Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu:

Drs. H. Muhammad Anshori, M.Pd.I

Disusun oleh:

Lailia Maulidiyah (1901020840)

Risa Safitri (19010208460)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS K.H ABDUL WAHAB HASBULLAH

TAMBAK BERAS - JOMBANG

2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semua keluarga, para
sahabat, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari
kiamat menjelang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
berjudul: ‘Sejarah dan Perkembangan Ilmu Akhlak’
Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulis hanya dapat menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Anshori, M.pd.I Selaku dosen pengampu mata
kuliah Akhlak Tasawuf dan teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis sadar terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para mahasiswa.

Jombang, 22 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................................2

Bab II Pembahasan .....................................................................................................................3


A. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam .....................................................................................3
B. Ilmu Akhlak pada Agama Islam .........................................................................................5
C. Ilmu Akhlak pada Zaman Baru ...........................................................................................6

Bab III Penutup ..........................................................................................................................9


Kesimpulan ................................................................................................................................9
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan” dalam konteks agama, akhlak bermakna
perangai, budi, tabi’at, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali,
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan.

Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan


bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang
dikenal dengan istilah adat istiadat yang sangat dihormati oleh setiap individu,
keluarga dan masyarakat.

Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap


telah pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli
dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak
mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-
teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat
ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan, dan di zaman
modern.

Dari filsuf – filsuf Yunani terjadilah persoalan antara baik dan


buruk. Yang mana persoalan ini menjadi permbicaraan utama dalam kajian
ilmu akhlak dan ilmu estetika. Di antara pembicaraan baik dan buruk penting
karena terdapat dua alasan, ini juga berkaitan dengan ilmu akhlak, dan dapat
mengetahui pandangan islam tentang persoalan akibat munculnya berbagai
aliran.

Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan


tentang sejarah perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani sampai zaman
Modern dan baik dan buruk.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak di luar agama Islam?
2. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak pada agama Islam?
3. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak pada zaman baru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu Akhlak di luar
agama Islam
2. Untuk mengetahui sejarah ilmu Akhlak pada agama Islam
3. Untuk mengetahui sejarah ilmu Akhlak pada zaman baru

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu Akhlak di Luar Agama Islam

1. Akhlak pada Bangsa Yunani

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak dimulai setelah


munculnya paham Sophisticians, yaitu orang yang bijaksana, yaitu pada
masa 500-450 sebelum Masehi. Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa
Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa
itu perhatian meraka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.

Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu


akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia sehingga hasil yang
didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni. Hal ini
tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara fitrah telah dibekali potensi
bertuhan, beragama dan cenderung kepada kebaikan di samping juga
memiliki kecendrungan kepada keburukan dan ingkar kepada Tuhan.

Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di


bidang akhlak adalah Socrates. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk
pola hubungan itu tidak akan menjadi benar, kecuali bila didasarkan pada
ilmu pengetahuan, sehingga ia berpandapat bahwa keutamaan adalah ilmu.

Setelah Socrates, muncul dua golongan yang mengaku sebagai


pengikutnya. Golongan tersebut yaitu golongan Cynics dan Cyrenics.
Golongan Cynics dibangun oleh Antithenes (444-370 SM). Menurut
golongan ini, ketuhanan itu bersih dari kebutuhan, dan sebaik-baik
manusia adalah yang berperangai ketuhanan. Sedangkan golongan
kedua, Cyrenics dibangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena. Golongan
ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah
satu-satunya tujuan hidup yang benar. Menurut mereka, yang memiliki
tingkat kelezatan yang lebih tinggi merupakan sesuatu yang lebih utama.

Selanjutnya datanglah Plato. Ia seorang ahli filsafat Athena dan


murid dari Socrates. Padangannya dalam bidang akhlak berdasarkan pada
teori contoh. Menurutnya bahwa apa yang terdapat pada yang lahiriyah ini
sebenarnya telah ada contohnya terlebih dahulu, sehingga yang tampak ini
hanya merupakan bayangan atau fotocopy dari contoh yang tidak tampak
(alam rohani atau alam idea). Teori ini selanjutnya digunakan Plato dalam
menjelaskan masalah akhlak.

3
Setelah Plato, datang pula Aristoteles. Sebagai seorang murid Plato,
Aristoteles berupaya membangun suatu yang khas dan para pengikutnya
disebut sebagai kaum Peripatisc. Ia berpendapat bahwa tujuan akhir yang
dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau
kebahagiaan. Jalan untuk menapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak lagi
pemikir akhlak di zaman Yunani.

Keseluruhan pelajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir


Yunani tersebut tampak bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk
didasarkan pada pendapat akal pikiran yang sehat dari manusia. Karenanya
disebutkan bahwa ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani
bersifat anthropocentris (memusat pada manusia). Pendapat yang demikian
itu dapat saja diikuti sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
al-Sunnah.

2. Akhlak pada Agama Nasrani

Pada akhir abad ketiga Masehi, Agama Nasrani berhasil


mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran
akhlak dalam Kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini bahwa Tuhan
adalah sumber akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk
patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam
kehidupan masyarakat. Dengan demikian ajaran akhlak pada Agama
Nasrani ini tampak bersifat teo-centri (memusat pada tuhan) dan sufistik
(bercorak batin).
Menurut ahli-ahli filsafat Yunani bahwa pendorong untuk
melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan dan kebijaksanaan,
sedangkan menurut Agama Nasrani bahwa pendorong berbuat kebaikan
ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk Kitab Taurat.
Selain itu, agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-
sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa,
baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Akibat dari paham
akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama
ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud
dan hidup menyendiri.

3. Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)

Kehidupan bangsa Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja.


Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu.
Apa yang diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh karena itu
tidak ada artinya lagi penggunaan akal pemikiran untuk penelitian.

4
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan
doktrin yang dikeluarkan oleh gereja. Namun demikian sebagian dari
kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles,
Stoics untuk memperkuat ajaran gereja.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad
pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dengan perpaduan
antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Corak ajaran yang sifatnya
perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya
akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam.

4. Akhlak pada Bangsa Arab

Bangsa Arab pada masa Jahiliyah tidak memiliki ahli-ahli filsafat


yang mengajak pada paham tertentu seperti bangsa Yunani dan Romawi.
Pada masa itu bangsa Arab hanya mempunyai ahli hikmah dan ahli syair.
Di dalam kata-kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yang
memerintahkan agar berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong
pada perbuatan yang utama dan menjauhi dari perbuatan yang tercela dan
hina. Hal yang demikian misalnya terlihat pada kata-kata hikmah yang
dikemukakan Luqmanul Hakim, Aktsam bin Shaifi, dan pada syair-syair
yang dikarang oleh Zuhair bin Abi Sulman dan Hakim al-Thai.

B. Akhlak pada Agama Islam

1. Akhlak dalam Al-Qur’an

Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada


Tuhan dan mengakuinya bahwa dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara,
Pelindung, pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang terhadap segala
makhluk yang beraneka warna, dari biji dan binatang yang melata dibumi
sampai kepada langit yang berlapis semuanya milik Tuhan dan diatur-Nya.

Al-Qur’an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan


ajaran Islam. Hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian
pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat
pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat
dijumpai sumber aslinya di dalam Al-Qur’an.

Dalam QS. Al-Nahl [ 16] ayat 90.

‫َاء َوال ُم ْنك َِر‬ َ ‫َائ ذِى القُ ْر َبى َو َي ْن َهى‬


ِ ‫ع ِن الفَحْ ش‬ ِ ‫ان َو ِإ ْيت‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ا َِّن هللاَ َيا ُ ُم ُر ِبال َع ْد ِل َو‬
َ ْ‫اإلح‬
)4( َ‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون‬
ُ ‫َوالبَ ْغ ِى يَ ِع‬

5
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat , dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. Al-
Nahl [ 16]: 90).

Ayat tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa ajaran akhlak


dalam islam dengan sumbernya Al-Qur’an demikian lengkap dan
mendalam. Yakni tidak hanya melarang atau memerintah saja, melainkan
menunjukkan dengan jelas manfaat yang terkandung dalam perintah
tersebut, dan bahaya yang terkandung dalam larangan.

Hasil penelitian Thabathabi terhadap kandungan al-Qur’an mengenai


jalan yang harus ditempuh manusia itu ada tiga macam, yaitu :

1. Menurut petunjuk Al-Qur’an, dalam hidupnya manusia hanya menuju


kepada kebahagiaan , ketenangan dan pencapaian cita-citanya.
2. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam
suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu.
3. Jalan hidup terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup
berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan emosi dan dorongan hawa
nafsu.

Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari


perhatian nabi Muhammad SAW. Sebagaimana terlihat dalam ucapan dan
perbuatanya yang mengandung akhlak.

‫بعثت التمم مكارم االخالق‬


‘aku diutus (oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia’
(HR Ahmad)

Ucapan-ucapan Nabi yang berkenaan dengan pembinaan akhlak


yang mulia itu diikuti pula oleh perbuatannya dan kepribadiannya. Belia
dikenal sebagai orang shidik(benar), amanah (terpercaya),
tabligh( menyampaikan dakwah), fatanah (cerdas). Semua ini menjadi
daya tarik dan menyebabkan beliau berhasil dalam melaksanakan
dakwahnya dengan baik.

C. Akhlak pada Zaman Baru

Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan


dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli bangsa

6
Eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam bidang tersebut.
Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristani, khayal dan
mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih besar kepada
kemampuan akal pikiran. Segala sesuatu yang kini dianggap mapan mulai
diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menerapkan pola
bertindak dan berfikir secara liberal.

Diantara pembaharuan yang dilakuakan adalah dalam bidang akhlak,


yang semula menentukan kadar baik buruk berdasarkan dogma gereja diganti
dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik. Akhlak
dibangun berdasarkan penyelidikan menurut kenyataan empirik, dan tidak
berdasarkan gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat dalam agama.
Hal ini yang akhirnya melahirkan apa yang disebut etika dan moral yang
berbasis pada pemikiran akal pikiran.

Tokoh-tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya
adalah :

1. Descartes (1596-1650 M)
Pandangannya mengenai akhlak bersifat rasionalistik dan empirik. Ia
tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan penelitian
empirik. Dalam melakukan penelitian hendaknya dimulai dari yang sekecil-
kecilnya dan semudah-mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih
kompleks dan rumit agar lebih mudah dipecahkan. Segala sesuatu dapat
diterima apabila telah lulus dari ujian dan penyelidikan tersebut. Segala
sesuatu yang didasarkan pada sangkaan dan apa yang ditumbuhkan dari adat
istiadat wajib ditolak.

2. Shafesbury dan Hatshson


Keduanya memiliki pandangan akhlak yang
bersifat antropocentris (mendasarkan diri pada kemampuan manusia.
Keduanya mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat indra insting yang
dapat mengetahui dengan sendirinya terhadap sesuatu yang baik atau jahat,
indah dan buruk.

3. Bentham (1748-1832 M) dan John Stuart Mill (1906-1873M)


Mereka merupakan tokoh yang banyak teerpengaruh pemikiran
Epicurus dengan cara mengubahnya menjadi paham utilitarianism, yaitu
paham yang semula didasarkan pada kebahagiaan yang bersifat
individualistik kepada kebahagiaan yang bersifat universalistik.

7
4. Immanuel Kant
Juga bersifat antropocentris antropocentris (mendasarkan diri pada
kemampuan manusia). Kant berpendapat bahwa kriteria perbuatan akhlak
dalah perasaan kewajiban intuitif. Namun, dalam penjelasannya pemikiran
akhlak yang dikemukakan Kant lebih mendekati pada pemikiran Muktazilah.

5. Bettrand Russel
Corak pemikiran akhlak ini bersifat materialistik. Ia tidak lebih dari
wujud benda.dengan dasar ini ia mengingkari adanya perbuatan yang
ditujukan untuk kebaikan orang lain. Menurut Russel pada dasarnya setiap
orang hanya menginginkan segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan tidak
mungkin melakukan perbuatan untuk orang lain.

8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani adalah: tokoh – tokoh
sofistik, Socrates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan Epicuris
dan Agama Nasrani.
b. Akhlak pada abad pertgengahan adalah akhlak yang lahir di Eropa dengan
ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Diantara mereka yang termashyur adalah Abelard, seorang ahli
filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama
berkebangsaan Italia.
c. Sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum islam bahwa akhlak sebelum islam
dalam keadaan jahiliyyah (bodoh), jahiliyyah dapat diartikan pada masa itu
kondisi akhlak dan moral masyarakat mengalami kebobrokan yang begitu
parah.
d. Sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam bahwa setelah islam datang,
islam mengajak pada kepercayaan bahwa Allah SWT dalah sumber segla
sesuatu di seluruh alam. Allah pun telah menetapkan beberapa keutamaan
yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan; juga menghindari
beberapa keburukan. Terdapat di Q.S An-Nahl ayat 90
e. Sejarah akhlak pada zaman barat (zaman baru) yaitu Descates; Jhon of
Salisbury; Bentham dan Stuart Mill; Thomas Hill Green dan Herbert Spencer;
Spinoza, Hegel dan Kant; Victor Cousin dan August Comte; Pasca Mill dan
Spencer.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,M.Yatimin.2007. StudyAkhlakdalamPerspektif Alquran. Jakarta: Amzah.


Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang
Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka setia.
Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press.

10

Anda mungkin juga menyukai