Oleh:
Kelompok : 6 (Enam)
1. Hanan Sururi 210103072
2. Alfa Rizky Maharanda Putra 210103073
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PARADIGMA
PENGEMBANGAN IPTEKS" dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Afdhal selaku dosen Mata Kuliah
Al-Islam Kemuhammadiyaan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang IPTEKS padazaman dahulu,
ini merupakan suati kenyataan yang cukup memprihatinkan.
Di samping adanya manfaat dari perkembangan IPTEKS itu sendiri, IPTEKS
ternyata juga memberikan dampak buruk kepada para penggunanya, seperti
pengaksesan situs pornodi internet, perjudian, dan kecurangan.Di sinilah peran
agama Islam untukmeluruskannya.Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam
itu sendiri terhadap perkembangan IPTEKS.
Berdasarkan latar belakang tersebut, makalah ini akan membahas apa saja
paradigma dalam perkembangan IPTEK.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam kehidupan manusiaseharihari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untukmemperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang
berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk
memanfaatkanalam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan(Reta Elly et
al., 2020).
4
Agama tidak mengatur kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama
dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang
menafikan eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan
dan kaitan apa pun dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan
lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di
atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi secara
sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka
agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan
ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar
materialisme, khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis
adalah paham yang memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi
terus menerus melalui proses dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan
yang ada pada materi yang sudah mengandung benih perkembangan itu sendiri.
Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap
tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari kehidupan. Berdasarkan
paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan
iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama
adalah dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu
pengetahuan. Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an
dan al-Hadits-- menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang
di atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia.
Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu(Sangkala & Rahmiyati, 2015).
5
Qur’an sebagai dasar pijakan seorang muslim dalam kehidupan ini memberikan
kejelasan, bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan potensi akal untuk
memahami elemen- elemen alam, menyelidiki dan menggunakan benda-benda
dalam bumi dan langit demi kebutuhannya. Allah SWT dalam surat al-Israa’
berfirman:
“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
didaratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan.” (Q.S. Al-Israa’ [17]: 70)
Dalam ayat tersebut, Al-Qur’an sakhhara yang artinya menundukkan atau
merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang
dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya
berada di bawah manusia. Peran manusia sebagai khalifah dimuka bumi
menyebabkan alam semesta tunduk dalam kepemimpinan manusia.
6
Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits
yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk
menggunakan IPTEKS) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya
sebagaimana firman Allah berikut:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Q.S. an-Nisaa` [4]: 65)
7
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S.
Al-Qashash [28]: 77)
Dengan demikian, rambu-rambu pengembangan IPTEKS dalam Islam adalah
menjadikan paradigma Islam sebagai pandangan utama dan menjadikan syariah
Islam sebagai dasar dalam penerapan dan pemanfaatan konsep IPTEKS.
Perkembangan IPTEKS itu harus diikuti dengan keimanan dan ketakwaan,
sehingga pengembangan IPTEKS merupakan hasil dari keterampilan manusia
dengan dilandasi Al-Qur’an dan Hadits(Drs. Mu’adz et al., 2016).
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan
1. Pengertian Ilmu pengetahuan dan Teknologi adalah suatu cara
menerapkankemampuanteknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan
berdasarkan proses teknis tertentu untukmemanfaatkan alam bagi
kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.
2. Persepektif Islam tentang teknologi, menurut hukum asalnya segala
sesuatu itumubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai
peradaban, semua tidak ada yang haramkecuali jika terdapat nash atau
dalil yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama yangsempit.
Manusialah yang bertanggung jawab atas penggunaan produk teknologi,
bermanfaatkah atau sebaliknya mendatangkan dosa dan malapetaka bila
tidak dilakukandengan baik. Hal ini sesuai dengan dasar al-Qur`an yang
memberi motivasi bagi manusiadalam menggunakan akal pikirannya
sehingga tercipta teknologi yang canggih.
3. Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan
iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam
yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada 2 (dua).
Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar
penggunaan iptek dan seni. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar
manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat
Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
4. Rambu-rambu pengembangan IPTEKS, yaitu pertama menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan.
Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan IPTEKS,
dan ketiga pengembangan IPTEKS terkandung muatan etika yang
selalu menyertai hasil teknologi pada saat akan diterapkan
9
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Mu’adz, M. Ag., Puspita Handayani, S. Ag. , M. Pd. I., Anita Puji Astutik, M.
Pd. I., & Supriyadi, M. Pd. I. (2016). ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN.
Reta Elly, Y., Fanny, A., Masrofatun, K., & Anisa. Vaieza. (2020). PARADIGMA
PENGEMBANGAN IPTEK DALAM ISLAM.
https://www.academia.edu/44738774/PARADIGMA_PENGEMBANGAN_I
PTEK_DALAM_ISLAM
Sangkala, & Rahmiyati, A. (2015). PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEKS.
https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/03/paradigma-pengembangan-
ipteks.html
10