkan orang di dalam air. Dibenamkan dalam air mengandung
makna mati dengan Kristus karena dosa, dan ke luar dari air mengandung
makna bangkit bersama Kristus untuk suatu kehidupan yang baru (bnd. Rm.
6:3,4,5,8). Jadi baptisan pada hakekatnya menunjuk pada persekutuan dengan
Yesus dan dengan jemaat/gereja-Nya (Rm.6:5, 1Kor. 12:13).

6. Baptisan artinya menyelamkan atau membenamkan orang di dalam air, tetapi


mengapa GPM mempergunakan baptisan dengan Percik? Sejak dulu ada dua
Kalau di gereja Katolik terdapat 7 sakramen, yaitu baptsan, penguatan iman, ekaristi/perjamuan kudus,
pengakuan dosa, peminyakan, pentahbisan iman/imamat, dan perkawinan. Gereja katolik mengenal 7 sakramen
karena mereka melalukannya berdasarkan kesaksian Alkitab dan tradisi gereja.
cara baptisan yang dipakai, yaitu menyelam dan percik. Menyelam artinya
memasukan orang ke dalam air. Sedangkan percik artinya menaru air di atas
kepala orang yang dibaptis sebanyak 3 kali. Kedua cara tersebut berbeda
dalam pelaksanaannya, tetapi dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan Roh
Kudus (Mat.28:19; Mrk. 16). Bukan dalam nama Menyelam atau Percik. Jadi
yang penting bukan cara, tetapi yang penting adalah nama Bapa, Anak dan
Roh Kudus. GPM menganut cara pelaksanaan baptisan dengan percik.

7. Kalau Baptisan dilakukan tanpa menyebut nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
apakah baptisan itu tidak sah?
Baptisan itu sah kalau dilakukan dalan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Itu
yang Tuhan Yesus perintahkan kepada para murid-Nya (Mat. 28:18-20; Mrk.
16: 15-16). Kalau baptisan dilakukan tanpa menyebut dalam nama Bapa,
Anak dan Roh Kudus, maka baptisan itu tidak sah. Apakah itu menyelam
atau percik, tidak punya arti apa-apa.

8. Apa maknanya kalau seseorang dibaptis dalam nama bapa, Anak dan Roh
Kudus?
Seseorang dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus mengandung
makna orang itu dipersatukan dengan Allah dalam Yesus Kristus melalui
kematian dan kebangkitan Kristus (Rm.6:3-5; Kol. 2:12) dan dipersatukan
dengan gereja/jemaat-Nya (1Kor.12:13, Rm. 6:5). Orang yang menjadi tempat
kediaman Roh Kudus (1 Kor. 12:7-11), dipimpin oleh Roh Kudus (Rm. 8:9,
14), sehingga ia terus-menerus dibarui Kisah (2:38; Rm. 8; 1 Kor. 12:7-11; 2
Kor. 5:17; Kol. 2:10-11) dan tumbuh dan membangun diri dalam kasih (Ef.
4:16).

9. Mengapa air yang dipakai dalam pelaksanaan baptisan?


Baptisan mempergunakan air, karena itu yang diperintahkan oleh Tuhan
Yesus dan yang telah dilakukan dalam dan oleh gereja di zaman para rasul
(Kis. 8:36-38; 16:33, 18:8; 22:16; 1 Kor. 1:16). Air adalah lambang
pembersihan. Orang yang sudah dibaptis mengandung makna orang itu sudah
dibersihkan dari segala dosanya oleh darah Yesus dan hidup baru di dalam
kebangkitan Yesus. Orang yang sudah dibaptis adalah orang yang telah
disucikan dan dikuduskan (1 Kor. 6:11, Tit. 3:5).

10. Apakah dosa seseorang diampuni melalui baptisan?


Dosa seseorang diampuni hanya oleh imannya kepada Allah dalam Tuhan
Yesus Kristus. Baptisan hanyalah tanda dari pengampunan yang sudah
diterimanya. Jadi baptisan pada dirinya tidak mengampuni dosa-dosa
seseorang. Yang mengampuni dosa seseorang ialah Allah.

11. Kalau baptisan tidak memakai air dan hanya mengucapkan dalam nama Bapa,
Anak dan Roh Kudus, apakah itu sah?
Baptisan tidak bisa dilakukan tanpa air. Sebab air dipakai sebagai tanda
penyelematan, pengampunan/pembersihan dosa melalui darah Tuhan Yesus
yang ditumpahkan demi pengampunan dosa manusia. Jadi baptisan tidak bisa
dilakukan tanpa air. Sebab itu yang diperintahkan oleh Yesus dan kita terima
melalui gereja-Nya (Kis. 8:37-39).

