Anda di halaman 1dari 35

UNIT 1

Konsep Dasar Nutrisi ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN STROKE
 120 Menit

A. PENGANTAR

Dizaman modern saat ini ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan
suatu bangsa, serta ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi,sosial dan
intelektual seseorang. Dari tahun ke tahun IPTEK sudah berkembang dengan pesat.
Bahkan untuk oknum-oknum tertentu IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer. Islam
sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan,teknologi dan seni dalam kehidupan
dalam umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuan mengembangkan ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni. Bahkan didalam Al-qur’an sendiri Allah menyatakan
bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar takut kepada Allah. Dialog antara Allah
dan Malaikat ketika Allah mau menciptakan manusia dan Malaikat mengatakan bahwa
manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Allah membuktikan
keunggulan manusia dari pada Malaikat dengan kemampuan manusia menguasai ilmu
melalui kemampuan menyebutkan nama-nama. IPTEK dan seni dalam praktik mampu
mengangkat harkat dan martabat manusia karena melalui IPTEK dan seni manusia
mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang disediakan oleh Allah. Oleh karena itu
dalam pengembangan ilmu IPTEK dan seni, nilai-nilai islam tidak boleh diabaikan agar
hasil yang diperoleh memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.

TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa


mampu menjelaskan yang meliputi :
1. Iman, Ipteks dan amal
2. Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu
3. Tanggung jawab ilmuwan dan seniman

B. BAHAN BACAAN
A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN SENI

1. Konsep Iptek dalam Islam

Definisi IPTEKS

Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh para
filosuf, ilmuwan dan budayawan. Seolah-olah mereka mempunyai definisi masing-
masing sesuai dengan apa yang mereka senangi. Sains di Indonesiakan menjadi ilmu
pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat
berbeda maknanya. Menurut Mansoer,Hamdan,dkk.,(2004:94).
”Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindera, intuisi, dan filsafat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, diorganisasikan, disistematisasi, dan diinterpretasi sehingga
menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang
secara ilmiah”.
Jadi, pengetahuan adalah segala fenomena alam yang dapat dicapai oleh indera
manusia. Konsekwensi logis dari pengetahuan akan melahirkan berbagai pengalaman
manusia, akan tetapi pengalaman manusia ini terkadang kebenaranya tidak mutlak
dan perlu diuji lagi. Secara etimologis kata ilmu berarti kejelasan karena itu segala
yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri dan kejelasan. Dalam kajian filsafat,
setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak
tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Karena keterbatasan kemampuan
manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai beberapa ilmu secara
mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan bagi
manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-
ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat
kehancuran alam semesta. “Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan
segala prosesnya”(Mansoer,Hamdan,dkk.,2004:95). Seni merupakan ekspresi jiwa
sesorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Benda-benda yang
diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga muncul sifat-sifat keindahan
dala pandangan manusia secara umum, itulah sebagai karya seni. Seni yang lepas dari
nilai kebutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawanafsu bukan akal dan
budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang
kematangan jiwanya terus bertambah. Dalam pemikiran sekuler perennial knowledge
yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu, bahkan mereka
mempertentangkan antara wahyu dan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu.
Sedangkan dalam ajaran islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak
boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat agama adlah
membimbing dan mengarahkan akal.

2. Syarat-syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila memenuhi tiga
unsur pokok sebagai berikut:
1. Ontologi
2. Epistimologi
3. Aksiologi
Istilah Pengetahuan dan Ilmu dipahami oleh masyarakat luas menjadi satu
istilah baku yaitu ilmu pengetahuan dan sains. Dalam pemikiran sekuler, sains
mempunnyai tiga karakteristik yaitu objektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam
pemikiran islam sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai lokal maupun nilai
universal.

3. Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.
Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam
mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntunan Quran dan Sunnah Rosul. Atas
dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam terbagi dua bersifat

1. Abadi(perennial knowledge)
2. Perolehan(acquired knowledge)

B. INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL

Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu
sistem yang disebut dinul islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok,yaitu
akidah, syari’ah, dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu, dan amal salih. Ketiga inti
ajaran yaitu Iman, Ilmu dan Ikhsan terintegrasi dalam Dinul Islam.
Dalam (QS 14 Ibrahim: 24-25) dinyatakan:

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimat yang baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik,
akarnya kokoh (menghujam ke bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon
itu mengeluarkan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” Dari ayat
di atas menggambarkan keutuhan antara Iman, Ilmu, dan Amal. Ketiga tersebut tidak
dapat dipisahkan antar satu sama lain. Iman diartikan dengan akar dari sebuah pohon
yang menopak tegaknya ajara islam. Imu diartikan sebagai batang pohon yang
mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan sedangkan amal
ibarat buah dari pohon itu identic dengan teknologi dan seni. IPTEKS yang
dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh bukan
kerusakan alam.

C. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERAMAL

Perbuatan baik seseorang tidak akann bernilai amal saleh apabila perbuatan
tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Ilmu-ilmu yang
dikembangkan atas dasar iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, akan
memberikann jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam (QS 58 Al-Mujadalah :11)

Artinya: “Allah akan meninggihkan orang-orang yang beriman diantara


kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

Menurut Al –Ghazali makhluk yang paling mulia adalah manusia, sedangkan


sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinnya. Tugas utama pendidik
adalah menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta didik agar hatinya
selalu dekat kepada Allah SWT melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan
pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat mulia yang dapat menentukan masa
depan seseorang karena itu, para pendidik akan selalu dikenang dalam hati anak
didiknya. Al-Ghazali memberikan argumentasi yang kuat, baik berdasarkan Al-
Qur’an, As-Sunnah, maupun argumentasi secara rasional.

D. TANGGUNG JAWAB ILMUWAN TERHADAP ALAM DAN LINGKUNGAN

Ada dua funngsi utama manusia di dunia yaitu “Abdun” (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Esensi dari ”Abdun” adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi
khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Fungsi sebagai khalifah/wakil Allah dimuka bumi, ia mempunyai tanggung
jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal.
Manusia diberi kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan. Orang-orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang cukup atau para ilmuwan dan intelektual yang
sanggup mengeksplorasi sumber daya alam ini. Akan tetapi para ilmuwan harus
sadar bahwa potensi sumber daya alam akan terkuras untuk pemenuhan kebutuhan
hidup manusia apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh sebab itu tanggung jawab
ke khalifahan banyak bertumpuh kepada para ilmuwan dan cendikiawan bagi mereka
yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tidak mungkin mengeksploitasi alam ini
secara berlebihan, hanya sekedar kebutuhan primer bukan untuk kepuasan nafsu.
Karena mereka tidak memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengeksploitasi
secara besar-besaran alam ini, demikian juga mereka tidak akan sanggup menjaga
keseimbangan dan kelestariannya secara sistematis. Kerusakan alam dan lingkungan
ini lebih banyak disebabkan kkarena ulah manusia sendiri. Sebagaimana firman
Allah dalam (QS 30 Ar-rum:41)

Artinya: “telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian
dari(akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar”.

Untuk melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberi keistimewaan berupa


kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus menghadapkannya dengan tuntutan
kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia harus sadar akan keterbatasannya
yang menuntut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah, baik dalamm konteks
ketaatan terhadap perintah beribadah maupun ketaatan terhadap sunnahtullah”hukum
alam” di alam ini.

E. Kesimpulan

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang Allah karuniakan akal sebagai


alat untuk berfikir. Dengan akal manusia mampu menyerap ilmu pengetahuan dan
menciptakan teknologi, serta manghasilkan karya seni, sehingga dapat menciptakan
peradaban di muka bumi. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui tangkapan pancaindra intuisi dan firasat. Jadi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta Seni dalam islam sangat mempengaruhi bagi kemajuan agama islam.
Serta dengan keiman dan ketakwaan terhadap Allah SWT, manusia diberikan derajat
yang lebih tinggi dan manusia juga memiliki tanggung jawab terhadap Allah yaitu
beribadah kepada Allah dan menjaga keindahan dan keaslian alam.
c. tes formatif

1. Bagaimana seharusnya pengembangan iptek dan seni dalam islam?


Jawab: Pengembangan IPTEK dan Seni dalam Islam sebaiknya sesuai dengan
syariat Islam yang ada.
2. Apa tujuan adanya Iptek dalam islam
Jawab: IPTEKS dalam Islam diharapkan mampu menopang kemajuan kehidupan
umat islam.
3. Apa yang sebaiknya anda lakukan juia anda seorang yang memiliki intelektual
yang baik?
Jawab: Ada bagusnya jika seseorang yang memiliki intelektual yang tinggi
memanfaatkan itu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan syariat Islam.
4. Sebagai makhluk Allah yang diberi kelebihan dari makhluk lainnya apa kewajiban
yang seharusnya kita amalkan dalam kehidupan?
Jawab: sebagai makhluk ciptaan Allah maka wajib bagi kita untuk taat terhadap
apa yang diberlakukan Allah kepada kita yaitu mengerjakan yang ma’ruf dan
menjauhkan dari yang mungkar RMATIF

DAFTAR PUSTAKA

Mansur,hamdan,dkk..2004.pendidikan agama islam di perguruan tinggi


umum.jakarta: direktorat perguruan tinggi agama islam departemen agama RI.
Hafudhuddin,didin.2003.islam aplikatif.jakarta: gema insani.
Widagdo.2001.desain dan kebudayaan.jakarta: dirjen dikti depdiknas RI.
UNIT 6

Kerukunan antar umat beragama

 100 Menit

A. PENGANTAR

Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih satu
dari 5 agama resmi di Indonesia. Namun kerukunan antar umat beragama di Indonesia
dinilai masih banyak menyisakan masalah. Kasus-kasus yang muncul terkait masalah
kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang,
Poso, forum-forum islam ekstrimis dan lainnya menyisakan masalah ibarat api dalam
sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal
ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat
beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya
kerukunan antar agama, yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa
ketidak adilan. Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar semua
masyarakat yang mengalami dan tidak mengalami efek negative dari ketidak rukunan
agama bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.
Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat,
sejahtera, penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian,
keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam
pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama,
Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara
berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam
agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai
kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural
masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi
juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama
islam, Katolik, protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut
terjadilah perbedaan agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan
perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar
umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang
mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama yang
sejati, harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota
kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari ”ledakan konflik antarumat
beragama yang terjadi tiba-tiba”.
TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini


mahasiswa mampu menjelaskan kerukunan antar umat beragama adalah
1. Mengetahui definisi dari kerukunan
2. Mengetahui definisi kerukunan antar umat beragama
3. Mengetahui cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
4. Mengetahui manfaat dari terciptannya kerukunan antar umat beragama

B. BAHAN BACAAN

Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan
tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk
menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan
untuk hidup berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah
untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling
terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan antarumat
beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat beragama dalam
segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja sama antarumat
beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan hubungan
dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social, manusia
memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras,
bangsa, dan agama. Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara
karena pada hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah
satu ajaran yang pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang
Islam, melainkan cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada
ajaran Islam atau persaudaraan yang bersifat Islami.
Sungguh bahwa Allah telah menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai
Bani Adam dalam kedudukan yang mulia, walaqad karramna bani Adam (QS 17:70).
Manusia diciptakan Allah SWT dengan identitas yang berbeda-beda agar mereka saling
mengenal dan saling memberi manfaat antara yang satu dengan yang lain (QS 49:13).
Tiap-tiap umat diberi aturan dan jalan yang berbeda, padahal andaikata Allah
menghendaki, Dia dapat menjadikan seluruh manusia tersatukan dalam kesatuan umat.
Allah SWT menciptakan perbedaan itu untuk member peluang berkompetisi secara sehat
dalam menggapai kebajikan, fastabiqul khairat (QS 5:48).
Sabda Rasul, seluruh manusia hendaknya menjadi saudara antara yang satu
dengan yang lain, wakunu ibadallahi ikhwana (Hadist Bukhari).
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an dan hadist sekurang-
kurangnya memperkenalkan empat macam ukhuwah, yakni:
1. Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk
yang tunduk kepada Allah.
2. Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama memiliki
kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik itu
seiman maupun berbeda keyakinan).
3. Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan
keturunan dan kebangsaan.
4. Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang
mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh
terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan
yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di kalangan
muslim dikenal dengan istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh
kesamaan aqidah. Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan
sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama
dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan
sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.

Kerukunan antar umat beragama


Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah
hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan
lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan
orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat
beragama memberi ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang
berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar umat
beragama tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan bahwa
kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang
dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar
umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya
dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi
antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus
bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal
beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas disebutkan dalam Alqur’an
dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan
ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya
toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya:
“Bagimu agamamu, bagiku agamaku”.Beberapa prinsip kerukunan antar umat
beragama berdasar Hukum Islam :
a. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama (QS.Al-
Baqarah : 256).
b. Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil dan tidak
boleh memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak memusuhi,tidak
memerangi dan tidak mengusir orang Islam.(QS. Al-Mutahanah : 8).
c. Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at
agamanya masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).
d. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak tetangga,tanpa
membedakan agama tetangga tersebut.Sikap menghormati terhadap tetangga itu
dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir (Hadis
Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
e. Barangsiapa membunuh orang mu'ahid,orang kafir yang mempunyai perjanjian
perdamaian dengan umat Islam, tidak akan mencium bau surga;padahal bau surga
itu telah tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun (Hadis Nabi dari Abdullah
bin 'Ash riwayat Bukhari). Sudah banyak perjanjian damai dan perjanjian HAM
yang dibuat oleh Negara Islam dan seluruh Negara di dunia soal itu. Dan hanya
sedikit yang melanggar, diantara yang melanggar itu diantaranya Israel, sedangkan
yang tidak melanggar dan sangatlah banyak, seperti Jerman, Cheko, Irlandia dan
masih sangat banyak yang tidak saya sebut satu persatu yang tetap menjaga
perdamaian. Jadi mereka yang menjaga perjanjian damai dengan orang Islam.
Tidaklah dibenarkan membunuh orang-orang yg tetap menjaga perdamaian dengan
orang Islam. Bahkan menurut hadis tersebut tidak akan mencium bau surga bagi
yang membunuh orang tersebut tanpa kesalahan yang jelas.
Kerukunan antar umat beragama sangat diperlukan dalam kehidupan sehari- hari.
Dengan adanya kerukunan antar umat beragama kehidupan akan damai dan hidup saling
berdampingan. Perlu di ingat satu hal bahwa kerukunan antar umat beragama bukan
berarti kita megikuti agama mereka bahkan menjalankan ajaran agama mereka.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi
konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan negara.

Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama


Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama salah satunya dengan dialog
antar umat beragama. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang
demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas)
masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam suatu keniscayaan. Untuk itulah kita
harus saling menjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Secara historis banyak
terjadi konflik antar umat beragama, misalnya konflik di Poso antara umat islam dan
umat kristen. Agama disini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut.
Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya
mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian, saling tolong
menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu marilah kita jaga tali persaudaraan
antar sesama umat beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun
pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa
jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu
bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar, maka diperlukan cara
yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk permasalahan yang mengganjal
antara masing-masing kelompok umat beragama. Karena mungkin selama ini konflik
yang timbul antara umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan informasi yang
benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-
prasangka negatif.
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama
terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud
memerlukan 3 konsep yaitu :
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing
sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan
dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai
bukan untuk saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah
peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seprti moralitas, etika, dan nilai
spiritual, supaya efktif dalam dialog aantar umat beragama juga menghindari dari latar
belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak lain. Model dialog antar umat
beragama yang dikemukakan oleh Kimball adalah sebagai brikut :
1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini dilakukan dengan
melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah mengembangkan
kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini melibatkan organisasi-
organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan memecahkan
persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara organisasi keagamaan.
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah membahas persoalan
teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif tetapi objektif.
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ). Dilakukan dalam bentuk
kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah praktis dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan mengembangkan
dan memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama.
Indonesia yang multikultural terutama dalam hal agama membuat Indonesia
menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga
kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga
kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar
umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara
sebagai berikut:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini
bagian dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat
fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus
bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam
masyarakat yang multikultural agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.
Manfaat Kerukunan Antar Umat Beragama

Umat Beragama Diharapkan menjunjung tinggi Kerukunan antar umat beragama


sehingga dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka yang akan memberikan
stabilitas dan kemajuan negara. Dalam pemberian stabilitas dan kemajuan negara, perlu
diadakannya dialog singkat membahas tentang kerukunan antar umat beragama dan
masalah yang dihadapi dengan selalu berpikir positif dalam setiap penyelesaiannya.
Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni berharap dialog antar-umat beragama dapat
memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam
kehidupan berbangsa. "Sebab jika agama dapat dikembangkan sebagai faktor pemersatu
maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dan kemajuan suatu negara,"
katanya dalam Pertemuan Besar Umat Beragama Indonesia untuk Mengantar NKRI di
Jakarta, Rabu. Pada pertemuan yang dihadiri tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Konghucu itu Maftuh menjelaskan, kerukunan umat beragama di
Indonesia pada dasarnya telah mengalami banyak kemajuan dalam beberapa dekade
terakhir namun beberapa persoalan, baik yang bersifat internal maupun antar-umat
beragama, hingga kini masih sering muncul.
Dalam hal ini, Maftuh menjelaskan, tokoh dan umat beragama dapat memberikan
kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan bersinergi untuk menggalang
kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah sosial termasuk kemiskinan dan
kebodohan. Ia juga mengutip perspektif pemikiran Pendeta Viktor Tanja yang
menyatakan bahwa misi agama atau dakwah yang kini harus digalakkan adalah misi
dengan tujuan meningkatkan sumber daya insani bangsa, baik secara ilmu maupun
karakter. "Hal itu kemudian perlu dijadikan sebagai titik temu agenda bersama lintas
agama," katanya. Mengelola kemajemukan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH
Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat Indonesia memang majemuk dan kemajemukan itu
bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan
benar. "Kemajemukan adalah realita yang tak dapat dihindari namun itu bukan untuk
dihapuskan. Supaya bisa menjadi pemersatu, kemajemukan harus dikelola dengan baik
dan benar," katanya. Ia menambahkan, untuk mengelola kemajemukan secara baik dan
benar diperlukan dialog berkejujuran guna mengurai permasalahan yang selama ini
mengganjal di masing-masing kelompok masyarakat. Senada dengan Ma'ruf, Ketua
Konferensi Waligereja Indonesia Mgr.M.D Situmorang, OFM. Cap mengatakan dialog
berkejujuran antar umat beragama merupakan salah satu cara untuk membangun
persaudaraan antar- umat beragama. Menurut Ketua Umum Majelis Tinggi Agama
Khonghucu Budi S Tanuwibowo, agenda agama-agama ke depan sebaiknya difokuskan
untuk menjawab tiga persoalan besar yang selama ini menjadi pangkal masalah internal
dan eksternal umat beragama yakni rasa saling percaya, kesejahteraan bersama dan
penciptaan rasa aman bagi masyarakat. "Energi dan militansi agama seyogyanya
diarahkan untuk mewujudkan tiga hal mulia itu," demikian Budi S Tanuwibowo. Dengan
adanya dialog antar agama ini juga diharapkan dapat menumbuh kembangkan sikap
optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat beragam.
Kesimpulan
Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya kehidupan
masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak
langsung memberikan stabilitas dan kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus
mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan mengadakan dialog
antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar sesama umat
beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup
antar umat beragama antara lain:
a) Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain
b) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya.
c) Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang
sedang beribadah.
d) Hindari diskriminasi terhadap agama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.


Jakarta; PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Daud Ali, Mohammad, 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarata: Rajawalu pers.
Sairin, Weinata. 2002. Kerukunan umat beragama pilar utama kerukunan
berbangsa: butir-butir pemikiran
http://koswara .wordpress.com
http://www.hidayatulah.com
UNIT 7

Masyarakat

 100 Menit

A. PENGANTAR

Manusia satu yang bersatu dengan manusia lainnya dalam suatu wilayah tertentu akan
membentuk sebuah masyarakat. Dari masyarakat inilah akan lahir nilai-nilai
bermasyarakat yang berkembang menjadi kebudayaan. Kebudayaan masyarakat di daerah
tertentu akan berbeda dengan kebudayaan masyarakat di daerah lain. Karena setiap
kelompok masyarakat memiliki aspek nilai yang berbeda. Dan kebudayaan juga
dipengaruhi oleh faktor bahasa, keadaan geografis dan kepercayaan. Capaian
pembelajaran ini akan dicapai melalui pendekatan Student Centre Learning dengan
metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan seminar. Bahan diskusi dapat
diperoleh dari buku sumber yang telah direkomendasikan oleh masing-masing dosen
maupun referensi lain yang relevan.

TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa


mampu menjelaskan tentang masyarakat meliputi:
1. Mampu menjelaskan masyarakat beradab dan sejahtera
2. Mampu menjelaskan apa peran umar beragama dalam mewujudkan masyarakat
beradab dan sejahtera.
3. Mampu menjelaskan HAM dan Demokrasi

B. BAHAN BACAAN

A. Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama
mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara
utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada:
masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian
pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat
yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula
diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan
besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Kata society
berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain.
Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society
berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna
bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam
mencapai tujuan bersama.
B. Pengertian masyarakat beradab dan sejahtera
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka,
demokratis, sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam
kehidupan sosial. Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah
keadilan sosial, egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial.
Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala
penindasan. Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku,
dll. Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara
tulus sebagai sebuah anugerah dan kebajikan. Supremasi hukum adalah menempatkan
hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa memandang “atas” dan “bawah”.

C. Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera.


Peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera dapat
dilakukan, antara lain, melalui :
1. Dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian.
2. Melakukan studi-studi agama.
3. Menumbuhkan kesadaran pluralisme
4. Menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat madani.
5. Menjaga perdamaian
6. Saling tolong menolong
7. Bermusyawarah dalam segala urusan
8. Bersikap adil

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)


Didalam kamus besar bahasa Indonesia, Hak asasi diartikan sebagai hak dasar
atau hak pokok seperti hak hidup dan hak mendapatkan perlindungan. Hak-hak asasi
manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tak dapat
dipisahkan daripada hakekatnya dan karena itu bersifat suci. Selanjutnya hak-hak asasi
manusia yang dianggap sebagai hak yang dibawa sejak seseorang lahir ke dunia adalah
anugerah dari Tuhan Yang Maha Pencipta (hak yang bersifat kodratif). Oleh karena
itu, tidak ada satu kekuasaan pun di dunia yang dapat mencabutnya. Jadi, hak asasi
mengandung kebebasan secara mutlak tanpa mengindahkan hak-hak dan kepentingan
orang lain. Karena itu HAM atas dasar yang paling fundamental yaitu hak kebebasan
dan hak persamaan. Dari kedua dasar ini pula lahir HAM yang lainnya

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas agama islam adalah agama yang menjunjung
tinggi adab bertetangga. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam bertetangga yaitu
batasan bertetangga, kedudukan tetangga bagi seorang muslim, anjuran berbuat baik
kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk kepada tetangga, kedudukan tetangga bagi
seorang muslim, anjuran berbuat baik kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk
kepada tetangga, serta bentuk-bentuk perbuatan baik kepada tetangga. Masyarakat
beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera,
dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan
sosial. Peranan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera
yaitu dialog, melakukan studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralism dan
masyarakat madani, menjaga perdamaian, bermusyawarah, dan bersikap adil.

DAFTAR PUSTAKA

http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://modulislam.blogspot.com/2009/11/normal-0-false-false-false_7937.html
http://dheanandika.blogspot.com/2012/01/contoh-makalah-pendidikan-agama-
islam.html
http://mamien-go.blogspot.com/2011/07/umat-beragama.html
http://bdkpalembang.kemenag.go.id/wawasan-islam-tentang-pluralitas-
kehidupan-sosial-dan-kerjasama-kemanusiaan/

UNIT 8
Budaya

 100 Menit

A. PENGANTAR

Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
Kehidupan dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju
bersama dinamika perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan
pembaharuan dalam kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal
senantiasa menjadi harapan dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan
mengaktualisasikan diri melalui dunia pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka
yang menggenggam idealisme dan gagasan tentang kemajuan. Capaian pembelajaran ini
akan dicapai melalui pendekatan Student Centre Learning dengan metode pembelajaran,
kuliah, penugasan, diskusi dan seminar. Bahan diskusi dapat diperoleh dari buku
sumber yang telah direkomendasikan oleh masing-masing dosen maupun referensi lain
yang relevan.

TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa


mampu menjelaskan tentang budaya yaitu meliputi:
1. Mampu menjelaskan budaya akademik
2. Mampu menjelaskan etos kerja, sikap terbuka dan adil.

C. BAHAN BACAAN

Budaya Akademik
Pengertian Budaya Akademik.
Cara hidup masyarakat ilmiah yang majemuk, multikultural yang bernaung dalam
sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektifitas.
Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan diamalkan oleh warga
masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.Kehidupan
dan kegiatan akademik diharapkan selalu berkembang, bergerak maju bersama dinamika
perubahan dan pembaharuan sesuai tuntutan zaman. Perubahan dan pembaharuan dalam
kehidupan dan kegiatan akademik menuju kondisi yang ideal senantiasa menjadi harapan
dan dambaan setiap insan yang mengabdikan dan mengaktualisasikan diri melalui dunia
pendidikan tinggi dan penelitian, terutama mereka yang menggenggam idealisme dan
gagasan tentang kemajuan. Perubahan dan pembaharuan ini hanya dapat terjadi apabila
digerakkan dan didukung oleh pihak-pihak yang saling terkait, memiliki komitmen dan
rasa tanggung-jawab yang tinggi terhadap perkembangan dan kemajuan budaya
akademik.
Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal. Artinya, dimiliki oleh
setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik. Membangun budaya
akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan
akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-
norma kegiatan akademik tersebut. Pemilikan budaya akademik ini seharusnya menjadi
idola semua insan akademisi perguruaan tinggi, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat
akademik tertinggi bagi seorang dosen adalah dicapainya kemampuan akademik pada
tingkat guru besar (profesor). Sedangkan bagi mahasiswa adalah apabila ia mampu
mencapai prestasi akademik yang setinggi-tingginya.
Khusus bagi mahasiswa, faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi
akademik tersebut ialah terprogramnya kegiatan belajar, kiat untuk berburu referensi
aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, dsb. Dengan melakukan aktivitas
seperti itu diharapkan dapat dikembangkan budaya mutu (quality culture) yang secara
bertahap dapat menjadi kebiasaan dalam perilaku tenaga akademik dan mahasiswa dalam
proses pendidikan di perguruaan tinggi. Oleh karena itu, tanpa melakukan kegiatan-
kegiatan akademik, mustahil seorang akademisi akan memperoleh nilai-nilai normative
akademik. Bisa saja ia mampu berbicara tentang norma dan nilai-nilai akademik tersebut
didepan forum namun tanpa proses belajar dan latihan, norma-norma tersebut tidak akan
pernah terwujud dalam praktik kehidupan sehari-hari. Bahkan sebaliknya, ia tidak segan-
segan melakukan pelanggaran dalam wilayah tertentu, baik disadari ataupun tidak.
Kiranya, dengan mudah disadari bahwa perguruan tinggi berperan dalam
mewujudkan upaya dan pencapaian budaya akademik tersebut. Perguruan tinggi
merupakan wadah pembinaan intelektualitas dan moralitas yang mendasari kemampuan
penguasaan IPTEK dan budaya dalam pengertian luas disamping dirinya sendirilah yang
berperan untuk perubahan tersebut.
Berarti budaya akademik :
1. Mahasiswa yang terlibat dalam berbagai bidang studi dan keahlian
(disiplin ilmu).
2. Bernaung dibawah Institusi Educative (Perguruan Tinggi) yaitu:
- Akademi
- Universitas
- Sekolah Tinggi
- Institut, dll

3. Memfokuskan diri pada kajian Ilmu, Penelitian, Penemuan dan sebagainya


secara ilmiah.
4. Untuk pengembangan ilmu baru dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat atau
Perguruan Tinggi yang mendorong mahasiswa melaksanakan Tridharma Perguruan
Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat).

Etos Kerja
Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian,
watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos
kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau
sesesuatu kelompok. secara terminologis kata etos adalah yang mengalami perubahan
makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
- Suatu aturan umum atau cara hidup
- Suatu tatanan aturan perilaku.
- Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak
atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita
yang positif. Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah
membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia
dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak
atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan
atau cita-cita. Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja
pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada
nilainilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta
caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu,
yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high
Performance). Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan
lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya
keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya
maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang
akan terus berjalan mengikuti waktu.
Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah: Pendorang timbulnya
perbuatan, Penggairah dalam aktivitas, Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S
Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki
arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik,
mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi
ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter
seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja
yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Sikap Terbuka dan Adil
Pengertian Keterbukaan dan keadilan
Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan transparan,
yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata, jelas, mudah dipahami, tidak
keliru, tidak sangsi atau tidak ada keraguan. Dengan demikian Keterbukaan atau
transparansi adalah tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah
dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya. Kaitannya dengan penyelenggaraan
pemerintahan, keterbukaan atau transparansi berarti kesediaan pemerintah untuk
senantiasa memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan
proses penyelenggaraan pemerintahan. Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia berasal darai kata adil yang berarti kejujuran, kelurusan dan keikhlasan dan
tidak berat sebelah, tidak memihak, tidak sewenang-wenang.
Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berart:Tidak berat sebelah atau tidak
memihak kesalah satu pihak, Memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak
yang harus diperolehnya, Mengetahui hak dan kewajiban, mana yang benar dan yang
salah, jujur, tepat menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih kasih dan pandang siapapun,
setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.
MAKNA BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
1. Makna Budaya Akademik Dalam Pandangan Islam
Telah dijelaskan di muka bahwa hakekat manusia terletak pada amal atau eksistensi diri
atau penciptaan kebudayaan yang terus menerus untuk mencapai kesempurnaan dirinya sebagai
manusia (full human). Yang menghentikan proses penciptaan kebudayaan ini hanya kalau dia
meninggal. Amal, bereksistensi, atau aktifitas budaya (penciptaan, pelestarian, perubahan,
penyempurnaan, pemantapan) merupakan kesatuan dari akal, qalbu, dan aksi budaya serta
kesadaran akan tujuannya. Tujuan seluruh aktifitas kebudayaan adalah pelaksanaan perintah
Tuhan. Allah berfirman

Artinya :
“ dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku “. [1]
Wujud penyembahan atau pengabdian manusia kepada Allah adalah melaksanakan tugas
sebagai khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik terhadap alam semesta, sesama manusia,
dan Allah. Penghambaan, penyembahan, atau pengabdian itu sebenarnya bukan untuk
menambahkan agar Allah semakin agung, melainkan kepada manusia itu sendiri. Allah tak
berkurang sedikitpun kesempurnaannya. Allah berfirman:
Artinya :
“…. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa
yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji “. [2]
Artinya :
“ ….dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena
Sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah, dan adalah Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana “.[3]

Artinya :
“ dan Musa berkata: "Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya
mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji ". [4]
Artinya :
“ jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu….” ( QS. Az
Zumar : 7 ).
Mahasiswa adalah bagian kelas atau spesies manusia. Mahasiswa menempati posisi
penting, strategis, dan terhormat dari kelas manusia. Lebih banyak manusia yang gagal atau
kandas dalam mencita-citakan dirinya menjadi mahasiswa. Tidak sedikit orang yang menyatakan
“masa depan suram” ketika mereka tidak diterima di perguruan tinggi di mana mereka
melakukan test penerimaan mahasiswa baru. Karena itu menjadi mahasiswa merupakan
anugerah Allah yang pantas disyukuri. Allah berfirman:
Artinya :
“ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih ".[5] Karena eksistensi mahasiswa adalah
belajar, maka ia disebut sebagai manusia pembelajar yang pengertiannya amat luas, yaitu bukan
hanya belajar di sekolah atau perguruan tinggi, bukan hanya kursus-kursus dan pelatihan (on the
job atau off the job) di berbagai perusahaan, melainkan mencakup:
a. mulai bersikap jujur, pertama-tama terhadap diri kita sendiri
b. mulai menerima tanggung jawab yang sesuai dengan kapasitas diri kita
c. mulai dapat diandalkan dan di pegang kata-katanya
d. mulai mengembangkan kepedulian sosial dan lingkungan
e. mulai bersikap adil terhadap sesama tanpa diskriminasi
f. mulai mengembangkan keberanian menyatakan dan mengaktualisasi diri
g. mulai menjadi rasional tanpa harus memutlakkan buah pikiran kita yang relatif itu
h. mulai rendah hati dan menyadari keterbatasan diri
i. mulai pendisiplin diri (pengaharapan, hasrat, energi, waktu)
j. mulai bersikap optimis tanpa menjadi naif
k. mulai menyatakan komitmen dan menepatinya
l. mulai memprakarsai sesuatu yang baik sekalipun tidak profitable
m. mulai bertekun (perseverance) dalam mengerjakan sesuatu
n. mulai mampu bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda dengan kita
o. mulai saling menyayangi satu sama lain
p. mulai memberikan dorongan dan membangkitkan hati yang lesu
q. mulai memaafkan dan mengampuni kesalahan orang
r. mulai murah hati dan senag berbagi
s. mulai memanfaatkan peluang dan kesempatan
t. mulai mengahayati persudaraan sesama umat, sesama bangsa, dan sesama manusia.
Semboyan manusia pembelajar antara lain (Harefa,2000:vi) “Belajar dan mengajar secara
berkesinambungan harus menjadi bagian dari pekerjaan”, begitu kata Peter F. Drucker. Dan
hakikat manusia pembelajar itu sendiri adalah Setiap orang (manusia) yang bersedia menerima
tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni, pertama, berusaha mengenali hakikat
dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih
baik tentang beberapa pernyataan eksistensial seperti “Siapakah aku?”, “Dari manakah aku
datang?”, “Ke manakah aku akan pergi?”, “Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam
hidup ini?”, dan “Kepada siapa aku harus percaya?”; dan kedua, berusaha sekuat tenaga untuk
mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-
penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-
bandingkan dengan segala sesuatu yang “bukan dirinya”.
Dalam Islam dijelaskan bahwa wahyu yang pertama adalah perintah belajar (membaca)
yang tertulis (kitab suci) atau yang tidak tertulis (alam semesta). Allah berfirman
Artinya :
“ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan “.[6]Esensi ayat ini
manusia (atas nama Allah) hendaklah membaca, mempelajari apa saja yang diciptakan Allah.
Manusia, khususnya mahasiswa, yang setengah hati atau kurang memiliki daya fitalitas dalam
membaca, meneliti fenomena alam ciptaan Allah untuk dimanfaatkan sebagai penunjang
kehidupan manusia, tidak menghargai diri sebagai insan akademis.
Harga diri insan akademis dapat dirumuskan: pertama, mengenai sikap perasaan, dan
evaluasi mengenai diri sendiri; kedua, mengenai proses berpikir, mengingat, dan persepsi
mengenai diri sendiri[7]. Artinya watak diri insan pembelajar adalah keseluruhan potensi internal
diri itulah yang tampil mengemuka sehingga dapat dibedakan secara tegas dengan insan non
akademis, dan insan non pembelajar.
Budaya insan akademis bukanlah jenis manusia yang bekerja atas dorongan emosional
“hantam dulu urusan belakang”, melainkan penerapan harga diri secara utuh sebagaimana baru
saja disebutkan itu dan emosi menjadi salah satu komponennya, khususnya menjadi pendorong
untuk memperoleh sukses secara akademis yang memiliki karakter berpikir kritis, kerja keras,
jujur, dan fair dalam menggapai prestise akademis dan selanjutnya bermuara pada kualitas diri
sebagai manusia yang sepenuh-penuhnya. Indikasinya antara lain: memiliki pengetahuan,
berilmu, sikap belajar lebih lanjut, unggul, kompeten, berkepribadian siap pakai, produktif, dan
profesional[8]. Yang secara singkat menurut Islam adalah wakil Tuhan di bumi (khalifat-llah fi
al ard) yang memiliki tanggung jawab kehidupan alam semesta secara makmur, damai, dan
sejahtera.

ETOS KERJA, SIFAT TERBUKA DAN ADIL DALAM PANDANGAN AGAMA


Etos kerja dalam pandangan agama islam
Sesungguhnya dikotomi antara "kerja" dengan "belajar" tidak perlu terjadi.
Karena, apabila kita menghayati ikrar kita secara mendalam pada proposisi "Iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in" dalam surat Al-Fatihah, maka dunia kehidupan kaum
Muslimin bernuansa ibadah yang sangat kental. Dalam firman-Nya yang lain, Allah
mengatakan, "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah,".
Sehingga, jelas-jelas tidak ada pemisahan antara yang sakral dengan yang profan, yang
duniawi dengan yang ukhrawi.
Ketika mengomentari ayat, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad
(perjanjian) itu". Raghib Isfahani, sebagaimana dikutip Seyyed Hossein Nasr (1994)
mengatakan bahwa perjanjian-perjanjian itu meliputi perjanjian-perjanjian antara Tuhan
dan manusia, yakni kewajiban-kewajiban manusia kepada Tuhan; [perjanjian antara
manusia dan dirinya sendiri; dan [perjanjian] antara individu dan sesamanya. Dengan
demikian, perjanjian (uqud) yang dirujuk pada ayat tersebut berkisar antara pelaksanaan
shalat sehari-hari sampai menjual barang dagangan di bazaar, dari sembah sujud hingga
kerja mencari penghidupan. Berangkat dari pandangan dunia tradisional tersebut yang
tidak mendikotomikan antara yang sakral dan yang profan, maka etos kerja kaum Muslim
selayaknya memperhatikan kualitas pekerjaannya. Ini artinya, dalam bekerja karakteristik
spiritual tetap terjaga dan terpelihara yakni pekerjaan itu dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Tanggung jawab terhadap kerja berarti kesiapan untuk bertanggung
jawab di hadapan Yang Mutlak karena kerja adalah saksi bagi semua tindakan manusia.
Dalam ushuluddin disebut-sebut perihal konsep ma'ad atau qiyamah yang bila
diterjemahkan dalam keseharian akan sangat mendukung sekali terhadap profesionalisme
dalam bekerja. Di sini konsep ma'ad atau qiyamah bukanlah suatu konsep di langit-langit
Platonik melainkan sesuatu yang hidup, membumi. Penghayatan yang mendalam
terhadap prinsip ma'ad akan berimplikasi positif dan konstruktif terhadap perkembangan
kepribadian kaum Muslim. Setidaknya dengan menghayati prinsip tersebut, pemuda
Muslim tidak mengenal istilah pengangguran. Konon, praktik shalat wajib di kalangan
Syi'ah yang mencakup shalat fajr, shalat siang hari (Zhuhur dan 'Ashar), dan shalat
malam hari (Maghrib dan 'Isya), merupakan refleksi etos kerja mereka yang begitu tinggi
dan manifestasi produktivitas dalam berkarya. Artinya, bila kaum Syi'ah selesai
melaksanakan shalat siang hari, maka setelah selesai shalat dan zikir, mereka akan
kembali bekerja dengan semangat yang tetap terjaga. Bukan meneruskannya dengan
aktivitas yang kurang produktif dan tidak bermanfaat.
"Kerja berkaitan erat dengan doa dan hidayah bagi semua masyarakat tradisional
dan kaitan ini dirasakan dan diaksentuasikan dalam Islam," tulis Nasr (1994). Dengan
mengamati lafaz adzan Syi'ah, dengan formulasi hayya 'ala al-shalah, hayya 'ala al-falah,
dan hayya 'ala khair al-'amal, Nasr menyimpulkan bahwa shalat dan kerja memiliki
keterkaitan yang prinsipal. "Di sana hubungan antara shalat, kerja, dan amal saleh selalu
ditekankan," lanjutnya. Perspektif Islam yang padu, menolak membedakan antara yang
sakral dan yang profan, yang ukhrawi dan yang duniawi, yang religius dan yang sekular
atau, secara lebih spesifik, antara shalat dan kerja. Implikasi praktisnya adalah bahwa
sebagaimana kita mencoba khusyu dalam shalat, maka begitu pula dalam bekerja kita
mencoba untuk meng-khusyu'-kan diri. Dalam bahasa bisnisnya, berusaha bersikap lebih
profesional. Lebih jauh, sebagaimana ketakutan pada Tuhan dan tanggung jawab kepada-
Nya dalam ekspresi shalat kita, maka demikian pula kita dalam pekerjaan kita. Karena,
"Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.
Enam Etos Kerja Menurut Islam (6 prinsip kerja seorang muslim)
1. Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah. QS.Saba’,34 : 13
“Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang
bersyukur”.
2. Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS. Al-baqarah,2 : 202
“Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan”.
3. Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity (jujur, amanah).
Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-Qashash, 28 : 26 “ Sesungguhnya
oarng yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya”.
4. Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah. Pekerja keras tidak
mengenal kata gagal.
5. Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara tepat
(pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.
6. Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan sekedar membayar
kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan individual dan komunal, fastabiqul khairat).
Janji Allah Bagi Etos Kerja Yang Baik
1. Allah hamparkan jalan untuk menuju sukses
QS.Ath-Tholak, 65 : 3 “Allah berikan rezki dari segala arah tanpa disangka-sangka”.
2. Allah jamin kehidupan yang sehat sejahtera
QS. Al-‘Araf, 7 :95-96 “Allah ganti kesusahan dengan kesenangan, Allah beri berkah dari
langit dan dari bumi”.
3. Allah beri balasan untuk dunia dan akhirat
Sikap Terbuka pandangan Islam
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di
dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-bentuk tidak jujur antara lain
adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu
sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan di sisi lain
sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang
haq itu menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang haq
bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara
beragama yang salah. Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran,
keimanan terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini, ajaran
berbunyi Artinya :“ ….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar…..”
Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia
mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat
mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar. Termasuk koherensi antara ajaran, iman,
dan pelaksanaan ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan
memohon ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat
salah kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Artinya :“ dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…. “[12].Jika
berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak usah menunggu
lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya ini
merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik.
Nabi bersabda:
‫د ا‬UU‫ وا ن ا لكذ ب يه‬.‫ا ن ا لصد ق يهدى ا لى ا لبر وا ن ا لبر يهدى ا لى ا لجنة وا ن ا لرجل يصد ق حتى يكتب عند هللا صد يقا‬
)‫ وا ن الرجل ليكذ ب حتى يكتب عند هلل كذا با( متفق عليه‬.‫ وا ن ا لفجور يهدى ا لنا ر‬.‫لى ا لفجور‬
Artinya: (Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu
mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai
orang yang jujur. Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu
menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu akan
ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)).
Bersikap Adil menurut pandangan Islam
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak,
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang (Kamus Besar,
l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih
seorang ibu terhadap putra-putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam memutuskan perkara,
seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di dalam
menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada kebenaran. (4)
Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5) Pemimpin yang
baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang terhadap yang dipimpin.
Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil amat positif secara
moral. Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang. Dalam
contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau menguntungkan orang lain. Adil
juga dapat dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk
mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik (al-Hufiy,
2000: 24). Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah
seseorang yang berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk mengendalikan
amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang keluar menjadi baik.
Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali sikaprbuatannya menjadi
terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib dan
seimbang .Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffa.al-
Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat membedakan antara yang benar dan
salah, baik dan buruk, haq dan batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih
yang benar, yang baik, dan yang haq. Asy-syaja’ah berarti berani tanpa rasa takut.
Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika tidak seimbang menjadi tidak baik. Orang
amat cerdas atau genius tetapi kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi
orang lain karena tidak ada ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu berani menangani setiap
masalah yang dihadapi, tentu akan menampakkan profil preman karena tidak ada al-
hikmah dan ‘iffah di dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu digunakan untuk
mengeruk kekayaan negara secara tidak syah adalah tidak baik karena tidak ‘iffah di
dalam dirinya. Orang selalu hanya memilih kesucian dalam semua suasana secara terang-
terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri.
Jika antara al-hikmah, asy-syaja’ah, dan al-‘iffah berpadu secara seimbang dalam
diri seseorang, maka orang itu akan bersikap adil. Orang berani melakukan sesuatu
setelah ditimbang-timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut
pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran perbuatan adil. Berarti, ia berani
berbuat karena benar. Orang tidak berani berbuat juga karena benar, adalah bersikap adil,
bukan karena takut. Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat utama tersebut.
Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil
dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak 28
kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil
dalam semua hal. Allah berfirman:
Artinya :“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” Kata adil
sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama: iqshitu, al-
muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran (‘Abd al-Baqiy,
[t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut secara besama-sama dan
satu sama lain berarti sama. Contohnya adalah:
Artinya :“ dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian
terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut
kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang Berlaku adil “.
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik dan
positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan di saat
yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik seperti KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu salah satu cara
strategis adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan kehidupan. Untuk
mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara berkesinambungan, yang
bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari
diri sendiri”,Inilah komitmen untuk mulaiu pembiasaan berlaku adil. Jika langkah awal
ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang
memulai komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia
berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika idola tidak bersikap
adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula. Dalam Islam orang yang paling
pantas untuk di dudukkan sebagai idola untuk ditiru dan diteladani adalah Rasulullah
SAW. Allah berfirman Yang Artinya :“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Selain itu ‘Aisyah, istri
Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak beliau adalah Al-Quran “kana khuluqulm Al-
Quran” (H.R Muslim dari ‘Aisyah). Kiranya terlalu pantas jika idola pertama seluruh
umat Islam adalah Rasulullah. Hingga sekarang Rasulullah adalah orang yang paling
berpengaruh di dunia (rangking pertama) dari seratus orang yang paling berpengaruh di
dunia. Cukup banyak contoh-contoh sikap adil yang ditampakkan oleh Rasulullah, antara
lain: An-Nu’man bin Basyir mengatakan, “Ayahku memberi sesuatu pemberian
kepadaku. Lalu ibuku Amrah bin Rawahah berkata, “Aku tidak rela sebelum engkau
persaksikan hadiah itu di hadapan Rasulullah SAW”.
Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku telah membarikan suatu pemberian kepada anakku dari Amrah bin
Rawahah. Kemudian aku diperintahkannya supaya bersaksi kepada Tuan!” Rasulullah
SAW lalu berkata, “Apakah engkau juga telah memberi kepada semua anakmu
pemberian seperti ini?” An-Nu’man menjawab, “Tidak”. Beliau lalu bersabda,
“bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu!”
Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya. Dan Ada orang
perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Kejadian itu sangat orang-orang Quraisy. Mereka
berkata, “Siapakah yang akan membicarakan hal ini kepada Rasulullah SAW?” Tidak ada
seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu) Usman bin Zaid r.a. Lalu ia
membicarakan hal tersebut dengan Rasulullah SAW. Beliau berkata, “Apakah kamu akan
bertindak sebagai pembela dalam pelanggarana hukum Allah?” Kemudian Rasulullah
SAW berdiri serta berkhotbah. Di antara isi khotbahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya
yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah apabila ada seorang dari
golongan bangsawan mencuri, mereka biarkan saja, tetapi bila yang mencuri itu dari
golongan bawah (lemah), dia dijatuhi hukuman. Demi Allah andaikata Fatimah putri
Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya.” ]
Al-Qur''an menggunakan pengertian yang berbeda-beda bagi kata atau istilah
yang bersangkut-paut dengan keadilan. Bahkan kata yang digunakan untuk menampilkan
sisi atau wawasan keadilan juga tidak selalu berasal dari akar kata ''adl. Kata-kata
sinonim seperti qisth, hukm dan sebagainya digunakan oleh al-Qur''an dalam pengertian
keadilan. Sedangkan kata ''adil dalam berbagai bentuk konjugatifnya bisa saja kehilangan
kaitannya yang langsung dengan sisi keadilan itu (ta''dilu, dalam arti mempersekutukan
Tuhan dan ''adl dalam arti tebusan). Kesimpulan di atas juga diperkuat dengan pengertian
dan dorongan al-Qur''an agar manusia memenuhi janji, tugas dan amanat yang
dipikulnya, melindungi yang menderita, lemah dan kekurangan, merasakan solidaritas
secara konkrit dengan sesama warga masyarakat, jujur dalam bersikap, dan seterusnya.
Menurut Abdul Halim Hifni, Syariat Islam menuntut kita untuk berbuat adil
dalam segala hal dan adil dengan semua orang dengan memberikan hak masing-masing
sesuai dengan haknya. Diri kita memiliki hak yang harus diberikan kepadanya. Kerabat,
tetangga memiliki hak atas diri kita demikian pula masyarakat. Memberi hak kepada
orang yang harus menerimanya adalah wajib dan tidak memberikannya adalah satu
kezaliman. Sesuai dengan firman Allah : “Dan Janganlah kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorongmu untuk berbuat tidak adil. Bersikap adillah karena adil itu lebih dekat
kepada taqwa”. Adil terhadap Siapapun itu orangnya, berarti anda harus memberikan
kesempatan kepadanya untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas dan terbuka.
Kesimpulan
1. Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik dapat dipahami
sebagai suatu totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai
dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga pendidikan tinggi dan
lembaga penelitian. Dalam islam kita dianjurkan untuk menempuh pendidikan yang
paling tinggi, oleh karenanya setiap insan yang bisa menempuh kediatan akademisi
dengan baik sesuai norma agam islam akan beroleh tempat yang tinggi di akhirat kelak.
2. Etos kerja menurut islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari
rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun
malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala
bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri,
keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara. Dengan kata lain, orang yang
berkerja adalah mereka yang menyumbangkan jiwa dan enaganya untuk kebaikan diri,
keluarga, masyarakat dan negara tanpa menyusahkan orang lain. Oleh karena itu, kategori
ahli Syurga seperti yang digambarkan dalam Al-Qur’an bukanlah orang yang mempunyai
pekerjaan/jabatan yang tinggi dalam suatu perusahaan/instansi sebagai manajer, direktur,
teknisi dalam suatu bengkel dan sebagainya. Tetapi sebaliknya Al-Quran menggariskan
golongan yang baik lagi beruntung (al-falah) itu adalah orang yang banyak taqwa kepada
Allah, khusyu sholatnya, baik tutur katanya, memelihara pandangan dan sikap malunya
pada-Nya serta menunaikan tanggung jawab sosialnya seperti mengeluarkan zakat dan
lainnya
3. Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting
di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur, islam sangat mengutamakan tindakan
yang jujur dan adil.

UNIT 9
Politik

 100 Menit

C. PENGANTAR

Satu aspek terbesar yang memainkan peranan dalam kehidupan manusia


sejagat adalah politik. Hendak atau tidak, politik tetap berlaku dalam kehidupan
setiap insan bagi menjadikan kehidupan mereka normal dan teratur. Segala
masalah yang berlaku dalam masyarakat pada masa ini adalah berlaku akibat
politik. Politik yang tercipta dari perbuatan manusia sendiri ini mestilah
mempunyai panduan supaya tidak terkeluar dari landasannya. Agamalah satu-
satunya panduan yang dimaksudkan ini. Satu pemberian dari pencipta yang sudah
tentu mengetahui segala-galanya tentang ciptaannya lebih dari ciptaannya itu
sendiri. Apabila politik yang dicipta oleh manusia dan panduannya yaitu agama
yang dicipta oleh tuhan yang maha mengetahui dipisahkan, segala kebuntuan
terhadap masalah yang melanda umat manusia kini tidak dapat diselesaikan.
Tidak kiralah sama ada politik itu dilihat dari segi pemerintahan atau kehidupan
manusia. Jadi wajarlah dikatakan bahawa politik dan agama itu tidak dapat
dipisahkan dan sudah tentu agama yang dimaksudkan di atas merupakan agama
yang dicipta oleh Allah s.w.t dan bukannya agama yang dicipta oleh manusia
sendiri. Capaian pembelajaran ini akan dicapai melalui pendekatan Student Centre
Learning dengan metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan seminar.
Bahan diskusi dapat diperoleh dari buku sumber yang telah direkomendasikan
oleh masing-masing dosen maupun referensi lain yang relevan.

TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa


mampu menjelaskan tentang politik meliputi:
1. Mampu menjelaskan konstribusi agama dalam kehidupan berpolitik

D. BAHAN BACAAN

Agama sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia,selain itu


agama juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yang kita
yakini hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak
menyikapi sesuatu.Oleh karena itu agama itu dibutuhkan oleh setiap umat
manusia. Seperti kita ketahui agama di indonesia banyak beragam antaranya
islam, kristen khatolik, hindu, budha dan konghucu ini merupakan aspek yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara. Dengan adanya agama membuat
hidup manusia menjadi teratur dan terarah. Agama dalam hal ini salah satunya
agama Islam mengatur kehidupan umatnya di berbagai aspek seperti ekonomi,
sosial, bidaya, politik, pendidikan, akhlak, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan
tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah
SWT. Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam di kalangan
umatnya tidak menggunakan cara yang sembarang. Tapi dengan menggunakan
startegi-strategi yang disesuaikan dengan masyarakat di zaman itu. Startegi-
strategi dakwah tersebut tanpa disadari berupa sesuatu yang bersifat politik.
Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang
mencakup siasat dalam pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain. Dengan
menilik ke pengertian politik tersebut startegi-startegi dakwah yang digunakan
Rasulullah SAW adalah politik Islam. Peran ulama sepanjang masa kehidupan
kaum Muslim, khususnya dalam kehidupan politik, sangatlah penting. Bahkan
pada masa-masa kemunduran umat Islam sekalipun, peran penting ulama dalam
kehidupan politik tetap tidak tergantikan.Pasalnya, Islam memang tidak
memisahkan antara kehidupan politik dan spiritual, bahkan saat umat jatuh dalam
kubangan sekularisme (yang menjauhkan agama dari urusan sosial-politik-
kenegaraan) saat ini, yang berdampak pada terpinggirkannya para ulama. Ulama
masih memiliki tempat tersendiri dalam pribadi umat dengan berbagai alasan.
Karena itu, para penguasa atau calon penguasa selalu berusaha untuk meraih
dukungan mereka.
A. AGAMA ISLAM DAN POLITIK
Ada sebagian ulama mengatakan politik tidak terlepas dari nilai- nilai
agama,seperti hal nya pada pemilu tahun 1955 sebagian partai peserta pemilu
didominasi partai berbasis agama seperti masyumi,NU,PSI,Partai katolik dan lain
sebagainya itu menunjukan bahwa partisipasi partai politik berbasis agama sangat
kental pada sistem politik indonesia dari zaman – ke zaman.
Menyelamatkan agama sejatinya adalah dengan menegakkan akidah dan
syariah Islam dalam semua aspek kehidupan mereka, baik di ranah pribadi
maupun ranah sosial-politik-kenegaraan.Semua ini tentu tidak bisa diwujudkan
dalam sistem politk sekular saat ini. Sebaliknya, keselamatan agama menuntut
adanya institusi negara yang menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh
aspek kehidupan.masalah kepemimpinan sesungguhnya terkait dengan dua faktor:
sosok pemimpin dan sistem kepemimpinan yang digunakannya. Jika panduan
untuk memilih pemimpin ini hanya terkait dengan sosok pemimpinnya saja, tentu
hal demikian telah mengabaikan sama sekali sistemnya(yakni sistem sekular)
yang justru gagal menyelamatkan agama dari sekadar sebatas penjaga moral
belaka. Dalam sistem sekular saat ini, peran agama sebagai solusi atas seluruh
problem kehidupan malah disingkirkan jauh-jauh. Jika hal ini tidak dilakukan,
siapapun pemimpin yang terpilih, yakinlah, mereka hanya akan semakin
mengokohkan sistem sekular ini. Akibatnya, harapan untuk menyelamatkan
agama sekaligus menjauhkan liberalisme akan menjadi tinggal harapan, tidak
akan pernah mewujud dalam kenyataan.
Melihat sejarah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW beliau
melaksanakan politik kenegaraan mengirim dan menerima duta, memutuskan
perang dan membuat perjanjian dan musyawarah. Dalam saah satu bukunya Prof.
Ar-Rais ( diterjemahkan kedalam B.Indonesia oleh Prof. T. M.Hasbi Ash-
Shiddieqy ) menyatakan hal sebagai berikut. Orang mengakui bahwa semua taat
aturan yang Rosullulloh tegakan bersama para mukmin di madinah,apabila ditinjau
dari segi kenyataan dan dibandingkan dengan ukuran politik.dalam pada itu tidak
ada halangan untuk menyatakan bahwa aturan itu bercirikan agama.
Oleh karena itu, keterlibatan agama dalam percaturan politik itu
merupakan salah satu proses penting yang berjalan cepat dalam percaturan politik
di kalangan masyarakat-masyarakat transisional. Barangkali penting untuk di
kemukakan di sini tentang hakikat dua lembaga Islam yang disebutkan di atas.
Syari’ah, yang mengalami perkembangan selama berabad-abad, berdiri tegas
sebagai inti pemerintahan Islam tradisional, tetapi sekarang dengan cepat sedang
digeser kedudukannya oleh hukum sekuler. Sesuatu yang mencerminkan
kebangkitan gagasan-gagasan dan nilai-nilai Islam adalah munculnya partai
politik, dan semua partai politik berdiri dalam kondisi yang tidak menentu dan
tidak stabil. Pendek kata, bentuk-bentuk tradisional yang krusial dan stabil itu
punah atau sedang menuju ke arah kepunahan; sedangkan unsur-unsur neo-
tradisional berada dalam kondisi yang benar-benar ringkih.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis makalah kami ini dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai peran penting agama terhadap politik
1. Agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik bagaimana hubungan
antara agama dan politik ini tetap merupakan hubungan yang bersifat
intersectional yang berarti hubungan persinggungan antara agama dan politik,
Bahkan legitimasi agama tetap diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan negara.
2. Agama menjelaskan pada kita apa itu baik apa itu jahat dan bagaimana
melakukan tindakan baik dan apa saja tindakan jahat yang harus dihindari.
Agama mensugestikan setiap manusia untuk berbuat tindakan yang baik dan
tentunya agama menjelaskan akibat dari perbuatan baik dan hukuman dari
perbuatan jahat. Olehkarena itu banyak orang yang ingin melakukan tindakan
benar yang dijelaskan dalam Agama.
3. Setiap agama, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-
aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses
pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan
praktik-praktik politik. Sejarah indonesia mencatat bahwa keterlibatan agama
dalam politik sangat berpengaruh terhadap tatanan nilai kenegaraan.

E. TES FORMATIF
1. Yang dimaksud dengan politik
Jawaban : Politik adalah hal-hal yang berkenaan dengan tata Negara, urusan yang
mencakup siasat dalam pemerintahan Negara atau terhadap Negara lain

2. Sebutkan kontribusi agama dalam kehidupan berpolitik?


Jawaban : Agama sangat berpengaruh terhadap kehidupan politik bagaimana hubungan
antara agama dan politik ini tetap merupakan hubungan yang bersifat intersectional yang
berarti hubungan persinggungan antara agama dan politik, Bahkan legitimasi agama tetap
diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Safiie, Inu Kencana , Ilmu Politik , Jakarta; PT. Rieneka Cipta,1997 cet ke 1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta ;
Balai Pustaka, 1990
Budiardjo, Miriam, dasar-dasar ilmu politik jakarta, PT.Gramedia pustaka, 2010
Syafiie Inu Kencana, Ilmu Politik ,Jakarta; PT. Rieneka Cipta, 2010, edisi revisi
Donald Eugene, smith agama dan Modernisasi Politik, Jakarta: CV Rajawali, 1970

UNIT 10
Peran Agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa

 100 Menit

F. PENGANTAR

Persatuan merupakan suatu gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainy),


beberapa bagian yg sudah bersatu. Adapun rukun berarti baik, damai, tidak bertengkar.
Persatuan dan Kerukunan sangat di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat sebab
dengan terciptanya persatuan dan kerukunan dalam suatu Negara akan menjadikan
rakyat nyaman dan tentram dlm bekerja, menuntut ilmu, melakasanakan ajaran agama,
dan sebagainya. Dengan adanya persatuan dan kerukunan antarsesama hidup akan
terasa lebih damai. Capaian pembelajaran ini akan dicapai melalui pendekatan Student
Centre Learning dengan metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan
seminar. Bahan diskusi dapat diperoleh dari buku sumber yang telah
direkomendasikan oleh masing-masing dosen maupun referensi lain yang relevan.

TUJUAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini mahasiswa


mampu menjelaskan tentang peran agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa

G. BAHAN BACAAN

Pengertian Persatuan dan Kerukunan


a. Pengertian Persatuan
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, arti persatuan adalah gabungan
yang terdiri atas bagian yang telah bersatu. Umat islam, kususnya di Indonesia
hidup rukun dan damai, maka Insyaallah persatuan bangsa Indonesia akan dapat
terwujud.

b. Pengertian Kerukunan
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, kata dasar kerukunan adalah
rukun yang artinya hubungan persahabatan, damai dan tidak saling berselisih.
Oleh karena itu tugas pemimpin didalam pemerintah antara lain adalah berusaha
menciptakan kerukunan hidup beragama.
Dengan demikian persatuan dan kerukunan merupakan gabungan dari
berbagai macam unsur yang berbeda yang diikat menjadi satu ikatan yang
menyatu yang lebih mengutamakan aspek kesamaan dibandingkan perbedaan.
Dengan kata lain berbicara persatuan dan kerukunan berarti lebih
banyak berbicara kesamaan dan mengesampingkan perbedaan.
Persatuan dan kerukunan merupakan aspek penting kehidupan. Rasulullah
yang mampu menyatukan kaum anshar dan muhajirin yang memiliki latar
bekakang perbedaan baik secara sosial, politik, geografis maupun secara budaya.
Secara perbedaan itu beliau ikat dalam ikatan keimanan yang ternyata jauh lebih
kokoh dan abadi dibandingkan dengan ikatan-ikatan primordialisme (dasar) yang
lainnya. Bahkan jauh lebih kuat dibandingkan ikatan darah sekalipun. Ikatan
keimanan ini kemudian tumbuh menjadi ukhuwah islamiyah yang sebuah istilah
menunjukkan persaudaraan antara sesama muslim diseluruh dunia tanpa melihat
perbedaan warna kulit, bahasa, suku, bangsa dan kewarganegaraan.

F. Kesimpulan
Persatuan secara istilah artinya bentuk kecendrungan manusia yang di

wujud kan dalm bentuk kegiatan melakukan pengelompokan sesama manusia

menurut ikatan tertentu untuk mencapai tujuan. Kerukunan secara istilah artinya

satu tata pikiran atau sikap hidup yang menunjuk kan kesabaran atau kelapangan

dada menghadapi pikiran,pendapat.

DAFTAR PUSTAKA

http://elisaaprilianaanggraini.blogspot.com/2014/02/akhlak-terpuji-dan-
tercela.html
http://nnureka.blogspot.com/2013/10/makalah-pai-persatuan-dan-kerukunan.html

Anda mungkin juga menyukai