Anda di halaman 1dari 7

Teori Karir Trait and Factor

A. Teori Trait and Factor


Trait and factor counseling dapat dideskripsikan dengan mengatakan:corak
konseling yang menekankan pemahaman individu melalui testing psikologis dan
penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi,terutama
yang menyangkut pilihan program studi/atau bidang pekerjaan.Pelopor pengembangan
corak konseling ini yang paling terkenal ialah E.G.Williamson, corak konseling ini juga
dikenal dengandirective counseling atau Counseling-Centered Counseling , karena
konselor secara sadar mengadakan strukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha
mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseling sendiri.Corak
konseling ini menilai tinggi kemampuan manusia untuk berpikir rasional dan memandang
masalah konseli sebagaiproblem yang harus dipecahkan dengan menggunakan
kemampuan itu (problem-solving approach).Dalam segi teoritis dan dalam segi
pendekatannya,corak konseling ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan,
sebagaimana dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20.
Dalam

bukunya

yang

berjudul Vocation

Counseling (1965)

Williamson

menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling


jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor.Pada akhir abad yang ke-19 Frank
Parsons mulai mencari suatu cara untuk membantu orang-orang muda dalam memlih
suatu bidang pekerjaan yang sesuai dengan potensi mereka, sehingga dapat cukup
berhasil di bidang pekerjaan itu. Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909),Frank
Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memiliih suatu pekerjaan
yang

sesuai,yaitu:pertama,pemahaman

otak,bakat,minat,berbagai

kelebihan

diri
dan

yang

jelas

mengenai

kelemahan,serta

kemampuan

ciri-ciri

yang

lain.Kedua,pengetahuan tentang keseluruhan persyaratan yang harus dipenuhi supaya


dapat mencapai sukses dalam berbagai bidang pekerjaan,serta tentang balas jasa dan
kesempatan untuk maju dalam semua bidang pekerjaan itu.Ketiga, berpikir secara
rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok diatas.Jadi,langkah pertama
menggunakan analisis diri;langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan
(vocational information);langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir
rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai
relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan suatu pekerjaan / jabatan,dengan tuntutan

klasifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.Dengan
demikian, orang muda bukannya mencari pekerjaan demi asal punya pekerjaan(the hunt
of a vocation).Namun prosedur yang digunakan oleh Frank Parsons untuk menemukan
fakta dalam rangka langkah kerja yang pertama dan yang kedua ternyata tidak seluruhnya
dapat dipertanggungjawabkan dari segi analisis psikologi dan sosial secar ilmiah.Tekanan
pada studi psikologi terhadap masing-masing orang dalam suatu klinik psikologis,dengan
menggunakan alat-alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,menjadi ciri
khas dari aliran konseling yang kemudian disebut Konseling Klinikal .Corak konseling
yang berpegang pada teori Trait-Factor berkembang dalam rangka konsepsi aliran
Konseling Klinikal.Oleh karena itu,pendekatan konseling Trait-Factordalam beberapa
buku dinamakan Konseling Klinikal.
Alat

yang

digunakan

untuk

mempelajari

keadaan

seseorang

sehingga

menghasilkan suatu analisis bagi masing-masing pribadi,adalah tes-tes psikologis yang


mula-mula digunakan pelh para ahli psikologi industri dalam rangka seleksi aplikam
umtuk bidang-bidang pekerjaan tertentu.Berdasarkan identifikasi berbagai kemmapuan
yang dimiliki atau tidak dimiliki seseorang setelah dites,dan bedasarkan penelitian
terhadap tuntutan pekerjaan di lapangan untuk mengetahui kemampuan mana yang harus
dimilki seseorang supaya berhasil dalam suatu jenis pekerjaan tertentu, ahli-ahli psikologi
industri itu menyusun tabel-tabel prakiraan sukses atau gagalnya seorang aplikan dalam
jenis pekerjaan tertentu.Cara berfikir yang demikian mulai diikuti juga oleh konselor
jabatan,dengan menekankan penggunaan tes-tes psikologis sebagai alat untuk
mengidentifikasi ciri-ciri kepribadian seseorang yang mempunyai relevansi terhadap
suatu jabatan atau pekerjaan.Dalam hal ini aliran konseling jabatan berpegang pada teori
kepribadian

ynag

dikenal

dengan

nama

teoriTrait-factor.Yang

dimaksud

dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berfikir,berperasaan,dan
berperilaku,seperti

intelegensi(berpikir),iba

hati(berperasaan),dan

agresif(berperilaku).Ciri-ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang


masing-masing membentuk suatu kontinium atau skala yang terentang dari sangat tinggi
sampai sangat rendah.
Ciri-ciri dasar yang ditemukan oleh ahli disebut factors,misalnya Cattell
berpendapat telah menemukan 16 faktor,yang merupakan ciri-ciri dasar yang dapat
mendeskripsikan kepribadian seseorang secara memadai.Teori Trait Factor adalah
pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan

mengidentifikasikan sejumlah ciri,sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang


mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.Konseling Trait-Factor berpegang
pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau
mendiagmatis seseorang mengenai ciri-ciri atau dmensi/aspek kepribadian tertentu,yang
diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam
memangku jabatan dan mengikuti suatu program studi.Dalam hal ini program studi di
instutusi pendidikan juga dipandang sebagai jabatan,sehingga akan diikuti prosedur
yang sama terhadap pilihan bidang pekerjaan dan bidang studi.Dengan demikian,aliran
konseling jabatan telah memperluas diri menjadiKonseling Jabatan-Akademik,yang
dewasa ini sering disebut Konseling Karier.
B. Asumsi Trait-factor Counseling
Williamson merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor
Counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of Counseling
(Steffle,1965,Bab V), sebagai berikut:
1.

Setiap individu mempunyai sejumlah kemmapuan dan potensi,seperti taraf


intelegensi umum,bakat khusus,tarif kreativitas,wujud minat serta keterampilan,yang
bersama-sama membentuk suatu polayang khas untuk individu itu.Kemampuan dan
variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits),yang telah agak stabil
sesudah

masa

remaja

lewat

dan

dapat

diidentifikasikan

melalui

tes-tes

psikologis.Data hasl testing memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas


seseorang yang lebih dapat diadalkan daripada hasil intropeksi atau refleksi terhadap
diri sendiri.
2.

Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada sesseorang menunjukkan hubungan
yang berlain-lain dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seoarng
pekerja di berbagai bidang pekerjaan.Juga wujud minat yang dimiliki seseorang
menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan pola minat yang ditemukan pada
orang berkarier diberbagai bidang pekerjaan.Dengan demikain dibutuhkan informasi
jabatan (vocational information), yang tidak hanya mendiskripsikan tugas-tugas yang
dilakukan,tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja,
yang

harus

dipenuhi

supaya

mencapai

sukses

dalam

suatu

bidang

pekerjaan.Informasi jabatan yang terandalkan hanya dapat diperoleh melalui aneka


usaha penelitian ilmiah,bukan berdasarkan kesan pribadi dari calon pekerja atau

melalui dari pekerja yang sudah bertugas.Justru analisis jabatan dalam bentuk
identifikasi kulifikasi yang dituntut,memungkinkan penemuan hubungan yang berarti
dengan kemampuan minat,dan keterampilan yang diidentifikasikan pada seorang
calon pekerja melalui testing pskologis.Sejumlah kualifikasi yang diketahui
berdasarkan penelitian ilmiah itu justru menjadi norma objektif yang dapat
digunakan sebagai patokan untuk meramalkan,apakah calon pekerja dapat berhasil
dengan baik atau tidak.Ini semua memberikan dasar pada langkah ketiga menurut
model Parsons dan tidak hanya timgal kesan subjektif tentang kecocokan seseorang
bagi bidang pekerjaan tertentu.
3.

Diagnosis terhadap pola kemmapuan dan minat yang dimiliki seseorang harus
mendahului penerimaan dan penenmpatan dalam program studi tertentu.Diagnosis
atau analisis psikologi inidapat dilaksanakan dengan menggunkan alat-alat tes yang
terandalkan.Penentuan kecocokan atau ketidakcocokan anatara data tentang tuntutan
program studi dan data tentang individu,lebih dapat diandalkan daripada hanya
prakiraan kecocokan atas dasar pandangan pribadi tentang diri sendiri dan sekedar
kesan tentang tuntutan program studi.

4.

Setiap individu mampu,berkeinginan,dan berkecenderungan untuk mengenal diri


sendrii serat memanfaatan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik,sehngga dia
akan mengunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan
demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Mengenai martabat kehidupan manusia,Willamson berpendapat bahwa manusi
berpotensi untuk melakukan yang baik dan yang jahat;namun,makna kehidupan adalah
mengejar

yang

baik

dan

menolak

serta

mengontrol

yang

jahat.Dalam

perkembangannya,manusia membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat


mengembangkan semua kemmapuan yang memadai.Konselor di Institusi pendidikan
berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi arah perkembangan itu;konseli
meminta bantuan konselor karena dia dari dirinya sendiri belum dapat menemukan arah
perkembangannya sendiri.Proses konseling berlangsung melalui lima fase,yaitu
penciptaan hubungan yang serasi dalam suasana komunikasi pribadi yang memuaskan (a
warm and friendly relationship);pengembangan pemahaman diri;penyusunan suatu
rencana

bertindak;pelaksanaan

(maha)siswa yang lain bila perlu.

rencana

itu;konsultasi

dengan

tenaga

pembina

C. Keuntungan Teori Trait and factor


1. penekanan pada penggunaan data tes objektif membawa kepada upaya perbaikan
dalam pengembangan tes dan penggunanya, serta perbaikan dalam pengumpulan data
lingkungan.
2. Penekanan yang diberian pada diagnose mengandung makna sebagai suatu perhatian
terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya pengkreasian teknikteknik untuk mengarasinya.
3. Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain
yang lebih menekaankan afektif atau emosional.
D. Kelemahan Pendekatan Trait-factor
Kelemahan

pendekatan Trait-Factor menyangkut

pilihan

bidang

studi

dan/pekerjaan.Kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :


1.

Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan,keinginan,dambaan aneka nilai


budaya,nilai-nilai kehidupan,dan cita-cita hidup,terhadap perkembangan jabatan anak
dan remaja serta pilihan program/bidang studi dan bidang pekerjaan.

2.

Diandalkan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program studi terjadi sekali saja da ini
pun bersifat keputusan terakhir atau definitif,dengan berfikir secara rasional.

3.

Kurang diperhatiakn peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangakaian


pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan
pertimbangan untung-rugi sambil menunjuk tradisi keluarga;tuntutan mengingat
ekonomi keluarga;serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan finansial dsb

4.

Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, yang


ikut memperluas atau membatasi jumlah pilihan yang tersedia bagi seseorang.

5.

Kurang disadari bahwa konstelasi kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di
suatu bidang pekerjaan atau program studi dapat berubah selama bertahun-tahun
yang akan datang.

6.

Pola ciri-ciri kepribadian tertentu belum pasti sangat membatasi jumlah kesempatan
yang terbuka bagi seseorang,karena orang dari berbagai pola ciri kepribadiab dapat
mencapai sukses di bidang pekerjaan yang sama.

E. Proses Konseling
Peranan konselor menurut teori ini adalah memberitahukan konseli tentang
berbagai kemampuanya yang diperoleh konselor melalui testing. Berdasarkan testing pula
konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli. Pendekatan teori ini
seri deisebut kognitif rasional karena peranan konselor dalam konseling ialah
memberitahukan, memberi informasi, dan mengarahkan konseli. Williamson

hubungan konseling merupakan hubungan yang sangat akrab, sangat bersifat pribadi
dalam hubungan tatap muka, kemudian konselor bukan hanya membantu individu atas
apa saja yang sesuai dengan potensinya, tetapi konselor harus mempengaruhi klien
berkembang ke satu arah yang terbaik baginya. Proses konseling dibagi 5 tahap :
1. Analisis
Merupakan tahapan kegiatan yang terdiri dari pengumpulan data dan
informasi klien atau konseli.
2. Sintetis
Merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis
yang sedemikian rupa sehingga menunjukan bakat klien, kelemahan serta
kekuatanya, dan kemampuan penyesuaian diri.
3. Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya
dapat menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan kepada
permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan
berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis terdiri dari 3 langkah
penting: identifikasi masalah (berdasarkan pada data yang diperoleh, dapat
merumuskan

dan menarik

kesimpulan

permasalahan

klien.

Etiologi

(merumuskan sumber-sumber penyebab masalah internal dan eksternal


dilakukan dengan cara mencari hubungan antara masa lalu, masa kini, dan
masa depan. Prognosis (tahap ke 4 dalam konseling)
4. Konseling
Merupakan hubungan membantu konseli untuk menemukan simbur diri
sendiri maupun sumber diluar dirinya dalam upaya mencapai perkembangan
dan penyesuaian optimal, sesuai dengan kemampuanya. Ada 5 jenis sifat
konseling:
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri

b. Mendidik kembali atau mengajar sesuai dengan kebutuhan individu dalam


mencapai tujuan kepribadianya dan penyesuaian hidupnya.
c. Bantuan pribadi konselor supaya konseli mengerti dan terampil dalam
menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan seharihari.
d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e. Mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.
5. Tindak lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam mengahadapi masalah baru dengan
mengingatkanya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan
konseling.

Sumber:
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di ekolahI. Jakarta: DEPDIKBUD.
Winkel, W.S, dan M.M. Sri Hastuti.2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
http://www.facebook.com/mas.rizqy?ref=tn_tnmn

Anda mungkin juga menyukai