12. Mengapa GPM menganut baptisan anak?


GPM menganut baptisan anak didasarkan pada keyakinan bahwa peristiwa
kematian dan kebangkitan Yesus telah menyelamatkan manusia dan dunia
ciptaan-Nya, termasuk anak-anak. Mereka berdasarkan iman orangtua, para
saksi dan jemaat telah mewarisi janji keselamatan dari Allah (Kis. 12:39).
Anak-anak juga disebut sebagai pewaris kerajaan Allah. Kerajaan itu adalah
kuasa dan pemerintahan Allah yang menyelamatkan. Kerajaan Allah itu
tampak dan terwujud di dalam lingkungan dan suasana hidup yang di
dalamnya terdapat kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera, kesukacitaan,
pemulihan dan pembaruan hidup (Mzm. 145:11-13; Mat. 9:35; Luk. 4:21;
4:43; Rm. 14:7; 1 Kor. 4:20). Anak-anak berdasarkan iman orangtua dan
jemaat menjadi pewaris Kerajaan Alah (Kej. 17:17; Kis. 2:39). Mereka juga
berada dalam kekuasaan penyelamatan dan pemeliharaan Allah. Oleh karena
itu, mereka dapat menerima Baptisan Kudus.

13. Apa hubungan iman dan baptisan kudus?


Iman adalah syarat penerimaan baptisan. Apakah iman orangtua, iman para
saksi dan iman jemaat atau iman orang yang mau menerima baptisan (Mrk.
16:16; Kis. 11:14; 16:15, 24, 31; 18:8). Bagi anak-anak yang dibaptis iman
orangtua, para saksi dan jemaat sangat diperlukan sebagai syarat baptisan
anak. Tetapi bagi orang dewasa iman orang tersebut menjadi syarat
pelaksanaan baptisannya. Jadi iman diperlukan mendahului pelaksanaan
baptisan.

14. Mengapa GPM mengakmodir baptisan dewasa?


GPM menerima baptisan anak, tetapi juga mengakmodir baptisan dewasa.
Umumnya baptisan dewasa itu dilakukan pada orang-orang yang beralih
agama. Ada juga yang dilakukan kepada warga gereja yang menunda baptisan
anak mereka sampai dewasa. Penundaan itu disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satunya ialah keyakinan orangtua. Orangtua menganut ajaran bahwa
anak-anak mereka dapat dibaptis bila sudah mengerti siapa itu Yesus. Padahal
anak itu walaupun belum mengerti siapa Yesus, dia sudah diselamatkan oleh
Yesus. Baptisan adalah tanda dan materai keselamatan itu.

15. Mengapa anggota jemaat yang dibaptis waktu dewasa, perlu dilanjutkan
dengan peneguhan sidi?
Anggota jemaat GPM yang dibaptis pada waktu dewasa lebih dahulu harus
mengaku imannya baru dia dibaptis. Jadi pengakuan iman anggota jemaat
tersebut menjadi syarat baptisannya (Kis. 2:37-39;8:57-38;16:31-34; 18:8).
Setelah baptisan baru dilakukan peneguhan sebagai anggota jemaat yang telah
dewasa dan bertanggungjawab untuk melaksanakan amanat pelayanan gereja.
16. Mengapa GPM tidak mengakui anggota gerejanya yang sidi pada gereja-
gereja yang tidak se-azas?
Sidi adalah bentuk pengakuan gereja terhadap kedewasaan iman seseorang.
Sedangkan iman itu sendiri bertumbuh dari mendengarkan kitab suci melalui
ajaran gereja yang dipahami dan dihayati sebagai suatu kebenaran iman
(2Tim. 3:10-17; 2Ptr.1:5-9). Warga GPM yang sidi di gereja yang tidak se-
azas dengan GPM tentu tidak dapat diterima oleh GPM, karena ajaran dari
gereja di mana dia sidi tidak dapat diterima oleh GPM. Oleh karena itu warga
GPM yang telah sidi di gereja yang tidak se-azas membutuhkan pembinaan
khusus dari GPM. Pembinaan khusus dimaksudkan agar orang tersebut
diperlengkapi sebagai warga gereja yang dewasa dan bertanggungjawab
dalam pelaksanaan amanat pelayanan gereja (Ef. 4:11-15). Orang yang telah
dibina secara khusus itu tidak perlu mengikuti pelaksanaan sidi gereja secara
masal, tetapi dia harus membuat “pengakuan iman/pernyataan iman” di dalam
suatu ibadah minggu.

17. Bagaimana pandangan GPM tentang baptisan selam?


Baptisan selam adalah salah satu bentuk baptisan yang berlaku di dalam
gereja. Sekalipun demikian GPM menganut baptisan percik. Keduanya
dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, tidak ada yang
dilakukan dalam nama Selam atau Percik. Bentuk bisa berbeda, tetapi
dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.

18. Apakah baptisan dapat dilakukan di luar gedung gereja?


Baptisan adalah suatu Sakramen. Oleh karena itu, tempatnya di gedung gereja,
yaitu dalam ibadah jemaat. Jemaat menjadi saksi baptisan dan ikut
bertanggungjawab terhadap pertumbuhan iman orang yang dibaptis. Namun
demikian baptisan bisa juga dilakukan di luar gedung gereja. Apabila hal itu
berhubungan dengan daerah-daerah pekabaran Injil di mana gedung gereja
belum ada atau berada jauh dari tempat penginjilan. Sekalipun demikian harus
dilakukan dalam ibadah bersama jemaat. Ibadah di mana pemberitaan firman
dan respons jemaat, yaitu pengakuan iman harus dilakukan mendahului
baptisan (Kis. 2:37-42).

