Anda di halaman 1dari 3

A.

Biografi dari Jurgen Habermas


Jrgen

Habermas

merupakan

seorang filsuf dan teoritisi sosial


yang paling berpengaruh pada
saat ini. Ia dilahirkan di kota
Dusseldorf,

Jerman

pada

tanggal18 Juni 1927. Ia mempelajari


filsafat di Universitas Got tingen dan Bonn
dan mulai bergabung ke dalam Institute
Sozialforschung
tahun
1956,
Pada usianya yang ke 25 tahun, JrgenFur
Habermas
bergabungpada
dengan
Institut
fr
Sozialforschung (Institut Penelitian Sosial) di Frankfurt yang biasa disebut dengan Mazhab
Frankfurt dan Jrgen Habermas terlibat aktif dalam mempopulerkan megaproyek teori kritis
(kritische theorie).Menurut Franz Magnis Suseno, filsafat kritis berdiri dalam tradisi
pemikiran yang mengambil inspirasi dari Karl Marx. Ciri khas dari filsafat kritis adalah selalu
berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata.
Waktu itu ia berusia 27 tahun dan mengawali karier akademisnya sebagai asisten
Theodor Adorno (seorang filsuf Jerman terkemuka di Institute for social Research) antara
tahun 1958-1959. Gelar Ph.D, didapatkannya setelah berhasil menyelesaikan dan
mempertahankan disertasinya yang berjudul Das Absolut und die Geschichte (Yang Absolut
dan Sejarah) yang kemudian diterbitkan menjadi buku pada tahun 1954 dan berisi tentang
pertentangan antara yang Mutlak dan Sejarah dalam pemikiran Schelling. Seorang anak
dari keluarga kelas menengah yang agak tradisonal. Sang Ayah pernah
menjabat sebagai direktur Kamar Dagang di kota kelahirannya.
Point Penting dalam pemikiran jurgen habermas.
1. Bahwa Jurgen Habermas adalah filosof dari Jerman yang menggunakan sifat kritis
terhadap berbagai macam persoalan termasuk teori tradisional. Tentu hal itu tidak
sendirian, melainkan bersama temannya Adorno dan Horkheimer. Mereka semua itu
berasal dari madzhab Frankfurt, namun dengan itu dia termasuk taruhannya, dan
selalu dikritik orang-orang sekitarnya.
2. Habermas mempunyai kesadaran mengkritisi segala tindakan yang merugikan sosial,
baik itu secara individu kelompok, masyarakat, ataupun organisasi.
3. Habermas menggunakan dua pendekatan dalam mengkritisi sesuatu; gaya pemikiran
historis dan pemikiran materialis. Dengan demikian ia tidak selalu menggunakan gaya

filsafat kritis. Karena dia melihat adanya perubahan dalam sosial. Namun perubahan
tersebut tetap dalam kerangka sosial yang nyata.
4. Komunikasi menjadi titik tolak Habermas dan itu menjadi dasar dalam usaha
mengatasi kebuntuan Teori Kritis para pendahulunya.
B. Peranan Bahasa Dalam Pemahaman
Habermas menekankan bahwa kita tidak dapat memahami sepenuhnya makna sesuatu
fakta, sebab ada juga fakta yang tidak dapat diinterpretasi. Bahkan kita tidak dapat
melakukan interpretasi secara tuntas, sebab selalu terdapat makna yang lebih, yang tidak
dapat dijangkau oleh interpretasi, yaitu terdapat dalam hal-hal yang tidak teranalisiskan,
tidak dapat terjabarkan bahkan diluar pikiran kita.
Hebermes pun menerangkan bahwa hal-hal yang tidak mungkin kita pahami, bahkan
kita juga tidak dapat membuat interpretasi atas hal-hal tersebut, sedangkan pemahaman itu
adalah suatu kegiatan dimana pengalaman dan pengertian teoritis berpadu menjadi satu. Dan
perlu kita ketahui juga bahwa pemahaman melibatkan interpretasi. Berdasarkan pemikiran
Hebermas tersebut maka bahasa merupakan unsur yang fundamental dalam hermeneutika.
Analisis terhadap fakta dilakukan melalui hubungan symbol-simbol dan symbol-simbol
tersebut sebagai symbol fakta.
C. Peranan Bahasa dalam Hermeneutika
Hermeneutika lazimnya berupaya menerangkan sesuatu yang bersifat individual dank
has, bukan bersifat universal. Dalam ilmu pengetahuan hermeneutic, bahasa sehari-hari
dipergunakan untuk berkomunikasi dalam konteks kehidupan yang kongkret, sehinga bahasa
itu mengungkapkan makna yang individu. Pengalaman hermeneutik melibatkan tiga kelas
ekspresi kehidupan, yaitu: linguistic, tindakan dan pengalaman.
Tentang linguistic Hebermas mengatakan bahwa ekspresi atau ungkapan dapat sama
sekali dipisahkan dari konteks kehidupan kongkret jika tidak berhubungan dengan bagianbgian khusus dalam konteks tersebut. Kemudian, komunikasi dapat dilakukan melalui
tindakan atau kegiatan, sebagaimana halnya dalam pemahaman linguistic, tindakan atau
kegiatan perlu dijabarkan. Sedangkan pada kelas pengalaman terutama dalam reaksi tubuh
manusia, yang berupa kecenderungan yang tidak dicetuskan atau sebagai ungkapan
nonverbal, interpreter memperhitungkan hal-hal itu sebagai salah stu bentuk atau jenis
pemahaman. Menurut Hebermas bahwa ketiga kelas tersebut tidak dapat dipisahkan.
Pemikiran Hebermas tersebut nampaknya masih mendasarkan bahasa sebagai sarana
dalam komunikasi, sehingga dengan demikian bahasa memiliki fungsi pragmatis dalam
hermeneutika, yaitu senang tiasa tidak dapat dipisahkan dengan ekspresi dan pegalaman.

Tindakan selalu dikaitkan dengan gerakan tubuh, jadi dalam setiap hermeneutika akan kita
dapati kombinasi antar bahasa, tindakan dan pengalaman. Terdapat suatu interaksi antara
bahasa, tindakan dan pengalaman, namun bahasa dan pengalaman tidak menjadi syarat
transcendental bagi suatu tindakan dalam konteks tindakan komunikatif. Oleh karena itu,
untuk memahami sesuatu dengan benar, kita harus mengupayakan dialog antara bahasa dan
pengalaman serta tindakan.

Anda mungkin juga menyukai