Dosen Pengampu:
M. DEDI WIDODO, SKM, M.Kes
OLEH:
Kelompok 5:
1. Abelia Fernanda (22011150)
2. Fitri Aulia (22011051)
3. Devia Aprilia (22011052)
4. Maulina Tri Azzitha (22011058)
5. Windya Bintang Auzasica (22011032)
6. Sasikirana Adira (22011040)
7. Fahreza Rizky Damara (22011037)
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 TUJUAN..................................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT.................................................................................................................2
BAB 2 TEORI
2.1 MEMAHAMI HAKIKAT REFORMASI ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN......................................................................................................3
2.2 ALASAN ALASAN PEMBARUAN ADMINISTRASI ..........................................5
2.3 BERBAGAI PERMASALAHAN BIROKRASI DI INDONESIA...........................6
2.4 PERSPEKTIF TEORI REFORMASI ADMINISTRASI : MENDUDUKAN
REFORMASI BIROKRASI DALAM LINGKUP REFORMASI
ADMINISTRASI.........................................................................................................7
2.5 REFORMASI ADMINISTRASI................................................................................9
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Memahami Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan
2. Alasan-alasan Pembaruan Administrasi
3. Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
4. Perspektif Teori Reformasi Administrasi: Mendudukan Reformasi
Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi Administrasi
5. Reformasi Administrasi
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakikat Reformasi Administrasi Pembangunan
2. Untuk Mengetahui Alasan-alasan Pembaruan Administrasi
3. Untuk Mengetahui Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
4. Untuk Mengetahui Perspektif Teori Reformasi Administrasi:
Mendudukan Reformasi Birokrasi Dalam Lingkup Reformasi
Administrasi
5. Untuk Mengetahui Reformasi Administrasi
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penyusunan Kebijaksanaan
Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi
negara meliputi upaya penyempurnaan organisasi pembinaan
lembaga yang diperlukan kepegawaian dan pengurusan sarana
administrasi lainnya disebut the development of administration
(pembangunan administrasi), yang kemudian dikenal dengan istilah
administrative reform (reformasi administrasi).
2. Perumusan Kebijaksanaan
Administrasi pembangunan berorientasi pada pelaksanaan
tugas pembangunan, yaitu kemampuan merumuskan kebijakan
pembangunan dan mengaitkan pada substansi perumusan
kebijaksanaan dan pelaksanaan tujuan pembangunan. Administrasi
pembangunan berorientasi pada lingkungan kegiatan dan
pemecahan masalah.
3
Istilah reformasi administrasi mengandung makna dan fungsi
yang beragam. Reformasi administrasi adalah perubahan yang terencana
terhadap aspek utama administrasi. Reformasi administrasi merupakan
kegiatan yang dibuat oleh manusia, tidak bersifat insidental, otomatis,
ataupun ilamiah, ia merupakan suatu proses yang beriringan dengan proses
reformasi administrasi, respons keorganisasian yang sifatnya otomatis
terhadap fluktuasi atau perubahan kondisi, sebagai akibat perubahan
administrasi. Tidak berfungsinya perubahan administrasi yang alamiah
menimbulkan reformasi administrasi. Oleh karena itu, menurut Mosher
(1976), isi reformasi administrasi adalah reorganisasi administrasi yang
sering disebut sebagai aspek instutional reformasi administrasi.
Aspek lain dari reformasi adalah perubahan sikap, perilaku, dan
nilai orang-orang yang terlibat dalam proses reformasi administrasi. Aspek
inilah yang sering disebut sebagai aspek perilaku. Dengan demikian, isi
reformasi administrasi meliputi aspek instutional atau kelembagaan dan
aspek perilaku.
Reformasi administrasi bertujuan mengupayakan agar indivudu,
kelompok, dan institusi dapat mencapai tujuan lebih efektif, ekonomis, dan
lebih cepat. Hal ini dimaksudkan reformasi administrasi bertujuan untuk
meningkatkan performance. Kineja tersebut merupakan kinerja individu,
kelompok, dan institusi, juga aspek kelembagaan yang tercakup di dalam
reformasi administrasi. Sehat tidaknya administrasi dapat dilihat dari tiga
perspektif yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
1. Ideal optimum, yakni derajat pencapaian kesempurnaan
administrasi.
2. Mutu orientasi pelayanan dan pemberdayaan biokrasi
3. Sistem karier dan efektivitas biokrasi
4. Kesejahteraan pegawai dan pelayanan administrasi kepegawaian.
4
2.2 Alasan-alasan Pembaharuan Administrasi
Alasan pembaharuan administrasi yang pertama, yaitu
keterpurukan moralitas birokrasi yang penuh dengan kolusi, korupsi, dan
nepotisme yang menghambat pembangunan dan mendorong bangkrutnya
suatu negara dalam seluruh penyelenggaraan politik ketata-negaraan.
Alasan kedua, adanya tuntutan masyarakat terhadap aparatur
administrasi negara lebih tinggi daripada kemampuan politiknya.
Tuntutan tersebut dipacu oleh adanya gejala kemerdekaan dan
penerimaan terhadap bantuan teknik dan keuangan dari luar. Seperti
dikatakan oleh Huntington, meningkatnya komunikasi dapat
menumbuhkan tuntutan terhadap modernitas lebih tinggi daripada yang
dapat diraih yang dapat pula merangsang reaksi perlawanan terhadap
modernitas atau mengaktifkan kekuatan tradisional.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merupakan lembaga
nonstruktural yang seharusnya bertugas memikirkan dan melaksanakan
reformasi terhadap sistem dan praktik administrasi negara dalam
mengelola urusan publik. Oleh karena itu, perubahan sosial yang
fundamental menyebabkan lahirnya tuntutan dan tekanan baru.
Kebutuhan demokratisasi pemerintahan dan adminitrasi menyebabkan
beban aparatur pemerintah bertambah besar, dan adaptabilitas menjadi
penting dan menjadi kebutuhan yang mendesak. Semua perubahan dan
trasformasi ini menyebabkan timbulnya pertentangan antara nilai lama
dan baru, antara nilai tradisional dan modern. Tekanan dan pertentangan
ini tidak hanya terbatas pada tubuh birokrasi, tetapi juga di kalangan
masyarakat.
Reformasi administrasi menjadi tuntutan dan keharusan.
Berdasarkan kasus administrasi negara di Indonesia, Bintoro (1998)
menjelaskan:
1. Reformasi ke arah sistem politik yang demokratis partisipatif dan
egalitarian
2. Reformasi ABRI (TNI) sebagai birokrasi pemerintahan
3. Reformasi sistem pemerintahan yang sentralistik ke arah
desentralisasi
4. Reformasi terhadap upaya penciptaan clean gevorment.
5
2.3 Berbagai Permasalahan Birokrasi Indonesia
Banyak sekali masalah yang ditemukan oleh berbagai pakar tentang
praktikadministrasi pemerintahan di Indonesia. Masalah pertama adalah
tingkat penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh para aparatur
pemerintah. Lembaga riset dunia1 menyatakan bahwa Indonesia masuk
kategori sebagai negara yang terkorup di dunia dari 159 negara yang
disurvei.
Masalah kedua adalah kecenderungan praktik penyelenggaraan
pelayanan publik yang berorientasi kekuasaan dan kekayaan (wealth and
power oriented) ketimbang pelayanan pada masyarakat (public services
oriented). Aparatur birokrasi yang seharusnya memposisikan dirinya
sebagai abdi masyarakat pada kenyataannya menempatkan dirinya sebagai
elite sosial yang meminta pengabdian dari masyarakat. Hal ini jika terus
dipertahankan menyebabkan aspirasi dan kepentingan masyarakat
termarginalkan, pembangunan terabaikan, karena lebih mengutamakan
kepentingan para pejabat.
Masalah ketiga yang dihadapi administrasi pemerintah adalah
rendahnya kapasitas berinovasi para pegawai pemerintah untuk
memecahkan persoalan publik yang semakin kompleks dalam dunia yang
tidak pernah istirahat dari dinamika perubahan yang cepat. Selama ini,
pemerintah dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk cepat tanggap
(responsiveness) terhadap perubahan permasalahan sosial yang harus
dipecahkan, dan juga terhadap pergeseran peluang yang harus cepat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan dan masyarakat.
Masalah keempat adalah kuatnya pengaruh politik dalam
lingkungan administrasi pemerintah. Intervensi ini menyebabkan
penyelenggaraan pemerintahan menjadi tidak profesional. Akibatnya
kinerja pemerintah dan birokrasinya menjadi kurang baik. Timbul konflik
dalam tubuh organisasi pemerintah bahkan bermunculan penyimpangan
dalam praktik administrasi pemerintah. Hal ini dapat kita simak secara
nyata dalam masa kepemerintahan Gus Dur, Megawati, maupun SBY-JK
saat ini, yang alih-alih lebih mengakomodasi kepentingan-kepentingan
partai yang mendukungnya dalam memenangkan pemilu, akibatnya
praktik penyelenggaraan dalam birokrasi menjadi serba “PELANGI”.
Dampaknya, visi, misi, dan tujuan organisasi pemerintah menjadi tidak
sejalan dan sinergistik antar departemen ataupun antar sektor. Karena
kecenderungan yang diaplikasikan bukannya visi, misi, dan tujuan negara,
tetapi kepentingan partai politik. Alhasil, rakyat menjadi korbannya.
Masalah kelima adalah bahwa posisi masyarakat kita, sangat lemah
ketika berhadap-hadapan dengan organisasi pemerintah, tidak ada posisi
tawar (low bargaining position) dan bahkan selalu menjadi pihak yang
paling dirugikan. Melihat beberapa masalah tersebut dapat dikatakan
administrasi kita masih buruk. Buruknya administrasi pemerintah tetap
menjadi pekerjaan rumah terberat bagi bangsa ini, meskipun gerakan
6
reformasi telah berjalan satu dekade. Wajah administrasi pemerintah kita
terlihat masih memiliki banyak sisi buramnya. Administrasi pemerintah
belum menampakkan perubahan yang signifikan bagi upaya penciptaan
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam pergaulan internasional. Padahal, seperti diketahui, posisi
administrasi pemerintah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangat
penting peranannya dan sangat menentukan dalam aspek politik, sosial,
budaya, dan ekonomi.
Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, seyogyanya pemerintah
menetapkan kebijakan baru yang didasarkan pada pemahaman yang
menyeluruh atas berbagai persoalan dalam organisasi pemerintah. Hal ini
akan dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir tentang fenomena
dan akar permasalahan dalam mereformasi administrasi. Dengan
menggunakan kaidah berpikir serba sistem (systems thinking), di mana
akan diperoleh pemahaman secara utuh sehingga dapat disusun model
reformasi administrasi. Model ini diperlukan sebagai dasar penyusunan
skenario kebijakan yang dapat dijalankan secara efektif dan efisien,
sehingga reformasi administrasi dapat memberikan perubahan yang
signifikan bagi kepentingan masyarakat dan kemajuan bangsa dan negara.
7
yang bersifat menyeluruh dalam dimensi waktu yang panjang, tetapi
pelaksanaannya dilakukan secara sebagian-sebagian sesuai dengan
prioritasnya. Pada tataran ini dikembangkan gagasan tentang
pembangunan institusi (institusional building). Pengembangan gagasan
tersebut didasarkan kepada suatu asumsi bahwa gerak pembaharuan dan
pembangunan yang lebih luas perlu dimulai dikembangkan oleh suatu
institusi pembaharu. Dalam hal ini, khusus untuk negara dunia ketiga
adalah birokrasi karena dianggap dari berbagai segi lebih siap
dibandingkan dengan institusi lainnya.
8
2.5 Reformasi Administrasi
Konsep reformasi administrasi memiliki pengertian yang luas
sehinggatidak dapat dijelaskan dalam satu definisi tunggal. Sebagian ahli
mendekatinya dari sisi konseptual-normatif (misalnya Montgomery (1967)
dan Caiden(1969)) dan pakar lainnya melihat dari sudut pandang strategis
dan teknis (misalnya: Dror, Lee, dan UNDP). Konsep reformasi
administrasidikemukakan sejumlah ahli sejak decade 1960-an,
diantaranya: Menurut Montgomery (1967), Reformasi administrasi
diartikan sebagai proses politik yang dirancang untuk menyesuaikan
hubungan antara birokrasi dengan elemen lain di masyarakat, atau di
dalam lingkungan Birokrasi itu sendiri.
Dua hal lagi yang perlu dicatat dari observasi Caiden (1969), bahwa:
1. Reformasi administrasi berkaitan erat dengan lingkungan budaya
tertentu, sehingga tidak ada satu perspektif pun yang dapat
dianggap lebih baik daripada yang lain
2. Pendekatan reformasi administrasi bersifat terikat pada budaya,
sehingga tidak dapat diekspor ke negara lain dengan begitu saja.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keseluruhan gagasan tentang reformasi administrasi dengan
pendekatan berpikir sistem yang disampaikan sebelumnya
merupakan upaya untuk merubah birokrasi menjadi birokrasi
yang kreatif, inovatif, produktif, profesional, amanah dan mau
belajar dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Tetapi
sangat disadari bahwa proses ini bukanlah mudah untuk
dilakukan. Oleh karena itu, sekali lagi, komitmen dan disiplin
yang kuat dari pimpinan secara khusus, dan semua pihak semua
secara umum untuk mereformasi birokrasi sangat dibutuhkan.
Dengan perkataan lain, harus ada kesadaran dan komitmen secara
sosiologis (baca: bersama) bahwa perubahan birokrasi memang
sudah saatnya dan benar-benar diperlukan.
B. Saran
Reformasi merujuk pada upaya yang dikehendaki (intended
change), dalam suatu kerangka kerja yang jelas dan terarah, oleh
karena itu persyaratan keberhasilan reformasi adalah eksistensi
peta jalan (road map), menuju suatu kondisi, status dan tujuan
yang ditetapkan sejak awal beserta indikator keberhasilannya.
Keberhasilan reformasi telah banyak ditunjukkan oleh
negara-negara baik itu negara maju maupun negara berkembang
di masa yang lalu. Konsep reformasi administrasi memiliki
pengertian yang luas sehingga tidak dapat dijelaskan dalam satu
definisi tunggal. Dari ragam pemikiran para ahli bahwa reformasi
administrasi memiliki berbagai karakteristik. Pertama, reformasi
administrasi terkait dengan upaya membangun kemampuan
administrasi; Kedua, lokus yang ditekankan adalah administrasi
pemerintah; Ketiga tujuannya adalah meningkatkan kemampuan
administrasi pemerintah dalam pembangunan nasional dan
kehidupan masyarakat yang lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/DAPU6103-M1.pdf
https://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/viewFile/448/420