Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

REFORMASI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Dosen Pengampu:
M. DEDI WIDODO, SKM, M.Kes

OLEH:
Kelompok 5:
1. Abelia Fernanda (22011150)
2. Fitri Aulia (22011051)
3. Devia Aprilia (22011052)
4. Maulina Tri Azzitha (22011058)
5. Windya Bintang Auzasica (22011032)
6. Sasikirana Adira (22011040)
7. Fahreza Rizky Damara (22011037)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
TAHUN 2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Adapun tema dari
makalah ini adalah "Reformasi Administrasi Pembangunan”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Adminidtrasi Pembangunan yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Dalam Penullisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu ktitik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Desember 2022


Tertanda,

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 TUJUAN..................................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT.................................................................................................................2

BAB 2 TEORI
2.1 MEMAHAMI HAKIKAT REFORMASI ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN......................................................................................................3
2.2 ALASAN ALASAN PEMBARUAN ADMINISTRASI ..........................................5
2.3 BERBAGAI PERMASALAHAN BIROKRASI DI INDONESIA...........................6
2.4 PERSPEKTIF TEORI REFORMASI ADMINISTRASI : MENDUDUKAN
REFORMASI BIROKRASI DALAM LINGKUP REFORMASI
ADMINISTRASI.........................................................................................................7
2.5 REFORMASI ADMINISTRASI................................................................................9

BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara konseptual dan empirik setiap negara memiliki sistem


administrasi negara yang terkait erat dengan lingkungannya. Dalam kajian
administrasi negara (pembangunan) diakui bahwa tidak pernah terdapat
sistem administrasi negara yang sempurna, tetapi administrasi negara
selalu memiliki permasalahan yang mengganggu tugas-tugas utamanya.
Namun apabila permasalahan yang dihadapi dinilai menimbulkan
gangguan terhadap sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara yang
bersangkutan pertanda terdapat tuntutan untuk melancarkan reformasi
administrasi. Joseph S. Nye dan John D. Donahue dalam buku Governance
in a Globalizing World, mencatat tidak kurang dari 123 negara melakukan
reformasi administrasi, yang membawa dampak pertumbuhan ekonomi
berhasil dicapai bahkan melampaui hasil yang mereka raih sebelum krisis.
Oleh karenanya reformasi administrasi merupakan bagian yang sangat
penting dalam pembangunan negara.
Reformasi administrasi dikenal oleh para pakar bukan merupakan
kajian yang baru di dunia akademik maupun praktik. Membentang mulai
dari teori klasikal formal organisasi, reorganisasi dan perubahan
perkembangan pada teori pasar kontemporer, juga teori elit organisasi
yang menghendaki perubahan dan reformasi fundamental dalam struktur
dan proses sistem administrasi. Walaupun reformasi administrasi selalu
dikaitkan dengan birokrasi publik, reformasi administrasi juga perlu
mempertimbangkan kondisi-kondisi sosial, politik dan ekonomi yang
secara signifikan berpengaruh terhadap siklus reformasi. Dalam bahasan
ini sesuai dengan pandangan Caiden (1969) fokus reformasi administrasi
adalah "to improve the administrative performance of individuals, groups,
and institutions more effectively, more economically, and more quickly.”
Lebih dari itu masih terdapat ukuran efisien dan equity dalam mengkaji
keberhasilan reformasi administrasi.
Kebutuhan akan reformasi birokrasi muncul karena proses
perubahan administrasi yang tidak bisa berjalan secara alami. Gerakan
reformasi dimulai dengan menghapus segala hambatan ke arah perubahan
untuk melakukan perbaikan. Menurut Tjokroamidjojo (1995: 39),
perbaikan dan penyempurnaan administrasi negara dapat dilakukan dengan
dua pendekatan. Pertama, usaha perbaikan dan penyempurnaan secara
menyeluruh. Kedua, perbaikan dan penyempurnaan administrasi yang
dilakukan secara sebagian-sebagian. Kedua cara di atas sesungguhnya
dapat dilakukan secara bersamaan, dalam arti perubahan menyeluruh
dilakukan secara bertahap. Cara yang ditawarkan ini dapat dilakukan
dengan pendekatan berpikir serba sistem (systems thinking).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Memahami Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan
2. Alasan-alasan Pembaruan Administrasi
3. Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
4. Perspektif Teori Reformasi Administrasi: Mendudukan Reformasi
Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi Administrasi
5. Reformasi Administrasi

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan
2. Untuk Mengetahui Alasan-alasan Pembaruan Administrasi
3. Untuk Mengetahui Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
4. Untuk Mengetahui Perspektif Teori Reformasi Administrasi:
Mendudukan Reformasi Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi
Administrasi
5. Untuk Mengetahui Reformasi Administrasi

1.4 Manfaat

1. Agar Memeahami Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan


2. Agar Memahami Alasan-alasan Pembaruan Administrasi
3. Agar Memahami Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
4. Agar Memahami Perspektif Teori Reformasi Administrasi: Mendudukan
Reformasi Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi Administrasi
5. Agar Memahami Reformasi Administrasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Memahami Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan

Kristiadi (1994) menegaskan bahwa administrasi pembangunan


merupakan paradigma yang berkembang sebagai ilmu administrasi pada
sekitar tahun 1970. Administrasi mampu mendorong ke arah proses
perubahan dan pembaharuan serta penyesuaian. Oleh karena itu,
administrasi pembangunan merupakan pendukung perencanaan
pembangunan dan implementasinya.
Pemmbangunan administrasi bermaksud memperbaiki keadaan
untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik. Menurut Ringgs
(1966), Pembaharuan administrasi merupakan pola pelayanan. Untuk itu,
upaya perbaikan meliputi prningkatan keterampilan, penguasaan
teknologi informasi dan manajemen finansial, pengaturan atau
pengelompokan kembali (realignment) fungsi-fungsi, sistem insentif,
memanusiakan manajemen (humanising management), dan mendorong
partisipasi yang seluas-luasnya dalam pengambilan keputusan, serta cara
rekrutmen yang harus lebih bersifat respresentatif.
Bintoro Tjokroamidjojo (1995) mrngemukakan bahwa administrasi
pembangunan mempumyai dua fungsi, yaitu:

1. Penyusunan Kebijaksanaan
Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi
negara meliputi upaya penyempurnaan organisasi pembinaan
lembaga yang diperlukan kepegawaian dan pengurusan sarana
administrasi lainnya disebut the development of administration
(pembangunan administrasi), yang kemudian dikenal dengan istilah
administrative reform (reformasi administrasi).

2. Perumusan Kebijaksanaan
Administrasi pembangunan berorientasi pada pelaksanaan
tugas pembangunan, yaitu kemampuan merumuskan kebijakan
pembangunan dan mengaitkan pada substansi perumusan
kebijaksanaan dan pelaksanaan tujuan pembangunan. Administrasi
pembangunan berorientasi pada lingkungan kegiatan dan
pemecahan masalah.

3
Istilah reformasi administrasi mengandung makna dan fungsi
yang beragam. Reformasi administrasi adalah perubahan yang terencana
terhadap aspek utama administrasi. Reformasi administrasi merupakan
kegiatan yang dibuat oleh manusia, tidak bersifat insidental, otomatis,
ataupun ilamiah, ia merupakan suatu proses yang beriringan dengan proses
reformasi administrasi, respons keorganisasian yang sifatnya otomatis
terhadap fluktuasi atau perubahan kondisi, sebagai akibat perubahan
administrasi. Tidak berfungsinya perubahan administrasi yang alamiah
menimbulkan reformasi administrasi. Oleh karena itu, menurut Mosher
(1976), isi reformasi administrasi adalah reorganisasi administrasi yang
sering disebut sebagai aspek instutional reformasi administrasi.
Aspek lain dari reformasi adalah perubahan sikap, perilaku, dan
nilai orang-orang yang terlibat dalam proses reformasi administrasi. Aspek
inilah yang sering disebut sebagai aspek perilaku. Dengan demikian, isi
reformasi administrasi meliputi aspek instutional atau kelembagaan dan
aspek perilaku.
Reformasi administrasi bertujuan mengupayakan agar indivudu,
kelompok, dan institusi dapat mencapai tujuan lebih efektif, ekonomis, dan
lebih cepat. Hal ini dimaksudkan reformasi administrasi bertujuan untuk
meningkatkan performance. Kineja tersebut merupakan kinerja individu,
kelompok, dan institusi, juga aspek kelembagaan yang tercakup di dalam
reformasi administrasi. Sehat tidaknya administrasi dapat dilihat dari tiga
perspektif yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
1. Ideal optimum, yakni derajat pencapaian kesempurnaan
administrasi.
2. Mutu orientasi pelayanan dan pemberdayaan biokrasi
3. Sistem karier dan efektivitas biokrasi
4. Kesejahteraan pegawai dan pelayanan administrasi kepegawaian.

Menurut Riggs (1996), pembaharuan administrasi merupakan pola


yang menujukan peningkatan efektivitas pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terdiri atas peran-
peran yang bersifat hierarkis yang bertindak secara formal sebagai alat
untuk suatu kesatuan atau sistem sosial yang lebih besar.

4
2.2 Alasan-alasan Pembaharuan Administrasi
Alasan pembaharuan administrasi yang pertama, yaitu
keterpurukan moralitas birokrasi yang penuh dengan kolusi, korupsi, dan
nepotisme yang menghambat pembangunan dan mendorong bangkrutnya
suatu negara dalam seluruh penyelenggaraan politik ketata-negaraan.
Alasan kedua, adanya tuntutan masyarakat terhadap aparatur
administrasi negara lebih tinggi daripada kemampuan politiknya.
Tuntutan tersebut dipacu oleh adanya gejala kemerdekaan dan
penerimaan terhadap bantuan teknik dan keuangan dari luar. Seperti
dikatakan oleh Huntington, meningkatnya komunikasi dapat
menumbuhkan tuntutan terhadap modernitas lebih tinggi daripada yang
dapat diraih yang dapat pula merangsang reaksi perlawanan terhadap
modernitas atau mengaktifkan kekuatan tradisional.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan lembaga
nonstruktural yang seharusnya bertugas memikirkan dan melaksanakan
reformasi terhadap sistem dan praktik administrasi negara dalam
mengelola urusan publik. Oleh karena itu, perubahan sosial yang
fundamental menyebabkan lahirnya tuntutan dan tekanan baru.
Kebutuhan demokratisasi pemerintahan dan adminitrasi menyebabkan
beban aparatur pemerintah bertambah besar, dan adaptabilitas menjadi
penting dan menjadi kebutuhan yang mendesak. Semua perubahan dan
trasformasi ini menyebabkan timbulnya pertentangan antara nilai lama
dan baru, antara nilai tradisional dan modern. Tekanan dan pertentangan
ini tidak hanya terbatas pada tubuh birokrasi, tetapi juga di kalangan
masyarakat.
Reformasi administrasi menjadi tuntutan dan keharusan.
Berdasarkan kasus administrasi negara di Indonesia, Bintoro (1998)
menjelaskan:
1. Reformasi ke arah sistem politik yang demokratis partisipatif dan
egalitarian
2. Reformasi ABRI (TNI) sebagai birokrasi pemerintahan
3. Reformasi sistem pemerintahan yang sentralistik ke arah
desentralisasi
4. Reformasi terhadap upaya penciptaan clean gevorment.

5
2.3 Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
Banyak sekali masalah yang ditemukan oleh berbagai pakar tentang
praktikadministrasi pemerintahan di Indonesia. Masalah pertama adalah
tingkat penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para aparatur
pemerintah. Lembaga riset dunia1 menyatakan bahwa Indonesia masuk
kategori sebagai negara yang terkorup di dunia dari 159 negara yang
disurvei.
Masalah kedua adalah kecenderungan praktik penyelenggaraan
pelayanan publik yang berorientasi kekuasaan dan kekayaan (wealth and
power oriented) ketimbang pelayanan pada masyarakat (public services
oriented). Aparatur birokrasi yang seharusnya memposisikan dirinya
sebagai abdi masyarakat pada kenyataannya menempatkan dirinya sebagai
elite sosial yang meminta pengabdian dari masyarakat. Hal ini jika terus
dipertahankan menyebabkan aspirasi dan kepentingan masyarakat
termarginalkan, pembangunan terabaikan, karena lebih mengutamakan
kepentingan para pejabat.
Masalah ketiga yang dihadapi administrasi pemerintah adalah
rendahnya kapasitas berinovasi para pegawai pemerintah untuk
memecahkan persoalan publik yang semakin kompleks dalam dunia yang
tidak pernah istirahat dari dinamika perubahan yang cepat. Selama ini,
pemerintah dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk cepat tanggap
(responsiveness) terhadap perubahan permasalahan sosial yang harus
dipecahkan, dan juga terhadap pergeseran peluang yang harus cepat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan dan masyarakat.
Masalah keempat adalah kuatnya pengaruh politik dalam
lingkungan administrasi pemerintah. Intervensi ini menyebabkan
penyelenggaraan pemerintahan menjadi tidak profesional. Akibatnya
kinerja pemerintah dan birokrasinya menjadi kurang baik. Timbul konflik
dalam tubuh organisasi pemerintah bahkan bermunculan penyimpangan
dalam praktik administrasi pemerintah. Hal ini dapat kita simak secara
nyata dalam masa kepemerintahan Gus Dur, Megawati, maupun SBY-JK
saat ini, yang alih-alih lebih mengakomodasi kepentingan-kepentingan
partai yang mendukungnya dalam memenangkan pemilu, akibatnya
praktik penyelenggaraan dalam birokrasi menjadi serba “PELANGI”.
Dampaknya, visi, misi, dan tujuan organisasi pemerintah menjadi tidak
sejalan dan sinergistik antar departemen ataupun antar sektor. Karena
kecenderungan yang diaplikasikan bukannya visi, misi, dan tujuan negara,
tetapi kepentingan partai politik. Alhasil, rakyat menjadi korbannya.
Masalah kelima adalah bahwa posisi masyarakat kita, sangat lemah
ketika berhadap-hadapan dengan organisasi pemerintah, tidak ada posisi
tawar (low bargaining position) dan bahkan selalu menjadi pihak yang
paling dirugikan. Melihat beberapa masalah tersebut dapat dikatakan
administrasi kita masih buruk. Buruknya administrasi pemerintah tetap
menjadi pekerjaan rumah terberat bagi bangsa ini, meskipun gerakan

6
reformasi telah berjalan satu dekade. Wajah administrasi pemerintah kita
terlihat masih memiliki banyak sisi buramnya. Administrasi pemerintah
belum menampakkan perubahan yang signifikan bagi upaya penciptaan
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam pergaulan internasional. Padahal, seperti diketahui, posisi
administrasi pemerintah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat
penting peranannya dan sangat menentukan dalam aspek politik, sosial,
budaya, dan ekonomi.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, seyogyanya pemerintah
menetapkan kebijakan baru yang didasarkan pada pemahaman yang
menyeluruh atas berbagai persoalan dalam organisasi pemerintah. Hal ini
akan dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir tentang fenomena
dan akar permasalahan dalam mereformasi administrasi. Dengan
menggunakan kaidah berpikir serba sistem (systems thinking), di mana
akan diperoleh pemahaman secara utuh sehingga dapat disusun model
reformasi administrasi. Model ini diperlukan sebagai dasar penyusunan
skenario kebijakan yang dapat dijalankan secara efektif dan efisien,
sehingga reformasi administrasi dapat memberikan perubahan yang
signifikan bagi kepentingan masyarakat dan kemajuan bangsa dan negara.

2.4 Perspektif Teori Reformasi Administrasi: Mendudukan Reformasi


Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi Administrasi
Terminologi reformasi administrasi (administrative reform),
menurut Fred W. Riggs (1971) dalam bukunya Frontiers of Development
Administration merupakan konsep yang dipergunakan oleh negara
berkembang dalam rangka melakukan upaya pembaharuan administrasi
pemerintah. Hal itu disebabkan administrasi pemerintah pada waktu itu
dianggap tidak mampu melaksanakan pembangunan yang disponsori oleh
lembaga-lembaga donor dunia. Bahkan sepuluh tahun sebelum itu, yakni
pada tahun 1961, Ralp Braibanti juga sudah mengemukakan konsep
administrative reform. Ia mengatakan bahwa upaya administrative reform
di negara berkembang terfokus pada peningkatan kemampuan administrasi
negara (development of administrative capabilities), yaitu administrasi
negara.
Pandangan lain dikemukakan oleh Siagian dan Waterston
(Tjokroamidjojo, 1995) bahwa reformasi administrasi dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, yakni reformasi secara menyeluruh dan reformasi
yang dilakukan secara sebagian-sebagian. Pendekatan yang kedua
ditekankan pada perbaikan dan penyempurnaan pada bidang-bidang
strategis, yang kemudian diharapkan dapat berkembang dan diperluas pada
bidang-bidang yang lain. Ini sering disebut dengan istilah nuclea approach
atau island approach. Namun, dari kedua pendekatan, umumnya yang
diterapkan adalah perencanaan perbaikan dan penyempurnaan administrasi

7
yang bersifat menyeluruh dalam dimensi waktu yang panjang, tetapi
pelaksanaannya dilakukan secara sebagian-sebagian sesuai dengan
prioritasnya. Pada tataran ini dikembangkan gagasan tentang
pembangunan institusi (institusional building). Pengembangan gagasan
tersebut didasarkan kepada suatu asumsi bahwa gerak pembaharuan dan
pembangunan yang lebih luas perlu dimulai dikembangkan oleh suatu
institusi pembaharu. Dalam hal ini, khusus untuk negara dunia ketiga
adalah birokrasi karena dianggap dari berbagai segi lebih siap
dibandingkan dengan institusi lainnya.

Birokrasi dalam kaitan dengan administrasi negara merupakan dua


sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Birokrasi adalah sebuah
konsekuensi logis dari diterimanya hipotesis bahwa negara mempunyai
misi suci mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu, negara terlibat
langsung dalam memproduksi barang dan jasa publik yang diperlukan
rakyatnya. Bahkan jika perlu negara melalui pemerintah yang memutuskan
apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara membangun sistem
administrasi negara yang bertujuan untuk melayani kepentingan rakyatnya
(Budiman, 1996). Dalam hal ini, birokrasi merupakan instrumen
pelaksananya, sebagaimana diungkapkan oleh Huntington (1968): ”Derajat
suatu pemerintahan diukur berdasarkan kemampuan birokrasinya
merealisasikan kebijakan pemerintah di lapangan”.
Secara teori, menurut Rhodes (2003), idealnya pembaharuan
birokrasi bertujuan untuk menciptakan tatakelola pemerintahan yang baik
(good governance). Namun dalam kenyataannya, misi itu belum terwujud
secara sempurna. Banyak sekali hambatan yang menghalangi prosesnya.
Demikian juga menurut Tjokroamidjojo (1995), bahwa salah satu
hambatan pokok terhadap kemampuan administrasi negara untuk
mendukung tugas-tugas baru pelaksanaan pembangunan di dunia ketiga
adalah karena seringkali birokrasi itu sendiri sebagai produk dari
lingkungannya yang masih terbelakang. Berbagai ciri yang lekat padanya,
seperti: kemampuan pelaksanaan lebih ditujukan kepada segi
”memerintah”, dan menjamin tertib pelaksanaan hukum (rule driven),
sikap yang legalistis dalam pemecahan masalah dan tidak inovatif,
orientasi terhadap senioritas dan status, dan masih terdapat banyak
paternalisme dan ”spoil system” dalam administrasi kepegawaian. Bahkan
berbagai kajian yang dilakukan belakangan juga menunjukkan hal-hal
yang senada dengan berbagai hambatan di atas.

8
2.5 Reformasi Administrasi
Konsep reformasi administrasi memiliki pengertian yang luas
sehinggatidak dapat dijelaskan dalam satu definisi tunggal. Sebagian ahli
mendekatinya dari sisi konseptual-normatif (misalnya Montgomery (1967)
dan Caiden(1969)) dan pakar lainnya melihat dari sudut pandang strategis
dan teknis (misalnya: Dror, Lee, dan UNDP). Konsep reformasi
administrasidikemukakan sejumlah ahli sejak decade 1960-an,
diantaranya: Menurut Montgomery (1967), Reformasi administrasi
diartikan sebagai proses politik yang dirancang untuk menyesuaikan
hubungan antara birokrasi dengan elemen lain di masyarakat, atau di
dalam lingkungan Birokrasi itu sendiri.

Reformasi administrasi menurut Dror (1976), secara tegas


mengesampingkan perubahan organisasi dan prosedur administrasi yang
minor dan berkonsentrasi pada perubahan-perubahan yang utama atau
dasar saja, sehingga reformasi administrasi itu akan efektip apabila juga
didesain dengan tepat, yakni dengan mempertimbangkan dan melibatkan
lingkungan di mana reformasi itu dilaksanakan. Reformasi administrasi
dipandang sebagai bagian dari reformasi masyarakat (Caiden 1969), sebab
birokrasi dan organisasi pemerintah merupakan bagian dari dan berkaitan
erat dengan sistem politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Selanjutnya
Caiden (1969) mengidentifikasi adanya lima perspektif di dalam reformasi
administrasi, yaitu perspektif Perancis, Prussia, Rusia, Inggris, dan
Amerika. Berdasarkan lima perspektif itu ada empat butir yang dapat
diperbandingkan, yaitu ada:
1. Pembaru yang berasal dari luar, ada pula yang berasal dari dalam
2. Pembaruan yang dicanangkan dari bawah, ada pula yang berasal
dari atas
3. Ideologi yang mempengaruhi reformasi administrasi, ada pula
reformasi administrasi yang tidak dipengaruhi oleh ideologi
4. Reformasi administrasi yang diikuti oleh revolusi, ada pula yang
tidak.

Dua hal lagi yang perlu dicatat dari observasi Caiden (1969), bahwa:
1. Reformasi administrasi berkaitan erat dengan lingkungan budaya
tertentu, sehingga tidak ada satu perspektif pun yang dapat
dianggap lebih baik daripada yang lain
2. Pendekatan reformasi administrasi bersifat terikat pada budaya,
sehingga tidak dapat diekspor ke negara lain dengan begitu saja.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keseluruhan gagasan tentang reformasi administrasi dengan
pendekatan berpikir sistem yang disampaikan sebelumnya
merupakan upaya untuk merubah birokrasi menjadi birokrasi
yang kreatif, inovatif, produktif, profesional, amanah dan mau
belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Tetapi
sangat disadari bahwa proses ini bukanlah mudah untuk
dilakukan. Oleh karena itu, sekali lagi, komitmen dan disiplin
yang kuat dari pimpinan secara khusus, dan semua pihak semua
secara umum untuk mereformasi birokrasi sangat dibutuhkan.
Dengan perkataan lain, harus ada kesadaran dan komitmen secara
sosiologis (baca: bersama) bahwa perubahan birokrasi memang
sudah saatnya dan benar-benar diperlukan.

B. Saran
Reformasi merujuk pada upaya yang dikehendaki (intended
change), dalam suatu kerangka kerja yang jelas dan terarah, oleh
karena itu persyaratan keberhasilan reformasi adalah eksistensi
peta jalan (road map), menuju suatu kondisi, status dan tujuan
yang ditetapkan sejak awal beserta indikator keberhasilannya.
Keberhasilan reformasi telah banyak ditunjukkan oleh
negara-negara baik itu negara maju maupun negara berkembang
di masa yang lalu. Konsep reformasi administrasi memiliki
pengertian yang luas sehingga tidak dapat dijelaskan dalam satu
definisi tunggal. Dari ragam pemikiran para ahli bahwa reformasi
administrasi memiliki berbagai karakteristik. Pertama, reformasi
administrasi terkait dengan upaya membangun kemampuan
administrasi; Kedua, lokus yang ditekankan adalah administrasi
pemerintah; Ketiga tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
administrasi pemerintah dalam pembangunan nasional dan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Sahya Anggara, M. Si, li Sumantri, M. Ag, 2016, Buku Administrasi


Pembangunan hal. 309

https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/DAPU6103-M1.pdf

https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/viewFile/448/420

Handayaningrat, Soewarno. (1994). Pengantar Studi Ilmu Administrasi


dan Manajemen. Jakarta: CV. Haji Masagung.

Prasojo E., Teguh K. & Azwar H. 2004. Reformasi Birokrasi dalam


Praktik: Kasus di Kabupaten Jembrana. Depok: Pusat Kajian
Pembangunan Administrasi Daerah dan Kota

Anda mungkin juga menyukai