Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN GERAKAN SHOLAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI SAINS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
KETUA : FEBRIAN PRAYOGO
ANGGOTA : 1. RIRIN ASTUTI
2. MIRATUN NISA
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabby, yang mana telah
melimpahkan nikmat kepada kita terutama nikmat yang paling besar yaitu nikmat Iman dan
Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita yakni Nabi
Muhammad saw., juga tak lupa kepada keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya, tabiin itbauttabiin
dan seluruh umat yang setia mengikuti ajaran-Nya semoga mendapatkan syafaat di yaumul jaza
wal hisab amiin.

Penulis bersyukur kepada Allah swt. karena berkat limpahan Taupik dan Hidayah serta
Inayah-Nya penulis dapat menyusun makalah dengan judul HUBUNGAN GERAKAN
SHOLAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI DAN SAINS, penulis juga
berterima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih dalam batas minimal
sehingga terdapat banyak sekali kekurangan atau jauh dari kesempurnaan, berhubungan dengan
wawasan atau ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif atau
yang dapat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan penulisan selanjutnya.

September, 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Moral (Agama) .........................
a. Definisi Ilmu Pengetahuan ..................................................................
b. Konsepsi Agama Dalam Al-Quran ......................................................
c. Ilmu Dan Moral .....................................................................................
B. Penyalahgunaan Ilmu Dan Teknologi .....................................................
C. Posisi Agama Dalam Pengembangan Ilmu ............................................
KESIMPULAN .............................................................................................
A. Hubungan Ilmu Pengetahuan Dengan Moral (Agama)
Ilmu dan moral adalah dua kata yang memiliki makna berbeda namun sebenarnya kedua
makna kata tersebut saling melengkapi dan berhubungan erat dengan kepribadian seseorang.
Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan masalah moral. Ketika Copernicus
(1473 1543) mengajukan teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa
"bumi yang berputar mengelilingi matahari" dan bukan sebaliknya seperti yang dinyatakan
dalam ajaran agama maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada
ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam
sebagaimana adanya, sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan
kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang
keilmuan (nilai moral), seperti agama.
a. Definisi Ilmu Pengetahuan
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun
dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : jika . maka .
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai
matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa
common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada
adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini
landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak
teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian
pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu
dengan pengetahuan. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya
kumpulan ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu
harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek
formal. Setiap bidang ilmu baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke
dua objek tersebut.
Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan
hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan
sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : jika . maka .
Agama pada umumnya dipahami sebagai :
1. Satu system credo ( tata keimanan atau tata keyakinan ) atas adanya sesuatu yang mutlak di
luar manusia.
2. Satu system siyus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu.
3. Satu system norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud
diatas.
Istilah lain bagi agama ini yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum,
perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan, dan pembalasan. Kesemuanya itu
memberikan gambaran bahwa addiin merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari
seorang hamba kepada Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai
manifestasi ketaatan tersebut (Moh. Syafaat, 1965).
Menurut M. Natsir agama merupakan suatu kepercayaan dan cara hidup yang
mengandung faktor-faktor antara lain ::
Percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup.
Percaya kepada wahyu Tuhan yang disampaikan kepada rosulnya.
Percaya dengan adanya hubungan antara Tuhan dengan manusia.
Percaya dengan hubungan ini dapat mempengaruhi hidupnya sehari-hari.
Percaya bahwa dengan matinya seseorang, hidup rohnya tidak berakhir.
Percaya dengan ibadat sebagai cara mengadakan hubungan dengan Tuhan.
g. Percaya kepada keridhoan Tuhan sebagai tujuan hidup di dunia.
