Kelompok :
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Peny
ayang, Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimp
ahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat m
enyelesaikan makalah tentang “Paradigma Islam Tentang Ilmu Teknologi”. Ma
kalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk i
tu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami m
enyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan ka
limat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami m
enerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki m
akalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................1
KATA PENGANTAR ..............................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................5
C. Manfaat ...........................................................................................5
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada dua. Pertama, m
enjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inila
h yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang
ada sekarang (Zuhdi, 2015). Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Is
lam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pe
ngetahuan (Ilmi, 2012). Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumbe
r segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilm
u pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dap
at diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditola
k dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dar
i Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan seha
ri-hari (Ainiyah, 2013). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihala
lkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamk
an oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau meng
hasilkan manfaat sesaat memenuhi kebutuhan manusia (Arsyam, M. 2020).
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh p
erdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbag
ai penjuru dunia (Nahadi, M., Sarimaya, F., & Rosdianti, S. R. 2011). Kesejahte
raan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan ip
tek modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup pera
daban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang d
iakibatkanya (Zahro, 2015). Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain u
ntuk beribadah kepada Allah SWT. Ada banyak cara untuk beribadah kepada
Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut ilmu. Menuntut ilmu ini huku
mnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu adalah sebuah k
ewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah kehidupan
ya islam dan kehidupanya keimanan.
4
Di sinilah pentingnya ilmuan muslim yang memiliki karakter muslim yang s
ebenar- benarnya, muslim yang berkarakter di tandai dengan kemampuan dal
am mengabdikan dirinya hanya kepada Allah Swt (QS Al-Dzariat: 56). Selain it
u, dia mesti memiliki kemampuan untuk menjalankan peranan hidupnya seba
gai Khalifah fil al-Ardhi (Q.S. Al-Baqarah:30, yaitu tugas memakmurkan bumi,
melestarikannya, serta menebarkan rahmat bagi alam
sekitarnya sesuai dengan tujuan penciptaannya dan berpedoman pada isla
m
sebagai jalan hidupnya. Menjadi khalifah mengahruskan seseorang mampu m
embangun komunikasi yang harmonis dengan Allah Swt. (hablum minallah), s
esama manusia (hablum minannas), dan alam lingkungan (hablum minal ala
m).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian paradigma dan iptek dalam islam?
2. Apa Itu Urgensi Dalam Islam?
C. TUJUAN
1. untuk mengetahui pengertian tentang paradigma dan iptek dalam islam.
2. untuk mengetahui urgensi yang terdapat dalam perkembangan islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pertama akan di bahas beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan (sain
s) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang
disebut metode ilmiah (scientific method), Sedang teknologi adalah pengetahua
n dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehid
upan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langk
ah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan ipt
ek. Agama yang dimaksud di sini, adalah agama Islam
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-hara
m (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaat
an iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adal
ah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan agama dan IPTEK, a
da 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradigma sosialis, yaitu paradigma yang menafikan eksistensi agam
a sama sekali. Agama itu hubungan dan kaitan dengan iptek. Iptek bisa berjal
an secara independen dan lepas secara total dari agama.) Karl Marx (tahun 18
83) mengatakan:” (Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jiwa dari su
atu dunia yang tak berjiwa, Agama adalah candu bagi rakyat). Seluruh bangun
an ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide materialis
me, khususnya Materialisme Dialektis, perubahan IPTEK terjadi melalui prose
s dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi ya
ng sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri.
Kedua, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan ipte
k adalah terpisah satu sama lain. Dalam ideologi sekularisme, agama dipisahk
an dari kehidupan. Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi p
erannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya.
6
Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang
agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya. Aga
ma dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis (berkaitan dengan pen
gertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara memp
eroleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan penge
tahuan). Faham ini ternyata telah memberi andil besar terhadap kemunduran
peradaban Islam.
Paradigma ke tiga adalah paradigma islam yaitu paradigma yang memandang
bahwa agama adalah dasar dan pengatur kehidupan. Ilmu pengetahuan dikem
bangkan berbasis aqidah islam. Aqidah Islam yang ada dalam Al-Qur`an dan A
l-Hadits menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang
di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan man
usia. Dasar dari paradigma Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali tu
run (artinya): “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptaka
n.” (QS Al- ‘Alaq [96] : 1). Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segal
a pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah
dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang meru
pakan asas Aqidah Islam.
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhad
ap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kogni
tif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat bera
rti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam me
mandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disi
plin intelektual.
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang meru
pakan kata serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang ber
arti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang
berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (d
eik). Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseor
ang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjekti
f seseorang – mengenai realita – dan akhirnya akan menentukan bagaimana se
seorang menanggapi realita itu.
Pengertian Paradigma secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu
pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigm
a berarti pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi poko kp
ersoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.
7
Jadi,paradigma ilmu pengetahuan adalah model atau kerangka berpikir beb
erapa komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentari
sme yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menu
rut bidangnya masingmasing.
10
Hal ini mengisyaratkan bahwa Islam sangat menghargai spesialisasi dalam
berbagai disiplin ilmu dan menganjurkan kepada pemeluknya untuk menjadi s
eorang profesional sesuai dengan bidang keilmuannya.
Keenam, ilmu dapat mengantarkan manusia semakin takut dan tunduk ke
pada Allah Swt. “demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata
dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jeni
snya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, h
anyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun”. (Q
S.35:28), dari ayat ini terlihat bahwa yang takut kepada allah adalah orang- or
ang yang berilmu(ulama). Kemuliaan dan kesuksesan manusia di dunia dapat
diukur sejauh mana keimanan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
Ketujuh, manusia dibekali potensi untuk mendapatkan ilmu.“Dan Allah me
ngeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu b
ersyukur(QS 16: 78). Dia memberikan potensi yang dapat digunakan oleh man
usia untuk mendapatkan ilmu itu, yaitu: penglihatan, pendengaran dan af-ida
h artinya akal).4 Ketiga potensi tersebut harus dikembangkan secara optimal a
gar apa yang diusahakannya/diinginkannya (tentunya atas izin Allah) dapat te
rcapai; dari tidak tahu menjadi mengetahui sesuatu, dari tidak paham menjadi
paham dan seterusnya.
Selain Al-Quran di dalam hadist nabi pun banyak pernyataan yang berkaita
n dengan isyarat dan urgensi pengembangan ilmu, di antaranya:
Dari anas bin malik ia berkata, Rasulullah Saw bersabda mencari ilmu itu
wajib bagi seluruh muslim ( HR ibnu majjah)
Dari abu hurairrah ra. Ia berkata Rosulullah bersabda Apabila ibnu adam
mati maka amalannya terputus kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilm
u yang bermanfaat, anak yang sholeh yang mendoakannya( HR Muslim)
Orang yang dikehendaki Allah Swt menjadi baik, maka Allah akan memberi
nya pemahaman. Dan sesungguhnya ilmu itu dapat diraih dengan cara belaja
r”( HR Bukhari)
Orang yang paling merugi pada hari kiamat adalah seseorang yang memiliki
kesempatan untuk menuntut ilmu ketika hidup didunia, tetapi dia tidak mau
menuntutnya. Dan seseorang yang menyampaikan ilmu kepada orang lain, lal
u yang diajari mengamalkannya sementar dia tidak mengamalkannya( HR Ibn
Asakit dari Anas)
11
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Dan jika seseorang menuntut il
mu maka akan meminta ampun baginya setiap sesuatu (makhluk) sampai- sa
mpai ikan yang ada di lautan( HR ibnu abd Birri)
Dari keterangan tersebut, dapatlah diketahui Seorang muslim yang baik ad
alah seorang muslim yang senantiasa menuntut dan menambah ilmu setiap sa
at.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan :
1. Pengertian Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah suatu cara menerapk
an kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan
proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terp
enuhinya suatu tujuan.
2. Persepektif Islam tentang teknologi, menurut hukum asalnya segala sesu
atu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua
tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan past
i, karena Islam bukan agama yang sempit. Manusialah yang bertanggung jawa
b atas penggunaan produk teknologi, bermanfaatkah atau sebaliknya mendata
ngkan dosa dan malapetaka bila tidak dilakukan dengan baik. Hal ini sesuai d
engan dasar al-Qur`an yang memberi motivasi bagi manusia dalam mengguna
kan akal pikirannya sehingga tercipta teknologi yang canggih, yang meliputi
a. Al-Qur`an sebagai produk wujud Iptek Allah
b. Al-Qur`an sebagai prediktor
c. Al-Qur`an sebagai sumber motivasi
d. Al-Qur`an dan simplikasi
e. Al-Qur`an sumber etika pengembangan Iptek.
3. Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (d
ua).Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan.Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang s
eharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengeta
huan.Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek. Ja
di, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat yang seharusnya dijadikan to
lok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini dapat di
mainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah d
ari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia.
13
Sebagaimana firman Allah SWT : Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri b
eriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berka
h dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan(ayatayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’raaf : 96)
B. SARAN
Dari pembahasan dan kesimpulan yang telah penulis uraikan di depan, ma
ka penulis mengungkapkan beberapa saran:
1. Mengkaji sains dari sudut pandang agama khususnya agama islam, buk
an berarti ‘memaksa’ untuk mendapatkan hasil bahwa apa yang ditemukan sa
ins ternyata telah dinyatakan dalam Al-Qur’an jauh sebelum sains mengungka
pnya. Agama dengan Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saling melengka
pi. Peran masing-masing tidak dapat digantikan yang lain. Maka untuk bisa m
emahami agama kita perlu sains, begitu juga sebaliknya.
2. Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan, melalui Al-Qur’an, Allah tel
ah menerangkan banyak hal, meskipun hanya secara garis besar. Berangkat d
ari situ, manusia diharapkan dapat mengkaji lebih terperinci dengan menggun
akan akal pikiran yang telah dimilikinya, dengan harapan dapat menambah ti
ngkat keimanan, tidak lantas menjadi bangga dan lupa diri. Karena sikap yang
demikian akan dapat mengantarkan kita kepada kemusyrikan, yang tidak lagi
mengakui bahwa Allah Kuasa atas Segala Sesuatu.
3. Rumus-rumus dalam fisika klasik tidak akan dapat mendiskripsikan ata
u menjelaskan fenomena yang ada dalam fisika modern. Lebih jelasnya kalau
ada fenomena yang objeknya sangat-sangat kecil, maka dengan menggunakan
rumus-rumus yang ada dalam lingkup fisika modern masih memungkinkan u
ntuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena yang objeknya ada dalam d
alam fisika klasik. Jadi tidak cukup kita hanya belajar fisika klasik tetapi sang
at diperlukan juga belajar fisika modern untuk lebih dapat memahami isyarat-
isyarat Allah dalam kalam-Nya serta untuk dapat memahami fenomena alam.
14
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/user/Downloads/
PARADIGMA_PENGEMBANGAN_IPTEK_DALAM_ISLAM.pdf
https://www.academia.edu/44738774/
PARADIGMA_PENGEMBANGAN_IPTEK_DALAM_ISLAM
https://osf.io/vdkge/download#:~:text=Umat%20Islam%20boleh
%20memanfaatkan%20iptek,Arsyam%2C%20M.%202020
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=paradigma+Islam+tentang+ilmu+teonologi&btnG=
#d=gs_qabs&t=1684991495239&u=%23p%3DjfL6X5BUVmcJ
https://repository.uinbanten.ac.id/5541/7/BAB%205.pdf