Disusun Oleh :
1
depolitisasi birokrasi secara subtansial. Persoalan tersebut seperti mengurai
benang kusut karena ke depan bila model birokrasi yang seperti itu terus
dijalankan akan dapat memunculkan konflik tertutama menimbulkan praktik
kolusi dan nepotisme dalam rekruitmen, penempatan, promosi dan mutasi.
Praktek – praktek yang seperti ini pada kenyataannya sudah menjadi rahasia
umum yang pada akhirnya praktek – praktek korupsi dan pengamanan sumber
–sumber ekonomi termasuk keuangan negara dari kelompok yang sedang
berkuasa dengan menjalin kerjasama menjadi sebuah sistem yang penuh
dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.
b. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian patologi, birokrasi dan patologi birokrasi?
2. Bagaimana asal mula dan penyebab munculnya patologi birokrasi?
3. Apa saja kategori dan ruang lingkup patologi birokrasi?
4. Bagaimana solusi untuk patologi birokrasi?
c. Pembahasan
1.1 Pengertian Patologi , birokrasi dan patologi birokrasi.
Pengertian Patologi
2
Pengertian Birokrasi
Pada rantai komando ini setiap posisi serta tanggung jawab kerjanya
dideskripsikan dengan jelas. Organisasi ini pun memiliki aturan dan prosedur
ketat sehingga cenderung kurang fleksibel. Ciri lainnya adalah biasanya
3
terdapat banyak formulir yang harus dilengkapi dan pendelegasian wewenang
harus dilakukan sesuai dengan hierarki kekuasaan.
2. Bintoro Tjokroamidjojo
Blau dan Page (1956) mengemukakan ”Birokrasi sebagai tipe dari suatu
organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas - tugas administratif yang
besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari
banyak orang”. Jadi menurut Blau dan Page, birokrasi justru untuk
melaksanakan prinsip - prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi administratif, meskipun kadangkala di dalam pelaksanaannya
birokratisasi seringkali mengakibatkan adanya ketidakefisienan.
4
4. Ismani
Dengan mengutip pendapat dari Mouzelis, Ismani (2001)
mengemukakan ”Bahwa dalam birokrasi terdapat aturan - aturan yang rasional,
struktur organisasi dan proses berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan
efisiensi dan setinggi - tingginya. Dari pandangan yang demikian tidak
sedikitpun alasan untuk menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien”.
5. Fritz Morstein Marx
Dengan mengutip pendapat Fritz Morstein Marx, Bintoro Tjokroamidjojo
(1984) mengemukakan bahwa birokrasi adalah ”Tipe organisasi yang
dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan berbagai tugas - tugas
yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi yang
khususnya oleh aparatur pemerintahan”.
6. Riant Nugroho Dwijowijoto
Dengan mengutip Blau dan Meyer, Dwijowijoto (2004) menjelaskan
bahwa ”Birokrasi adalah suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan
untuk meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal yang baik
maupun buruk dalam keberadaannya sebagai instrumen administrasi rasional
yang netral pada skala yang besar”. Selanjutnya dikemukakan bahwa ”Di dalam
masyarakat modern, dimana terdapat begitu banyak urusan yang terus -
menerus dan diam, hanya organisasi birokrasi yang mampu menjawabnya.
Birokrasi dalam praktek dijabarkan sebagai pegawai negeri sipil”.
5
tidak ada birokrasi yang menderita penyakit birokrasi sekaligus.” (Siagian,1994
dalam Ismail,2009:68).
Sementara yang dimaksud dengan birokrasi adalah : "Bureaucracy is an
organisation with a certain position and role in running the government
administration of a contry" (Mustopadijaja AR., 1999). Dengan demikian dapat
dilihat bahwa birokrasi merupakan suatu organisasi dengan peran dan posisi
tertentu dalam menjalankan administrasi pemerintah suatu negera. Prof. Dr.
Sondang P. Siagian, MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya patologi
ialah agar diketahui berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita oleh
manusia. Analogi itulah yang berlaku pula bagi suatu birokrasi. Artinya agar
seluruh birokrasi pemerintahan negara mampu menghadapi berbagai tantangan
yang mungkin timbul baik bersifat politik, ekonomi, sosio - kultural dan
teknologikal.
Risman K. Umar (2002) mendifinisikan bahwa patologi birokrasi adalah
penyakit atau bentuk perilaku birokrasi yang menyimpang dari nilai - nilai etis,
aturan - aturan dan ketentuan - ketentuan perundang - undangan serta norma -
norma yang berlaku dalam birokrasi.
Patologi Birokrasi juga diartikan dalam beberapa artian seperti sebagai
berikut:
1. Birokrasi sebagai organisasi yang berpenyakit (patologis)
2. Organisasi dan perilaku birokrat yang inefektif dan inefisien
3. Struktur dan fungsi organisasi besar yang sering melakukan
kesalahan dan tidak mampu berubah.
6
Patologi birokrasi bisa juga diartikan sama dengan penyakit birokrasi.
peran birokrasi sebagai implementator dari kebijakan politik, atau dengan kata
lain birokrasi sebagai penyelenggara pemerintahan, maka patologi birokrasi
dapat diartikan sebagai persoalan atau permasalahan yang terjadi dalam
penyelenggaraan pemerintahan akibat kinerja birokrasi tidak mampu dalam
memenuhi kebutuhan publik dengan baik. Patologi birokrasi dapat saja terjadi
dalam ketidakmampuan pejabat politik di eksekutif (terpilih karena mandat
politik). Dalam hal ini patologi birokrasi dapat dilihat dari perspektif
kelembagaan, kepemimpinan, maupun perilaku para birokrat pelaksana itu
sendiri atau gabungan dari unsur unsur tersebut.
Menurut Taliziduhu Ndraha, Miftah Thoha, Peter M. Blau, David
Osborne, JW Schoorl) Patologi birokrasi adalah penyakit, perilaku negatif, atau
penyimpangan yang dilakukan pejabat atau lembaga birokrasi dalam rangka
melayani publik, melaksanakan tugas, dan menjalankan program
pembangunan.
7
apa yang dilakukan karena orientasi lebih pada melayani pemerintah, tidak lagi
menjadi alat rakyat tetapi telah menjadi instrumen politis dengan sifat sangat
otoritatif dan represif.
2. Kebuasaan yang sangat kejam dimana binatang yang paling buas bagi
manusia dapat dipunahkan tetapi binatang tidak pernah memunahkan
manusia.
8
Manusia dalam birokrasi dengan kodratinya memiliki kreativitas untuk
pengembangkan birokrasi. James R Evans mengemukakan pengertian
kreativitas adalah keterampilan untuk menetukan pertalian, melihat subyek dan
perspektif baru, dan membuat kombinasi - kombinasi baru dari dua atau lebih
konsep yang telah tercetak dalam pemikiran. Berdasarkan pandangan ini kita
dapat merumuskan kreativitas birokrasi yang dapat dikatakan pertalian antara
cara berpikir dengan cara bertinadak setiap manusia individu dalam ikatan
birokrasi sehingga menghasilkan sesuatu baik yang berkaitan dengan
pemikiran atau penalaran maupun yang berkaitan dengan hasil kerja dari setiap
individu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau
perkembangan birokrasi dan kesejahteraan anggota birokrasi.
9
menciptakan kemampuan untuk dapat merebut kekuasaan dan kewenangan
yang lebih tinggi.
10
Tabel 1: Penyebab dan Bentuk-bentuk Patologi Birokrasi
PERSEPSI SITUASI
RENDAHNYA
DAN PELANGGA PERILAKU INTERNAL
PENGETAHU
GAYA RAN YANG DALAM
AN
MANAJERIA TERHADAP BERSIFAT BERBAGAI
&KETERAMPI
L PARA NORMA DISFUNGSION INSTANSI
LAN
PEJABAT HUKUM AL PEMERINTA
PETUGAS
BIROKRASI HAN
Penyalahgun Ketidakmamp Penggemuk Bertindak Penempatan
aan uan an sewenang- tujuan dan
wewenang menjabarkan pembiayaan; wenang; sasaran yang
dan jabatan; kebijakan Menerima Pura-pura tidak tepat;
Persepsi pimpinan; sogo; sibuk; Kewajiban
yang Ketidaktelitian Ketidakjujura Paksaan; sosial
didasarkan ; n; Konspirasi; sebagai
pada Rasa puas Korupsi; Sikap takut; beban;
prasangka; diri; Tindakan Penurunan Eksploitasi;
Pengaburan Bertindak kriminal; mutu; Ekstorsi;
masalah; tanpa pikir; Penipuan; Tidak sopan; Tidak
Menerima Kebingungan; Kleptokrasi; Diskriminasi; tanggap;
sogok; Tindakan Kontrak fiktif; Cara kerja yang Penganggura
Pertentangan yang counter Sabotase; legalistil; n
kepentingan; productive; Tatabuku Dramatisasi; terselubung;
Kecenderung Tidak adanya yang tidak Sulit dijangkau; Motivasi yang
an kemampuan benar; Sikap tidak tidak tepat;
mempertahan berkembang; Pencurian. acuh; Imbalan yang
kan status Mutu hasil Tidak disiplin; tidak
quo; pekerjaan Inersia; memadai;
Empire yang rendah; Sikap kaku Kondisi kerja
11
Building; Kedangkalan; (tidak fleksibel) yang kurang
Sikap Ketidakmamp Tidak memadai;
bermewah- uan belajar; berperikemanus Pekerjaan
mewah; Ketidaktepata iaan; yang tidak
Pilih kasih; n tindakan; Tidak peka; kompatibel;
Ketakutan Inkompetensi; Sikap tidak Inconvenienc
pada Ketidakcekata sopan; e;
perubahan, n; Sikap lunak; Tidak adanya
inovasi dan Ketidakteratur Tidak peduli indkator
resiko; an; mutu kinerja; kinerja;
Penipuan; Melakukan Salah tindak; Kekuasaan
Sikap kegiatan yang Semangat yang kepemimpina
sombong; tidak relevan; salah tempat; n;
Ketidakpeduli Sikap ragu- Negativisme; Miskomunika
an pada kritik ragu; Melalaikan si;
dan saran; Kurangnya tugas; Misinformasi;
Jarak imajinasi; Rasa tanggung Beban kerja
kekuasaan; Kurangnya jawab yang yang terlalu
Tidak mau prakarsa; rendah; berat;
bertindak; Kemampuan Lesu darah Terlalu
Takut rendah; (anorexia) banyak
mengambil Bekerja tidak Paperasserie; pegawai;
keputusan produktif; Melaksanakan Sistem pilih
Sikap Ketidakrapian; kegiatan yang kasih (spoil
menyalahkan Stagnasi. tidak relevan; system);
orang lain; Cara kerja yang Sasaran
Tidak adil; berelit-belit (red yang tidak
Intimidasi; tape) jelas;
Kurangnya Kerahasiaan; Kondisi kerja
komitmen; Pengutamaan yang tidak
Kurangnya kepentingan aman;
12
koordinasi sendiri; Sarana dan
Kurangnya Suboptimasi prasarana
kreativitas Sycophancy; yang tidk
dan Tampering; tepat;
eksperimenta Imperatif Perubahan
si; wilayah sikap yang
Kreativitas kekuasaan; mendadak.
yang rendah; Tokenisme;
Kurangnya Tidak
visi yang professional;
imajinatif; Sikap tidak
Kedengkian; wajar;
Nepotisme; Melampaui
Tindakan wewenang;
yang tidak Vasted interest;
rasional Pertentangan
Bertindak di kepentingan;
luar Pemborosan;
wewenangny
a;
Paranoia;
Sikap
Opresif;
Patronase;
Penyeliaan
dengan
pendekatan
punitive;
Keengganan
mendelegesai
kan;
13
Keengganan
memikul
tanggung
jawab;
Ritualisme;
Astigmatisme
;
Xenophobia;
14
penyakit (patologi) birokrasi yang lazim dijumpai. Penyakit – penyakit tersebut
dapat dikategorikan yakni :
1. Persepsi gaya manajerial para pejabat dilingkungan birokrasi yang
menyimpang dari prinsip prinsip demokrasi. Hal ini mengakibatkan bentuk
patologi seperti penyalahgunaan wewenang dan jabatan menerima sogok
dan nepotisme
2. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan para petugas pelaksana
berbagai kegiatan operasional mengakibatkan produktivitas dan mutu
pelayanan yang rendah, serta pegawai sering berbuat kesalahan
3. Tindakan pejabat yang melanggar hukum dengan penggemukan
pembiayaan, menerima sogok, korupsi dan sebagainya.
4. Manifestasi perilaku birokrasi yang bersifat disfungsional atau negatif seperti
sewenang wenang, pura pura sibuk dan diskriminaitf
5. Akibat situasi internal berbagai instansi pemerintahan yang berakibat negatif
terhadap birokrasi seperti imbalan dan kondisi kerja yang kurang memadai,
ketiadaan deskripsi dan indikator kerja dan sistem pilih kasih.
15
Bertindak tanpa berpikir matang
Kenerja rendah
Bingung
c. Pelaku birokrasi yag melanggar hukum, antra lain adanya:
Boros
Praktek suap-menyuap
Kejujuran kurang
Korupsi
Kriminal
d. Perilaku birokrasi yang bersifat disfungsioal dan negatif,
Sewenang-wenang
Pura-pura sibuk
Pemaksaan
Konspirasi
Diskiminasi
Tak acuh
Sulit di jangkau
Disiplin rendah
e. Situsi internal instansi/birokrasi, antra lain
Tujuan dan saran tidak tepat
Kewajiban social sebgai beban
Eksploitasi
Pengangguran terselubung
Imbalan tidak memadai
Kondisi kerja kurang memadai
Misinformasi
16
1. dysfunction of bureaucracy, yakni berkaitan dengan struktur, aturan, dan
prosedur atau berkaitan dengan karakteristik birokrasi atau birokrasi
secara kelembagaan yang jelek sehingga tidak mampu mewujudkan
kinerja yang baik, atau erat kaitannya dengan kualitas birokrasi secara
institusi.
Suatu perilaku itu dikatakan baik bila secara universal semua orang
bersepakat mengakui suatu perbuatan yang menunjukkan tingkah laku
seseorang memang baik. Sedangkan sebaliknya perilaku itu dikatakan buruk
bila secara universal semua orang sepakat menyatakan bahwa tingkah laku
seseorang itu buruk. Karena hakikatnya hanya dua jenis perilaku yang ada
dalam diri manusia sendiri. Dikaitkan dengan patologi birokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam perspektif perilaku, maka yang dijadikan
indikator adalah berbagai perilaku buruk dari birokrat itu sendiri.
17
tetapi juga memiliki tujuan moral, sebuah birokrasi yang menghargai hak hak
masyarakat (Teruna, 2007).
Proses patologi birokrasi yang akut di indonesia ini bukan sesuatu yang
datang tiba tiba, tetapi terpelihara sejak lama. Birokrasi sudah terbiasa menjadi
simbol kemakmuran dan kerajaan bagi aparatnya untuk mendapat
pelayanandari masyarakat. Kultur pangreh praja (rakyat mengabdi pada
pemerintahan/raja) ada di birokrasi yang diciptakan untuk melayani penguasa
terjadi di zaman penjajahan (Teruna,2007).
a) Paternalistik, yaitu atasan bagaikan seorang raja yang wajib dipatuhi dan
dihormati, diperlakukan spesial, tidak ada kontrol secara ketat, dan pegawai
bawahan tidak memiliki tekad untuk mengkritik apa saja yang telah dilakukan
atasan. Seakan - akan nyawa mereka ada dalam genggaman atasan /
penguasa sehingga segala sesuatunya dilakukan untuk atasan. Hal tersebut
menjadikan pelayanan publik kurang maksimal dikarenakan sikap bawahan
yang terlalu berlebihan terhadap atasan sehingga birokrasi cenderung
mengabaikan apa yang menjadi kepentingan masyarakat sebagai warga
negara yang wajib menerima layanan sebaik mungkin.
18
b) Pembengkakan anggaran, terdapat beberapa alasan mengapa hal ini sering
terjadi yaitu: semakin besar anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan
semakin besar pula peluang untuk memark-up anggaran, tidak adanya
kejelasan antara biaya dan pendapatan dalam birokrasi publik, terdapatnya
tradisi memotong anggaran yang diajukan pada proses perencanaan
anggaran sehingga memunculkan inisiatif pada orang yang mengajukan
anggaran untuk melebih-lebihkan anggaran, dan kecenderungan birokrasi
mengalokasikan anggaran atas dasar input. Pembengkakan anggaran akan
semakin meluas ketika kekuatan civil society lemah dalam mengontrol
pemerintah.
19
2. Pengaburan masalah
3. Indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme
4. Indikasi mempertahankan status quo
5. Empire bulding (membina kerajaan)
6. Ketakutan pada perubahan, inovasi dan resiko
7. Ketidakpedulian pada kritik dan saran
8. Takut mengambil keputusan
9. Kurangnya kreativitas dan eksperimentasi
10. Kredibilitas yang rendah, kurang visi yang imajinatif
11. Minimnya pengetahuan dan keterampilan, dll.
20
3. Inertia (lamban dalam berbagai urusan/keputusan) duplikasi kegiatan
dan departementalisme
4. Red tape (cara kerja yang berbelit - belit dan ditunda - tunda)
21
9. Disiplin dan Semangat kerja umumnya rendah
10.Armandiloisme : mamalia penggangsir yang melindungi diri dengan
memo, rapat dan perangkat peraturan
11.Hyperpolysyllabicomia: gemar memakai kata-kata jargon (samar) dan
yang muluk untuk menutupi kelemahannya.
Adapun beberapa jenis penyakit birokrasi yang sudah sangat dikenal dan
dirasakan masyarakat yaitu ketika setiap mengurus sesuatu dikantor
pemerintah, pengurusannya berbelit-belit, membutuhkan waktu yang lama dan
biaya yang besar, pelayanannya kurang ramah, terjadinya praktek kolusi,
korupsi dan nepotisme dan lain-lain. Sedangkan penyakit birokrasi yang lebih
sistemik banyak sebutan yang diberikan terhadapnya yaitu antara lain;
politisasi birokrasi, otoritarian birokrasi, birokrasi katabelece (Istianto,
2011:143).
22
Panu (piket asal tulis)
Kutil (kurang teliti)
Bisul (bisanya hanya siul siul)
Muntaber (mundur tanpa berita)
23
moralitas, etika, rasionalitas, keimanan dan peraturan yang berlaku dalam
ikatan kerjasama. Dan kemudian menguntungkan secara konkert atau
secara realita bagi orang-orang yang perbuatan atau tindakannya
bertentangan dengan moralitas, etika, rasionalitas, keimanan dan peraturan
yang berlaku dalam bentuk ikatan kerjasama.
4. Penyakit atau patologi kolusi administrasi telah menjangkit hampir disemua
lini dalam adminstrasi Negara maupun administrasi pemerintahan. Mulai
dari tingkat pusat sampai kepada tingkat daerah kabupaten atau kota,
bahkan sampai kepada desa - desa. Penyakit atau patologi kolusi
administrasi ini secepatnya perlu diagnosis sehingga dapat kembali sehat.
5. Penyakit korupsi, penyakit atau patologi korupsi administrasi merupakan
suatu penyakit yang sangat ditakuti oleh semua ikatan bentuk kerjasama
manusia melalui organisasi internasional , negara, pemerintah, sampai
kepada organisasi swasta pun, semuanya ketakutan bila terjangkit virus-
virus penyakit atau patologi korupsi yang dapat mematikan aktivitas
administrasi. Penyakit korupsi yang begitu ditakuti oleh semua pihak mulai
dari anggota ikatan kerjasama yang terendah sampai kepada anggota yang
tertinggi, atau mulai dari anggota masyarakat terendah sampai kepada
anggota masyarakat yang tertinggi.
6. Korupsi adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau beberapa
orang baik statusnya sebagai bawahan maupun pejabat dalam suatu
organisasi yang melakukan pelanggaran etika, moralitas, rasionalitas,
keyakinan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan
mendapatkan sesuatu keuntungan dalam rangka memenuhi keinginan dan
kebutuhan seseorang atau beberapa orang yang dapat berakibat
merugikan orang lain atau Negara.
7. Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeruk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan Negara. Jadi korupsi merupakan gejalah
salah pakai, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan Negara dengan
menggunakan wewenang dan kekuatan formal untuk memperkaya dirinya
24
dengan jalan menggunakan segala kekuatan yang dimiliki terutama
bersumber dari jabatan kewenagan.
8. Penyakit keserakahan, penyakit atau patologi keserakahan dalam
pelaksanaan ativitas adminsitrasi adalah suatu metode teknik dan taktik
yang dilakukan seseorang anggota yang terkait dalam ikatan bentuk
kerjasama berpikir dan bertindak untuk dapat menguasai sebagian atau
bahkan kalau bisa keseluruhan faktor - faktor kenikmatan khususnya yang
berupa material dengan mengorbankan orang lain.
9. Penyakit atau patologi keserakahan manusia sebenarnya adalah suatu
penyakit yang sangat kejam karena dapat menghancurkan ikatan
kerjasama dan bahkan mematikannya.
10. Penyakit atau patologi keserakahan bukan semata-mata hanya
mengumpulkan harta benda yang melimpah untuk memenuhi kebutuhan,
tetapi lebih banyak diarahkan kepada pemenuhan keinginan. Keinginan
yang berlebihan hanya menimbun harta benda saja dengan
memperolehnya tidak wajar.
11. Penyakit egoisme, penyakit atau patologi egoism terhadap pelaksanaan
kegiatan atau aktivitas administrasi adalah sifat - sifat manusia yang terkait
dalam bentuk kerjasama yang selalu ingin menang sendiri ketika
mendiskusikan sesuatu pemikiran, baik secara ilmiah maupun pemikiran
terhadap suatu penyelesaian permasalahan atau kegiatan. Egoism
sebenarnya adalah suatu virus penyakit atau patologi dalam pelaksanaan
setiap aktivitas administrasi. Jika terlalu kuat pengaruh manusia yang
memiliki sifat egoisme sangat memungkinkan aktivitas yang dilakukan
dalam bentuk kerjasama itu akan bersifat negative dan tidak mustahil dapat
mematikan atau membubarkan suatu bentuk kerjasama yang dituntuk oleh
administrasi.
12. Persekongkolan jabatan, jabatan dari sudut pandang pengaturan dari
berbagai aktivitas sering juga diistilahkan dengan pemimpin, sedangkan
jabatan yang melakukan aktivitas diistilahkan sebagai yang dipimpin.
Persekongkolan adalah suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh dua orang
25
manusia atau lebih untuk melakukan kesepakatan yang tersembunyi guna
mendapatkan sesuatu yang diinginkan kedua belah pihak walaupun
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam
komunitas masyarakat tertentu.
13. Persekongkolan jabatan adalah suatu usaha yang dilakukan dua orang
manusia atau lebih dengan menciptakan kesepakatan guna
mempertahankan atau memperoleh suatu jabatan tertentu dalam organisasi
dengan mengorbankan orang lain. Persekongkolan jabatan yang
senantiasa terjadi dalam kehidupan manusia dalam suatu organisasi
sebenarnya merupakan bagian penyakit yang dapat menciptakan
ketidakstabilan dan bahkan mungkin kematian suatu organisasi.
14. Persekongkolan pekerjaan, dalam suatu ikatan organisai ada berbagai jenis
pekerjaan ada jenis pekerjaannya ringan tetapi hasilnya besar dan ada juga
sebaliknya pekerjaan nya sulit tapi hasilnya kurang. Fenomena inilah yang
merupakan penyebab utama persekongkolan pekerjaan. Persekongkolan
pekerjaan kenyataanya semakin menambah panjangnya jerit tangis
anggota ikatan kerjasama maupun naggota masyarakat pada umumnya
yang tidak memiliki kemampuan dalam rangka melakukan suatu tindakan
persekongkolan.
15. Persekongkolan status adalah usaha mempertahankan status yang
dimilikinya dengan menyebabkan melemahkan ataupun merugikan
organisasi. Persekongkolan status yang di miliki oleh manusia dalam
sebuah organisasi jika dibiarkan tumbuh dan berkembang akan merusakn
norma-norma social, moralitas masyarakat, rasionalitas keilmuan.
16. Persekongkolan kolega, sasaran manusia dalam melakukan
persekongkolan dalam kolega atau sering diitilahkan dengan pertemanan
ini senatiasa bertujuan untuk menciptakan keeratan pertemanan atau ikatan
keprofesian yang kuat, sehingga kepuasan dalam kehidupan kedua belah
pihak senatiasa dapat terjamin walaupun mungkin dapat merugikan pihak-
pihak tertentu. Tindakan merugikan orang lain kerena persekongkolan
kolega merupan suatu tindakan yang dapat menciptakan penyakit
26
administrasi bila tidak ditangani dan diarahkan kepada yang positif
kemungkinan dapat menghambat atau merusak dalam pertumbuhan
organisai maupun perkembangan administrasi baik dalam arti keilmuan
maupun profesionalitas.
17. Persekongkolan keluarga, virus patologi persekongkolan dalam berbagai
anggota keluarga terhadap proses aktivitas administrasi dalam sebuah
ikatan kerjasama janganlah dianggap bahwa persepsi dan pandangan
anggota keluarga merupakan salah satu ancaman yang dapat mengangu
tatapi juga dapat merupakan penyebab utama lahirnya kekhawatiran
keberlangsungan hidup administrasi.
18. Kekeliruan dan kesalahan terhadap penanganan virus patologi ini dalam
administrasi akan dapat menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan
kondisi pelaksanaan aktivitas setiap anggota birokrasi tersebut.
19. Menerapi virus patologi ini bukan saja dilakukan oleh dokter konsultan yang
memiliki kemampuan spesialisasi dari berbagai jenis virus yang handal
tetapi juga harus didukung oleh pengalaman terhadap penanganan
penaggualan virus patologi persekongkolan yang sebenarnya bukan saja
merugikan manusia lain tetapi merugikan dirinya sendiri. Oleh sebab itu
harus dilibatkan seluruh jajaran anggota birokrasi yang mulai dari tingkat
pimpinan yang tertinggi sampai pada yang terendah.
27
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi Patologi Birokrasi yaitu:
Yang pertama, perlu adanya reformasi administrasi yang global. Artinya
reformasi administrasi bukan hanya sekedar mengganti personil saja, bukan
hanya merubah nama intansi tertentu saja, atau bukan hanya mengurangi atau
merampingkan birokrasi saja namun juga reformasi yang tidak kasat mata
seperti upgrading kualitas birokrat, perbaikan moral, dan merubah cara
pandang birokrat, bahwa birokrasi merupakan suatu alat pelayanan publik dan
bukan untuk mencari keuntungan.
Yang kedua pembentukan kekuatan hukum dan per-Undang-Undangan
yang jelas. Kekuatan hukum sangat berpengaruh pada kejahatan-kejahatan,
termasuk kejahatan dan penyakait-penyakit yang ada di dalam birokrasi. Kita
sering melihat bahwa para koruptor tidak pernah jera walaupun sering keluar
masuk buih. Ini dikarenakan hukuman yang diterima tidak sebanding dengan
apa yang diperbuat. Pembentukan supremasi hukum dapat dilakukan dengan
cara:
1. Kepemimpinan yang adil dan kuat
2. Alat penegak hukum yang yang kuat dan bersih dari kepentingan politik
28
kekuasaan di tambah akuntabilitas publik dan transparansi publik. Jadi kalau
tidak ada prinsip ini, good governance perlu untuk menekan penyalahgunaan
kekuasaan atau kewenangan yang biasanya itu menimbulkan korupsi. Dan
korupsi itu selalu abuse of power. Semakin tinggi kualitas dari good
governance, semakin rendah korupsi. Sebaliknya semakin rendah kualitas
good governance, korupsinya semakin tinggi. Dari penyataan di atas tergambar
dengan jelas betapa prinsip - prinsip good governance dapat mencegah
patologi birokrasi terutama dalam hal korupsi, kolusi dan nepotisme.
29
4. Responsiveness. Pradigama baru birokrasi menekanakan bahwa
pemerintah harus dapat melayani kebutuhan masyarakat umum dan
memberi respon terhadap tuntutan pembangunan. Patologi yang selama
ini terjadi dimana pemerintah dilayani oleh masyarakat, maka dengan
prinsip responsiveness pemerintah harus sedapat mungkin memberikan
pelayanan kepada stakeholders.
7. Strategic vision. Melalui straegi visi maka akan tumbuh dalam setiap
birokrat akan nilai-nilai idealisme dan harapan-harapan organisasi dan
negara untuk masa yang akan datang. Nilai-nilai dan harapan-harapan
ini akan memeberikan kesan praktek pelaksaan pekerjaan birokrasi.
30
Penaganan virus patologi kolusi dalam berbagai aktivitas admnistrasi
diharapkan dapat tercipta sebuah pengaturan hubungan dan keharmonisan
kerja antar sesame manusia yang terkait dalam bentuk kerja sama. Diharapkan
pula terciptanya keteraturan kerja yang dilakukan oleh seluruh unsur yang ada
dalam administrasi. Tindakan penanganan virus tersebut bukanlah menjadi
akhir persoalan, malainkan akan berdinamisasi sesuai dengan tuntutan
perubahan kebutuhan anggota yang terkait dalam kerjasama. Penaganan virus
patologi kolusi dalam administrasi yang tidak tepat terutama konsultan yang
bukan ahli dalam rangka menerapi virus patologi kolusi sebenarnya bukan saja
merugikan manusia yang terkait dalam kerjasama tetapi mungkin manusia
lainnya yang berada diluar ikatan kerjasama.
Untuk pengobatan atau menerapi penyakit atau patologi korupsi dapat
dilakukan langkah - langkah :
penyadaran etika
penyadaran moralitas
peningkatan keimanan
kelayakan hidup
penegakan peraturan
pemberian pemahaman
pemberian sanksi
31
melalui interaksi social
melakukan keterbukaan
malalui penididikan dan pelatihan
melalui kelompok informal dan kelompok formal
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mencegah berkembang
biaknya virus patologi persekongkolan jabatan :
Pengisian atau rekrutmen jabatan
Batasan kewenagan dan tanggung jawab dalam jabatan
Persyaratan jabatan
Penghasilan jabatan.
Bagaimana mengurangi atau menghilangkan persekongkolan pekerjaan
dalam suatu ikatan dalam bentuk kerjasama yang dewasa ini dimana - mana
terdengar jerit tangis manusia yang tidak memiliki kemampuan itu. Yang perlu
diciptakan adalah :
Menciptakan kondisi sosial yang baik
Menciptakan emosional yang cerdas
Menciptakan intelektualitas yang baik
Menciptakan karakter yang baik
Menciptakan spiritualitas yang baik
32
c. Memberikan teknik atau cara menghindari sehinggga semua anggota
dalam proses kerjasama aktivitas dapat terindar dari virus penyakit
ini.
33
perselisihan antara pengguna jasa dan penyelenggara dalam proses
pelayanan publik.
34
Contoh kongkrit yang mungkin bisa diaplikasikan adalah dengan
pengadaan mesin pencetak perangko ataupun kupon sebagai pengganti uang
tunai (stamp vending machine) seperti yang telah dilaksanakan di Jepang.
Maksudnya, setiap formulir aplikasi permohonan pelayanan hanya butuh
sehelai “perangko” ataupun “kupon” bertuliskan besaran biaya yang dibutuhkan
untuk proses penyelesaiannya. Hal ini akan membawa konsekuensi bahwa
seseorang yang bertugas melayani pelanggan tidak akan disibukkan atau
direpotkan dengan urusan uang tunai di sekitar loket mereka. Mereka hanya
akan berkonsentrasi di seputaran urusan administrasi persuratan saja, tidak
ada yang lain. Hal ini cukup efektif dalam menekan angka kolusi di Jepang
yang biasa disebut dalam ungkapan shuden no shita (lengan baju bawah baju
kimono). Dampak seperti inilah diharapkan dapat menekan angka KKN di
dalam proses birikrasi pelayanan publik kita.
Cara lain dapat berupa transfer uang di bank dengan sistem online
dengan mengadakan kerjasama antara pihak penyedia layanan (Pemerintah
Daerah) dengan pihak bank. Yang kedua, ditinjau dari sudut pandang
pengguna jasa pelayanan, yaitu dengan memperkenalkan budaya antri yang
tersistematis melalui pengadaan mesin antri (queuing machine). Kenapa
budaya antri? Karena masyarakat Indonesia pada umumnya masih belum
menganggap antri sebagai pola atau gaya hidup yang efektif. Sistem ini telah
banyak diaplikasikan di instansi - instansi swasta dan hasilnyapun cukup efektif
untuk menciptakan suasana yang tertib dan kondusif.
Kemudian berkenaan dari pihak birokrat sendiri sebagai penyedia
monopoli pelayanan publik, sebagai wujud pertanggungjawaban langsung
(direct responsibility) kepada pengguna jasa layanan, alangkah lebih baiknya
apabila di luar loket pelayanan dipasang nama petugas pelayanan yang
bertugas pada hari itu sehingga langkah strategis ketiga ini diharapkan apabila
terjadi ketidakpuasan pelanggan kepada penyedia jasa layanan akan langsung
dapat dicatat nama petugasnya dan segera bisa ditindaklanjuti.
Ketiga langkah strategis di atas hanyalah beberapa cara di antara sekian
banyak cara yang dapat ditempuh Pemerintah dalam mengeliminasi tindakan
35
KKN yang sudah berakar di setiap lini kehidupan bangsa kita. Memang
sebenarnya akar dari tindakan KKN ini tidak terlepas dari belum terpenuhinya
kesejahteraan aparatur negara, kaitannya dengan pendapatan take home pay
mereka. Akan tetapi, berdasarkan penelitian dari The World Bank Development
Research Group Public Service Delivery (Juni, 2001) meragukan mengenai gaji
kecil aparatur negara merupakan alasan untuk melakukan korupsi. Hanya
disebutkan disana bahwa merubah struktur penggajian mungkin suatu bagian
yang penting dalam reformasi birokrasi, tapi seharusnya jangan dilihat sebagai
alat utama untuk melawan korupsi.
Kita bersyukur bahwa RUU Pelayanan Publik yang sedang digodok di
DPR saat ini merupakan bentuk political will dari pihak Pemerintah dan DPR
dalam mengakomodasi hak serta kewajiban baik untuk birokrat maupun
masyarakat. Dan juga dengan naiknya gaji PNS mulai awal tahun depan
diharapkan dapat mendongkrak semangat aparatur negara untuk lebih giat dan
semangat dalam melayani publik sesuai dengan fungsi pamong prajanya.
d. Kesimpulan
Dari materi yang telah terurai di atas dapat di simpulkan bahwa patologi
birokrasi adalah penyakit di dalam birokrasi yang sangat menggagu jalannya
aktivitas di dalam birokrasi tersebut. Penyakit birokrasi yang terjadi bukan saja
membahayakan manusia di dalam organisasi tersebut yang melakukannya
tetapi juga orang lain di dalam organisasi tersebut akan merasakan bahaya
patologi birokrasi tersebut, bahkan lebih dari itu patologi dalam birokrasi dapat
mendatangkan bahaya bagi seluruh masyarakat.
36
Menurut Sondang P. Siagian (1988) ada beberapa patologi birokrasi
yang dapat dijumpai, antara lain :
3.2 Saran
Dari materi diatas saran dari penulis mari bersama-sama jangan terlibat
atau sekali-kali berada di dalam patologi birokrasi, tetapi marilah kita sama-
sama mencegah bahkan memberantas patologi yang ada di dalam birokrasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
38