Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KAPITA SELEKTA PEMERINTAHAN

“REFORMASI BIROKRASI PADA ADMINISTRASI PUBLIK”


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

DISUSUN OLEH:
 
 
KARNO
21808066
 
 
 
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas
limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga saya bisa menyelesaikan makalah
Kapita Selekta Pemerintahan ini yang berjudul “Reformasi Birokrasi Dalam
Administrasi Publikk”.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita khaturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. Karena kerja keras beliaulah sehingga kita bisa menikmati
dunia yang penuh dengan Rahmatalil Alamin.

Dalam makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk bahan perbaikan
makalah ini.

Kendari, 11 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………..……………………….………….....…… i

Daftar Isi …………………………………………………………………...….… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………….......………..…....… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………....……… 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Reformasi Birokrasi ……………………………………………...…...……. 5

B. Perkembangan Birokrasi Pemerintahan Di Indonesia ......………….…… 6

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ………………………………………..………...………..…….... 9

Daftar Pustaka ……………………………………………………………...…… iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Reformasi birokrasi saat ini sangat diperlukan dalam rangka perbaikan

kualitas aparatur sipil negara. Dari sudut pandang masyarakat, birokrasi

selama ini dianggap sebagai sesuatu yang menyulitkan, berbelit- belit, dan

tidak profesional. Dari sudut pandang pemerintah sendiri mulai merasa tidak

nyaman dengan status aparatur sipil negara yang mempunyai predikat

sewenang-wenang, koruptif dan tidak melayani. Pemerintah menghendaki

adanya peningkatan pencitraan birokrasi dimata masyarakat, sehingga

pemerintah sendiri juga menginginkan segera dilakukan perbaikan citra

aparatur sipil negara melalui program reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi merupakan sebuah kebijakan yang dibuat untuk

mengubah atau membuat suatu perbaikan dalam birokrasi pemerintahan

Indonesia saat ini. Perubahan atau perbaikan yang ingin dilakukan dalam

reformasi birokrasi mencakup struktur dan proses dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, serta perubahan pada mindset dan culturset pegawai.

Reformasi birokrasi juga bertujuan untuk memperbaiki prosedur administrasi

dibirokrasi pemerintah, perbaikan penggunaan keuangan negara dan

akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dasar hukum pelaksanaan kebijakan

reformasi birokrasi ini tertuang dalam Peraturan Presiden No.81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Penjabarannya

dituangkan dalam Permenpan & RB No.20 Tahun 2010 dan Permenpan & RB

No.11 Tahun 2015 tentang road map Reformasi Birokrasi.

Sistem birokrasi sangat diharapkan dapat menjalankan perannya secara

optimal. Namun, dalam kenyataannya, keberadaan birokrasi dalam pemerintah

sering kali dipandang secara dikotomis, selain dibutuhkan untuk

melaksanakan urusan pemerintah sehari-hari, birokrasi juga sering kali

dianggap sebagai sistem yang menyebabkan jalannya pemerintahan dan

layanan publik tersendat dan bertele-tele. Gejala penyakit birokrasi seperti ini,

tampak pula dalam sistem birokrasi pemerintahan di Indonesia. Berbagai

kritik tentang in-efisiensi dalam sistem birokrasi Indonesia, kuantitasnya yang

terlalu besar dan kaku sudan sering dinyatakan terbuka (Thoha, 1987;

Dwiyanto, 2002). Sistem pencaloan yang merajalela, nepotisme serta

terjadinya berbagai patologi birokrasi menyiratkan bahwa reformasi birokrasi

pemerintah harus dilakukan.

Reformasi birokrasi pemerintah sangat mendesak untuk dilakukan

ketika dikaitkan dengan berbagai perubahan dalam konteks global, antara lain

perubahan paradigma kekuasaan yang terjadi dengan dinamis selama periode

pertengahan abad 20 hingga awal abad 21. Gelombang demokratisasi yang

ditandai dengan kemerdekan negara-negara bekas jajahan, peralihan

kekuasaan dari rezim otoritarian, kecenderungan sentralistik dan runtuhnya

komunisme membawa perubahan yang berarti dalam sistem kekuasaan


menjadi lebih demokratis dan terdistribusi (desentralisasi).

Pada awalnya, penyelenggaraan pemerintahan secara sentralistik

dipandang akan lebih efektif dan efisien, tapi asumsi ini mengalami perubahan

ketika menghadapi tantangan dimasa kini yang menuntut pemerintah untuk

makin responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Akan tetapi, berbagai

penyimpangan yang terjadi sebagai dampak dari sentralisasi menyebabkan

legitimasi pemerintah menurun dimata publik. Ketika negara tidak lagi cukup

memiliki kemampuan untuk memaksakan kepatuhan masyarakat dan makin

luasnya keterbukaan akses informasi publik, maka yang terjadi adalah

fenomena kegagalan negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam

jangka panjang, penurunan kapasitas negara ini akan berdampak negatif karna

mengarah deligitimasi pemerintahan, apatisme publik, dan berpotensi

memunculkan anarkisme. Kegagalan negara dalam arti pemerintah dalam

memenuhi kebutuhan masyarkat akan menimbulkan keraguan publik terhadap

urgensi kehadiran negara dalam hal ini pemerintah.

Reformasi birokrasi pemerintah menjadi bagian dari upaya untuk

memperkuat negara karena melalui reformasi birokrasi, peran dan lingkup

intervensi negara dalam hal hal ini yaitu pemerintah didefinisikan ulang untuk

menjawab tantangan zaman. Karena itu, reformasi birokrasi juga tidak sekedar

menyederhanakan struktur birokrasi, tapi mengubah pola pikir (mind set) dan

pola budaya (cultural set) birokrasi untuk berbagi peran dalam tata kelola

pemerintahan. Birokrasi pemerintah merupakan unsur yang sangat vital dalam


menentukan arah untuk mencapai keberhasilan suatu penyelenggaraan negara.

Dengan kemajuan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi

yang demikian pesat serta persaingan global yang semakin ketat, masyarakat

sangat peka terhadap kinerja birokrasi pemerintahan dan sangat peduli dengan

peningkatan kualitas hidupnya. Baik atau buruk kinerja birokrasi pemerintah

akan sangat menentukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Reformasi Birokrasi?

2. Bagaimana Perkembangan Reformasi Birokrasi Di Indonesia?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Reformasi Birokrasi

Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena

sebenarnya telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu

tahun yang lalu. Namun demikian kecenderungan mengenai konsep dan

praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus

tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah

menjadi suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa

sebelumnya ukuran negara pada umumnya sangat kecil, namun pada

masa kini negara-negara modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup

organisasi, dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta

penduduk. Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi

lebih baik daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada

perubahan masyarakat yang termasuk didalamnya masyarakat birokrasi,

dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan.

Reformasi birokrasi adalah sebuah harapan masyarakat pada

pemerentah agar mampu memerangi KKN dan membentuk pemerintahan

yang bersih serta keinginan masyarakat untuk menikmati pelayanan public

yang efisien, responsif dan akuntabel. Maka dari itu masyarakat perlu

mengetahui reformasi birokrasi yang dilakukan saat ini agar kehidupan

bernegara berjalan dengan baik, masyarakat juga berposisi sebagai penilai


dan pihak yang dilayani pemerintah.

Tujuan reformasi birokrasi :

 Memperbaiki kinerja birokrasi agar lebih efektif dan efisien.

 Terciptanya birokrasi yang profesional, netral, terbuka,

demokratis, mandiri, serta memiliki integritas dan kompetensi

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selaku abdi

masyarakat dan abdi negara.

 Pemerintah yang bersih (clean government).

 Bebas KKN.

 Meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

B. Perkembangan Birokrasi Pemerintahan Di Indonesia

Pasca runtuhnya era Orde Baru, dalam reformasi birokrasi Indonesia tahap

pertama (2010-2014) Indonesia melakukan transisi dari model birokrasi

sebelumnya, suatu struktur birokrasi yang tampak seperti model Webberian,

namun dalam penerapannya lebih dekat kepada model patronase yang

sentralistis. Berbeda dengan era Orde Baru, dalam Orde Reformasi sistem

birokrasi ditata kembali untuk menghilangkan model patronase antara lain

melalui penyusunan tupoksi, indikator kinerja dan job grading. Langkah awal

penataan birokrasi sejauh ini patut diapresiasi dan telah menunjukkan hasil
dalam kestabilan struktur birokrasi. Beberapa sektor pemerintah (termasuk

Kementerian Keuangan) telah berhasil menjadi pelopor reformasi birokrasi

yang ditunjang oleh upaya keras pemberantasan korupsi tiada henti oleh KPK.

Namun harus diakui di sebagian sektor pemerintah pusat dan daerah

penegakan prinsip- prinsip transparansi, stabilitas, dan predictability model

Webberian dalam pengambilan kebijakan belum berjalan mulus. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, model birokrasi kementerian dan lembaga pemerintah

Indonesia termasuk Kementerian Keuangan dan Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan saat ini pada umumnya masih menganut prinsip-

prinsip model Webberian sebagaimana diusung oleh UU Nomor 43 Tahun

1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok

Kepegawaian.

Walaupun demikian terdapat lembaga pemerintah seperti Kementerian

PPN/Bappenas yang sudah memelopori penerapan sebagian model NPM sejak

tahun 2004 melalui penghapusan dan pengalihan jabatan eselon IV di

kedeputian-kedeputian ke jabatan fungsional perencana (JFP). Unit kerja

eselon IV kini hanya ditemui di Sekretariat Kementerian PPN/Sekretariat

Utama Bappenas, Tata Usaha Kedeputian, dan Inspektorat. Melalui

pengalihan ke jabatan fungsional tersebut Bappenas menargetkan terjadi

peningkatan kemampuan profesional dan peningkatan kinerja khususnya para

fungsional perencana di bidang perencanaan baik perencanaan makro,

sektoral, dan regional pembangunan nasional. Upaya Bappenas tersebut


selaras dengan wacana pengalihan jabatan eselon III dan IV ke jabatan

fungsional yang telah disuarakan dalam berbagai kesempatan oleh Kemenpan-

RB, dan juga UU ASN yang secara filosofis hanya mengenal eselonisasi

hingga eselon II – eselonisasi yang diistilahkan sebagai jabatan pimpinan

tinggi. Dalam UU ASN, jabatan yang berorientasi pada administrasi

dimasukkan ke dalam jabatan administrasi, sedangkan jabatan yang

berorientasi pada fungsi dimasukkan ke dalam jabatan fungsional.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Reformasi birokrasi bertujuan memberikan pelayanan sebaik- baiknya

kepada masyarakat, dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

sehingga bisa memberikan kesejahteraan dan rasa keadilan pada masyarakat

banyak. Di sisi lain birokrasi sangat sarat dengan banyak tugas dan fungsi,

karena tidak saja hanya terfokus kepada pelayanan publik, tetapi juga

bertugas dan berfungsi sebagai motor pembangunan dan aktivitas

pemberdayaan.

Reformasi birokrasi dibutuhkan untuk menjamin terlaksananya

reformasi di bidang lain dalam suatu pemerintahan yang mengaplikasikan

konsep administrasi pembangunan. Oleh karena itu, tanpa mengabaikan

reformasi di bidang lain rekomendasi yang pertama harus dilakukan adalah

reformasi birokrasi yang meliputi kelembagaan dan

ketatalaksanaan, sumber daya manusia, dan pengawasan dalam

melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Reformasi

kelembagaan dilakukan melalui perampingan struktur organisasi birokrasi

pemerintah di pusat dan daerah untuk menghindari tumpang tindih

pelaksanaan tugas dan fungsinya. Penyusunan organisasi yang didasarkan

pada analisis jabatan ini harus terus diupayakan. Oleh karena adanya

tuntutan yang mendesak dan harus dilakukan untuk mendorong proses

percepatan reformasi birokrasi, upaya-upaya khusus di bidang

kelembagaan adalah sebagai berikut :

1. Melakukan redefenisi kelembagaan birokrasi termasuk


melakukan penataan kelembagaan sesuai dengan standard

operating procedure atau SOP

2. Melakukan penerapan audit institusi.

3. Di bidang ketatalaksanaan perlu dipertimbangkan sistem

rekrutmen dan promosi pegawai sesuai dengan kecakapan dan

kemampuannya dan dapat diberhentikan jika bekerja secara

buruk sebagaimana yang berlaku di lingkungan swasta.

Selanjutnya, usaha untuk mendorong peningkatan kompetensi

aparat birokrasi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, sebagai

wujud profesionalisme dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, harus

memerhatikan tiga hal pokok di bawah ini :

1. Peningkatan kesejahteraan aparat birokrasi pemerintah.

2. Peningkatan etika dan moral birokrasi pemerintah.

3. Peningkatan profesionalisme birokrasi pemerintah.

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik,

dapat terwujud apabila semua lapisan masyarakat turut berperan serta

dalam upaya pemberharuan diberbagai bidang khususnya dalam

bidang pelayanan (birokrasi) pemerintah, karena birokrasi pemerintah

merupakan proses interaksi / hubungan antara pemerintah dan

masyarakat serta langkah awal dalam mencapai kemajuan suatu

negara dalam berbagai bidang.

Dan yang terakhir, untuk mendorong perwujudan

pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat pula diupayakan
kepada peningkatan pengawasan terhadap aparatur negara.

Pengawasan ini dapat dilakukan melalui audit internal maupun audit

eksternal.

Daftar Pustaka

http://blochafauros.blogspot.com/2012/08/contoh-makalah-reformasi- birokrasi-
dan.html

http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-reformasi- birokrasi-
di.html

https://www.google.co.id/search?
q=permasalahan+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&oq=permasalah
an+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&aqs=chrome..69i57j35i39j0l4.
21806j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

http://pemerintah.net/hambatan-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/

Revitalisasi Administrasi negara reformasi birokrasi dan e-Governance.


Editor Falih Suaedi, Bintoro Wardiyanto.

Anda mungkin juga menyukai