Habermas
merupakan
Jerman
pada
filsafat kritis. Karena dia melihat adanya perubahan dalam sosial. Namun perubahan
tersebut tetap dalam kerangka sosial yang nyata.
4. Komunikasi menjadi titik tolak Habermas dan itu menjadi dasar dalam usaha
mengatasi kebuntuan Teori Kritis para pendahulunya.
B. Peranan Bahasa Dalam Pemahaman
Habermas menekankan bahwa kita tidak dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu
fakta, sebab ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasi. Bahkan kita tidak dapat
melakukan interpretasi secara tuntas, sebab selalu terdapat makna yang lebih, yang tidak
dapat dijangkau oleh interpretasi, yaitu terdapat dalam hal-hal yang tidak teranalisiskan,
tidak dapat terjabarkan bahkan diluar pikiran kita.
Hebermes pun menerangkan bahwa hal-hal yang tidak mungkin kita pahami, bahkan
kita juga tidak dapat membuat interpretasi atas hal-hal tersebut, sedangkan pemahaman itu
adalah suatu kegiatan dimana pengalaman dan pengertian teoritis berpadu menjadi satu. Dan
perlu kita ketahui juga bahwa pemahaman melibatkan interpretasi. Berdasarkan pemikiran
Hebermas tersebut maka bahasa merupakan unsur yang fundamental dalam hermeneutika.
Analisis terhadap fakta dilakukan melalui hubungan symbol-simbol dan symbol-simbol
tersebut sebagai symbol fakta.
C. Peranan Bahasa dalam Hermeneutika
Hermeneutika lazimnya berupaya menerangkan sesuatu yang bersifat individual dank
has, bukan bersifat universal. Dalam ilmu pengetahuan hermeneutic, bahasa sehari-hari
dipergunakan untuk berkomunikasi dalam konteks kehidupan yang kongkret, sehinga bahasa
itu mengungkapkan makna yang individu. Pengalaman hermeneutik melibatkan tiga kelas
ekspresi kehidupan, yaitu: linguistic, tindakan dan pengalaman.
Tentang linguistic Hebermas mengatakan bahwa ekspresi atau ungkapan dapat sama
sekali dipisahkan dari konteks kehidupan kongkret jika tidak berhubungan dengan bagianbgian khusus dalam konteks tersebut. Kemudian, komunikasi dapat dilakukan melalui
tindakan atau kegiatan, sebagaimana halnya dalam pemahaman linguistic, tindakan atau
kegiatan perlu dijabarkan. Sedangkan pada kelas pengalaman terutama dalam reaksi tubuh
manusia, yang berupa kecenderungan yang tidak dicetuskan atau sebagai ungkapan
nonverbal, interpreter memperhitungkan hal-hal itu sebagai salah stu bentuk atau jenis
pemahaman. Menurut Hebermas bahwa ketiga kelas tersebut tidak dapat dipisahkan.
Pemikiran Hebermas tersebut nampaknya masih mendasarkan bahasa sebagai sarana
dalam komunikasi, sehingga dengan demikian bahasa memiliki fungsi pragmatis dalam
hermeneutika, yaitu senang tiasa tidak dapat dipisahkan dengan ekspresi dan pegalaman.
Tindakan selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh, jadi dalam setiap hermeneutika akan kita
dapati kombinasi antar bahasa, tindakan dan pengalaman. Terdapat suatu interaksi antara
bahasa, tindakan dan pengalaman, namun bahasa dan pengalaman tidak menjadi syarat
transcendental bagi suatu tindakan dalam konteks tindakan komunikatif. Oleh karena itu,
untuk memahami sesuatu dengan benar, kita harus mengupayakan dialog antara bahasa dan
pengalaman serta tindakan.