(Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak semester genap)
Kelompok 5
Kota Bandung
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tuhan
semesta alam yang memberikan penerangan dan petunjuk kepada manusia. Dia-lah zat yang
telah memberikan banyak kenikmatan yang masih kita rasakan saat ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan dan tauladan kita semua yakni Rasulullah Saw,
juga kepada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya. Karena jasa-jasa beliaulah
kita dapat mengenal dan merasakan indahnya Islam.
Kenikmatan yang kami rasakan tidak lantas membuat kami berleha-leha dan bermalas-
malasan. Tak lupa juga kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami. Sehingga kami mahasiswa
jurusan Administrasi Publik kelas F dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Akhlak.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua semoga mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Kesimpulan....................................................................................................................26
B. Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa bermakna
“pembuatan” atau “penciptaan”. Dalam konteks agama, akhlak bermakna perangai,
budi, tabi’at, adab, atau tingkah laku. Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran maupun pertimbangan.
Selama lebih kurang 10 tahun ahli-ahli pikir Yunani dianggap telah pernah
membangun “kerajaan filsafat”, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai
macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-
mata berdasarkan pikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama.
Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli pikir lain di zaman sebelum Islam,
pertengahan, dan di zaman modern.
B. Rumusan Masalah
1
C. Maksud dan Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologis Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq
yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian
etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku
yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta. Sedangkan,
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela,
tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak adalah
ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.
3
dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan
terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan
alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu
baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal
pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan
mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding
dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu
islam datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap
kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka
membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga,
handai tolan, umat manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka
lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi sempit menjadi luas dan
berkembang, jelas arah dan sasarannya.
4
beberapa negeri. Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai
pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada
penyelidikannya mengenai alam. Pikiran dan pendapat mereka berbeda-beda, tetapi
tujuan mereka adalah satu, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar
menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka
terhadap tanah airnya.
Dalam pandangan akhlak itu, Plato tampak berupaya memadukan antara unsur
yang datang dari diri manusia sendiri, atau unsur yang datang dari luar. Unsur dari diri
manusia berupa akal pikiran dan potensi rohaniah lainnya. Sedangkan unsur dari luar
6
berupa pancaran nilai-nilai luhur dari yang bersifat mutlak. Perpaduan dari kedua
unsur inilah yang membawa manusia menjadi orang yang utama.
Kemudian disusul oleh Aristoteles pada (394 – 322 SM). Dia seorang
muridnya Plato, yang membangun suatu paham yang khas, pengikutnya dinamai
“Peripatetis”. Karena ia memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia
mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan
mengarangnya dalam bentuk karya tulis. Dia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang
dikehendaki oleh manusia mengenai segala perbuatannya ialah “Bahagia”. Akan tetapi
pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut paham
7
utilitarianism dalam zaman baru ini. Dia menurut pendapatnya jalan mencapai
kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal dengan sebaik-baiknya.
Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah. Tiap-tiap keutamaan ialah tengah-
tengah di antara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antara
boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut. Hal
ini akan kami jelaskan pembicaraan tentang keutamaan.
Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu
dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tersebut
dalam taurat. Demikian juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber
segala khlak. Tuhan Allah yang membuat segala patokan yang harus kita pelihara
dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan arti jahat. Baik
8
menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan Allah dan melaksanakan perintah-
perintahnya. Para pendeta menempati tempat kedudukan para ahli filsafat di Yunani.
Sebagian ajaran agama Nasrani cocok dengan ajaran ahli-ahli filsafat Yunani terutama
Stoics. Tidak hanya perbedaan dua ajaran ini dalam menentukan sesuatu, baik dan
buruknya. Akan tetapi perbedaan itu yang terpenting ialah mengenai dorongan jiwa
untuk melakukan perbuatan.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu Akhlak
adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia. Ini
menunjukan bahwa Ilmu Akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis, yaitu
filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang
terdapat dalam diri manusia atau bersifat anthroposentris, dan mengesankan bahwa
masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri yang akan ada dengan adanya manusia
sendiri, dan hasil yang didapatnya adalh Ilmu Akhlak yang berdasar pada logika
murni. Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena manusia secara fitrah telah dibekali
dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung kepada kebaikan, di samping juga
memiliki kecenderungan kepada keburukan, dan ingkar pada tuhan. Namun,
kecenderungan kepada yang baik, bertuhan dan beragama jauh lebih besar
dibandingkan dengan kecenderungan kepada yang buruk.
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosuf Yunani itu
secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu
menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik,
merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
11
Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan
perseorangan. Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa
kebijaksanaan itu utama bagi para hakim, keberanian itu utama bagi para
tentara, perwira itu utama bagi rakyat dan adil itu utama bagi semua.
Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagi tiap-tiap manusia akan
perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan sebaik-
baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk
kategori keindahan.
3. Aristoteles ( 394 – 322 SM)
Dia murid Plato yang membangun suatu paham yang khas, yang
mana pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka
memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat
berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya.
Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia
mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi
pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut
paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut pendapatnya
jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran
sebaik-baiknya.
Selain itu Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap
keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti
dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian
adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut.
Setelah Aristoteles dating “Stoics” dan “Epicuric”. Mereka
berbeda penyelidikannya dalam akhlak “Stoics” berpendirian sebagai
paham “Cynics”, dan paham “Stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat
di Yunani dan Romawi. Dan pengikutnya yang termasyhur pada
permulaan kerajaan Rome ialah Seneca (6 SM-65 M), dll. Adapun
“Epicuric”, maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut pelajaran
Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah “Epicuric”.di antara pengikutnya
dalam zaman baru ini ialah “Gassendi” seorang filsafat Perancis (1592-
1656).
12
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama
Nasrani di Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan
membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat.
Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber
segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita
pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik
dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Pada akhir abad ketiga Masehi tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama
ini telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok
ajaran akhlak yang tersebut dalam kitab Taurat dan Injil. Menurut agama ini
bahwa Tuhan adalah sumber akhlak. Tuhanlah yang menentukan dan membentuk
patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan
sosial kemasyarakatan. Menurut agama ini yang disebut baik ialah perbuatan yang
disukai Tuhan serta berusaha melaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian ajaran akhlak pada agama Nasrani ini bersifat teo-centri
(memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Menurut ahli-ahli filsafat
Yunani bahwa pendorong buat melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan dan
kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani bahwa pendorong berbuat
kebaikan ialah cinta dan iman kepada Tuhan berdasrkan petunjuk kitab Taurat.
13
menjadikan roh sebagai kekuasaan yang dominan terhadap diri manusia, yaitu
suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan hawa nafsu syahwat. Akibat dari paham
akhlak yang demikian itu, kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka
meniksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud dan hidup
menyendiri.
1) Kemerdekaan;
2) Kesehatan;
3) Kekayaan;
4) Kebahagiaan.
14
Akhlak dalam ajaran Ibrani
Bani Israil adalah bangsa yang telah memperoleh nikmat keutamaan dan
keunggulan dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Dari lingkungan mereka
banyak di bangkitkan Rasul dan Nabi, diberikan kitab dan nikmat, kekuasaan,
rizki dan kecerdasan. Tetapi segolongan dari pada bangsa ini tidak tahu
menimbang rasa dan pelupa budi serta tidak syukur atas nikmat Allah. Bahkan
dengan kenikmatan itu mereka menjadi sombong dan angkuh, merubah kitab suci,
dan berbuat kerusuhan di muka bumi.
15
memandang ajaran ini didasarkan filsafat dan sebagian memandang bercorak
agama.
Pada zaman jahiliyah, bangsa Arab tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang
mengajak kepada aliran paham tertentu. Sebagaimana yang kita ketahui dikalangan
bangsa Yunani seperti Epicurus, Zeno, Plato, Aristoteles. Demikian tersebut karena
penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di negara yang telah mati. Pada waktu itu
bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli-ahli syair, mereka
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong keutamaan dan
menjauhkan dari kerendahan. Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Lukman dan
Aksam bin Shaifi, syair-syair Zuhair bin Abi Sulma dan Khatim thai.
Setelah datang agama Islam, ada ajakan agar orang-orang mempercayai bahwa
Allah, sumber segala sesuatu di seluruh alam. Segala apa yang ada di dunia ini, dari
gejala-gejala yang bermacam-macam dan makhluk yang beraneka warna, dari biji
yang ada di bumi sampai ke langit yang bertingkat, kesemuanya datang dari Tuhan.
Dan dengan kekuasaan Tuhan alam dapat berdiri dengan teratur.
Islam datang mengajak manusia untuk percaya kepada Alloh SWT, yang
menjadi sumber segala sesuatu yang ada di seluruh alam. Dengan kekuasaan-Nya
16
segala yang ada di dunia dan di langit, semuanya berjalan secara beraturan menurut
ketentuan-Nya.Sebagaimana halnya Alloh SWT telah menetapkan aturan yang harus
diikuti manusia, seperti kebenaran dan keadilan, juga menjauhi segala perbuatan yang
di larang, seperti dusta dan kezaliman.Keterangan tersebut di jelaskan dalam firman
Alloh SWT, Qur’an surat an-Nahl ayat 30 yang artinya” sesungguhnya Alloh
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan memberi bantuan kepada kerabat,
dan Dia melarang melakukan perbuatan keji kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi
yang di utus untuk menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh pertama yang menulis
ilmu akhlak dalam Islam masih diperbincangkan, berikut ini akan dikemukakan
beberapa teori:
1. Ali bin Abi Thalib, berdasarkan sebuah risalah yang di tulis untuk
putranya Al-Hasan, setelah kepulangannya dari perang shiffin. Dan
kandungnya terdapat dalam kitab Nahj Al-Balaghoh.
2. Ismail bin Mahran Abu An-Nashr As-Saukani pada abad ke-2 H, beliau
menulis kitab Al mukmin wa Al-Fajir.
3. Ja’far bin Ahmad Al-Qummi, penulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-
Jannah pada abad ke-3 H
4. Ar-Rozi (250-313 H) dalam kitab Ath- Thibb Ar-Ruhani (kesehatan),
walaupun masih ada filsof lain seperti Kindi, Ibnu Sina.
5. Ali bin Ahmad Al-Kufi.menulis kitab Al-Adab dan Makarim Al-
Akhlak.
6. Warrom bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa
Nuzhah An- Nazhir.
7. Syehk Khowajah Nazhir Ath-thusi menulis kitab Al-Akhlak an-
Nashriyyah wa Awshaf Asy-Asraf wa Adab Al-Muta’allimin.
Allah menjadikan manusia dalam bentuk susunan yang baik, dan mengadakan
jalan yang harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa keutamaan seperti benar
dan adil, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat sebagai
pahala bagi orang yang mengikutinya. Demikian pula Allah menjadikan lawan
17
keutamaan itu, seperti dusta dan kedzaliman, larangan yang harus dijauhi, menjadikan
kesengsaraan di dunia dan siksa di akhirat sebagai hukum bagi yang melakukannya.
Ada suatu batasan yang Allah firmankan di atas bagi kehidupan manusia.
Allah tidak memerintahkan suatu perintah atau mencegah dari suatu larangan.
Sedangkan Allah menjadikan kebaikan dunia bergantung kepada keadilan benar dan
kejujuran, dan menjadikan kerusakan dunia karena sebaliknya.
18
Penyelidikan akhlak secara alamiah
Orang Arab yang melakukan penyelidikan tentang akhlak dengan dasar ilmu
pengetahuan ialah Abu Nashr Al-Farabi. Ia meninggal pada tahun 339 H. Disamping
juga Ikhwanus Sofa di dalam risalah brosurnya dan Abu Ali Ibnu Sina (370 - 428 H).
Mereka telah mempelajari filsafat-filsafat Yunani, terutama pendapat-pendapat bangsa
Arab yang terbesar mengenai akhlak ialah Ibnu Maskawaih. Ia meninggal pada tahun
421 H. Dia telah menyusun kitabnya yang terkenal (tahdzibul akhlak wa tathirul a-
raaq). Dia telah mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran-ajaran
Islam. Ajaran Aristoteles banyak termasuk dalam kitabnya, terutama dalam
penyelidikannya tentang jiwa.
Akan tetapi tidak banyak dari ulama bangsa Arab yang mengikuti jejak
langkahnya. Alangkah baiknya bila mereka memperluaskan teori-teorinya
menghasilkan apa yang telah tertinggal, dan menempatkan apa yang telah tetap
kebenarannya.
Pada abad pertengahan, Gereja memerangi filsafat Yunani dan Romawi, dan
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa
kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan wahyu tentu
benar, maka tidak ada artinya lagi untuk menyelidiki tentang kenyataan (hakikat) itu.
Mempergunakan filsafat diperkenankan sekedarnya, untuk menguatkan keyakinan-
keyakinan agama, batas-batasnya, dan ketertibannya. Stengah pemimpin-pemimpin
agama menyelidiki filsafat Plato, Aristoteles dan Stoics, untuk memperkuat ajaran
masehi, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang agama Nasrani,
dibuang sejauh mungkin, dan banyak bapak-bapak Gereja dikatakan ahli filsafat
dengan arti ini.
19
Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu
tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian.
Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang
dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja.
Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Para ahli filsafat akhlak yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa paduan
dari ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyhur ialah
Abelard seorang ahli filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat
agama dari bangsa itali.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan
adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran
Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur ialah Abelard, seorang ahli filsafat
Perancis (1079 – 1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama
berkebangsaan Itali (1226 – 1274). Corak ajaran yang sifatnya perpaduan antara
pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai
dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam.
20
arah perbaikan segala apa yang mengelilingi pemuda, perempuan dan anak-anak, dari
susunan masyarakat, sehingga pantas dan berguna bagi perseorangan. Penyelidikan-
penyelidikan baru mempunyai jasa dalam menentukan macam-macam hak dan
kewajiban, dan menimbulkan perasaan peseorangan akan besar tanggung jawabnya di
hadapan masyarakat dan terhadap dirinya sendiri. Pandangan baru ini menghasilkan
perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya tidak
mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan
keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau. Selanjutnya pandangan
akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka menjadi anggota
masyarakat yang mandiri.
Ahli filsafat Perancis yaitu Desrates (1596-1650 M), termasuk pendiri filsafat
baru dalam Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru,
diantaranya:
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksan oleh akal dan nyata adanya
dan apa yang didasarkan kepada sangkaan dan apa yang tumbuhnya dari adat
kebiasaan saja, wajib ditolak.
b. Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya yang
semudah-mudahnya, lalu meningkat ke arah yang lebih banyak susunannya
dan lebih dekat pengertiannya sehingga tercapai tujuan kita.
c. Wajib bagi kita jangan menetapkan sesuatu hukum akan kebenaran sesuatu
soal, sehingga menyatakannya dengan ujian. Descartes dan pengikut-
pengikutnya suka kepada paham Stoics dan selalu mempertinggi mutu
pelajarannya sedang Gassendi dan Hobbs dan pengikutnya suka kepada
paham Epicurus dan giat menyiarkan aliran pahamnya lalu datang
Shafeesbury dan Hatshon keduanya berkata bahwa didalam diri manusia ada
indera yang dapat mengetahui indah dan buruk. Para ahli pengetahuan,
berbeda pahamnya mengenai indera ini. Hal ini telah kami terangkan dalam
membicarakan paham intuition.
Kemudian lahir pula Bentham (1748 – 1832) dan john stuartmill (1806 –
1873). Keduanya memindah paham Epicurus ke paham Utilitarianism. Berarti bahwa
keduanya memindah paham Epicurus, dari paham Egoitic hedonism ke paham
21
universalistik hedonism. Paham keduanya tersiar di Eropa dan mempunyai pengaruh
besar dalam pembentukan hukum dan politik.
Setelah keadannya muncul Green (1836 – 1882) dan Herbert Spencer (1820 –
1903). Keduanya mencocokkan paham pertumbuhan dan kemeningkatan (evolution)
atas akhlak, sebagaimana yang kita ketahui.
Para ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerma yang mempunyai pengaruh besar dan
akhlak ialah Spinosa (1632 – 1677) dan Hegel (1770 – 1831) dan Kant (1724 -1831).
Dari ahli akhlak yang terkenal dari bangsa Prancis ialah Cousin (1792 – 1867)
dan August Comte (1798 – 1857) dan sejak zaman John stuartmill (1873) dan Spencer
(1903 hingga sekarang). Penyelidikan mengenai akhlak hanya menjelaskan teori-teori
tersebut. Sehingga belum terdapat teori-teori baru, akan tetapi ahli-ahli ilmu
pengetahuan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperluas teori itu dan
mencocokkannya dengan praktek hidup.
Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam
bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Segala sesuatu yang selama ini
dianggap mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka
menerapkan pola bertindak dan berpikir secara liberal. Diantara masalah yang mereka
kritik dan dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak. Penentuan patokan baik dan
buruk yang semula didasarkan pada dogma greja diganti dengan berdasarkan
pandangan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman empirik. Banyak
tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya:
1. Descartes (1596-1650)
Adalah seorang ahli filsafat prancis yang telah meletakan dasar-dasar
baru bagi ilmu pengetahuan dan filsafat, diantaranya:
a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan
penelitian empiric. Apa yang didasarkan pada sangkaan semata
dan tumbuh dari kebiasaan wajib ditolak.
b. menyelidiki dari hal yang terkecil dan kemudian ke arah yang
lebih komplek.
c. Menetapakan kebenaran harus di uji terlebih dahulu.
22
2. Jhon of Salisbury (1120-1180M)
Beliau adalah filsuf Inggris yang hidup pada tahun 1120-1180 M.
Jhon of Salibus terkenal daengan uraiannya yang menjelaskan bahwa
kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Oleh karena itu, ia
menjadi pendukung gereja, berbicaara mewakili gereja, membela,
menyerang kekuasaan dunia dan menggambarkannya sebagai pengikut
spiritual pendapatnya diabadikan pada buku-bukunya. Bukunya yang
paling masyhur berjudul Stateman’s Book. Buku ini membicarakan
tentang dua pedang kekuasaan yaitu, pedang fisik dan pedang spiritual.
Keduanya bersumber pada gereja dan harus kembali kepadanya.
23
6. Viktor Causin (1729-1867) dan August Comte (1798-1857)
Menurut Causin pemikirannya bahwa dasar Metafisika adalah
pengamatan yang hati-hati dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan
sadar. Sedangkan August dijuluki dengan bapak sosiologi yang terkenal
sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu
social.
24
konsep-konsep akhlak termasuk dalam menilai sesuatu yang baik dan
mulia.
A. Kesimpulan
B. Saran
26
Tentunya, dalam makalah ini akan ditemukan kelemahan-kelemahan atau
bahkan kekeliruan. Dengan itu, penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Khoiri, Alwan, Tulus Mustofa dkk. 2005. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo
Prasada.
https://syulhadi.wordpress.com/my-document/islami/akhlak-tasawuf/sejarah-
pertumbuhan-dan-perkembangan-ilmu-akhlak/
http://dhilarriqo96.blogspot.com/2017/05/sejarah-pertumbuhan-dan
perkembangan.html
http://stiebanten.blogspot.com/2011/10/sejarah-perkembangan-ilmu-akhlak.html
http://isnaenialfi.blogspot.com/2015/10/sejarah-dan-perkembangan-ilmu-akhlak.html
http://triaami07.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://kakardiasri.blogspot.com/2017/03/makalah-sejarah-perkembangan-ilmu-
akhlak.html
http://oppahermanto.blogspot.com/2013/04/bab-i-pendahuluan-1.html
28