Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DAN JENIS-JENIS PATOLOGI BIROKRASI

OLEH :

WIRA YULIZA
210210112
1C

ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEUMAWE

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada kita semua berupa

kesehatan, kekuatan serta ilmu pengetahuan sehingga penulisan makalah ini yang

berjudul “Konsep dan Jenis-jenis Patologi Birokrasi”, dapat diselesaikan dengan

baik dan tepat waktu. Selawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam jahiliyah yang penuh

dengan kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan

saat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran

dari pihak manapun yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penyusunan

makalah ini.

Bukit Indah, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1. 1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1. 3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2. 1 Patologi Birokrasi ..................................................................................... 3
2. 2 Jenis-jenis Patologi Birokrasi ................................................................... 6
2. 3 Dampak Patologi Birokrasi Terhadap Pelayanan Publik ......................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Birokrasi di Indonesia tidak pernah lepas dari permasalahan, permasalahan

yang ada pun masih sama dari zaman dahulu. Saat ini pemerintah baik pusat

maupun daerah menghabiskan lebih dari setengah anggarannya untuk birokrasi.

Pengeluaran ini tidak diikuti dengan kinerja birorasi yang optimal. Di Negara dan

pemerintahan manapun, para anggota birokrasi disebut sebagai abdi Negara dan

abdi masyarakat. Dengan predikat demikian, mereka diharapkan dan dituntut

menampilkan perilaku yang sesuai dengan peranannya selaku abdi tersebut.

Keseluruhan perilaku para anggota birokrasi tercermin pada pelayanan kepada

seluruh masyarakat. Karena penerapan prinsip fungsionalisasi, spesialisasi dan

pembagian tugas, sudah barang tentu terdapat bagian masyarakat yang menjadi

“clientele” suatu instansi tertentu. Sebagai prinsip dapat dikatakan bahwa

pelayanan yang diberikan oleh birokrasi kepada para masyarakat harus bersifat adil,

cepat, ramah dan tanpa diskriminasi. Karena itu, ungkapan yang mengatakan bahwa

para pegawai negeri adalah untuk melayani dan bukan untuk dilayani, hendaknya

terwujud dalam praktik administrasi pemerintahan sehari-hari, sebab apabila tidak

ada, ungkapan tersebut hanya akan menjadi slogan tanpa makna.

Persoalan patologi atau penyakit birokrasi bersumber dari rekruitmen dan

penempatan birokrat yang tidak berdasarkan merit system (berdasarkan jenjang

karir). Selain itu keterlibatan birokrasi dalam politik dianggap sebagai hal yang

harus diwaspadai karena birokrasi bukanlah institusi atau lembaga yang bisa

1
mewakilkan kepentingan kelompok atau golongan tertentu. Secara makro atau

nasional persoalan birokrasi di Indonesia lebih di dominasi karena kurangnya

pemisahan atau segresi yang jelas antara kepentingan politik dan administrasi. Citra

buruk tersebut semakin diperparah dengan isu yang sering muncul ke permukaan,

yang berhubungan dengan kedudukan dan kewenangan pejabat publik, yakni

korupsi dengan beranekaragam bentuknya, serta lambatnya pelayanan, dan diikuti

dengan prosedur yang berbelit-belit. Buruk serta tidak transparannya kinerja

birokrasi bisa mendorong masyarakat untuk mencari ''jalan pintas'' dengan suap

atau berkolusi dengan para pejabat dalam rekrutmen pegawai atau untuk

memperoleh pelayanan yang cepat. Situasi seperti ini pada gilirannya serngkali

mendorong para pejabat untuk mencari ''kesempatan'' dalam ''kesempitan'' agar

mereka dapat menciptakan rente dari pelayanan berikutnya.

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis menarik beberapa rumusan

masalah yaitu :

1. Apa itu patologi birokrasi ?

2. Apa saja jenis-jenis patologi birokrasi ?

1. 3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulis dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang

birokrasi, khususnya patologi birokrasi dan jenis-jenis patologi birokrasi

2. Menyelesaikan tugas yang diberikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Patologi Birokrasi

Patologi birokrasi merupakan penyakit dalam birokrasi negara yang muncul

akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan untuk itu, baik

yang menyangkut politis, ekonomis, sosial kultural dan teknologikal. Birokrasi

sendiri memiliki arti yang berbeda-beda, tergantung dari segi mana seseorang

memandang birokrasi tersebut.

Birokrasi dalam makna positif diartikan sebagai birokrasi legal rasional

yang bekerja secara efisien dan efektif. Birokrasi tercipta karena kebutuhan akan

adanya penghubung antara negara dengan masyarakat, untuk merealisasikan

kebijakan-kebijakan negara. Melalui makna ini maka birokrasi dibutuhkan oleh

negara maupun rakyat. Tokoh yang mendukung birokrasi dalam makna positif yaitu

Max Weber dan Hegel.

Birokrasi yang bermakna negatif diartikan sebagai birokrasi yang penuh

dengan patologi (penyakit), organisasi yang gemuk, boros, tidak efisien, tidak

efektif, korupsi, dan sebagainya. Birokrasi merupakan alat penindas (penghisap)

bagi kaum yang lemah (miskin) dan hanya membela kepentingan orang kaya.

Artinya, birokrasi hanya menguntungkan kelompok orang kaya saja. Tokoh

pendukungnya adalah : Karl Marx dan Harold Laski.

Konsep patologi berasal dari llmu Kedokteran yang mengkaji mengenai

penyakit yang melekat pada organ manusia sehingga menyebabkan tidak

berfungsinya organ itu. Dengan mejadikan patologi sebagai metafora, patologi

3
birokrasi di sini dipahami sebagai kajian dalam llmu administrasi Publik untuk

rnemaharni berbagai penyakit yang melekat yang suatu birokrasi sehingga

menyebabkan birokrasi mengalami disfungsi. Bahkan, para ilmuwan administrasi

publik sudah sejak lama menggunakan istilah patologi birokrasi untuk menjelaskan

berbagai bentuk penyakit birokrasi, seperti Gerald E. Caiden (1991) dan Bary

Boezman (2000) dari Amerika Serikat serta Sondang P. Siagian (1994) dari

inndonesia. Banyak teori telah dikembangkan untuk menjelaskan mengapa muncul

berbagai penyakit birokrasi, termasuk tentang bagaimana karakteristik birokrasi

Weberian tertentu yang pada awalnya dirancang untuk membuat birokrasi dapat

menjalankan fungsinya dengan baik pada akhirnya justru menimbulkan berbagai

penyakit yang membuat birokrasi mengalami disfungsi.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab I, struktur birokrasi Weberian

memiliki berbagai masalah internal yang pada tingkat tertentu berpotensi

menyebabkan birokrasi mengalami disfungsi (Caiden, 2009:1991). Setiap aspek

dari struktur birokrasi selain memiliki manfaat dan kontribusi terhadap efisiensi dan

kinerja birokrasi, juga memiliki potensi untuk menciptakan penyakit birokrasi.

Suatu variabel struktur birokrasi dapat menghasilkan penyakit birokrasi jika

intensitas dari variabel itu sudah menjadi berlebihan. Hubungan antara berbagai

variabel dalam struktur birokrasi seperti hierarki, spesialisasi, formalisasi serta

prosedur dan kinerja birokrasi sering kali tidak bersifat linear. Contohnya adalah

hierarki. Pada tingkat tertentu, keberadaan hierarki dalam suatu organisasi sangat

bermanfaat karena hierarki membantu pimpinan melakukan supervisi dan kontrol

di luar kapasitas individualnya. Hierarki juga bisa membuat arus perintah dan

4
informasi menjadi lebih jelas sehingga mempermudah koordinasi. Namun, ketika

hierarki menjadi semakin panjang maka berbagai persoalan dalam organisasi akan

muncul. Hierarki yang panjang menyebabkan arus perintah dan informasi menjadi

semakin panjang dan cenderung mengalami distorsi. Proses pengambilan

keputusan menjadi semakin lamban dan terkotak-kotak (fragmented). Bahkan

hierarki juga dapat memperbesar ketergantungan bawahan terhadap atasan (Pye,

1978). Akibatnya, sering kali muncul perilaku para pejabat birokrasi yang

imenjilati atasan, memberikan informasl seperti laporan kerja yang asal-asalan dan

menunjukan loyalitas secara berlebihan pada atasan.

Lingkungan

Budaya Patologi Kinerja


& Nilai Birokrasi Birokrasi

Struktur
Birokrasi
Weberian

Gambar 2. 1 Model kinerja birokrasi di Indonesia

Penyakit birokrasi adalah hasil interaksi antara struktur birokrasi yang salah

dan variabel-variabel lingkungan yang salah birokrasi yang hierarkis berinteraksi

dengan budaya masyarakat yang paternalistis, sistem politik yang tidak demokratis

dan ketidakberdayaan kelompok masyarakat madani cenderung melahirkan

perilaku. birokrasi paternalistis yang merugikan kepentingan publik. Penyakit

5
birokrasi bukan hanya disebabkan oleh struktur birokrasi yang salahdan tidak tepat,

seperti hierarki yang berlebihanan, prosedur yang rigid, fragmentasi birokrasi yang

terlalu banyak, dan masalah struktural lainnya. Selain masalah struktural, penyakit

birokrasi disebabkan juga oleh interaksi berbagai variabel yang saling terkait antara

satu sama lainnya, baik yang terdapat dalam struktur birokrasi, budaya birokrasi,

maupun variabel-variabel lain yang terdapat dalam lingkungan. Termasuk di dalam

variabel lingkungan itu adalah budaya masyarakat, sistem politik yang kurang

demokratis, dan kelompok rnasyarakat madani yang tidak mampu menjalankan

fungsi kontrol.

2. 2 Jenis-jenis Patologi Birokrasi

Layaknya patologi dalam dunia medis, patologi birokrasi juga memiliki

berbagai jenis penyakit. Jenis-jenis patologi birokrasi menurut Sondang Siagian

(1994) antara lain:

1. Penyalahgunaan wewenang

2. Persepsi yang didasarkan pada prasangka

3. Pengaburan masalah

4. Menerima sogokan

5. Pertentangan antar kepentingan

6. Status quo

7. Empire building

8. Complacency

9. Nepotisme

6
10. Paranoia (menilai diri sendiri secara berlebihan)

11. Sikap opresif

12. Patronase

13. Astigmatisme(ketidakmampuan melihat masalah dalam organisasi)

14. Xenophobia

15. Ritualisme

16. Counter productive

17. Mediocrity (kemampuan rendah dalam penyelesaian pekerjaan)

18. Stagnasi

19. Sabotase

20. Diskriminasi

21. Red tape (berbelit-belit)

22. Sycophancy, tampering (mengotak-atik barang bukti)

23. Tokenisme (tidak sepenuh hati), vested interest.

Dalam buku yang berjudul “Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi, dan

Terapinya” karya Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A patologi atau penyakit-

penyakit birokrasi dapat dikategorikan ke dalam lima macam, yaitu:

1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat

dilingkungan birokrasi (birokrat). Diantara patologi jenis ini antara lain,

penyalahgunaan wewenang dan jabatan, menerima suap, arogansi dan

intimidasi, kredibilitas rendah, dan nepotisme.

7
2. Patologi yang timbul karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan

keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional.

Diantara patologi jenis ini antara lain, ketidaktelitian dan ketidakcakapan,

ketidakmampuan menjabarkan kebijakan pimpinan, rasa puas diri,

bertindak tanpa pikir, kemampuan rendah, tidak produktif, dan

kebingungan.

3. Patologi yang timbul karena karena tindakan para anggota birokrasi

melanggar norma hukum dan peraturan perundang – undangan yang

berlaku. Diantara patologi jenis ini antara lain, menerima suap, korupsi,

ketidakjujuran, kleptokrasi, dan mark up anggaran.

4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrasi yang bersifat

disfungsional atau negatif. Diantara patologi jenis ini antara lain, bertindak

sewenang-wenang, konspirasi, diskriminatif, dan tidak disiplin.

5. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi di

lingkungan pemerintah.Diantara patologi jenis ini antara lain, eksploitasi

bawahan, motivasi tidak tepat, beban kerja berlebihan, dan kondisi kerja

kurang kondusif.

Menurut JW Schoorl (1984) Patologi birokrasi muncul disebabkan oleh

beberapa faktor, yaitu:

1. Kekurangan Administrator yang cakap,

2. Besarnya jumlah aparat birokrasi,

3. Luasnya tugas pemerintahan,

4. Anasir tradisional (nepotisme, patrimonial, hirarkis), dan

8
5. Sentralisasi dan besarnya kekuasaan birokrasi.

2. 3 Dampak Patologi Birokrasi Terhadap Pelayanan Publik

Patologi birokrasi dapat berakibat buruk pada pelayanan publik. Pelayanan

publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh

Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD

dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat

(Lembaga Administrasi Negara: 1998). Penyelenggaraan pelayanan publik meliputi

pelaksanaan pelayanan; pengelolaan pengaduan masyarakat; pengelolaan

informasi; pengawasan internal; penyuluhan kepada masyarakat; dan pelayanan

konsultasi. Apabila terdapat ketidakmampuan, pelanggaran dan kegagalan

penyelenggaraan pelayanan yang bertanggung jawab adalah penyelenggara dan

seluruh bagian organisasi penyelenggara. Dalam menyelenggarakan pelayanan

publik, birokrasi harus memiliki standar yang baik, sehingga mampu memberikan

kepuasan kepada masyarakat sebagai pihak yang menerima

pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan publik harus menerapkan prinsip efektif,

efisien, inovasi dan komitmen mutu. Apabila birokrasi terjangkit penyakit, maka

secara otomatis dapat berpengaruh besar terhadap kinerja birokrasi dalam

menyelenggarakan pelayanan publik.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Patologi birokrasi merupakan penyakit dalam birokrasi negara yang

muncul akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka

kesempatan untuk itu, baik yang menyangkut politis, ekonomis, sosial

kultural dan teknologikal.

2. Patologi birokrasi dapat berakibat buruk pada pelayanan publik.

Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di

lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik

dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat (Lembaga Administrasi

Negara: 1998).

3. Patologi Birokrasi harus diobati dengan Aturan, System dan Komitmen

pengelolaan yang berorientasi "melayani, bukan dilayani",

"mendorong, bukan menghambat", "mempermudah, bukan

mempersulit", "sederhana, bukan berbelit-belit", "terbuka untuk setiap

orang, bukan hanya untuk segelintir orang". Pemerintah harus merubah

paradigma lamanya dari yang dilayani menjadi pelayanan dan pengabdi

masyarakat.

4. Penguatan kelembagaan untuk meningkatkan pengelolaan kualitas

pelayanan pubik ini ditujukan pada pelayanan publik dengan model satu

pintu dan pelayanan yang berbasis pada pelayanan administrasi

dokumen.

10
3.2 Saran

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan

tentang dampak dan cara penyelesaian terhadap penyakit-penyakit dipemerintahan

yang dilakukan birokrat-birokrat Negara.Serta kami penulis makalah ini menyadari

masih terdapat kekurangan sehingga untuk mengetahui lebih luas tentang patologi

birokrasi,pembaca dapat memperoleh dari berbagai sumber lainnya,seperti

buku,referensi ataupun internet.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agus Dwiyanto, 2011, Mengembalikan Kepercayaan Publik melalui


Reformasi Birokrasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hanafi, 2020, Patologi Birokrasi dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan


di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Majene, Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Rosidah, 2005, Patologi Birokrasi dalam Organisasi Publik dan Upaya


Pencegahannya, Jurnal Informasi, Vol.31 No.1.

Mutiara, 2013, Patologi Birokrasi, diakses melalui http://mutiara-


fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-76152-Pengembangan%20Kelembagaan-
Patologi%20Birokrasi.html pada 27 Agustus 2021.

Pn-karanganyar.go.id, Pelayanan Publik, diakses melalui https://pn-


karanganyar.go.id/main/index.php/berita/artikel/973-pelayanan-publik pada 27
Agustus 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai