Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ikaitkan dengan peran ilmu sosial. Paradigma interpretif
memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas “sosially
meaningful action” melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial
dalam latar alamiah agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana
para aktor sosial menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka.
Paradigma kritis berpandangan bahwa unsur kebenaran adalah melekat
pada keterpautan antara tindakan penelitian dengan situasi historis yang
melingkupi. Penelitian tidak dapat terlepas dari konteks tertentu, misalnya
situasi politik, kebudayaan, ekonomi, etnis dan gender.
3. Paradigma Postmodern
Postmodernisme hadir dengan kritik terhadap pandangan
modernisme. Salah satu kritiknya adalah ide mengenai subyektivitas yang
dipegang teguh selama ini menyembunyikan kekuasaan. Ilmu-ilmu sosial
didominasi oleh subyektivitas. Postmodernisme hadir dengan ciri-ciri
hilangnya kedalaman dan hilangnya horizon waktu. Postmoden menerima
pluralitas (fakta kemajemukan) dan prularisme (kemajemukan pikiran).
Postmodern mengakui bahwa realitas tidak terbatas pada realitas fisik saja
tetapi realitas psikis dan spiritual bahkan meliputi juga realitas absolut
yaitu realitas Tuhan. Sepanjang sejarah telah lama diketahui bahwa
pikiran manusia dapat bekerja dalam dua macam pengetahuan (modus
kesadaran) yaitu rasional (sains) dan intuitif (agama). Pengetahuan
rasional diperoleh dari pengalaman yang dialami dengan berbagai objek
dan peristiwa dalam lingkungan sehari-hari ini hanya bisa eksis dalam
relasinya dengan pengetahuan yang lain. Secara metodologi, paradigma
postmodern lebih menekankan pada keakuratan dan reliabilitas melalui
verifikasi dan logical discourse. Dalam aksiologi, paradigma ini lebih
menekankan pada peran nilai (role of value) dalam riset artinya peneliti
membawa nilai-nilai sosial yang diletakkan untuk menjustifikasi
fenomena yang diinvestigasi.
B. Teknik Integrasi Ilmu
1. Teknik IFIAS (International Federation of Institutes for Advanced Study)
Dirumuskan pada tahun 1984 dalam seminar bertema
“Knowledge and Values” yang diselenggarakan di Stockholm. Teknik ini
menempatkan akal dibawah otoritas wahyu. Oleh karenanya tidak ada
pemisahan antara sarana dan tujuan sains. Keduanya tunduk pada kriteria
etika dan nilai keimanan. Jadi sains harus dibangun diatas landasan moral
dan etika yang absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri
3
diatasnya. Akal dianjurkan untuk dipakai dalam kerangka menggali ilmu
pengetahuan ilmiah yang memiliki fungsi sosial untuk kemaslahatan
ilmiah yang memiliki fungsi sosial untuk kemaslahatan masyarakat, dan
sekaligus menjaga moral etiknya.
2. Teknik ASASI (Akademik Sains Islam Malaysia)
Dikembangkan sejak tahun 1977 di Akademik Sains Islam
Malaysia. Menurut teknik ini ilmu tidak dapat dipisahkan dari prinsip-
prinsip Islam. Teknik ini menjadikan al-Qur’an sebagai sumber inspirasi
dan petunjuk serta rujukan dalam kegiatan-kegiatan keilmuan. Secara
epistemologis, menurut pandangan ASASI, ilmu tidak ahnya diperoleh
melalui indera persepsi, induksi, dan deduksi, akan tetapi juga melalui
intuisi, heuristik, mimpi, dan ilham dari Allah.
3. Teknik Islamic Worldview
Dipopulerkan Alparslan Acikgenc, Guru Besar Filsafat pada Fatih
University Istanbul Turki. Teknik ini berangkat dari pandangan bahwa
dunia Islam (Islamic worldview) merupakan dasar bagi epistemologi
Islam secara menyeluruh dan integral. Gagasan utamanya adalah bahwa
keilmuan Islam yang integral dan komprehensif harus diletakkan di atas
empat pilar: (1) iman sebagai dasar struktur dunia, (2) ilmu sebagai
struktur pengetahuan, (3) fikih sebagai struktur nilai, dan (4) kekhalifahan
sebagai struktur manusia.
4. Teknik SPI (Struktur Pengetahuan Islam)
Dikembangkan Osman Bakar, Professor Philosophy of Science
pada University Malaya. Osman berpandangan bahwa ilmu secara
sistematik telah diorganisasikan dalam berbagai disiplin akademik. Ia
mengembangkan empat komponen struktur pengetahuan teoritis, yakni:
(1) struktur dan object matter ilmu yang membangun tubuh pengetahuan,
(2) premis-premis dan asumsi-asumsi dasar yang menjadi dasar
epistemologi keilmuan, (3) metode-metode pengembangan ilmu, dan (4)
tujuan yang ingin dicapai oleh ilmu.
5. Teknik Bucailisme
Dilekatkan kepada ilmuan Maurice Bucaille yang memiliki
kesesuaiannya dengan ayat al-Qur’an, sehingga keilmuan Islam harus
bersesuaiannya dengan penemuan ilmiah yang bersifat dinamis dan terus
berkembang. Pendapat ini mendapat kritik dan penolakan serius dari
banyak pemikir muslim karenameletakkan al-Qur’an dalam posisi nisbi.
6. Teknik Integrasi Keilmuan Berbasis Filsafat Klasik
4
Berpandangan bahwa idealitas integrasi ilmu keislaman adalah
dengan menggali warisan filsafat Islam Klasik dimana para filosof
muslim Klasik memasukkan tauhid ke dalam skema teori mereka. Prinsip
tauhid dimaksudkan adalah bahwa kesatuan Tuhan dijadikan sebagai
prinsip kesatuan alam (unity of nature). Penganjur utama teknik ini adalah
Seyyed Hossein Nasr. Menurut Nasr, ilmuan Islam modern hendaklah
mengimbangi dua pandangan tanzih dan tasybih untuk mencapa tujaun
integrasi keilmuan keislaman.
7. Teknik Integrasi Keilmuan Islam Berbasis Tasawuf
Dipelopor oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas. Ia
mengistilahkan model ini dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
(Islamization of Knowledge). Menurutnya Islamisasi Ilmu masa kini
harus melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama,
pemisahan elemen-elemen dan konsep kunci yang membentuk
kebudayaan dan peradaban Barat dari setiap cabang ilmu pengetahuan
masa kini. Kedua, pemasukan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep
kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.
8. Teknik Integrasi Keilmuan Berbasis Fiqh
Digagas oleh Ismail Raji al-Faruqi. Pemikiran integrasinya
berakar pada tradisi pemikiran ulama fiqh dalam menjadikan al-Qur’an
dan al-Sunnah sebagai puncak kebenaran. Ini dari pendekatan ini adalah
penggunaan kaidah fiqh melalui dedukasi al-Qur’an dan keseluruhan
korpus al-Sunnah.
9. Teknik Kelompok Ijmali
Dipelopor oleh Ziauddin Sardar yang memimpin sebuah kelompok
yang dinamakan Kelompok Ijmali. Menurut Saradar, tujuan sains Islam
bukanlah untuk mencari kebenaran akan tetapi melakukan penyelidikan
sains menurut kehendak masyarakat. Muslim berdasarkan etos Islam
yang digali dari al-Qur’an. Sardar berpendapat bahwa sains adalah sarat
nilai(value laden) dan kegiatan sains lazim dijalankan dalam suasana
pemikiran atau paradigma tertentu.
10. Teknik Kelompok Aligargh
Dipelopor oleh Zaki Kirmani yang memimpin Kelompok
Aliagargh University India. Model kelompok Aligargh menyatakan
bahwa sains Islam berkembang dalam suasana “ilm dan tasykir untuk
menghasilkan gabungan ilmu dan etika. Ia mengembangkan konsep
struktur Islam berdasarkan paradigma wahyu dan taqwa
5
.
2.3 Panduan Teknis Pengitegrasian dan Contoh Praktik Integrasi Ilmu
Ketika kita mendengar kata "sains" dan "agama, serta merta orang akan berpikir
akan sejarah hubungan seru di antara keduanya. Dalam catatan sejarah perjumpaan
agama dengan sains tidak hanya berupa pertentangan belaka, tetapi juga orang
berusaha untuk mencari hubungannya antara keduanya pada posisi yaitu sains
tidak mengarahkan agama kepada jalan yang dikehendakinya dan agama juga
tidak memaksanakan sains untuk tunduk pada kehendaknya.
Islam memandang bahwasannya Sains dan Ilmu tidak memiliki perbedaan,
karena baik Al Quran maupun As Sunnah tidak membedakaan keduanya, yang ada
hanyalah Ilmu, tidak ada pemisahan antara Sains maupun Ilmu Agama. Pembagian
adanya Sains dan Ilmu Agama merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengindetifikasikan ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya. Keadaan dunia
islam mengalami kemunduran banyak diakibatkan oleh tidak adanya perhatian
tentang tinjauan normatif atas fenomena yang terjadi, yang mengharuskan setiap
umat memahami secara seksama tentang pandangan Allah terhadap Integrasi Ilmu
antara Sains dan Ilmu Agama, sehingga sebuah lembaga pendidikan ‘hanya’ akan
melahirkan seorang ulama yang ulama, dan ilmuan yang ilmuan.
Sebagai contoh integrasi antara ilmu agama dan sains adalah mengenai penciptaan
bintang. Ayat al-Qur’an yang digunakan sebagai sumber ayat qouliyah dan
kemudian dibuktikan dengan ayat kauniyah yakni dengan hasil- hasil observasi,
eksperimen, dan penalaran logis. Sebagaimana dalam ayat al- qur’an yang
menjelaskan mengenai penciptaan bintang adalah surat al-an’am.
ِ ص ْلنَا اآلیَا
٩٧﴿ َت ِلقَ ْوم یَ ْعلَ ُمون َّ َت ْالبَ ِر َو ْالبَ ْح ِر قَدْ ف
ِ ظلُ َما َ َوھ َُو الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ُم النُّ ُج
ُ وم ِلت َ ْھتَدُواْ بِ َھا فِي
6
Contoh lain yang merupakan integrasi antara ilmu agama dan sains adalah
tentang konsep manajemen. Yang mana di dalam suatu hadits di jelaskan.“Idza
Wusidal Amru Ila Ghori Ahlihi, Faantadziris Sa’ah”. (artinya: jika suatu perkara
diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya)
Dengan demikian, upaya untuk menghubungkan dan memadukan antara sains dan
agama, tak hanya berarti menyatukan atau bahkan mencampur adukkan, karena
identitas atau watak dari masing-masing kedua identitas itu tak mesti hilang, atau
sebagian orang bahkan akan berkata, harus tetap dipertahankan. Jika tidak,
mungkin saja yang diperoleh dari hasil hubungan itu "bukan ini dan bukan itu",
dan tak jelas lagi apa fungsi dan manfaatnya. Integrasi yang diinginkan adalah
integrasi yang "konstruktif', hal ini dapat dimaknai sebagai suatu upaya integrasi
yang menghasilkan konstribusi baru untuk sains dan agama yang dapat diperoleh
jika keduanya terpisahkan.
7
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan
yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan. Ilmu ialah suatu
cara untuk mengetahui. Ragam paradigma yaitu paradigma fungsionalis,
paradigma interpretif, paradigma postmodern.
Integrasi ilmu adalah keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam
hal ini Islam) dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau Sains. Teknik integritas ilmu
yaitu Teknik IFIAS, ASASI, Islamic Worldview, SPI, Bucailisme, Integrasi
Keilmuan Berbasis Filsafat Klasik, Integrasi Keilmuan Islam Berbasis Tasawuf,
Integrasi Keilmuan Berbasis Fiqh, Teknik Kelompok Ijmali, Teknik Kelompok
Aligargh.
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang kami
miliki dari tulisan maupun bahasan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun guna menyempurkanakan kekurangan dalam makalah kami.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan
kita dalam memahami paradigma dan teknik integrasi ilmu.
8
DAFTAR PUSTAKA