Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semua keluarga, para
sahabat, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari
kiamat menjelang.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
berjudul: ‘Sejarah dan Perkembangan Ilmu Akhlak’
Dengan selesainya penulisan makalah ini, penulis hanya dapat menyampaikan terima
kasih kepada Bapak Drs. Muhammad Anshori, M.pd.I Selaku dosen pengampu mata
kuliah Akhlak Tasawuf dan teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis sadar terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam penulisan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi para mahasiswa.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan” dalam konteks agama, akhlak bermakna
perangai, budi, tabi’at, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali,
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan
perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran maupun
pertimbangan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak di luar agama Islam?
2. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak pada agama Islam?
3. Bagaimanakah sejarah ilmu Akhlak pada zaman baru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu Akhlak di luar
agama Islam
2. Untuk mengetahui sejarah ilmu Akhlak pada agama Islam
3. Untuk mengetahui sejarah ilmu Akhlak pada zaman baru
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Setelah Plato, datang pula Aristoteles. Sebagai seorang murid Plato,
Aristoteles berupaya membangun suatu yang khas dan para pengikutnya
disebut sebagai kaum Peripatisc. Ia berpendapat bahwa tujuan akhir yang
dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau
kebahagiaan. Jalan untuk menapai kebahagiaan ini adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak lagi
pemikir akhlak di zaman Yunani.
4
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan
doktrin yang dikeluarkan oleh gereja. Namun demikian sebagian dari
kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles,
Stoics untuk memperkuat ajaran gereja.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad
pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dengan perpaduan
antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Corak ajaran yang sifatnya
perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya
akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam.
5
Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat , dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. Al-
Nahl [ 16]: 90).
6
Eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam bidang tersebut.
Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristani, khayal dan
mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih besar kepada
kemampuan akal pikiran. Segala sesuatu yang kini dianggap mapan mulai
diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menerapkan pola
bertindak dan berfikir secara liberal.
Tokoh-tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya
adalah :
1. Descartes (1596-1650 M)
Pandangannya mengenai akhlak bersifat rasionalistik dan empirik. Ia
tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan penelitian
empirik. Dalam melakukan penelitian hendaknya dimulai dari yang sekecil-
kecilnya dan semudah-mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih
kompleks dan rumit agar lebih mudah dipecahkan. Segala sesuatu dapat
diterima apabila telah lulus dari ujian dan penyelidikan tersebut. Segala
sesuatu yang didasarkan pada sangkaan dan apa yang ditumbuhkan dari adat
istiadat wajib ditolak.
7
4. Immanuel Kant
Juga bersifat antropocentris antropocentris (mendasarkan diri pada
kemampuan manusia). Kant berpendapat bahwa kriteria perbuatan akhlak
dalah perasaan kewajiban intuitif. Namun, dalam penjelasannya pemikiran
akhlak yang dikemukakan Kant lebih mendekati pada pemikiran Muktazilah.
5. Bettrand Russel
Corak pemikiran akhlak ini bersifat materialistik. Ia tidak lebih dari
wujud benda.dengan dasar ini ia mengingkari adanya perbuatan yang
ditujukan untuk kebaikan orang lain. Menurut Russel pada dasarnya setiap
orang hanya menginginkan segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan tidak
mungkin melakukan perbuatan untuk orang lain.
8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. Sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani adalah: tokoh – tokoh
sofistik, Socrates, Cynics dan Cyrenics, Plato, Aristoteles, Stoics dan Epicuris
dan Agama Nasrani.
b. Akhlak pada abad pertgengahan adalah akhlak yang lahir di Eropa dengan
ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Diantara mereka yang termashyur adalah Abelard, seorang ahli
filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama
berkebangsaan Italia.
c. Sejarah akhlak pada bangsa Arab sebelum islam bahwa akhlak sebelum islam
dalam keadaan jahiliyyah (bodoh), jahiliyyah dapat diartikan pada masa itu
kondisi akhlak dan moral masyarakat mengalami kebobrokan yang begitu
parah.
d. Sejarah akhlak pada bangsa arab setelah islam bahwa setelah islam datang,
islam mengajak pada kepercayaan bahwa Allah SWT dalah sumber segla
sesuatu di seluruh alam. Allah pun telah menetapkan beberapa keutamaan
yang harus diikuti, seperti kebenaran dan keadilan; juga menghindari
beberapa keburukan. Terdapat di Q.S An-Nahl ayat 90
e. Sejarah akhlak pada zaman barat (zaman baru) yaitu Descates; Jhon of
Salisbury; Bentham dan Stuart Mill; Thomas Hill Green dan Herbert Spencer;
Spinoza, Hegel dan Kant; Victor Cousin dan August Comte; Pasca Mill dan
Spencer.
9
DAFTAR PUSTAKA
10