Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK

(Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak semester genap)

Dosen Pengampu : H. Wawan Setiawan Abdillah, S.Pd.I, M.Ag.

Dibuat dan disusun oleh :

Kelompok 5

 Siti Selawati 1188010221


 Yuri Windie Mutmainah 1188010251
 Zidan Danar Riantama 1188010254

Jurusan Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Kota Bandung

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tuhan
semesta alam yang memberikan penerangan dan petunjuk kepada manusia. Dia-lah zat yang
telah memberikan banyak kenikmatan yang masih kita rasakan saat ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan dan tauladan kita semua yakni Rasulullah Saw,
juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya. Karena jasa-jasa beliaulah
kita dapat mengenal dan merasakan indahnya Islam.

Kenikmatan yang kami rasakan tidak lantas membuat kami berleha-leha dan bermalas-
malasan. Tak lupa juga kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami. Sehingga kami mahasiswa
jurusan Administrasi Publik kelas F dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua semoga mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Bandung, 11 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................1

C. Maksud dan Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3

A. Pengertian Sejarah Pertumbuhan Ilmu Akhlak................................................................3

B. Akhlak Masa Yunani.......................................................................................................4

C. Akhlak Masa Pra Islam..................................................................................................13

D. Akhlak Masa Islam di Arab...........................................................................................16

E. Akhlak Masa Pertengahan.............................................................................................19

F. Akhlak Masa Modern....................................................................................................20

BAB III PENUTUP.................................................................................................................26

A. Kesimpulan....................................................................................................................26

B. Saran..............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai,
budi, tabi’at, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.

Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa


sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan
istilah adat istiadat (tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga da
masyarakat.

Selama lebih kurang 10 tahun ahli-ahli pikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat”, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai
macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-
mata berdasarkan pikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli pikir lain di zaman sebelum Islam,
pertengahan, dan di zaman modern.

Pada pembahasan ini, kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang


sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani sampai masa
modern.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud sejarah pertumbuhan ilmu akhlak?


2) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani?
3) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Pra Islam?
4) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Islam di Arab?
5) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa pertengahan?
6) Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa modern?

1
C. Maksud dan Tujuan

1) Mengetahui pengertian dari sejarah pertumbuhan ilmu akhlak.


2) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Yunani.
3) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Pra Islam.
4) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa Islam di Arab.
5) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa pertengahan.
6) Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada masa modern.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Pertumbuhan Ilmu Akhlak

Sebelum mencari pengertian secara keseluruhan, terlebih dahulu kita mencari


definisi kata perkata. Sejarah ialah kejadian, peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Pertumbuhan ialah perkembangan, tumbuh terus menerus, bercabang dan hidup
sepanjang waktu. Ilmu ialah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
sistematis menurut metode-metode tertentu yang digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Akhlak ialah budi pekerti, tingkah
laku.

Sejarah pertumbuhan ilmu akhlak ialah suatu peristiwa perkembangan


pengetahuan tentang budi pekerti atau tingkah laku seseorang melalui berbagai macam
metode yang disusun secara sistematis dari zaman ke zaman. Sejarah ilmu akhlak
yaitu sejarah yang mempelajari batas antara baik dan buruk, antara terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin sejak zaman Nabi Adam
hingga sekarang. Sejarah ilmu akhlak ialah sejarah yang menggali tentang tingkah
laku baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan
tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka dari masa ke
masa.

Secara etimologis Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian
etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku
yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta. Sedangkan,
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak adalah
ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.

Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas


permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang

3
dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan
terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan
alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu
baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.

Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka


sudah memiliki perangai halus dan rela dalam  kehidupan baik dan kemuliaan cukup.
Tetapi juga pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam
diri atau kabilahnya. Hal ini Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang
buta huruf, tetapi daya ingatan dan hafalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu
abi Salam mengatakan: “Barang siapa menepati janji tidak kan tercela dan barang
siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.

Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal
pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan
mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding
dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu
islam datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap
kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka
membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga,
handai tolan, umat manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka
lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi sempit menjadi luas dan
berkembang, jelas arah dan sasarannya.

Dalam kaitannya dengan hal ini, akan dibahas mengenai sejarah pertumbuhan


dan perkembangan ilmu akhlaq dengan pendekatan religi, yaitu: pertama,
pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak di luar ajaran Islam; kedua, pertumbuhan
dan perkembangan ilmu akhlak di dalam ajaran Islam.

B. Akhlak Masa Yunani

Penyelidikan ahli-ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada


akhlak, kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Pertumbuhan dan perkembangan
Ilmu Akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut
Sophisticians ialah orang yang bijaksana (500-450 SM) yang menjadi guru tersebar di

4
beberapa negeri. Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai
pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada
penyelidikannya mengenai alam. Pikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, tetapi
tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar
menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka
terhadap tanah airnya.

Pandangan dalam kewajiban-kewajiban ini menimbulkan pandangan mengenai


pokok-pokok akhlak, dan diikuti pula kecaman-kecaman sebagin adat-adat lama dan
pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu. Yang demikian itu tentu
membangkitkan kemarahan kaum kolot “Conservative”. Sesudah itu datanglah Plato,
maka ia menentang dan mengecam kepada mereka, dan ia menuduh bahwa mereka
suka mempermainkan kata dan memutarbalikkan kenyataan, sehingga mengambil
nama merdeka “Sophistry” berarti memutar lidah dalam penyelidikan dan perdebatan.
Dari sebab itu buruklah nama mereka, meskipun terkadang mereka lebih jauh
pandangannya dalam zaman itu dan lebih giat untuk membangun akal dan
memerdekakannya daripada beberapa sangkaan-sangkaan. Dan datanglah juga
Socrates (469 – 399 SM) dengan menghadapkan perhatiannya kepada penyelidikan di
dalam akhlak dan hubungan manusia satu dengan lainnya. Dan tidak memperhatikan
apa yang menjadi perhatian ahli-ahli filsafat sebelumnya, yaitu menyelidiki kejadian
alam dan benda-benda langit, karena menganggap bahwa penyelidikan dalam hal itu
kurang berguna. Dia berpendapat bahwa yang seharusnya berpikir adalah perbuatan
yang mengenai kehidupan. Oleh karena itu, dikatakan “ia menurunkan filsafat dari
langit ke bumi”.
Socrates sebagai pembangun (perintis) ilmu akhlak. Ia orang pertama yang
berusaha dengan sungguh-sungguh, membentuk perhubungan manusia dengan dasar
ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk perhubungan itu, tidak
menjadi benar kecuali bila didasarkan kepada ilmu pengetahuan. Sehingga ia
berpendapat bahwa “Keutamaan itu ialah ilmu”.
Golongan yang lahir sesudah Socrates ialah “Cynics” dan “Cyrenics”.
Keduanya dari pengikut Socrates.
Cynics adalah pembangun paham mereka ialah Antisthenes, yang hidup pada
444 – 370 SM. Di antara pelajar mereka ialah bahwa ketuhanan itu bersih dari segala
kebutuhan, dan sebaik-baik manusia itu yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan.
5
Maka ia mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin rela dengan sedikit, suka
menanggung penderitaan dan mengabaikannya. Dia menghinakan orang kaya,
menyingkiri segala kelezatan, dan tidak memperdulikan kemiskinan dan cercaan
manusia, selama ia berpegangan dengan keutamaan. Di antara pemimpin paham ini
yang terkenal ialah Diogenes, yang meninggal dunia pada tahun 323 SM. Dia
memberi pelajaran kepada kawan-kawannya supaya membuang beban yang
ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya. Dia memakai pakaian yang kasar,
makan-makanan yang buruk, dan tidur di atas tanah. Adapun Cyrenics, maka
pemimpin mereka ialah Aristipus. Ia dilahirkan di Cyrena (Kota di Barka di utara
Afrika). Mereka adalah sebaliknya Cynics, berpendapat bahwa mencari kelezatan dan
menjauhi kepediha ialah satu-satunya tujuan yang benar untuk hidup, dan perbuatan
itu dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan. Tatkala
Cynics berpendapat bahwa kebahagiaan itu menyingkirkan kelezatan dan mengurangi
sedapat mungkin. Cyrenics berpendapat bahwa kebahagiaan itu dalam mencapai
kelezatan dan mengutamakannya.
Lalu datang Plato pada (427 – 347 SM). Dia seorang ahli filsafat Athena, dan
murid dari Socrates. Dia telah mengarang beberapa buku, yang masih terdapat dalam
masa ini, dalam bentuk percakapan. Bukunya yang penting ialah buku “Republic”.
Buah pikirannya dalam akhlak termuat dalam percakapan itu, bercampur dengan
penyelidikannya mengenai filsafat. Pandangannya di dalam akhlak berdasar “teori
contoh”. Jelasnya dia berpendapat bahwa di belakang alam lahir ini ada alam lain ialah
alam rohani. Tiap-tiap kewujudan berbadan, sebagai gambaran contoh yang tidak
berbeda dalam alam rohani. Dia mencocokkan itu dengan akhlak, maka ia berkata: di
antara contoh ini adalah contoh untuk kebaikan. Yaitu arti yang mutlak, azali, kekal
dan amat sempurna. Tiap-tiap bentuk perhubungan manusia itu dekat kepadanya dan
beroleh sinar cahayanya, maka ia lebih dekat kepada kesempurnaan. Untuk
memahamkan contoh ini, menghajatkan kepada latihan jiwa dan akal. Oleh karena itu,
tidak akan mengetahui keutamaan di dalam bentuknya yang baik kecuali orang ahli
fikir (ahli filsafat).

Dalam pandangan akhlak itu, Plato tampak berupaya memadukan antara unsur
yang datang dari diri manusia sendiri, atau unsur yang datang dari luar. Unsur dari diri
manusia berupa akal pikiran dan potensi rohaniah lainnya. Sedangkan unsur dari luar

6
berupa pancaran nilai-nilai luhur dari yang bersifat mutlak. Perpaduan dari kedua
unsur inilah yang membawa manusia menjadi orang yang utama.

Plato berpendapat bahwa di dalam jiwa itu ada kekuatan bermacam-macam,


dan keutamaan itu timbul dari perimbangan kekuatan itu dan tunduknya kepada
hukum akal. Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan itu ada empat:
a. Hikmah kebijaksanaan
b. Keberanian
c. Keperwiraan
d. Keadilan

Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan perseorangan.


Di dalam beberapa bangsa kita mengetahui bahwa kebijaksanaan itu utama bagi para
hakim, keberanian itu utama bagi para tentara, perwira itu utama bagi rakyat dan adil
itu utama bagi semua. Poko-pokok keutamaan itu membatasi bagi tiap-tiap manusia
akan perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan sebaik-baiknya.

Hikmah ialah keutamaan yang menguasai dan mengatur diri seseorang,


keberanian adalah keutamaan yang dengan itu sedapat mungkin menolak kejahatan,
dengan keperwiraan itu seorang dapat menahan keinginan untuk berlebih-lebihan
dalam kelezatan dan keadilan itu adalah keutamaan yang mendorong untuk melakukan
perbuatan yang sesuai dengan kepentingan masyarakat manusia.

Aristoteles berpendapat bahwa tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia


dari apa yang dilakukannya adalah bahagia atau kebahagiaan. Jalan untuk mencapai
kebahagiaan ini adalah dengan mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.

Kemudian disusul oleh Aristoteles pada (394 – 322 SM). Dia seorang
muridnya Plato, yang membangun suatu paham yang khas, pengikutnya dinamai
“Peripatetis”. Karena ia memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia
mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan
mengarangnya dalam bentuk karya tulis. Dia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang
dikehendaki oleh manusia mengenai segala perbuatannya ialah “Bahagia”. Akan tetapi
pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut paham

7
utilitarianism dalam zaman baru ini. Dia menurut pendapatnya jalan mencapai
kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik-baiknya.

Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan ialah tengah-
tengah di antara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antara
boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut. Hal
ini akan kami jelaskan pembicaraan tentang keutamaan.

Setelah Aristoteles datang “Stoics” dan “Epicuric” mereka berbeda


penyelidikannya dalam akhlak “Stoics” berpendirian sebagai paham “Cynics”, dan
telah kami beri penjelasan secukupnya. Akan tetapi, perlu kami katakan disini, bahwa
paham “Stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat di Yunani dan Romawi, dan
pengikut-pengikutnya yang termasyhur pada permulaan kerajaan Rome ialah Seneca
(6 SM – 65 M). Epicetetus (60 140 M) dan Kaisar Marcus Orleus (121 -180 M).

Adapun Epicuric maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut pelajaran


Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah “Epicurus” yang telah lebih dahulu kami
bentangkan pahamnya. Di antara pengikutnya dalam zaman baru ini ialah “Gassendi”,
seorang ahli filsafat Perancis (1592 – 1656). Dia membuka sekolahan di Perancis,
dengan menghidupkan kembali pelajaran “Epicurus”. Sekolahan itu telah
mengeluarkan Mouliere dan banyak orang-orang Perancis yang termasyhur.

Keseluruhan ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani tersebut


tampak bersifat rasionalistik. Penetuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat akal
pikiran yang sehat dari manusia. Karenanya tidaklah salah kalau dikatakan bahwa
ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani ini bersifat anthroposentris
(memusat pada manusia). Pandapat akal yang demikian itu dapat saja diikuti
sepanjang tidak bertentangan dengan Al Quran Al Sunnah, atau sepanjang pemikiran
akal tersebut sejalan dengan kedua sumber ajaran islam tersebut.

Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu
dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tersebut
dalam taurat. Demikian juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber
segala khlak. Tuhan Allah yang membuat segala patokan yang harus kita pelihara
dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan arti jahat. Baik

8
menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan Allah dan melaksanakan perintah-
perintahnya. Para pendeta menempati tempat kedudukan para ahli filsafat di Yunani.
Sebagian ajaran agama Nasrani cocok dengan ajaran ahli-ahli filsafat Yunani terutama
Stoics. Tidak hanya perbedaan dua ajaran ini dalam menentukan sesuatu, baik dan
buruknya. Akan tetapi perbedaan itu yang terpenting ialah mengenai dorongan jiwa
untuk melakukan perbuatan.

Menurut ahli-ahli filsafat Yunani bahwa pendorong dalam melakukan


perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan. Sedang menurut agama Nasrani
bahwa pendorong dalam melakukan perbuatan baik itu ialah cinta kepada Tuhan Allah
dan iman kepada-Nya.

Agama Nasrani mengharapkan kepada manusia supaya usaha dengan sungguh-


sungguh untuk mensucikan dirinya, baik pikiran maupun perbuatannya. Dan agama itu
menjadikan ruh, suatu kekuasaan penuh mengenai badan dan keinginan (syahwat).
Oleh karena itu kebanyakan pengikut pertama dari agama ini, suka mengabaikan
badannya, menyingkirkan dunia yang fana, dan suka kepda zuhud, ibadah dan
menyendiri.

Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu Akhlak
adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia. Ini
menunjukan bahwa Ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis, yaitu
filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang
terdapat dalam diri manusia atau bersifat anthroposentris, dan mengesankan bahwa
masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri yang akan ada dengan adanya manusia
sendiri, dan hasil yang didapatnya adalh Ilmu Akhlak yang berdasar pada logika
murni. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara fitrah telah dibekali
dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung kepada kebaikan, di samping juga
memiliki kecenderungan kepada keburukan, dan ingkar pada tuhan. Namun,
kecenderungan kepada yang baik, bertuhan dan beragama jauh lebih besar
dibandingkan dengan kecenderungan kepada yang buruk.

Sejarah mencatat, bahwa filsuf Yunani yang pertama kali menemukakan


pemikiran di bidang akhlak adalah Socrates (469-399 SM). Socrates dipandang
sebagai perintis Ilmu Akhlak, karena ia yang pertama kali berusaha sungguh-sungguh
9
membentuk pola hubungan anatarmanusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia
berpendapat bahwa bila didasarkan pada ilmu pengetahuan, sehingga ia berpendapat
bahwa keutamaan itu adalah ilmu.

Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang


mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukan dengan jelas tentang tujuan akhir dari
akhlak, dan tidak pula memberikan patokan-patokan tentang ukuran yang dapat
dipergunakan untuk mengukur segala perbuatan dan penghukumnannya baik atau
buruk. Akibatnya maka timbullah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai
teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates.

Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosuf Yunani itu
secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik,
merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.

Ada beberapa ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuan


akhlak, di antaranya:

1. Socrates (469 - 399 SM)


Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak, karena ia yang
pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar
manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa
keutamaan itu adalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap
pemikiran Socrates ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak
menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari akhlak dan tidak
memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan dan
menghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah
beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak
yang dihubungkan pada Socrates.
Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics
dan Cyrenics. Keduanya dari pengikut Socrates. Golongan Cynics di
bangun oleh Antistenes (414 - 370 SM). Menurut golongan ini bahwa
ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia
adalah orang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan. Maka ia
10
mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin rela dengan sedikit, suka
menanggung penderitaan dan mengabaikannya. Di antara pemimpin
paham golongan Cynics yang terkenal adalah Diagenes yang meninggal
pada tahun 323 SM. Dia memberi pelajaran pada kawan-kawan supaya
membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya.
Dia memakai pakaian yang kasar makan-makanan yang buruk dan tidur
di atas tanah. Adapun golongan “Cyrenics” di bangun oleh Aristippus
yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara Afrika). Golongan ini
berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah
merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar dan perbuatan itu
dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan.
Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan
yang baik, utama dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap
memusat pada Tuhan (teo-sentris) dengan cara manusia berupaya
mengindentifikasi sifat Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. sedangkan golongan kedua, Cyrenics bersikap memusat pada
manusia (antro-pocentris) dengan cara manusia mengoptimalkan
perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.
2. Plato (427 – 347 SM)
Seorang filsafat Athena dan murid dari Socrates, bukunya yang
terkenal adalah “Republic”. Ia membangun ilmu akhlak melalui akademi
yang ia dirikan. Pandangannya dalam akhlak berdasar dari “teori contoh”
bahwa di balik alam ini ada alam rohani sebagai alam yang
sesungguhnya. Dan di alam rohani ini ada kekuatan yang bermacam-
macam, dan kekuatan itu timbul dari pertimbangan tunduknya kekuatan
pada hokum akal.
Dia berpendapat bahwa pokok-pokok keutamaan ada empat antara
lain:
a) Hikmah/kebijaksanaan,
b) Keberanian,
c) Keperwiraan,
d) Keadilan.

11
Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan
perseorangan. Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa
kebijaksanaan itu utama bagi para hakim, keberanian itu utama bagi para
tentara, perwira itu utama bagi rakyat dan adil itu utama bagi semua.
Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagi tiap-tiap manusia akan
perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan sebaik-
baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk
kategori keindahan.
3. Aristoteles ( 394 – 322 SM)
Dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang
mana pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka
memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat
berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya.
Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia
mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi
pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut
paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut pendapatnya
jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran
sebaik-baiknya.
Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap
keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti
dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian
adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut.
Setelah Aristoteles dating “Stoics” dan “Epicuric”. Mereka
berbeda penyelidikannya dalam akhlak “Stoics” berpendirian sebagai
paham “Cynics”, dan paham “Stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat
di Yunani dan Romawi. Dan pengikutnya yang termasyhur pada
permulaan kerajaan Rome ialah Seneca (6 SM-65 M), dll. Adapun
“Epicuric”, maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut pelajaran
Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah “Epicuric”.di antara pengikutnya
dalam zaman baru ini ialah “Gassendi” seorang filsafat Perancis (1592-
1656).

12
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama
Nasrani di Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan
membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat.
Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber
segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita
pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik
dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya.

C. Akhlak Masa Pra Islam

 Akhlak Pada Agama Nasrani

Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama
ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok
ajaran akhlak yang tersebut dalam kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini
bahwa Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk
patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan. Menurut agama ini yang disebut baik ialah perbuatan yang
disukai Tuhan serta berusaha melaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian ajaran akhlak pada agama Nasrani ini bersifat teo-centri
(memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Menurut ahli-ahli filsafat
Yunani bahwa pendorong buat melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan dan
kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani bahwa pendorong berbuat
kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasrkan petunjuk kitab Taurat.

Menurut ahli filsafat Yunani bahwa pendorong buat menolong perbuatan


baik ialah pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani
bahwa pendorong berbuat kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan
berdasarkan petunjuk kitab Taurat.

Selain itu agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-


sungguh dalam menyucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa,
baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Dengan demikian, agama ini

13
menjadikan roh sebagai kekuasaan yang dominan terhadap diri manusia, yaitu
suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan hawa nafsu syahwat. Akibat dari paham
akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka
meniksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud dan hidup
menyendiri.

 Akhlak dalam ajaran agama Hindu

Ajaran Hindu berdasarkan kepada Kitab Weda (1500 SM), disamping


mengandung dasar-dasar ketuhanan, juga mengajarkan prinsip-prinsip etika yang
wajib dipegang teguh oleh pengikutnya. Etika mereka sandarkan kepada ajaran
ketuhanan yang mereka anut yang termaktub dalam kitab Weda tersebut.

Prinsip tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam melaksanakan


upacara-upacara ajarannya sebagaimana mestinya. Manakala seseorang dapat
melaksanakan kewajiban tersebut dengan sempurna, dapatlah di pandang sebagai
orang yang mencapai derajat kemuliaan yang sesungguhnya. Sebaliknya barang
siapa melalaikan hal tersebut, kurang hati-hati atau salah dalam mengerjakan
upacara keagamaan, maka hal itu berarti dosa dan sumber terbitnya kejelekan.

Dengan demikian, prinsip etika Hindu ialah bahwa peraturan ajaran


dipandang sebagai sumber segala sumber segala kemuliaan akhlak manusia.

Tanda-tanda yang dipandang baik dalam akhlak agama Hindu adalah:

1) Kemerdekaan;
2) Kesehatan;
3) Kekayaan;
4) Kebahagiaan.

Hal itu dapat dicapai jika seseorang patuh melaksanakan upacara


keagamaan dengan baik dan sempurna.

14
 Akhlak dalam ajaran Ibrani

Bangsa Ibrani yang popular dengan nama Bani Israil, mengaku


berdasarkan akhlak mereka kepada ajaran Yahudi yang disandarkan kepada ajaran
Nabi Musa dalam kitab Taurat. Bangsa ini pernah mendapat nikmat yang lebih
dari bangsa lain, karena banyak nabi-nabi yang dilahirkan dari bangsa Bani Israil.

Bani Israil adalah bangsa yang telah memperoleh nikmat keutamaan dan
keunggulan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka
banyak di bangkitkan Rasul dan Nabi, diberikan kitab dan nikmat, kekuasaan,
rizki dan kecerdasan. Tetapi segolongan dari pada bangsa ini tidak tahu
menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah. Bahkan
dengan kenikmatan itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merubah kitab suci,
dan berbuat kerusuhan di muka bumi.

Sebenarnya mereka telah dibekali dengan prinsip-prinsip akhlak yang


bersumber dari ajaran Allah melalui Rasul-Rasul dan mereka mengakui dirinya
sebagai bangsa yang berakhlak yang berdasarkan ajaran Allah. Tetapi karena
mereka keluar dari garis akhlakul karimah maka Allah menyiksa mereka dengan
penderitaan-penderitaan yang luar biasa, lebih dari yang dialami oleh bangsa-
bangsa lain. Dalam teori mereka mengaku menganut prinsip-prinsip akhlakul
karimah tetapi dalam prakteknya mereka melakukan akhlakul madzmumah.
Sekitar tahun 586 SM, Yerussalem ibu kota Bani Israil dihancurkan oleh
Nebukadnezar dan orang-orang Yahudi ditawan. Tahun 539 SM, kerajaan
Babilonia dikalahkan oleh Raja Persia, Cyrus dan orang-orang Yahudi terlepas
dari penindasan. Pada tahun 520 SM, dapatlah Bani Israil membangun kembali
Yerussalem. Namun ketika tahun 70 SM, titus memasuki Yerussalem dan
memusnahkan kembali Yerussalem yang sudah dibangun oleh orang-orang Bani
Israil.

 Akhlak dalam ajaran Kong Fu Tse (Konfucius)

Sejak abad ke 5 sebelum Masehi di negeri Tiongkok berkembang suatu


ajaran yang berakar pada Lao Tse yang kemudian dikembangkan oleh muridnya
yang bernama Kong Fu Tse (kongfucius) (1551-478 SM). Sebagian orang

15
memandang ajaran ini didasarkan filsafat dan sebagian memandang bercorak
agama.

Menurut Konfucius, tidak ada alternative lain untuk membangun akhlak


yang rusak selain 3 (tiga) perkara:

1. Pergi menyendiri beribadat kepada Tuhan seperti yang telah diperbuat


oleh Lao Tse.
2. Mengundang rakyat menghadiri pertemuan-pertemuan terbuka dan
disana memberikan kursus-kursus akhlak.
3. Membawa diri-sendiri, baik pemerintah maupun cendekiawan, para
pembesar dan diplomat, melaksanakan akhlak yang setinggi-tingginya
dalam kehidupan sehari-hari

Demikianlah konfucius dengan segala kesanggupannya yang berusaha


menarik perhatian ummat ke jurusan undang-undang umumnya.

D. Akhlak Masa Islam di Arab

Pada zaman jahiliyah, bangsa Arab tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang
mengajak kepada aliran paham tertentu. Sebagaimana yang kita ketahui dikalangan
bangsa Yunani seperti Epicurus, Zeno, Plato, Aristoteles. Demikian tersebut karena
penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di negara yang telah mati. Pada waktu itu
bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli-ahli syair, mereka
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong keutamaan dan
menjauhkan dari kerendahan. Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Lukman dan
Aksam bin Shaifi, syair-syair Zuhair bin Abi Sulma dan Khatim thai.

Setelah datang agama Islam, ada ajakan agar orang-orang mempercayai bahwa
Allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Segala apa yang ada di dunia ini, dari
gejala-gejala yang bermacam-macam dan makhluk yang beraneka warna, dari biji
yang ada di bumi sampai ke langit yang bertingkat, kesemuanya datang dari Tuhan.
Dan dengan kekuasaan Tuhan alam dapat berdiri dengan teratur.

Islam datang mengajak manusia untuk percaya kepada Alloh SWT, yang
menjadi sumber segala sesuatu yang ada di seluruh alam. Dengan kekuasaan-Nya
16
segala yang ada di dunia dan di langit, semuanya berjalan secara beraturan menurut
ketentuan-Nya.Sebagaimana halnya Alloh SWT telah menetapkan aturan yang harus
diikuti manusia, seperti kebenaran dan keadilan, juga menjauhi segala perbuatan yang
di larang, seperti dusta dan kezaliman.Keterangan tersebut di jelaskan dalam firman
Alloh SWT, Qur’an surat an-Nahl ayat 30 yang artinya” sesungguhnya Alloh
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi bantuan kepada kerabat,
dan Dia melarang melakukan perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
yang di utus untuk menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh pertama yang menulis
ilmu akhlak dalam Islam masih diperbincangkan, berikut ini akan dikemukakan
beberapa teori:

1. Ali bin Abi Thalib, berdasarkan sebuah risalah yang di tulis untuk
putranya Al-Hasan, setelah kepulangannya dari perang shiffin. Dan
kandungnya terdapat dalam kitab Nahj Al-Balaghoh.
2. Ismail bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani pada abad ke-2 H, beliau
menulis kitab Al mukmin wa Al-Fajir.
3. Ja’far bin Ahmad Al-Qummi, penulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-
Jannah pada abad ke-3 H
4. Ar-Rozi (250-313 H) dalam kitab Ath- Thibb Ar-Ruhani (kesehatan),
walaupun masih ada filsof lain seperti Kindi, Ibnu Sina.
5. Ali bin Ahmad Al-Kufi.menulis kitab Al-Adab dan Makarim Al-
Akhlak.
6. Warrom bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa
Nuzhah An- Nazhir.
7. Syehk Khowajah Nazhir Ath-thusi menulis kitab Al-Akhlak an-
Nashriyyah wa Awshaf Asy-Asraf wa Adab Al-Muta’allimin.

Allah menjadikan manusia dalam bentuk susunan yang baik, dan mengadakan
jalan yang harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa keutamaan seperti benar
dan adil, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat sebagai
pahala bagi orang yang mengikutinya. Demikian pula Allah menjadikan lawan

17
keutamaan itu, seperti dusta dan kedzaliman, larangan yang harus dijauhi, menjadikan
kesengsaraan di dunia dan siksa di akhirat sebagai hukum bagi yang melakukannya.

Firman Allah yang mengungkap tentang akhlak yaitu:

a. Q.S An-Nahl ayat 90, yang artinya :


“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”
b. Q.S An-Nahl ayat 97, yang artinya:
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka
kerjakan”.
c. Q.S Al-Qashash ayat 77, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukain orang-orang yang berbuat kerusakan”.
d. Q.S Al-Baqarah ayat 219, yang artinya:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.
e. Q.S Al-Maidah ayat 33, yang artinya:
“Sesungguhnya balasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat perusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya)”.

Ada suatu batasan yang Allah firmankan di atas bagi kehidupan manusia.
Allah tidak memerintahkan suatu perintah atau mencegah dari suatu larangan.
Sedangkan Allah menjadikan kebaikan dunia bergantung kepada keadilan benar dan
kejujuran, dan menjadikan kerusakan dunia karena sebaliknya.

18
Penyelidikan akhlak secara alamiah

Bangsa Arab masih sedikit yang menyelidiki akhlak berdasarkan ilmu


pengetahuan. Karena mereka telah merasa puas mengambil akhlak dari agama, dan
tidak merasa butuh kepada penyelidikan ilmiah mengenai dasar baik dan buruk.
Karena agama adalah menjadikan dasar kebanyakan buku-buku yang ditulis dalam
akhlak, seperti yang kita lihat dalam bukunya Al-Ghazali dan Al-Mawardi.

Orang Arab yang melakukan penyelidikan tentang akhlak dengan dasar ilmu
pengetahuan ialah Abu Nashr Al-Farabi. Ia meninggal pada tahun 339 H. Disamping
juga Ikhwanus Sofa di dalam risalah brosurnya dan Abu Ali Ibnu Sina (370 - 428 H).
Mereka telah mempelajari filsafat-filsafat Yunani, terutama pendapat-pendapat bangsa
Arab yang terbesar mengenai akhlak ialah Ibnu Maskawaih. Ia meninggal pada tahun
421 H. Dia telah menyusun kitabnya yang terkenal (tahdzibul akhlak wa tathirul a-
raaq). Dia telah mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran-ajaran
Islam. Ajaran Aristoteles banyak termasuk dalam kitabnya, terutama dalam
penyelidikannya tentang jiwa.

Akan tetapi tidak banyak dari ulama bangsa Arab yang mengikuti jejak
langkahnya. Alangkah baiknya bila mereka memperluaskan teori-teorinya
menghasilkan apa yang telah tertinggal, dan menempatkan apa yang telah tetap
kebenarannya.

E. Akhlak Masa Pertengahan

Pada abad pertengahan, Gereja memerangi filsafat Yunani dan Romawi, dan
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa
kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan wahyu tentu
benar, maka tidak ada artinya lagi untuk menyelidiki tentang kenyataan (hakikat) itu.
Mempergunakan filsafat diperkenankan sekedarnya, untuk menguatkan keyakinan-
keyakinan agama, batas-batasnya, dan ketertibannya. Stengah pemimpin-pemimpin
agama menyelidiki filsafat Plato, Aristoteles dan Stoics, untuk memperkuat ajaran
masehi, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang agama Nasrani,
dibuang sejauh mungkin, dan banyak bapak-bapak Gereja dikatakan ahli filsafat
dengan arti ini.

19
Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu
tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian.
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang
dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja.
Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Para ahli filsafat akhlak yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa paduan
dari ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyhur ialah
Abelard seorang ahli filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat
agama dari bangsa itali.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan
adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur ialah Abelard, seorang ahli filsafat
Perancis (1079 – 1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama
berkebangsaan Itali (1226 – 1274). Corak ajaran yang sifatnya perpaduan antara
pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai
dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam.

F. Akhlak Masa Modern

Pada abad pertengahan kelima belas mulailah ahli-ahli pengetahuan


menghidup suburkan filsafat Yunani kuno. Itali juga kemudian berkembang di seluruh
Eropa akan mulai difungsikan segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga
tegaklah kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat segala sesuatu dengan pandangan
baru dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru. Kehidupan mereka yang
semula terikat pada dogma kristiani, khayal dan mitos mulai digeser dengan
memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran.

Diantara yang mendapat kecaman dan penyelidikan ialah persoalan akhlak


yang dibawa oleh bangsa Yunani dan bangsa-bangsa lain. Ahli-ahli pengetahuan baru,
mengecam dan memperluas penyelidikannya dengan pertolongan dari ilmu
pengetahuan lain yang telah diketahui seperti ilmu jiwa masyarakat. Akhlak yang
mereka bangun didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empiric dan tidak
mengikuti gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada
pada manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini. Pandangan tunjukan ke

20
arah perbaikan segala apa yang mengelilingi pemuda, perempuan dan anak-anak, dari
susunan masyarakat, sehingga pantas dan berguna bagi perseorangan. Penyelidikan-
penyelidikan baru mempunyai jasa dalam menentukan macam-macam hak dan
kewajiban, dan menimbulkan perasaan peseorangan akan besar tanggung jawabnya di
hadapan masyarakat dan terhadap dirinya sendiri. Pandangan baru ini menghasilkan
perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya tidak
mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan
keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau. Selanjutnya pandangan
akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang mandiri.

Ahli filsafat Perancis yaitu Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri filsafat
baru dalam Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru,
diantaranya:

a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksan oleh akal dan nyata adanya
dan apa yang didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat
kebiasaan saja, wajib ditolak.
b. Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang
semudah-mudahnya, lalu meningkat ke arah yang lebih banyak susunannya
dan lebih dekat pengertiannya sehingga tercapai tujuan kita.
c. Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran sesuatu
soal, sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-
pengikutnya suka kepada paham Stoics dan selalu mempertinggi mutu
pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbs dan pengikutnya suka kepada
paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya lalu datang
Shafeesbury dan Hatshon keduanya berkata bahwa didalam diri manusia ada
indera yang dapat mengetahui indah dan buruk. Para ahli pengetahuan,
berbeda pahamnya mengenai indera ini. Hal ini telah kami terangkan dalam
membicarakan paham intuition.

Kemudian lahir pula Bentham (1748 – 1832) dan john stuartmill (1806 –
1873). Keduanya memindah paham Epicurus ke paham Utilitarianism. Berarti bahwa
keduanya memindah paham Epicurus, dari paham Egoitic hedonism ke paham

21
universalistik hedonism. Paham keduanya tersiar di Eropa dan mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan hukum dan politik.

Setelah keadannya muncul Green (1836 – 1882) dan Herbert Spencer (1820 –
1903). Keduanya mencocokkan paham pertumbuhan dan kemeningkatan (evolution)
atas akhlak, sebagaimana yang kita ketahui.

Para ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerma yang mempunyai pengaruh besar dan
akhlak ialah Spinosa (1632 – 1677) dan Hegel (1770 – 1831) dan Kant (1724 -1831).

Dari ahli akhlak yang terkenal dari bangsa Prancis ialah Cousin (1792 – 1867)
dan August Comte (1798 – 1857) dan sejak zaman John stuartmill (1873) dan Spencer
(1903 hingga sekarang). Penyelidikan mengenai akhlak hanya menjelaskan teori-teori
tersebut. Sehingga belum terdapat teori-teori baru, akan tetapi ahli-ahli ilmu
pengetahuan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperluas teori itu dan
mencocokkannya dengan praktek hidup.

Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam
bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini
dianggap mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka
menerapkan pola bertindak dan berpikir secara liberal. Diantara masalah yang mereka
kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak. Penentuan patokan baik dan
buruk yang semula didasarkan pada dogma greja diganti dengan berdasarkan
pandangan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman empirik. Banyak
tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya:

1. Descartes (1596-1650)
Adalah seorang ahli filsafat prancis yang telah meletakan dasar-dasar
baru bagi ilmu pengetahuan dan filsafat, diantaranya:
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan
penelitian empiric. Apa yang didasarkan pada sangkaan semata
dan tumbuh dari kebiasaan wajib ditolak.
b. menyelidiki dari hal yang terkecil dan kemudian ke arah yang
lebih komplek.
c. Menetapakan kebenaran harus di uji terlebih dahulu.

22
2. Jhon of Salisbury (1120-1180M)
Beliau adalah filsuf Inggris yang hidup pada tahun 1120-1180 M.
Jhon of Salibus terkenal daengan uraiannya yang menjelaskan bahwa
kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Oleh karena itu, ia
menjadi pendukung gereja, berbicaara mewakili gereja, membela,
menyerang kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut
spiritual pendapatnya diabadikan pada buku-bukunya. Bukunya yang
paling masyhur berjudul Stateman’s Book. Buku ini membicarakan
tentang dua pedang kekuasaan yaitu, pedang fisik dan pedang spiritual.
Keduanya bersumber pada gereja dan harus kembali kepadanya.

3. Bentham (1748-1832) dan Stuart Mill (1806-1873)


Keduanya termasuk tokoh yang banyak terpengaruh oleh
pemikiran Epicurus dengan cara mengubahnya menjadi paham
utilitarianism yaitu paham yang semula didasarkan pada kebahagiaan yang
bersifat individualistic kepada kebahagiaan yang bersifat universalistik.

4. Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903)


Kedunya mengaitkan paham evolusi dengan akhlak. Di antara
pemikiran akhlak Green adalah;
a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dan
dapat menghendaki, sebab ia adalah perilaku moral.
b. Manusia dapat melakukan realisi diri karena ia adalah subjek
yang sadar diri, reproduksi dari kesadaran diri yang abadi.
c. Cita-cita keadaan yang lebih baik adalah ideal.
d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia.

5. Spinoza (1632-1677), Hegel (1770-1831), dan Khat (1724-1831)


Dalam buku etika yang berjudul Ethica Ordine Geometrico
Demonstrata yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan orang-orang
yang menganut suatu keyakinan.Sementara menurut Kant menyakini
adanya kesusilaan.Titik berat etikanya adalah rasa kewajiban (panggilan
hati nurani) untuk melakukan sesuatu berpangkang pada budi.

23
6. Viktor Causin (1729-1867) dan August Comte (1798-1857)
Menurut Causin pemikirannya bahwa dasar Metafisika adalah
pengamatan yang hati-hati dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan
sadar. Sedangkan August dijuluki dengan bapak sosiologi yang terkenal
sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu
social.

7. Pasca Mill dan Spencer


Sejak Mill dan Spencer hingga sekarang penelitian tentang akhlak
hanya menjelaskan teori-teori sebagaiman diutarakan di atas. Dengan kata
lain belum di temukan teori-teori lain.

Pada akhir abad lima belas masehi, Eropa mulai menglami


kebangkitan dalam bidang filsafat, Ilmu pengetahuan dan teknologi. Para
ahli bangsa eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam
bidang filsafat Yunani, ilmu pengetahuan teknologi tersebut akan mulai
difungsikan, segala sesuatu dikecam dan diselidiki, sehingga tegaklah
kemerdekaan berfikir. Dan mulai melihat sesuatu dengan pandangan baru,
dan mempertimbangkannya dengan ukuran yang baru. Di antara yang
mendapat kecaman dan penyelidikan ialah persoalan ahklak yang dibawa
oleh bangsa Yunani dan bangsa- bangsa lainnya.

Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristiani,


khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih
besar kepada kemampuan akal pikiran. Segala sesuatu yang selama ini
dianggap mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya
mereka menerapkan pola bertindak dan berpikir secara liberal.

Akhlak yang mereka bangun didasarkan pada penyelidikan


menurut kenyataan emperik dan tidak mengikuti gambaran-gambaran
khayal atau keyakinan yang terdapat dalam ajaran agama. Pandangan baru
terhadap akhlak tersebut pada tahap selanjutnya mampu mengubah

24
konsep-konsep akhlak termasuk dalam menilai sesuatu yang baik dan
mulia.

Pemikiran tentang akhlak ini selanjutnya dapat dijumpai pada


Immanuel kant. Pemikiran akhlak yang dikemukakkan Immanuel Kant
juga besifat antropocentris (memusat pada kemampuan dan potensi
manusia). Kant berpendapat bahwa kriteria perbuatan akhlak adalah
perasaan kewajiban intuisif. Kant mempunyai sebuah keyakinan berkaitan
dengan manusia. Keberadaan tuhan hanya bisa didapat melalui intusi
akhlak. Mungkin di dunia ini tidak ada seorangpun filosof yang begitu atas
nisan immanuel Kant tertuliskan pertkataannya yang sangat populer yang
berbunyi “Dua hal yang selalu membangunkan perasaan: langit yang
dipenuhi oleh bintang dan intuisi yang berada dalam sanubarinya”.

Pokok bahasan tentang intuisi diklasifikasikan menjadi empat:

a. Intuisi mencari hakikat atau mencari ilmu pengetahuan.


Dengan intuisi ini banyak manusia yang menghabiskan
usianya untuk diabadikan kepada pengembangan ilmu
pengetahuan.
b. Intuisi etika dan akhlak, yakni cenderung kepada kebaikan
bagaimana telah diuraikan diatas.
c. Intuisi estetika, yakni cenderung kepada segala sesuatu yang
mendatangkan keindahan.
d. Intuisi agama, yaitu perasaan meyakini adanya yang
menguasai alam dengan segala isinya, yakni tuhan.

Pemikir barat dibidang akhlak (etika) selanjutnya adalah Bertrand


Russel. Corak pemikiran akhlak yang dimajukan tokoh ini bersifat
metearilistik. Menurutnya manusia bersifat materialistik, dan dia tidak dari
wujud benda. Berbeda dengan Kant, Russel menolak adanya intuisi akhlak
dan keindahan esensial suatu perbuatan. Menurut Russel manusia tidak
mampu memahami keindahan dan keburukan pada perbuatan. Dia juga
menolak keindahan dan keburukan roh. Menurut manusia sama sekali
tidak mempunyai akal atau roh murni.
25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan akhlak dimulai dari bangsa Yunani


yang saat itu terkenal dengan filosof-filosofnya. Diperkirakan Socrates mulai
mengkaji tentang permasalahan baik buruk (Ilmu Akhlak/Moral) pada tahun (500-450
SM) dan diteruskan oleh murid-muridnya seperti Plato (427-347 SM) dan Aristoteles
(394-322 SM). Pada bangsa ini hanya dibahas sedikit mengenai Ilmu Akhlak karena
pada saat itu bangsa Yunani sibuk dengan filsafat alam, dan ajaran Ilmu Akhlak
bersumber hanya pada pemikiran manusia sehingga terdapat banyak kelemahan.
Kemudian diikuti oleh perkembangan Ilmu Akhlak di bangsa/agama Nasrani. Pada
agama ini ajaran Ilmu Akhlak bersifat teo-sentri (memusat pada tuhan) dan sufistik
(bercorak batin). Didalam ajaran ini Ilmu Akhlak bersumber pada kitab Taurat
sehingga baik dari buruk dapat dipilah-pilah berdasarkan isi Taurat. Namun ajaran ini
memiliki kelemahan karena para pengikutnya suka menyakiti dirinya sendiri dan
menjauhi dunia fana dan hidup menyendiri. Kemudian Ilmu Akhlak berkembang di
bangsa Romawi (Abad Pertengahan). Ajaran Akhlak (Moral) pada masa ini adalah
ajaran campuran dari ajaran Akhlak (Moral) agama Nasrani dan bangsa Yunani.
Tokoh yang terkenal yakni Abelard (1079-1142) dan Thomas Aquinas (1226-1274).
Ilmu Akhlak kemudian berkembang di bangsa Arab. Pada masa ini perkembangan
Ilmu Akhlak memakai metode yang tidak biasa. Ilmu Akhlak disampaikan dalam kata-
kata hikmah dan syair.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini, penulis berharap semoga pembaca dapat


mengetahui Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak.. Setidaknya
dengan makalah ini, ada semacam pencerahan intelektual dalam menyuguhkan
motivasi yang intrinsik untuk segera mempelajari Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Ilmu Akhlak. Sehingga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

26
Tentunya, dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan atau
bahkan kekeliruan. Dengan itu, penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Khoiri, Alwan, Tulus Mustofa dkk. 2005. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo
Prasada.

Mustafa, A. 1997. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mustofa. 2014. Akhlak Tasawuf Edisi Revisi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Mustaqim, Abdul. ,2007. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Kreasi Wacanan.

https://syulhadi.wordpress.com/my-document/islami/akhlak-tasawuf/sejarah-
pertumbuhan-dan-perkembangan-ilmu-akhlak/

http://dhilarriqo96.blogspot.com/2017/05/sejarah-pertumbuhan-dan
perkembangan.html

http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ilmu-akhlak.html

http://isnaenialfi.blogspot.com/2015/10/sejarah-dan-perkembangan-ilmu-akhlak.html

http://triaami07.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://kakardiasri.blogspot.com/2017/03/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu-
akhlak.html

http://oppahermanto.blogspot.com/2013/04/bab-i-pendahuluan-1.html

28

Anda mungkin juga menyukai