19. Apakah dapat dilakukan baptisan ulang ketika seseorang berpindah dari gereja
katolik atau denominasi gereja lain ke GPM?
GPM melaksanakan baptisan bagi orang yang beralih agama, karena mereka
belum menerima baptisan. Bila orang itu mengaku Yesus sebagai Tuhan dan
juruselamatnya, maka dia dibaptis sebagai tanda dan materai keselamatan.
Tetapi bagi orang yang berpindah gereja, termasuk gereja katolik atau
denominasi gereja lain, GPM tidak melaksanakan baptisan ulang tetapi hanya
mengumumkannya dalam kebaktian jemaat. Karena GPM percaya bahwa
baptisan itu hanya terjadi sekali untuk selama-lamanya bagi setiap orang (Ibr.
9:26-28; 1 Ptr. 3:18). Oleh karena itu orang-orang yang sudah dibaptis dari
gereja lain, mereka tidak lagi dibaptis di GPM. GPM hanya melakukan
pembinaan secara khusus sesuai dengan ajaran yang dianut.
20. Apakah orang mati yang belum dibaptis harus dibaptis sebelum pemakaman?
Anak-anak/orang yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu dibaptis.
Baptisan hanya dilakukan kepada orang yang hidup, bukan kepada orang yang
sudah mati. Orang yang sudah mati tidak bisa lagi memberi respons iman
terhadap anugerah keselamatan yang ia terima melalui kematian dan
kebangkitan Yesus.

21. Mengapa ada saksi dalam baptisan?


Sebenarnya jemaat yang menghadiri ibadah baptisan adalah saksi baptisan
tersebut dan ikut bertanggungjawab atas pembinaan orang yang dibaptis.
Tetapi GPM mewarisi tradisi adanya orangtua saksi. Ini dilakukan secara
khusus karena:

a. Adanya tuntutan hukum, bahwa apakah seseorang itu sungguh-sungguh


telah dibaptis harus ada saksi. Hal ini berhubungan dengan masalah-
masalah yang muncul dalam kehidupan keagamaan.
b. Adanya kebutuhan untuk pembinaan orang yang dibaptis.

22. Apa fungsi dan tugas saksi baptisan?


Saksi baptisan yang diambil secara khusus dari warga jemaat berfungsi atas
nama jemaat untuk membantu orangtua dalam rangka tugas pembinaan
anak/orang yang dibaptis (Mat. 28: 20). Itulah tugas mereka. Oleh karena itu
saksi baptisan harus diambil dari warga gereja yang sealiran dan tinggal
bersama di satu tempat dalam wilayah pelayanan jemaat/gereja.

23. Apa itu Perjamuan Kudus?


Perjamuan Kudus artinya suatu jamuan yang dikhususkan. Banyak jamuan
yang dapat dilakukan oleh manusia satu terhadap yang lain. Tetapi perjamuan
kudus adalah suatu jamuan yang dibuat secara khusus untuk memperingati
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus yang menyelamatkan manusia dan
dunia ini. Jadi Perjamuan kudus dibuat untuk memelihara iman orang percaya
bahwa manusia dan alam semesta ini telah diselamatkan oleh Allah melalui
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus. Perjamuan Kudus dilaksanakan
sebagai tanda peringatan orang-orang percaya pada Krsitus (Luk. 22:19; 1Kor.
11:24-25).

24. Apa yang dialami oleh orang-orang percaya dalam perjamuan kudus?
Dalam perjamuan kudus orang-orang percaya mengalami persekutuan yang
hidup dengan Tuhan dan dengan sesama manusia serta alam semesta yang
telah diselamatkan oleh Tuhan. Suatu persekutuan yang melampaui batas-
batas kelembagaan gereja (bnd. Mrk. 14:25; 1 Kor. 10:16-17; 11:26; Kol.
3:10-11) dan bersifat eskatologis (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25, Luk. 22:14-
20 dan Why. 19:9). Artinya persekutuan yang dialami dan dirasakan bukan
saja pada masa sekarang, tetapi juga menunjuk pada persekutuan yang abadi
bersama Yesus dan orang percaya di masa yang akan datang. Masa di mana
Yesus datang kembali.

25. Mengapa dalam Perjamuan Kudus itu dipakai Roti dan Anggur.
Roti dan anggur dipakai dalam perjamuan kudus sebab roti dan anggur pada
zaman Tuhan Yesus adalah bahan makanan dan minuman yang lasim dipakai
dalam suatu acara jamuan bersama. Tetapi roti dan anggur itu kemudian
dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menunjuk pada peristiwa kematian dan
kebangkitan-Nya (1 Kor. 11:23-25; bnd. Mat. 26-29; Mrk. 14:22-25 dan Luk.
22:14-20). Roti adalah lambang dari tubuh Tuhan Yesus dan anggur adalah
lambang dari darah Tuhan Yesus. Jadi bila kita mengikuti perjamuan kudus
kita memperingati peristiwa kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus sebagai
tindakan penyelamatan Allah. Ini yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus
kepada para murid-Nya dan dilakukan oleh gereja dari zaman para rasul
( Luk.22:14-20; 1 Kor. 11:23-26; 2 Kor. 10: 17; 11:23-26; bnd. Kis. 2:42, 46).

26. Mengapa Perjamuan Kudus itu hanya diikuti oleh orang-orang yang sudah
sidi saja. Mengapa anak-anak atau orang yang belum sidi tidak boleh
mengikuti perjamuan kudus?
Perjamuan Kudus hanya dikuti oleh orang-orang yang telah sidi, karena
mereka yang dianggap telah memahami dengan benar apa makna perjamuan
kudus itu bagi kehidupan iman mereka. Sebab perjamuan kudus bukan makan
dan minum yang sifatnya biasa. Orang-orang yang tidak memahami dan
menghayati makna perjamuan kudus akan makan dan minum seperti pesta
biasa. Ia dianggap orang yang tidak layak makan dan minum di perjamuan
kudus (1Kor. 11:27).

27. Mengapa anak-anak belum mengaku iman sudah dibaptis, tetapi perjamuan
kudus mereka dituntut harus sudah sidi atau mengaku iman?
Anak-anak dibaptis berdasarkan iman orangtua dan iman jemaat sebagai
persekutuan. Sebab anak-anak orang percaya adalah pewaris dari janji
keselamatan yang mereka terima melalui iman orang tua mereka (Kisah. 2:39
dan Kej. 17:17) dan iman jemaat.

28. Apakah anggota jemaat yang sidi di gereja lain dapat mengikuti perjamuan
kudus di GPM?
Anggota jemaat yang sidi di gereja lain di luar GPM, tetapi atas kemauan
sendiri menjadi anggota GPM, maka dia dapat diterima untuk makan
perjamuan di GPM. Bila anggota sidi itu dari gereja yang tidak seazas, maka
dia lebih dahulu diberikan pembinaan khusus untuk mengerti ajaran GPM dan
membuat suatu pengakuan iman dalam suatu ibadah minggu. Tetapi bila
anggota GPM yang berada di jemaat GPM, namun tidak mau mengikuti
proses pembinaan/ketekisasi di jemaat GPM dan pergi sidi di gereja lain yang
tidak diakui oleh GPM, maka GPM tidak mengakui keabsahan dari peneguhan
sidi yang bersangkutan. Sebab sidi adalah bentuk pengakuan gereja terhadap
kedewasaan iman seseorang. Orang tersebut juga tidak bisa diberikan
tanggangjawab sebagai warga gereja yang dewasa dalam pelaksanaan amanat
pelayanan gereja, Misalnya menjadi Badan Pembantu Pelayanan dalam jemaat
atau menjadi Majelis Jemaat. Orang tersebut harus mendapat pembinaan
secara khusus dari GPM dan membuat “pengakuan iman” tersendiri dalam
suatu ibadah minggu jemaat.

29. Apakah ada perbedaan antara Perjamuan Jumat Agung dan Perjamuan
lainnya?
Perjamuan Jumat Agung dan Perjamuan lain pada hakekatnya sama,
semuanya menujuk pada peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus yang
menyelamatkan manusia dan dunia ini. Perbedaannya ialah perjamuan jumat
agung dilaksanakan bertepatan dengan perayaan peringatan kematian Yesus.
Oleh karena itu suasana perjamuan jumat agung dirasakan berbeda dengan
perjamuan di waktu yang lain.

30. Apakah yang dimaksudkan dengan Perhadliran?


Kata Perhadliran dari kata dasar hadir, dalam kamus bahasa Indonesia tidak
ada kata dasar hadlir. Jadi kata Perhadliran sebenarnya adalah Perhadiran.
Perhadliran/perhadiran dimaksudkan adalah undangan khusus yang diberikan
kepada anggota jemaat untuk menghadiri perjamuan kudus. Undangan itu
disampaikan kepada anggota jemaat pada waktu ibadah minggu. Namun
seminggu sebelumnya sudah ada pemberitahuan kepada jemaat bahwa
minggu depan akan dilaksanakan ibadah perhadliran/perhadiran.
Perhadliran/perhadiran dilakukan sebagai cara gereja untuk mempersiapkan
orang-orang yang akan mengikuti perjamuan kudus. Mereka harus menguji
diri mereka, apakah mereka layak mengikuti perjamuan kudus atau tidak.
Apakah mereka layak mengambil persekutuan dengan Yesus dan umat-Nya
untuk makan dan minum bersama-sama (1 Kor. 11:27-29).

31. Apakah perjamuan kudus dilakukan tanpa pemberitaan firman?


Di dalam gereja dikenal adanya dua bentuk pemberitaan firman Tuhan. Yaitu
pemberitaan firman melalui kata-kata dan pemberitaan firman melalui akta.
Perjamuan kudus sebenarnya adalah wujud dari pemberitaan firman Tuhan
dalam bentuk akta. Oleh karena itu, di dalam perjamuan kudus tidak
dilakukan pemberitaan melalui kata-kata, tetapi langsung melalui akta. Tetapi
yang lebih baik ialah pelayanan perjamuan kudus didahului dengan
pemberitan firman Tuhan melalui kata-kata, sesudah itu barulah pemberiaan
Firman Tuhan melalui akta/tanda nyata yaitu roti dan anggur (1Kor. 11:23-25;
bnd. Mat. 26-29; Mrk. 14:22-25; dan Luk. 22:14-20. Jadi, kata menjelaskan
akta sehingga orang-orang yang mengikuti perjamuan kudus dapat
menghayati makna perjamuan kudus dalam hidup mereka.

32. Apakah diperbolehkan mengikuti Perjamuan tanpa Perhadliran?


Pada prinsipnya orang yang telah menerima undangan dan yang telah
menguji diri sendiri, mereka yang layak mengikuti perjamuan kudus. Tetapi
bila karena alasan tertentu seseorang tidak mengikuti perhadliran/perhadiran,
tetapi rindu dan merasa layak mengiukti perjamuan kudus, maka dia harus
memberitahukan majelis jemaat.

33. Apakah setelah mengiktui Perjamuan Kudus ada Ibadah Syukur?


Perjamuan Kudus adalah perjamuan pengucapan syukur. Oleh karena itu tidak
perlu dilakukan ibadah syukur perjamuan. Apalagi pengucapan syukur yang
dilakukan secara langsung sesudah ibadah perjamuan kedus (sistem keluar
main). Ibadah yang dilakukan setelah perjamuan kudus di pagi hari
sebenarnya adalah ibadah jemaat secara umum. Bagi warga jemaat yang tidak
mengikuti perjamuan kudus diberi kesempatan untuk beribadah bersama.
Umumnya dilakukan pada sore hari atau pada jam yang lain pada hari yang
sama.

34. Apakah bisa anak-anak dan warga jemaat yang tidak berhak mengikuti
perjamuan kudus dapat menghadiri ibadah perjamuan kudus tanpa makan dan
minum?
Anak-anak dan warga jemaat yang tidak layak mengikuti perjamuan kudus
bisa mengahadiri ibadah perjamuan kudus tanpa mereka makan dan minum.
Tetapi hal itu bisa menimbulkan masalah karena dalam ibadah bersama umat
ada perlakuan yang berbeda. Hal itu bisa dilakukan dengan mengikuti cara
gereja abad pertama. Ibadah bersama umat dilakukan setelah itu dilanjutkan
dengan pelaksanaan perjamuan kudus bagi mereka yang layak mengikutinya.
Jadi mereka yang belum layak mengikuti perjamuan kudus sudah bisa pulang,
tetapi bila mereka mau menghadirinya saja dapat diperbolehkan.

35. Apakah perbedaan perjamuan kudus dan perjamuan kasih?


Perjamuan kudus dilakukan sesuai dengan kentutuan yang ditetapkan oleh
gereja. Di GPM satu tahun 4 kali, yaitu minggu pertama bulan Januari, Jumat
Agung, minggu pertama bulan Juli dan minggu pertama bulan Oktober
(Perjamuan Oikumenis). Sedangkan Perjamuan Kasih dapat dilakukan kapan
saja sehubungan dengan acara-acara gerejawi yang dilakukan.

36. Apa makna perjamuan kudus setelah persidangan gerejawi?


Perjamjuan kudus setelah persidangan gerejawi mengingatkan orang-orang
yang mengikutinya bahwa karena kematian dan kebangkitan Yesus manusia
dan semua makluk telah diselamatkan oleh Allah. Manusia dipersekutukan
dengan Tuhan dan dipersekutukan satu dengan yang di dalam gereja-Nya dan
gereja terpanggil sebagai saksi (Mrk. 1Kor:11:26). Semua program dan
anggaran gereja yang diputuskan dalam persidangan gerejawi harus
dipahami sebagai wujud dari upaya gereja untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan oleh Yesus. Jadi perjamuan kudus pada waktu persidangan
gerejawi memiliki makna persekutuan, panggilan dan pengutusan.

37. Apakah seorang yang sedang bermasalah (isteri/suami berselingkuh) dapat


mengikuti perjamuan kudus?
Perjamuan kudus dilakukan untuk memperingati peristiwa kematian dan
kebangkitan Yesus (1 Kor. 11:24-25). Suatu peristiwa penyelamatan manusia
dan dunia dari kuasa dosa. Jadi perjamuan itu dilakukan untuk orang-orang
berdosa (Yesus berkata “…Aku datang bukan untuk memanggil orang benar,
melainkan orang berdosa” Mat. 9:13), yaitu orang-orang yang telah menyadari
dirinya dan datang kepada Allah dalam Tuhan Yesus untuk mohon
pengampunan (Luk. 18:13; 15:21-22). Tetapi bagi orang-orang yang tidak
menyadari diri dan tetap hidup dalam dosa, yaitu hidup dalam kejahatan (tetap
selingkuh, dan melakukan kejahatan yang lain) sebenarnya mereka tidak layak
mengiukti perjamuan kudus. Orang yang sementara bermasalah moral
dinasihati untuk tidak mengikuti perjamuan kudus. Sebab orang tersebut tidak
menghayati kasih Tuhan yang telah menyelamatkan dia dan dia tetap hidup di
dalam perbuatan-perbuatan jahat (Mat. 18:17). Larangan untuk tidak
mengikuti perjamuan kudus dimaksudkan untuk:

a. Menyadarkan orang tersebut pada kasih Tuhan kepadanya agar supaya


ada pertobatan dan pembaruan hidup.
b. Orang yang hidup dalam kejahatan bila makan diperjamuan kudus, maka
akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

38. Apakah pelaksanaan baptisan dan perjamuan kudus dapat dibedakan?


Baptisan dan perjamuan kudus sama-sama menunjuk pada peristiwa kematian
dan kebangkitan Yesus sebagai wujud tindakan Allah yang menyelamatkan
manusia dan alam semesta, tetapi dalam pelaksanaannya berbeda. Anak-anak
boleh dibaptis sebagai tanda mereka menerima keselamatan dari Allah sebagai
pewaris janji keselamatan dari Allah melalui iman orangtua dan iman jemaat
sebagai persekutuan. Tetapi mereka tidak boleh ikut perjamuan karena mereka
dianggap belum layak (1 Kor. 11:27). Mereka belum memahami dan
menghayati makna perjamuan kudus, sehingga mereka akan makan dan
minum seperti makan dan minum bisa.

39. Mengapa Baptisan dan Perjamuan Kudus itu harus dilaksanakan dalam
gereja?
Baptisan dan perjamuan kudus dilaksanakan di dalam gereja, karena Tuhan
Yesus memerintahkan gereja untuk melaksanakannya (Mat. 28:18-20; Mrk.
16: 15-16 dan Luk. 22:14-20; 1Kor. 11:23-26)

II. PERSEMBAHAN.

1. Apa itu persembahan?


Persembahan dari kata sembah. Jadi kata persembahan menunjuk pada
sesuatu berupa persembahan hidup/diri, benda/materi atau uang yang
diberikan oleh seseorang kepada yang disembah atau yang diakui sebagai
yang berkuasa dan menentukan dalam kehidupannya. Persembahan syukur
mengandung makna kepercayaan, penyerahan diri dan ketergantungan orang-
orang percaya kepada Tuhan. Oleh karena itu, hal yang pertama dilakukan
oleh orang percaya adalah persembahan diri/hidup, sesudah itu barulah
persembahan materi/barang.

2. Mengapa orang kristen harus memberikan persembahan?


Orang kristen memberikan persembahan, karena percaya bahwa semua yang
di alam semesta, baik yang kelihatan maupun yang tidak keliahatan adalah
ciptaan Allah dan milik Allah (Kej. 1-2; Mzm. 24:1-2; 89:12; Yes. 4:24; Yer.
27:5; Kol. 1:16). Bahkan hidup manusia itu sendiri adalah pemberian Allah
(Kej. 2:7). Untuk memelihara kehidupan manusia dan segala makhluk, maka
Alah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk-
makhluk lain Se (Kej. 1:20-30; Mzm. 104:10-18; Yes. 45:7-8). Manusia
dipercayakan oleh Allah untuk menguasai (kej. 1:26-28), mengusahakan dan
memeliaharanya (Kej. 2:15) secara bertanggungjawab (Kej. 2:16-17). Jadi
persembahan itu adalah tanda pengakuan dan syukur orang-orang percaya
kepada Allah.

3. Kalau orang tidak memberi persembahan berarti dia tidak mengakui kuasa
Allah dalam hidupnya?
Ya. Orang yang tidak memberikan persembahan sebenarnya dia tidak
mengetahui bahwa apa yang diterima/dimiliki melalui pekerjaannya adalah
hasil yang diperoleh dari mengelola harta milik Tuhan (Mzm. 50:10-12; Hag.
2:9). Harta milik yang diberikan untuk kelangsungan hidup manusia dan
segala makhluk.

4. Segala sesuatu yang ada di alam ini adalah milik Tuhan. Itu berartiTuhan itu
kaya, tetapi mengapa Tuhan menuntut persembahan dari manusia?
Tuhan itu kaya, segala sesuatu yang ada di alam semesta adalah milik Tuhan,
termasuk manusia. Tetapi manusia dipercayakan Tuhan untuk menatalayani
milik Tuhan itu Kej 1:26-28; 2:15). Jadi persembahan adalah tanda dari
pengakuan orang-orang percaya bahwa apa yang dimilikinya adalah hasil
yang diperoleh dari menatalayani/ mengelola milik Tuhan (Kej. 4:1-16).

5. Persembahan itu harus diberikan dengan sukarela. Jadi sekalipun mendapat


banyak berkat dari Tuhan tetapi memberikan sedikit sekali, sebab yang
penting ialah memberikan dengan sukarela. Apakah itu benar?
Persembahan diberikan dengan prinsip iman, yaitu sukarela dan kepantasan.
Sukarela yaitu orang memberi dengan kesadaran penuh bahwa apa yang ia
berikan itu adalah berkat Tuhan. Kesadaran itu berdasarkan penghayatan
imannya (Ibr.11:4,17) dan bukan karena dia dipaksa oleh orang lain, tetapi
dengan kerelaan hati (2 Kor. 9:7). Sedangkan kepantasan dimaksudkan ialah
apa yang ia berikan sebagai wujud pengucapan syukurnya kepada Tuhan
haruslah mengandung unsur kepantasan/kewajaran. Orang yang menerima
banyak berkat dari Tuhan, tetapi memberikan persembahan sedikit sekali
dengan alasan sukarela, maka orang itu sebenarnya lebih mementingkan diri
sendiri. Persembahan yang demikian tidak berkenaan kepada Tuhan (Kej.4:4).
6. Apa saja yang dapat diberikan oleh orang-orang percaya sebagai tanda
pengakuannya pada Tuhan?
Orang-orang percaya pertama-tama harus mempersembahkan hidupnya
kepada Tuhan (Rm. 12:1), sesudah itu baru apa yang ia miliki dalam hidupnya
berupa uang atau materi dari hasil pekerjaannya.

7. Bagaimana orang-orang percaya mempersembahkan hidup kepada Tuhan?


Mempersembahkan hidup kepada Tuhan berarti membuat hidup menjadi
berarti bagi Tuhan, sesama manusia dan ciptaan lain (Ams. 5:24; Yak. 1:21).

8. Ada berapa jenis persembahan yang harus diberikan oleh orang-orang


percaya?
Persembahan itu pada umumnya ada 2 (dua) jenis, yaitu persembahan syukur
dan persembahan persepuluhan. Persembahan syukur diberikan dalam setiap
ibadah ritual jemaat. Sedangkan persembahan pesepuluhan diberikan setelah
menerima hasil pekerjaan mereka, berupa panen, gaji/upah dan hasil usaha
yang diperoleh.

9. Apakah perbedaan antara persembahan, sumbangan dan iuran?


Di dalam gereja hal yang pertama-tama diberikan oleh oleh orang-orang
percaya kepada Tuhan ialah hidupnya, sesudah itu waktu, tenaga/daya,
barang/dana. Jadi semua yang diberikan oleh orang percaya kepada Tuhan
melalui gereja-Nya disebut persembahan. Persembahan itu diberikan dalam
berbagai wujud yang berbeda. Persembahan dapat diberikan dalam bentuk:

a. Kolekta yang diberikan setiap ibadah ritual


b. Sumbangan yang diberikan di luar ibadah ritual sesuai dengan kebutuhan
pelayanan gereja.
c. Yuran diberikan sebagai wujud tanggungjawab keluarga/pribadi untuk
menopang pekerjaan Tuhan di dalam gereja-Nya. Yuran biasanya
diberikan setiap bulan sesuai dengan apa yang diatur bersama di dalam
gereja/jemaat.
.
10. Apa manfaat persembahan dalam kehidupan bergereja?
Persembahan bermanfaat untuk menopang pelaksanaan tugas-tugas kesaksian
dan pelayanan gereja. Gereja diutus ke dalam dunia. Untuk memenuhi tugas
dimaksud, maka gereja membutuhkan topangan doa, daya dan dana dari
warga gereja. Persembahan syukur yang diberikan dapat diapakai oleh gereja
untuk memberdayakan kehidupan manusia secara utuh. Itulah wujud
pelayanan gereja bagi Tuhan (Matius 25:45).

11. Apa yang dimaksudkan dengan Persepuluhan?


Persembahan persepuluhan adalah salah satu bentuk persembahan syukur
warga gereja. Persepuluhan diberikan dalam wujud sepersepuluh dari hasil
pekerjaan yang diperoleh, diberikan kepada Tuhan (Kej 28:22; Im.27:30). Itu
adalah hak Tuhan yang diberikan oleh manusia yang mengelola milik Tuhan,
yaitu kekayaan yang ada di alam semesta.

12. Mengapa orang percaya harus memberikan persembahan persepuluhan?


Orang percaya memberikan persembahan persepuluhan karena orang percaya
menyadari bahwa hidupnya dan apa yang diperoleh melalui pekerjaannya
adalah milik Allah. Dan sebagai tanda pengakuan itu mereka harus
mengembalikan kepada Allah sepersepuluh dari apa yang mereka peroleh dari
hasil pekerjaan (Im. 27:30).

13. Untuk apa persembahan persepuluhan itu diberikan?


Persembahan persepuluhan itu diberikan agar kasih dan pemeliharaan Allah
kepada manusia yang kurang beruntung seperti orang miskin, janda miskin,
yatim piatu, orang asing dan orang-orang yang bekerja secara khusus di Bait
Allah/gereja bisa mendaptkan hak hidup (Ul. 26:12; Ul. 14:29; Bil. 18:21,24;
Ul. 18:1-8 ).

14. Persembahan-persembahan itu diberikan kepada Tuhan, tetapi mengapa


dimanfaatkan oleh gereja?
Persembahan diberikan kepada Tuhan, tetapi dimanfaatkan oleh gereja,
karena gereja dipercayakan oleh Tuhan untuk pelaksanaan pekerjaan Tuhan di
dunia (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15; Yoh. 17:18; Kis. 1:8). Pekerjaan untuk
pembebasan dan penyelamatan Allah bagi kehidupan manusia dan semua
makhluk (Mat. 9:36-38; Luk. 4:18-19).

15. Apa saja pekerjaan Tuhan di dalam dunia yang dipercayakan kepada gereja?
Pekerjaan Tuhan yang dipercayakan kepada gereja ialah membangun
persekutuan orang-orang percaya dengan Tuhan dan dengan manusia serta
segala makhluk untuk melaksanakan tugas-tugas kesaksian dan pelayanan
penyelamatan Allah di dunia ini.

16. Apakah itu Nazar? (bukan Natzar)


Nazar adalah suatu ikatan janji iman seseorang dengan Tuhan. Orang tersebut
dalam pergumulan hidupnya dia membuat suatu janji iman, bahwa bila Tuhan
berkenan mendengatkan doannya, maka dia akan melakukan sesuatu untuk
Tuhan (Kej. 28:20; Hak 11:30;1 Sam.1:1-11; Maz. 65:2’ 76:12;116:14). Dan
bila Tuhan mengabulkan permintanya, maka orang tersebut harus membayar
nazarnya sebagai bentuk persembahannya kepada Tuhan (Kej. 31:13; Im.
27:2; Bil. 30:2; Hak. 11:36; 2Sam. 15:7)).

17. Perbedaan Nazar dan Persembahan?


Nazar sebenarnya adalah suatu bentuk persembahan yang diberikan kepada
Tuhan karena suatu pergumulan yang khusus (Hak. 11:30,36; 1Sam. 1:1-11;
Mal.1:14; Maz.76:12). Dalam pergumulan itu seseorang membuat ikatan janji
dengan Tuhan. Tetapi Persembahan adalah pemberian syukur yang diberikan
oleh seseorang secara suka rela dan layak karena penghayatan imannya bahwa
segala sesuatu yang ia peroleh adalah pemberian Allah di dalam hidupnya
(Yun. 2:9; Maz. 116:17).

18. Apakah persembahan persepuluhan dapat diberikan atau dimanfaatkan untuk


pembangunan fisik gereja?
Persembahan persepuluhan sesuai kesaksian Alkitab, tidak diperuntukan bagi
pelaksanaan pembagunan fisik jemaat. Persembahan persepuluhan
dimanfaatkan untuk pelayanan diakonia gereja, yaitu untuk pelayanan
terhadap yatim- piatu, janda miskin, orang-orang miskin dan bermasalah
sosial, serta orang-orang asing yang terlantar yang tidak punya apa-apa dan
hak hidup para pekerja dalam gereja/ imam-imam dan orang-orang Lewi yang
bekerja di bait Allah. Mereka berhak memperoleh pemeliharaan Allah
melalui persepuluhan yang adalah hak Allah Ul. 14:29; 26:12; Bil. 18:21,24).
Persepuluhan itu menurut Tuhan Yesus harus diatur berdasarkan prinsip kasih,
keadilan dan kesetiaan (Mat. 23:23).

19. Apakah persembahan persepuluhan itu bisa langsung diberikan kepada orang-
orang yang berhak mendapakannya, seperti orang miskin, yatim piatu atau
orang yang bermasalah sosial, tanpa melalui gereja?
Persembahan persepuluhan sejak awal diberikan melalui Bait Allah (Ul. 12:6;
14:22-29; Neh. 13:12; Mal. 3:10) dan diatur oleh Imam-imam sesusai
peruntukannya. Jadi tidak diberikan langsung kepada orang yang
membutuhkan bantuan tersebut. Tetapi bila orang miskin atau orang yang
bermasalah sosial tidak mendapat perhatian dari gereja/jemaat sesuai dengan
haknya, maka warga jemaat bisa memberikan langsung persepuluhan itu
kepada orang yang sangat membutuhkan bantun pelayanan diakonia gereja.
Bila hal ini terjadi, maka sesungguhnya gereja/jemaat yang menerima
persepuluhaan tidak lagi dipercaya oleh wargannya.

20. Apakah persepuluhan diberikan kepada jemaat yang membutuhkan, bukan di


jemaat domisili?
Persepuluhan adalah salah satu wujud persembahan syukur umat kepada
Allah. Persepuluhan ini sejak awal diberikan oleh umat di Bait Allah/Rumah
Tuhan (Ul. 12:6; 14:22-29; Neh. 13:12; Mal. 3:10), yaitu tempat di mana
Allah berkenaan membuat nama-Nya diam di sana (Ul. 14:23; 26:2-4). Jadi
persepuluhan selayaknya diberikan di gereja tempat umat itu beribadah
kepada Tuhan, yaitu di jemaatnya/gerejanya. Bukan di luar jemaat/gereja di
mana dia tinggal.

Ambon, Hari Kenaikan Yesus, 14 Mei


2015
Victor Untailawan

Anda mungkin juga menyukai