Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. ( QS. An Nisa: 9)
Masalah semakin merosotnya akhlak (moral) di kalangan para elit pemerintahan,
penyelenggaraan pendidikan yang carut marut, praktek korupsi berjamaah, penyalahgunaan
narkoba, pembunuhan dan tindakan kekerasan di berbagai daerah, dan masih banyak lagi
tindakan amoral lainnya yang kita tonton di negeri ini. Semua persoalan tersebut, seakan
tidak pernah selesai dan kian hari semakin bertambah, oleh karena tidak ada yang diproses
dengan tuntas di ranah hukum.
Mencermati fenomena sosial akhir-akhir ini, kadang-kadang membuat hati kita tersentak,
karena begitu banyaknya persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini. Apalagi kalau kita kaitkan
dengan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa yang akan datang.
Apa yang sudah disebutkan di atas, adalah fenomena gunung es yang kalau dibiarkan akan
membuat letupan yang begitu besar dan bahkan bisa menghancur leburkan tatanan
kebangsaan kita. Belum lagi kalau kita perhatikan efek dari dekadensi moral tersebut, yang
biasanya membawa kita semua kepada keterpurukan yang mendalam. Misalnya, munculnya
kemiskinan, kejahatan di mana-mana, menjamurnya anak-anak usia sekolah yang beralih
profesi menjadi joki tree in one - bahkan menjadi pengamen jalanan, pemutusan tenaga kerja
secara besar-besaran, penipuan, dan lain sebagainya akan menjadi tontanan wajib kita semua.
Semua itu terjadi karena kurangnya kepedulian dan kemauan melakukan perubahan dan tidak
adanya kepastian hukum di negara kita.
Adalah Dr. Ali Syariati, seorang cendekiawan terkemuka, murid sekaligus pengagum
Ayatullah Khomaini (Tokoh pencetus revolusi Iran). Lewat sebuah ceramahnya yang telah
dibukukan, beliau sampaikan pesan untuk para intelektual muslim, bahwa tugas pokok para
cendekiawan (ilmuwan) adalah memberi perubahan dan pencerahan kepada masyarakat luas.
Kaum cerdik pandai harus mengambil peran seperti yang pernah dimainkan oleh para Nabi
dan Rasul di masa lampau. Yang menjadi kekuatan moral yang sangat penting dalam proses
perubahan yang dialami oleh kaumnya. Begitu pula layaknya para ilmuwan itu, mereka tidak
boleh larut dalam kesenangan duniawi dan melacurkan diri pada sebuah kenikmatan yang
sifatnya sesaat. Sehingga mengalihkan mereka pada tugas pokoknya untuk memberikan
pencerahan terhadap ummat dan masyarakatnya. Cendekiawan (ilmuwan), meminjam
istilahnya Almarhum Dr. Kunto Wijoyo, harus berani miskin. Yaitu miskin materi dan
miskin jabatan. Mereka harus menjaga dirinya agar tetap selalu merdeka dari kunkungan
keinginannya yang besar akan kenikmatan duniawiah.
Kembali ke Dr. Syariati, dalam terminologinya, seorang cendekiawan mau tidak mau harus
melibatkan dirinya dalam upaya memberikan pencerahan terhadap masyarakat. Berbuat
sesuatu yang konkrit untuk kemaslahatan masyarakatnya. Karena kalau tidak, maka mereka
tidak bisa disebut dengan cendekiawan atau ilmuwan. Namun yang terjadi belakangan ini,
kita bisa melihat dengan jelas bahwa budaya hedonis (baca materialistis hidup mewah)
menjangkiti para elit dan penyelenggara pemerintahan kita. Kondisi ini semakin
memperparah keadaan bangsa Indonesia. Terlebih lagi kalau kita perhatikan akibat dari
perilaku-perilaku koruptif yang meraja lela di berbagai lini kehidupan kita. Maka akan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menulis dengan jelas dalam surah Al- Mudattsir ayat 38.
Artinya: Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya (Qs. AlMudatsir:38)
Dari kontek ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan segala
potensinya memiliki tugas untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah SWT dan
suatu saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta
pertanggung jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah
SWT.
Dalam melakukan misinya, manusia diberi petunjuk bahwa dalam hidup ada dua jalan yaitu,
jalan baik dan jalan yang buruk.
Artinya: kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. ( kebaikan dan keburukan )Q.S AlBalad ( 90 ) ayat 10
Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan kemampuan
potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami alam yang telah diciptakan dan disediakan oleh
Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika ilmu sudah dimiliki
diharapkan manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus membina
hubungan vertical dan horizontal.
Manusia yang mau mengembangkan potensi akalnya dapat memanfaatkan pengetahuannya
tersebut untuk pencerahan dirinya dan memiliki tanggung jawab moral dan menyebarkan
kepada sesama, mereka biasa disebut ilmuwan, cendikiawan atau intelektual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan dalam tugas dan tanggung jawab ilmuan sebagai berikut:
A. Ilmuwan dan Intelektual
B. Tanggung Jawab Ilmuwan dan Sosial
C. Intelektual sebagai Change Maker
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang tugas dan
tanggung jawab ilmuan. Khususnya dalam dunia pendidikan dan lebih khusus lagi di negeri
Indonesia yang tercinta ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A, Ilmuwan, dan Intelektual
Upaya memberi perbedaan yang tegas dalam mendefinisikan istilah sarjana, ilmuwan,
dan intelektual merupakan persoalan yang tidak mudah, sepintas terlihat sama tetapi
ketiganya saling berkaitan.
Untuk memahami fungsi dan tugas dari sarjana, Ilmuwan, dan intelektual kita lihat
beberapa definisi :
a. Definisi Sarjana
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia hal. 785, Sarjana disebutkan sebagai orang pandai
( Ahli Ilmu Pengetahuan ) atau tingkat yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan
pendidikan terakhir di perguruan tinggi.[1]
b. Definisi Ilmuwan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia hal. 325, Ilmuwan adalah :
orang yang ahli,
orang yang banyak pengetahuan mengetahui suatu ilmu,
orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan
orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh.[2]
Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah seorang yang terlibat
dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan ( ilmu )
Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak
pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.[3]
c. Definisi Intelektual
4. Memiliki tanggung jawab sosial untuk mengubah masyarakat yang statis menjadi masyarakat
yang dinamis
Secara khusus, menurut Prof. Quraish Shihab intelektual muslim haruslah
memiliki ciri-ciri :
1. Mengingat ( Dzikir ) kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi ( surah Fathir 28 dan
Assyuaro 197 )
2. Memikirkan / memperhatikan fenomena alam raya yang pada saatnya member manfaat ganda
yaitu memahami tujuan hidup serta memperoleh manfaat dari alam raya untuk kebahagian
dan kenyamanan hidup
3. Berusaha dan berkreasi dalam bentuk nyata dengan hasil-hasil dari buah pemikiran dan
penelitian untuk mengubah kondisi masyarakat dari zero to hero.[4]
Maka intelektual adalah pemikir yang tidak harus menghasilkan sebuah pemikiran
tetapi juga dapat merumuskan dan mengarahkan serta memberikan contoh pelaksanaan dari
sosialisasinya ditengah masyarakat agar segala persoalan persoalan kehidupan baik pribadi,
masyarakat nasional maupun internasional dapat terpecahkan serta dapat menjawab
tantangan-tantangan kehidupan di masa yang akan datang.
Peran merubah itulah yang menjadikan fungsi change maker seorang intelektual
dapat berjalan dengan baik yang dimulai dari dirinya kemudian dimanfaatkan dan disebarkan
kepada masyarakat .
Allah SWT memberikan ( sumber alam ) kemudian diolah dengan ( teori dan
pemikiran ) kemudian dibuktikan dengan ( karya ) nyata yang bermanfaat buat kehidupan
manusia.
Kontribusi bagi kemajuan bangsa
Intelektual adalah golongan masyarakat tentang yang memiliki kecakapan yang
kemudian bertugas merumuskan perubahan masyarakat yang akan membawa pada kemajuan
bangsa yang maju dan bermartabat. Aspek-aspek yang membawa kemajuan bangsa sangatlah
banyak diantaranya :
a. Aspek Idiologi
Intelektual berperan dalam :
Memelihara keyakinan dan kebudayaan bangsa
Berupaya membangun jaringan-jaringan yang kuat untuk memfilter budaya
yang masuk akibat globalisasi
Memberikan pemahaman
b. Aspek politik
Kompleksitas masyarakat dan kepentingan-kepentingannya menuntut adanya pemikiranpemikiran untuk membina dan membangun masyarakat agar tidak terjadi instabilitasi politik
sehingga dalam bernegara para intelektual dapat memberikan solusi terhadap problemproblem yang terjadi.
