PENDAHULUAN
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Gramedia, 2000), 95
3
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.
Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).” (An-Nahl: 12)
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-
kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan
yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan
sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ra‟d: 4)
2
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: Unit
Pengadaan Buku-Buku Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984), hlm.1037.
4
muslim (ulama/mujtahid) atas persoalan-persoalan duniawi dengan sumber
kepada wahyu Allah SWT3
3
A.Qadri Azizy, Pengembangan Ilmu-Ilmu Keislaman, (Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi
Agama Islam Departemen Agama RI, 2003), hlm. 13.
4
Al-Qur‟ān surat al-„Alaq : 96 : 1.
5
pemiliknya dan merupakan beban bawaan yang tidak berat, bahkan
akan semakin bertambah bila diberikan dan diamalkan, serta merupakan
amalan yang akan tetap mengalir pahalanya meskipun telah wafat. 11
Suriasumantri, Filsafat Ilmu, h. 366-368. Dedi Yuisman 187 Nur El-
Islam, Volume 5, Nomor 2, Oktober 2018
c. Pondasi utama sebelum berkata dan beramal Ilmu memiliki kedudukan
yang penting dalam agama Islam, oleh karena itu ahli sunnah wal
jama‟ah menjadikan ilmu sebagai pondasi utama sebelum berkata-kata
dan beramal sebagaimana disebutkan oleh Imam dalam Shahihnya
dalam Bab ilmu sebelum berkata dan beramal. Berdasarkan firman
Allah Swt
6
juga keterbatasan kemampuan manusia untuk memahami
keseluruhannya dengan sempurna. Dan pendidikan al-qur‟an juga
memiliki pengaruh yang dahsyat apabila dipahami dengan tepat dan
diikuti dan diterapkan secara utuh dan benar. Karenanya menjadikan al-
Qur‟an sebagi sumber bagi pendidikan Islam adalah keharusan bagi
umat islam (Abdurrahman An Nahlawi,1983,28)
2. As-Sunnah
Al-Qur‟an sebagai dasar hukum pertama ditetepkan langsung oleh
Allah dalam surat Al-Ma‟idah ayat 49- 50 dan ayat-ayat lainnya.
Demikian pula dengan As-Sunnah sebagai sumber hukum kedua. (Beni
Ahmad Saebani, 2007:79). Istilah-istilah yang sering digunakan dalam
pembahasan As-Sunnah adalah Al-Hadis, Khabar, dan Atsar. As-
Sunnah berarti lawan dari bid‟ah. Barang siapa mengerjakan amalan
agama tanpa didasari oleh tradisi atau tata cara agama maka ia
mengada-ada. As-sunnah didefenisikan sebagai sesuatu yang
didapatkan dari Nabi Muhammad s.a.w. yang terdiri dari ucapan,
perbuatan,persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada
masa sebelum kenabian ataupun sesudahnya. Didalam dunia
pendidikan, As-Sunnah memiliki dua manfaat pokok. Manfaat pertama,
As-sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan
islam sesuai dengan konsep Al-Qur‟an, serta lebih merinci penjelasan
Al-Qur‟an. Kedua, As-Sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam
penentuan metode pendidikan (H. Ahmad,2005,17). Telah kita ketahui
bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw salah satunya untuk
memeperbaiki moral atau akhlak manusia, sebagaimana sabdanya
7
a) Ilmu Ditinjau Secara Ontologi
Secara bahasa, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
adalah “Ontos” dan “Logos”. Ontos adalah “yang ada” sedangkan Logos
adalah “ilmu”. Sederhananya, ontologi merupakan ilmu yang berbicara
tentang yang ada. Secara istilah, ontologi adalah cabang dari ilmu filsafat
yang berhubungan dengan hakikat hidup tentang suatu keberadaan yang
meliputi keberadaan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Ontologi kerap kali diidentikkan dengan metafisika. Ontologi merupakan
cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat apa yang terjadi.
Ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam filsafat, dimana
membahas tentang realitas atau kenyataan. Pada dasarnya ontologi
berbicara asas-asas rasional dari yang ada atau disebut suatu kajian
mengenai teori tentang “ada”, karena membahas apa yang ingin diketahui
dan seberapa jauh keingintahuan tersebut. Contohnya objek yang berbicara
tentang ruh, sifat dan wujud Tuhan
b) Ilmu Ditinjau Secara Epistemologi
Secara bahasa, epistemologi berasal dari Bahasa Yunani yang asal katanya
Episteme artinya “pengetahuan” dan Logos artinya “ilmu”. Secara istilah,
epistemologi adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang sumber
pengetahuan, metode, struktur, dan benar tidaknya suatu pengetahuan
tersebut.Epistemologi diartikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan
dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasarnya, serta penegasan bahwa
seseorang memiliki pengetahuan. Azyumardi Azra menambahkan bahwa
epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian,
struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.
c) Ilmu Ditinjau Secara Aksiologi
Salah satu cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya disebut aksiologi. Aksiologi mencoba untuk
mencapai hakikat dan manfaat yang ada dalam suatu pengetahuan.
8
Diketahui bahwa salah satu manfaat dari ilmu pengetahuan yaitu untuk
memberikan kemaslahatan dan kemudahan bagi kehidupan manusia. hal
ini yang menjadikan aksiologis memilih peran sangat penting dalam suatu
proses pengembangan ilmu pengetahuan karena ketika suatu cabang ilmu
tidak memiliki nilai aksiologis akan lebih cenderung mendatangkan
kemudharatan bagi kehidupan manusia bahkan tidak menutup
kemungkinan juga ilmu yang bersangkutan dapat mengancam kehidupan
sosial dan keseimbangan alam.18 Aksiologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu axion yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu. Sederhananya
aksiologi adalah ilmu tentang nilai. Aksiologis dasarnya berbicara tentang
hubungan ilmu dengan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu
terikat nilai. Karena berhubungan dengan nilai maka aksiologi
berhubungan dengan baik dan buruk, berhubungan dengan layak atau
pantas, tidak layak atau tidak pantas. Ketika para ilmuwan dulu ingin
membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka sebenarnya dia harus atau
telah melakukan uji aksiologis. Contohnya apa gunanya ilmu Manajemen
Pendidikan Islam yaitu kajian-kajian aksiologi yang membahas itu. Jadi
pada intinya kajian aksiologi itu membahas tentang layak atau tidaknya
sebuah ilmu pengetahuan, pantas atau tidaknya ilmu pengetahuan itu
dikembangkan. Kemudian aksiologi ini juga yang melakukan pengereman
jika ada ilmu pengetahuan tertentu yang memang tingkat
perkembangannya begitu cepat, sehingga pada akhirnya nanti akan
mendehumanisasi atau membuang nilai-nilai yang dipegang kuat oleh
umat manusia.
9
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan telah menjadi bagian penting bagi kehidupan sosial masyarakat.
Ilmu pengetahuan dapat menjadi tolok ukur untuk melihat maju atau mundurnya
suatu bangsa. Suatu bangsa yang memiliki tingkat ilmu pengetahuan yang
sempurna maka semakin modern juga kehidupan masyarakatnya. Sebaliknya, jika
ilmu pengetahuannya rendah maka kualitas masyarakat di suatu bangsanya juga
rendah. Hal tersebut yang menjadi ilmu. pengetahuan sangat penting dan
berpengaruh di suatu bangsa dan menjadikan masyarakatnya bersungguh-sungguh
untuk mempelajari ilmu pengetahuan
Pada dasarnya pada ahli filsafat membagi studi filsafat ilmu pengetahuan menjadi
3 (tiga) aspek yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dalam pembahasannya
ontologi fokus pada hakikat dari suatu ilmu pengetahuan. Ontologi mencoba
membuktikan dan menelaah bahwa suatu ilmu pengetahuan tersebut benar dapat
dibuktikan kebenarannya. Selanjutnya epistemologi dalam pembahasannya fokus
pada pentingnya cara atau metodologi ilmu pengetahuan tersebut. Jadi ketika ilmu
pengetahuan disoroti melalui epistemologi maka pembahasannya terarah pada
bagaimana sumber yang dipakai oleh para ilmuwan di dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan metodenya seperti apa. Kemudian aksiologi, dimana
pembahasan aksiologi fokus pada manfaat atau nilai guna dari ilmu pengetahuan
tersebut. Pada intinya kajian aksiologi itu membahas tentang layak atau tidaknya
sebuah ilmu pengetahuan dikembangkan. Dari paparan tersebut, sederhananya
bahwa ontologi berbicara tentang eksistensinya, epistemologi berbicara tentang
perkembangannya, dan aksiologi berbicara tentang nilainya.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://dalamislam.com/sejarah-islam/islam-dan-ilmu-pengetahuan
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/download/232/223/
https://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/riayah/article/view/1504
11