Di susun oleh :
NIM : 23234076
Dosen pengampu :
2023/2024
Pembahasan
(1) pengetahuan/knowledge
(2) sistematis
(3) menggunakan pemikiran
(4) dapat dikontrol secara kritis (objektif)”.
Secara garis besar objek ilmu itu tebagi dua yakni objek material dan objek forma.
Objek material ilmu adalah yang membedakan antara satu bidang ilmu dengan
yang lainnya. Sedangkan objek forma sdalah proses yang dilalui untuk
mendapatkan sebuah ilmu. Berkaitan dengan ini seorang ilmuan biasanya
menggunakan tiga landasan pokok yaitu: “pertama, antologi yakni yang berkaitan
dengan pertanyaan apa. Kedua, epistemology yakni yang berkaitan dengan
pertanyaan bagaimana. Ketiga, aksiologi yakni berkaitan dengan pertanyaan
untuk apa”. (Suriasumantri, 1986: 105)
b. Teknologi
Teknologi adalah penerapan dari ilmu sebagai alat perpanjangan tangan bagi
manusia dalam mencapai maksudnya. Ilmu mengemukakan sejumlah prinsip,
kaidah, dan teori yang diangkat dari hasil pengamatan serta
Selain kedua klasifikasi tersebut, ilmu dalam Islam juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan objeknya.
● Ayat Al-Qur'an
"Dan Allah telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah ayat 11)
● Hadits Nabi Muhammad SAW
"Tuntutlah ilmu, meskipun di negeri China." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, baik ilmu syar'i maupun ilmu
aqliyah. Ilmu syar'i bermanfaat untuk memahami ajaran Islam da
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu aqliyah bermanfaat untuk
memahami alam semesta dan memanfaatkannya untuk kebaikan.
Orang yang berilmu memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Mereka akan
dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Mereka juga akan
mendapat kemudahan dalam urusannya, memiliki pengaruh yang besar di
masyarakat, dan menjadi teladan bagi orang lain.
Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105 dan Al-Hijr
[15] ayat 9 sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin Latif dalam
tulisannya Fakta dan Data Al Quran (1391 H). Pertama, Kitab Suci Al-Quran
adalah benar-benar Wahyu Ilahi yang diwahyukan-Nya kepada Nabi/Utusan-Nya,
Muhammad SAW. Kedua, Kitab Suci Al-Quran itu berisi kebenaran mutlak dari
Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.
"Bacalah (ya Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang
amat pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan pena. Yang mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al Alaq [96]: 1-5)
Mushaf Al-Quran yang ada sekarang tidak berbeda dari yang dibaca oleh Nabi
Muhammad dan para sahabatnya. Susunan 114 surat dan 6.000 ayat Al-Quran
diberi tahu Malaikat Jibril yang datang setiap Ramadan kepada Nabi Muhammad
dan Nabi memberi tahu para sahabat yang ditugaskan sebagai penulis wahyu.
Mushaf Al-Quran dicetak di berbagai negara sesuai naskah induk (Mushaf Al-
Imam) di masa pemerintahan Khalifah III Utsman Ibnu Affan (644 656 M). Copi
asli naskah induk dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah serta satu copi
dipegang Khalifah Utsman di ibukota Madinah. Naskah induk Mushaf Al-Quran
kini tersimpan di Museum Istambul Turki. Seni baca Al-Quran dengan tanda baca
dan qiraat-nya, terjemahan dan tafsirnya, menjadi ilmu tersendiri di dunia Islam.
o Kemanusiaan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang bermanfaat bagi umat
manusia. IPTEK harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
baik secara fisik maupun spiritual.
o Keadilan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang adil dan tidak diskriminatif.
IPTEK harus dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang ras, agama, atau
status sosial.
o Kelestarian
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang berkelanjutan. IPTEK harus
digunakan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan alam semesta.
o Kesejahteraan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. IPTEK harus digunakan untuk menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan.
b. Tanggung jawab terhadap penerapan IPTEK
Ilmuwan muslim juga memiliki tanggung jawab untuk menerapkan IPTEK secara
bertanggung jawab. Penerapan IPTEK harus dilakukan dengan tujuan untuk
kemaslahatan umat manusia.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan IPTEK yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam:
o Pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi pertanian yang dapat
meningkatkan produksi pangan, seperti teknologi irigasi, pemupukan, dan
pestisida. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengurangi kelaparan dan
meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
o Pengembangan teknologi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi kesehatan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, seperti teknologi vaksin, obat-
obatan, dan alat kesehatan. Teknologi ini dapat digunakan untuk mencegah
penyakit, mengobati penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
o Pengembangan teknologi pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, seperti teknologi pembelajaran daring,
teknologi e-learning, dan teknologi augmented reality. Teknologi ini dapat
digunakan untuk meningkatkan akses pendidikan dan kualitas pembelajaran
masyarakat.
o Pengembangan teknologi energi untuk mengurangi ketergantungan pada
energi fosil
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi energi yang dapat mengurangi
ketergantungan pada energi fosil, seperti teknologi energi matahari, energi angin,
dan energi air. Teknologi ini dapat digunakan untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
o Pengembangan teknologi transportasi untuk meningkatkan mobilitas
masyarakat
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi transportasi yang dapat
meningkatkan mobilitas masyarakat, seperti teknologi mobil listrik, teknologi
transportasi umum, dan teknologi transportasi pintar. Teknologi ini dapat
digunakan untuk mengurangi polusi udara dan meningkatkan efisiensi transportasi
masyarakat.
Ada sementara kalangan berpandangan bahwa seni tidak ada kaitannya dengan agama
dan sebaliknya, agam tidak ada kaitannya sama sekali dengan kesenian. Keduanya
salingterpisah dan berdiri sendiri. Kedua golongan ini pun sebenarnya tanpa disadari
sudah terjebak ke dalam faham sekuler (sekularisme). Pandangan semacam ini
agaknya terlalu simpel dan merupakan kesimpulan yang gegabah. Anggapan bahwa
seni tidak ada kaitanya dengan agama dapat diduga muncul karena terbatasnya
pengetahuan tentang agama maksudnya Islam. Dan anggapan sebaliknya bahwa
agama (Islam) tidak ada kaitannya dengan seni dapat pula diduga muncul karena
kedangkalan pemahamannya tentang Islam sekaligus keterbatasan wawasan tentang
seni itu sendiri.
Sesungguhnya Allah itu maha Indah, dan menyukai keindahan. Kesombongan itu
adalah menantang kebenaran dan meremehkan orang lain”. (H.R. Muslim) Nabi juga
menyenangi keindahan suara seseorang dan mengumandangan ayat-ayat Al-Quran
sebagaimana seadanya:
“Dari al-Barra bin „Azib, katanya Rasulullah SAW bersabda: “Hiaslah Al-Quran itu
dengan suaramu (yang indah)”” (H.R. Abu Dawud)
Berdasarkan Hadis inilah ulama membolehkan Al-Quran itu dibaca dengan suara serta
lagu yang indah yang sesuai dengan kesucian dan keagungan Al-Quran itu sendiri.
Maka keindahan lagi Al-Quran termasuk ke dalam khazanah seni budaya Islam yang
dipertahankan sampai hari ini. Bahkan perkembangan seni baca Al-Quran itu sangat
pesat dan kaya dengan jenis lagu (nagam)nya. Salah satu keistimewaan lagu Al-Quran
ialah ketepatan penerapan nada yang meskipun tidak menggunakan penoman not-not
blok pada lazimnya dalam seni suara. Lagu-lagu itu antara lain adalah lagu-lagu
bayyati, shabah, Hijaz, nahawand, rast, sikka, dan jiharkah. Tidak terhitung pula
banyaknya variasi yang menyertai masing-masing jenis lagu tersebut. Al-Quran yang
dibaca dengan suara dan lagu yang indah selain melahirkan getaran ke dalam hati
pendengarannya untuk mendekatkan kepada Tuhan. Dapat pula berfungsi sebagai
media dakwah, seperti diungkapkan oleh Al-Faruqi (1999: 195), walau umat Islam
tidak pernah menganggapnya sebagai music, lagu Al-Quran adalah jenis handasah al-
shawt (arsitektur suara) yang terdengar hampir setiap konteks, dengan segala macam
hadirin, di setiapsudut, dunia. Bahkan ia merupakan pengalaman suara yang tidak bisa
dihindari bagi non muslim yang tinggal di daerah yang cukup banyak penduduknya
beragama Islam. Dari situ pula berkembangnya berbagai jenis qasidah yang pada
mulanya berasal dari puji-pujian atau sanjungan kepada Nabi Muhammad sebagai
ungpan rasa cinta umat Islam kepada Rasulnya. Semuanya merupakan bagian dari
khazanah kekayaan seni Islam, seni yang lahir dan berkembang karena diilhami oleh
ajaran Islam.
Selain itu, di dunia Islam juga dikenal arsitektur yang terdapat dalam bentuk
bangunan rumah-rumah ibadah seperti masjid dan seni lukis yang biasanya dalam
bentuk kaligrafi Al-Quran yang amat mengagumkan.
Berikut adalah beberapa contoh seni Islami:
1) Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan.
4) Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik air, angina,
tumbuhan, dan hewan.
pertanggungjawabannya kelak.
Lima hal pokok di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia sarat ide, ingin
selalu berbuat dan berkarya, ketiga bentuk itu merupakan bagian dari kebudayaan.
Selanjutnya prinsip-prinsip kebudayaan antara lain:
5. Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam merupakan
cita tertinggi dari kebudayaan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam Islam. Al-Qur'an dan Hadits banyak menganjurkan umat Islam untuk menuntut
ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Dalam Islam, IPTEK harus
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. IPTEK tidak
boleh digunakan untuk tujuan-tujuan yang merugikan umat manusia, seperti untuk
merusak lingkungan, membahayakan manusia, atau bertentangan dengan ajaran
agama.
Ilmuwan muslim memiliki tanggung jawab yang besar terhadap IPTEK. Mereka harus
mengembangkan IPTEK secara bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
Kesimpulan
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, vol. 15
(Ciputat: Lentera Hati, 2000).
A.M. Saefuddin, Islam dan Ilmu Pengetahuan: Reaktualisasi Pemikiran Islam Kontemporer
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005).