c. Aspek ekonomi
Idealnya bagi bangsa yang maju adalah adanya pembelajaran di sektor ekonomi yang adil dan
merata karena keberhasilan ekonomi akan meningkatkan taraf hidup bangsa. Maka para
intelek dituntut dengan teorinya dapat merencanakan pertumbuhan ekonomi dengan cermat
dan dapat memberikan solusi agar pertumbuhan tersebut berkesinambungan serta tercipta
kesetiakawanan agar terhindar dari kecemburuan.
d. Aspek sosial dan budaya
Intelektual dituntut untuk mengerahkan segenap kemampuannya untuk membina masyarakat
dan menciptakan harmoni sosial yaitu:
Saling menghormati
Saling menghargai
Saling membantu dan
Saling mengisi
BAB III
KESIMPULAN
Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sarjana adalah orang pandai atau ahli ilmu pengetahuan karena sudah mencapai
target terakhir dalam pendidikannya di PT.
2. Ilmuwan adalah sebuah profesi atau gelar dalam cakupan professional karena sudah
mengabdiakn dirinya pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta, fenomena fisika,
matematis dan kehidupan social.
3. Intelektual adalah golongan atau kelas masyarakat yang mempunyai kecakapan
tertentu dan dengan kecakapannya mereka merumuskan perubahan masyarakat.
Sebab itu intelektual dituntut secara terus menerus untuk mendefinisikan
kebenaran dan tidak boleh memilih kepentingan-kepentingan praktis kecuali
tegaknya kebenaran itu.
4. Sarjana, ilmuwan, dan intelektual memiliki komitmen yang tinggi untuk membina
dan membangun masyarakat. Sebagian tanggung jawab moralnya terhadap
keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab perannya sebagai bagian dari
masyarakat ( social )
5. Intelektual dengan kecakapan dan keterampilannya harus mampu merumuskan
perubahan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik, aktif, dinamis dan
bermartabat. Tugas yang diemban ini merupakan bukti bahwa mereka sebagai
change maker atau orang yang membuat perubahan.
6. Sebuah bangsa dikatakan maju apabila memiliki ideology yang kuat sehingga tidak
mudah goyah oleh serangan-serangan yang dating dari luar, kondisi politik yang
sehat, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, kondisi social budaya yang
kondusif serta memiliki stabilitas dalam pertahanan dan keamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur-an dan Terjemhannya, Depag, RI, 2006
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
1989
Dr. M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Quran. Mirzan. 1992
Jalaluddin Rakhmat. Islam Alternatif. Mirzan. 1989
Ensiklopedia Islam. Jilid 2. PT. Ichtra Baru Van Hoeve. Jakarta. 1994. Hal 203
Gramsci, Anthonio. Prison Notebooks. Newyork : Penjuin Books.1991
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Mizan Pustaka. 2003
Murtadha Muthahhar. Ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan. Lentera.
2000
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA. Filsafat Ilmu. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2010
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal.785
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal 325
[3] Ensiklopedia Islam. Jilid 2. Hal. 203
[4] Dr. M. Quraish Shihab. Membumikan Al-Quran
pengalaman
cinta
dan
kebencian,
harapan
dan
putus
asa,
kepercayaan
dan
prakteknya.
Berbicara
tentang
ilmu
pengetahuan, maka sudah tidak asing bahwa orang yang bekerja dan
mendalami dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut disebut dengan ilmuwan.
Ketika seseorang diberi label sebagai ilmuwan, maka hal itu
didasari dengan peran yang dilakukannya, ciri, serta tanggung jawabnya
dalam ilmu atau hasil penemuannya. Tanggung jawab secara umum tidak
hanya ada pada makhluk hidup namun terdapat juga pada bidang yang
ditekuni oleh manusia, seperti negarawan, budayawan, ilmuwan dan
sebagainya. Karena pada hakikatnya tanggung jawab merupakan hal yang
lazim ada pada setiap makhluk hidup (Tarigan, 2004).
Kata ilmuwan ini muncul kira-kira tahun 1840 untuk membedakan
ilmuwan dengan para filsuf, kaum terpelajar, kaum cendikiawan, dan lain
sebagainya. Dewasa ini, kata ilmuwan tentu bukanlah hal yang asing.
Secara sederhana ia diberi makna ahli atau pakar; dalam KBBI, kata
ilmuwan sendiri bermakna: orang yg ahli atau banyak pengetahuannya
mengenai suatu ilmu; orang yg berkecimpung dalam ilmu pengetahuan
(KBBI Online). Serta orang yang melakukan serangkaian aktivitas yang
disebut ilmu, kini lazim disebut pula sebagai ilmuwan (scientist).
Sedangkan dalam buku Filsafat Ilmu, kata ilmuwan memiliki
beberapa
pengertian
sebagaimana
dalam
pandangan
McGraw-Hill
seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu dan berkewajiban
mengembangkan suatu bidang ilmu yang menjadi keahliannya dengan
mengadakan penelitian demi menemukan hal-hal baru yang akan menjadi
kontribusi ilmiah khususnya bagi bidang ilmu tertentu yang menjadi
spesialisasi keahliannya dan umumnya bagi bidang-bidang ilmu lain,
karena tidak dapat dipungkiri bahwa hakikatnya antara satu bidang ilmu
dengan bidang ilmu lainnya memiliki keterkaitan, satu sama lainnya saling
melengkapi. Selain itu pula Ilmu pengetahuan membawa berkah dan nilai
kemakmuran bagi manusia tanpa meninggalkan tata nilai, etika, moral
dan filosofi.
keilmuan
serta
mempertanggung
jawabkan
hasil
jujur
kritis
kreatif
rendah hati
di
masyarakat,
karya
ilmiah
tersebut
harus
memenuhi
(2)
Kerangka
acuan
teoretik
apa
yang
dipakai
untuk
atau
label-label
lain
yang
semacamnya.
Paparan
itu
paparan
tentang
makna
dari
temuan
penelitian
umumnya
penulisan
karya
ilmiah,
penulis
harus
secara
jujur
jawab
agar
produk
keilmuannya
sampai
dan
dapat
professional
dan
mempublikasikan
temuannya);
(2)
sudah/akan
mempengaruhi
kehidupan
masyarakat
dan
membantu
menggunakan
mengungkapkan
hasil
meningkatkan
penemuan
kebenaran
kesejahteraan
untuk
dengan
kepentingan
segala
masyarakat,
kemanusiaan,
konsekuensinya
dan
permasalahan
sosial
dimasyarakat
yang
mana
bertujuan
untuk
mempererat
tali
kesatuan
antara
moral
pengembangan
yang
dan
baik
sehingga
pemilihan
pilihannya
alternatif,
ketika
memilih
mengimplementasikan
sesaat. Moral dan etika yang baik perlu kepekaan atas rasa bersalah,
kepekaan atas rasa malu, kepatuhan pada hukum dan kesadaran
diketahui oleh Tuhan.
dikembangkan
dengan
mempertimbangkan
tanggung
jawab
mencela
pelanggaran
sebagai
bagian
dari
berisi
pernyataan
tujuan
utama
penelitian,
metoda
yang
tidak
memuat posisi tulisan, dan yang tidak secara jelas menyebut metodologi.
Pembahasan atau analisis; Diskusi/analisis berisi tentang hasil dari metoda,
yang
menjelaskan
temuan-temuan
yang
terpenting
dengan
statemen
yang
ada
dalam
pembahasan
(Toha,
http://lpfilkom.freeservers.com).
VI.
dan
diperhitungkan,
fungsi
karena
ilmuwan
ilmuwan
dalam
masyarakat
merupakan
orang
juga
perlu
yang
dapat
Indonesia
Online.
Di
Isa
Setiasyah.
Teknik
Dan
Etika
Penulisan
http://lpfilkom.freeservers.com/lain/Etika.htm.
Artikel
diakses
pada
PENDAHULUAN
Ketika Plato mendeskripsikan tentang struktur dan komposisi ideal
sebuah masyarakat, ia sedang menempatkan keberadaan ilmuan,
dalam posisi yang sangat penting dan terhormat, layaknya posisi vital
dalam anatomi tubuh manusia.
Tidak hanya Plato, kita juga kemudian memahami keberadaan
kaum ilmuan ini pada posisi yang sangat strategis dalam sebuah
masyarakat. Karena itu dalam perkembangannya juga memberi
pemahaman yang komprehensif tentang mereka.[1]
Bagi manusia modern seperti kita sekarang, fungsi pemikiran
menjadi sangat penting karena dialah yang sesungguhnya
mengendalikan kehidupan kita dari hari kehari. Semua sektor
kehidupan yang penting seperti social, politik ekonomi, hukum dll
diatur dalam sisitem dan kesepakatan yang semuanya merupakan
hasil buah pemikiran manusia par excellence.[2]
Cara pandang idealistik umumnya melihat ilmuan berikut posisi
dan perannya dalam masyarakat dalam kerangka normatif dan
umumnya ahistoris. Ia cenderung melihat kelompok strategis ini
Ilmiah.
19
Kesadaran.
b.
Kecintaan/kesukaan.
c.
Keberanian.
1.
kesadaran.
Sadar berisi pengertian : tahu, kenal, mengerti dapat
memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari sesuatu
perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Orang baru dapat dimintai
tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
2.
3.
2. Bidang Politik
Masyarakat sipili pada dasarnya tidak akan berkembang lebih
luas atau akan berhenti berproses jika tidak disertai dengan
perubahan-perubahan mendasar pada dimensi masyarakat politik.
Dalam masyarakat politik inilah individu maupun kekuatan politik
bersaing secara terbuka untuk mendapatkan dan menguasai jabatanjabatan publik. Ini merupakan letak perbedaan yang mendasar dari
masyarakat sipil bukanlah arena persaingan untuk mendapatkan
jabatan publik. Sementara masyarakat politik adalah arena yang sah
untuk menggalang kekuatan politik guna merebut jabatan-jabatan
publik dalam pemerintahan. Kedua arena ini saling berinteraksi dan
kualitas interaksi inilah yang akan menentukan apakah subuah
masyarakat benar-benar menujuh kearah demokrasi atau kembali
kesebuah sistim otoriter lagi.16
Secara ideal, di dalam masyarakat politik tidak dibenarkan
adanya kekuatan social maupun politik yang tidak bertanggung
jawab, misalnya militer yang merupakan sebuah unsure yang
memegang peranan yang besar dalam perpolitikan yang cenderung
dominan persaingan anatara politisi sipil dan membuat kalangan sipil
tidak berkutib. Persaingan antar partai tidak akan berlangsung secara
maksiaml dan pair jika unsure ini tidak dihilangkan bahkan lebih patal
lagi proses reformasi politik akan terhalangi.17
Perdebatan fungsionalis tentang peran dan tanggung jawab
kaum ilmuan, belum malampaui kecaman klasik julien benda yang
sangat popular tentang penghianatan kaum intelektual (1927).
Sejak Sumartana dan sobary melontarkan keprihatinan dan kritiknya
tentang kemerosotan posisi dan peran intelektual sebagai kritik
social, maka bermunculanglah tanggpan dan komentar yang
mengarah kepada dua focus diskursus. Pertama, soal hubungan
a.
b.
FILSAFAT ILMU
Pendahuluan
Peranan ilmuwan dalam pemberdayaan masyarakat adalah
aktivitas manusia yang sejak lahirnya pemiliki perhatian yang
mendalam pada pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat
yang lemah dan kurang beruntung seperti orang miskin, orang yang
cacat, komunitas adat terpencil. Peranan ilmuwan dalam pemberdaya
masyarakat mempunyai prinsip sosial seperti menolong orang agar
mampu menolong dirinya sendiri, penentuan nasip sendiri, bekerja
dengan masyarakat, bekerja untuk masyarakat, menunjukkan betapa
peranan ilmuwan sangat dibutuhkan dan memiliki komitmen yang
kuat terhadap pemberdayaan masyarakat. Ilmuwan adalah profesi
populis dan tidak elitis. Oleh karena itu peranan ilmuwan dalam
pemberdayaan masyarakat menyangkut pengertian pemberdayaan
Pembahasan
Secara bahasa pemberdayaan atau pemberkuasaan berasal
dari kata power (kekuasaan atau pemberdayaan). Pemberdayaan
secara istilah adalah sebuah proses dengan dimana seseorang
menjadi
cukup
kuat
untuk
berpartisipasi
dalam
berbagai
yang
mempengaruhi
menekankan
bahwa
orang
kehidupannya.
yang
memperoleh
dikatakan
organisasi,
dan
sebagai
komunitas
suatu
cara
diarahkan
dengan
agar
dimana
mampu
rakyat,
menguasai
2.
3.
dalam
mengalami
masyarakat,
masalah
termasuk
kemiskinan.
individu-individu
Sebagai
yang
tujuan,
maka
dalam
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
baik
yang
inspirasi,
dalam
mempunyai
kegiatan
sosial,
mata
dan
pencaharian,
mandiri
dalam
pemberdayaan
umumnya
dilakukan
secara
kolektif.
2.
Aras
Mezzo
yakni
pemberdayaan
yang
dilakukan
terhadap
sebuah
atribut
yang
melekat
pada
diri
seseorang
berbagai
macam
gelar
sesuai
dengan
jenjang
relevan
dengan
tuntutan
problematika
yang
pengembangan
keilmuwan
bukan
hanya
untuk
selalu
diproyeksikan
pada
penyelesaian
problematika
maupun
nonformal.
Dengan
ketaqwaan
ilmuwan
akan
arahan
baik
itu
dalam
bidang
teori,
penerapan
dalam
pemberdayaan
sosial.
dan
hal
lain
sebagainya
yang
harus
bisa
memberikan
jaminan
kepada
masyarakat
itu
ilmuwan
berperan
sebagaimana
para
pemilik
Mencari
persamaan
mendasar
antara
persepsi
masyarakat
yang berpengaruh.
Member kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang
tidak di miliki oleh masyarakat, tetapi bermanfaat kepada mereka
dalammenghadapi realitas social dan masalah yang dihadapi mereka.
4.
5.
juga
mampu
menciptakan
kondisi
yang
membuat
Penutup
Dari berbagai pengertian pemberdayaan masyarakat dan
pengertian ilmuwan serta tugas-tugasnya dapat kita simpulkan
secara garis besar mengenai peranan ilmuwan dalam pemberdayaan
masyarakat
bahwa
peranan
seorang
ilmuwan
yang
dapat
memberikan suatu acuan atau arahan baik itu dalam bidang teori,
penerapan dalam pemberdayaan, memotivasi, menjadikan mereka
masyarakat yang aktif, kreatif dan inovatif, tidak bergantung kepada
si pembangun proyek pemberdayaan sosial. dan hal lain sebagainya
yang menyangkut dalam pemberdayaan itu sendiri, sehingga sebuah
pembangunan atau kegiatan tersebut dapat di laksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab dan karena adanya peran ilmuwan maka
ilmuwan
harus
bisa
memberikan
jaminan
kepada
masyarakat
sikap ilmiah. Menurut Abbas (dikutip Surajiyo, 2008:156) sedikitnya ada enam sikap ilmiah
yang perlu dimiliki oleh para ilmuwan yaitu :
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap diarahkan untuk mencapai
pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan
pribadi.
2.
Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan
Mampu mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi. Misalnya
hipotesis yang beragam, metodologi yang masing-masing menunjukkan kekuatannya atau
cara penyimpulan yang satu cukup berbeda walaupun masing-masing menunjukkan
akurasinya.
3.
Adanya rasa
percaya
yang
layak
baik
terhadap
kenyataan
maupun
(conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu telah mencapai kepastian.
Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak puas terhadap
penelitian yang telah dilakukan, sehingg selalu ada dorongan untuk riset dan riset sebagai
dalam bersikap dan bertindak. Sementara itu tanggung jawab ilmuwan di masyarakat adalah
suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian
permasalahan sosial tersebut. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial, bukan
saja karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di
masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam
kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada
penelaahan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk
keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta : Rineka Cipta.
Prawironegoro, Darsono. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Jakarta : Nusantara
Consulting.
Surajiyo. 2009. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta :
Bumi Aksara.
Suriasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
http://iqbalsatu.blogspot.com/2011/10/tanggung-jawab-sosial-ilmuwan-html
Risma.2011.http://rismatp09.blogspot.com/2011/12/aksiologi-ilmu-dan-moral-tanggungjawab.html. diakses tanggal 10 Oktober 2011