Anda di halaman 1dari 15

Makalah

“IPTEK Dalam Islam”

MKU Pendidikan Agama Islam

Di susun oleh :

Nisa Gusri Hafizah

NIM : 23234076

Dosen pengampu :

OKTARI KANUS, S.Th.I, M.Ag

PRODI PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI

DEPARTEMEN ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023/2024
Pembahasan

A. Konsep IPTEK dalam islam


1. Pengertian Iptek
a. Ilmu pengetahuan
pengetahuan atau studi yang teratur tentang pekerjaan hukum umum, sebab
akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya sama baik dilihat dari
kedudukannya maupun hubungannya.(Moh.Hatta)

Menurur Soekarto (200: 6), “ciri-ciri ilmu pengetahuan itu adalah

(1) pengetahuan/knowledge

(2) sistematis
(3) menggunakan pemikiran
(4) dapat dikontrol secara kritis (objektif)”.

Secara garis besar objek ilmu itu tebagi dua yakni objek material dan objek forma.
Objek material ilmu adalah yang membedakan antara satu bidang ilmu dengan
yang lainnya. Sedangkan objek forma sdalah proses yang dilalui untuk
mendapatkan sebuah ilmu. Berkaitan dengan ini seorang ilmuan biasanya
menggunakan tiga landasan pokok yaitu: “pertama, antologi yakni yang berkaitan
dengan pertanyaan apa. Kedua, epistemology yakni yang berkaitan dengan
pertanyaan bagaimana. Ketiga, aksiologi yakni berkaitan dengan pertanyaan
untuk apa”. (Suriasumantri, 1986: 105)

b. Teknologi
Teknologi adalah penerapan dari ilmu sebagai alat perpanjangan tangan bagi
manusia dalam mencapai maksudnya. Ilmu mengemukakan sejumlah prinsip,
kaidah, dan teori yang diangkat dari hasil pengamatan serta

pengalaman tentang gejala. Sedangkan teknologi berbicara tentang bagaimana


ilmu itu bisa bisa diaplikasikan ke dalam tindakan yang menghasilkan manfaat
langsung bagi manusia.

Teknologi dapat dibedakan dalam dua bentuk. Pertama, teknologi sebagai


proses yakni pendayagunaan ilmu dan pengetahuan. Kedua, teknologi dalam
bentuk hasil yakni sebagai wujud kongrit dari pendayagunaan ilmu dan
pengetahuan berupa produk-produk tentu seperti peralatan dan perkakas. Dari
sinilah lahirnya ungkapan bahwa teknologi itu adalah perpanjangan tangan
manusia.
2. Klasifikasi Ilmu dalam Islam
Ilmu dalam Islam dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai macam cara. Salah
satu klasifikasi ilmu yang paling umum adalah klasifikasi berdasarkan sumbernya.

Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


● Ilmu syar'i
Ilmu syar'i adalah ilmu yang bersumber dari wahyu Allah SWT, yaitu Al-Qur'an
dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. Ilmu syar'i mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
akidah, ibadah,
muamalah, dan akhlak.
● Ilmu aqliyah
Ilmu aqliyah adalah ilmu yang bersumber dari akal manusia. Ilmu aqliyah
mencakup ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan alam semesta, matematika, dan logika.

Klasifikasi ilmu lainnya yang juga sering digunakan adalah klasifikasi


berdasarkan tujuannya.

Berdasarkan tujuannya, ilmu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


● Ilmu fardhu ain
Ilmu fardhu ain adalah ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim. Ilmu fardhu
ain mencakup
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan akidah, ibadah, dan muamalah dasar.
● Ilmu fardhu kifayah
Ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang cukup dipelajari oleh sebagian umat Islam.
Ilmu fardhu
kifayah mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan muamalah yang lebih
kompleks, seperti
ilmu fikih, ilmu tafsir, dan ilmu hadis.

Selain kedua klasifikasi tersebut, ilmu dalam Islam juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan objeknya.

Berdasarkan objeknya, ilmu dapat dibagi menjadi berbagai macam bidang,


seperti:
● Ilmu agama
Ilmu agama mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Islam, seperti ilmu
akidah, ilmu ibadah,
ilmu fikih, ilmu tafsir, dan ilmu hadis.
● Ilmu sosial
Ilmu sosial mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sosial manusia,
seperti ilmu psikologi, ilmu sosiologi, dan ilmu politik.
● Ilmu alam
Ilmu alam mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan alam semesta, seperti ilmu
fisika, ilmu
kimia, dan ilmu biologi.
● Ilmu teknik
Ilmu teknik mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan penerapan ilmu alam
untuk
menghasilkan suatu produk atau jasa, seperti ilmu mesin, ilmu elektronika, dan
ilmu konstruksi.
● Ilmu kedokteran
Ilmu kedokteran mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kesehatan dan
pengobatan,
seperti ilmu anatomi, ilmu fisiologi, dan ilmu patologi.
● Ilmu pendidikan
Ilmu pendidikan mencakup ilmu-ilmu yang berkaitan dengan proses belajar dan
mengajar,
seperti ilmu psikologi pendidikan, ilmu pedagogi, dan ilmu evaluasi pendidikan.

Pentingnya Ilmu dalam Islam


Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

● Ayat Al-Qur'an
"Dan Allah telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah ayat 11)
● Hadits Nabi Muhammad SAW
"Tuntutlah ilmu, meskipun di negeri China." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, baik ilmu syar'i maupun ilmu
aqliyah. Ilmu syar'i bermanfaat untuk memahami ajaran Islam da
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu aqliyah bermanfaat untuk
memahami alam semesta dan memanfaatkannya untuk kebaikan.

3. Keutamaan Orang Berilmu dalam Islam


Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT
berfirman:
"Dan Allah telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat." (Q.S. Al-Mujadalah ayat 11)
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu memiliki derajat
yang tinggi di sisi Allah SWT. Mereka akan dimuliakan dan ditinggikan
derajatnya di dunia dan akhirat.
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
"Tuntutlah ilmu, meskipun di negeri China." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu,
meskipun harus pergi ke negeri yang jauh. Hal ini menunjukkan bahwa Islam
sangat menghargai ilmu pengetahuan.

Berikut adalah beberapa keutamaan orang berilmu dalam Islam:


o Diberi pahala yang besar
Orang yang berilmu akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Hal ini
karena mereka telah menggunakan akalnya untuk memahami ajaran Islam dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
o Diberi derajat yang tinggi
Orang yang berilmu akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di sisi Allah
SWT. Mereka akan mendapat tempat yang terhormat di akhirat.
o Diberi kemudahan dalam urusannya
Orang yang berilmu akan mendapat kemudahan dalam urusannya. Hal ini karena
mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas, sehingga dapat
menyelesaikan masalah dengan mudah.
o Diberi pengaruh yang besar
Orang yang berilmu akan memiliki pengaruh yang besar di masyarakat. Mereka
dapat memberikan solusi dan pencerahan bagi masyarakat.
o Menjadi teladan bagi orang lain
Orang yang berilmu akan menjadi teladan bagi orang lain. Mereka dapat
menunjukkan kepada orang lain bagaimana cara hidup yang baik dan benar.

Orang yang berilmu memiliki banyak keutamaan dalam Islam. Mereka akan
dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Mereka juga akan
mendapat kemudahan dalam urusannya, memiliki pengaruh yang besar di
masyarakat, dan menjadi teladan bagi orang lain.

Keutamaan Orang Berilmu dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11


Dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman:
"Dan Allah telah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat."
Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang beriman dan berilmu memiliki derajat
yang tinggi di sisi
Allah SWT. Mereka akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di dunia dan
akhirat.

4. Al –Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan


Islam adalah hidayah Allah, agama semua nabi, dan kitab suci Al-Quran adalah
sumber utama ajaran Islam yang dianut oleh hampir seperempat penduduk dunia
hari ini. Tidak ada satu buku dan kitab yang paling banyak dibaca dan dihafal di
seluruh dunia serta dikaji dari berbagai perspektif keilmuwan melebihi Al-Quran.
Sumber Al-Quran sama dengan sumber Taurat, Zabur, Injil dan suhuf-suhuf yang
lainnya, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Esa.

Al-Quran menyuruh manusia belajar dari sejarah dan mengambil perbandingan


dari kejayaan dan kejatuhan umat-umat terdahulu dalam rangka menghadapi masa
depan. Pesan-pesan samawi dalam Al-Quran sejalan dengan semua tingkatan
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban. Umat Islam di masa lalu
mencapai zaman kejayaan dan menjadi trendsetter kemajuan peradaban dunia
dalam abad 7 - 13 M adalah karena mengamalkan Api Islam, menurut istilah
Presiden RI Pertama Soekarno, yang bersumber dari Al-Quran.

Al-Quran mendorong manusia agar mengembangkan kemampuan berpikir


seimbang dengan kemampuan berzikir, mengingat Allah. Al-Quran menginspirasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan mengajarkan peran dan tanggungjawab
manusia yang diberi amanah ilmu. Al-Quran sebagai pedoman hidup (manhaj al-
hayah) menuntun umat manusia agar memperoleh keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhirat.

Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105 dan Al-Hijr
[15] ayat 9 sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin Latif dalam
tulisannya Fakta dan Data Al Quran (1391 H). Pertama, Kitab Suci Al-Quran
adalah benar-benar Wahyu Ilahi yang diwahyukan-Nya kepada Nabi/Utusan-Nya,
Muhammad SAW. Kedua, Kitab Suci Al-Quran itu berisi kebenaran mutlak dari
Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.

Ketiga, Nuzul/turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW adalah benar


dan tepat, selaku penerima pertama dan pemegang amanat dari Tuhan SWT yang
akan menyampaikannya kepada umat manusia. Dan keempat, Kitab Suci Al-
Quran itu, senantiasa dipelihara keaslian dan keutuhan (authenticitasnya) dari
tangan-tangan yang hendak merusak keaslian dan keutuhan serta keabadiannya
sepanjang kurun zaman, sampai datang waktunya Iradat Ilahiyah akan
mengangkatnya kelak di akhir zaman, menjelang pergantian kehidupan duniawi
yang fana dengan Hari Akhirat yang kekal abadi.

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama pada 17 Ramadan, 13 tahun


sebelum hijrah/610 M. Turunnya wahyu pertama menandai pengangkatan
Muhammad sebagai Nabi dan Rasul terakhir. Tidak ada Nabi dan Rasul sesudah
Muhammad. Surat Al-Alaq [96] ayat 1 - 5 sebagai wahyu pertama kepada Nabi
Muhammad yang turun di Gua Hira, Kota Suci Mekkah, membuka wawasan ilmu
pengetahuan dan literasi.

"Bacalah (ya Muhammad), dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang
amat pemurah. Yang mengajarkan (menulis) dengan pena. Yang mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al Alaq [96]: 1-5)

Mushaf Al-Quran yang ada sekarang tidak berbeda dari yang dibaca oleh Nabi
Muhammad dan para sahabatnya. Susunan 114 surat dan 6.000 ayat Al-Quran
diberi tahu Malaikat Jibril yang datang setiap Ramadan kepada Nabi Muhammad
dan Nabi memberi tahu para sahabat yang ditugaskan sebagai penulis wahyu.
Mushaf Al-Quran dicetak di berbagai negara sesuai naskah induk (Mushaf Al-
Imam) di masa pemerintahan Khalifah III Utsman Ibnu Affan (644 656 M). Copi
asli naskah induk dikirim ke Mekkah, Syiria, Basrah dan Kufah serta satu copi
dipegang Khalifah Utsman di ibukota Madinah. Naskah induk Mushaf Al-Quran
kini tersimpan di Museum Istambul Turki. Seni baca Al-Quran dengan tanda baca
dan qiraat-nya, terjemahan dan tafsirnya, menjadi ilmu tersendiri di dunia Islam.

Astonomi - Qs. Al-Anbiyâ´: 30


Biologi - Qs. Al-Mukminun: 12-14
Matematika - Qs. Al-Kahfi: 25
Geologi - Qs. Lukman: 10
Fisika - Qs. Al-An`am: 59
Kimia - Qs. Yunus: 61

5. Tanggungjawab Ilmuan Muslim Terhadap IPTEK


Tanggungjawab Ilmuwan Muslim Terhadap IPTEK
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan salah satu pilar penting
dalam
pembangunan suatu bangsa. IPTEK dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan daya saing bangsa, dan memajukan peradaban.
Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kedudukan yang sangat
penting.
Al-Qur'an dan Hadits banyak menganjurkan umat Islam untuk menuntut ilmu,
baik ilmu agama
maupun ilmu duniawi.
Ilmuwan muslim memiliki tanggung jawab yang besar terhadap IPTEK.
Tanggung jawab ini tidak
hanya terbatas pada pengembangan IPTEK, tetapi juga pada penerapannya.
Tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap IPTEK
Tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap IPTEK dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu:
a. Tanggung jawab terhadap pengembangan IPTEK
Ilmuwan muslim memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan IPTEK secara
bertanggung jawab. Pengembangan IPTEK harus dilakukan dengan berpegang
teguh pada nilai-nilai Islam.
Nilai-nilai Islam yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan IPTEK antara
lain:

o Kemanusiaan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang bermanfaat bagi umat
manusia. IPTEK harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
baik secara fisik maupun spiritual.
o Keadilan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang adil dan tidak diskriminatif.
IPTEK harus dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang ras, agama, atau
status sosial.
o Kelestarian
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang berkelanjutan. IPTEK harus
digunakan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan alam semesta.
o Kesejahteraan
Ilmuwan muslim harus mengembangkan IPTEK yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. IPTEK harus digunakan untuk menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan.
b. Tanggung jawab terhadap penerapan IPTEK
Ilmuwan muslim juga memiliki tanggung jawab untuk menerapkan IPTEK secara
bertanggung jawab. Penerapan IPTEK harus dilakukan dengan tujuan untuk
kemaslahatan umat manusia.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan IPTEK yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam:
o Pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi pertanian yang dapat
meningkatkan produksi pangan, seperti teknologi irigasi, pemupukan, dan
pestisida. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengurangi kelaparan dan
meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
o Pengembangan teknologi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi kesehatan yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, seperti teknologi vaksin, obat-
obatan, dan alat kesehatan. Teknologi ini dapat digunakan untuk mencegah
penyakit, mengobati penyakit, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
o Pengembangan teknologi pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, seperti teknologi pembelajaran daring,
teknologi e-learning, dan teknologi augmented reality. Teknologi ini dapat
digunakan untuk meningkatkan akses pendidikan dan kualitas pembelajaran
masyarakat.
o Pengembangan teknologi energi untuk mengurangi ketergantungan pada
energi fosil
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi energi yang dapat mengurangi
ketergantungan pada energi fosil, seperti teknologi energi matahari, energi angin,
dan energi air. Teknologi ini dapat digunakan untuk menjaga kelestarian
lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
o Pengembangan teknologi transportasi untuk meningkatkan mobilitas
masyarakat
Ilmuwan muslim dapat mengembangkan teknologi transportasi yang dapat
meningkatkan mobilitas masyarakat, seperti teknologi mobil listrik, teknologi
transportasi umum, dan teknologi transportasi pintar. Teknologi ini dapat
digunakan untuk mengurangi polusi udara dan meningkatkan efisiensi transportasi
masyarakat.

Contoh-contoh tanggung jawab ilmuwan muslim

Berikut adalah beberapa contoh tanggung jawab ilmuwan muslim dalam


kehidupan sehari-hari:
● Meneliti dan mengembangkan teknologi yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
Ilmuwan muslim dapat meneliti dan mengembangkan teknologi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti teknologi untuk mengatasi
kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan bencana alam.
● Menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat
Ilmuwan muslim dapat menyebarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat
melalui berbagai cara, seperti menulis buku, mengajar, dan memberikan seminar.
● Menggunakan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial
Ilmuwan muslim dapat menggunakan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan
masalah-masalah sosial, seperti masalah kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan
diskriminasi.
● Menolak untuk mengembangkan atau menerapkan teknologi yang bertentangan
dengan nilai-nilai Islam Ilmuwan muslim harus menolak untuk mengembangkan
atau menerapkan teknologi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti
teknologi yang digunakan untuk merusak lingkungan, membahayakan manusia,
atau bertentangan dengan ajaran agama

B. ISLAM DAN SENI


Seni, adalah terjemahan dari kata “art” yang berasal dari bahasa latin “ars” yang
berarti kemahiran. Seni berguna untuk mengembangkan akal dan daya kreatif
manusia untuk menata kehidupan manusia supaya lebih luas, harmoni, indah, sejuk,
dan menyenangkan. Berbeda dengan ilmu, seni tidak hanya bertumpu pada daya nalar
tapi jug apada rasa dan intuisi. Nilai keindahan sebuah karya seni bersifat subjektif
dan relative. Unsur seni juga terdapat pada ilmu dan teknologi, dan secara
epistemology sebenarnta konstruksi sebuah ilmu inheren dengan seni/keindahan.
Seperti diungkapkan The Liang Gie dalam Gazalba (1988: 64) bahwa di kalangan
pemikir yunani, keindahan dalam pengertian yang luas dibedakan dalam tiga
pengertian. Pertama, indah yang berpadu dengan kebikan (estetika yang berinteraksi
dengan etika). Kedua, indah estetik berdasarkan penglihatan (symmetria). Ketiga,
indah estetik berdasarkan pendengaran seperti music. Selain itu, keindahan terbagi
dalam dua bagian. Pertama, keindahan sebagai sifat (kualitas) yang sifatnya abstrak.
Kedua, keindahan suatu benda yang bersifat konkrit. Misalnya kata beauty adalah
indah yang tidak berwujud dan beautiful adalah indah yang melekat pada suatu zat
tertentu.

Ada sementara kalangan berpandangan bahwa seni tidak ada kaitannya dengan agama
dan sebaliknya, agam tidak ada kaitannya sama sekali dengan kesenian. Keduanya
salingterpisah dan berdiri sendiri. Kedua golongan ini pun sebenarnya tanpa disadari
sudah terjebak ke dalam faham sekuler (sekularisme). Pandangan semacam ini
agaknya terlalu simpel dan merupakan kesimpulan yang gegabah. Anggapan bahwa
seni tidak ada kaitanya dengan agama dapat diduga muncul karena terbatasnya
pengetahuan tentang agama maksudnya Islam. Dan anggapan sebaliknya bahwa
agama (Islam) tidak ada kaitannya dengan seni dapat pula diduga muncul karena
kedangkalan pemahamannya tentang Islam sekaligus keterbatasan wawasan tentang
seni itu sendiri.
Sesungguhnya Allah itu maha Indah, dan menyukai keindahan. Kesombongan itu
adalah menantang kebenaran dan meremehkan orang lain”. (H.R. Muslim) Nabi juga
menyenangi keindahan suara seseorang dan mengumandangan ayat-ayat Al-Quran
sebagaimana seadanya:

“Dari al-Barra bin „Azib, katanya Rasulullah SAW bersabda: “Hiaslah Al-Quran itu
dengan suaramu (yang indah)”” (H.R. Abu Dawud)

Berdasarkan Hadis inilah ulama membolehkan Al-Quran itu dibaca dengan suara serta
lagu yang indah yang sesuai dengan kesucian dan keagungan Al-Quran itu sendiri.
Maka keindahan lagi Al-Quran termasuk ke dalam khazanah seni budaya Islam yang
dipertahankan sampai hari ini. Bahkan perkembangan seni baca Al-Quran itu sangat
pesat dan kaya dengan jenis lagu (nagam)nya. Salah satu keistimewaan lagu Al-Quran
ialah ketepatan penerapan nada yang meskipun tidak menggunakan penoman not-not
blok pada lazimnya dalam seni suara. Lagu-lagu itu antara lain adalah lagu-lagu
bayyati, shabah, Hijaz, nahawand, rast, sikka, dan jiharkah. Tidak terhitung pula
banyaknya variasi yang menyertai masing-masing jenis lagu tersebut. Al-Quran yang
dibaca dengan suara dan lagu yang indah selain melahirkan getaran ke dalam hati
pendengarannya untuk mendekatkan kepada Tuhan. Dapat pula berfungsi sebagai
media dakwah, seperti diungkapkan oleh Al-Faruqi (1999: 195), walau umat Islam
tidak pernah menganggapnya sebagai music, lagu Al-Quran adalah jenis handasah al-
shawt (arsitektur suara) yang terdengar hampir setiap konteks, dengan segala macam
hadirin, di setiapsudut, dunia. Bahkan ia merupakan pengalaman suara yang tidak bisa
dihindari bagi non muslim yang tinggal di daerah yang cukup banyak penduduknya
beragama Islam. Dari situ pula berkembangnya berbagai jenis qasidah yang pada
mulanya berasal dari puji-pujian atau sanjungan kepada Nabi Muhammad sebagai
ungpan rasa cinta umat Islam kepada Rasulnya. Semuanya merupakan bagian dari
khazanah kekayaan seni Islam, seni yang lahir dan berkembang karena diilhami oleh
ajaran Islam.

Selain itu, di dunia Islam juga dikenal arsitektur yang terdapat dalam bentuk
bangunan rumah-rumah ibadah seperti masjid dan seni lukis yang biasanya dalam
bentuk kaligrafi Al-Quran yang amat mengagumkan.
Berikut adalah beberapa contoh seni Islami:

Arsitektur: Masjid, madrasah, dan bangunan-bangunan lainnya yang memiliki nilai


estetika tinggi.
Kaligrafi: Seni menulis huruf Arab yang indah.
Musik: Musik yang mengandung pesan-pesan moral dan spiritual.
Sastra: Puisi, prosa, dan karya sastra lainnya yang mengandung nilai-nilai Islam.
Teater: Teater yang mengangkat tema-tema Islami.

C. ISLAM DAN BUDAYA


Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan
Islam terletak pada sumber yang menjadi pijakannya. Kebudayaan Islam hasil produk
manusia ynag prinsip dasarnya ditentukan dan ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya
di dalam Al-Quran dan Sunnah, contoh dalam surat Al-Ahzab ayat 59 tentang
kewajiban setiap muslimah yang baligh dan berakal memakai jilbab (pakaian yang
lapang) untuk menutup auratnya. Aurat sebagai prinsip kewajiban berpakaian. Prinsip
aurat tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang, baik di Arab, Indonesia, atau
negeri lainnya. Tetapi bagaimana cara menutup aurat, bahan apa yang dipakai, model
dan hiasan apa yang menghiasi boleh beragam sesuai dengan keadaan dan suhu waktu
memakai.

Sendi perumusan prinsip-prinsip kebudayaan Islam antara lain:

1) Sumber segala sesuatu adalah Allah karena dari-Nya berasal semua ciptaan.

2) Diembankan amanah khalifah kepada manusia.

3) Manusia dilebihkan dari makhluk lainnya.

4) Ditundukkan ciptaan Allah yang lain kepada manusia baik air, angina,
tumbuhan, dan hewan.

5) Dinyatakan bahwa semua fasilitas dan amanah tersebut akan diminta

pertanggungjawabannya kelak.
Lima hal pokok di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia sarat ide, ingin
selalu berbuat dan berkarya, ketiga bentuk itu merupakan bagian dari kebudayaan.
Selanjutnya prinsip-prinsip kebudayaan antara lain:

1. Dibangun atas dasar nilai-nilai Ilahiyah.

2. Munculnya sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuhan manusia.

3. Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan alam, dan


penghuninya.

4. Pengembangan ide, perbuatan, dan karya dituntut sesuai kemampuan maksimal


manusia.

5. Keseimbangan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam merupakan
cita tertinggi dari kebudayaan.

D. ETOS KERJA DALAM ISLAM


Etos kerja dalam Islam
Etos kerja adalah sikap mental yang mendorong seseorang untuk bekerja keras dan
bersungguh-sungguh. Dalam Islam, etos kerja memiliki kedudukan yang sangat
penting. Al-Qur'an dan Hadits banyak menganjurkan umat Islam untuk bekerja dan
tidak bermalas-malasan.

Prinsip-prinsip etos kerja dalam Islam


Berikut adalah beberapa prinsip etos kerja dalam Islam:
● Ikhlas
Bekerja harus dilakukan dengan ikhlas, yaitu semata-mata untuk mencari ridha Allah
SWT.
● Jujur
Bekerja harus dilakukan dengan jujur, yaitu tidak menipu atau memalsukan hasil
kerja.
● Amanah
Bekerja harus dilakukan dengan amanah, yaitu bertanggung jawab atas tugas dan
tanggung jawab yang diberikan.
● Persaudaraan
Bekerja harus dilakukan dengan semangat persaudaraan, yaitu saling membantu dan
bekerja sama dengan orang lain.
● Keadilan
Bekerja harus dilakukan dengan adil, yaitu tidak membeda-bedakan orang dalam
bekerja.

Manfaat etos kerja dalam Islam


Etos kerja dalam Islam memiliki banyak manfaat, antara lain:
● Meningkatkan kesejahteraan umat manusia
● Membangun peradaban yang maju
● Menciptakan lapangan kerja
● Mengurangi kemiskinan
● Meningkatkan kualitas hidup
Contoh etos kerja dalam Islam
Nabi Muhammad SAW adalah contoh terbaik dalam etos kerja. Beliau bekerja keras
untuk mencari nafkah dan membantu keluarganya. Beliau juga bekerja keras untuk
menyebarkan ajaran Islam.
Selain Nabi Muhammad SAW, ada banyak tokoh Islam lainnya yang memiliki etos
kerja yang tinggi, antara lain:
● Ibnu Sina, seorang ilmuwan muslim yang menemukan banyak penemuan penting
dalam
bidang kedokteran.
● Al-Khawarizmi, seorang matematikawan muslim yang menemukan sistem angka
Arab
yang digunakan hingga saat ini.
● Al-Farabi, seorang filsuf muslim yang banyak memberikan kontribusi dalam bidang
filsafat, politik, dan musik.
Penutup dan Kesimpulan
Penutup

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam Islam. Al-Qur'an dan Hadits banyak menganjurkan umat Islam untuk menuntut
ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Dalam Islam, IPTEK harus
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia. IPTEK tidak
boleh digunakan untuk tujuan-tujuan yang merugikan umat manusia, seperti untuk
merusak lingkungan, membahayakan manusia, atau bertentangan dengan ajaran
agama.
Ilmuwan muslim memiliki tanggung jawab yang besar terhadap IPTEK. Mereka harus
mengembangkan IPTEK secara bertanggung jawab dan sesuai dengan nilai-nilai
Islam.

Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan mengenai materi IPTEK dalam Islam:


● IPTEK adalah sarana untuk mendekatkan manusia kepada Allah SWT.
● IPTEK harus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat manusia.
● IPTEK tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan yang merugikan umat manusia.
● Ilmuwan muslim memiliki tanggung jawab yang besar terhadap IPTEK.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an dan Hadits

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, vol. 15
(Ciputat: Lentera Hati, 2000).

M. Natsir, Islam dan Ilmu Pengetahuan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018).

A.M. Saefuddin, Islam dan Ilmu Pengetahuan: Reaktualisasi Pemikiran Islam Kontemporer
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005).

Maulana, M.Ali. 1980. Islamologi. Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve


N. Drijarkara, S.J. 1978. Percikan Filsafat. Jakarta: PT. Pembangunan
Quraish Sihab. 1999. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan

Sidi Gazalba. 1988. Islam dan Kesenian. Jakarta: Pustaka al-Husna

Anda mungkin juga menyukai