Anda di halaman 1dari 14

REFORMASI BIROKRASI PROGRAM KEMENKES

DALAM UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 / SEMESTER II C :

1. Ni Made Ayu Meiliani (P07134019107)


2. Ni Putu Resmini (P07134019108)
3. Komang Widya Maharani Hastari (P07134019112)
4. Ni Made Pitri Suciati (P07134019114)
5. Dewa Ayu Satyagita Sairamawati (P07134019119)
6. Thitania Faraz Nata (P07134019120)
7. Ni Made Ayu Wahyuni (P07134019122)
8. Kadek Sri Oktaviani (P07134019128)
9. Ni Kadek Gita Rahayuni (P07134019132)
10. Komang Sri Widiastini (P07134019138)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


TAHUN AJARAN 2019 / 2020

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Budaya
Anti Korupsi dalam bentuk pembuatan makalah ini dengan baik.

Adapun makalah kami tentang Reformasi Birokrasi Program Kemenkes Dalam Upaya
Pencegahan Korupsi yang telah kami usahakan semaksimal mungkin. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu kami dalam
pembuatan makalah ini.Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah kimia ini.

Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah tentang Reformasi Birokrasi


Program Kemenkes Dalam Upaya Pencegahan Korupsi ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Denpasar, 07 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….…i

Daftar Isi……………………………………………….……………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………….……….……………………………………


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………….…....
1.3 Tujuan…………………………………….……………………………………………......
1.4 Manfaat…………………………………………….…………………………………..…..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi ………………………………..………………………...


2.2 Prinsip-Prinsip Dalam Melaksanakan Reformasi Birokrasi............................................
2.3 Program Kementerian Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Korupsi…………..……..
2.4 Uupaya Percepatan Reformasi Birokrasi…………………………………………………

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….
3.2 Saran….…………………………………………………………………………………..

DarftarPustaka……………………………………………………………….………………iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alam yang
tersedia, namun di lihat secara nyata, rakyat Indonesia banyak yang menderita. Penderitaan ini
seperti: kemiskinan, kelaparan, dan kesengsaraan. Penderitaan yang di jalani rakyat tidak lain
dan tidak bukan adalah dampak dari otonomi daerah yang kurang tersruktur. Hal ini di karenakan
rendahnya moral

  Moral para pejabat yang memegang kekuasaan di Indonesia. Rendahnya moral para
pejabat yang ada di Indonesia menyebabkan Indonesia menempati rangking ke-3 dalam Negara
terkorub di dunia. Hal ini sangat mencoreng nama bangsa Indonesia sebagai negara yang
memiliki kekayaan lebih. Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan.
Perubahan sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama
di negeri ini. Yang paling sering dikumandangkan adalah masalah reformasi birokrasi yang
menyangkut masalah-masalah  pegawai pemerintah yang dinilai korup dan sarat dengan
nepotisme. Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan harapan dapat menghilangkan  budaya-
budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi yang paling sering terjadi di dalam instansi
pemerintah.
Reformasi birokrasi ini pada umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah
sebagai perbaikan kembali sistem remunerasi pegawai. Anggapan umum yang sering muncul
adalah dengan perbaikan sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur  pemerintah tidak
akan lagi melakukan korupsi karena dianggap  penghasilannya sudah mencukupi untuk
kehidupan sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi
masih terus terjadi walaupun secara logika gaji para pegawai pemerintah dapat dinilai tinggi.
Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga miliaran rupiah yang dilakukan para pejabat pemerintah
terus terjadi sehingga dapat disinyalir negara mengalami kerugian hingga triliunan rupiah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian reformasi birokrasi ?


2. Apa saja prinsip-prinsip dalam melaksanakan reformasi birokrasi ?
3. Bagaimana program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan korupsi ?
4. Bagaimana upaya percepatan reformasi birokrasi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui serta memahami pengertian reformasi birokrasi


2. Untuk mengetahui serta memahami prinsip-prinsip dalam melaksanakan reformasi
birokrasi
3. Untuk mengetahui serta memahami program kementerian kesehatan dalam upaya
pencegahan korupsi
4. Untuk mengetahui serta memahami upaya percepatan reformasi birokrasi

1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui apa pengertian reformasi birokrasi


2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam melaksanakan reformasi birokrasi
3. Untuk mengetahui bagaimana program kementerian kesehatan dalam upaya pencegahan
korupsi
4. Untuk mengetahui seperti apa upaya percepatan reformasi birokrasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi

Reformasi berasal dari bahasa asing “reformation” (Inggris) atau reformatie


(Belanda).Kata dasar “reformation” berasal dari kata reform yang berarti membentuk
kembali. Reform berasal dari kata form yang berarti bentuk atau membentuk.

Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan komprehensif, dengan tujuan
untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik. Good governance (tata pemerintahan
yang baik) adalah sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan
pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang konstruktif di
antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Birokrasi menurut pemahamannya sebagai berikut.

a. Birokrasi merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan pegawai


negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan.
b. Birokrasi adalah struktur organisasi yang digambarkan dengan hierarki yang pejabatnya
diangkat dan ditunjuk, garis tanggung jawab dan kewenangannya diatur oleh peraturan
yang diketahui (termasuk CLEAN GOVERMENT & GOOD GOVERMENT 91
sebelumnya), dan justifikasi setiap keputusan membutuhkan referensi untuk mengetahui
kebijakan yang pengesahannya ditentukan oleh pemberi mandat di luar struktur
organisasi itu sendiri.
c. Birokrasi adalah organisasi yang memiliki jenjang diduduki oleh pejabat yang
ditunjuk/diangkat disertai aturan kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap
kebijakan yang dibuat harus diketahui oleh pemberi mandat.
d. Birokrasi adalah suatu organisasi formal yang diselenggarakan berdasarkan aturan,
bagian, unsur, yang terdiri atas pakar yang terlatih. Wujud birokrasi berupa organisasi
formal yang besar, merupakan ciri nyata masyarakat modern dan bertujuan menjalankan
tugas pemerintahan serta mencapai keterampilan dalam bidang kehidupan.

Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai


cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.

Dengan demikian, reformasi birokrasi berarti:

a. Perubahan cara berpikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak);
b. Perubahan penguasa menjadi pelayan;
c. Mendahulukan peranan dari wewenang;
d. Tidak berpikir hasil produksi tetapi hasil akhir;
e. Perubahan manajemen kerja;
f. Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih, transparan, dan profesional, bebas korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN), melalui penataan kelembagaan, penataan ketatalaksanaan,
penataan sumber daya manusia, akuntabilitas kinerja yang berkualitas efisien, efektif, dan
kondusif, serta pelayanan yang prima (konsisten dan transparan).

Secara teoritis, reformasi (Poltak dkk. 2011 : 25) adalah perubahan di mana
perubahannya terbatas sedangkan keluasan perubahannya melibatkan seluruh masyarakat.
Sebagai perubahan yang terbatas tetapi seluruh masyarakat terlibat, reformasi juga
mengandung pengertian penataan kembali bangunan masyarakat, termasuk cita-cita,
lembagalembaga dan saluran yang ditempuh dalam mencapai cita-cita.Reformasi memberi
harapan terhadap pelayanan publik yang lebih adil dan merata.Harapan demikian
dihubungkan dengan menguatnya kontrol masyarakat dan besarnya kontribusi masyarakat
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Ramlan Surbakti (Santoso, 2008: 116) mengatakan, kewenangan besar dimiliki birokrat
sehingga hampir semua aspek kehidupan masyarakat ditangani birokrasi.Kewenangan yang
terlalu besar itu, bahkan akhirnya menonjolkan peran birokrasi sebagai pembuat kebijakan
ketimbang pelaksana kebijakan, lebih bersifat menguasai daripada melayani masyarakat.

Akhirnya, wajar saja jika kemudian birokrasi dianggap sebagai sumber masalah atau
beban masyarakat ketimbang sumber solusi bagi masalah yang dihadapi
masyarakat.Fenomena itu terjadi karena tradisi birokrasi yang dibentuk lebih sebagai alat
penguasa untuk menguasai masyarakat dan segala sumber dayanya. Dengan kata lain,
birokrasi lebih bertindak sebagai pangreh praja daripada pamong praja.

Reformasi birokrasi pemerintahan saat ini memang belum sepenuhnya terlihat.Birokrasi


pemerintahan masih kental dengan nuansa klasik, yaitu kekuasaan tunggal ada di tangan
pemerintah.Selain itu, rancangan besar yang lengkap dan tuntas mengenai penyelenggaraan
birokrasi pemerintah belum terlihat.Struktur organisasi pemerintahan bahkan tergolong
gemuk, sehingga kegiatan yang dilakukan cenderung boros.

