PATOLOGI BIROKRASI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Birokrasi
Dosen Pengampu : Drs. Mubarok, M.Si
Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2019
1
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Swt, yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tuhan
semesta alam yang memberikan penerangan dan petunjuk kepada manusia. Dia lah dzat yang
telah memberikan banyak kenikmatan yang masih kita rasakan saat ini. Shalawat serta salam
selalu tercurah limpahkan kepada junjungan dan tauladan kita semua yakni Rasullah Saw,
juga pada keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya.
Tak lupa kami panjatkan puji dan puja syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Patologi Birokrasi ini.
Dalam penulisan makalah ini ,kami banyak mendapat tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua anggota.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi dari makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
maupun penyusunan. Kritik dan saran dari pembaca sangatlah kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………..…………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………….……………………….... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………...……10
B. SARAN………………………………………………………………………..……….10
C. PERTANYAAN............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..…………12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam perjalanan Bangsa Indonesia birokrasi tidak bisa dilepaskan dalam system
pemerintahan. Keberadaan birokrasi sampai saat masih membawa polemic yang
berkepanjangan. Tuntutan reformasi setidaknya telah merubah wajah birokrasi Indonesia
meskipun belum terlalu signifikan. Agenda reformasi dalam tubuh birokrasi di Indonesia
ditujukan bukan lagi sekedar untuk membangun Institusi birokrasi yang professional secara
menejerial, namun pada bagaimana birokrasi tersebut mampu merepresentasikan konfigurasi
social yang ada untuk menjamin keterwakilan masing – masing komunitas social yang telah
mengakar kuat di dalam tubuh birokrasi. Pendeteksian penyakit birokrasi atau yang sering
disebut patologi dalam dunia medis sebainya juga dilakukan kepada birokrasi di Indonesia.
Hal ini dimaksudkan agar penyakit – penyakit yang ada dalam tubuh birokrasi di Indonesia
tidak menular ke yang lainnya sebagi upaya preventif bahkan lebih dari itu bisa
disembuhkan secara total meskipun membutuhkan waktu yang lama. Upaya meminimalisir
penyakit yang terjadi di birokrasi dihrapkan dapt membawa perubahan terhadap pelayanan
public yang prima.
Persoalan patologi atau penyakit birokrasi bersumber dari rekruitmen dan penempatan
birokrat yang tidak berdasarkan merit system (berdasarkan jenjang karir). Selain itu
keterlibatan birokrasi dalam politik dianggap sebagai hal yang harus diwaspadai karena
birokrasi bukanlah institusi atau lembaga yang bisa mewakilkan kepentingan kelompok atau
golongan tertentu. Secara makro atau nasional persoalan birokrasi di Indonesia lebih di
dominasi karena kurangnya pemisahan atau segresi yang jelas antara kepentingan politik dan
administrasi. Masih seriong dijumpai birokrat terlibat secara aktif dalam kegiatan politik dan
juga adanya politisi yang selalu mendominasi proses – proses birokrasi sehinggga kebijakan
yang diambil dalam birokrasi merupakan kebijakan politik dari orang – orang yang memiliki
kepentingan tertentu. Reformasi birokrasi di Indonesia masih bergulir namun sampai saat ini
belum ada regulasi (peraturan) yang menjamin depolitisasi birokrasi secara subtansial.
Persoalan tersebut seperti mengurai benang kusut karena ke depan bila model birokrasi yang
seperti it uterus dijalankan akan dapat memunculkan konflik tertutama menimbulkan praktik
kolusi dan nepotisme dalam rekruitmen, penempatan, promosi dan mutasi birokrasi masih
sering terjadi. Praktik – praktik yang seperti ini pada kenyataannya sudah menjadi rahasia
umum yang pada akhirnya praktik – praktik korupsi dan pengamanan sumber –sumber
ekonomi termasuk keuangan Negara dari kelompok yang sedang berkuasa dengan menjalin
korporasi menjadi sebuah system yang penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari birokrasi?
2. Apa saja jenis-jenis dari patologi birokrasi?
3. Bagaimana cara mengatasi patologi birokrasi?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya patologi
ialah agar diketahui berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita oleh manusia. Analogi
itulah yang berlaku pula bagi suatu birokrasi. Artinya agar seluruh birokrasi pemerintahan
negara mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin timbal baik bersifat politik,
ekonomi, sosio-kultural dan teknologikal.
6
4. Patologi Birokrasi (Bureaupathology) adalah himpunan dari perilaku-perilaku yang
kadang-kadang disibukkan oleh para birokrat.Fitur dari patologi birokrasi digambarkan oleh
Victor A Thompson seperti “sikap menyisih berlebihan, pemasangan taat pada aturan atau
rutinitas-rutinitas dan prosedur-prosedur, perlawanan terhadap perubahan, dan desakan picik
atas hak-hak dari otoritas dan status.
Pada intinya patologi birokrasi dapat diartikan penyakit dalam birokrasi Negara yang
muncul akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik
yang menyangkut politis, ekonomis, social cultural dan teknologikal.
Patologi birokrasi atau penyakit birokrasi adalah “hasil interaksi antara struktur
birokrasi yang salah dan variabel-variabel lingkungan yang salah”.Patologi birokrasi muncul
dikarenakan hubungan antar variabel pada struktur birokrasi yang terlalu berlebihan, seperti
rantai hierarki panjang, spesialisasi, formalisasi dan kinerja birokrasi yang tidak linear.
1. Paternalistik, yaitu atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan dihormati,
diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai bawahan tidak
memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan atasan.
3. Prosedur yang berlebihan akan mengakibatkan pelayanan menjadi berbelit - belit dan
kurang menguntungkan bagi masyarakat.
7
4. Fragmentasi birokrasi, banyaknya kementerian baru yang dibuat oleh pemerintah lebih
sering tidak didasarkan pada suatu kebutuhan untuk merespon kepentingan masyarakat
agar lebih terwadahi tetapi lebih kepada motif tertentu.
b. Tingkat korupsi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari adanya sejumlah kepala
daerah yang di tangkap KPK melalui oprasi tangkap tangan OTT. Mereka di duga
tersangkut penyuapan dalam kaitan dengan menjual promosi jabatan, penerimaan fee proyek
tertentu, pengesahan RAPBD dan gratifikasi untuk memperoleh perijinan.
e. Organisasi pemerintah yang cenderung besar baik di pusat maupun di daerah yag
cenderung memanfaatkan kemungkinan untuk memperbesar struktur tanpa melihat
8
kebutuhan nyata, ketersediaan sumber daya yang dimiliki, kondisi terkini yang di hadapi,
dan cakupan wilayah pelayanan.
Adapun tiga cara untuk mengatasi patologi birokrasi ini, sebagai berikut:
Untuk memperbaiki pelayanan birokrasi bisa di akukan dengan cara “citizen charter”
aitu kontrak pelayanan antar stakeholder. Penerapan citizen charter bisa menjadi terobosan
baru dalam menembus kebutuhan dari upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik terutama pada segi pelayanan. Sehingga hak tersebut menjafikan pelayanan pulik lebih
transparan,terkendali dan refresentatif dikarenakan masyarakat bisa turut serta meyuarakan
pendapatnya dalam proses pembuatan aturan-aturan pelayanan sesuai kesepakatan bersama.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat di simpulkan bahwa patologi birokrasi adalah penyakit di dalam birokrasi yang
sangat menggagu jalannya aktivitas di dalam birokrasi tersebut. Dampak dari patologi ini
sangat berpengaruh pada pelayanan masyarakat, otomatis juga merugikan beberapa pihak.
Risman K. Umar (2002) mendifinisikan bahwa patologi birokrasi adalah penyakit atau
bentuk perilaku birokrasi yang menyimpang dari nilai-nilai etis, aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku dalam birokrasi.
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini, kami berharap semoga pembaca dapat mengetahui
mengenai pengertian dari patologi birokrasi , jenis dan macam dari patologi birokrasi dan
juga cara mengatasi fenomena patologi birokrasi ini, sehingga dapat mengimplementasikan
nya dalam kehidupan sehari-hari.
10
PERTANYAAN
1. Untuk memahami berbagai penyakit yang melekat dalam suatu birokrasi, sehingga
menyebabkan birokrasi mengalami disfungsi. Maka, apa tanggapan kalian
mengenai pernyataan tersebut ?
5. Adapun salah satu contoh dari patologi birokrasi yakni, kualitas ASN masih belum
optimal dalam mendukung kinerja pemerintah, maka apakah pernyataan tersebut
disebabkan karena salahnya Pemerintah dalam merekrut Para ASN tersebut ?
6. Dari tiga cara untuk mengatasi birokrasi yang sudah kami paparkan, apakah cara –
cara tersebut sudah relevan atau tidak ? jelaskan beserta alasannya !
11
DAFTAR PUSTAKA
Thoha, Miftah. 2003. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Fadjar, Tri Sakti. 2018. Morfologi Filsafat Administrasi. Bandung: Fisip Unpas
Press
http://xpresipena.blogspot.com/2011/04/patologi-birokrasi.html
http://ilmubaruindah.blogspot.com/2015/09/patologi-birokrasi_6.html
https://www.beritasatu.com/nasional/485776/ini-enam-penyakit-birokrasi-di-
indonesia
12