Wb
“...Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Dalam Islam menuntut ilmu adalah bukti pengabdian kepada Allah SWT. Ilmu
adalah kunci untuk memahami petunjuk Allah SWT melalui tanda-tanda (ayat) yang
diberikan. Dengan kata lain, tidak sempurna ibadah seseorang jika tidak dibarengi
oleh ilmu. Sebab itulah menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib (fardu),
sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“Menuntut ilmu adalah wajib bagi kaum muslim laki-laki dan muslim perempuan.”
Jika demikian adanya, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak belajar.
Istilah wajib belajar dalam Islam tidak saja mengandung pengertian bahwa ilmu nitu
wajib dikejar, tetapi lebih dari itu kewajiban itu juga terkait dengan bentuk
pengabdian kepada Allah SWT Yang Maha Alim.
INTEGRASI IMAN, ILMU DAN AMAL
Bagi seorang Muslim, Iman adalah bagian terpenting dalam kehidupan dan
kesadaran beragamanya. Menurut Nurcholis Madjid, iman itu melahirkan tata
nilai bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyah), yaitu tata nilai yang
dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup manusia itu berasal dari tuhan dan menuju
kepada Tuhan (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un), “Sesungguhnya kita berasal
dari tuhan dan kita akan kembali kepada-Nya”. Maka Tuhan adalah asal dan
tujuan seluruh makhluk.
Iman itu terkait erat dengan amal. Sebab iman itu sifatnya abstrak dan hal itu
perlu direalisasikan dalam amal praktis agar iman itu dapat bernilai dan
bermanfaat. Dengan kata lain amal itu merupakan tuntutan langsung dari iman
yang spiritual. Tidak ada iman tanpa amal, dan demikian pula sia-sialah amal
tanpa iman.
Menurut Nurcholis Madjid, ciri utama masyarakat Islam masa lalu
adalah semangat keterbukaannya. Semangat keterbukaan itu,
menurutnya adalah wujud nyata rasa keadilan yang di emban umat
Islam sebagai “umat menegah” (umatan washatan) .
Dasar keimanan Islam itu memberi kemantapan dan keyakinan
kepada diri sendiri yang sungguh besar. Dengan dasar iman yang
tak tergoyahkan itu seorang muslim merasa mantap dan aman,
bebas dari rasa takut dan khawatir. Juga karena imannya, ia tidak
pernah menderita rasa rendah diri berhadapan dengan orang atau
bangsa lain, betapapun hebatnya orang atau bangsa lain itu.
PARADIGMA HUBUNGAN AGAMA DAN ILMU
PENGETAHUAN
Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sebenarnya merupakan kajian filsafat
ilmu yang bernama “epistemologi” atau teori tentang ilmu pengetahuan. Dalam islam,
pembicaraan mengenai hubungan agama (islam) dan ilmu pengetahuan menjadi salah
satu agenda utama dalam “Islamisasi” ilmu pengetahuan. “Ilmu perlu di-Islamisasikan”
penjelasan untuk hal ini paling tidak berkisar pada tiga hal.
1. Islam tidak mengenal pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum.
2. Pada kenyataan nya, di Barat telah terjadi pemisahan antara ilmu dan agama
sebagai akibat adanya sekularisasi segala bidang, termasuk pada sekularisasi ilmu
dan agama.
3. Akibat sekularisasi yang terjadi di dunia Barat berpengaruh luas pada kesadaran
mengenai konsep ilmu yang sekuler.
Di dunia Barat usaha untuk tidak memisahkan antara ilmu
dan agama juga dilakukan oleh mereka yang memiliki
kesadaran akan bahaya ilmu tanpa dibarengi oleh agama.
Albert Einsten, ilmuan jenius dan ternama
memperingatkan hal ini dengan mengatakan “Religion
without science is blind, science without religion is lame”
(Tanpa sains, agama menjadi buta, dan tanpa agama, sains
menjadi lumpuh).
Menurut Ismail Raji al-Faruqi, selama umat islam tidak mempunyai metodologi
sendiri, umat islam akan selalu berada dalam bahaya. Kesatuan pengetahuan
maksudnya pengetahuan harus menuju kepada kebenaran yang satu. Oleh karena
itu, langkah-langkah yang harus dilakukan menurut al-Faruqi sebagaimana di kutip
oleh Khudori Soleh.
Kesatuan (Keesaan) Tuhan, bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, yang
menciptakan dan memelihara alam semesta.
Kesatuan ciptaan, bahwa semua yang ada di dalam semesta ini, baik yang fisik
materil maupun yang non-fisik atau non-materil, adalah kesatuan yang
integral.
Kesatuan kebenaran dan pengetahuan.
Kesatuan hidup.
Kesatuan manusia.
Tujuan dari Islamisasi ilmu adalah untuk merespon ilmu pengetahuan modern yang
sekularistik dan Islam yang terlalu religius, dan distukan dalam model yang utuh dan
integral tanpa ada pemisahan antara keduanya. Caranya adalah dengan melakukan
langkah-langkah berikut :
Penguasaan terhadap disiplin-disiplin modern
Penguasaan terhadap khazanah atau warisan keilmuan Islam.
Penerapan ajaran-ajaran tertentu dalam Islam yang relevan ke setiap wilayah
ilmu pengetahuan modern
Pencarian jalan bagi sintesa kreatif antara khazanah atau tradisi Islam dengan
ilmu pengetahuan modern.
Peluncuran pemikiran islam pada jalur yang memandu pemikiran tersebut ke
arah pemenuhan kehendak Ilahiyah.
Kemuliaan orang Berilmu