manusia. Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh Metafisika (Mistik ) adalah ilmu yang
memikirkan hakikat di balik alam nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu
dari alam nyata tanpa dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera.
Secara umum, Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional. Pengertian mistik bila
dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang
diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan
rasio (A. S. Hornby, A Leaners Dictionary of Current English, 1957 : 828 ). Metafisika
mengkaji segala sesuatu secara komprehensif. Menurut Asmoro Achmadi (2005;14),
1. Magis Putih, selalu dekat hubungannya dengan Tuhan, sehingga dukungan Tuhan yang
menjadi penentu. Mistik magis putih bila dicontohkan dalam agama seperti mukjizat,
karamah, ilmu hikmah.
2. Magis Hitam, erat hubungannya dengan kekuatan setan dan roh jahat. Menurut Ibnu
Khaldun penganut magis hitam memiliki kekuatan di atas rata-rata, kekuatan mereka yang
menjadikan mereka mampu melihat hal-hal ghaib dengan dukungan setan dan roh jahat.
Contohnya seperti santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir. Jiwa-jiwa yang memiliki
kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, diantaranya :
a. Pertama, mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental
atau himmah. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh
jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar
biasa.
b. Kedua, mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak
benda-benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda
yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam bentuk
benda-benda material atau rajah.
c. Ketiga, mereka yang melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imajinasi
sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini
disebut kelompok pesulap.
D. Paham-Paham Pengetahuan Mistik
1. Ontologi
Ontologi atau bagian metafisika yang umum, membahas segala sesuatu yang ada
secara menyeluruh yang mengkaji persoalan-persoalan, seperti hubungan akal dengan
benda, hakikat perubahan, pengertian tentang kebebasan, dan lainnya. Di dalam
pemahaman atau pemikiran ontologi dapat ditemukan pandangan-pandangan pokok
pemikiran: monoisme, dualisme, pluralisme, nikhilisme, dan agnotisisme.
a. Aliran Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber asal,
baik yang asal berupa materi maupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Istilah monoisme oleh Thomas Davidson
disebut dengan block universe. Paham monoisme kemudian terbagi ke dalam dua aliran:
1) Aliran materialism: Menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan
rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya, bahwa zat
mati merupakan kenyataan dan satu-satunya cara tertentu.
2) Aliran idealism Menurut idealisme, gambaran yang benar yang tepat sesuai dengan
kenyataan sebagaimana diteorikan oleh realisme merupakan sesuatu yang mustahil,
sesuatu yang tidak mungkin. Karena itu, idealisme mentakrif hakikat ilmu sebagai
hasil dari proses mental yang niscaya bersifat subyektif. Pengetahuan bagi penganut
idealisme bukan hanya merupakan gambaran subyektif, bukan gambaran obyektif
tentang kenyataan. Dengan demikian, pengetahuan menurut teori idealistik ini tidak
memberikan gambaran yang tepat tentang kenyataan di luar alam pikiran manusia.
Dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita sedang spiritualisme
berarti serba ruh, idealism diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam
jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam ini
semua berasal dari roh, yaitu sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruang.
Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari penjelmaan ruhani. Menurut Rapar
(2005:45), aliran materialisme menolak hal-hal yang tidak terlihat. Bagi
materialisme, ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaannya semata-mata
bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Dengan demikian, bagi
materialisme, relaitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, sesuatu yang riil
atau nyata. Beberapa filsuf atau tokoh yang tergolong pada aliran materialisme
adalah Thales, Anaximenes, dan Anaximandris. Tokoh atau para filosof yang hidup
ratusan tahun sebelum masehi. Thales mengajarkan bahwa asas permulaan ( arche)
dari segala sesuatu itu adalah satu, yaitu air. Air adalah pangkal pokok ( asas) dari
dasar (prinsip) segala-galanya. Semua benda terjadi dari air dan semuanya akan
kembali kepada air pula. Berdasarkan rasio dan pengalaman yang dilihat nya seharihari, Thales menyimpulkan tentang asal terbuktinya alam ini. Sebagai orang pesisir,
Thales dapat melihat setiap hari brtapa air laut menjadi sumber hidup. Begitu juga
dengan bangsa Mesir, betapa nasib rakyat Mesir sangat bergantung pada air sungai
Nil. Air sungai nil itulah yang menyuburkan tanah sepanjang yang dilaluinnya dan
dimanfaatkan oleh manusia. Jika tidak ada air sungai Nil itu, negeri Mesir kembali
menjadi padang pasir. Demikianlah, air laut, air sungai menyebarkan bibit kehidupan
seluruh dunia. Semuanya itu air, semuanya bersumber dari asal yang satu, air.
Dengan demikian, semuanya itu satu.
Selain Thales, muncul Anaximandros (640-540 SM), yang berpandangan tentang
asas pemula dari segala sesuatu adalah hanya satu, yaitu yang tidak terbatas (to
aperion). anaximandros tidak mengakui pandangan Thales yang mengemukakan
bahwa asas pertama adalah air. Sebab air tidak mungkin berada dimana-mana, di
tempat kering, tempat basah, tinggi, rendah, termasuk juga api. Air adalah hal yang
terbatas. Oleh karena itu, anasir utama yang menyusun alam itu adalah yang tidak
terbatas. Filosof lain adalah Anaximenes (538-480) yang termasuk kepada aliran
materialisme. Anaximenes memberikan pandangan bahwa asas pemula seluruh alam
semesta dengan segala isinya adalah hawa atau udara. Aliran idealisme atau aliran
spiritualisme adalah lawan dari aliran materialisme. Menurut aliran idealisme
semuanya serba cita (ideal) atau roh (spiritual). Aliran ini menganggap bahwa
hakikat segala sesuatu yang ada berasal dari roh, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk
dan tidak menempati ruang. Menurut anggapan aliran ini, materi atau zat itu
hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan roh tersebut. Roh adalah sebagai hakikat
yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah bayangan atau penjelmaan saja. Aliran
idealisme tumbuh dan berkembang sejak masanya Plato. Plato yang terkenal dengan
pandangannya mengenai ide. Ajaran ide merupakan inti dan dasar seluruh filsafat
Plato. Ide bagi Plato tidak sama dengan pengertian ide yang dipahami oleh orang
pada saat ini. Dasar pokok pemahaman ide itu dikemukakannya sebagai teori logika.,
kemudian meluas menjadi pandangan hidup, selanjutnya menjadi dasar umum bagi
ilmu dan politik social dan bahkan mencakup pandangan agama. Pembahasan
lengkap mengenai ketiga aspek ini ( teori logika, dasar umum bagi ilmu dan politik
social, dan pandangan agama) telah diulas pada bab sebelumnya.
b. Aliran Dualisme
Aliran Dualisme adalah aliran yang mencoba memadukan antara dua paham yang
saling bertentangan, yaitu materialisme dan idealisme. Menurut aliran dualisme materi
maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Materi muncul bukan karena adanya ruh,
begitu pun ruh muncul bukan karena materi. Akan tetapi, dalam perkembangan
selanjutnya aliran ini masih memiliki masalah dalam menghubungkan dan
menyelaraskan kedua aliran tersebut. Aliran dualisme memandang bahwa alam terdiri
dari dua macam hakikat sebagai sumbernya. Aliran dualisme merupakan paham yang
serba dua, yaitu antara materi dan bentuk. Menurut paham dualisme , di dalam dunia ini
selalu dihadapkan kepada dua pengertian, yaitu yang ada sebagi potensi dan yang ada
secara terwujud. Keduanya adalah sebutan yang melambangkan materi (hule) dan
bentuk (eidos). Pengertian materi dalam pandangan aliran dualisme ini tidak sama
dengan pengertian materi yang dipahami sekarang ini. Menurut Aristoteles, materi
( hule ) adalah dasar terakhir segala perubahan dari hal-hal yang berdiri sendiri dan
unsure bersama yang terdapat di dalam segala sesuatu yang menjadi dan binasa. Materi
dalam arti mutlak adalah asas atau lapisan bawah yang paling akhir dan umum. Setiap
benda yang dapat diamati disusun dari materi. Oleh karena itu, materi mutlak diperlukan
bagi pembentukan segala sesuatu. Di lain pihak, dapat dijelaskan bahwa materi adalah
kenyataan yang belum terwujud, yang belum ditentukan, tetapi yang memiliki potensi,
bakat untuk menjadi terwujud atau menjadi ditentukan oleh bentuk. Padanya ada
kemungkinan untuk menjadi nyata, karena kekuatan yang membentuknya. Sedangkan
bentuk ( eidos ) adalah pola segala sesuatu yang tempatnya di luar dunia ini, yang
berdiri sendiri, lepas dari benda yang konkret, yang adalah penerapannya. Bagi
Aristoteles, eidos adalah asas yang berada di dalam benda yang konkret, yang secara
sempurna menentukan jenis benda itu, yang menjadikan benda yang konkret itu disebut
demikian (misalnya disebut meja, kursi). Jadi, segala pengertian yang ada pada
manusia, seperti meja, kursi tersebut bukanlah sesuai dengan realitas ide yang berada di
dunia ide, melainkan sesuai dengan jenis benda yang tampak pada benda konkret.
c. Aliran Pluralisme
Aliran Pluralisme berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Pluralism bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuannyanyata. Pluralisme sebagai paham yang menyatakan bahwa
kenyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih dari satu atau dua entitas.
d. Aliran Nihilisme
Aliran Nihilisme menyatakan bahwa dunia ini terbuka untuk kebebasan dan
kreativitas manusia. Aliran ini tidak mengakui validitas alternative positif. Dalam
pandangan nikhilisme, Tuhan sudah mati. Manusia bebas berkehendak dan
berkreativitas.
e. Aliran Agnotisme
kepercayaan. Hampir seluruh kehidupan beragama didunia ini mengakui adanya kehidupan
mistik sebagai kebutuhan untuk menyelesaiakan masalah karena pada dasarnya
permasalahan yang ada didunia ini secara mutlak dapat diselesaikan dengan sains maupun
filsafat melainkan mistiklah salah satunya yang paling berperan,. Itu berlaku untuk mistik
putih dan mistik hitam. Mistik mempunyai beberapa macam-macam, dimana masing
diantaranya mempunyai cara-cara yang berbeda dan nilai baik dan buruk dalam
menyelesaikan masalah, tergantung dari mistik itu sendiri.
F. Epistemologi Pengetahuan Mistik
1. Objek Pengetahuan Mistik
Objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra rasional, seperti alam gaib
termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya
dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami
oleh rasio, yaitu objek-objek supra natural (supra rasional), seperti kebal, debus, pelet,
penggunaan jin, santet.
G. Penutup
Kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba
rahasia (geheimzinning), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam
kekelaman (in het duister gehuld). Berdasarkan arti tersebut mistik sebagai sebuah paham
yaitu paham mistik atau mistisisme, merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba
mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap
atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh
orang-orang tertentu saja, terutama sekali bagi penganutnya. Mistik adalah pengetahuan yang
tidak rasional, ini pengertian yang umum.
Adapun pengertian mistik bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan (ajaran atau
keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh dengan cara meditasi atau latihan spiritual, bebas
dari ketergantungan pada indera dan rasio. Pengetahuan Mistik atau sering disebut dengan
pengetahuan metafisika. Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang
hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman manusia. Ditinjau dari segi
filsafat secara menyeluruh Metafisika (Mistik) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik
alam nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa
dibatasi pada sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindera
Datar Bacaan
Bakker. Anton. 1992. Ontologi dan Metafisika Umum. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Drijarkara. 1981. Percikan Filsafat. Jakarta. Pustaka Jaya.
Rapar. Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Ahmad Saebani. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung. Pustaka Setia.
Aimira Hadayat. 2006. Filsafat Ilmu Stain Pemekasan Pers.
Amsal Bakhtiar. 2007. Filsafat Ilmu. Edisi revisi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Nasution.H. 1975. Filsafat Agama. Bulan Bintang. Jakarta.