Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEK

DALAM ISLAM

MATA KULIAH : AIK IV

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1.Lidia Tari (20810005)
2.Chandra Yosua Edoard N. (20810043)
3.Prayogi Saputra (20810021)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMADDIYAH METRO
2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama - tama penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan segala nikmat dan karuniaNya, karena berkat karunianya penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah AIK. Shalawat serat salam senantiasa kita panjatkan kepada
Rasulullah SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Rekan – rekan yang senantiasa mendukung dan memotivasi
serta memberi masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Makalah ini berjudul “PARADIGMA PERKEMBANGAN IPTEK DALAM ISLAM “ yakni
makalah yang menerangkan tentang potensi manusia dalam perkembangan iptek dan rambu-
rambu perkembangan iptek.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
memohon maaf, apabila didalam tulisan kami ini ada kekurangan dalam penulisan dan
sebagainya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan
kedepannya.

Metro,2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan.Segalanya
telah diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT.Cakupan aspek yang diatur itu dimulai dari
bangun tidur sampai kita tidur lagi.Itu diatur agar kita bisa menjalani kehidupan dengan teratur,
baik, dan bermanfaat.
Aspek yang cukup diperhatikan dalam Islam adalah pengetahuan atau ilmu yang
bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti yang telah diterangkan dalam hadits:
Rasulullah saw bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun
muslimah)." (HR. Ibnu Majah).
Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi.Sampai sekarang, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah berkembang pesat.Kemajuan IPTEK itu sendiri
didominasi kuat oleh peradaban orang Barat.Sedangkan negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang.Sebagai umat yang
mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEK pada zaman
dahulu, ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEK itu sendiri, IPTEK ternyata juga
memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti pengaksesan situs porno di
internet, perjudian, dan kecurangan.Di sinilah peran agama Islam untuk meluruskannya.Tulisan
ini bertujuan menjelaskan peran Islam itu sendiri terhadap perkembangan IPTEK.

B. PERMASALAHAN.

1. Apakah pengertian paradigma dan iptek dalam islam?

2. Apa rambu-rambu yang terdapat dalam perkembangan iptek?

C. TUJUAN

1. untuk mengetahui pengertian tentang paradigma dan iptek dalam islam.

2. untuk mengetahui rambu-rambu yang terdapat dalam perkembangan islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang seseorang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan
bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama,
khususnya, dalam disiplin intelektual.
Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata
serapan dari bahasa Latin ditahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola;
bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan",
"bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik).
Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak
pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang – mengenai realita – dan
akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu.
Pengertian Paradigma secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan
atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar
para ilmuan tentang apa yang menjadi poko kpersoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu
cabang ilmu pengetahuan. Jadi,paradigma ilmu pengetahuan adalah model atau kerangka
berpikir beberapa komunitas ilmuan tentang gejala-gejala dengan pendekatan fragmentarisme
yang cenderung terspesialisasi berdasarkan langkah-langkah ilmiah menurut bidangnya masing-
masing.

-Iptek
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui.`Ilm menurut
bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan.Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu.
Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan
pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan
sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah. 
Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge)
adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih
menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan
sebutan science.
Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai
suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu
pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.  Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan
yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-
hari.Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu
pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi
kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, di
antaranya adalah sebagai berikut. Jalaluddin, ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu potensi
ruh,jasmani(fisik),danrohaniah.

1. Pertama, ruh; berisikan potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan kecenderungan untuk
mengabdikan diri kepada Sang Pencipta.
2. Kedua, jasmani; mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu dalam tubuh.
3. Ketiga, rohani; berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa, termasuk ke dalam naluri
penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek, perasaan, akal, dan unsur jiwa yang lainnya.

Imam al-Ghazali, manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu;

1. pertama, qalb : merupakan suatu unsur yang halus, berasal dari alam ketuhanan, berfungsi untuk
merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada hakikatnya
tidak bisa diketahui.
2. kedua, ruh : yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu dan merasa,
ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui
3. ketiga, nafs : yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia
4. keempat, aql: yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat ilmu yang
tempatnya di hati.

Jalaluddin dan Usman Said, secara garis besar manusia memiliki empat potensi dasar, yaitu :
1. pertama, hidayah al-ghariziyyah (naluri), yaitu kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan
biologisnya, seperti, makan, minum, seks, dan lain-lain, dalam hal ini antara manusia dengan
binatang sama
2. kedua, hidayah al-hisiyyah (inderawi), yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah SWT
(ahsan at-taqwim)
3. ketiga, hidayah al-aqliyyah, yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik dan
mendidik (animal educandum); dan keempat, hidayah diniyyah, yaitu bahwa manusia merupakan
makhluk yang mempunyai potensi dasar untuk beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Rambu-rambu dan pengembangan IPTEK dalam AL-Qur’an

IPTEK silahkan dikembangkan sampai mencapai puncaknya, akan tetapi ada rambu-rambu yang
tidak boleh dilanggar, yaitu :
1. Pengembangan IPTEK harus berujung pada bertambah kuatnya keyakinan akan keberadaan
Allah swt, Keesaan dan KekuasaanNya yang pada gilirannya akan meningkatkan
ketakwannya pada Allah swt.
2. Pengembangan IPTEK harus mengarah pada kemaslahatan umum umat manusia sebagai
mahluk sosial, mahluk individual dan sebagai mahluk beragama.
Perhatikan sabda Nabi saw. berikut :

‫ارَئ بِــ ِه ال ُّسفَــهَا َء َأ ْو‬


ِ ‫اخــ َر بِـ ِه ْالعُــلَـ َما َء َأ ْو لِيُــــ َم‬ ْ ‫ب ْال ِع‬
ِ َ‫ـــل َم لِـيُـــف‬ َ َ‫َم ْن طَـل‬
)‫ر (منهاج العابدين‬ َ ‫اس ِإلَيْـ ِه َأ ْد َخلَـهُ هللاُ الــنَّا‬ِ َّ‫ُـوهَ الــن‬ ْ ‫ف ُوج‬ َ ‫ـر‬ِ ْ‫لِـيَص‬
Artinya : Barang siapa menuntut ilmu supaya nanti bisa berbangga dihadapan ulama
(ilmuwan?) dengan ilmunya, atau supaya dapat menyanggah (membodohi) orang-orang yang
bodoh, atau supaya dengan ilmu itu manusia berpaling padanya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam neraka. (dikutip dari kitab Minhajul Abidin)
B.    PERINTAH MEMPELAJARI ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Islam agama yang syamil, kamil dan mutakamil (menyeluruh, sempurna dan
menyempurnakan).Islam tidak hanya mengatur perihal ibadah vertikal saja, namun seluruh aspek
kehidupan, termasuk diantaranya mempelajari Iptek.  
Al-Qur`an diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah tidak hanya memerintahkan untuk
sekedar dibaca, sesuai dengan wahyu yang pertama diturunkan dalam QS. 96: 1, tetapi
mengandung maksud lebih dari itu yaitu menghendaki seluruh umatnya membaca, menggali,
mendalami, meneliti apa saja yang ada di alam semesta ini dan mengambil manfaat untuk
kehidupan manusia dengan mengetahui ciri-ciri sesuatu seperti: bencana alam, tanda-tanda
zaman, sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun yang tidak tertulis sehingga dapat menghadapi
tantangan dan menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern yang diterapkan dalam
segala aspek kehidupan.
Proses kehidupan manusia itu selalu mengalami perkembangan yang pesat dari awal
terbentuknya manusia, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai tua dan alam semesta ini dibuat
Allah tidak sia-sia, tetapi ada hikmah didalamnya agar manusia dapat mempelajari iptek, sesuai
dalam QS. 3: 190-191yang berbunyi: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka”.
Dalam ayat ini mengandung maksud perintah untuk mempelajari iptek karena manusia telah
dipilih sebagai makhluk yang memiliki kemampuan dan derajat tinggi, antara lain:
 Manusia diperintahkan untuk menggunakan akal pikiran dengan membaca, belajar dan
meneliti alam semesta.
 Manusia dijadikan khalifah di muka bumi, dibuktikan dengan Allah SWT memilih nabi
Adam sebagai pemimpin dibandingkan makhluk yang lain.
 Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman untuk menjadikan
dirinya memiliki derajat tinggi dunia akhirat
 Manusia diperintahkan menjadi profesional terhadap bidang ilmu yang dimiliki
C.       Persepektif Islam Tentang Iptek
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat,
kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern
tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa
diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau  krisis
multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau,
sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk
segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat
nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban
modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi
vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis
hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung
jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan
dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang  bermanfaat manakala manusia menggunakan
dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala
digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan
bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan
analisa-analisa yang teliti, obyekitf  dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.

D. Ilmu pengetahuan dan teknologi  dalam al-Qur`an


Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak
terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir,
serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk
diselidiki, diteliti dan dikembangkan.Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal
fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui
maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan
berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar.Nazhar adalah
mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam
peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan
historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.  Sebagaimana firman Allah berikut ini:

ِ ْ‫اواتِ َواَأْلر‬
‫ض‬ َ ‫قُاِل ْنظُرُوا َما َذافِيال َّس َم‬
Artinya:    “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan
metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)

َ‫ضفَا ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ َعاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِيْن‬


ِ ْ‫قَ ْد َخلَ ْت ِم ْنقَ ْبلِ ُك ْم ُسنَنٌفَ ِس ْيرُوافِياَْألر‬
Artinya:     “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

ِ ‫َوفِيَأ ْنفُ ِس ُك ْمَأفَالَتُب‬


  َ‫ْصرُوْ ن‬
Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”. (QS. Az-
Zariyat: 21)
Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia
menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta.
Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:
A.    Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah
Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga
manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada
akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal
dengan naql.
Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai
persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi
tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang
tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah akan
berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi
teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.
Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu
pertama QS.Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian
dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia.Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian
secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20 :

َ‫) َوِإلَى ْال ِجبَا ِل َك ْيف‬18( ‫ت‬ ْ َ‫َأفَالَ يَ ْنظُرُوْ نَ ِإلَى ْاِإل بِ ِل َك ْيفَ ُخلِق‬
ْ ‫) َوِإلَى ال َّس َما ِء َك ْيفَ ُرفِ َع‬17( ‫ت‬
)20( ‫ت‬ ْ ‫ُط َح‬ِ ‫ض َك ْيفَ س‬ِ ْ‫) َوِإلَى اَْألر‬19( ‫ت‬ ْ َ‫صب‬
ِ ُ‫ن‬
Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana
ia dihamparkan?”(QS. Al-Ghasiyah: 17-20)
Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan
observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif
seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-
dasar sains.

َ‫َو ِم ْن ُك ِّّل َش ْي ٍء خَ لَ ْقنَا َزوْ َج ْي ِن لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬


Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.
(QS. Az Zariyat: 49)

َ‫ت اَْألرْ ضُ َو ِم ْن َأ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِم َّما الَ يَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ ‫ق اَْأل ْز َو‬


ُ ِ‫اج ُكلَّهَا ِم َّما تُ ْنب‬ َ َ‫ُسب َْحانَ الَّ ِذي َخل‬
Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui”. (QS. Yasin: 36)
Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-
pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan
positron.Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion
(ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02
Mev.Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian.Karena dengan
melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap. 

B.    Al-Quran Sebagai Prediktor


Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang
baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab
akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh
manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui
sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.
Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:

ِ َّ‫ت َأ ْي ِدي الن‬


‫اس‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا َد فِي ْالبَ ِّّر َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan
manusia...” (QS. Ar Rum: 41)

‫) ثُ َّم يَْأتِي ِم ْن‬47( َ‫ص ْدتُ ْم فَ َذرُوْ هُ فِي ُس ْنبُلِ ِه ِإالَّ قَلِ ْيالً ِم َّما تَْأ ُكلُوْ ن‬ َ ‫ال ت َْز َر ُعوْ نَ َس ْب َع ِسنِ ْينَ َدَأبَا فَ َما َح‬
َ َ‫ق‬
)48( َ‫صنُوْ ن‬ ِ ْ‫بَ ْع ِد ذلِكَ َس ْب ٌع ِشدَا ٌد يَْأ ُك ْلنَ َما قَ َّد ْمتُ ْم لَه َُّن ِإالَّ قَلِ ْيالً ِم َّما تُح‬
Artinya:    "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa;
Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang
kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu
simpan.(QS. Yusuf: 47-48)

C.    Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi


Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan
penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:

ٍ ْ‫ض َك ْم َأ ْنبَ ْتنَا فِ ْيهَا ِم ْن ُكلِّ َزو‬


)7( ‫ج َك ِري ٍْم‬ ِ ْ‫َأ َأ َولَ ْم يَ َروْ ا ِإلَى اَْألر‬
Artinya:     Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik (QS. As Syu’ara: 7)
Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu
pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan
konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 
D.   Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)
Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan
teratur.Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan
fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia
biologi dan lain-lain).Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili peristiwa
yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak mampu,
dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu yang
mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih. 
Perhatikan firman Allah berikut ini:

‫ض ِم َّما يَْأ ُكـ ُل النَّاسُ َواَْأل ْنعَا ُم‬


ِ ْ‫َبَات اَْألر‬ُ ‫اختَلَطَ بِـ ِه ن‬ ْ َ‫زَلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف‬ْ ‫ِإنَّ َما َمثَ ُل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْن‬
‫َت َوظَ َّن َأ ْهلُهَا َأ ْنهُ ْم قَا ِدرُوْ نَ َعلَ ْيهَا َأتَاهَا َأ ْم ُرنَا لَ ْيالً َأوْ نَهَارًا‬ ْ ‫ت اَْألرْ ضُ ُز ْخ ُرفَهَا َوا َزيَّن‬ ِ ‫ى ِإ َذا َأخَ َذ‬ َّ ‫َحت‬
ِ ‫صــــ ُل ْاَآليَا‬
)24( َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ ِ ‫صــــ ْيدًا كَ َأ ْن لَّ ْم تَ ْغنَ بِــــاَْأل ْم‬
َ ِ‫س كَ َذل‬
ِّ َ‫ك نُف‬ ِ ‫فَ َج َع ْلنَاهَا َح‬
Artinya:     Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang
kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman bumi,
di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah
Sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam
atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)

E.    Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek


Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada
saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat
kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam.Jadi
teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan
perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:

ِ ‫ك َوالَ تَ ْبـ‬
‫ـغ‬ َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َوَأحْ ِس ْن َكمَا َأحْ َسـنَ هللاُ ِإلَ ْيـ‬
َ َ‫َص ْيب‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِ ْي َما َآتَاكَ هللاُ ال َّدا َر ْاَآل ِخ َرةَ َوالَ تَ ْن‬
ِ ‫سن‬
َ‫ض ِإ َّن هللاَ الَ يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬ ِ ْ‫ْالفَ َسا َد فِي اَْألر‬
Artinya:   Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)
Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas
nilai.Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia
merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat.Dalam kerangka ini sains Barat
semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk
pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras
manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam.Dalam sistem
Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan
demi sains dan teknologi. 
Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk
meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong
timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa
merekalah penguasa jagad raya ini.  
Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan
penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953.Sejak saat itu berbagai macam
teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan.
Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia sebagai tuhan. 
Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia
Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.

E.  Peran Islam dalam perkembangan Iptek


Peran Islam dalam perkembangan Iptek sitidaknya ada dua yaitu :
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.Paradigma
inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada
sekarang.Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qaidah fikriyah) bagi seluruh bangunan ilmu pengetahuan.
Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan,
melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.Maka ilmu pengetahuan yang sesuai
dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib
ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang
digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang.Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan
pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam).Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Hal hal yang berkaitan peran Islam dalam perkembangan IPTEK


1.    Paradigma Hubungan Agama-Iptek
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek (Agus, 1999). Agama yang dimaksud di sini, adalah
agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw, untuk
mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah), hubungan
manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan hubungan
manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem pidana.
Bagaimana hubungan agama dan iptek? Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang
mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah dipisahkan dari
kehidupan (fashl al-dinan al-hayah).Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya.Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik.Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa mencampuri dan
mengintervensi yang lainnya. Agama dan iptek sama sekali terpisah baik secara ontologis
(berkaitan dengan pengertian atau hakikat sesuatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada hubungan dan kaitan apa pun dengan iptek.
Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip
dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem.Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi
secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam
hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
Paradigma tersebut didasarkan pada pikiran Karl Marx yang ateis dan memandang agama
(Kristen) sebagai candu masyarakat, karena agama menurutnya membuat orang terbius dan lupa
akan penindasan kapitalisme yang kejam. Karl Marx mengatakan : Agama adalah keluh-kesah
makhluk tertindas, jiwa dari suatu dunia yang tak berjiwa, sebagaimana ia merupakan ruh/spirit
dari situasi yang tanpa ruh/spirit. Agama adalah candu bagi rakyat
Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali
dengan iptek. Seluruh bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide
dasar materialisme, khususnya Materialisme Dialektis (Yahya Farghal, 1994: 112). Paham
Materialisme Dialektis adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan
yang terjadi terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan
yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembanganitu sendiri (Ramly, 2000:
110).
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar
dan pengatur kehidupan.Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam
yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah
(landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran
dan ilmu pengetahuan manusia
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang
pertama kali turun : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, (Qs. sl-
Alaq: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai
pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam,
karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang
merupakan asas Aqidah Islam (Al-Qashash: 81).
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa, kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan
berada pada pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah
yang mencakup dan meliputi segala sesuatu Firman Allah SWT : Kepunyaan Allah-lah apa
yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha meliputi segala
sesuatu. (QS. AN-Nisaa` : 126). Alam ayat lain disebutkan :Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu. (Qs. ath-Thalaq: 12).

2.   Aqidah Islam Sebagai Dasar Iptek


Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam iptek, yaitu aqidah Islam harus
dijadikan basis segala konsep dan aplikasi iptek.Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah
dibawa oleh Rasulullah Saw.
Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini.Bukan
paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah
terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan
hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler
inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam,
diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang
bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan
sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.
Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi.Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan
paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang
seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.
Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan
landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits,
tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-
Qur`an dan al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.

3.  Syariah Islam Standar Pemanfaatan Iptek


Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek.Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya.Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang
mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan
ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa`: 65). ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah
kamu mengambil pelajaran (daripadanya).(Qs. al-Araaf : 3).
Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan :
1.    Pengertian Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan
teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk
memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.
2.    Persepektif Islam tentang teknologi, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah
termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali
jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit.
Manusialah yang  bertanggung jawab atas penggunaan produk teknologi, bermanfaatkah
atau sebaliknya mendatangkan dosa dan malapetaka bila tidak dilakukan dengan baik. Hal
ini sesuai dengan dasar al-Qur`an yang memberi motivasi bagi manusia dalam menggunakan
akal pikirannya sehingga tercipta teknologi yang canggih, yang meliputi :
a.    Al-Qur`an sebagai produk wujud Iptek Allah
b.    Al-Qur`an sebagai prediktor
c.    Al-Qur`an sebagai sumber motivasi
d.   Al-Qur`an dan simplikasi
e.    Al-Qur`an sumber etika pengembangan Iptek.
3.    Peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua).Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.Jadi,
paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat
Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan.Kedua, menjadikan syariah Islam
sebagai standar penggunaan iptek. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat yang
seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek. Jika dua peran ini
dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, insyaallah akan ada berbagai berkah dari
Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan(ayat-
ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’raaf : 96).
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

Nizar, Samsul, Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Padang: IAIN
Imam Bonjol Press, 1999

Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:


Gaya Media Pratama, 2001

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2006

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam


Mulia, 2006), Cet. ke-5, h. 14

Samsul Nizar, Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam, (Padang:IAIN


mam Bonjol Press, 1999), h. 59

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:


Gaya Media Pratama, 2001), h. 118

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
h. 28

Anda mungkin juga menyukai