Menurut Miftah Thoha (2008), reformasi adalah suatu proses yang tidak bisa diabaikan.
Reformasi secara naluri harus dilakukan karena tatanan pemerintahan yang baik pada suatu
masa, dapat menjadi tidak sesuai lagi karena perkembangan jaman. Reformasi birokrasi yang
mendasar semestinya memberikan perspektif rancangan besar yang akan dilakukan.
Perbaikandi satu bidang harus menunjukkan kaitannya dengan bidang yang lain. Apalagi
denganmenganut sistem pemerintahan yang demokratis, maka setiap kebijakan publik harus
mengakomodasi setiap kebutuhan rakyat.Miftah menegaskan, pemimpin daerah seharusnya
mengenal warganya secara baik, sehingga pelayanan publik tidak lagi berorientasi pada
kepentingan penguasa, tetapi lebih kepada kepentingan publik.Antrean panjang dalam
memperoleh bantuan, padahal sudah ditimpa bencana, masih dipersulit dengan birokrasi yang
panjang, adalah contoh bahwa pelayanan publik belum berorientasi pada kepentingan
publik.Kelemahan lain birokrasi di Indonesia antara lain karena banyak kegiatan yang tidak
perlu dilakukan, tetapi tetap dipaksakan untuk dijalankan oleh pemerintah.

Birokrasi pemerintah harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang


baik dan profesional.Birokrasi harus sepenuhnya mengabdi pada kepentingan rakyat dan
bekerja untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, dan bebas dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).Semangat inilah yang mendasari pelaksanaan
reformasi birokrasi pemerintah di Indonesia.

Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah harus mampu mendorong perbaikan dan


peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Kinerja akan
meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara keseluruhan, baik di pusat maupun di
daerah. Motivasi akan muncul jika setiap program/kegiatan yang dilaksanakan menghasilkan
keluaran (output), nilai tambah (value added), hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang
lebih baik dari tahun ke tahun, disertai dengan sistem reward dan punishment yang
dilaksanakan secara konsisten dan berkelanjutan.

2.2 Prinsip-prinsip Dalam Melaksanakan Reformasi Birokrasi

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan reformasi birokrasi dapat dikemukakan sebagai


berikut.

a. Outcomes oriented
Seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam kaitan dengan reformasi
birokrasi harus dapat mencapai hasil (outcomes) yang mengarah pada peningkatan
kualitas kelembagaan, tatalaksana, peraturan perundang-undangan, manajemen SDM
aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, perubahan pola piker
(mindset) dan budaya kerja (culture set) aparatur. Kondisi ini diharapkan akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan membawa pemerintahan Indonesia
menuju pada pemerintahan kelas dunia.
b. Terukur
Pelaksanaan reformasi birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented harus
dilakukan secara terukur dan jelas target serta waktu pencapaiannya.
c. Efisien
Pelaksanaan reformasi birokrasi yang dirancang dengan outcomes oriented harus
memperhatikan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efisien dan profesional.
d. Efektif
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara efektif sesuai dengan target
pencapaian sasaran reformasi birokrasi.
e. Realistik
Outputs dan outcomes dari pelaksanaan kegiatan dan program ditentukan secara
realistik dan dapat dicapai secara optimal.
f. Konsisten
Reformasi birokrasi harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, dan
mencakup seluruh tingkatan pemerintahan, termasuk individu pegawai.
g. Sinergi
Pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara sinergi.Satu tahapan kegiatan
harus memberikan dampak positif bagi tahapan kegiatan lainnya, satu program harus
memberikan dampak positif bagi program lainnya.Kegiatan yang dilakukan satu
instansi pemerintah harus memperhatikan keterkaitan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya, dan harus menghindari adanya tumpang
tindih antar kegiatan di setiap instansi.
h. Inovatif
Reformasi birokrasi memberikan ruang gerak yang luas bagi K/L dan Pemda untuk
melakukan inovasi-inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pertukaran
pengetahuan, dan best practices untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik.
i. Kepatuhan
Reformasi birokrasi harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
j. Dimonitor
Pelaksanaan reformasi birokrasi harus dimonitor secara melembaga untuk
memastikan semua tahapan dilalui dengan baik, target dicapai sesuai dengan rencana,
dan penyimpangan segera dapat diketahui dan dapat dilakukan perbaikan.

2.3 Program Kementerian Kesehatan dalam Upaya Pencegahan Korupsi

Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional (Stratanas)


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), diimplementasikan ke dalam 6 (enam)
strategi nasional yang telah dirumuskan, yakni:

1. Melaksanakan upaya upaya pencegahan


2. Melaksanakan langkah langkah strategis dibidang penegakan hukum
3. Melaksanakan upaya upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundangundangan di
bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lainnya
4. Melaksanakan kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil Tipikor
5. Meningkatkan upaya pendidikan dan bidaya antikorupsi
6. Meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan upaya
pemberantasan korupsi

2.4 Upaya Percepatan Reformasi Birokrasi

Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional (Stratanas) Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK), Kementerian Kesehatan
telah melaksanakan upaya percepatan reformasi birokrasi melalui berbagai cara dan bentuk,
antara lain:

1. Disiplin kehadiran menggunakan sistem fingerprint, ditetapkan masuk pukul 8.30 dan
pulang kantor pukul 17.00, untuk mencegah pegawai melakukan korupsi waktu.
2. Setiap pegawai negeri Kemenkes harus mengisi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), dan
dievaluasi setiap tahunnya, agar setiap pegawai mempunyai tugas pokok dan fungsi yang
jelas, dapat diukur dan dipertanggungjawabkan kinerjanya. 94 BUKU AJAR Pendidikan
dan Budaya Antikorupsi
3. Melakukan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efisien dan efektif ramah dan
santun, diwujudkan dalam pelayanan prima.
4. Penandatanganan pakta integritas bagi setiap pelantikan pejabat di kementerian
kesehatan. Hal ini untuk mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM).
5. Terlaksananya Strategi Komunikasi pendidikan dan Budaya AntiKorupsi melalui
sosialisasi dan kampanye antikorupsi di lingkungan internal/seluruh Satker Kementerian
Kesehatan.
6. Sosialisasi tentang larangan melakukan gratifikasi, sesuai dengan Pasal 12 b Ayat (1) UU
Nomor 31 Tahun 1999, menyatakan “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri sipil atau
penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan yang berlawanan kewajiban atau tugasnya”.
7. Pemberlakuan Sistem Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik (LPSE).
8. Layanan Publik Berbasis Teknologi Informasi seperti seleksi pendaftaran pegawai
melalui online dalam rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak
Tetap (PTT).
9. Pelaksanaan LHKPN di lingkungan Kementerian Kesehatan didukung dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 03.01/ Menkes/066/I/2010, tanggal 13 Januari
2010.
10. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi, berdasarkan Surat Keputusan Inspektorat
Jenderal Kementerian Kesehatan Nomor 01.TPS.17.04.215.10.3445, tanggal 30 Juli
2010.
11. “Tanpa Korupsi”, “Korupsi Merampas Hak Masyarakat untuk Sehat”, “Hari Gini Masih
Terima Suap”, dll.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, dan konprehensif, tujuannya


untuk merealisasikan tata pemerintah yang baik. Good Govermance (tata pemerintahan yang
baik) sistim yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggeraan pemerintah negara
yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang konstruktif diantara pemerintah, sektor
swasta dan masyarakat.

Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah meningkatkan kinerja melalui berbagai


cara dengan tujuan efektivitas, efisien, dan akuntabilitas.

3.2 Saran

Diharapkan kepada Pemerintah untuk memperhatinkan pelayanan yang optimal kepada


masyarakat. Untuk Peningkatan pelayanan, pemerintah  harus memberikan pelayanan yang
merata di berbagai aspek. Diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih berpartisipatif dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi, prinsip-prinsip good governance, pelayanan publik,
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang baik, bersih, dan berwibawa,serta
pencegahan dan percepatan pemberantasan korupsi. Mengupayakan penataan perundang-
undangan, dengan menyelesaikan rancangan undang-undang yang telah ada, Agar reformasi
birokrasi guna mencegah buruknya birokrasi dapat berjalan dengan baik dengan adanya legalitas
secara hukum dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/102272-ID-reformasi-birokrasi-dalam-upaya-
pemberan.pdf
Diunggah oleh Mashun Mukromin Ahmad, pada tahun 2017 – Diakses pada tanggal 07
Maret 2020
http://kumpulanmakalahlengkapdalamilmuisi.blogspot.com/2016/01/makalah-
memahami-reformasi-birokrasi.html

Diunggah pada tanggal 25 Januari 2016 - Diakses pada tanggal 08 Maret 2020

https://id.scribd.com/document/364329726/Program-Kementerian-Kesehatan-Dalam-
Upaya-Pencegahan-Korupsi

Diunggah oleh Tiara Khoerunnisa, pada tanggal 25 Januari 2017 - Diakses pada tanggal
08 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai