Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PATOLOGI


BIROKRASI

Oleh :
Nezar Abdillah A (28.0809)

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS NUSA TENGGARA BARAT
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga
bisa menyelesaikan makalah tentang Upaya Pemerintah dalam mengatasi
Patologi Birokrasi

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat


bantuan dari berbagai sumber sehingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua
sumber yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Upaya Pemerintah


dalam mengatasi Patologi Birokrasi ini bisa memberikan manfaat maupun
inspirasi untuk pembaca.

Praya, 07 Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
COVER JUDUL .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................... 1

1.3. Tujuan ....................................................................... 1

1.4. Manfaat Penulisan ..................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 2

2.1. Upaya Pem ................................................................ 2

2.2. Upaya Penanggulangan

Masalah Patologi Birokrasi ......................................... 6

BAB III PENUTUP .......................................................................... 11

3.1. Kesimpulan ............................................................ 11

3.2. Saran…………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 12


BAB I
PENDA H ULUAN

A. Latar Belakang
Birokrasi adalah organisasi sekelompok pejabat yang bekerja sama
secara ketat dan tidak boleh sedikit pun menyimpang dari peraturan-
peraturan yang berlaku, dan merupakan status jabatan yang terkait dengan
sumpah kesetiaan, kerahasiaan dan kejujuran ketat untuk seumur hidup.
Birokrasi sebagai instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana
birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan,
impersonalitas hubungan, pengaturan perilaku, dan kemampuan teknis
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara
administrasi pemerintahan. Masyarakat dapat merasakan langsung hasil
dari pelayanan yang dilakukan birokrasi.
Selama ini banyak perilaku birokrat lebih bersikap tradisional bahkan
feodalistis. Pandangan birokrasi yang demikian, birokrasi berada di atas
rakyat dan bukan di tengah-tengah rakyat. Kultur feodal seperti ini,
menumbuhkan budaya nepotisme sehingga kepentingan masyarakat yang
seharusnya diberikan secara adil dan merata tersisihkan oleh faktor
kedekatan atau kekerabatan, sehingga hanya orang-orang yang memiliki
akses kedekatan inilah yang mendapatkan kedudukan dalam jabatan atau
bagi masayarakat yang dapat pelayanan pemerintah secara optimal. Juga
perilaku yang menyebabkan terjadinya penyimpangan, pelanggaran atau
pengabaikan kewajiban hukum serta kepatutan masyarakat dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga tidak dapat memenuhi asas
umum pemerintahan yang baik (good governance). Fenomena ini
didasarkan karena lemahnya sumber daya aparatur (birokrat) daerah dalam
melaksanakan tugas-tugas pemerintah baik yang bersifat rutin maupun
yang bersifat pembangunan.
Ketidakberhasilan birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
secara umum terjadi akibat adanya patologi birokrasi. Konsep patologi
birokrasi berasal dari Ilmu Kedokteran yang mengkaji mengenai yang
melekat pada organ manusia sehingga menyebabkan tidak berfungsinya
organ itu. Dengan menjadikan patologi sebagai metafora, patologi birokrasi
di sini di pahami sebagai kajian ilmu administrasi publik untuk memahami
berbagai penyakit yang melekat dalam suatu birokrasi sehingga
menyebabkan birokrasi mengalami disfungsi (Dwiyanto, 2011:59). Banyak
teori yang telah dikembangkan oleh para ilmuan administrasi publik untuk
menjelaskan mengapa muncul berbagai penyakit birokrasi. Banyak sekali
bentuk patologi birokrasi yang ada di Indonesia antara lain ialah
penanganan berlarut, penyimpangan prosedur, penyalahgunaan
wewenang, praktek KKN, melalaikan kewajiban, pemalsuan, nyata-nyata
berpihak/politis, bertindak tidak layak, intervensi dan inkompetensi yang
selanjutnya disebut sebagai Maladministrasi.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi patologi
birokrasi?

C. Tujuan
Mengetahui bagaimana upaya untuk mengatasi patologi birokrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelompok Patologi Birokrasi


Dalam hal ini patologi birokrasi dapat dikategorikan dalam lima kelompok.
sebagai berikut :
1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat
di lingkungan birokrasi.
2. Patologi yang disebabkan karena kurangnya atau rendahnya
pengetahuan dan ketrampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan
operasional.
3. Patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang
melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrasi yang
bersifat disfungsional atau negatif.
5. Patologi yang merupakan akibat situaSi internal dalam berbagai instansi
dalam lingkungan pemerintahan

B. Upaya Penanggulangan Masalah Patologi Birokrasi


Untuk menanggulangi masalah Patologi Birokrasi tersebut, sangat
diperlukan pemahaman yang tepat mengenai paradigma birokrasi yang
ideal sebagai tolok ukur efektivitas kegiatan yang dilalcukan untuk
mewujudkannya. Di samping itu juga diperlukan suatu teknik yang ampuh
mengatasi masalah Patologi Birokrasi tersebut, yaitu Total Quality
Management (TOM).
1. Paradigma Birokrasi yang Ideal
Paradigma birokrasi yang ideal tersebut berkisar pada empat hal, yaitu :
a. kelembagaan;
b. manajemen sumber daya manusia
c. pengembangan sistem kerja;
d. pengembangan citra birokrasi yang positif.
a. Paradigma di Bidang Kelembagaan
Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap negara; birokrasi pemerintahan
merupakan organisasi yang paling besar. Besarnya birokrasi ditentukan
oleh berbagai faktor, seperti kompleksitas fungsi yang harus
diselenggarakan, besarnya tenaga kerja yang digunakan, besarnya tenaga
kerja yang digunakan, besarnya anggaran yang dikelola, beraneka
ragamnya sarana dan prasarana yang dikuasai serta dimanfaatkan, serta
luasnya wilayah kerja yang meliputi seluruh wilayah kelcuasaan negara
yang bersangkutan. Agar semakin mampu menyelenggarakan fungsinya
dengan tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang semakin tinggi,
birokrasi pemerintah perlu selalu berusaha agar seluruh organisasi
birokrasi itu dikelola berdasarkan prinsip'prinsip organisasi.
b. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Surnber daya rnanusia harns diserahkan pada tersedianya tenaga kerja
dan birokrasi dengan cara kuantitatif dan kualitatif rnernenuhi tuntutan
keselurnhan tugas dan peranan birokrai. Adapun langkah-Iangkah yang
dapat diambil dalarn rnengelola surnber daya rnanusia terdiri dari :
perencanaan; - rekruitrnen; - seleksi; - penernpatan sernentara; -
penernpatan tetap; - penentuan sistern irnbalan; - perencanaan dan
pernbinaan karier; - peningkatan pengetahuan dan ketrarnpilan; -
pernutusan hubungan kerja; pensiunan; audit kepegawaian;
Di sinilah terlihat pentingnya peningkatan kernarnpuan birokrasi sebagai
salah satu penyelenggaraan pernerintahan negara.
c. Pengembangan Sistem Kerja
Pengernbangan sistern kerja harus diarahkan pada hilangnya persepsi
negatif rnengenai birokrasi. Pengernbangan sis tern kerja harus didasarkan
pada pendekatan kesisteman. Pendekatan kesisternan pada intinya berarti
bahwa struktur apapun yang digunakan, sekalipun berbedabeda
pengetahuan dan ketrarnpilan yang spesialistik dari surnber daya rnanusia,
kesernuanya itu harus tetap terwujud dalarn kesatuan gerak dan langkah.
Artinya, seluruh birokrasi bergerak sebagai satu kesatuan. Kesatuan gerak
yang dirnaksud dapat diwujudkan apabila pengernbangan sistern kerja
birokrasi ditujukan pada seluruh langkah yang diternpuh dalarn proses
adrninistrasi negara.
d. Pengembangan Citra Birokrasi Yang Positif
Di dalarn rnasyarakat banyak, citra birokrasi pad a umurnnya bersifat
negatif. Untuk itu nilai-nilai loyalitas, kejujuran, sernangat pengabdian,
disiplin kerja, rnendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan
sendiri, tidak rnernperhitungkan untung rugi dalarn pelaksanaan tugas,
kesediaan berkorban, dedikasi selalu ditekankan untuk dijunjung tinggi.
Beberapa cara yang ditempuh untuk dapat menghilangkan citra negatif
tersebut yang diharapkan dapat berkembang citra yang posit if. antara lain,
berikut ini. I. Mendorong proses demokrasi dalam masyarakat, antara lain
dalam bentuk peningkatan pengawasan sosial agar penyimpangan oleh
para anggota birokrasi semakin berkurang. 2. Mengurangi campur tangan
birokrasi dalam berbagai kegiatankegiatan dalam masyarakat yang
semakin maju, merupakan "porsi" masyarakat untuk
menyelenggarakannya. 3. Menggunakan setiap kesempatan untuk
menumbuhkan persepsi mengenai pentingnya orientasi pelayanan, bukan
orientasi kekuasaan. dalam berpikir dan bertindak. 4. Mengharuskan para
pejabat tinggi membuat pernyataan mengenai kekayaan pada waktu mulai
menjabat.
2. Total Quality Management (TQM)
Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. bahwa upaya
peningkatan produktivitas aparatur pemerintah yang sering dilakukan
karena aparatur pemerintah tersebut ingin dipandang tanggap terhadap
berbagai tekanan dan tuntutan masyarakat. Berbagai kelompok di
masyarakat, yang dengan aneka ragam kepentingannya ingin
mendapatkan pelayanan aparatur pemerintah yang tugas fungsionalnya
ialah memberikan pelayanan yang dimaksud. Salah satu pendekatan baru
yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan adminstrasi negara dalam
rangka upaya pemberian sumbangsihnya guna meningkatkan mutu
pelayanannya kepada masyarakat yang menjadi "kliennya" ialah bentuk
teknik yang disebut Toeal Quality Management (TQM). Ada tiga hal
mendasar yang harus diperhatikan dalam penerapan • Total Quality
Management (TQM), yaitu :
Pertama : Menekankan pengkajian yang intensif dari hubungan dan saling
berkaitan antara satu proses manajemen dengan proses manajemen
tersebut yang "berdiri sendiri". Setiap langkah berkaitan dengan langkah
yang lain, baik yang mendahuluinya maupun yang mengikutinya. Sasaran
pengkajian itu ialah, agar semua langkah dan tindakan dalam proses
manajemen selalu tertuju pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan dengan tingkat produktivitas yang setinggi mungkin, bebas dari
pemborosan.
Kedua : Pemahaman persyaratan hams dipenuhi dalam hubungan aparatur
dengan "kelompok klientele" tertentu yang perlu dialayani. Bagaimanapun
bentuk pengorganisasian aparatur pemerintahan dilakukan, setiap aparat
mempunyai "kelompok klientele" yang dilayaninya. Pada prinsipnya
hubungan tersebut didasarkan pada berbagai .ketentuan
perundangundangan.
Ketiga : Sikap tanggap birokrasi terhadap tuntutan para anggota kelompok
klientele. Adapaun yang dimaksud dengan tuntutan di sini berkaitan dengan
sikap, perlakuan atau tanggapan birokrasi, antara lain: - kekakuan aparat
dalam menerapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
mungkin dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang terjadi
di masyarakat; penerapan ketentuan yang dipandang kurang atau tidak
transparan; - perlakuan yang dirasakan diskriminatif; - kelamabanan dalam
memberikan pelayanan;
Pendekatan yang menyangkut ketiga hal inilah yang merupakan obyek
TQM. Hal ini disebabkan pendekatan tersebut dapat dikatakan bersifat
ganda. Oi satu pihak, ia harus merupakan filsafat manajemen dalam
menyelenggarakan roda pemerintahan negara. Oi lain pihak, digunakan
sebagai suatu metode dalam proses penyempurnaan dan pendayagunaan
aparatur pemerintah. Oengan demikian, bahwa pendekatan TQM
semestinya digunakan oleh kelompok eksekutif dan para pelaksana
kegiatan-kegiatan operasional dalam lingkungan pemerintahan. Oalam
kaitan ini, dimana organisasi di lingkungan pemerintahan pun semakin
sadar mengenai pentingnya peningkatan efisiensi, efektivitas, mutu dan
produktivitas seluruh aparatur pemerintah. Oleh karena itu, berbagai
pendekatan dan metode kerja yang diupayakan atau diterapkan dalam
lingkungan birokrasi negara.

Oleh karenanya, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan


(reformasi administrasi) adalah dengan memutus mata rantai hubungan
kontak langsung dengan penerapan E-Government dalam pelayanan
publik. Alasan utama saya adalah bahwa dengan memutus mata rantai
hubungan (kontak langsung) seperti ini, maka peluang terjadinya
penyakitan khususnya yang tergolong dalam kelompok kolusi, korupsi dan
nepotisme akan dapat diminimalisasi atau bahkan tidak akan ada lagi. Lebih
labjut, Dwiyanto (2011:124) juga menjelaskan bahwa pengembangan
birokrasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga perlu diberi
perhatian secara khusus. Selain itu, penggunaan TIK juga akan dapat
memperkecil kemungkinan terjadi praktek KKN karena keberadaan TIK
mampu memfasilitasi pemerintah untuk mencegah berbagai kelemahan
birokrasi dalam menjalankan tugasnya yang menyangkut perencanaan,
koordinasi, dan pengawasan. Jika TIK ini benar-benar dikelola dan
dijalkankan secara konsisten, menurut Dwiyanto (2011:124) akan
memberikan peluang yang semakin besar bagi birokrasi memodernisasi
struktur kelembagan, menyederhanakan proses kerja dan mempermudah
interaksi antara pemerintah dengan masyarakatnya serta pemangku
kepentingan lainnya. Menurut Indrajit (2002:87) EGovernance yaitu suatu
metode pemberian pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi, di mana aparat pelayan publik tidak lagi bertemu langsung
dengan warga masyarakat pengguna jasa layanan. Dengan demikian,
maka praktek penyakitan sebagaimana yang disebutkan di atas tidak lagi
mudah terjadi. Pelayanan tidak lagi melihat langsung siapa orang yang
dilayani karena hanya terhubung dengan teknologi. Demikian pula halnya
yang dilayani, ia tidak lagi melihat siapa yang melayaninya, sehingga
peluang terjadinya kolusi dan nepotisme dalam pelayanan publik akan
terhindarkan. Meskipun memang perlu diakui juga bahwa tidak semua jenis
pelayanan publik itu dapat disediakan sepenuhnya melalui elektronik dalam
bingkai E-Governance. Akan tetapi, beberapa dari kegiatan pelayanan
publik ini dapat disediakan melalui elektronik, misalnya saja jenis pelayanan
administrative seperti pelayanan Pengurusan KTP, Pelayanan Perizinan,
Pembayaran pajak, Pelaporan pindah alamat, Pelaporan kelahiran,
Pendaftaran pernikahan, Pendaftaran siswa dan mahasiswa baru secara
online, Motor vehicle registration, Informasi pelayanan kesehatan,
Perpanjangan Surat Izin Mengemudi (SIM). Disamping bertujuan untuk
menghindarkan praktek-praktek maladministrasi dalam pelayanan publik,
E-Governance ini nantinya juga akan memiliki beberapa nilai manfaat
secara langsung lainnya antara lain adalah: a) Meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja. b) Mempercepat proses pemberian layanan kepada
masyarakat. c) Informasi yang diberikan akan lebih lengkap, cepat dan
akurat dengan biaya yang lebih efisien dalam pengeloloaan data. d) Secara
umum dapat mendukung terciptanya good governance. e) Tersedianya
database yang up to date.
Dari uraian di atas, secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dengan
implementasi E-Governance adalah untuk menciptakan customer online
dan bukan in-line. EGovernance bertujuan memberikan pelayanan tanpa
adanya intervensi pegawai dan sistem antrian yang panjang hanya untuk
mendapatkan suatu pelayanan yang sederhana. Selain itu, E-Governance
juga bertujuan untuk mendukung terciptanya tata pemerintahan yang baik
(good governance). Penggunaan teknologi yang mempermudah
masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi korupsi dengan
cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik.
Disamping itu, E-Governance juga dapat memperluas partisipasi publik
dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan
keputusan/kebijakan oleh pemerintah. E-Governance juga diharapkan
dapat memperbaiki produktifitas dan efisiensi birokrasi (paperless) serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat merangsang minat
investor untuk menanamkan modalnya berkat adanya kepercayaan
terhadap lembaga pemerintah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi antara pegawai dan warga masyarakat dalam pelayanan
seringkali dapat mengakibatkan munculnya patologi birokrasi
(maladministrasi) yang dapat dimaknai secara luas, yakni semua perilaku
yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan prosedur,
penyalahgunaan wewenang, dan perilaku yang tidak sepantasnya
dilakukan oleh pegawai dalam memberikan pelayanan publik.
Maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada dasarnya
dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan memotong mata rantai hubungan langsung antara pegawai
dan warga masyarakat, yakni dengan melalui E-Governance.

B. Saran
Pendekatan TQM semestinya digunakan oleh kelompok eksekutif dan para
pelaksana kegiatan-kegiatan operasional dalam lingkungan pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, A. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui


Reformasi Birokrasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sondang P. Siagian, PalOlogi Birokrasi Analisis. Idencifikasi dall
Terapannya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994. hal. 35-93.
Miftach Thoha dan Agus Dharma, Menyoal Birokrasi Publik, Jakarta
Balai Pustaka. 1999, hal. 26-55.

Anda mungkin juga menyukai