Sementara agama islam dapat diartikan sebagai wahyu Allah yang diturunkan melalui
paraRosul-Nya sebagai pedoman hidup manusia di dunia yang berisi Peratan perintah dan
larangan agar manusia memperoleh kebahagaian di dunia ini dan di akhirat kelak.
b. Konsepsi Agama Dalam Al-Quran
Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam
secara utuh, keseluruhan(jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu
mengikuti langkah setan, sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah
hasanah bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai
masalah-masalah sederhana (seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-
masalah komplek (mengurus Negara).
c. Ilmu dan moral
Perkembangan ilmu tidak pernah terlepas dari ketersinggungannya dengan berbagai
masalah moral. Baik atau buruknya ilmu, sangat dipengaruhi oleh kebaikan atau keburukan
moral para penggunanya. Peledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika
Serikat, merupakan sebuah contoh penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sudah maju pada zamannya. Pada dasarnya masalah moral, tidak bisa dilepaskan dari tekad
manusia untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran. Moral sangat berkaitan dengan
nilai-nilai, serta cara cara terhadap suatu hal
Pada awal masa perkembangannya, ilmu seringkali berbenturan dengan nilai moral
yang diyakini oleh masyarakat. Oleh karena itu, sangat banyak ilmuwan atau ahli filsafat yang
dianggap gila atau bahkan dihukum mati oleh penguasa pada saat itu. Nicholas Copernicus,
Socrates, John Huss, dan Gallileo Gallilei adalah beberapa contohnya. Selain itu ada pula
beberapa kejadian dimana ilmu harus didasarkan pada nilai moral yang berlaku pada saat itu,
walaupun hal tersebut bersumber dari pernyataan-pernyataan di luar bidang keilmuan
(misalnya agama).
Karena berbagai sebab diatas, maka para ilmuwan berusaha untuk mendapatkan otono-
mi dalam mengembangkan ilmu yang sesuai dengan kenyataan. Setelah pertarungan i-deologis
selama kurun waktu 250 tahun, akhirnya para ilmuwan mendapatkan kebebas-an dalam
mengembangkan ilmu tanpa dipengaruhi berbagai hal yang bersifat dogmatik.
Kebebasan tadi menyebabkan para ilmuwan mulai berani mengembangkan ilmu secara
luas. Pada akhirnya muncullah berbagai konsep ilmiah yang di-kongkretkan dalam ben-tuk
teknik. Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan ilmu dalam berbagai peme-cahan
masalah. Yang menjadi tujuan ialah bukan saja untuk mempelajari dan mema-hami berbagai
faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi juga untuk mengontrol dan
mengarahkannya. Hal ini menandai berakhirnya babak awal ketersinggungan ilmu dengan
moral.
Pada masa selanjutnya, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda.
Yaitu berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat beberapa peng-
gunaan teknologi yang justru merusak kehidupan manusia itu sendiri. Dalam menghadapi
masalah ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua pandangan.
Kelompok pertama memandang bahwa ilmu harus bersifat netral dan terbebas dari ber-
bagai masalah yang dihadapi pengguna. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah meneliti dan
menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain akan menggunakan pengetahuan
tersebut atau tidak, atau digunakan untuk tujuan yang baik atau tidak.
Kelompok lainnya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada proses penemuan ilmu
saja, dan tidak pada hal penggunaannya. Bahkan pada pemilihan bahan penelitian, seorang
ilmuwan harus berlandaskan pada nilai-nilai moral. Kelompok ini mendasarkan
pemandangannya pada beberapa hal, yakni:
1. Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan sebagai alat penghancur
peradaban, hal ini dibuktikan dengan banyaknya perang yang menggunakan teknologi-
teknologi keilmuan.
2. Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan lebih mengetahui akibat-akibat
yang mungkin terjadi serta pemecahan-pemecahannya, bila terjadi penyalahgunaan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka kelompok kedua berpendapat bahwa
ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau
mengubah hakikat manusia.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat tidak asing lagi, keduanya
memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa menjadi malapetaka kemanusiaan jika
seseorang yang memanfaatkannya tidak bermoral atau paling tidak mengindahkan nilai-nilai
moral yang ada. Tapi sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia jika
dimanfaatkan secara benar dan tepat, tentunya tetap mengindahkan aspek moral. Dengan
demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang ilmuan yang memiliki landasan moral
yang kuat, ia harus tetap memegang idiologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan
keilmuannya. Tanpa landasan dan pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang
ilmuwan bisa menjadi monster yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana
kemanusiaan bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang yang berilmu itu
jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan kejahatan orang yang tidak berilmu (bodoh).
Kita berharap semoga hal ini bisa disadari oleh para ilmuwan, pihak pemerintah, dan pendidik
agar dalam proses transformasi ilmu pengetahuan tetap mengindahkan aspek moral. Karena
ketangguhan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh ketangguhkan ilmu pengetahuan tapi
juga oleh ketangguhan moral warga.
Agama dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Islam
mengajarkan umatnya untuk senantiasa mengamati alam dan menggunakan akal.
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda
kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".(QS. Yunus 101).
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan
sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan,
Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. ( QS al-Rad, 13: 3).
yang mana kedua hal ini merupakan landasan untuk membangun ilmu pengetahuan
modern. Perintah mengamati berbagai fenomena alam menuntun manusia untuk berpikir secara
empiris. Dan penggunaan akal sebagai dasar dalam berpikir secara rasional. Apabila ilmu dan
agama dipisahkan maka akan terjadi malapetaka seperti teknologi nuklir yang digunakan sebagai
senjata perang; penggunaan bahan bakar minyak yang tidak terkendali; sistem yang tidak
memanusiakan manusia; dimana nantinya akan menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.
Sejarah telah membuktikan bahwa pemisahan ilmu pengetahuan dari agama telah menyebabkan
kerusakan yang tidak bisa diperbaiki. Keimanan harus dikenali melalui ilmu pengetahuan,
keimanan tanpa ilmu pengetahuan akan mengakibatkan fanatisme dalam kemandekan (Abudin
Nata, 2005: 6).
Dalam perkembangan ilmu yang begitu spektakuler di satu sisi dan nilai-nilai agama
yang statis dan universal disisi lain dapat dijadikan arah dalam menentukan perkembangan ilmu
selanjutnya. Sebab, tanpa adanya bimbingan agama terhadap ilmu dikhawatirkan kehebatan ilmu
dan teknologi tidak semakin mensejahterahkan manusia, tetapi justru merusak dan bahkan
menghancurkan kehidupa ilmuwan yang di atas landasan moral memilih untuk membuktikan
bahwa generasi muda kita berkesadaran tinggi (dia terikat kepada generasi muda) atau
membuktikan bahwa hasil pembangunan itu efektif (dia terikat kepada kebijaksanaan
pemerintah) maka dalam hasil penemuannya dia bersifat netraldan membebaskan diri dari semua
keterikatannya yang membelenggu dia secara sadar atau tidak. Di sini hitam dikatakan hitam dan
putih dikatakan putih apa pun juga konsekuensinya bagi obyek moral yang memdorong dia
untuk melakukan penelaahannya. Penyimpangan dalam hal ini merupakan pelanggaran moral
yang sangat dikutuk dalam masyarakat ilmuwan. Kenetralan dalam hal diatas itulah yang
menjadikan ilmu bersifat universal. Ilmu mengabdi kemanusiaan dengan menyumbangkan
penemuan-penemuan yang didapatkannya lewat kegiatan ilmiah. Kemanusiaan bagi seorang
ilmuwan tidak terikat oleh ruang dan bahkan tidak oleh waktu. Penemuan ilmiah tidaklah
diperuntukkan bagi suatu golongan tertentu namun bagi kemanusiaan secara keseluruhan.
Penemuan yang mungkin hari ini kurang relevan dan tidak ada gunanya bukan mustahil akan
merupakan batu loncatan kea rah kemajuan di hari depan.
Kenetralan dalam proses penemuan kebenaran inilah yang mengharuskan ilmuwan
untuk bersikap dalam menghadapi bagaimana penemuan itu digunakan. Pengetahuan bisa
merupakan berkah dan mungkin merupakan kutukan tergantung bagaimana manusia
memanfaatkan pengetahuan tersebut. Seorang ilmuwan tidak boleh mebiarkan Mr. Hyde
berkeliaran dan bertidak sewenang-wenang dia harus ditentang dan kalau perlu harus
dihancurkan. Secara moral maka ilmuwan bertanggung jawab dalam hal ini, karena bukan saja
penemuannyalah yang melahirkan Mr. Hyde tersebut, namun juga karena dialah yang paling
tahu bagaimana menghadapi si jahil itu.
Ada baiknya kita menyimak pesan Einstein kepada mahasiswi California Institute of
Technology. Pesan itu disampaikan pada tahun 1938 atau satu tahun sebelum Einstein menulis
surat historis yang melahirkan bom atom. Dia berkata bahwa tidak cukup bagi kita hanya
memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada
manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtiar
teknis.
