Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN BIROKRASI

DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK 2)
MUHAMMAD ARIF AL-AMIN
ROBY ADETIA NOORIS
SAMSUL BAHRI
SITI FATIMAH
WENNY WIDYASARI

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
jualah kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “Kepemimpinan Birokrasi” Makalah ini disusun guna memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak DR. Drs. Akhmad Murjani, M.Kes., SH., MH selaku Ketua Yayasan
Cahaya Bangsa Banjarmasin.
2. Ibu Dra. Hj. Sri Erliani, MM., M.MKes selaku Ketua STIKES Cahaya
Bangsa Banjarmasin.
3. Bapak Doni Wibowo, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin.
4. Ibu Rusmegawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bapak Adi Surya Saputra,
S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Manajemen Keperawatan
Akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi dunia kesehatan dan masyarakat umumnya.

Banjarmasin, 15 Maret 2018

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Birokrasi ........................................................................................ 4
B. Model-Model Birokrasi .................................................................................. 4
C. Ciri Ciri Birokrasi ........................................................................................... 5
D. Fungsi Birokrasi .............................................................................................. 6
E. Peran Birokrasi ................................................................................................ 7
F. Kelebihan Birokrasi ........................................................................................ 7
G. Karakteristik Birokrasi .................................................................................... 8
H. Implementasi Karakteristik Birokrasi ............................................................ 11
I. Faktor Penghambat/Kekurangan Birokrasi .................................................... 11
J. Kritik Konsepsi Birokrasi .............................................................................. 13
K. Patalogi Birokrasi ........................................................................................... 13
L. Birokrasi Di Indonesia ................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yang
kehadirannya tak mungkin terelakan. Birokrasi adalah sebuah konsekuensi
logis dari diterimanya hipotesis bahwa negara memiliki misi suci yaitu untuk
mensejahterakan rakyatnya melalui media birokrasi karena itu negar aharus
terlibat langsung dalam memproduksi barang dan jasa publik yang diperlukan
oleh rakyatnya. Negara secara aktif terlibat dalam kehidupan sosial rakyatnya
bahkan jika perlu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya.
Untuk itu negara membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk
melayani kepentingan rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.
Berkenaan dengan upaya pelayanan dan mewujudkan kesejahteraan
rakyat, birokrasi publik memberikan andil yang relatif besar. Semua yang
terdapat dalam skup penyelenggaraan negara tidak terlepas dari kontekspublis
services dan public affairs. Barang dan jasa publik hendaknya dapat dikelola
secara efisien dan efektif. Sedangkan konsekuensi pengelolaan tersebut
menjadi tanggung jawab birokrasi. Peran pemerintah yang strategis, akan
banyak ditopang oleh bagaimana birokrasi mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi birokrasi publik adalah
bagaimana mereka mampu melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien,
karena selama ini birokrasi diidentikkan dengan kinerja yang berbelit-belit,
struktur yang tambun, penuh dengan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta tak
ada standar yang pasti. Sejumlah patologi birokrasi tersebut menjadi
hambatan luar biasa untuk dapat mewujudkan sebah pelayanan yang
memuaskan masyarakat, birokrasi Indonesia sangat jauh dari apa yang
disebut dengan Good Governance.

1
2

Struktur organisasi birokrasi di Indonesia pada umumnya memiliki


kelemahan dan harus direstrukturisasi. Berbagai kelemahan tersebut meliputi
sistem yang sering dianggap kaku, tidak efisien, kelebihan pegawai, serta
menyebabkan ekonomi biaya tinggi. Berbagai kelemahan itu akhirnya
mengarah pada mutu pelayanan aparator pemerintah yang rendah. Bahkan
terjadi patologi birokrasi dimana aparator pemerintahannya sering
mengutamakan kepentingan sendiri, mempertahankan status quo dan resisten
terhadap perubahan, terpusat dan memiliki kewenangan yang besar serta
seringkali memanfaatkan kewenangan itu untuk kepentingan diri sendiri.
Birokrasi haruslah direformasi supaya tanggap terhadap perubahan
yang semakin laju berjalan, reformasi birokrasi yang bertujuan ntuk
kemandirian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat haruslah by design
atau planned change process dan memang sesuatu yang tidak bisa dihindari
lagi, tetapi arah dan tujuan reformasi birokrasi itu sendiri harus jelas pula
adanya. Dengan menuju perubahan yang terencana akan memungkinkan
terjadinya proses perubahan yang kontinyu, dengan demikian kinerja
birokrasi pemerintahan dalam pelayanan publik akan lebih efektif dan efisien
sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dari Birokrasi?
2. Apa Saja Model-Model Birokrasi?
3. Bagaimana Ciri Ciri Birokrasi?
4. Apa Saja Fungsi Birokrasi?
5. Bagaimana Peran Birokrasi?
6. Apa Saja Kelebihan Birokrasi?
7. Bagaimana Karakteristik Birokrasi?
8. Apa Saja Implementasi Karakteristik Birokrasi?
9. Apa Saja Faktor Penghambat/Kekurangan Birokrasi?
10. Bagaimana Kritik Konsepsi Birokrasi?
11. Apa Pengertian Dari Patalogi Birokrasi?
12. Bagaimana Birokrasi Di Indonesia?
3

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Birokrasi?
2. Untuk Mengetahui Model-Model Birokrasi?
3. Untuk Mengetahui Ciri Ciri Birokrasi?
4. Untuk Mengetahui Fungsi Birokrasi?
5. Untuk Mengetahui Peran Birokrasi?
6. Untuk Mengetahui Kelebihan Birokrasi?
7. Untuk Mengetahui Karakteristik Birokrasi?
8. Untuk Mengetahui Implementasi Karakteristik Birokrasi?
9. Untuk Mengetahui Faktor Penghambat/Kekurangan Birokrasi?
10. Untuk Mengetahui Kritik Konsepsi Birokrasi?
11. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Patalogi Birokrasi?
12. Untuk Mengetahui Bagaimana Birokrasi Di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Birokrasi
Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan
aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk
mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam
rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar (berdasarkan dari
Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam
Setiwan,1998)
Secara umum, pengertian birokrasi adalah rantai komando berbentuk
piramida dalam suatu organisasi dimana posisi di tingkat bawah lebih banyak
daripada tingkat atas. Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah suatu
struktur organisasi yang memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya
hirarki, dan adanya hubungan yang bersifat impersonal. Organisasi yang
menjalankan sistem birokrasi biasanya memiliki prosedur dan aturan yang
ketat sehingga dalam proses operasionalnya cenderung kurang fleksibel dan
kurang efisien.
Birokrasi banyak ditemukan dalam organisasi pemerintahan, rumah
sakit, perusahaan, sekolah, dan militer. Meskipun ada anggapan bahwa
birokrasi identik dengan inefisiensi, pemborosan, dan kemalasan, faktanya
sistem birokrasi diperlukan agar proses operasional berjalan sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.

B. Model-Model Birokrasi
1. Weberian
Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh
jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau bebas
menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya
termasuk keluarganya.

4
5

2. Birokrasi Marxis
Marx berpendapat negara itu bukan mewakili kepentingan umum. Tidak
ada kepentingan umum (general) itu, yang ada ialah kepentingan
particular lainnya. Kepentingan particular yang memenangkan
perjuangan klas sehingga menjadi klas yang dominan itulah yang
berkuasa. Birokrasi menurut Karl Marx merupakan suatu kelompok
particular yang sangat spesifik. Birokrasi bukanlah klas masyarakat,
walaupun eksistensinya berkaitan dengan pembagian masyarakatb ke
dalam klas-klas tertentu. Lebih tepatnya, menurut Karl Marx birokrasi
adalah negara atau pemerintah itu sendiri. Birokrasi merupakan
instrumen yang dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk
melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas sosial lainnya.
Dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang
mendominasi tersebut.
3. Birokrasi Parkinsonian
Birokrasi Parkinsonian merupakan model birokrasi dengan memperbesar
sosok kuantitatif birokrasi. Parkinsonian dilakukan dengan
mengembangkan jumlah anggota birokrasi untuk meningkatkan
kapabilitasnya sebagai alat pembangunan. Di satu sisi, Parkinsonian
dibutuhkan untuk mengakomodasikan perkembangan masyarakat yang
semakin maju, di sisi lain Parkinsonian dibutuhkan untuk mengatasi
persoalan-persoalan pembangunan yang semakin menumpuk.

C. Ciri-ciri Birokrasi
Sistem birokrasi memiliki ciri tersendiri sehingga mudah dikenali. Menurut
Max Weber, adapun ciri-ciri birokrasi adalah sebagai berikut:
1. Jabatan administrasi tersusun secara hirarkis
2. Setipa jabatan diisi oleh orang yang memiliki kompetensi tertentu
3. Pegawai negeri ditentukan berdasarkan kualifikasi teknik yang
ditunjukan dengan ijazah atau ujian
6

4. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan pangkat atau


kedudukannya
5. Pekerjaan merupakan karier yang terbatas, atau setidaknya,
pekerjaannya sebagai pegawai negeri
6. Para pejabat tidak memiliki kantor sendiri
7. Para pejabat sebagai subjek untuk mengontrol dan mendisiplinkan
8. Promosi didasarkan pada pertimbangan kemampuan yang melebihi
rata-rata

D. Fungsi Birokrasi
Menurut Michael G. Roskin, et al, setidaknya ada empat fungsi birokrasi di
dalam suatu pemerintahan. Mengacu pada pengertian birokrasi, adapun
beberapa fungsi birokrasi adalah sebagai berikut:
1. Administrasi
Fungsi administrasi bertujuan untuk mengimplementasikan undang-
undang yang telah disusun dan ditetapkan oleh legislatif serta penafsiran
atas undang-undang tersebut oleh eksekutif. Artinya, fungsi administrasi
adalah menjalankan kebijakan umum suatu negara yang telah dirancang
dan ditetapkan untuk mencapai tujuan negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Pada dasarnya birokrasi bertujuan untuk melayani masyarakat atau
kelompok-kelompok tertentu. Salah satu contohnya adalah birokrasi di
korporasi negara seperti PJKA yang bertujuan untuk menjalankan fungsi
pelayanan publik.
3. Regulasi
Fungsi regulasi suatu pemerintahan umumnya dirancang dan ditetapkan
untuk mengamankan kesejahteraan masyarakat umum. Pada
pelaksanaannya, badan birokrasi akan dihadapkan pada dua pilihan;
kepentingan individu versu kepentingan masyarakat umum.
7

4. Pengumpul Informasi
Badan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan negara tentu memiliki
informasi dan data mengenai efisiensi/ efektivitas pelaksanaan berbagai
kebijakan pemerintah di masyarakat. Misalnya terdapat pungli saat
pembuatan SIM dan STNK, maka pemerintah akan merancang prosedur
baru dalam pembuatan SIM dan STNK untuk menghindari pungli.

E. Peran Birokrasi
Dalam pelaksanaannya, peran birokrasi sangat diperlukan dalam menjalankan
aturan dan pelayanan di masyarakat. Adapun beberapa peran birokrasi adalah
sebagai berikut:
1. Menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan pemerintah.
2. Melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka mencapai visi dan
misi pemerintah dan negara.
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat serta melaksanakan
pembangunan yang profesional dan merata.
4. Melaksanakan manajemen pemerintah, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasa, koordinasi, evaluasi, sinkronisasi, dan lainnya.
5. Berperan sebagai penghubung antara pemerintah/ negara dengan
masyarakat umum.

F. Kelebihan Birokrasi
Birokrasi seperti yang digambarkan oleh Weber itu memiliki banyak
kelebihan, diantaranya:
1. Pembagian kerja akan menghasilkan efisiensi.
2. Hierarki wewenang memungkinkan pengendalian atas berbagai ragam
jabatan dan memudahkan koordinasi yang efektif.
3. Aturan main akan menjamin kesinambungan dalam pelaksanaan tugas-
tugas pemerintah, walaupun para pejabatnya berganti-ganti, dan dengan
demikian bisa menumbuhkan keajegan perilaku.
8

4. Impersonalitas hubungan menjamin perlakuan yang adil bagi semua


anggota masyarakat dan mendorong timbulnya pemerintah yang
demokratik.
5. Kemampuan teknis menjamin bahwa hanya orang-orang yang ahli yang
akan menduduki jabatan pemerintahan. Dan jaminan keberlangsungan
jabatan membuat para pejabat itu tidak mudah dijatuhkan oleh tekanan-
tekanan dari luar.

G. Karakteristik Birokrasi
Dalam model yang diajukan Weber, birokrasi memiliki karakteristik ideal
sebagai berikut (dalam Islamy, 2003):
1. Pembagian Kerja/Spesialisasi
Dalam menjalankan berbagai tugasnya, birokrasi membagi
kegiatan-kegiatan pemerintahan menjadi bagian-bagian yang masing-
masing terpisah dan memiliki fungsi yang khas. Pembagian kerja seperti
ini memungkinkan terjadinya spesialisasi fungsi. Dengan cara seperti ini,
penugasan spesialis untuk tugas-tugas khusus bisa dilakukan dan setiap
mereka bertanggung jawab atas keberesan pekerjaannya masing-masing.
Aktivitas yang reguler mensyaratkan tujuan organisasi
didistribusikan dengan cara yang tetap dengan tugas-tugas kantor
(official duties). Pemisahan tugas secara tegas memungkinkan untuk
memperkerjakan ahli yang terspesialisasi pada setiap posisi dan
menyebabkan setiap orang bertanggungjawab terhadap kinerja yang
efektif atas tugas-tugasnya. Karena itu tugas-tugas birokrasi hendaknya
dilakukan oleh masing-masing pegawai yang benar-benar memiliki
keahlian khusus dan bertanggung jawab demi tercapainya tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.
2. Adanya Prinsip Hierarki Wewenang
Ciri khas birokrasi adalah adanya wewenang yang disusun secara
hierarkis atau berjenjang. Hierarki itu berbentuk piramid yang memiliki
konsekuensi semakin tinggi suatu jenjang berarti pula semakin besar
9

wewenang yang melekat di dalamnya dan semakin sedikit penghuninya.


Hierarki wewenang ini sekaligus mengindikasikan adanya hierarki
tanggung jawab. Dalam hierarki itu setiap pejabat harus bertanggung
jawab kepada atasannya mengenai keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakannya sendiri maupun yang dilakukan oleh anak buahnya.
Pada setiap tingkat hierarki, para pejabat birokrasi memiliki hak
memberi perintah dan pengarahan pada bawahannya, dan para bawahan
itu berkewajiban untuk mematuhinya. Sekalipun begitu, ruang lingkup
wewenang memberi perintah itu secara jelas dibatasi hanya pada
masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan kegiatan resmi
pemerintahan.
Organisasi birokrasi mengikuti prinsip hirarki sehingga setiap unit
yang lebih rendah berada dalam pengendalian dan pengawasan organisasi
yang lebih tinggi. Setiap pegawai dalam hirarki administrasi
bertanggungjawab kepada atasannya. Keputusan dan tindakan harus
dimintakan persetujuan kepada atasan. Agar dapat membebankan
tanggungjawabnya kepada bawahan, ia memiliki wewenang/ kekuasaan
atas bawahannya sehingga ia mempunyai hak untuk mengeluarkan
perintah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh bawahan. Meskipun masing-
masing pegawai yang berada pada jenjang mempunyai otoritas-birokratis
tetapi penggunaan otoritas tersebut tetap harus relevan dengan tugas-
tugas resmi organisasi.
3. Adanya Sistem Aturan
Kegiatan pemerintahan diatur oleh suatu sistem aturan main yang
abstrak. Aturan main itu merumuskan lingkup tanggung jawab para
pemegang jabatan di berbagai posisi dan hubungan di antara mereka.
Aturan-aturan itu juga menjamin koordinasi berbagai tugas yang berbeda
dan menjamin keseragaman pelaksanaan berbagai kegiatan itu.
Sistem yang distandarkan ini dirancang untuk menjamin adanya
keseragaman dalam melaksanakan setiap tugas, tanpa memandang
jumlah personil yang melaksanakan dan koordinasi tugas – tugas yang
10

berbeda-beda. Aturan-aturan yang eksplisit tersebut menentukan


tanggung jawab setiap anggota organisasi dan hubungan diantara mereka,
namun tidak berarti bahwa kewajiban birokrasi sangat mudah dan rutin.
Tugas – tugas birokrasi memiliki kompleksitas yang bervariasi, dari
tugas-tugas klerikal yang sifatnya rutin hingga tugas – tugas yang sulit.
4. Hubungan Impersonal
Para pejabat birokrasi harus memiliki orientasi impersonal. Mereka
harus menghindarkan pertimbangan pribadi dalam hubungannya dengan
bawahannya maupun dengan anggota masyarakat yang dilayaninya. Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan perlakuan yang adil bagi semua
orang dan persamaan pelayanan administrasi.
Idealnya pegawai- pegawai bekerja dengan semangat kerja yang
tinggi “sine era et studio” tanpa rasa benci atas pekerjaannya atau terlalu
berambisi. Standar operasi prosedur dijalankan tanpa adanya interferensi
(dicampur) kepentingan personal. Tidak dimasukannya pertimbangan
personal adalah untuk keadilan dan efisiensi. Impersonal detachment
menyebabkan perlakuan yang sama terhadap semua orang sehingga
mendorong demokrasi dalam sistem administrasi.
5. Sistem Karier
Pekerjaan dalam birokrasi pemerintah adalah pekerjaan karier. Para
pejabat menduduki jabatan dalam birokrasi pemerintah melalui
penunjukan, bukan melalui pemilihan; seperti anggota legislatif. Mereka
jauh lebih tergantung pada atasan mereka dalam pemerintahan daripada
kepada rakyat pemilih. Pada prinsipnya, promosi atau kenaikan jenjang
didasarkan pada senioritas atau prestasi, atau keduanya. Dalam kondisi
tertentu, birokrat itu juga memperoleh jaminan pekerjaan seumur hidup.
11

H. Implementasi Karakteristik Birokrasi


Menurut Max Weber, Birokrasi adalah organisasi rasional yang dibentuk
untuk memperlancar aktivitas pemerintahan. Oleh karena itu Karakteristik
birokrasi diatas dapat diimplementasikan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Para anggota staf secara pribadi bebas, hanya menjalankan tugas-tugas
impersonal jabatan mereka
2. Ada hierarki jabatan yang jelas
3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara jelas
4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak
5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional
6. Mereka memiliki gaji dan hak-hak pensiun, secara berjenjang menurut
kedudukan masing-masing.
7. Para pejabat dapat menempati posnya dan dalam keadaan tertentu ia
dapat diberhentikan
8. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja
pokoknya.
9. Ada struktur Karir dan promosi dimungkinkan melalui senioritas dan
keahlian (merit system) maupun keunggulan (superioritas). Pejabat
mungkin saja tidak sesuai dengan posnya maupun dengan sumber-
sumber yang tersedia diposnya, namun ia tunduk pada sistem disiplin dan
kontrol yang seragam.

I. Faktor Penghambat/Kekurangan Birokrasi


Bentuk ideal Birokrasi Max Weber dalam realitanya tidak mudah untuk
diimplementasikan. Hal ini paling tidak disebabkan oleh beberapa faktor
berikut ini :
1. Manusia Birokrasi tidak selalu ada (exist) hanya untuk organisasi.
2. Birokrasi sendiri tidak peka terhadap perubahan sosial
3. Birokrasi dirancang untuk semua orang sehingga menjadi lebih sulit
12

4. Dalam kehidupan sehari-hari manusia birokrasi berbeda dalam


kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan sebagainya, sehingga mereka
tidak dapat saling dipertukarkan untuk peran dan fungsinya dalam kinerja
organisasi birokrasi.
Karakter Birokrasi semacam ini dapat disebut sebagai Organizational Slack.
Yakni organisasi Birokrasi yang cenderung bersifat patrimonialistik yakni;
1. Tidak efisien, tidak efektif, tidak objektif
2. Menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol dan kritik
3. Tidak mengabdi pada kepentingan umum
4. Tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi telah menjadi instrumen penguasa
dan sering tampil menjadi ‘penguasa’ yang sangat otoritatif dan represif.
Ciri-ciri Birokrasi yang mengalami penyakit Organizational Slack dapat
ditandai dengan kondisi berikut ini (Suryono, 2001):
1. Menurunnya kualitas pelayanan yang diberikan.
2. Masyarakat pengguna pelayanan banyak mengeluhkan akan lambannya
penanganan pemerintah atas masalah yang dihadapi dan bahkan mereka
telah memberikan semacam public alarm agar pemerintah responsif
terhadap semakin menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat
segera mengambil inisiatif yang cepat dan tepat untuk menanggulanginya
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya organizational slack ini
menurut Irfan Islamy (1998) adalah:
1. Pendekatan atau orientasi pelayanan yang kaku
2. Visi Pelayanan yang sempit
3. Penguasaan atas adminitrative engineering yang tidak memadai
4. Unit-unit Publik yang semakin gemuk namun tidak difalitisasi dengan 3P
yang cukup dan handal (personalia, peralatan dan pengangaran).
Akibatnya aparat Birokrasi publik menjadi lamban dan lebih sering terjebak
pada kegiatan-kegitan rutin, tidak responsif atas aspirasi dan kepentingan
publik serta lemah beradaptasi dengan lingkungannya.
13

J. Kritik Konsepsi Birokrasi


Kritik terhadap konsepsi birokrasi Weber (Islamy, 2003):
1. Birokrasi yang rasional cenderung berimplikasi pada pemisahan orang-
orang dari sarana-sarana produksi dan dapat menumbuhkan formalisme
dalam organisasi.
2. Sifat kecermatan, keandalan dan kedisiplinan dalam birokrasi rasional
dapat menghancurkan dirinya sendiri.
3. Aturan-aturan yang ketat itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan
mungkin bisa menjadi tujuan itu sendiri, padahal aturan itu tidak lain
sekedar penuntun yang tidak sempurna.
4. Struktur jabatan/ karier yang hierarkis bisa mendorong timbulnya
solidaritas kelompok yang mengakibatkan perlawanan terhadap
perubahan yang diperlukan.
5. Norma impersonalitas pegawai/ pejabat dalam menjalankan tugas
pelayanannya bisa menyebabkan timbulnya konflik dengan para
pengguna layanan (masyarakat).
6. Tidak ada prinsip/ azas yang berlaku abadi, situasi yang berbeda
memerlukan struktur birokrasi yang berbeda pula.

K. Patalogi Birokrasi
1. Pengertian
Patologi birokrasi adalah penyakit dalam birokrasi Negara yang muncul
akibat perilaku para birokrat dan kondisi yang membuka kesempatan
untuk itu, baik yang menyangkut politis, ekonomis, social cultural dan
teknologikal.
2. Jenis-Jenis Patologi Birokrasi
Terdapat lima jenis patologi birokarasi yang dikenal, yaitu :
a. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para
birokrat. Diantara patologi jenis ini antara lain, penyalahgunaan
wewenag dan jabatan, menerima suap, arogansi dan intimidasi,
kredibilitas rendah, dan nepotisme.
14

b. Patologi yang disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan


keterampilan para petugas pelaksana birokrasi. Diantara patologi
jenis ini antara lain, ketidaktelitian dan ketidakcekatan,
ketidakmampuan menjabarkan kebijakan pimpinan, rasa puas diri,
bertindak tanpa pikir, kemampuan rendah, tidak produktif, dan
kebingungan.
c. Patologi yang timbul karena tindakan para birokrat yang melanggar
norma hokum dan peraturan perundang-undangan. Diantara patologi
jenis ini antara lain, menerima suap, korupsi, ketidakjujuran,
kleptokrasi, dan mark up anggaran.
d. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang
bersifat disfungsional. Diantara patologi jenis ini antara lain,
bertindak sewenang-wenang, konspirasi, diskriminatif, dan tidak
disiplin.
e. Patologi yang merupakan akibat situasi dalam berbagai analisis
dalam lingkungan pemerintahan. Diantara patologi jenis ini antara
lain, eksploitasi bawahan, motivasi tidak tepat, beban kerja
berlebihan, dan kondisi kerja kurang kondusif.

L. Reformasi Birokrasi Di Indonesia


Reformasi birokrasi merupakan cara pemerintan untuk mewujudkan
good governance. Reformasi birokrasi dapat menjadi permulaan sebuah
negara untuk maju. Dengan penataan(reform) sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih efektif dan efisien, diharapkan terwujud
penyelenggaraan pemerintahan yang berdampak terhadap pelayanan terhadap
masyarakat secara tepat, cepat, dan profesional.
Anggapan masyarakat tentang birokrasi selama ini adalah sama dengan
pemerintah, birokrasi lebih berpihak kepada penguasa dan kepentingan-
kepentingan politis bukan lebih memperhatikan, dan melayani, serta berpihak
kepada rakyat padalah birokrasi adalah alat negara yang memiliki ruang dan
peraturan tersendiri.
15

Reformasi birokrasi dimulai dari lingkungan kementerian dan lembaga.


Semakin banyak kementerian dan lembaga yang melakukan reformasi
birokrasi maka semakin cepat negara mencapai tujuan pembangunan serta
tercipta good governance. Pembaharuan dan perubahan yang harus dilakukan
antara lain organisasi, proses bisnis, dan sumber daya manusia dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan. Yang sangat diperhatikan dalam reformasi
birokrasi adalah rasionalisasi birokrasi yang mewujudkan efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas melalui pembagian kerja yang bersifat hirarki dan
horizontal yang seimbang, diukur dengan perbandingan volume beban tugas
dengan jumlah sumber daya disertai tata kerja formalistik dan pengawasan
yang ketat.
Perubahan dan pembaharuan di bidang organisasi dilakukan dengan
penataan kembali misi, visi, sasaran, program, agenda kebijakan, dan kinerja
kegiatan menjadi lebih terencana, bertanggungjawab, terbuka, dan aksesif.
Proses bisnis dalam birokrasi ditata sehingga lebih sederhana dan mudah serta
menghasilkan pelayanan yang prima. Perhatian juga harus diberikan kepada
sumber daya manusia yang menjalankan tugas agar mereka semakin
profesional dalam memberikan pelayanan dan menjalankan tugas masing-
masing.
Dengan reformasi birokrasi maka terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang professional, memiliki kepastian hukum, transparan,
partisipatif, akuntable dan memiliki kredibilitas serta berkembangnya budaya
dan perilaku birokrasi yang didasari oleh etika, pelayanan dan
pertanggungjawaban public serta integritas pengabdian dalam mengemban
misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara akan
terwujud.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli
adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan
aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk
mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam
rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar (disarikan dari
Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam
Setiwan,1998).

B. Saran
Seluruh mahasiswa perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap
Kepemimpinan Birokrasi di Indonesia sehingga dapat dikembangkan dalam
kepemimpinan manajemen .

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Patologi Birokrasi . pada : http://kata-sederhana.blogspot.com .


diakses pada : 15/03/19 . pada jam 14.00 WITA
Anonim. 2013 . Birokrasi . pada : http://sistempemerintahan-
indonesia.blogspot.com . diakses pada : 15/03/19 . pada jam 14.00 WITA
Muliansyah. 2009. Model-Model Birokrasi pada :
http://muliansyahtgr.blogspot.com. diakses pada : 15/03/19 . pada jam 14.00
WITA
Riza Aditya. 2013 . Pengertian Birokrasi . pada : http://rizaaditya.com . diakses
pada : 15/03/19 . pada jam 14.00 WITA
Suhenah. 2016 . Makalah Birokrasi . pada : http://suhenah88.blogspot.com .
diakses pada : 15/03/19 . pada jam 14.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai