Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

KONSEP ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN SAINS

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam yang diampu oleh

Dosen Imam Machfudzi, S.Ag.,M.Fil.I

Disusun oleh:

Izzul Fikry 0114030045


Satria Yahya Rahmadianto 0114030055
Bagus Kurniawan 0114030060

JURUSAN TEKNIK BANGUNAN KAPAL

PRODI TEKNIK PERANCANGAN DAN KONSTRUKSI KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

SURABAYA

2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap
bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya.

Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul
Konsep Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Sains sebagai tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.

Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang konsep


Islam tentang ilmu pengetahuan dan sains yang kami mulai dari keutamaan orang
yang berilmu, pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber ilmu
pengetahuan, batasan iptek dalam Islam, integrasi iman, iptek dan amal , hakikat
dan tujuan ilmu menurut pandangan Islam, tanggung jawab ilmuwan terhadap
alam lingkungannya

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keutamaan orang yang berilmu ?


2. Bagaimana pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi ?
3. Dari mana sumber ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana batasan iptek dalam Islam ?
5. Bagaimana integrasi iman, iptek dan amal ?
6. Bagaimana hakikat dan tujuan ilmu menurut pandangan Islam ?
7. Bagaimana tanggung jawab ilmuwan terhadap alam lingkungannya ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu

2. Untuk mengetahui pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Untuk mengetahui sumber ilmu pengetahuan

4. Untuk mengetahui batasan iptek dalam islam

5. Untuk mengetahui integrasi iman, iptek dan amal

6. Untuk mengetahui hakikan dan tujuan ilmu menurut pandangan islam

7. Untuk menetahui tanggung jawab ilmuwan terhadap alam


lingkungannya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk satu-satunya yang secara potensial diberi


kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Penghargaan ini dapat dilihat
dari beberapa aspek:

1. Turunnya wahyu pertama (QS. Al-Alaq: 1-5), ayat yang dimulai dengan
perintah untuk membaca. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya
aktivitas membaca bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap
hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya.

2. Banyaknya ayat Al-qur‘an yang memerintahkan manusia untuk


menggunakan akal, pikiran dan pemahaman ( QS. Al-Baqarah: 44, QS.
Yaa siin: 68, QS. Al-An‘am: 50). Ini menandakan bahwa manusia yang
tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah manusia
yang tidak berharga

3. Allah SWT memandang rendah orang-orang yang tidak mau


menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan
binatang, bahkan lebih rendah dari itu ( QS. Al-A‘raf: 179).

4. Allah SWT memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu


dibandingkan orang-orang yang bodoh (QS.Az-Zumar: 9).

2.2 Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima
oleh akal.

Teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat
membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam semesta.

Menurut pandangan hidup Islam, terdapat dua obyek utama dari ilmu, yakni
Al-Qur‘an dan alam semesta. Dalam sebuah riwayat dari Ibn Mas‘ud ra.
Disebutkan:

“Sesungguhnya Kitab Suci Al-Qur‘an ini adalah jamuan Allah di bumi, maka
belajarlah dengan sepenuhnya dari Jamuan-Nya.”

Maka kitab suci Al-Qur‘an adalah undangan Allah ke suatu jamuan spiritual
di bumi dan kita di nasihati untuk ikut mengambil bagian dengan cara
mengambil ilmu sejati darinya.

Selain kitab suci al-Qur‘an. alam semesta juga merupakan obyek utama ilmu.
Alam adalah great book, kitab ciptaan Tuhan, dan karenanya alam harus
dipahami, dilihat, diamati dan diteliti dengan pandangan hidup Islam.

Cara pandang Islam yang di refleksikan oleh pandangan hidup Islam dapat di
lacak dari peristilahan yang di gunakan dalam Alquran dan hadits. Istilah ilmu
(‘ilm), ilmuwan (al ‘alim), dan alam (al ‘alam) merupakan derivasi dari akar
kata yang sama dengan moralitas manusia. Ini menunjukkan bahwa
memahami objek ilmu yang merupakan ciptaan Tuhan itu mesti
menggunakan etika dan moralitas.
Kaitan antara ilmu, ilmuwan, dan alam semesta dapat dengan mudah
dipahami karena ketiganya mempunyai indikasi-indikasi kuat. Korelasi
ketiganya bagi orang yang mau berpikir akan menunjukan tuhan adalah
penciptanya. Integralitas seperti yang digambarkan di atas berdampak
terhadap orientasi sains masyarakat muslim dann itu adalah sebagian dari
world view Islam yang dapat menjadi basis bagi lahirnya tradisi intelektual
Islam.

2.3 Sumber Ilmu Pengetahuan

 Akal

Ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan


(acquired knowledge), serta tingkat kebenarannya nisbi (relative)

 Wahyu

Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi (perennial


knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute)

Keduanya tidak boleh bertentangan

Al-Qur‘an menganggap ‘anfus’ (ego) dan ‘afak’ (dunia) sebagai sumber


pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin
dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat
luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin
merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan
inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi.
Sedangkan al-Qur‘an membimbing pengalaman lahir manusia kearah obyek
alam dan sejarah.

2.4 Batasan Iptek dalam Islam


Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan
melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan pada
rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang
ditolak, melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan
dalam menggunakan teknologi.

Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an


expression of human feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia.
Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil ekspresi jiwa tersebut
berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya
memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-
nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan
akal budi.

Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah, akhlak dan syariah,
senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas)
dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya,
seni yang bertentangan atau merusak akidah, syariat, dan akhlak tidak akan
diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni
untuk seni tidak dapat diterima dalam Islam.

Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan


pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal
dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya
tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi
di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar
sunnatullah (hukum alam hukum Allah). Seharusnya temuan-temuan baru di
bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri pada Allah, bukan
semakin angkuh dan menyombongkan diri.
Sumber pengembangan iptek dalam Islam adalah wahyu Allah. Iptek yang
Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak
dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu iptek dalam
pandangan Islam tidak bebas nilai.

2.5 Integrasi Iman, Ipteks dan Amal

Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat


tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu
Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di dalam sebuah
sistem ajaran yang disubut Dienul Islam.

Dalam QS.Al-Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang


integrasi antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan
antara iman, ilmu, dan amal atau akidah, syariah dan akhlak dengan
menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik.
Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran
Islam. Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan pohon
identik dengan teknologi dan seni.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan


menghasilkan amal saleh. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai
amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas nilai iman
dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi
kehidupan manusia.

2.6 Hakikat dan Tujuan Ilmu Menurut Pandangan Islam


Seorang pemikir Islam abad ini, Syed Muhammad Naquib al-Attas berani
mengatakan bahwa ―tantangan terbesar yang muncul secara diam-diam di
zaman kita adalah tantangan ilmu, sesungguhnya bukan sebagai lawan
kejahilan, tetapi ilmu yang difahami dan disebarkan ke seluruh dunia oleh
peradaban Barat.

Hakikat ilmu telah menjadi bermasalah karena ia telah kehilangan tujuan


hakikinya akibat dari pemahaman yang tidak adil. Ilmu yang seharusnya
menciptakan keadilan dan perdamaian, justru membawa kekacauan dalam
kehidupan manusia bahkan ilmu yang terkesan nyata justru menghasilkan
kekeliruan.

2.7 Tanggung Jawab Ilmuwan terhadap Alam Lingkungannya

Dua fungsi utama manusia di dunia

1. sebagai Abdullah (hamba Allah)

2. sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi

Esensi dari Abdullah adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada


kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari Khalifah adalah
tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.

Dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah yang
memiliki konsekwensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh
kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah
sebagai pencipta dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang
diberikan Sang pencipta kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan manusia menghamba kepada selain Allah, termasuk
menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia
kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Selanjutnya manusia adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi.
Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat
manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada
dasarnya, alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan
kemaslahatan manusia.

Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu


pengetahuan yang memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan
yang cukup (para ilmuwan atau para cendekiawan) yang sanggup menggali
dan memberdayakan sumber-sumber alam ini.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah
tangan manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka banyak yang menghianati
perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai
khalifah yang bertugas untuk menjaga, melestarikan alam ini. Justru
mengeksploitsi alam ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Kedua tugas dan fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya
keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang seharusnya
diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal tersebut dapat dilakukan
secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (insan kamil)
yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan
hidup dunia dan akhirat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai