Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BIROKRASI

”Birokrasi Dan Tata Kelola Yang Inovatif”

OLEH KELOMPOK 1:
Mutmainnah Abduh (200605500007)
Afry cicilia angeline markus andiang (200605502030)
Widad Ramadhani Ihsan (200605502026)
Febby Febrianthy Mansur (200605502027)
Bintang Maharani Putri Z (200605502009)
Wirda Ekawati (200605501008)
Natasyah Alya Syelsyabila (200605502014)
Andi Nur Khadijah (200605502021)
Eko Cahyo Purnomo (200605502029)
Winda Wulandari (200605502012)
Putri Rabiah El Adawiyah (200605500004)
Nining Apriani (200605501011)
Nur Indah Mardiyah (200605502020)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM


ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya
berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya kelompok 1 bisa menyelesaikan makalah ini
dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda
Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.

Adapun tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada bidang studi Birokrasi. Kami mengucapkan Terima Kasih Kepada Ibu Dr. Novayanti
Sopia Rukmana, M.Si selaku dosen pengampuh mata kuliah Birokrasi yang telah memberi
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Tidak sedikit hambatan yang ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun
begitu kiranya masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Sehingga peran
serta semua pihak dalam hal memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
kami butuhkan untuk bisa membuat makalah ini yang lebih baik di waktu mendatang. Besar
harapan kami apabila makalah ini dapat berguna bagi setiap pihak dan kalangan yang membaca
serta mempelajarinya.

Makassar, 6 Mei 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Birokrasi.......................................................................................................................... 3
2.2 Birokrasi Dan Tata Kelola Yang Inovatif .................................................................... 4
BAB III...................................................................................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan
dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut
aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya
manusia aparatur. Max Weber, seorang ahli politik dan sosiolog asal Jerman, berpendapat
bahwa birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya berhubungan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Birokrasi ini dimaksudkan sebagai suatu sistem otoritas yang
ditetapkan secara rasional oleh berbagai macam peraturan untuk mengorganisir pekerjaan yang
dilakukan oleh banyak orang. Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem
penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan
baik harus ditata ulang atau diperharui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain,
reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi
pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh
karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan
sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan
efisien. Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan
revolusioner.Pada intinya latar belakang reformasi birokrasi ini adalah sbb:
1. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) masih berlangsung hingga saat ini.
2. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan publik
3. Tingkat efisiensi, efektifitas dan produktivitas yang belum optimal dari birokrasi
pemerintahan
4. Tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah.
5. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah
Birokrasi adalah istilah yang mengacu pada organisasi yang kompleks dengan sistem
dan proses berlapis-lapis. Sistem dan prosedur ini dirancang untuk menjaga keseragaman dan
kontrol dalam suatu organisasi. Birokrasi menggambarkan metode yang ditetapkan dalam
organisasi atau pemerintahan besar. Birokrasi adalah kata yang berasal dari bureaucracy
(bahasa inggris bureau + cracy), yang artinya adalah suatu organisasi yang memiliki rantai
komando dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak orang berada di tingkat bawah
daripada tingkat atas. Sistem organisasi ini biasa ditemui pada instansi yang bersifat
administratif maupun militer. Organisasi yang menerapkan sistem birokrasi, biasanya memiliki
prosedur dan aturan yang ketat. Hal ini berdampak dalam proses operasionalnya yang
cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien. Meskipun muncul anggapan yang menyebutkan

1
bahwa birokrasi identik dengan inefisiensi, pemborosan, dan kemalasan, faktanya sistem
birokrasi masih diperlukan agar proses operasional berjalan sesuai dengan aturan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud birokrasi?
2. Bagaimana birokrasi dan tata kelola yang inovasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari birokrasi
2. Mengetahui birokrasi yang inovasi dan tata kelola yang inovatif

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Birokrasi
Secara umum, pengertian birokrasi adalah rantai komando berbentuk piramida dalam
suatu organisasi dimana posisi di tingkat bawah lebih banyak daripada tingkat atas. Ada juga
yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang memiliki tata prosedur,
pembagian kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan yang bersifat impersonal. Organisasi
yang menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat sehingga
dalam proses operasionalnya cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien.
Ciri-ciri birokrasi
Sistem birokrasi memiliki ciri tersendiri sehingga mudah dikenali. Menurut Max Weber,
adapun ciri-ciri birokrasi adalah sebagai berikut:

• Jabatan administrasi tersusun secara hirarkis (Administratice offices are organized


hierarchically).
• Setipa jabatan diisi oleh orang yang memiliki kompetensi tertentu (Each office has its
own area of competence).
• Pegawai negeri ditentukan berdasarkan kualifikasi teknik yang ditunjukan dengan
ijazah atau ujian (Civil servants are appointed, not electe, on the basis of technical
qualifications as determined by diplomas or examination).
• Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau kedudukannya (Civil
servants receive fixed salaries according to rank).
• Pekerjaan merupakan karier yang terbatas, atau setidaknya, pekerjaannya sebagai
pegawai negeri (The job is a career and the sole, or at least primary, employment of the
civil servant).
• Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri (The official does not own his or her office).
• Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan (the official is
subject to control and discipline).
• Promosi didasarkan pada pertimbangan kemampuan yang melebihi rata-rata
(Promotion is based on superiors judgement).
Fungsi dan Peran Birokrasi
1. Fungsi Birokrasi
• Melaksanakan pelayanan publik.
• Pelaksana pembangunan yang profesional.
• Perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan.
• Alat pemerintah untuk melayani kepentingan masyarakat dan bukan merupakan
bagian dari kekuatan politik (netral).

3
2. Peran Birokrasi
• Sejalan dengan tujuan pemerintahan.
• Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah
dan negara.
• Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan
profesional.
• Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif, prefentif, antisipatif, resolusi, dll.
• Birokrasi sering sekali dipandang negatif karena kinerja mereka cenderung
menyusahkan masyarakat. Tidak hanya itu, birokrasi juga dinilai masyarakat
sebagai organisasi yang boros, tidak efisien, dan tidak efektif.
• Masyarakat berpendapat bahwa birokrasi adalah alat penindas masyarakat
miskin dan hanya membela kepentingan orang kaya. Namun demikian,
birokrasi tetap dibutuhkan masyarakat sebagai penghubung antara negara dan
masyarakat. Birokrasi mempunyai kewajiban melayani masyarakat dan
menjadikan masyarakat sebagai prioritas utama.
2.2 Birokrasi Dan Tata Kelola Yang Inovatif
Birokrasi inovatif adalah berpola kompetitif, bagaimana mampu bersaing di dalam
memberikan pelayanan yang lebih baik bagi stakeholdernya. Mereformasi birokrasi tidak
cukup pada tataran individu atau kebijakan, tetapi reformasi lingkungan birokrasi juga menjadi
keniscayaan untuk dilakukan. Reformasi birokrasi terhadap aparatur pemerintah bertujuan
untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien, terbuka berbasis informasi dan
teknologi, partisipatif dan melayani masyarakat dengan didukung SDM aparatur yang
kompetitif. Adapun cerminan ASN yang profesional adalah tidak mudah puas pada hasil kerja
yang serba standar, rutin dan tradisional, jika dimungkinkan diperoleh hasil dan kualitas kerja
yang lebih baik dengan mengoptimalkan bakat dan intelegensi sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan hal tersebut, birokrat perlu mereposisi peran dan mentransformasi fungsi
untuk meninggalkan tubuh serta jiwa birokrasi lama (Dwiyanto, 2011). Konsekuensi menjadi
pelayan rakyat, mesti diikuti pula dengan adanya perubahan yang signifikan pada aparatur
berkaitan dengan kinerjanya. Yaitu kinerja pelayan yang selalu mendahulukan kepentingan
rakyat. Jika dahulu lamban, kini harus menjadi lebih gesit. Jika sebelumnya dikenal bergantung
pada pemerintah, kini penuh inisiatif dan kreatif dalam mengemban fungsinya dengan
sungguh- sungguh. Jika dahulu koruptif, sekarang harus bersih dan akuntabel. Jika dahulu
hanya menunggu peran, kini terlibat aktif mencari cara dan upaya demi memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat.
Inovasi menjadi bagian yang tak terpisahkan sebagai pendukung gerakan reformasi
setelah terjadi pergeseran paradigma reformasi birokrasi yang mengedepankan hasil,
partisipasi, berorientasi pelanggan, digerakan oleh misi dan desentralisasi. Menurut Howie
(2011), “Inovasi merupakan sebuah proses di mana beberapa individu atau sekelompok orang
mengidentifikasi masalah yang dianggap paling krusial kemudian mengembangkan solusi
terhadap masalah tersebut”. Bahkan konsep dari IDEA sebagaimana dikutip Prasojo (2017 :
35), bahwa inovasi bukan hanya menghasilkan solusi tetapi juga dapat menghasilkan kontribusi
signifikan bagi peningkatan terhadap efektivitas, efisiensi serta kualitas pelayanan publik.

4
Di Indonesia sendiri berbagai upaya pemerintah untuk mendorong inovasi pada
birokrasi terus diupayakan melalui beberapa penghargaan dan penerapan kebijakan One
Agency One Innovation. Pengembangan kompetensi ASN melalui pendekatan Corporate
University dan model-model pertukaran pegawai antar instansi baik pemerintah maupun non
pemerintah ke depan juga akan memberikan peluang bagi SDM aparatur untuk memiliki
kapabilitas, kompatibel, akseptabel, akuntabel dan responsif. Dengan demikian penguatan
kapasitas aparatur ini mesti terus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga tumbuh budaya
birokrasi yang inovatif dan berdaya saing global. Bergulirnya reformasi birokrasi yang
dijalankan oleh Pemerintah saat ini memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk terus
melakukan perubahan. Dimana perubahan ini bisa terkait dengan perubahan perilaku,
perubahan sistem nilai, tata nilai dan penilaian, perubahan dalam metoda dan cara kerja,
perubahan pola pikir, perubahan penggunaan teknologi serta perubahan yang lainnya.
Manajemen perubahan merupakan mekanisme kerja organisasi yang sistematik untuk
mengubah pola pikir serta budaya kerja individu atau unit kerja agar organ-organ di dalamnya
menjadi lebih baik, sehingga akan tercipta komitmen dari seluruh elemen pemerintahan
(pimpinan dan pegawai instansi pemerintah) untuk melaksanakan reformasi birokrasi,
mengubah pola pikir dan budaya kerja, serta menurunkan risiko kegagalan dan resistensi dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi. (Kumolo, 2017 :252). Perubahan menjadi sangat penting,
apabila organisasi ingin mempertahankan dan berupaya untuk melakukan daya saing yang
kompetitif. Hal ini sejalan dengan pendapat Sedarmayanti ( 2009 : 232), “Jika perubahan dalam
organisasi tidak atau terlambat dilakukan maka organisasi akan tertinggal, karena tidak mampu
bersaing dan akhirnya mati”.
Perubahan teknologi yang sangat pesat dan persaingan yang semakin ketat di era global
ini menuntut birokrasi pemerintah untuk merespon perubahan tersebut. Dimana birokrasi
pemerintah membutuhkan sistem nilai dan budaya baru. Secara umum dalam konteks penataan
aparatur birokrasi, pemerintah pusat maupun daerah, wajib mengubah budaya kerja ASN dan
para pejabat publik dari sikap dan perilaku yang tertutup, single majority, dan otoritarian
menjadi sikap transparan, akuntabel dan demokratis (Kumolo, 2017 :237). Memang cukup
beralasan jika pemerintah memberikan penekanan pada area pengelolaan sumber daya aparatur
pada program-program percepatan reformasi birokrasi. Karena Aparatur Sipil Negara
merupakan komponen penggerak administrasi Negara yang bersentuhan langsung dengan
penerima layanan publik sehari-hari. Adapun gambaran aparatur sipil pemerintahan yang ideal
menurut Roskin, et al. (2012), yaitu :
• Menghindarkan pendekatan kekuasaan dan kewenangan untuk menghadirkan
pengayoman yang melayani;
• Organisasi modern, ramping, efektif, dan efisien;
• Menyelenggarakan sistem dan prosedur kerja yang lebih berorientasi pada pelayanan
cepat, tepat, akurat dan terbuka;
• Sebagai fasilitator pelayan publik; serta
• Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.
Dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni, diharapkan birokrasi pemerintah
mampu menyelaraskan perubahan internal pada kekuatan perubahan eksternal seperti

5
kemampuan dalam persaingan global. Frinces (2011), mengemukakan bahwa tenaga kerja
yang dibutuhkan pada era globalisasi ini adalah :
• Mempunyai keahlian yang tinggi dan mengatasi bidangnya secara profesional dan
spesialis.
• Mandiri dalam menyajikan solusi terhadap suatu masalah dan mengajukan pemikiran
alternatif.
• Profesional dalam melaksanakan tugas.
• Mempunyai keterampilan praktis untuk mendukung keahlian professional.
• Mempunyai wawasan yang luas dan bersedia melakukan perubahan secara fleksibel
untuk menghargai pendapat pihak lain.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa aparatur birokrasi yang dibutuhkan saat ini adalah
aparatur yang profesional, mandiri dan kaya akan inovasi. Di mana orang inovatif memerlukan
pola pemikiran tertentu seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno (2015 : 104), antara lain “(1)
melahirkan gagasan, (2) menyampaikan hal lain yang signifikan, (3) menjual gagasan secara
efektif, (4) merencanakan proses perkembangan, dan (5) mengatasi berbagai rintangan (waktu,
uang, relevansi)”.
Birokrasi yang efisien dan inovatif
Setelah bangsa Indonesia dilanda krisis dan paradigma baru otonomi daerah sebagai salah satu
alternatif, mau tidak mau birokrasi harus direformasi. Bahkan pakar birokrasi Miftah Toha
tahun 1996 sebelum Indonesia dilanda krisis, sudah menyarankan agar birokrasi di Indonesia
segera direvitalisasi. Ada tiga alternatif dalam merevitalisasi birokrasi, ketiga hal tersebut
adalah masalah kepemimpinan birokrasi, masalah tentang sistem, proses dan prosedur birokrasi
publik, dan masalah kelembagaan birokrasi (Miftah Toha, 1996). Adapun ciri-ciri birokrasi
yang harus dikembangkan pada masa pemerintahan sekarang ini adalah :
a. Pemerintah yang katalik yang lebih berfungsi sebagai fasilitator, bukan lagi sebagai
implementator;
b. Pemerintah yang sinergik yang mampu melihat kelemahan sendiri dan kebaikan pihak
lain dan kemudian mengupayakan perbaikan yang lebih kompreshensif dan produktif;
c. Pemerintah dari satu masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
bukan hanya untuk mengatur saja;
d. Pemerintah yang kompetitif yang mampu meng-energized semangat kompetitif dalam
pelayanan publik;
e. Pemerintah yang lebih didorong oleh misi yang jelas, bukannya sekedar birokrasi yang
mendasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis;
f. Pemerintah yang berorientasi kepada pengaruh ketimbang mengutamakan kekuasaan
saja;
g. Pemerintah yang mendorong timbulnya entrepreneurship ketimbang hanya
menekankan kepada hal-hal yang rutin;
h. Pemerintah yang menekankan dan mengutamakan adanya demokrasi dan desentralisasi
dari pada yang menekankan peranan yang hirarki;
i. Pemerintah yang lebih banyak menekankan betapa pentingnya adhocrasy, bekerja
dalam tim ketimbang menekankan peran seektoral;
j. Pemerintah yang lebih fleksibel dan mengurangi kekakuan aturan.

6
Kualitas pelayanan pemerintah kepada publik akan meningkat seiring iklim kompetitif
yang telah bergulir. Rentang kendali (span of control) yang lebih dekat akan memudahkan
pemerintah daerah untuk lebih responsif terhadap kebutuhan, potensi dan kapasitas daerah
yang spesifik. Agar kualitas pelayanan publik menjadi lebih baik maka birokrasi harus
mengubah posisi dan peran yang selama ini dimainkan (Miftah Toha, 1996). Dari yang suka
mengatur dan memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang selalu berpendekatan
kekuasaan dan monolog berubah ke arah yang fleksibel, kolaboratis dan dialogis serta dari ciri-
ciri yang sloganistik menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis. Proses pemberdayaan
masyarakat perlu ditingkatkan dengan menjalin kolaborasi dan kemitraan dengan masyarakat.
Peran organisasi swasta dan lembaga swadaya masyarakat jangan diremehkan. Tampaknya ada
gejala bahwa proses inovasi masyarakat lebih cepat dimulai dari pihak swasta ketimbang dari
organisasi birokrasi publik.
Budaya memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja reformasi, karena reformasi
sangat terkait dengan kepercayaan, nilai-nilai dan sikap yang diadaptasi dan dikembangkan
dalam birokrasi. Salah satu budaya birokrasi yang sangat penting bagi reformasi adalah
berkembangnya inovasi dalam instansi Pemerintah. Untuk menumbuhkan budaya inovasi
dalam sebuah birokrasi diperlukan sikap terbuka, adaptif, positif, optimis, apresiatif dan
demokratis. Melalui figur pemimpin yang kreatif dan inovatif pula, tindakan-tindakan yang
kecil dapat menjadi gerakan pembaruan yang besar.

7
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang memiliki tata prosedur, pembagian
kerja, adanya hirarki, dan adanya hubungan yang bersifat impersonal. Organisasi yang
menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat sehingga
dalam proses operasionalnya cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien. Birokrasi
merupakan model organisasi yang sifatnya kaku yang berasal dari organisasi klasik (tertutup).
Dalam membangun komitmen birokrasi perlu kita ketahui masalah yang sering terjadi dalam
birokrasi yaitu, adanya intervensi partai politik dalam proses rekrutmen jabatan-jabatan
birokrasi serta penggunaan aset dan infrastruktur birokrasi untuk kepentingan politik dan
personil eksternal lain.
Di Indonesia sendiri berbagai upaya pemerintah untuk mendorong inovasi pada birokrasi terus
diupayakan melalui beberapa penghargaan dan penerapan kebijakan One Agency One
Innovation. Pengembangan kompetensi ASN melalui pendekatan Corporate University dan
model-model pertukaran pegawai antar instansi baik pemerintah maupun non pemerintah ke
depan juga akan memberikan peluang bagi SDM aparatur untuk memiliki kapabilitas,
kompatibel, akseptabel, akuntabel dan responsif. Dengan demikian penguatan kapasitas
aparatur ini mesti terus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga tumbuh budaya birokrasi
yang inovatif dan berdaya saing global. Bergulirnya reformasi birokrasi yang dijalankan oleh
Pemerintah saat ini memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk terus melakukan
perubahan. Dimana perubahan ini bisa terkait dengan perubahan perilaku, perubahan sistem
nilai, tata nilai dan penilaian, perubahan dalam metoda dan cara kerja, perubahan pola pikir,
perubahan penggunaan teknologi serta perubahan yang lainnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Henriyani, Etih. 2019. “Menumbuhkan Budaya Birokrasi Yang Inovatif Dan Berdaya Saing
Global” dalam Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara (hlm. 6-8). Ciamis:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh.
https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/dinamika/article/view/2255
Kurniawan, Andre. 2021. “Birokrasi adalah Suatu Bentuk Sistem Organisasi, Berikut Tujuan
dan Fungsinya”. Diakses pada 6 Mei 2022, dari
https://www.merdeka.com/jabar/birokrasi-adalah-suatu-bentuk-sistem-organisasi-
berikut-tujuan-dan-fungsinya-kln.html
Noor, Irwan. 2018. “Menuju Birokrasi Pemerintah Daerah Yang Inovatif” dalam Prosiding
Universitas Wiraraja (hlm. 1). Sumenep: Public Knowledge Project.
https://www.ejournalwiraraja.com/index.php/PRD/article/view/495
Prawiro, M. 2018. “Pengertian Birokrasi: Arti, Ciri-Ciri, Fungsi, dan Peran Birokrasi”.
Diakses pada 6 Mei 2022, dari https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
birokrasi-adalah.html
Tri, Aris. 2007. “Upaya Menciptakan Birokrasi Yang Efisien, Inovatif, Responsif Dan
Akuntabel” dalam Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 7(2), 167-168.
https://media.neliti.com/media/publications/23384-ID-upaya-menciptakan-birokrasi-
yang-efisien-inovatif-responsif-dan-akuntabel.pdf

Anda mungkin juga menyukai