Anda di halaman 1dari 12

Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu

Dosen Pengampu : Oom Komariah, S.Pd.I.,M.Ag.

Disusun oleh Kelompok 6 Kelas 6D :

Amy Ravita Sari 2105015004


Putri Jenisa 2105015184

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi
Muhammad SAW serta keluarganya, para sahabatnya dan umat Nabi sampai saat ini,
Aamiin. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami diberikan kemudahan untuk menyelesaikan
makalah “Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu” dengan baik dan dalam tepat
waktu. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Islam
dan Kesehatan. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya
pada “Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu”.
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada ibu Oom Komariah,
selaku dosen mata kuliah Islam dan Kesehatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Semoga makalah yang
kami buat dapat dipahami dengan baik dan bermanfaat bagi siapapun. Jangan lupa
berusaha dan berdoa kepada Allah SWT serta janganlah mudah putus asa dan jangan
takut gagal. Karena orang-orang alim atau ilmuan juga berulangkali mengalami
kegagalan untuk menunggu suatu kesuksesan.
Wassalamual'aikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 9 April 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1 Paradigma dalam Integrasi Ilmu .......................................................................... 2
2.2 Ragam Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu ..................................................... 2
2.3 Panduan Teknis Pengitegrasian dan Contoh Praktik Integrasi Ilmu ................... 6
BAB III PENUTUPAN ............................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 8
3.2 Saran .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu yang demikian pesat tentu saja tidak terlepas
dari karakteristiknya yang semakin terbuka, dan terintegrasi dengan kehidupan
manusia. Secara lebih eksplisit, integrasi ilmu dengan berbagai aspek kehidupan
tercermin dari pola hubungan timbal balik antara ilmu dengan aspek-aspek utama
kehidupan manusia, yaitu teknologi, kebudayaan, filsafat, dan bahkan agama
sebagai salah satu instuisi sakral dalam kehidupan manusia.
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan telah
dilakukan oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama.
Secara totalitas ditegah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah konsep bahwa umat Islam akan maju
dapat menyusul orang-orang barat apabila mampu mentransformasikan dan
menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan dalam rangka memahami
wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ide pengintegrasian ilmu dikembangkan pertama kali oleh Muhammad
Natsir. Beliau melihat bahwa mereka yang hanya mempelajari ilmu agama dan
yang hanya mempelajari ilmu dunia sama-sama jauh dari agamanya. Sebab
didalam Al Qur’an surat Al Qashash ayat 77, Allah memerintahkan kita agar hidup
seimbang. Dengan demikian Integrasi adalah keterpaduan antara nilai-nilai agama
(dalam hal ini Islam), dengan ilmu pengetahuan pada umumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paradigma dalam integrasi ilmu?
2. Apa saja ragam paradigma dan teknik integrasi ilmu?
3. Bagaimana panduan teknis pengitegrasian dan contoh praktik integrasi ilmu?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui paradigma dalam integrasi ilmu
2. Mengetahui ragam paradigma dan teknik integrasi ilmu
3. Mengetahui panduan teknis pengitegrasian dan contoh praktik integrasi ilmu

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paradigma dalam Integrasi Ilmu


Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan
yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan. Ilmu ialah suatu cara
untuk mengetahui. Yang hendak diketahui adalah realitas, yakni segala sesuatu,
baik yang konkret maupun yang abstrak. Ilmu bahkan telah menjadi semacam way
of life dan setiap aspek kehidupan manusia kini terlibat dengan praktik, proses, dan
produk-produk kegiatan ilmiah. Manusia pun secara sadar atau tanpa sadar
cenderung berkehidupan dengan “cara-cara ilmiah”, atau sesuai dengan tuntutan dan
tuntunan ilmiah pada umumnya.
Integrasi ilmu adalah keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama
(dalam hal ini Islam) dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau Sains. Jika dipelajari
secara seksama, sesungguhnya ilmu pengetahuan di dunia ini dapat di klasifikasikan
menjadi tiga golongan, yaitu ilmu alam (natural science), ilmu social (social
science), dan ilmu humaniora (humanities). Ketiga jenis ilmu (ilmu alam, ilmu
social dan ilmu humaniora) berlaku secara universal, di mana saja. Hanya saja,
dikalangan umat islam merumuskan ilmu tersendiri yang bersumberkan pada al-
Qur’an dan Hadits.
2.2 Ragam Paradigma dan Teknik Integrasi Ilmu
A. Ragam Paradigma
1. Paradigma Fungsionalis/Positivisme
Positivisme merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling
awal muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Paradigma
positivist/fungsionalis ini telah ratusan tahun menjadi pedoman bagi
ilmuwan dalam mengungkapkan kebenaran realitas. Paradigma ini
memiliki pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan hubungan sosial
dengan pemikiran yang rasional, dengan orientasi yang pragmatik
berkaitan dengan pengetahuan tepat guna dan mengedepankan regulasi
yang efektif serta pengendalian hubungan sosial. Positivist/fungsional
selalu menekankan pada generalisasi untuk memberikan kekuatan
akumulasi pengetahuan atas fenomena sebab akibat. Bagi pendukung
paradigma ini penjelasan dan deskripsi adalah hubungan antara logika,
data dan hukum atau mungkin standar yang diperoleh.
2. Paradigma Interpretif

2
Ikaitkan dengan peran ilmu sosial. Paradigma interpretif
memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis atas “sosially
meaningful action” melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial
dalam latar alamiah agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana
para aktor sosial menciptakan dan memelihara dunia sosial mereka.
Paradigma kritis berpandangan bahwa unsur kebenaran adalah melekat
pada keterpautan antara tindakan penelitian dengan situasi historis yang
melingkupi. Penelitian tidak dapat terlepas dari konteks tertentu, misalnya
situasi politik, kebudayaan, ekonomi, etnis dan gender.
3. Paradigma Postmodern
Postmodernisme hadir dengan kritik terhadap pandangan
modernisme. Salah satu kritiknya adalah ide mengenai subyektivitas yang
dipegang teguh selama ini menyembunyikan kekuasaan. Ilmu-ilmu sosial
didominasi oleh subyektivitas. Postmodernisme hadir dengan ciri-ciri
hilangnya kedalaman dan hilangnya horizon waktu. Postmoden menerima
pluralitas (fakta kemajemukan) dan prularisme (kemajemukan pikiran).
Postmodern mengakui bahwa realitas tidak terbatas pada realitas fisik saja
tetapi realitas psikis dan spiritual bahkan meliputi juga realitas absolut
yaitu realitas Tuhan. Sepanjang sejarah telah lama diketahui bahwa
pikiran manusia dapat bekerja dalam dua macam pengetahuan (modus
kesadaran) yaitu rasional (sains) dan intuitif (agama). Pengetahuan
rasional diperoleh dari pengalaman yang dialami dengan berbagai objek
dan peristiwa dalam lingkungan sehari-hari ini hanya bisa eksis dalam
relasinya dengan pengetahuan yang lain. Secara metodologi, paradigma
postmodern lebih menekankan pada keakuratan dan reliabilitas melalui
verifikasi dan logical discourse. Dalam aksiologi, paradigma ini lebih
menekankan pada peran nilai (role of value) dalam riset artinya peneliti
membawa nilai-nilai sosial yang diletakkan untuk menjustifikasi
fenomena yang diinvestigasi.
B. Teknik Integrasi Ilmu
1. Teknik IFIAS (International Federation of Institutes for Advanced Study)
Dirumuskan pada tahun 1984 dalam seminar bertema
“Knowledge and Values” yang diselenggarakan di Stockholm. Teknik ini
menempatkan akal dibawah otoritas wahyu. Oleh karenanya tidak ada
pemisahan antara sarana dan tujuan sains. Keduanya tunduk pada kriteria
etika dan nilai keimanan. Jadi sains harus dibangun diatas landasan moral
dan etika yang absolut dengan sebuah bangunan yang dinamis berdiri

3
diatasnya. Akal dianjurkan untuk dipakai dalam kerangka menggali ilmu
pengetahuan ilmiah yang memiliki fungsi sosial untuk kemaslahatan
ilmiah yang memiliki fungsi sosial untuk kemaslahatan masyarakat, dan
sekaligus menjaga moral etiknya.
2. Teknik ASASI (Akademik Sains Islam Malaysia)
Dikembangkan sejak tahun 1977 di Akademik Sains Islam
Malaysia. Menurut teknik ini ilmu tidak dapat dipisahkan dari prinsip-
prinsip Islam. Teknik ini menjadikan al-Qur’an sebagai sumber inspirasi
dan petunjuk serta rujukan dalam kegiatan-kegiatan keilmuan. Secara
epistemologis, menurut pandangan ASASI, ilmu tidak ahnya diperoleh
melalui indera persepsi, induksi, dan deduksi, akan tetapi juga melalui
intuisi, heuristik, mimpi, dan ilham dari Allah.
3. Teknik Islamic Worldview
Dipopulerkan Alparslan Acikgenc, Guru Besar Filsafat pada Fatih
University Istanbul Turki. Teknik ini berangkat dari pandangan bahwa
dunia Islam (Islamic worldview) merupakan dasar bagi epistemologi
Islam secara menyeluruh dan integral. Gagasan utamanya adalah bahwa
keilmuan Islam yang integral dan komprehensif harus diletakkan di atas
empat pilar: (1) iman sebagai dasar struktur dunia, (2) ilmu sebagai
struktur pengetahuan, (3) fikih sebagai struktur nilai, dan (4) kekhalifahan
sebagai struktur manusia.
4. Teknik SPI (Struktur Pengetahuan Islam)
Dikembangkan Osman Bakar, Professor Philosophy of Science
pada University Malaya. Osman berpandangan bahwa ilmu secara
sistematik telah diorganisasikan dalam berbagai disiplin akademik. Ia
mengembangkan empat komponen struktur pengetahuan teoritis, yakni:
(1) struktur dan object matter ilmu yang membangun tubuh pengetahuan,
(2) premis-premis dan asumsi-asumsi dasar yang menjadi dasar
epistemologi keilmuan, (3) metode-metode pengembangan ilmu, dan (4)
tujuan yang ingin dicapai oleh ilmu.
5. Teknik Bucailisme
Dilekatkan kepada ilmuan Maurice Bucaille yang memiliki
kesesuaiannya dengan ayat al-Qur’an, sehingga keilmuan Islam harus
bersesuaiannya dengan penemuan ilmiah yang bersifat dinamis dan terus
berkembang. Pendapat ini mendapat kritik dan penolakan serius dari
banyak pemikir muslim karenameletakkan al-Qur’an dalam posisi nisbi.
6. Teknik Integrasi Keilmuan Berbasis Filsafat Klasik

4
Berpandangan bahwa idealitas integrasi ilmu keislaman adalah
dengan menggali warisan filsafat Islam Klasik dimana para filosof
muslim Klasik memasukkan tauhid ke dalam skema teori mereka. Prinsip
tauhid dimaksudkan adalah bahwa kesatuan Tuhan dijadikan sebagai
prinsip kesatuan alam (unity of nature). Penganjur utama teknik ini adalah
Seyyed Hossein Nasr. Menurut Nasr, ilmuan Islam modern hendaklah
mengimbangi dua pandangan tanzih dan tasybih untuk mencapa tujaun
integrasi keilmuan keislaman.
7. Teknik Integrasi Keilmuan Islam Berbasis Tasawuf
Dipelopor oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas. Ia
mengistilahkan model ini dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan
(Islamization of Knowledge). Menurutnya Islamisasi Ilmu masa kini
harus melibatkan dua proses yang saling berhubungan. Pertama,
pemisahan elemen-elemen dan konsep kunci yang membentuk
kebudayaan dan peradaban Barat dari setiap cabang ilmu pengetahuan
masa kini. Kedua, pemasukan elemen-elemen Islam dan konsep-konsep
kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini yang relevan.
8. Teknik Integrasi Keilmuan Berbasis Fiqh
Digagas oleh Ismail Raji al-Faruqi. Pemikiran integrasinya
berakar pada tradisi pemikiran ulama fiqh dalam menjadikan al-Qur’an
dan al-Sunnah sebagai puncak kebenaran. Ini dari pendekatan ini adalah
penggunaan kaidah fiqh melalui dedukasi al-Qur’an dan keseluruhan
korpus al-Sunnah.
9. Teknik Kelompok Ijmali
Dipelopor oleh Ziauddin Sardar yang memimpin sebuah kelompok
yang dinamakan Kelompok Ijmali. Menurut Saradar, tujuan sains Islam
bukanlah untuk mencari kebenaran akan tetapi melakukan penyelidikan
sains menurut kehendak masyarakat. Muslim berdasarkan etos Islam
yang digali dari al-Qur’an. Sardar berpendapat bahwa sains adalah sarat
nilai(value laden) dan kegiatan sains lazim dijalankan dalam suasana
pemikiran atau paradigma tertentu.
10. Teknik Kelompok Aligargh
Dipelopor oleh Zaki Kirmani yang memimpin Kelompok
Aliagargh University India. Model kelompok Aligargh menyatakan
bahwa sains Islam berkembang dalam suasana “ilm dan tasykir untuk
menghasilkan gabungan ilmu dan etika. Ia mengembangkan konsep
struktur Islam berdasarkan paradigma wahyu dan taqwa

5
.
2.3 Panduan Teknis Pengitegrasian dan Contoh Praktik Integrasi Ilmu
Ketika kita mendengar kata "sains" dan "agama, serta merta orang akan berpikir
akan sejarah hubungan seru di antara keduanya. Dalam catatan sejarah perjumpaan
agama dengan sains tidak hanya berupa pertentangan belaka, tetapi juga orang
berusaha untuk mencari hubungannya antara keduanya pada posisi yaitu sains
tidak mengarahkan agama kepada jalan yang dikehendakinya dan agama juga
tidak memaksanakan sains untuk tunduk pada kehendaknya.
Islam memandang bahwasannya Sains dan Ilmu tidak memiliki perbedaan,
karena baik Al Quran maupun As Sunnah tidak membedakaan keduanya, yang ada
hanyalah Ilmu, tidak ada pemisahan antara Sains maupun Ilmu Agama. Pembagian
adanya Sains dan Ilmu Agama merupakan hasil kesimpulan manusia yang
mengindetifikasikan ilmu berdasarkan sumber objek kajiannya. Keadaan dunia
islam mengalami kemunduran banyak diakibatkan oleh tidak adanya perhatian
tentang tinjauan normatif atas fenomena yang terjadi, yang mengharuskan setiap
umat memahami secara seksama tentang pandangan Allah terhadap Integrasi Ilmu
antara Sains dan Ilmu Agama, sehingga sebuah lembaga pendidikan ‘hanya’ akan
melahirkan seorang ulama yang ulama, dan ilmuan yang ilmuan.
Sebagai contoh integrasi antara ilmu agama dan sains adalah mengenai penciptaan
bintang. Ayat al-Qur’an yang digunakan sebagai sumber ayat qouliyah dan
kemudian dibuktikan dengan ayat kauniyah yakni dengan hasil- hasil observasi,
eksperimen, dan penalaran logis. Sebagaimana dalam ayat al- qur’an yang
menjelaskan mengenai penciptaan bintang adalah surat al-an’am.
ِ ‫ص ْلنَا اآلیَا‬
٩٧﴿ َ‫ت ِلقَ ْوم یَ ْعلَ ُمون‬ َّ َ‫ت ْالبَ ِر َو ْالبَ ْح ِر قَدْ ف‬
ِ ‫ظلُ َما‬ َ ‫َوھ َُو الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ُم النُّ ُج‬
ُ ‫وم ِلت َ ْھتَدُواْ بِ َھا فِي‬

Artinya: Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu


menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui. (Q.S al-an’am: 97).
Ayat al-qur’an di atas merupakan contoh dari integrasi keilmuan antara ilmu
agama dan ilmu sains. Yang mana pada hakikatnya al-qur’an adalah bersifat
universal oleh karena itu perlu adanya observasi, eksperimen serta penalaran yang
logis untuk membahas al-qur’an secara mendalam.
Bahkan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ayat
tersebut telah terbukti kebenarannya. Pada zaman dahulu sebelum ada kompas dan
GPS, orang menggunakan rasi bintang sebagai petunjuk arah, kapan waktu meraka
menanam maupun memanen hasil pertanian.

6
Contoh lain yang merupakan integrasi antara ilmu agama dan sains adalah
tentang konsep manajemen. Yang mana di dalam suatu hadits di jelaskan.“Idza
Wusidal Amru Ila Ghori Ahlihi, Faantadziris Sa’ah”. (artinya: jika suatu perkara
diberikan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya)
Dengan demikian, upaya untuk menghubungkan dan memadukan antara sains dan
agama, tak hanya berarti menyatukan atau bahkan mencampur adukkan, karena
identitas atau watak dari masing-masing kedua identitas itu tak mesti hilang, atau
sebagian orang bahkan akan berkata, harus tetap dipertahankan. Jika tidak,
mungkin saja yang diperoleh dari hasil hubungan itu "bukan ini dan bukan itu",
dan tak jelas lagi apa fungsi dan manfaatnya. Integrasi yang diinginkan adalah
integrasi yang "konstruktif', hal ini dapat dimaknai sebagai suatu upaya integrasi
yang menghasilkan konstribusi baru untuk sains dan agama yang dapat diperoleh
jika keduanya terpisahkan.

7
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan
yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan. Ilmu ialah suatu
cara untuk mengetahui. Ragam paradigma yaitu paradigma fungsionalis,
paradigma interpretif, paradigma postmodern.
Integrasi ilmu adalah keterpaduan secara nyata antara nilai-nilai agama (dalam
hal ini Islam) dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau Sains. Teknik integritas ilmu
yaitu Teknik IFIAS, ASASI, Islamic Worldview, SPI, Bucailisme, Integrasi
Keilmuan Berbasis Filsafat Klasik, Integrasi Keilmuan Islam Berbasis Tasawuf,
Integrasi Keilmuan Berbasis Fiqh, Teknik Kelompok Ijmali, Teknik Kelompok
Aligargh.
3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang kami
miliki dari tulisan maupun bahasan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang membangun guna menyempurkanakan kekurangan dalam makalah kami.
Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan
kita dalam memahami paradigma dan teknik integrasi ilmu.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hasanadi. “Kearifan Lokal Dalam Ungkapan Tradisional: Membaca Ulang


Karakteristik Masyarakat Pasaman Barat.” Jurnal Penelitian Sejarah dan
Budaya 4, no. 1 (2018): 1032–1047.
Indonesia, Jurnal Akuntansi, Umi Muawanah, Dosen Tetap, Prodi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi Universitas, and Gajayana Malang.“Postmodern : (The Best)
Paradigm ?” Akuntansi Indonesia6, no. 1 (2010): 53–64.

Anda mungkin juga menyukai