Pesan itu diakhiri dengan kata-kata, jangan kau lupakan hal ini di tengah
tumpukan diagram dan persamaan. Sungguh suatu pesan yang patut kita renungkan
karena di tengah tumpukan grafik dan rumus -rumus kadang-kadang kita lupa, semua ini
untuk apa? Ternyata ilmu tidak saja memerlukan kemampuan intelektual namun juga
keluhuran moral. Tanpa itu maka ilmu hanya akan menjadi Frankenstein yang akan
mencekik penciptanya dan menimbulkan malapetaka.
Diluar cerita itu, jika kita lihat dengan seksama, sebenarnya, ilmu pengetahuan dan
agama sama sama mengenal Tuhan dengan baik, dan ingin mengenalkannya kepada generasi
selanjutnya, hanya saja cara mengenalkannya sedikit berbeda. Ilmu pengetahuan mengenalkan
Tuhan sebagai pencipta alam semesta dengan berbagai kompleksitas di dalamnya, namun tetap
tersusun secara harmonis mengikuti alur yang telah ditentukan. Ilmu pengetahuan berusaha
mengungkap keberadaan Tuhan dengan cara melakukan berbagai penelitian yang bertujuan
menguak berbagai rahasia alam. Sedangkan agama juga mengenalkan Tuhan sebagai pencipta
dan peguasa alam semesta, yang berkuasa atas setiap diri kita. Agama mengajarkan kita untuk
melihat keindahan dunia ciptaan-Nya dengan selalu mendekatkan diri pada-Nya, berdoa, dan
melakukan kebajikan terhadap sesama.
Dan sudah sepatutnya, perpecahan antara agama itu ditiadakan, karena pada dasarnya
Agama apapun Adalah SAMA dimata Tuhan, tidak ada agama yang benar atau salah. Dengan
demikian, manusia dapat hidup dalam kebahagiaan dan menyatu dengan keharmonisan alam
semesta.

B. Penyalahgunaan Ilmu Dan Teknologi


Teknologi adalah penerapan praktis dari ilmu. Ilmu dan teknologi saling membutuhkan,
tanpa ilmu tidak akan ada penerapan (aplikasi) baru untuk teknologi dan tanpa teknologi tidak
akan ada yang menikmati penemuan ilmu. Ilmu pengetahuan, dan teknologi ini sangat
berkaitan erat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa ilmu tidak akan lahir
teknologi, tanpa teknologi ilmu sulit untuk berkembang. Dengan Teknologi juga dapat
melahirkan ilmu pengetahuan baru.
Manusia dalam kehidupan sehari- hari tidak akan lepas dari ilmu pengetahuan dan
teknologi , karena apa yang dipakai manusia, misalnya baju, perkakas rumah tangga, alat-alat
elektornik adalah hasil dari pengembangan ilmu yang melahirkan teknologi. Jadi tujuan dari
ilmu dan teknologi adalah untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi
semua kesulitan yang mungkin dihadapi manusia.
Teknologi diciptakan manusia untuk membantu meringankan segala aktivitas
kehidupannya demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Banyak sekali pemanfaatan teknologi
yang berguna bagi kehidupan manusia, sebagaimana telah dijelaskan. Namun sebaliknya Imu
dan teknologi juga akan berdampak buruk apabila manusia justru menyalahgunakannya.
Disamping memudahkan aktivitas manusia dalam memperjuangkan kelanjutan
hidupnya kemajuan teknologi juga mempermudah perbuatan jahat, apabila manusia
menyalahgunakannya, contohnya kendaraan bermotor memudahkan perampokan, seringkali
kita lihat penjambretan dilakukan perampok sambil mengendarai motor, atau kendaraan lebih
memudahnya membawa barang-barang hasil perampokan serta menjualnya ditempat yang jauh
dari tempat dimana barang-barang tersebut dirampok.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi disamping menambah pengetahuan
yang luas, juga berdampak negatif, seperti televisi, film, internet dan sebagainya menyebarkan
gaya hidup ideal dan konsumtif. Acara televisi yang tidak bermoral membentuk suatu generasi
yang tidak bermoral. Nilai-nilai dan etika kesopanan seakan hilang begitu saja. Pornografi dan
pornoaksi dan tayangan lain yang tidak mendidik membentuk individu-individu menjadi tidak
beradab. Kemajuan teknologi transfortasi memajukan perjalanan banyak orang ke seluruh
pelosok dunia (terutama negara-negara maju). Mereka itu yang melakukan travel dan
menyebarkan gaya hidup barat sehingga menimbulkan imperialisme budaya di negara-negara
dunia ketiga seperti Indonesia. Imperialisme budaya itu berbarengan dengan imperialism media
massa. Cara pemberitaaan, siaran hiburan televisi, perilaku penyiaran, standar program siaran
dan isi media cetak mencontoh atau dipengaruhi system media barat. Cara berpakaian
perempuan meniru gaya barat yang dinamakan global life style.
Undang-undang Dasar 1945, pasal 31 ayat 5 yang menyatakan bahwa : Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.
Dengan demikian, konstitusi tertulis kita telah menegaskan bahwa tidak semua teknologi dapat
dikembangkan di Indonesia jika tidak sesuai dengan nilai-nilai yang di anut negara dan
masyarakat Indonesia. Namun demikian kecanggihan teknologi informasi kadangkala dapat
menembus aturan yang ada di suatu negara, artinya hal-hal yang tidak boleh oleh negara pada
kenyataannya dilakukan oleh warganya, misalnya Indonesia tidak membolehkan cloning, tetapi
dengan teknologi informasi dan transfortasi warga negara Indonesia memungkinkan melakukan
cloning di negara lain.
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia.
Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan
sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai
sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan
dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral( agama),
sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler.
Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai- nilai kemanusiaan, maka ketika
itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula
diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dari tujuan penciptaan, sejak dini pula
kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi suatu persoalan besar bagi martabat
manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi,
dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Melalui penerapan agama masalah yang
berkaitan dengan penyalahgunaan ilmu dan teknologi akan dapat diselesaikan. Malah
mungkin penyalahgunaan ilmu dan teknologi tidak akan timbul karena perkembangan ilmu
dan teknologi selalu berada dalam batas-batas yang menjamin kesejahteraan hidup manusia
dan keharmonisan lingkungan.

C. Posisi Agama Dalam Pengembangan Ilmu


Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia
modern saat ini, termasuk di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-
benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan,
saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran agama sangatlah penting.
Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat utama dalam perkembangan ilmu.
Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang memiliki penduduk (muslim) terbesar di
dunia, membuktikan bahwa posisi agama di Indonesia sangat penting.
Dalam masyarakat beragama (Islam), ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan dari nilai-
nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan. Manusia adalah ciptaan
Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain, karena manusia
diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.
Pada waktu yang bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan
dari keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung
jawab kepada sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Islam adalah agama yang amat peduli terhadap iptek, memuji jihad ulama dalam
menuntut ilmu dan menyingkap hakekat dan rahasia alam ini. Cukuplah sebagai buktti bahwa
kepedulian ini bahwa sifat-sifat Allah adalah Ilmu.
Kata-kata ilmu dan turunannya dalam Al-Quran disebutkan 900 kali. Diantara ayat
yang menjunjung tinggi dinyatakan dalam Al-Mujaddalah 11 dan Al-Ankabut 43. :
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dianjurkan Al-Quran bersifat universal dan mencakup semua ilmu yang
mengatur kehidupan ini dan tidak terbatas pada ilmu syariah atau tauhid saja.
Diantara hadis-hadis Nabawi yang menguatkan pentingnya ilmu adalah sabda Rasullulah
SAW. Menuntut ilmu adalah kewajiban atas muslim (laki-laki), muslimah (perempuan) :
Barang siapa mendaki dunia haruslah dengan ilmu, barang siapa mendaki
akhirat hendaknya berilmu. Barang siapa mendaki keduanya hendaknya
dengan ilmu.
Ilmu dalam pandangan Islam adalah semua pengetahuan, pemikiran dan konsep-konsep yang
meyakinkan termasuk juga hukum-hukum dan pengetahuan yang pasti yang kita dapatkan lewat
indera, rasa, dan pandangan mata atau lewat ilham, kasyf dan atau lewat ajaran agama yang
diturunkan lewat wahyu atau cara pemikiran akal.
Tolak ukur iptek yang diperbolehkan adalam Islam diantara tolak ukurnya adalah :
Pertama, pasti dan meyakinkan artinya, ilmu yakin ini bisa didapat dengan ilmu empiris
atau argumentasi akal, kasyf dan terkadang dicapai melalui berita yang yakin
kebenarannya seperti dalam surat Al Isra : 36 dan An Najm:28, Yunus : 29
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (Al-Isra 36)
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah
sedikitpun terhadap kebenaran. (An-Najm : 28)
Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, bahwa kami tidak tahu-
menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami)".
Namun, perlu juga diingat bahwa ikatan agama yang terlalu kaku dan tersetruktur
kadang kala dapat menghambat perkembangan ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan
kecerdasan memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam agama agar
keduanya tidak saling bertolak belakang. Disinilah perlu rumusan yang jelas tentang ilmu
secara filosofis dan akademik serta agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian
yang lepas dari nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta lingkungan. Ilmu Di Dalam
mengembangkan ilmu dan teknologi seharusnya bermanfaat mencari keredhaan Allah. Ini
hanya boleh dicapai melalui aplikasi agama dalam ilmu dan teknologi . Maka langkah
awal ialah agama perlu diintegrasi ke dalam ilmu dan teknologi untuk memastikan ilmu
dan teknologi tidak lari dari manfaat asal kejadian manusia. Ini juga didorong oleh faktor
bahwa agama itu tidak terikat dengan ilmu dan teknologi.
Agama mengajar seseorang untuk hidup bertujuan. Tujuan beragama adalah untuk
menjamin / mendapatkan kesejahteraan di akhirat dalam kepatuhan di dunia. Setiap
amalan yang dilakukan di dunia harus berada di atas landasan yang diridhai oleh Allah.
Telah dinyatakan dengan jelas dalam Alquran bahwa manusia adalah khalifah Allah yang
bertanggung jawab untuk memelihara dan mengatur alam ini. Justru setiap urusan
manusia harus memelihara keharmonisan dan keseimbangan alam. Jika perkembangan
ilmu dan teknologi di atas landasan ini, maka sudah tentu perkembangan ilmu dan
teknologi tidak akan merusak bumi karena setiap perkembangan ilmu dan teknologi
dirancang dengan teliti. Seandainya ini terlalu bersifat idealistik, setidaknya ia dapat
meminimalkan dampak negatif yang timbul karena perkembangan ilmu dan teknologi
tersebut, pastinya dilakukan secara berhati-hati untuk memelihara kepentingan alam.
Kesimpulan

Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu
system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga
agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya,
yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimen
Konsepsi Agama Dalam Al-Quran Surat Al-Bakoroh 208, Allah berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu kedalam islam secara utuh,
keseluruhan(jangan sebagian-sebagaian) dan jangan kamu mengikuti langkah setan,
sesunggungnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
Kekaffahan beragama itu telah di contohkan oleh Rosulullah sebagai uswah hasanah
bagi umat islam dalam berbagai aktifitas kehidupannya, dari mulai masalah-masalah sederhana
(seperti adab masuk WC) samapi kepada masalah-masalah komplek (mengurus Negara).

Mengutip sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu
tanpa agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang
malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan, bahkan
sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan dipelajari guna
memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini, sedangkan agama
memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan (fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu
berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah kehidupan jadi berkeping- keping
memperdalam suatu masalah kehidupan ini, sedangkan agama memberikan pemahaman
tunggal (sintesa) dari keberagaman fenomena yang terpampang didepan kita.
Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas
atau kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.
semakin disadari bahwa semangat sains juga terus mendampingi sukma agama dalam
membebaskan manusia. Andai saja peristiwa pembakaran Giordano Bruno di tiang pancang di
pasar bunga Roma pada tahun1600, atau dikeluarkannya undang-undang anti Copernicus pada
tahun 1616, serta diadili dan divonisnya Galileo pada 1633, tidak pernah terjadi dalam sejarah,
barangkali sains dan agama tidak pernah dipertentangkan dengan keras sebagaimana yang
pernah terjadi.
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia.
Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses pembangunan
sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai
sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu
pengetahuan dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral(
agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler.

Anda mungkin juga menyukai