Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam yang diampu oleh
Disusun oleh:
SURABAYA
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap
bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya.
Kami bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang kami beri judul
Konsep Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Sains sebagai tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika
makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami
butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Turunnya wahyu pertama (QS. Al-Alaq: 1-5), ayat yang dimulai dengan
perintah untuk membaca. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya
aktivitas membaca bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap
hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya.
Teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari
ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia, tetapi juga sebaliknya dapat
membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia yang berakibat kehancuran alam semesta.
Menurut pandangan hidup Islam, terdapat dua obyek utama dari ilmu, yakni
Al-Qur‘an dan alam semesta. Dalam sebuah riwayat dari Ibn Mas‘ud ra.
Disebutkan:
“Sesungguhnya Kitab Suci Al-Qur‘an ini adalah jamuan Allah di bumi, maka
belajarlah dengan sepenuhnya dari Jamuan-Nya.”
Maka kitab suci Al-Qur‘an adalah undangan Allah ke suatu jamuan spiritual
di bumi dan kita di nasihati untuk ikut mengambil bagian dengan cara
mengambil ilmu sejati darinya.
Selain kitab suci al-Qur‘an. alam semesta juga merupakan obyek utama ilmu.
Alam adalah great book, kitab ciptaan Tuhan, dan karenanya alam harus
dipahami, dilihat, diamati dan diteliti dengan pandangan hidup Islam.
Cara pandang Islam yang di refleksikan oleh pandangan hidup Islam dapat di
lacak dari peristilahan yang di gunakan dalam Alquran dan hadits. Istilah ilmu
(‘ilm), ilmuwan (al ‘alim), dan alam (al ‘alam) merupakan derivasi dari akar
kata yang sama dengan moralitas manusia. Ini menunjukkan bahwa
memahami objek ilmu yang merupakan ciptaan Tuhan itu mesti
menggunakan etika dan moralitas.
Kaitan antara ilmu, ilmuwan, dan alam semesta dapat dengan mudah
dipahami karena ketiganya mempunyai indikasi-indikasi kuat. Korelasi
ketiganya bagi orang yang mau berpikir akan menunjukan tuhan adalah
penciptanya. Integralitas seperti yang digambarkan di atas berdampak
terhadap orientasi sains masyarakat muslim dann itu adalah sebagian dari
world view Islam yang dapat menjadi basis bagi lahirnya tradisi intelektual
Islam.
Akal
Wahyu
Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah, akhlak dan syariah,
senantiasa mengukur segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas)
dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karenanya,
seni yang bertentangan atau merusak akidah, syariat, dan akhlak tidak akan
diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni
untuk seni tidak dapat diterima dalam Islam.
Dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah yang
memiliki konsekwensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh
kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah
sebagai pencipta dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang
diberikan Sang pencipta kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur
mengakibatkan manusia menghamba kepada selain Allah, termasuk
menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia
kepada sesama manusia termasuk kepada dirinya.
Selanjutnya manusia adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi.
Dalam posisi ini manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan alam dan lingkungannya tempat mereka tinggal. Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali sumber-sumber alam,
serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan umat
manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada
dasarnya, alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan
kemaslahatan manusia.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah
tangan manusia sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka banyak yang menghianati
perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai
khalifah yang bertugas untuk menjaga, melestarikan alam ini. Justru
mengeksploitsi alam ini untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kedua tugas dan fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya
keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang seharusnya
diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal tersebut dapat dilakukan
secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (insan kamil)
yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan
hidup dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran