Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM

Kelompok:
Nurazizah Aris
Denis

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah
yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan
berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang
bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat
(pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini
mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek
jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan
telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai
penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan
oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru-
niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak
negatif yang diakibatkanya. Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk
beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah
SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib.
Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas
setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupanya islam dan
kehidupanya keimanan.

2. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
1. Apakah pengertian iptek dan apa kaitannya dengan islam?
2. Seberapa wajibkah manusia dituntut mencari ilmu?
3. Apa sajakah keutamaan mencari ilmu?
4. Seberapa besarkah tanggung jawab ilmuwan terhadap alam?

3. TUJUAN
Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang iptek dalam paradigma
islam.
2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah.
3. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Materi PAI.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian iptek dan kaitannya dengan islam


Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) .Sedangkan
teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek,
adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana
pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah diharamkan syariah Islam.

2. Kewajiban mencari ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah
kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang
ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang
berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-
Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang
muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan).
Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang
menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan)
dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil).
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi
setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya
bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu
Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau
sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke
cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari
berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib
dituntut trlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti
digunakan dal diamalkan bagi setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu
tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang ilmu itu telah dikuasai, baru
mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika,
dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih
mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi
orang yang buta agama dan menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya.
Dalam hal ini orang tua perlu sekali memberikan bekal ilmu keagamaan
sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama
adalah orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada
orang lain.”(HR. Ibnu Majah). Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi
orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain.
Inilah sedekah yang paling utama dianding sedekah harta benda. Ini
dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti menenan amal
yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam
orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

3. Keutamaan orang yang berilmu


Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi
Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai
gelaran mulia dan terhormat yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian
kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari
sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran : 18),
“Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-
A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan
berbagai nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang- orang yang
berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Dalam
ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat istimewa
di sisi Allah SWT .
Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi Keesaan
Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap kalangan
yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah
dan dilaknati pula oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah:
159) Rasulullah saw juga bersabda: "Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu,
akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari kiamat dengan kendali dari api
neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga diriwayatkan oleh
Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits ini sahih).
Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia
peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

4. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam Manusia.


Sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.
Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup
merusak, juga menhancurkan hingga tak bersisa. Tiap sebentar kita mendengar
berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air,
gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang
pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum,
menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis
tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian
besar manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan
adalah demi kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya;
tragedi masa depan itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah
sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari tragedi masa depan tersebut.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan
melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan
tersebut.
Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an:
“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah:11). Allah SWT juga mengingatkan
manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’.
Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-
orang yang mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42).
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan.
Tujuannya mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai
berbagai unsur lingkungan menjadi hancur, tercemar, atau rusak.
Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa
melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah
lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya
alam dengan bijak.

5. Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al qur’an.


a. Nebula
“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti
(kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti
bunga mawar.
b. Kesempurnaan Di Alam Semesta
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu
akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al Mulk: 3-4)
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung
jumlahnya bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian,
semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada
sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya masing-
masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang
bergerak melalui satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa
contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para astronom, tidak terjadi
tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan alam semesta.
c. Orbit
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
(QS. Al Anbiya: 33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam
sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur.
Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
d. Perjalanan Matahari
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi
kita, matahari berjalan dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar
Apex, suatu tempat pada bidang angkasa yang dekat dengan bintang Vega.
e. Langit Tujuh Lapis
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”
(QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan
Encyclopedia Americana (9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini
bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
f. Gunung Mencegah Gempa Bumi
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan padanya segala
macam jenis binatang.” (QS. Luqman:10)
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-
gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung
sangatlah sesuai dengan ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling
signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-
lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung
ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut,
pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah
pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan
bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
g. Air Laut Tidak Saling Bercampur
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”
(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi
tidak saling bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi?
Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling
bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung seimbang.
Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan.
Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah
dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling
bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltar
lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut Mediteran
terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya
ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan
iptek . Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang
ada. Yaitu dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang
teguh pada syari’at Islam.

B. SARAN
Dalam kehidupan, ilmu pengetahuan sangat penting untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan diri, dan lebih utama ialah sebagai penyelaras
dalam agama. Sehingga sangat dipentingkan bagi kita untuk menuntut ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai