A. PENGANTAR
Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan
suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi,sosial dan
intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun IPTEK sudah berkembang dengan pesat.
Bahkan untuk oknum-oknum tertentu IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer. Islam
sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan,teknologi dan seni dalam kehidupan
dalam umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni. Bahkan didalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan
bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar takut kepada Allah. Dialog antara Allah
dan Malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia dan Malaikat mengatakan bahwa
manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan
keunggulan manusia dari pada Malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu
melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. IPTEK dan seni dalam praktik mampu
mengangkat harkat dan martabat manusia karena melalui IPTEK dan seni manusia
mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Oleh karena itu
dalam pengembangan ilmu IPTEK dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar
hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
B. BAHAN BACAAN
A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI
Definisi IPTEKS
Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para
filosuf, ilmuwan dan budayawan. Seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-
masing sesuai dengan apa yang mereka senangi. Sains di Indonesiakan menjadi ilmu
pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat
berbeda maknanya. Menurut Mansoer,Hamdan,dkk.,(2004:94).
”Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindera, intuisi, dan filsafat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, diorganisasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang
secara ilmiah”.
Jadi, pengetahuan adalah segala fenomena alam yang dapat dicapai oleh indera
manusia. Konsekwensi logis dari pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman
manusia, akan tetapi pengalaman manusia ini terkadang kebenaranya tidak mutlak
dan perlu diuji lagi. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan karena itu segala
yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri dan kejelasan. Dalam kajian filsafat,
setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan
manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara
mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan bagi
manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-
ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat
kehancuran alam semesta. “Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan
segala prosesnya”(Mansoer,Hamdan,dkk.,2004:95). Seni merupakan ekspresi jiwa
sesorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Benda-benda yang
diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan
dala pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari
nilai kebutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawanafsu bukan akal dan
budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah. Dalam pemikiran sekuler perennial knowledge
yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka
mempertentangkan antara wahyu dan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu.
Sedangkan dalam ajaran islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak
boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adlah
membimbing dan mengarahkan akal.
2. Syarat-syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga
unsur pokok sebagai berikut:
1. Ontologi
2. Epistimologi
3. Aksiologi
Istilah Pengetahuan dan Ilmu dipahami oleh masyarakat luas menjadi satu
istilah baku yaitu ilmu pengetahuan dan sains. Dalam pemikiran sekuler, sains
mempunnyai tiga karakteristik yaitu objektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam
pemikiran islam sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai lokal maupun nilai
universal.
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Quran dan Sunnah Rosul. Atas
dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam terbagi dua bersifat
1. Abadi(perennial knowledge)
2. Perolehan(acquired knowledge)
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu
sistem yang disebut dinul islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok,yaitu
akidah, syari’ah, dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu, dan amal salih. Ketiga inti
ajaran yaitu Iman, Ilmu dan Ikhsan terintegrasi dalam Dinul Islam.
Dalam (QS 14 Ibrahim: 24-25) dinyatakan:
Perbuatan baik seseorang tidak akann bernilai amal saleh apabila perbuatan
tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Ilmu-ilmu yang
dikembangkan atas dasar iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, akan
memberikann jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam (QS 58 Al-Mujadalah :11)
Ada dua funngsi utama manusia di dunia yaitu “Abdun” (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Esensi dari ”Abdun” adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi
khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Fungsi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi, ia mempunyai tanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal.
Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang cukup atau para ilmuwan dan intelektual yang
sanggup mengeksplorasi sumber daya alam ini. Akan tetapi para ilmuwan harus
sadar bahwa potensi sumber daya alam akan terkuras untuk pemenuhan kebutuhan
hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh sebab itu tanggung jawab
ke khalifahan banyak bertumpuh kepada para ilmuwan dan cendikiawan bagi mereka
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi alam ini
secara berlebihan, hanya sekedar kebutuhan primer bukan untuk kepuasan nafsu.
Karena mereka tidak memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengeksploitasi
secara besar-besaran alam ini, demikian juga mereka tidak akan sanggup menjaga
keseimbangan dan kelestariannya secara sistematis. Kerusakan alam dan lingkungan
ini lebih banyak disebabkan kkarena ulah manusia sendiri. Sebagaimana firman
Allah dalam (QS 30 Ar-rum:41)
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
100 Menit
A. PENGANTAR
Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih satu
dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama di Indonesia
dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait masalah
kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang,
Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam
sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal
ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat
beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya
kerukunan antar agama, yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa
ketidak adilan. Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua
masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negative dari ketidak rukunan
agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam
pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi
juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama
islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut
terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan
perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar
umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang
sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota
kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat
beragama yang terjadi tiba-tiba”.
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
B. BAHAN BACAAN
Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan
tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk
menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan
untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah
untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat
beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama dalam
segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antarumat
beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan
dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia
memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,
bangsa, dan agama. Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara
karena pada hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah
satu ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang
Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada
ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.
Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai
Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS 17:70).
Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka saling
mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain (QS 49:13).
Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah
menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan umat.
Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang berkompetisi secara sehat
dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48).
Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu
dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan hadist sekurang-
kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk
yang tunduk kepada Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama memiliki
kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik itu
seiman maupun berbeda keyakinan).
3. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan
keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan
yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di kalangan
muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh
kesamaan aqidah. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan
sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan
sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Masyarakat
100 Menit
A. PENGANTAR
Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan
membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai
bermasyarakat yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah
tertentu akan berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap
kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga
dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayaan. Capaian
pembelajaran ini akan dicapai melalui pendekatan Student Centre Learning dengan
metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan seminar. Bahan diskusi dapat
diperoleh dari buku sumber yang telah direkomendasikan oleh masing-masing dosen
maupun referensi lain yang relevan.
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
B. BAHAN BACAAN
A. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama
mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara
utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada:
masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian
pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat
yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula
diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan
besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society
berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain.
Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna
bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam
mencapai tujuan bersama.
B. Pengertian masyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka,
demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam
kehidupan sosial. Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah
keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial.
Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala
penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku,
dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara
tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan
hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas agama islam adalah agama yang menjunjung
tinggi adab bertetangga. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam bertetangga yaitu
batasan bertetangga, kedudukan tetangga bagi seorang muslim, anjuran berbuat baik
kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk kepada tetangga, kedudukan tetangga bagi
seorang muslim, anjuran berbuat baik kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk
kepada tetangga, serta bentuk-bentuk perbuatan baik kepada tetangga. Masyarakat
beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan
sosial. Peranan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera
yaitu dialog, melakukan studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralism dan
masyarakat madani, menjaga perdamaian, bermusyawarah, dan bersikap adil.
DAFTAR PUSTAKA
http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://modulislam.blogspot.com/2009/11/normal-0-false-false-false_7937.html
http://dheanandika.blogspot.com/2012/01/contoh-makalah-pendidikan-agama-
islam.html
http://mamien-go.blogspot.com/2011/07/umat-beragama.html
http://bdkpalembang.kemenag.go.id/wawasan-islam-tentang-pluralitas-
kehidupan-sosial-dan-kerjasama-kemanusiaan/
UNIT 8
Budaya
100 Menit
A. PENGANTAR
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju
bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan
pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal
senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan
mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka
yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Capaian pembelajaran ini
akan dicapai melalui pendekatan Student Centre Learning dengan metode pembelajaran,
kuliah, penugasan, diskusi dan seminar. Bahan diskusi dapat diperoleh dari buku
sumber yang telah direkomendasikan oleh masing-masing dosen maupun referensi lain
yang relevan.
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
C. BAHAN BACAAN
Budaya Akademik
Pengertian Budaya Akademik.
Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung dalam
sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.Kehidupan
dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama dinamika
perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan dalam
kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan
dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia
pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan
gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila
digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan
rasa tanggung-jawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya
akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh
setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya
akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan
akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-
norma kegiatan akademik tersebut. Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi
idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat
akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada
tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu
mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.
Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi
akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi
aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas
seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara
bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam
proses pendidikan di perguruaan tinggi. Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-
kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normative
akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik tersebut
didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan
pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-
segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari ataupun tidak.
Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam
mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi
merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan
penguasaan IPTEK dan budaya dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang
berperan untuk perubahan tersebut.
Berarti budaya akademik :
1. Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian
(disiplin ilmu).
2. Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi) yaitu:
- Akademi
- Universitas
- Sekolah Tinggi
- Institut, dll
Etos Kerja
Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesesuatu kelompok. secara terminologis kata etos adalah yang mengalami perubahan
makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
- Suatu aturan umum atau cara hidup
- Suatu tatanan aturan perilaku.
- Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak
atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita
yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah
membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia
dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak
atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan
atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja
pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada
nilainilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
Performance). Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan
lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya
keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya
maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang
akan terus berjalan mengikuti waktu.
Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah: Pendorang timbulnya
perbuatan, Penggairah dalam aktivitas, Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S
Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki
arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik,
mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi
ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter
seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja
yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Sikap Terbuka dan Adil
Pengertian Keterbukaan dan keadilan
Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan transparan,
yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah dipahami, tidak
keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan. Dengan demikian Keterbukaan atau
transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah
dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya. Kaitannya dengan penyelenggaraan
pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan pemerintah untuk
senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan
proses penyelenggaraan pemerintahan. Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia berasal darai kata adil yang berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan
tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang.
Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart:Tidak berat sebelah atau tidak
memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak
yang harus diperolehnya, Mengetahui hak dan kewajiban, mana yang benar dan yang
salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih kasih dan pandang siapapun,
setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.
MAKNA BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
1. Makna Budaya Akademik Dalam Pandangan Islam
Telah dijelaskan di muka bahwa hakekat manusia terletak pada amal atau eksistensi diri
atau penciptaan kebudayaan yang terus menerus untuk mencapai kesempurnaan dirinya sebagai
manusia (full human). Yang menghentikan proses penciptaan kebudayaan ini hanya kalau dia
meninggal. Amal, bereksistensi, atau aktifitas budaya (penciptaan, pelestarian, perubahan,
penyempurnaan, pemantapan) merupakan kesatuan dari akal, qalbu, dan aksi budaya serta
kesadaran akan tujuannya. Tujuan seluruh aktifitas kebudayaan adalah pelaksanaan perintah
Tuhan. Allah berfirman
Artinya :
“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku “. [1]
Wujud penyembahan atau pengabdian manusia kepada Allah adalah melaksanakan tugas
sebagai khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik terhadap alam semesta, sesama manusia,
dan Allah. Penghambaan, penyembahan, atau pengabdian itu sebenarnya bukan untuk
menambahkan agar Allah semakin agung, melainkan kepada manusia itu sendiri. Allah tak
berkurang sedikitpun kesempurnaannya. Allah berfirman:
Artinya :
“…. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa
yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji “. [2]
Artinya :
“ ….dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena
Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah, dan adalah Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana “.[3]
Artinya :
“ dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji ". [4]
Artinya :
“ jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu….” ( QS. Az
Zumar : 7 ).
Mahasiswa adalah bagian kelas atau spesies manusia. Mahasiswa menempati posisi
penting, strategis, dan terhormat dari kelas manusia. Lebih banyak manusia yang gagal atau
kandas dalam mencita-citakan dirinya menjadi mahasiswa. Tidak sedikit orang yang menyatakan
“masa depan suram” ketika mereka tidak diterima di perguruan tinggi di mana mereka
melakukan test penerimaan mahasiswa baru. Karena itu menjadi mahasiswa merupakan
anugerah Allah yang pantas disyukuri. Allah berfirman:
Artinya :
“ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".[5] Karena eksistensi mahasiswa adalah
belajar, maka ia disebut sebagai manusia pembelajar yang pengertiannya amat luas, yaitu bukan
hanya belajar di sekolah atau perguruan tinggi, bukan hanya kursus-kursus dan pelatihan (on the
job atau off the job) di berbagai perusahaan, melainkan mencakup:
a. mulai bersikap jujur, pertama-tama terhadap diri kita sendiri
b. mulai menerima tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas diri kita
c. mulai dapat diandalkan dan di pegang kata-katanya
d. mulai mengembangkan kepedulian sosial dan lingkungan
e. mulai bersikap adil terhadap sesama tanpa diskriminasi
f. mulai mengembangkan keberanian menyatakan dan mengaktualisasi diri
g. mulai menjadi rasional tanpa harus memutlakkan buah pikiran kita yang relatif itu
h. mulai rendah hati dan menyadari keterbatasan diri
i. mulai pendisiplin diri (pengaharapan, hasrat, energi, waktu)
j. mulai bersikap optimis tanpa menjadi naif
k. mulai menyatakan komitmen dan menepatinya
l. mulai memprakarsai sesuatu yang baik sekalipun tidak profitable
m. mulai bertekun (perseverance) dalam mengerjakan sesuatu
n. mulai mampu bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda dengan kita
o. mulai saling menyayangi satu sama lain
p. mulai memberikan dorongan dan membangkitkan hati yang lesu
q. mulai memaafkan dan mengampuni kesalahan orang
r. mulai murah hati dan senag berbagi
s. mulai memanfaatkan peluang dan kesempatan
t. mulai mengahayati persudaraan sesama umat, sesama bangsa, dan sesama manusia.
Semboyan manusia pembelajar antara lain (Harefa,2000:vi) “Belajar dan mengajar secara
berkesinambungan harus menjadi bagian dari pekerjaan”, begitu kata Peter F. Drucker. Dan
hakikat manusia pembelajar itu sendiri adalah Setiap orang (manusia) yang bersedia menerima
tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni, pertama, berusaha mengenali hakikat
dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih
baik tentang beberapa pernyataan eksistensial seperti “Siapakah aku?”, “Dari manakah aku
datang?”, “Ke manakah aku akan pergi?”, “Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam
hidup ini?”, dan “Kepada siapa aku harus percaya?”; dan kedua, berusaha sekuat tenaga untuk
mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-
penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-
bandingkan dengan segala sesuatu yang “bukan dirinya”.
Dalam Islam dijelaskan bahwa wahyu yang pertama adalah perintah belajar (membaca)
yang tertulis (kitab suci) atau yang tidak tertulis (alam semesta). Allah berfirman
Artinya :
“ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan “.[6]Esensi ayat ini
manusia (atas nama Allah) hendaklah membaca, mempelajari apa saja yang diciptakan Allah.
Manusia, khususnya mahasiswa, yang setengah hati atau kurang memiliki daya fitalitas dalam
membaca, meneliti fenomena alam ciptaan Allah untuk dimanfaatkan sebagai penunjang
kehidupan manusia, tidak menghargai diri sebagai insan akademis.
Harga diri insan akademis dapat dirumuskan: pertama, mengenai sikap perasaan, dan
evaluasi mengenai diri sendiri; kedua, mengenai proses berpikir, mengingat, dan persepsi
mengenai diri sendiri[7]. Artinya watak diri insan pembelajar adalah keseluruhan potensi internal
diri itulah yang tampil mengemuka sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan insan non
akademis, dan insan non pembelajar.
Budaya insan akademis bukanlah jenis manusia yang bekerja atas dorongan emosional
“hantam dulu urusan belakang”, melainkan penerapan harga diri secara utuh sebagaimana baru
saja disebutkan itu dan emosi menjadi salah satu komponennya, khususnya menjadi pendorong
untuk memperoleh sukses secara akademis yang memiliki karakter berpikir kritis, kerja keras,
jujur, dan fair dalam menggapai prestise akademis dan selanjutnya bermuara pada kualitas diri
sebagai manusia yang sepenuh-penuhnya. Indikasinya antara lain: memiliki pengetahuan,
berilmu, sikap belajar lebih lanjut, unggul, kompeten, berkepribadian siap pakai, produktif, dan
profesional[8]. Yang secara singkat menurut Islam adalah wakil Tuhan di bumi (khalifat-llah fi
al ard) yang memiliki tanggung jawab kehidupan alam semesta secara makmur, damai, dan
sejahtera.
UNIT 9
Politik
100 Menit
C. PENGANTAR
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
D. BAHAN BACAAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis makalah kami ini dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai peran penting agama terhadap politik
1. Agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik bagaimana hubungan
antara agama dan politik ini tetap merupakan hubungan yang bersifat
intersectional yang berarti hubungan persinggungan antara agama dan politik,
Bahkan legitimasi agama tetap diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan negara.
2. Agama menjelaskan pada kita apa itu baik apa itu jahat dan bagaimana
melakukan tindakan baik dan apa saja tindakan jahat yang harus dihindari.
Agama mensugestikan setiap manusia untuk berbuat tindakan yang baik dan
tentunya agama menjelaskan akibat dari perbuatan baik dan hukuman dari
perbuatan jahat. Olehkarena itu banyak orang yang ingin melakukan tindakan
benar yang dijelaskan dalam Agama.
3. Setiap agama, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan
praktik-praktik politik. Sejarah indonesia mencatat bahwa keterlibatan agama
dalam politik sangat berpengaruh terhadap tatanan nilai kenegaraan.
E. TES FORMATIF
1. Yang dimaksud dengan politik
Jawaban : Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang
mencakup siasat dalam pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain
DAFTAR PUSTAKA
Safiie, Inu Kencana , Ilmu Politik , Jakarta; PT. Rieneka Cipta,1997 cet ke 1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta ;
Balai Pustaka, 1990
Budiardjo, Miriam, dasar-dasar ilmu politik jakarta, PT.Gramedia pustaka, 2010
Syafiie Inu Kencana, Ilmu Politik ,Jakarta; PT. Rieneka Cipta, 2010, edisi revisi
Donald Eugene, smith agama dan Modernisasi Politik, Jakarta: CV Rajawali, 1970
UNIT 10
Peran Agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa
100 Menit
F. PENGANTAR
TUJUAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
G. BAHAN BACAAN
b. Pengertian Kerukunan
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kata dasar kerukunan adalah
rukun yang artinya hubungan persahabatan, damai dan tidak saling berselisih.
Oleh karena itu tugas pemimpin didalam pemerintah antara lain adalah berusaha
menciptakan kerukunan hidup beragama.
Dengan demikian persatuan dan kerukunan merupakan gabungan dari
berbagai macam unsur yang berbeda yang diikat menjadi satu ikatan yang
menyatu yang lebih mengutamakan aspek kesamaan dibandingkan perbedaan.
Dengan kata lain berbicara persatuan dan kerukunan berarti lebih
banyak berbicara kesamaan dan mengesampingkan perbedaan.
Persatuan dan kerukunan merupakan aspek penting kehidupan. Rasulullah
yang mampu menyatukan kaum anshar dan muhajirin yang memiliki latar
bekakang perbedaan baik secara sosial, politik, geografis maupun secara budaya.
Secara perbedaan itu beliau ikat dalam ikatan keimanan yang ternyata jauh lebih
kokoh dan abadi dibandingkan dengan ikatan-ikatan primordialisme (dasar) yang
lainnya. Bahkan jauh lebih kuat dibandingkan ikatan darah sekalipun. Ikatan
keimanan ini kemudian tumbuh menjadi ukhuwah islamiyah yang sebuah istilah
menunjukkan persaudaraan antara sesama muslim diseluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa dan kewarganegaraan.
F. Kesimpulan
Persatuan secara istilah artinya bentuk kecendrungan manusia yang di
menurut ikatan tertentu untuk mencapai tujuan. Kerukunan secara istilah artinya
satu tata pikiran atau sikap hidup yang menunjuk kan kesabaran atau kelapangan
DAFTAR PUSTAKA
http://elisaaprilianaanggraini.blogspot.com/2014/02/akhlak-terpuji-dan-
tercela.html
http://nnureka.blogspot.com/2013/10/makalah-pai-persatuan-dan-kerukunan.html