Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL III

MINGGU , 4 JUNI 2023


“ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM“
UNIVERSITAS TERBUKA POKJAR KAB.TEMANGGUNG
TUTOR : HERRY SETYOWIBOWO, S.Ag.,M.S.I.
MKDU4221

NAMA : GURUH HERMAWAN RUDIANTO


NIM : 044873425
FAKULTAS/PRODI : FHISIP/ ILMU HUKUM
KELAS : HUKUM 8B

SOAL

1. Bagaiamana Pandangan Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi ? Jelaskan


2. Apakah yang dimaksud dengan budaya akademik dalam Islam ? Jelaskan
3. Bagaiamana Pemahaman Islam tentang politik ? Jelaskan
4. Apakah yang dimaksud dengan Fitroh, Syibghoh dan Hanif ? Jelaskan
JAWABAN

1. PANDANGAN ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKHNOLOGI


a. ILMU PENGETAHUAN
Islam sebagai landasan Ilmu Pengetahuan. Menurut konsep umum (Barat) ilmu (knowledge)
adalah pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu yang dapat di indera oleh potensi
manusia (penglihatan, pendengaran, pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau
proses berpikir (logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan
formula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Alquran keduanya disebut "ilmu".
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada
pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan
dalam lauhil mahfudz" yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah.
Perhatikan penjelasan Alquran surat Al-Buruuj (85): 21-22;
Artinya:
"Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia." (21). Yang (tersimpan) dalam
Lauhil Mahfudz." (22).
Keterangan Alquran di atas mengisyaratkan, bahwa ilmu Allah itu melingkupi ilmu manusia
tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita
pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia
(knowledge and science).
Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada hakikatnya akan memahami ilmu
Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung dalam kalam Allah.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul amanah sebagai khalifah Allah di bumi
yang pada dasarnya ditugaskan untuk mengurus, memelihara, mengembangkan, mengambil
manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
Q.S. Al-Ahzab (33): 73.
©
Artinya:
"Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan: Dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Untuk melaksanakan tugas ini, maka Allah SWT membekali manusia dengan potensi-potensi
seperti pendengaran, penglihatan, perasaan (qalbu), pengertian (akal). keyakinan (iman), dan
keinginan. Q.S. Ali Imran (3): 14:
Artinya:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkannya
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah tempat
kembali yang baik (surga)".
b. TEKNOLOGI
Menelusuri pandangan Al-quran tentang teknologi, mengundang kita menengok sekian banyak
ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya. Menurut Sebagian ulama, terdapat sekitar 750
ayat Al-quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan
manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang Al-
quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia...

)
Artinya:
Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya
(sebagai anugerah) dari Nya Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah 45: 13.
Penundukan tersebut secara potensial-terlaksana melalui hukum-hukum alam yang ditetapkan
Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Al- quran menjelaskan
sebagai dari ciri tersebut, antara lain sebagai berikut:
1) Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya
‫ده ش ء ل‬ ‫ب د‬
Wa kullu syai-in indahu bimiqdaarin
Artinya:
Segala sesuatu di sisi-nya memiliki ukuran (QS. Al-Ra'd 13:8)
Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau subur
atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-
hukumnya. Demikian antara lain dijelaskan oleh Al-Qur'an surat Yassin ayat 38 dan Al-
A'laa ayat 2-3.
2) Semua yang ada di alam raya ini tunduk kepada-Nya Hanyalah kepada Allah-lah tunduk
segala yang di langit dan di bumi secara sukarela atau terpaksa (Al-quran Al-Ra'd 13:15).
3) Benda-benda alam-apalagi yang tidak bernyawa-tidak diberi kemampuan memilih, tetapi
sepenuhnya tunduk kepada Allah melalui hukum-hukum-Nya. Dijelaskan dalam Al-quran
surat Fushishilat ayat 11.
Dari kedua catatan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di samping
harus mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan bahwa manusia adalah
khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini. Kalaulah alat atau mesin
dijadikan sebagai gambaran konkret teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi
merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan pisau sebagai alat
pemotong. Alat ini menjadi perpanjangan tangannya. Alat tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi
tunduknya budak belian. Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak
alat sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling dan sebagainya, semuanya berkembang.
Khususnya ketika mesin tidak lagi menggunakan sumber energi manusia atau binatang,
melainkan air, uap, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya adalah mesin. Kini
pesawat udara tidak lagi menjadi perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan
organ baru manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu
terbang? Tetapi dengan pesawat ia bagaikan memiliki sayap. Alat atau mesin tidak lagi menjadi
budak, tetapi telah menjadi kawan manusia.
2. BUDAYA AKADEMIK DALAM ISLAM
 Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang
dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana
adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama,
tentang penghargaan Al-quran terhadap orang- orang yang berilmu, di antaranya adalah:
a. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
b. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu
pengetahuan.
c. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu.
d. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT.
 Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang
dijelaskan Al-quran adalah bahwa:
a. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga
dengan amal shalih.
b. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan ilmu.
c. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang selalu mengingat
Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan
ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap
setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan
dan diikutinya.
 Budaya akademik dalam Islam mengacu pada pandangan, nilai-nilai, praktik, dan tradisi
intelektual yang berkaitan dengan pendidikan, pengetahuan, dan kegiatan intelektual dalam
masyarakat Muslim. Budaya akademik Islam melibatkan penghargaan terhadap ilmu
pengetahuan, penelitian, pemikiran kritis, diskusi, dan pengembangan intelektual. Pendidikan
dan pencarian ilmu pengetahuan sangat dihargai dalam budaya akademik Islam. Islam
mendorong setiap Muslim untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mencari ilmu
pengetahuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah. Dalam tradisi Islam, para ulama dan
cendekiawan dihormati karena pengetahuan dan kebijaksanaan mereka. Pengetahuan dianggap
sebagai cahaya yang diberikan oleh Allah, dan oleh karena itu, umat Muslim dihimbau untuk
mengejar pengetahuan dalam berbagai bidang.Budaya akademik Islam juga menekankan
pentingnya pemikiran kritis dan diskusi terbuka. Islam mendorong umatnya untuk berpikir
secara rasional, menganalisis informasi dengan cermat, dan mengajukan pertanyaan. Diskusi
dan debat intelektual dilihat sebagai cara untuk memperdalam pemahaman dan mencapai
kebenaran yang lebih baik. Hal ini tercermin dalam tradisi ilmiah dan filosofis Islam, di mana
para cendekiawan Muslim seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rushd secara aktif terlibat
dalam diskusi dan perdebatan. Selain itu, budaya akademik Islam juga mendorong penelitian
dan inovasi. Sejarah Islam mencatat banyak penemuan dan kontribusi ilmiah yang dilakukan
oleh para ilmuwan Muslim pada masa lalu. Muslim memiliki tradisi ilmiah yang kuat dalam
bidang seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Budaya akademik Islam
mendorong eksplorasi, pengembangan, dan aplikasi pengetahuan untuk memajukan masyarakat
dan kesejahteraan umat manusia.

3. PEMAHAMAN ISLAM TENTANG POLITIK


Politik dan agama dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa keduanya, yaitu politik dan agama sama-
sama berkaitan dengan bagaimana mengelola suatu urusan. Dalam politik urusan itu adalah terfokus
kepada kekuasaan dan hubungan dengan sesama warga masyarakat. Sementara agama menjangkau
lebih luas daripada urusan dalam politik. Kontribusi agama dalam kehidupan politik, maka hal yang
harus terlebih dahulu dipahami adalah pengertian agama sebagai seperangkat aturan atau ajaran.
Hal ini harus ditegaskan supaya pembahasan kita tidak melebar ke mana-mana. Karena seperangkat
ajaran maka kontribusinya dalam bidang kekuasaan politik pun harus kita lihat dalam konteks
normatif yaitu sebagai sebuah konsep atau aturan. Maka secara sederhana pembahasan kita dapat
dimulai dari menjelaskan tentang konsep-konsep yang ditawarkan oleh Islam (Al-quran) dalam
bidang kekuasaan politik, untuk menjadi panduan atau petunjuk bagi setiap muslim yang ingin
berkiprah dalam bidang politik. Kita percaya bahwa boleh jadi konsep-konsep politik tersebut
nantinya juga akan ada kesamaan dengan konsep yang berasal dari sumber lainnya. Dan hal tersebut
wajar karena ini memang menyangkut masalah yang bersifat universal. Untuk memudahkan
pembahasan maka kontribusi ajaran Islam dalam kekuasaan politik akan dibagi menjadi dua
macam; pertama, Menjelaskan tentang prinsip-prinsip dasar kekuasaan politik, dan kedua
menjelaskan tentang kriteria atau sosok ideal seseorang yang memegang kekuasaan politik. Mari
kita mulai untuk melihat ajaran Al-quran tentang masalah politik yang terekam dalam beberapa
ayat. Meskipun ayat yang berbicara tentang prinsip- prinsip kekuasaan politik cukup banyak, namun
yang secara langsung berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar kekuasaan politik ada dijelaskan dalam
dua ayat;
Surat AnNisaa'/4: 58-59
‫ان‬ ‫ال نها ن‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ا د اأ ل‬ ‫ن‬
‫أ‬ ‫ن ا‬ ‫ا‬ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ه ان‬
‫ا‬ ‫ن ا‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا أ‬ ‫ا ا‬
‫أ‬ ‫ن ا‬ ‫أ‬ ‫ا ن‬ ‫ا‬ ‫ال ه‬ ‫ل د‬
‫ن‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ا ن ن‬ ‫أ‬
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (58). Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya .
Dari dua ayat di atas para ulama kemudian merumuskan tentang konsep politik yang diajarkan oleh
Islam (Al-quran). Konsep tersebut meliputi empat macam:
1) Kewajiban untuk menunaikan amanah.
2) Perintah untuk menetapkan hukum dengan adil.
3) Perintah taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri.
4) Perintah untuk kembali kepada Al-quran dan as-Sunnah.

4. PENGERTIAN FITROH, SYIBGHOH DAN HANIF


a. Fitrah
Fitrah terkait dengan agama Islam. Ini ketika fitrah dipandang dalam
‫شهد‬ ‫شهد اله ل ال‬ ‫ )أ‬fitrat ini pengertian Dalam hubungannya ‫ل اله‬ ‫حد‬
(dengan Syahadat merupakan kemampuan yang telah Allah ciptakan dalam diri manusia untuk
mengenal Allah. Inilah bentuk alami yang dengannya seorang anak tercipta dalam rahim
ibunya, sehingga dia mampu menerima agama yang hak.
Bahwa fitrah merujuk kepada agama Islam lebih jauh ditegaskan dalam Al-quran surat Ar-
Ruum (30):
‫ن‬ ‫ق اب‬ ‫ل‬ ‫ل ا‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫النا‬
‫ا‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫النا‬ ‫ن‬ ‫أ‬
‫ل‬ ( ‫ل ل‬ ‫ا ال ذ‬
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Karena fitrah Allah
dimasukkan dalam jiwa manusia, maka manusia terlahir dalam keadaan di mana tauhid menyatu
dengan fitrah. Karena tauhid menyatu pada: fitrah manusia, maka para nabi datang untuk
mengingatkan manusia kepada fitrahnya.dan untuk membimbingnya kepada tauhid yang
menyatu dengan sifat dasarnya. Ayat tersebut menggambarkan suatu fitrah dari agama yang
telah ditanamkan oleh Allah dalam sifat dasar manusia. Ayat ini mengisyaratkan pesan
kepasrahan esensial dalam Islam pada kehendak Allah yang telah diajarkan dan dilaksanakan
oleh semua nabi
b. Syibghah
Ungkapan lain untuk menunjuk arti agama tersebut adalah al-Shibghah, Allah berfirman dalam
surat Al-Baqarah/2: 138.
‫ن‬ ‫له ن‬ ‫ل ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫*أ ن‬
Artinya: “Shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? Dan
hanya kepada-Nya-lah kami menyembah” Lafal shibghah dalam ayat di atas juga mengikuti
pola fi lah. Di antara derivatnya adalah al-Shabgh, al-Shabbagh, yang berarti sejenis pencelupan
warna. (al-talwin). Yang dimaksud shibghat Allah adalah pemberian warna dengan cara
pencelupan yang dilakukan oleh Allah. Sedangkan pemberian warna yang pertama kali
dilakukan Allah terhadap manusia adalah pemberian warna fitrah beragama. Ia merupakan
warna tauhid yang diberikan oleh Allah saat manusia pertama kali diciptakan.
c. Hanif
Ungkapan lain yang digunakan Al-quran untuk maksud tersebut adalah al-hanif seperti dalam
firman Allah: Surat Ali Imran (3): 67.
‫ن ا ا‬ ‫ا ن‬ ‫اا‬ ‫ن ا ن ا ل‬ ‫دا‬ ‫ا‬
‫ ن ا ا‬. ‫ال ش‬
Artinya: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia
adalah seorang yang hinis[201] lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia
Termasuk golongan orang-orang musyrik.” Secara etimologis al-hanif berarti "condong dari
kesesatan kepada istiqamah" bentuk jaraknya adalah hunafa. Kemudian arti tersebut
berkembang menjadi "Orang yang condong kepada kebenaran, kepada Allah, kepada tauhid.
Dengan begitu al-hanafiyyat merupakan kumpulan kecenderungan yang terdapat dalam fitrah
manusia. Artinya, fitrah manusia merupakan himpunan dari kecenderungan-kecenderungan
kepada kebenaran dan kepada (agama) Allah

Anda mungkin juga menyukai