Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kesehatan Gigi dan Mulut)

Kelompok 2:
1. Nida Arofatus Sadiyah (P20625021006)
2. Juliana (P20625021008)
3. Tiara Muti Juliawati (P20625021009)
4. Windi Sri Yulianti (P20625021010)
5. Irma Rahmawati (P20625021011)
6. Sindi Siti Nurjanah (P20625021016)
7. Silvi Apriliani (P20625021019)
8. Dera Anggraeni Putri (P20625021027)
9. Aninda Feyza Rachmaputri (P20625021028)
10. Imam Fatir Al Fayumi (P20625021033)

Program Studi D3 Kesehatan Gigi


Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya
2021
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul MANAJEMEN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Drg. Yayah Sopianah,M.Kes yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. TUJUAN.........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
1. MANAJEMEN................................................................................................................3
2. MANAJEMEN KESEHATAN.....................................................................................16
3. MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT..................................................26
4. MANAJEMEN WAKTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI..................................37
5. MANAJEMEN PASIEN..................................................................................................43
BAB III.....................................................................................................................................57
PENUTUP................................................................................................................................57
1. KESIMPULAN.............................................................................................................57
2. SARAN.........................................................................................................................57
Daftar Pustaka..........................................................................................................................58
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum manajemen merupakan suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna
mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan pekerjaan.Hal ini berdasarkan beberapa pendapat

   Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang/lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang tidak
dapat dicapai oleh hanya satu orang saja.

 Manajemen adalah proses dimana pelaksanaan dari suatu tujuan diselenggarakan dan
diawasi.
 Manajemen membuat tujuan tercapai melalui kegiatan-kegiatan orang lain dan fungsi-
fungsinya dapat dipecahkan sekurang-kurangnya 2 tanggung jawab utama (perencanaan
dan pengawasan)
 Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan
orang lain.
  Dalam bidang kesehatan masyarakat – Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau
suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.” Dengan kata lain
manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem
pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran manajemen
adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
 Sedangkan Fungsi manajemen, menurut beberapa ahli mengandung berbagai komponen
sebagai berikut :

 Menurut L. Gullick manajemen mengandung beberapa unsur antara lain Planning,


Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, Budgetting
 Menurut George Terry – Planning, Organizing, Actuating, Controlling
 Menurut Koonzt O’ Donnel – Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling
 Menurut H. Fayol – Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Berbagai komponen fungsi manajemen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

 Planning (perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk pencapaiannya.
 Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan
memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
 Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau fungsi
penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar mereka mampu
bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan
yang telah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
 Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses
untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.

B. TUJUAN

Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu manajemen, fungsi manajemen dan sistem
pelayanan dalam masyarakat. Terselenggaranya gungsi-fungsi manajemen kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna. Yang didukung oleh sistem informasi yang terpadu dan
teintergasi. Ilmu pengetahuan dan tegnologi. Dan hukum kesehatan untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatn masyarakat
yang setinggi-tingginya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. MANAJEMEN

A. PENGERTIAN

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajemen juga berasal dari bahasa Inggris yaitu “to manage” yang artinya mengelola,
mengatur, mengurus, melakukan atau mengendalikan segala sesuatu sehingga berhasil. Di
dalam kehidupan sehari-hari beberapa pemahaman timbul yang berkaitan dengan kata
manajemen ini. Ada yang menyatakan bahwa manajemen sebagai suatu proses, tetapi dilain
pihak manajemen dinyatakan sebagai sesuatu yang tersendiri dan dipandang terpisah dari
kegiatan bisnis dari kegiatan lainnya.

Untuk memperluas pandangan kita tentang pemahaman manajemen sebagai proses


berbagai definisi tentang manajemen dikemukakan berikut ini: Manajemen dapat
didefinisikan sebagai” kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.” (Siagian, P, 1994). Menurut
George R Terry “Manajemen adalah suatu proses tentang perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”

Menurut Klasik & Mary Parker Tollet (dikutip dari Hellriegel & Slocum, 1992, Koontz
& Weirich, 1992, Winardi,1990) menyebut bahwa manajemen adalah suatu seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Selain itu manajemen adalah suatu proses
kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, pengendalian dan penilaian yang
dilakukan secara berurutan dan berkelanjutan dengan menggunakan sumber daya tersedia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan disepakati sebelumnya.

B. RUANG LINGKUP

Dalam manajemen sering juga dipakai istilah administrasi untuk menerangkan ruang
lingkup yang sama. Pengertian “administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.” (Sondang P, Cit Depkes,1999). Administrasi dalam arti
sempit adalah tata usaha.

C. PRINSIP MANAJEMEN

Terdapat dua prinsip penting di dalam manajemen, yaitu:

1. Manajemen untuk mencapai tujuan.


Prinsip ini melandasi pengertian bahwa manajemen adalah suatu kejadian bersama
untuk memperoleh sesuatu, pengertian ini menekankan pada tujuan dimana
manajemen menyaatakan sesuatu yang dikerjakan akan diperoleh hasilnya.

2. Belajar dari pengalaman.


Prinsip ini yang membandingkan tujuan dengan pencapaian untuk menilai
efektifnya. Bila terjadi kesenjangan antara tujuan dan hasilnya/pencapaian maka
pemimpin harus menganalisa bagaimana hasil itu dicapai dan mencari penyebab
kesenjangannya. Kadang-kadang suatu penyebab tidak dapat dihilangkan dalam
waktu singkat dan hal ini disebut hambatan, dalam hal ini belajar dari pengalaman
memegang peranan penting.

Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari
keberhasilan sebuah manajemen.

Menurut Henry Fayol, seorang industrialis asal Perancis, prinsip-prinsip dalam


manajemen sebaiknya bersifat lentur dalam arti bahwa perlu di pertimbangkan sesuai dengan
kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.

Prinsip - prinsip umum manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari :


1. Pembagian kerja (Division of work)

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga


pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus
menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus
rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.

Dengan adanya prinsip orang yang tepat ditempat yang tepat (the right man in the right
place) akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja.
Pembagian kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan
dalam pembagian kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan
kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu, seorang manajer yang
berpengalaman akan menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan
menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya.

2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)

Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab
harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang
sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan
terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai
wewemang terbesar adalah manajer puncak. oleh karena itu, apabila manajer puncak
tidak mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya
merupakan bumerang.

3. Disiplin (Discipline)

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung
jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak
berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang
wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga
mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan wewenang yang ada
padanya.

4. Kesatuan perintah (Unity of command)

Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan


perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu
kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya.
Perintah yang datang dari manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya
wewenang dan tanggung jawab serta pembagian kerja.

5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan


menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja.
Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan
kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan.
Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan
tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity
of directiion) tidak dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, serta kesatuan perintah.

6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi.


Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan
berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi


apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada
berhasil-tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada
kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam
bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi.
7. Penggajian pegawai

Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya
kelancaran dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan
sulit berkonsentrasi terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan
ketidaksempurnaan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian harus
dipikirkan bagaimana agar karyawan dapat bekerja dengan tenang.

Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan


kerja sehingga karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip
more pay for more prestige (upah lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama
untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak
disiplin.

8. Pemusatan (Centralization)

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu


kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang
tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk
menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan
tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan
wewenang (delegation of authority)

9. Hirarki (tingkatan)

Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini
mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari
wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah.
dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus
bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.

10. Ketertiban (Order)

Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya
tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. Ketertiban dalam
suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan
mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat
dibutuhkan dalam mencapai tujuan.

11. Keadilan dan kejujuran

Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat
dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan
memiliki wewenang yang paling besar. Manajer yang adil dan jujur akan menggunakan
wewenangnya dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada
bawahannya.

12. Stabilitas kondisi karyawan

Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala
pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin
kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan.

Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan
pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau
akan menimbulkan goncangan dalam bekerja.

13. Prakarsa (Inisiative)

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa
menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian
pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan,
pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang
dari karyawan harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain,
karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa
karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Seorang manajer
yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan
karyawannya.

14. Semangat kesatuan dan semangat korps


Setiap karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan
sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. semangat kesatuan akan lahir
apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi
karyawan lain dan karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan
manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de
corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana

D. UNSUR-UNSUR POKOK MANAJEMEN

Di dalam dunia usaha ada enam unsur yang mendukung manajemen, dikenal dengan
nama “The Six M’s” yang meliputi:

1. Manusia atau tenaga kerja (Manpower)


Tenaga Kerja mengacu pada sumber daya manusia yang berkomitmen untuk
mengimplementasikan strategi pemasaran yang ada atau yang baru. Ini kemudian dapat
dibagi lagi menjadi aset SDM tertentu, yang dapat secara langsung dikaitkan dengan
strategi tertentu, tetapi yang juga dapat mencakup aset tidak langsung.

Misalnya, aset ‘tenaga kerja’ tertentu dapat menjadi agen periklanan yang digunakan
untuk mengirimkan kampanye komunikasi. Aset langsung juga bisa berupa waktu yang
dihabiskan oleh tenaga penjualan untuk menindaklanjuti arahan dari kampanye yang
sama. Aset tenaga kerja tidak langsung dapat berupa waktu yang dihabiskan oleh tim
pemasaran untuk kampanye tertentu, yang dalam praktiknya mungkin sulit untuk diukur.

2. Uang atau biaya (Money)


Manajemen melihat anggaran pemasaran dan keuangan untuk membuat perencanaan
lebih baik dan mencapai tujuan yang talah ditetapkan bersama.

3. Bahan-bahan atau material (Materials)


Poin ini adalah untuk mempertimbangkan sejauh mana rantai pasok dalam bagan baku
untuk menambah nilai strategi yang juga dapat mengevaluasi bahan-bahan produksi
spesifik yang digunakan dalam memproduksi produk yang membentuk dasar dari strategi
manajemen itu sendiri.

4. Peralatan (Machine)
Mesin adalah aset fisik yang didedikasikan untuk membantu memudahkan manajemen
untuk membuat produk. Ini juga berlaku pada sistem CRM hingga peralatan tertentu
seperti server, perangkat lunak, dan lain – lain dalam tempat tersebut.

5. Tata kerja/cara menyelenggarakan kerja (Metode)


6. Pasar (Market)

E. FUNGSI MANAJEMEN

Fungsi manajemen menurut Lufher Gullick yang dikenal dengan “POSDCORB”, yang
merupakan istilah dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu:

1. Planning ( Perencanaan)

Perencanaan adalah suatu proses menentukan kegiatan yang akan dilakukan secara
sistematis sesuai dengan keinginan. Sedangkan produk suatu perencanaan adalah:

 Analisa keadaan dan masalah yang dihadapi


 Tujuan untuk mengatasi masalah
 Kebijakan dan strategi yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang akan
dilakukan.
 Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
 Rencana pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Menurut George R Terry, perencanaan adalah pengumpulkan dan pengolahan
fakta-fakta serta menggunakan perkiraan-perkiraan untuk bentuk masa depan dan
perumusan usulan kegiatan yang diyakini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Para manajer harus memutuskan apa yang ingin dikerjakan, menetapkan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka melakukan hal itu
manajer harus mengestimasikan sejauh mana kemungkinan dapat dicapai, baik dilihat
dari aspek ekonomi, social, politik dan lingkungan serta dihubungkan dengan
sumber-sumber yang ada untuk menwujudkan rencana tersebut.

Dengan adanya perencanaan tersebut, dimungkinkan hal-hal sebagai berikut:


a. Organisasi akan mencadangkan sejumlah sumber daya tertentu yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
b. Anggota-anggota organisasi akan menjalankan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan cara yang telah ditentukan.
c. Kemajuan dalam pencapaian tujuan akan dipantau dan diukur sehingga
tindakan-tindakan koreksi dapat diputuskan bila pencapaian tujuan tersebut
tidak memuaskan.
Rencana dapat dibedakan menjadi:

1. Rencana kebijakan (Policy Plan), dibuat oleh manajer puncak / top manajer.
2. Rencana program (Program Plan/Strategi Plan)
3. Rencana Operasional (Plan Of Achon), dibuat oleh manajer tingkat paling
bawah (middle manajer).

2. Organizing (pengorganisasian)

Organisasi adalah suatu wadah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama.
Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi tersebut.
Setelah tujuan dan program untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, tugas
selanjutnya dari seorang manajer adalah menyusun dan mengembangkan organisasinya,
untuk melaksanakan program tersebut. Bentuk organisasi akan tergantung dari jenis,
tujuan dan programnya, seorang manajer harus mampu menetapkan bentuk organisasi ini
dan kemudian mengembangkan sehingga berfungsi.
Setiap tujuan yang hendak dicapai memerlukan keahlian sesuai dengan bidangnya. Di
dalam pengorganisasian manajer memutuskan posisi-posisi yang perlu diisi serta tugas-
tugas dan tanggungjawab yang melekat setiap posisi tersebut. Tiap-tiap pekerjaan yang
dilakukan oleh anggota-anggota memerlukan saling berhubungan, yang pada akhirnya
perlu disiapkan pula alat-alat untu mengkoordinasikannya. Di dalam kenyataannya
koordinasi merupakan hal yang lebih penting daripada yang lainnya.

3. Staffing (pengadaan staf)

Staf adalah unsur yang membantu pimpinan menggerakkan organisasi dimana mereka
menghimpun didalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan tujuan pengadaan
Staf adalah mengisi struktur organisasi dengan orang perorang yang akan diserahkan
tugas menyelenggarakan kegiatan yang telah digariskan.
Peran dan fungsi staf adalah :

1. Menyusun bahan-bahan pengambilan keputusan


2. Sebagai penasehat (konsultan)
3. Penyedia sumber daya
4. Pelaksana teknis kegiatan
5. Pengurus administrasi.
Manfaat pengadaan staf adalah :
1. Dapat dicapainya tujuan dengan memuaskan
2. Dapat meningkatkan efektifivitas dan efisiensi kerja
3. Dapat menambah gairah kerja
4. Dapat diciptakan suasana kerja yang mengguntungkan.
Di dalam pengadaan staf, manajer berusaha mendapatkan orang yang tepat untuk
setiap pekerjaan. Pada setiap unit biasanya orang-orang dicari setelah posisi-posisi tersebut
ditentukan. Namun demikian baik pengorganisasian maupun pengadaan staf kebanyakkan
merupakan suatu pekerja yang berkaitan. Pengadaan staf dalam kenyataannya tidak dapat
dilakukan sekaligus atau secara keseluruhan, karena mengadakan staf dilaksanakan
sehubungan dengan adanya anggota staf yang berhenti, mendapat kecelakaan atau
meninggal dunia.

4. Directing (pengarahan)

Pengarahan adalah salah satu tugas pimpinan di dalam fungsi melaksanakan suatu
program atau kegiatan, yaitu memberikan petunjuk kepada orang lain atau bawahan dalam
melaksanakan suatu kegiatan guna mencaapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
pengarahan adalah agar pelaksanaan kegiatan memahami aktifitas yang dilakukannya
dengan baik atau dapat juga dengan adanya pengarahan diharapkan berbagai keputusan
yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena tidak seorangpun
dapat meramal masalah yang akan timbul dalam pekerjaan sehari-hari. Maka manajer
harus mempersiapkan pengarahan dari hari ke hari kepada para bawahannya. Di dalam
memberikan pengarahan atau bimbingan, manajer menerangkan kepada anggota-anggota
organisasinya apa yang harus mereka kerjakan serta menolong mereka di dalam hal-hal
yang belum diketahui. Manajer menentukan sejauh mana pekerjaan telah dilaksanakan dan
sejauh mana kemajuan telah dicapai. Manajer harus tahu apa yang telah terjadi agar dapat
melangkah lebih lanjut, atau perlu diadakan perubahan/perbaikan di dalam organisasi
apabila terdapat penyimpangan dari pola yang telah ditentukan.
Manfaat dari pengarahan tidak hanya bagi para pelaksana, tetapi juga bagi pimpinan
yang memberi pengarahan. Pengarahan berbeda dengan diskusi, pengarahan lebih
didominasi arus atas ke bawah. Sedangkan diskusi adalah arus dua arah yang lebih
didominasi dari hasil kesepakatan. Sedangkan didalam pengarahan hasilnya adalah
pemahaman.

5. Controlling (pengawasan)
Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar upaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P,1994).

Pengawasan adalah kegiatan yang memberi penilaian sejauh mana kesesuaian


pelaksanaan suatu program mengikuti peraturan yang berlaku. Tujuan dari kegiatan
pengawasan adalah untuk mengupayakan agar setiap kegiatan yang dilakukan harus
mematuhi peraturan yang melandasinya. Peraturan-peraturan tersebut dapat berbentuk:

 Kebijakan
 Rencana kegiatan
 Standar
 Pedoman
 Produk hukum (peraturan dan perundang-undangan)
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa pengawasan merupakan fungsi
pimpinan. Akan tetapi semakin besar suatu unit organisasi maka pelaksanaan pengawasan
dapat dilakukan oleh tenaga yang ditunjuk secara khusus untuk itu secara fungsional.

6. Reporting (pelaporan)

Merupakan alat dari pengawasan yang perlu dijadikan suatu fungsi tersendiri yang
didalamnya telah menyangkut pekerjaan pengawasan. Laporan dibuat agar atasan dan
bawahan, mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang belum diperbaiki ataupun
ditambah.

7. Budgeting (pembiayaan)
Budgeting adalah merupakan alat pengawasan yang digunakan dalam dunia bisnis
maupun pemerintahan, atau merupakan suatu system penggunaan bentuk-bentuk sasaran
yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan
manajerial, dengan melakukan perbandingan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang
direncanakan.

F. JENIS-JENIS MANAJEMEN

Tanpa adanya manajemen yang baik maka akan sangat sulit untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam penerapannya manajemen dibagi menjadi banyak hal, berikut ini adalah macam-
macam manajemen :
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian manajemen sumber daya manusia adalah sebuah cabang ilmu manajemen
yang mempelajari tentang hubungan antar manusia dalam satu organisasi/tempat kerja
(manusia sebagai obyek utama) supaya setiap anggotanya dapat bekerja sama secara
efisien dan efektif sehingga bisa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Pengertian Manajemen K3 adalah manajemen yang diterapkan atau diaplikasikan di
lingkungan kerja yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab, mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan, prosedural, serta segala sumber daya yang dibutuhkan
untuk pengembangan hingga evaluasi guna terciptanya lingkungan kerja yang aman, ideal,
produktif dan efisien.

3. Manajemen Organisasi
Pengertian manajemen organisasi adalah proses pengorganisasian, mulai dari
perencanaan, mengendalikan, dan memimpin segala sumber daya yang ada dalam suatu
organisasi demi mencapai segala tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (sesuai dengan
entitatas organisasi tersebut).
4. Manajemen Pemasaran
Manajer pemasaran memiliki peran vital pada kelancara dan kelangsungan bisnis pada
suatu perusahaan, karena perusahaan harus memaksimalkan potensi penjual dan
pembelian produk yang dihasilkan.
Ada banyak hal yang seorang manajer pemasaran harus kuasai, seperti manajemen
branding, sistem informasi pemasaran, pemasaran global, pemasaran digital, dan yang
lainnya.

Beberapa kemampuan yang harus dikuasi oleh manajemen pemarasan, diantaranya


komunikasi pemasaran, pengetahuan kebijakan harga, peramalan penjualan, statistika
bisnis, manajemen pembelian dan penjualan, trend pasar dan lain sebagainya.

5. Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan cabang dari ilmu manajemen yang memiliki fungsi
untuk mengkoordinasi semua kegiatan untuk mencapai tujuan.
Biasanya manajemen produksi berkaitan dengan pengambil keputusan yang berkaitan
dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
Salah satu keberhasilan perusahaan untuk memenangkan persaingan bisnis adalah
kemampuan membuat standar dan sistem produksi yang efektif dan efisien. Dalam
merancang sistem produksi yang efektif dan efisien mereka harus memperhatikan pilihan
bahan baku, tempat produksi hingga hasil akhir produk yang dihasilkan.
Manajemen produksi yang buruk juga dapat berakibat pada rendahnya mutu produk
yang di hasilkan sehingga produk tersebut sulit bersaing di pasaran.Tim manajemen
produksi harus memiliki kompetensi tentang penentuan lokasi pabrik, merancang tata letak
peralatan produksi, perencanaan produksi, proses produksi, teknik pemeliharaan serta
memahami tentang perencanaan kebutuhan material, dll.
6. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pemeriksaan,
penganggaran, pengelolaan, pencarian, pengendalian dan juga penyimpanan dana yang
dimiliki perusahaan atau organisasi.Tim manajemen keuangan harus memiliki kemampuan
seperti manajemen resiko, manajemen keuangan internasional, pasar modal dan
investasi.Hal ini dikarenakan besarnya tanggung jawab yang di tanggung oleh pihak
manajemen keuangan atas kelangsungan perusahaan atau organisasi.
Kegiatan yang dilakukan oleh tim manajemen keuangan biasanya berkaitan dengan
penggunaan dana, pereolehan dana serta pengelolaan aktivas.
2. MANAJEMEN KESEHATAN

Dalam kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang


baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik. Proses pengaturan
kegiatanilmiah atau ilmu seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien
dan efektifserta rasional untuk mencapai tujuan ini disebut manajemen , sedangkan untuk
mengaturkegiatankegiatan aau pelayanan kesehatan masyarakat disebut “ Manajemen
Pelayanan Kesehatan Masyarakat “.

Sebagaian orang masih rancu dengan pengertian manajemen, kebanyakan masih


menyatakan bahwa proses pengaturan kegiatan untuk mencapai tujuan ini disebut
“Administrasi”. Manajemen ialah seni tentang bagaiman menggunakan sumber daya secara
efisien dan efektif serta rasional untuk mencapai tujuan. Administrasi sendiri ialah ilmu dan
seni yang mempelajarikerjasama kelompok orang dalam suatu organisasi untuk mencapai
tujuan . Bedanya denganmanajemen adalah Manjemen sebai proses sosial dan organisasi
sebagai system sosial ( Marry Parket Follet).

1. Tujuan umum
Secara umum, pada bab ini bertujuan untuk menjelaskan tentang konsep dan manajemen
kesehatan.

2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pada bab ini adalah:

a) Mampu menjelaskan tentang definisi dan batasan manajemen


b) Mampu menjelaskan tentang pendekatan praktis mempelajari manajemen
kesehatan
c) Mampu menjelaskan tentang sejarah perkembangan manajemen
d) Mampu menjelaskan tentang ruang lingkup manajemenMampu menjelaskan
tentang fungsi manajemen
e) Mampu menjelasakan tentang tingkatan manajemen
f) Mampu menjelaskan tentang beberapa tinjauan manajemen
g) Mampu menjelaskan tentang macam-macam manajemen
A. Pengertian Manajemen Kesehatan

Manajemen berasal dari bahasa romawi kuno dengan dasar manage atau Managiare
yangberarti belajar melangkahkan kaki. Dalam bahasa inggris yaitu management dengan
asal kata to manage yang berartimengatur. Di dalam manejemen, proses pengaturan
berbagaisumber daya organisasi untukmencapai tujuan melalui pelaksanaan fungsi-
fungsi tertentu.

Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai suatu
tujuanatau menyelesaikan pekerjaan.” Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang
kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut : “Manajemen kesehatan adalah
suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.”
Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran
manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

Manjemen kesehatan adalah suatu proses untuk menggerakkan sumber daya manusia
dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi semua
kegiatan pelayanan kesehatan dalam organiasi dalam upaya untuk:

1) Mengetahui adanya persoalan pelayanan kesehatan


2) Mendefiniskan persoalan pelayanan kesehatan
3) Mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan pelayanan kesehatan
4) Data dan informasi yang timbul dalam pelayanan kesehatan
5) Menyusun alternatif penyelesaian persoalan pelayanan kesehatan
6) Mengambil keputusan pelayanan kesehatan dengan memilih salah satu
alternatifpenyelesaian dan malaksanankan keputusan serta tidak lanjut untuk
mencapai tujuan yangharus di capai.

A. Pendekatan Praktis Mempelajari Manajemen Kesehatan

Dalam mempelajari manajemen kesehatan, kita dapat menggunakan lima pendekatan


gunamengkaji fungsi dan unsure manajemen, antara lain :
1. Management by objective oleh Peter Drucker. (Manajemen dilaksanakan
untukmencapai tujuan organisasi)
Penerapan manajemen by objective pada organisasi puskesmas. Salah satu tugas
pokokkepala puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf yang diperbantukan
kepadanya.Kepala puskesmas harus mengerti visi dan misi Puskesmas yang
dipimpinnya danmampu mengajak staf Puskesmas menerjemahkan visi dan misi
organisasi dalamrencana strategis puskesmas dan rencana operasional masing- masing
program.Seorang pimpinan puskesmas harus menjabarkan secara operasional visi dan
misi puskesmas ke dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf puskesmas untuk
mencapai tujuan pelayanan puskesmas. Di sinilah pentingnya ketrampilan seorang
pimpinan merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan program sesuai
denganmasalah kesehatan masyarakat yang potensial berkembang di wilayah
kerjanya. Tafpuskesmas harus paham dan terampil merumuskan masalah program
yang dihadapioleh unit kerjanya dan masalah kesehatan masyarakat yang berkembang
sesuai denganbidang dan wilayah binaannya.

2. Management is how to work with others (manajemen adalah kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama). Dengan pendekatan ini, fungsi manajemen akan dapat
dipelajari dari proses kerja samayang berkembang antara pimpinan dengan stafnya
dalam mencapai tujuan organisasi. Sumber daya lain yang penting adalah dana dan
material. Manajemen harus mampumengelola sumberdaya tersebut untuk mencapai
tujuan organisasi. Aplikasi pendekatanini dibidang kesehatan misalnya: Seorang
bidan puskesmas akan mampu memberikan pertolongan persalinan untuk ibu-ibu
hamil di wilayah kerjanya jika ibu hamil memilih fasilitas kesehatannya dan
diamemiliki staf pembantu bidan yang akan menjaga ibu- ibu selama perawatan
masanifas. Bidan dan staf pembantu bidan adalah SDM penting dalam melaksankan
programKIA. Pengembangan tugas Bidan Puskesmas mempunyai arti penting dalam
manajemenpuskesmas.
3. Manajemen ditinjau dari aspek perilaku manusia
Manusia sebagai sumber daya utama manajemen selalu akan responsive pada
saatberinteraksi dengan orang lain. Manajemen dapat dipelajari melalui perilaku
organisasitersebut. Perilaku organisasi ditentukan oleh upaya kepemimpinan yang
mampu membangkitkan motivasi staf. Perilaku organisasi kesehatan memiliki cirri
khas sendiriyang berbeda dengan organisasi lain. Misalnya didalam puskesmas,
seorang SKM yang menjadi kepala Puskesmas harus mampu memotivasi kinerja
dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain yang memiliki latar belakang pendidikan
yang berbeda- beda.

4. Manajemen sebagai suatu proses


Manajemen sebagai proses dapat dipelajari melaluifungsi-fungsi manajemen. Fungsi
manajemen meliputi perencanaan pengorganisasian pelaksanaan, pengawasan
danpenilaian. Dalam manajemen kesehatan, seorang kepala puskesmas harus mampu
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam melaksanakan program-program
kesehatan masyarakat di puskesmas.

Manajemen sebagai ilmu terapan. Kepala puskesmas harus memilki wawasan yang
cukup luas dan terus mengembangkan diridengan mempelajari berbagai ilmu yang
terkait dengan tugas- tugasnya. Seorang SKM yangmenjadi pimpinan organisasi
kesehatan harus mampu menghitung persediaan dana, memahami kebijakan anggaran
pemerintah dan menghitung pengeluaran biaya kesehatan untuk memelihara
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

C. Ruang Lingkup Manajemen Kesehatan

1. manajemen personalia (mengurusi SDM)


2. manajemen keuangan
3. .manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
4. manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen
(mengurusipelayanan kesehatan).

D. Fungsi Manajemen Kesehatan

Fungsi manajemen menurut 4 pakar manajemen ilmiah adalah :

1. (Planning perencanaan) adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan


tujuanorganisasi sampai dengan menetapkan alternative kegiatan untuk
pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen
untukmenghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi
danmemanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating) atau
fungsipenggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada staff agar
mereka mampubekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai
dengan ketrampilan yangtelah dimiliki, dan dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah
prosesuntuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
rencana kerjayang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi
penyimpangan.

E. Unsur-unsur manajemen

1. Manusia (Man)
Pembangun organisasi kehesehatan seperti rumah sakit, Sumber daya
manusiamerupakan salah satu faktor yang sangat menentukan terlaksanananya
manajemen.
2. Uang (money)
Uamga atau anggran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus dimiliki
organisasiuntuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai dari perizinan, pembangunan
rumahsakit, peralatan, pembayaran tenaga kerja dan lain sebagainya.
3. .Bahan baku (material)
Meterial adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan untuk
melakukankegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
4. Mesin (machine)
Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan sepertiperalatan
untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan, peralatan radiologi dansebagainya.
5. Metode (Method)
Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatu yang telahdirancang
dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan tepat sesuaidengan
perencanaan semula. Metode yang digunakan dalammelaksanakanpelayanan
kesehatan dengan berperdoman pada SOP.(Standar Operational Procedure).
F. Tantangan dan masalah kebijakan manajemen kesehatan

Globalisasi merupakan tantangan, masalah, dan sekaligus potensi untuk pembangunan


nasional berwawasan kesehatan di masa mendatang. Pengaruh globalisasi, liberalisasi
perdagangan, danpelayanan melalui berbagai kesepakatan internasional akan
memengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan upaya kesehatan dan memerlukan
kesiapan pemerintah beserta masyarakat. Pemerintah seharusnya melakukan upaya
terpadu dalam pembangunan kesehatan supaya masyarakat mendapatkan haknya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.

G. Prinsip-prinsip manajemen kesehatan

Dalam SKN (2004) dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan
data dan informasi,pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perencanaan diperlukan karena
pembangunan lebih besar dari pada sumberdaya yang tersedia. Melalui perencanaan
ingin dirumuskan kegiantan pembangunan yang secara efesien dan efektif dapat memberi
hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yangtersedia dan mengembangkan
potensi yang ada.Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan jelas tujuannya
(objective), sasaran yang akandicapai (target), cara megukur keberhasilannya
(performance evaluation), jangka waktu pelaksanaannya, tempat pelaksanaan, cara
melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itudapat dilaksanakan, biaya serta
tenaga yang diperlukan dan badan yang akan melaksanakan nya.

H. Kebutuhan pada manajemen kesehatan yang bermutu

Perbaikan mutu pelayanan diutamakan pada peningkatan profesionalisme tenaga


kesehatan disamping kinerja dan keadaan fisik institusi. Berbagai teknologi yang
digunakan perlu dipilih sehingga memberi manfaat yang optimal sesuai dengan pola
pemerintahan masyarakat akan pelayanan kesehatan, situasi setempat, dan daya dukung
daerah. Berkaitan hal itu, pengobatan tradisional dan penggunaan obat tradisonal harus
dikembangkan. Dalam upaya pemerataan pelayanan, penekanan diberikan pada
pemenuhan tenaga kesehatan yang paling dibutuhkan masyarakat di samping penyediaan
berbagai sasaran kesehatan lain yang diperlukan. Secara khusus, pemenuhan tenaga dan
sarana kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan potensi desa tertinggal.

Selain itu, peningkatan mutu pelayanan yang didukung kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang kedokteran juga diarahkan secara bertahap untuk menjadikan
pelayanan medis di indonesi asebagai salah satu pusat rujukan global, baik dalam hal
pengobatan modern maupun pengobatan tradisonal. Upaya peningkatan daya saing
diarahkan pada mutu tenaga medis dan paramedis, mutu pelayanan rumah sakit khusus,
khasiat teknik pengobatan tradisional, mutu manajemen kesehatan masyarakat, dan
produk obat-obatan.

I. Penerapan Manajemen Dibidang Kesehatan

Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak
hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Tujuan sehat yang
ingin dicapai oleh sistem kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Sesuai dengantujuan sistem kesehatan tersebut, administrasi
(manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga (business
adminstration) yang lebih banyak berorientasi pada upayauntuk mencari keuntungan
finansial (profit oriented). Administrasi kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam
administrasi umum/publik (public administration) oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di Indonesia


sepertiKantor Depkes, Dinas Kesehatan di daerah, Rumah Sakit dan Puskesmas dan
jajarannya. Untuk memahami penerapan manajemen kesehatan di RS, Dinas Kesehatan
dan Puskesmas perlu dilakukankajian proses penyusunan rencana tahunan Depkes dan
Dinas Kesehatan di daerah. Khusus untuktingkat Puskesmas, penerapan manajemen
dapat dipelajari melalui perencanaan yang disusun setiaplima tahun (micro planning),
pembagian dan uraian tugas staf Puskesmas sesuai dengan masing-masing tugas
pokoknya.
J. Jenis-jenis manajemen kesehatan

Manajemen adalah upaya pengelolaan suatu sistem atau entitas dan sumber dayanya dalam
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Inti dari upaya ini adalah pengambilan keputusan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen pada hakikatnya adalah rangkaian dari
proses pengambilan keputusan-keputusan.

Dalam bidang kesehatan dikenal adanya paling sedikit dua jenis manajemen, yaitu:

1. Manajemen Pasien/Klien, yaitu rangkaian proses pengambilan keputusan-keputusan


dalammenghadapi masalah kesehatan (penyakit dan lain-lain) yang diderita oleh
seseorang, sekelompok orang, atau masyarakat. Tujuannya adalah agar pasien/klien
tersebut dapat terhindar atau terbebas dari masalah kesehatan, dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada.Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah
setiap petugas kesehatan yang melayani pasien/klien (disebut petugas fungsional-
dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain), baik yang bertugas di Puskesmas dan
jaringannya maupun yang bertugas di Rumah Sakitdan sarana-sarana kesehatan lain.
2. Manajemen Unit/Organisasi Kesehatan, yaitu rangkaian proses pengambilan
keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah yang menghambat atau potensial
menghambat kinerjaunit/organisasi kesehatan. Misalnya masalah tingginya absensi
karyawan, masalah kurangnya dana/anggaran, masalah tidak terawatnya peralatan,
masalah tingginya kebocoran pendapatan, dan lain-lain. Tujuannya adalah agar
unit/organisasi terhindar atau terbebas dari masalah, dengan memanfaatkan
sumberdaya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil keputusannya adalah para
pimpinan unit/organisasi kesehatan-Menteri Kesehatan dan pejabat terasnya, Kepala
Dinas Kesehatan dan staf intinya, Direksi Rumah Sakit, KepalaPuskesmas, dan lain-
lain.

K. Penerapan manajemen kesehatan di Indonesia

Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis
organisasiuntuk membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi. Atas dasar
pemikiran tersebut, manajemen dapat diterapkan di bidang kesehatan untuk membantu
manajerorganisasi kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum
sistem kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai
suatu keadaan sehat bagi individu atau kelompok masyarakat.
Administrasi kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga yang lebih
banyak berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial. Administrasi kesehatan
lebihtepat digolongkanke dalam administrasi umum oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum.

Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap-tiap organisasi kesehatan di


Indonesia seperti kantor Depkes, Dinas kesehatan di daerah, rumah sakit, dan puskesmas dan
jajarannnya.Untuk memahami penerapan manajemen kesehatan di rumah sakit, dinas
kesehatan dan dipuskesmas memerlukan kajian proses penyusunan rencana tahunan
Departemen kesehatan.Khusus untuk tingkat puskesmas penerapan manajemen dapat
melalui perencanaan yangdisusun setiap lima tahun.

Ruang lingkup manajemen kesehatan meliputi manajemen kegiatan dan sumber daya
yangdikelolanya diantaranya manajemen personalia, manajemen keuangan, manajemen
logistik manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen. Untuk masing-
masingbidang tersebut dikembangkan manajemen spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan
tugas pokoknya. Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan
rumah sakit merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki
masing-masing unit pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif,
efesien danrasional.

L. Sejarah Perkembangan Manajemen


IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial. Pada tahun 1886 Frederick
W. Taylor melakukan suatu percobaan time and motion study dengan teorinya ban berjalan.
Berdasarkan hal inilah lahir konsep teori efisiensi dan efektivitas. Kemudian Taylor menulis
buku berjudul The Principle of Scientific Management (1911) yang merupakan awal dari
lahirnya manajemen sebagai ilmu. Selain itu ilmu manajemen sebagai ilmu pengetahuan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Dalimunthe RF,2005):

1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.
2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut
3. Adanya kegiatan proses/usaha.
4. Adanya tujuan.
Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin ilmu sosial yang
mempelajari dan melihat manajemen sebagai fenomena dari masyarakat modern. Fenomena
masyarakat modern itu merupakan gejala sosial yang membawa perubahan terhadap
organisasi. Ada beberapa adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan suatu
organisasi, yaitu (Dalimunthe RF,2005):

1. Tekanan pemilik perusahaan.


2. Kemajuan teknologi.
3. Saingan baru.
4. Tuntutan masyarakat.
5. Kebijaksanaan pemerintah.
6. Pengaruh dunia Internasional.
Terdapat tiga aliran pemikiran manajemen yaitu (Dalimunthe RF,2005):

1. Aliran klasik.
2. Aliran hubungan manusiaw.
3. Aliran manajemen modern

M. Tingkatan Manajemen

Menurut tingkatannya manajemen dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu (Amirullah


dan Haris Budiyono,2004):

1. Manajemen Puncak (Top Management)


2. Manajemen Tengah (Middle Management)
3. Manajemen Bawah (Low Management)
Beberapa Contoh:

1. Pada suatu departemen, maka tingkatan manajemennya adalah:


a) Manajemen Puncak adalah menteri.
b) Manajemen Tengah adalah para Direktur Jenderal.
c) Manajemen Bawah adalah para kepala bagian/bidang, subbagian/sub bidang.

2. Pada suatu Kantor Balai Besar/Eselon II, maka tingkatan manajemennya adalah:
a) Manajemen Puncak adalah Kepala Balai Besar.
b) Manajemen Tengah adalah para Kepala Bagian/Kepala Bidang.
c) Manajemen Bawah adalah para Kepala Sub Bagian/Bidang.
3. Pada suatu UPT/Eselon III, maka tingkatan manajemennya adalah:
a) Manajemen Puncak adalah Kepala UPT, Direktur.
b) Manajemen Tengah adalah para Kepala Sub Bagian
c) Manajemen Bawah adalah para Kepala Urusan.

3. MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


Pada dasarnya manajemen merupakan sebagian ilmulainnya, yang secara umum
mempelajari mengelola atan mengatur suatu hal yang berkaitan dengan administrasi
dan lain-lain. Ilmu manajemen ini dapat juga dipakai kehidupan sehari-hari atau dalam
suatu organisasi baik organisasi besarma upun kecil yang dalam pelaksanaannya
menyangkut hal-hal pengertian dan konsep dasar manajemen.

Kesehatan adalah kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan


bukan sekadar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan
telah bergeser seiring dengan waktu. Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis
digital telah memungkinkan setiap orang untuk mempelajari dan menilai diri
merekasendiri, dan berparti sipasiaktif dalam gerakan promosi kesehatan.
Berbagai faktorsosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, seperti perilaku
individu, kondisisosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan, dan lingkunganfisik.

Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibanding yang lainnya. Strukturnya
berlapis-lapis mulaidari email yang keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang
berisi pembuluh darah, pembuluhsaraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi.

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuk nyamakanan dan


air. Mulut biasan yaterletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
system pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut terdiri dar igigi dan lidah.

Kesehatan gigi atau sering disebut dengan kesehatan rongga mulut adalah
keadaan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur jaringan pendukungnya bebas
dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi secara optimal, yang akan menjadi kanpercaya
diri serta hubungan interpersonal dalam tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2009).
Kesehatan gigimerupakan salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang merupakan
hasil dariin teraksi antara kondisifisik, mental, dan sosial. Aspek fisik yaitu keadaan
kebersihan gigi dan mulut, bentukgigi, dan air liur yang dapat tmempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang berada di dalam rongga
mulut dalam keadaan bersih bebas dari plak dan kotoran lain yang berada di atas atas
permukaan debris, karang gigi, dan sisa makanan (Setyaningsih, 2007).

Manajemen kesehatan gigi merupakan suatu kenyataan bagi tenaga kesehatan


gigi untukdapat memahami ilmu manajemen dengan baik dan trampil sebagaia cuana
taulan dasan dalam memberikan pelayanana suhan kesehatan gigi dan mulut, juga dapa
tmengelola dan mengatur waktu sebaikmungkin.

B. RUANG LINGKUP MANAJEMEN KESEHATAN GIGI


Pada bahasa Inggris ruang lingkup memiliki arti scope yang juga bias
diterjemahkan menjadi cakupan. Ruang lingkup adalah penjelasan tentang batasan
sebuah subjek yang terdapat di sebuah masalah. Bila diartikan secara luas ruang
lingkup adalah batasan.

Batasan yang dimaksud dalam ruang lingkup bisa berupa faktor yang diteliti seperti
materi, tempat, waktu dsb. Sementara makna dalam arti sempit ruang lingkup berarti
adalah suatu hal atau materi. Dan menurut wikitionary adalah besarnya subjek yang
tercakup.

Sedangkan pada arti yang khusus, ruang lingkup merupakan sebuah metode untuk
pembatasan ilmu yang dikaji. Contohnya adalah ilmu filsafat mempunyai cakupan
filsafat dasar, filsafat ontologi, filsafat epistemologi, filsafat aksiologi, hermeneutika,
logika, etika dan estetika.Pada tiap kategori bisa dijelaskan setiap ruang lingkupnya.
Contohnya adalah filsafat aksiologi mempunyai batasan cakupan etika deskriptif, etika
normatif dan estetika deskriptif dan estetika normatif.

Ruang lingkup kerap kali dimanfaatkan untuk mengkaji suatu hal. Ini menjadikan
setiap pengkajian/pembahasan bisa lebih terfokus dalam pembahasan dan bisa lebih
terarah serta tidak terpecah ke pembahasan lainnya.Berikut adalah sejumlah manfaat
yang bisa ditemukan saat telah menentukan batasan.

1. Pembahasan lebih terfokus, ini bisa bermanfaat agar pembahasan tidak terpecah
kepada hal tidak berhubungan dengan subjek yang dibahas.
2. Peneliti bisa membuat rencana yang tepat, karena cakupannya jelas maka waktu
dan biaya bisa diukur dengan lebih baik.
3. Meringankan pembahasan, ini lebih efisien dan efektif sehingga definisi dan
pengertian dari suatu bahasan bisa lebih tepat.
4. Masalah lebih cepat diselesaikan, ini karena dengan ruang lingkup setiap persoalan
yang ada dalam pembahasan bisa lekas ditemukan solusinya. Ini juga berkaitan
dengan poin nomor satu karena dengan batasan masalah bisa lebih sedikit dan
metodenya bisa mudah ditemukan.

Ruang lingkup manajemen kesehatan gigi akan menjabarkan sejauh mana


penelitian kesehatan gigi akan digali dan menentukan parameter-parameteryang akan
dioperasikan.Pada dasarnya, maksud dari ruang lingkup atau scope kesehatan gigi ini
adalah mendefinisikan cakupan studi dan apa yang akan menjadi fokus perawatan
kesehatan gigi.
Namun penentuan cakupan juga bisa menjadi masalah dilematis, karena apabila
cakupannya terlalu sempit juga mengakibatkan temuan yang ada mungkin tidak bisa
digeneralisasikan.Seringkali, informasi yang dibutuhkan dalam ruang lingkup
mencakup hal berikut, diantaranya adalah:
1. Tujuan umum penelitian
2. Populasi atau sampel yang diteliti
3. Waktu atau durasi penelitian
4. Topik atau teori yang akan diteliti dan diskusikan
5. Lokasi geografis yang tercakup dalam penelitian
Manajemen di sini meliputi pengertian dan konsep dasarmanajemen yang
mempunyai keterkaitan dengan pelayana nasuhan kesehatan gigi dan mulut, agar dapat
memberikan pelayanan yang optimal, maka dibutuhkan berbagai sumberdaya yang
harus diatur dengan proses manajemen secara baik.

Manajemen kesehatan gigi merupakan suatu kenyataan bagi tenaga kesehatan gigi
untuk dapat memahami ilmu manajemen dengan baik dan trampil sebagai acuan atau
landasan dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, juga dapat
mengelola dan mengatur waktu sebaik mungkin. Selain itu dapat digunakan untuk
mengkaji proses pengambilan keputusan tentang bagaiman amenggunakan orang lain
untuk menyelesaikan berbagai tugas.
C. SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN
Pengertian system adalah kumpulan dari berbagai faktor yang komplek dan saling
berhubungan yang tedapat dalam suatu Negara, yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan kesehatan, keluarga, kelompok dan atau pun masyarakat pada
setiap saat yang dibutuhkan (WHO,1984). Pembagian jenjang system terbagi menjadi
tiga, yaitu:

1. Suprasistem
Suprasistem adalah lingkungan dimana system tersebut berada. Lingkungan yang
dimaksud disini juga berbentuk suatu system tersendiri, yang kedudukan dan
peranannya lebih luas. Sistem yang lebih luas ini mempengaruhi system tetapi
tidak dikelola oleh sistem.
2. Sistem
Sistem adalah suatu yang sedang diamati yang menjad iobyek dan subyek
pengamatan.
3. Subsistem
Subsistem bagian yang secara mandiri membentuk sistem pula. Subsistem yang
mandiri ini kedudukan dan peranannya lebih kecil dari pada sistem.

MenurutSistem Kesehatan Nasional (SKN), telah ditetapkan melalui SK.MenKes


RI. No.99a/MenKes/SK/III/1982 bahwa Sistem kesehatan Nasional adalah suatu
tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwuju dan kesejahteraan umum
seperti yang dimaksud dalam pembukaan UUD 1945. Dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN), upaya kesehatan terbagi menjadi dua unsur utama, yaitu :
1. Upaya kesehatan masyarakat (UKM)
Untuk memenuhi pelayanan kesehatan dasar masyarakat merupakan
tanggungjawab pemerintah, berdasarkan KEPRES No.15 tahun 1984 adalah
Departemen Kesehatan melalui segenap aparatnya yang tersebar diseluruh tanah
air. UU Pokok Pemerintahan Daerah No.5 tahun 1974 bahwa upaya kesehatan
masyarakat (UKM) merupakan tanggungjawab pemerintah daerah. Fungsi
pelayanan kesehatan masyarakat yang dimiliki oleh pemerintahhannya merupakan
pelayanan rujukan saja. Sedangkan pelayanan kesehatan sehari-hari dipercayakan
kepada PUSKESMAS yang tersebar diseluruh kecamatan di Indonesia.
2. Upaya kesehatan perorangan (UKP)
Merupakan beban individu, keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat dalam
system jaminan kesehatan, yang diberikan oleh melalui dokter keluarga pada
dasarnya merupakan pelayanan tingkat pertama (primary medical care services).
Apabila pelayanan kesehatan melalui dokter keluarga ini berhasil dikembangkan
akan diperoleh banyak manfaat antara lain, yaitu:
a. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit.
b. Dapa tdiselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan
c. Dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan .
d. Dibutuhkan pelayanan spesialis yaitu dapat diselenggara kanpelayanan
kesehatan yang terpadu.
e. Bila seluruh anggota keluarga yang ikut serta dalam pelayanan kesehatan
maka dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
f. Dapat diperhitungkan sebagai factor yang mempengaruhi timbulnya penyakit.
g. Dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang
sederhana.
h. Dapat dicegah pemakaian peralatan kedokteran yang canggih.

Sistem kesehatan adalah merupakan subsistem pelayanan kesehatan, sedangkan


pengertian yang terkandung didalamnya sangat luas. Sebagaiakibat dariluasnya
pengertian sehat, maka terdapat berbagai kegiatan yang sekali pun tidak berhubungan
langsung dengan kesehatan, tetapi karena dampaknya juga ditemukan pada kesehatan
menyebabkan berbagai kegiatan tersebut seyogiyanya harus turut diperhitungkan.

Kegiatan-kegiatan yang seperti ini, yang dikenal dengan nama health related
activityes banyak macamnya. Misalnya kegiatan pembangunan perumahan, pengadaan
sandang pangan, perbaikan lingkungan pemukiman dan lain sebagainya. Sedangkan
ciri-ciri sistem yang merupakan bagian-bagian atau elemen-elemen saling berhubungan,
mempengaruhi dan merupakan satukesatuan. Serta mempunyai fungsi untuk mencapai
tujuan sama yang telah ditetapkan, untuk mengubah masukan mengubah masukan jadi
keluaran, bekerjasama secara bebas tapi tetapterikat dan merupakan sistem terpadu,
taktertutupterhadaplingkungan. Sedangkanunsur-unsurnyaadalah;

1) Organisasipelayanan
2) Organisasipembiayaan
3) Mutupelayanan dan mutupembiayaan.

D. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN GIGI


Visi Departemen Kesehatan RI, Indonesia Sehat 2010 dicanangkanmelalui
program kesehatanterutama di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal sebut tidak terlepas dari asal
mula digunakannya istilah promotifitu sendiri. Promotif atau promosi kesehatan
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris promotion of health. Istilahini muncul dari
terjemahan lima tingkatan pencegahan (five levels of prevention) yang dijelaskan
dalam buku yang berjudul "Preventive Medicine For The Doctor In His Community"
karangan dari H.R. Leavell dan E.G. Clark.Promotion of health yang terjemahan
aslinya adalah promosi kesehatan, merupakan tingkatan pencegahan pertama, yang oleh
para ahli Kesehatan Masyarakat di Indonesia diartikan sebagai peningkatan kesehatan.
Sedangkan WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi kesehatan
dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan promosi kesehatan
adalah proses untuk kemampuan masyarakat dalam memelihara dan kesehatan. Untuk
mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baikfisik, mental, dan sosial, maka
masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan
mampu mengubahatau mengatasi lingkungannya.

Hal inidikarenakan makna yang terkandung di dalamistilah promotion of health


tersebut adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu dengan melauia supan gizi
seimbang, olah raga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetapsehat, tidak
terserangpenyakit.

Istilah preventif diartikansebagai "pencegahan". Yang dimaksud dengan


preventif kesehatan atau upaya kesehatan preventif adalah suatu upaya melakukan
berbagaitindakan untuk menghindari terjadinyaberbagai masalahkesehatan yang
mengancam dirikita sendirimaupun orang lain di masa yang akandatang.Usaha
pencegahan suatu penyakit lebih baikdari pada mengobati, hal inidikarena kanusaha
pencegahan suatu penyakitakan memunculkan hasil yang lebihbaik dan biaya yang
lebihmurah.
Menurut H.R. Leavell dan E.G. Clark usaha pencegahan (preventif) penyakit
dapat dilakukan dalam lima tingkatan yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pada Masa Sebelum Sakit, yaitu dengan


a. Mempertingginilai kesehatan (health promotion).
b. Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (specific
protection).
2. Pada Masa Sakit, yaitudengan :
a. mengenal dan mengetahui jenispenyakit pada tingkatawal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early diagnosis and prompt treatment).
b. Pembatasan kecacatan dan berusah auntuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan oleh suatu penyakit (disibility
limitation).
c. rehabilitasi (rehabilitation).

Istilah kuratiff diartikan sebagai "penyembuhan". Yang dimaksud dengan kuratif


kesehatan atau upaya kesehatan kuratif adalah suatu upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mencegah penyaki tmenjadi lebih para hmelalui pengobatan.Upaya kesehatan
kuratif juga dapat diartikan sebagai usahamedis yang dilakukan untuk menyembuhkan
atau mengurangi rasa sakit yang dideritaseseorang. Termasuk dalam tindakan ini adalah
mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkatawal serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera.

Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang setepat-
tepatnya dan secepat-cepatnya darisetiap jenispenyakit sehinggatercapai penyembuhan
yang sempurna dan segera.Upayakuratif cenderung bersifatreaktif, maksudnya upaya
kesehatan kuratifumumnya dilakukan setelah adanya suatu penyakitatau setelah
masalahdatang. Upaya kesehatankuratifini juga cenderung hanya melihat dan
menangani penderita penyakit lebihkepada sistembiologis-nyasaja.

Dengan kata lain penderitahanya dilihat secaraparsial, padahal sebagaimanusia


seutuhnya, kesehatan seseorang tidakhanya sebatas pada sistembiologi ssajatetapi
meliputi juga kesehatanpsikologis dan sosial.

Istilah rehabilitatif  diartikan sebagai "pemulihan". Yang dimaksud dengan


rehabilitative kesehatan  atau upaya kesehatan rehabilitative adalah suatuupay amaupun
rangkaian kegiatan yang ditujukan kepada bekas penderita (pasien yang sudahtidak
menderit apenyakit) agar dapat berinteraksi secara normal dalam lingkungansosial.

Usaha rehabilitatifini memerlukan bantuan dan pengertian dari seluruh


anggotamasyarakat untukdapat mengerti dan memahami keadaan mereka
(bekaspenderita), sehingga memudahkan mereka (bekas penderita) dalam proses
penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang sekarang ini.

Rehabilitasi bagi bekas penderi taterdiri darihal berikut. 

1) Rehabilitasi fisik, yaitu agar penderita memperolehperbaikan fisik semaksimalnya.


2) Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapa tmenyesuaikan
diridalamhubungan perorangan dan social secara memuaskan.
3) Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penderita menempati
suatupekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitaskerja yang
semaksimalmungkin sesuaidengan kemampuannya.
4) Rehabilitasi aesthetis, yaituusaha yang dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan daribagiananggota tubuh, walaupun fungsinya tidak bekerja seperti
anggotatubu haslinya.
Yang dimaksud dengan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative sebagai
pendekatan pelayanan kesehatan tersebut di atas, dijelaskan dalam ketentuanPasal 1
angka 12 sampai dengan angka 15 Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2009, yaitu
sebagaiberikut. 

1) Pelayanan Kesehatan promotif, yaitu suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifa tpromosi
kesehatan.
2) Pelayanan Kesehatan preventif, yaitu suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
3) Pelayanan Kesehatan kuratif, yaitu suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untukpenyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualita
spenderita dapatterjagaseoptimalmungkin.
4) Pelayanan Kesehatan rehabilitatif, yaitu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatanuntuk mengembalikan bekaspenderita kedalammasyarakat sehinggadapat
berfungsilagisasi anggota masyarakat yang berguna untukdirinya dan masyarakat
semaksimal mungkinsesuai dengan kemampuannya. 
Hal ini diperlukan untuk meningkatka nderajat kesehatan demi mendapatkan
Tingkat kesadaran penting arti pemeliharaan kesehatangigi.
Kegiatan-kegiatan pelaksanaan dapat melalui:
a. Macam-macam program penyuluhan Kesehatan gigi dan mulut.
1. Kegiatan pelayanan Kesehatan gigi dan mulut masyarakat dan keluarga
melalui UKGMD
2. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah
3. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada penderita/pengunjung
PKM/RS
b. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut:
 Kegiatan promotif untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
melalui penyuluhan
 Kegiatanpreventifuntukmemberikanperlindungankhusus pada gigi.
 Kegiatan kuratif untuk memberikan penyembuhan orang sakit.
c. Keadaan dan masalah kesehatan gigi dan mulut:
 Dilakukansurveymelalu DMF-T, CPITN dan OHIS
 Hasil survey melalui masalah yang didapat
d. Tujuan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut:
1) Masyarakat mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut
2) Masyarakat dapat melakukan perencanaan terjadinya penyuluhan gigi
dan mulut
3) Masyarakat dapat mempergunakan sarana pelayanan kesehatan
gigi

e. Tahap-tahap pelaksanaan:
 Tahap persiapan
 Tahap perencanaan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap pembinaan
 Tahap penilaian
 Tahap pengembangan
E. SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI
Pengertian rujukan adalah suatu sisetem penyelenggaraan pelayanan kesekatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab atau timbale vertical dalam arti dari unit
kesehatan yang kurang mampu kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal
dalam arti unit kesehatan yang setingkat lebihtinggi kemampuannya.

Rujukan adalahsesuatu yang digunakan pember iinformasi (pembicara) untuk


menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun nonfaktual. Rujukan factual
terdiriatas kesaksian, statistik contoh, dan objekaktual. Rujukan dapat berwujud dalam
bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau  kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat
materi tersebu tditemukan.

1. Jenis-jenisr ujukan
Materi-materi rujuka nfaktual dan rujukan non faktua lmungkin muncul dalam tiga
bentuk:
a. Bukti sepert icontoh-contoh, statistik, dan kesaksian.
b. Nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang yang menerima argumentasi (anggota
khalayak).
c. Kredibilitas pemberi informasi (pembicara). Contohnya: seorang pemberiin
formasi mungkin merujuk pada pengalamannya sendir iuntuk menyakinkan
pemirsanyabah waiaadalah orang yang cakap.
2. Manfaat:
Dari sudut pemerintah/penentu kebijakan (policy maker):
a. Membantumenghemat, tidak perlu menyediakan fasilitas dan sarana alat
kesehatan yang sama disetiap unit.
b. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, terdapat hubungan kerja antara
berbagai unit kesehatan.
c. Memudahkan pekerjaan administrasi administrasi/manajemen perencanaan.

Dari sudut masyarakat/pemakai jasa pelayanan (health consumer):

a. Meringankan biaya pengobatan, dapat dihindari pemerksaan yang sama


berulang-ulang.
b. Mempermudah mendapatkan npelayanan, diketahui fungsi dan wewenang
setiap sarana kesehatan.
Dari sudut penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider):

a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan dampak positif.


b. Membantu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui kerjasama.
c. Memudahkan/meringankan beban tugas, sesuai unit kerja.

3. Macam-macam rujukan:
a. Rujukan Kesehatan
b. Rujukan medik.
Dalam bidang kedokteran gigi dikembangkan:

1) Rujukan Kesehatan
a) Rujukan teknologi berupa ilmu pengetahuian,pedoman, petunjuk
pelaksanaan dll.
b) Rujukan sarana berupa alat kesehatan, brosur, leaflet, poster dan alat KIE
c) Rujukan operasional berupa anggaran dan alat transport
2) Rujukan medik
a) Rujukan penderita
b) Rujukan model
c) Rujukan jaringan/preparate
d) Rujukan tenaga ahli mengirim tenaga ahli
e) Rujukan alhi tehnologi-menerima tenaga ahli / mengikuti pelatihan
3) Rujukan ditinjau dari unit kesehatan yang dilakukan adalah:
a) Rujukan intern
b) Rujukan ekstren

4. Tata cara mengirim rujukan:


a. Rujukan medik: dibuat surat format rujukan untuk:
1) Rujukan pasien: kepada/dari dokter/instansi yg lebih
mampu/berwenang
2) Rujukan pasien ke/dari laboratorium klinik untuk menunjang
diagnosa.
3) Rujukan model/jaringan untuk dikirim ke laboratorium atau jawaban
laboratorium.
b. Rujukan kesehatan:
1) Mengirimbrosur
2) Mengirim peralatan dan fasilitas kesehatan pencegahan dan promotif
3) Pelatihantenaga Kesehatan
4) Pengirimantenaga kesehatan

4. MANAJEMEN WAKTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI

Pelayanan kesehatan gigi tidak lagi menjadi pelayanan utama tetapi merupakan
pelayanan pengembangan, sehingga perlu ditata kembali dan ditingkatkan upaya
penyelenggaraanya (Permenkes, 2014:19). Berdasarkan hal tersebut pemerintah
mengeluarkan Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 (Pasal
93) menyatakan :

a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dilaksanakan di fasilitas kesehatan perorangan
dan masyarakat tingkat pertama, kedua dan ketiga.
d. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam
rangka memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat.

A. Pengertian Manajemen Waktu


Manajemen Waktu adalah komponen penting bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut yang mendukung kualitas layanan. Definisnya adalah perencanaan yang matang
dan penyusunan jadwal untuk tiap pekerjaan yang akan dilakukan. Manajemen waktu yang
tepat akan menghasilkan layanan yang efektif dan efisiensi. Finkbeiner pun menyatakan
bahwa dengan adanya manajemen waktu yang kuat dalam pelayanan kesehatan gigi dan
mulut akan diperoleh penggunaan waktu secara efisien.

B. Manajemen Waktu Dalam Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Khususnya


Praktik Dokter Gigi
Dalam menjalankan peran dibidang pemberian jasa layanan kesehatan gigi dan mulut
dalam hal ini praktek dokter gigi, sarana-sarana jasa layanan praktek dokter gigi dari layanan
kesehatan primer yang paling dekat dengan masyarakat, misalnya puskesmas, klinik pribadi,
klinik bersama hingga layanan tingkat rumah sakit perlu dikelola dengan optimal, dan dalam
hal ini sangat dibutuhkan suatu sistem manajemen yang baik agar tujuan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut tercapai.

Guna mencapai tujuan tersebut menurut Willan dalam Aditama menyatakan perlu
pengaplikasian fungsi-fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian serta
pengendalian sumber daya dalam hal ini termasuk pengaturan manajemen waktu.Perlunya
fungsi manajemen dalam hal ini agar layanan kesehatan gigi dan mulut berjalan dengan
efektif dan efisien.

Manajemen waktu yang baik mengutamakan prioritas sehingga tercipta manajemen yang
tepat. Kualitas layanan ditempat praktik dapat dicapai dengan efektip dan efisiensi. Terdapat
8 hal yang perlu diperhatikan yaitu :

d. Menetapkan perencanaan specific-measureable-achievable-reasonable-


timeline (SMART)

Perencanaan dan pengelolaan klinik sangat penting, buat rencana jngka pendek dan
jangka panjang yang berhubungan dengan klinik atau praktek dokter gigi. Usahakan
mematuhi rencana tersebut sesuai jadwal yang ditentukan. Penerapan dalam klinik adalah
SMART, yaitu spesific/spesifik (perencanaan harus sesuai tujuan awal pendirian dan
pengembangan klinik), measureable (perencanaan klinik yang dibuat harus terukur, tidak
terlalu tinggi harapan sehingga sulit tercapai), achievable/dapatdicapai (perencanaan harus
dapat dicapai melalui sarana yang sudah tersedia), reasonable/masuk akal (perencanaan harus
rasional agar tujuan tercapai), timeline/waktu (perencanaan yang baik harus patuh pada
manajemen waktu).

e. Membuat daftar hal-hal yang harus dilakukan(to-do lists)


Dalam pengelolaan praktik 'to- do list' adalah hal penting yang harus diperhatikan.To-do
list yang baik dan efisien haruslah mencakup tugas-tugas dan kegiatan semua personal dalam
klinik atau tempat praktik dokter gigi.Usahakan merealisasikan 'to di list' tersebut sesuai
perencanaan yang ditetapkandi awal.Misal penjadwalan dokter gigi yang praktik, pengaturan
jadwal pasien yang sudah terdaftar.Sebuah rencana yang adekuat dan akurat dapat
memberikan kontrol yang besar dari waktu kita.Harus disadari bahwa sesuatu yang menjadi
prioritas terpenting bagi klinik atau tempat praktik dan menempatkan pada urutan atas di
daftar perencanaan yang harus dikerjakan.

f. Menentukan prioritas secara efisien

Sebagai pengelola tempat praktik dokter gigi, kita harus dapat secara efisien mengatur
prioritas-prioritas.Tugas yang plaing penting harus berada diperingkat lebih tinggi dalam
daftar.Dapat diterapkan prinsip Pareto, yaitu 80% dari prestasi kita dihasilkan dengan
melakukan 20% usaha kita. Dengan kata lain, dapat dicoba dengan bekerja cerdas dan
sederhana dengan mengutamakan tugas-tugas penting sesuai prioritas untuk mencapai hasil
yang signifikan.

g. Kunci sukses manajemen waktu adalah delegasi

Delegasi adalah seni yang dapat memberikan banyak manfaat bagi orang-orang yang harus
melakukan banyak kegiatan.Tidak mungkin dapat menyelesaikan semua tugas sendirian.
Kenali dan identifikasi tugas yang dapat diselesaikan oleh orang lain dan delegasikan
pekerjaan tersebut kepada mereka. Hal ini merupakan cara manajemen waktu dapat
diterapkan, dan tiap personal pada praktik dokter gigi dapat mengerjakan semua tugas sesuai
peruntukannya; misalnya praktek dokter gigi sebaiknya melinatkan 'team work' , seperti
dokter spesialis, dokter gigi, perawat gigi, tenaga lab, tenaga administrasi, dan sebagainya.
Masing-masing tenaga medis maupun non medis sudah memiliki uraian tugas, misal perawat
gigi melayani pasien dan mempersiapkan ruang praktik, sehingga dokter gigi siap melakukan
tugasnya. Petugas administrasi melakukan tugas administrasi, semisal menghubungi pasien,
pendaftaran pasien, dan sebagainya.

h. Jangan pernah menunda pekerjaan

Hal ini pun berlaku untuk penerapan manajemen waktu pada praktik dokter gigi.
Sekali menunda pekerjaan maka berefek menumpuknya pekerjaan tersebut. Implementasi
pada praktek dokter gigi adalah bila ada terapi yang harus dilakukan saat ini,sebisa mungkin
dilakukan asal sesuai prosedur layanan kedokteran gigi,karena menunda pekerjaan,artinya
ada kewajiban pada kunjungan- kunjungan berikutnya.

i. Jangan takut untuk mengatakan 'tidak`

Dalam kaitan dengan manajemen waktu, sebagai seorang yang profesional, dokter
gigi harus mengerti kapan saat tidak dapat melakukan tugas praktiknya dan bisa belajar untuk
sekali-sekali mengatakan 'tidak`dan mendelegasikan tugas-tugas yang dirasatidan mampu
dilakukan.Hal ini untuk menghindari keluhan pasien, misalnya saat jadwal praktik anda
sudah penuh, sementara pasien masih banyak ,serta tugas lain sudah menanti,maka perlu
pendelegasian tugas ke sejawat lain atau mengatur kembali jadwal pasien , diselesaikan.

j. Rencanakan waktu untuk kegiatan tak terduga

Dalam manajemen waktu perlu dimasukkan dalam rencana waktu ekstra untuk
kegiatan tidak terduga yang berhubungan dengan praktik klinik. Revisi rencana klinik anda
secara teratur dan alokasikan waktu untuk kegiatan yang tak terduga. Hal-hal yang berisiko
akan memakan waktu anda misalnya masalah dengan sistem komputer di klinik, terjadi
pemadaman lampu dari PLN yang tak terduga, pada saat penjadwalan pasien sudah rapi
ternyata ada musibah alam, misal hujan dan banjir, jalan macet, demo, dan sebagainya yang
mengakibatkan dokter dan pasien terhambat, jadwal praktek tertunda. Pada saat terjadi hal
seperti ini harus memiliki solusi alternatif untuk mengatasinya.Misal bila ada masalah di
klinik sehingga tidak memungkinkan praktek, maka dilakukan penjadwalan ulang kepada
pasien dengan terlebih dahulu memberi tahu pasien dan meminta maaf atas ketidaknyamanan
tersebut.Bila terhambat karena lampu sering padam, solusikan dengan menambah sarana
prasarana klinik, misal dengan membeli genset, dan sebagainya.Intinya pengaturan
manajemen waktu harus menghindari keluhan pasien.

Manajemen waktu adalah suatuketerampilan yang memerlukan waktu untuk dikuasai


sehingga perlu mulai dikenali dan diterapkan penatalaksanaan manajemen waktu. Manajemen
waktu yang baik adalah bagaimana mengatur prioritas yang tepat dan mengelola waktu secara
efesien.Efisiensi manajemen waktu pada praktik dokter gigi meliputi perencanaan,pengaturan
tugas individual,mengatur jadwal semua kegiatan di kliny termasuk jadwal harian tenaga
medis,non media dan pasien, menganalisis tugas harian,mengedentifikasi kegiatan utama,
membuat sklaa prioritas,memberi tenggat waktu,serta mengorganisasi alur kerja termasuk
mengatur jadwal pasien ,mengatur antrian pasien sehingga waktu tunggu berkurang,
menghindari keterlambatan dokter dan layanan di klinik. Pengaturan manajemen waktu
yang baik akan membuat dokter gigi bekerja'smarter not harder `dengan memperoleh lebih
banyak hasil dengan waktu yang terbatas.

Contoh perlunya penerapan manajemen waktu guna menanggulangi keluhan pada kasus-
kasus di atas adalah selain penerapan disiplin waktu untuk para tenaga medis dan non medis
klinik, seperti dokter gigi dan paramedis dan tenaga penunjangnya juga perbaikan pada
sistem antreana pasien sehingga menghindari pasien manunggu terlalu lama dalam ruang
tunggu dan pendaftaran pasien. Menerapkan manajemen waktu.antara lain melalui penerapan
8 tip di atas , yaitu perencanaan yang SMART, to do list, ketentuan prioritas, lakukan
pendelegasian, tidak menunda pekerjaan,bila perlu mengatakan tidak pada hal- hal tertentu,
dan lakukan monitor dan evaluasi,serta membuat perencanaan untuk hal tak terduga.

Pengaturan yang baik dalam suatu pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dilakukan karena
kepuasan pasien merupakan hal utama yang diperoleh dalam setiap pelayanan yang diberikan
dalam hal ini termasuk manajemen waktu.

Pada prinsipnya seluruh tenaga medis maupun non medis perlu mendukung terlaksananya
layanan prima pada praktek dokter gigi, yaitu layanan yang mementingkan kualitas, dalam
hal ini manajemen waktu yaitu dengan penerapan delapan tip mengelola manajemen waktu,
yaitu perencanaan yang SMART, terapkan 'to do list' , tentukan prioritas, lakukan
pendelegasian, jangan menunda pekerjaan, bila perlu mengatakan 'tidak' pada hal-hal tertentu,
lakukan monitoring dan evaluasi serta buatlah perencanaan untuk hal yang tidak terduga.

Penerapan manajemen waktu secara adekuat bertujuan untuk mencapai standar kepuasan
pasien (customer satisfaction), yang tujuan akhirnya adalah pasien yang loyal (customer
loyalty) dan akan kembali berobat ke klinik semula (customer retention).

C. Waktu pelayanan kesehatan gigi


Mengelola waktu memerlukan kemampuan untuk menetapkan dan mengendalikan
sasaran dan kegiata-kegiatan jangka pendek (jam, harian, mingguan dan bulanan) melalui
pengembangan dan antisipasi, penjadwalan, optimasi penggunaan sumber daya dan
penentuan prioritas.

a. Penggunaan waktu secara efektif

Dua aspek penting dalam pengelolaan waktu, diantaranya:

1. Mengetahui penggunaan waktu bagi staf dalam pelayanan kesehatan

2. Merencanakan waktu sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan


menggunakan jadwal waktu, jadwal kerja, daftar piket dan bagan program.

Dengan penggunaan waktu secara efektif dapat memupuk kelebihan waktu, tanpa
mengesampingkan tugas kegiatan.

1. Ciri-ciri dan indikator keberhasilan penggunaan waktu secara efektif :


2. Adanya kelebihan waktu
3. Adanya kesempatan untuk berfikir dan pengembangan diri.
4. Membentuk kebiasaan bekerja secara efisien.
5. Kegiatan selalu dalam kontrol atau kendaliTerarah pada tujuan yang diyakini
penting
6. bermanfaat dan berorientasi pada hasil
7. Ada rasa senang memutuskan dan melakukan setiap pekerjaan.
8. Memungkinkan lebih rileks
9. Adanya rasa puas

b. Merencanakan Waktu dan Kegiatan

Bagian terpenting mengatur waktu adalah perencanaan pengunaan waktu perlu mempunyai
tujuan dan sasaran yang jelas dan jelas pula skala prioritasnya. Urutan-urutannya adalah apa
yang harus dilakukan saat ini tergantung pada prioritas saat ini. Dan apa yang menjadi
prioritas hari ini, minggu ini tergantung skala prioritas minggu ini. Demikian seterusnya
sehingga setiap tujuan dan sasaran kegiatan merupakan satu rangkaian yang saling terkait
secara terencana berkelanjutan antisipasi yang terkendali menuju ke masa yang akan datang
yang optimis dan berkelanjutan.
Perencanaan waktu untuk sebuah unit kesehatan yang dikelola dengan baik sebagai berikut :
Suatu jadwal waktu mingguan yang menunjukan waktu dalam seminggu saat sebuah kegiatan
selalu dilaksanakan
Beberap jadwal kerja yang menunjukan rincian tanggal kapan kegiatan tertentu berlangsung
dan tempat dilaksanakan
Beberapa daftar piket untuk berbagai bagian pekerjaan.
Suatu program mengenai semua kegiatan kesehatan khusus misalnya penyuluhan kesehatan
gigi
Sebuah tinjauan umum tahunan mengenai kegiatan yang dilaksanakan
Kadang-kadang jadwal waktu, jadwal kerja dan daftar piket dapat digabung.

Membuat Jadwal Kerja Unit Kesehatan


Sebuah jadwal kerja diperlukan bila kegiatan-kegiatan yang berbeda atau kegiatan yang sama
yang dilaksanakan ditempat yang berbeda dalam waktu tertentu. Misalnya kunjungan rumah
dapat dilakukan setiap hari atau beberapa kali seminggu, tetapi mencakup beberapa desa atau
jenis penyakit yang berbeda pada waktu-waktu khusus. Dengan cra serupa tim keliling dapat
mengadakan perjalanan pada hari yang sama pada setiap minggu tetapi mengunjungi daerah
yang berbeda. Pemeriksaan dapat diputuskan setiap hari yang sama tetapi pada setiap minggu
yang diperiksa adalah bagian-bagian yang berbeda dari unit kesehatan.
LANGKAH 6 BELAJAR DAN BERBAGI TENTANG PEMBELAJARAN
KESELAMATAN
Untuk membuat jadwal kerja setiap kegiatan atau tempat yang berbeda disusun dan dibuat
tanggalnya secara bergiliran seluruh siklus ini kemudian diulangi lagi. Jadwal kerja
kunjungan tim keliling perlu peta yang menunjukan rute, jarak, dan waktu perjalanan. Waktu
perjalanan akan bergantung pada keadaan jalan, alam dan faktor lain serta jarak. Sebagian
dari tim dapat ditinggalkan disuatu tempat sementara yang meneruskan perjalanan sehingga
menghemat waktu. Faktor lain yang harus dibuatkan jadwal kerja jumlah penduduk disuatu
desa atau daerah (kepadatan penduduk) dan hari-hari pasar setempat.

5. MANAJEMEN PASIEN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN PASIEN

Mengapa Keselamatan Pasien Relevan dengan Pelayanan Kesehatan?


Keselamatan pasien dan kualitas pasien adalah jantung dari penyampaian layanan kesehatan.
Untuk setiap pasien, yang merawat, anggota keluarga dan profesional kesehatan, keselamatan
sangat penting untuk penegakan diagnosa, tindakan kesehatan dan perawatan. Dokter,
perawat dan semua orang yang bekerja di sistem kesehatan berkomitmen untuk merawat,
membantu, menghibur dan merawat pasien dan memiliki keunggulan dalam penyediaan
layanan kesehatan untuk semua orang yang membutuhkannya. Telah ada investigasi yang
signifikan dalam beberapa tahun terakhir dalam peningkatan layanan, peningkatan kapasitas
sistem, perekrutan profesional yang sangat terlatih dan penyediaan teknologi dan perawatan
baru. Namun sistem kesehatan di seluruh dunia, menghadapi tantangan dalam menangani
praktik yang tidak aman, profesional layanan kesehatan yang tidak kompeten, tata
pemerintahan yang buruk dalam pemberian layanan kesehatan, kesalahan dalam diagnosis
dan perawatan dan ketidakpatuhan terhadap standar (Commission on Patient Safety &
Quality Assurance, 2008).
Mengapa bidang keselamatan pasien ada? Keselamatan pasien sebagai sebuah disiplin
dimulai sebagai tanggapan atas bukti bahwa kejadian medis yang merugikan tersebar luas dan
dapat dicegah, dan seperti disebutkan di atas, bahwa ada "bahaya yang terlalu banyak"
(Emanuel, 2008). Tujuan dari bidang keselamatan pasien adalah untuk meminimalkan
kejadian buruk dan menghilangkan kerusakan yang dapat dicegah dalam perawatan
kesehatan. Bergantung pada penggunaan istilah "bahaya" seseorang, mungkin bercita-cita
untuk menghilangkan semua bahaya dalam perawatan kesehatan.

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut definisinya
yaitu:
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera, cacat,
kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying disease”
atau kondisi pasien.
1. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
2. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima suatu
obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat dengan
reaksi alergi diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
3. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
4. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh
yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (misalnya Amputasi
pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

3) Budaya menyalahkan dalam keselamatan pasien.


Masalah budaya terkadang diidentifikasi sebagai penghalang bagi perubahan sistem di
seluruh dunia. Dilihat secara negatif, isu-isu budaya ini mengacu pada sikap dan perilaku
profesional dan organisasi yang tahan terhadap gangguan yang dirasakan dan mewujudkan
antipati terhadap perubahan.
Sebaliknya, budaya keselamatan positif ditandai oleh komunikasi terbuka, saling percaya,
persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan dan kepercayaan diri terhadap kemanjuran
tindakan pencegahan. Upaya yang meningkat diperlukan di Irlandia untuk memperbaiki
budaya nasional, profesional dan organisasional sehingga keselamatan pasien dipahami,
dipromosikan dan didukung di semua tingkat.
Pengalaman dari sistem lain menunjukkan bahwa kepemimpinan profesional yang efektif
sangat penting dalam mencapai perubahan budaya yang diperlukan untuk menyediakan
layanan berkualitas tinggi yang aman. Pemimpin membawa perubahan dengan terlebih
dahulu memeriksa situasi saat ini, melihat ke depan untuk kemungkinan masa depan dan
mengenali area untuk perbaikan. Mereka kemudian menciptakan sistem baru atau mengubah
sistem dari apa adanya dengan melibatkan diri dan melibatkan orang-orang yang
menggunakan layanan mereka dan orang-orang yang menyediakannya. Komisi mengakui
kebutuhan akan kepemimpinan klinis yang kuat di tingkat nasional dan organisasi dalam
perawatan kesehatan dan merekomendasikan penugasan peran pendahuluan khusus untuk
tujuan ini.

B. Model Keselamatan Pasien


1) Model keselamatan pasien menurut Vincent (2010)
Vincent (2010) mengidentifikasi tujuh elemen yang mempengaruhi keselamatan:
1. Faktor organisasi dan manajemen.
2. Faktor lingkungan kerja.
3. faktor tim.
4. Faktor individu
5. Karakteristik Pasien 6. Faktor lingkungan eksternal.
Faktor-faktor ini menyebar di antara tiga domain; Sistem untuk tindakan terapeutik, orang-
orang yang bekerja di bidang perawatan kesehatan, dan orang-orang yang menerimanya atau
memiliki saham dalam ketersediaannya.

2) Model keselamatan pasien menurut ACSQH (2010)


Tahap pertama pelaksanaan reformasi akreditasi telah difokuskan pada pengembangan
seperangkat Standar Pelayanan Kesehatan Keselamatan dan Mutu Nasional. Draft Standar
berfokus pada area yang penting untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan
bagi pasien dengan memberikan pernyataan eksplisit tentang tingkat keselamatan dan kualitas
perawatan yang diharapkan yang akan diberikan kepada pasien oleh organisasi layanan
kesehatan. Standar tersebut juga menyediakan sarana untuk menilai kinerja organisasi. Draft
Standar telah dikembangkan untuk:
- Tata Kelola untuk Keselamatan dan Mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan

- Infeksi terkait kesehatan

- Keamanan obat

- Identifikasi Pasien dan Prosedur Pencocokan; dan

- Timbang terima (Handover) Klinis

C. Standar Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia maka diperlukan standar keselamatan pasien
fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan penilaiannya
dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Uraian 7 (tujuh) Standar Keselamatan Pasien
1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan tedrjadinya insiden.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan (contohnya:
dokter menulis pada asessmen medik atau catatan pasien terintegrasi pada rekam
medis pasien)
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar
kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di fasilitas pelayanan kesehatan
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:


a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan fasilitas pelayanan kesehatan
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan proses perancangan (desain)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan fasilitas pelayanan kesehatan,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat, dan faktor- faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan
“Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”.
b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja yang
antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi,
mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan evaluasi
d. intensif terkait dengan semua insiden, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu
proses kasus risiko tinggi.
e. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menggunakan semua data dan informasi
hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan
keselamatan pasien terjamin.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Standarnya adalah


terdiri dari :
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara
terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien“.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden.
Insiden meliputi Kondisi Potensial Cedera (KPC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Selain Insiden diatas,
terdapat KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen, atau cedera berat yang
temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik
maupun psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien yang
dikenal dengan kejadian sentinel

Contoh Kejadian sentinel antara lain Tindakan invasif/pembedahan pada pasien yang salah,
Tindakan invasif/ pembedahan pada bagian tubuh yang keliru, Ketinggalan instrumen/alat/
benda-benda lain di dalam tubuh pasien sesudah tindakan pembedahan, Bunuh diri pada
pasien rawat inap,
Embolisme gas intravaskuler yang mengakibatkan kematian/kerusakan neurologis, Reaksi
Haemolitis transfusi darah akibat inkompatibilitas ABO, Kematian ibu melahirkan, Kematian
bayi “Full-Term” yang tidak di antipasi, Penculikan bayi, Bayi tertukar, Perkosaan /tindakan
kekerasan terhadap pasien, staf, maupun pengunjung.
Selain contoh kejadian sentinel diatas terdapat kejadian sentinel yang berdampak
luas/nasional diantaranya berupa Kejadian yang sudah terlanjur di “ blow up” oleh media,
Kejadian yang menyangkut pejabat, selebriti dan publik figure lainnya, Kejadian yang
melibatkan berbagai institusi maupun fasilitas pelayanan kesehatan lain, Kejadian yang sama
yang timbul di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dalam kurun waktu yang relatif
bersamaan, Kejadian yang menyangkut moral, misalnya : perkosaan atau tindakan
kekerasaan.
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari fasilitas
pelayanan kesehatan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang
benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
“Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/Near miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan dengan pendekatan antar
disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk
evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif
untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Standarnya adalah terdiri dari :


a. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses pendidikan,
pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan
keselamatan pasien secara jelas.
b. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta
mendukung pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus memiliki program
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien
sesuai dengan tugasnya masing-masing.

b. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus mengintegrasikan


topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in- service training dan memberi pedoman
yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisipliner dan kolaboratif
dalam rangka melayani pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah terdiri dari :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriterianya adalah terdiri dari :
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.

D. Langkah-Langkah Menuju Keselamatan Pasien


Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien
1. Membangun kesadaran akan nilai Keselamatan Pasien. Ciptakan budaya adil dan
terbuka
2. Memimpin dan mendukung staf.
Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien diseluruh
Fasilitas pelayanan Kesehatan anda.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
Bangun system dan proses untuk mengelola risiko dan
mengindentifikasi kemungkinan terjadinya kesalahan
4. Mengembangkan sistem pelaporan
Pastikan staf anda mudah untuk melaporkan insiden secara internal (lokal)
maupun eksternal (nasional).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Kembangkancara-caraberkomunikasicaraterbukadan mendengarkan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan Pasien.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah gunapembelajaran tentang bagaimana
dan mengapa terjadi insiden.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem Keselamatan Pasien Pembelajaran
lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses atau sistem. Untuk
sistem yang sangat komplek seperti Fasilitas
pelayananKesehatanuntukmencapai hal- haldiatasdibutuhkan perubahan budaya
dan komitmen yang tinggi bagi seluruh staf
dalam waktu yang cukup lama.

LANGKAH 1 BANGUN BUDAYA KESELAMATAN


Segala upaya harus dikerahkan di Fasilitas pelayanan Kesehatan untuk menciptakan
lingkungan yang terbuka dan tidak menyalahkan sehingga aman untuk melakukan pelaporan.
Ciptakan budaya adil dan terbuka.
Dimasa lalu sangat sering terjadi reaksi pertama terhadap insiden di Fasilitas pelayanan
Kesehatan adalah menyalahkan staf yang terlibat, dan dilakukan tindakan-tindakan hukuman.
Hal ini, mengakibatkan staf enggan melapor bila terjadi insiden. Penelitian menunjukkan
kadang-kadang staf yang terbaik melakukan kesalahan yang fatal, dan kesalahan ini berulang
dalam lingkungan Fasilitas pelayanan Kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan lingkungan
dengan budaya adil dan terbuka sehingga staf berani melapor dan penanganan insiden
dilakukan secara sistematik. Dengan budaya adil dan terbuka ini pasien, staf dan Fasilitas
Kesehatan akan memperoleh banyak manfaat.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :

a. Pastikan ada kebijakan yang menyatakan apa yang harus dilakukan oleh staf apabila
terjadi insiden, bagaimana dilakukan investigasi dan dukungan apa yang harus
diberikan kepada pasien, keluarga, dan staf.
b. Pastikan dalam kebijakan tersebut ada kejelasan tentang peran individu dan
akuntabilitasnya bila terjadi insiden.
c. Lakukan survei budaya keselamatan untuk menilai budaya pelaporan dan pembelajaran
di Fasilitas pelayanan Kesehatan anda.

Untuk tingkat Unit/Pelaksana :

a. Pastikan teman anda merasa mampu berbicara tentang pendapatnya dan membuat
laporan apabila terjadi insiden.
b. Tunjukkan kepada tim anda tindakan-tindakan yang sudah dilakukan oleh Fasilitas
pelayanan Kesehatan menindak lanjuti laporan-laporan tersebut secara adil guna
pembelajaran dan pengambilan keputusan yang tepat.

LANGKAH 2 PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien diseluruh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan anda.
Keselamatan pasien melibatkan setiap orang dalam Fasilitas pelayanan Kesehatan anda.
Membangun budaya keselamatan sangat tergantung kepada kepemimpinan yang kuat dan
kemapuan organisasi mendengarkan pendapat seluruh anggota.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :

a. Pastikan ada anggota eksekutif yang bertanggung jawab tentang keselamatan pasien.
Anggota eksekutif di rumah sakit merupakan jajaran direksi rumah sakit yang meliputi
kepala atau direktur rumah sakit dan pimpinan unsur-unsur yang ada dalam struktur
organisasi rumah sakit, sedangkan untuk fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
merupakan jajaran pimpinan organisasi jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
b. Tunjuk penggerak/champion keselamatan pasien di tiap unit.

c. Tempatkan keselamatan pasien dalam agenda pertemuan-pertemuan pada tingkat


manajemen dan unit.
d. Masukkan keselamatan pasien ke dalam program-program pelatihan bagi staf dan
pastikan ada pengukuran terhadap efektifitas pelatihan- pelatihan tersebut.
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Calonkan penggerak/champion untuk keselamatan pasien.
b. Jelaskan pentingnya keselamatan pasien kepada anggota unit anda.
c. Tumbuhkan etos kerja dilingkungan tim/unit anda sehingga staf merasa dihargai dan
merasa mampu berbicara apabila mereka berpendapat bahwa insiden bisa terjadi.

LANGKAH 3 INTEGRASIKAN KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO ANDA


Bangun sistem dan proses untuk mengelola risiko dan mengindentifikasi kemungkinan
terjadinya kesalahan.
Sistem manajemen risiko akan membantu Fasilitas pelayanan Kesehatan mengelola
insiden secara efektif dan mencegah kejadian berulang kembali. Keselamatan pasien adalah
komponen kunci dari manajemen risiko, dan harus di integrasikan dengan keselamatan staf,
manajemen komplain, penanganan litigasi dan klaim serta risiko keuangan dan lingkungan.
Sistem manajemen risiko ini harus di dukung oleh strategimanajemen risiko Fasilitas
pelayanan Kesehatan, yang mencakup progam- program asesmen risiko secara pro-aktif dan
risk register.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Pelajari kembali struktur dan proses untuk pengelolaan risiko klinis dannon klinis, dan
pastikan hal ini sudah terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf komplain dan
risiko keuangan serta lingkungan.
b. Kembangkan indikor-indikator kinerja untuk sistem manajemen risiko anda sehingga
dapat di monitor oleh pimpinan.
c. Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan
asesmen risiko untuk perbaikan pelayanan pasien secara pro-aktif.

Untuk tingkat Unit/Pelaksana :

a. Giatkan forum-forum diskusi tentang isu-isu manajemen risiko dan keselamatan pasien,
berikan feedback kepada manajemen.
b. Lakukan asesmen risiko pasien secara individual sebelum dilakukan tindakan

c. Lakukan proses asesmen risiko secara reguler untuk tiap jenis risiko dan lakukan
tindakatindakan yang tepat untuk meminimalisasinya.
d. Pastikan asesmen risiko yang ada di unit anda masuk ke dalam proses asesmen risiko di
tingkat organisasi dan risk register.

LANGKAH 4 BANGUN SISTEM PELAPORAN


Sistem pelaporan sangat vital di dalam pengumpulan informasi sebagai dasar analisa
dan penyampaikan rekomendasi.
Pastikan staf anda mudah untuk melaporkan insiden secara internal (lokal) maupun
eksternal (nasional).

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan:
Bangun dan implementasikan sistem pelaporan yang menjelaskan bagaimana dan cara
Fasilitas pelayanan Kesehatan melaporkan insiden secara nasional ke Komite Nasional
Keselamatan Pasien (KNKP).

Untuk tingkat Unit/Pelaksana :


Dorongkolegaandauntuksecaraaktifmelaporkaninsiden-insiden keselamatan pasien baik yang
sudah terjadi maupun yang sudah di cegahtetapi bisa berdampak penting unutk pembelajaran.
Panduan secara detail tentang sistem pelaporan insiden keselamatan pasien akan di susun
oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien (KNKP).

LANGKAH 5 LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN


MASYARAKAT
Peran aktif pasien dalam proses asuhannya harus diperkenalkan dan di dorong. Pasien
memainkan peranan kunci dalam membantu penegakan diagnosa yang akurat, dalam
memutuskan tindakan pengobatan yang tepat, dalam memilih fasilitas yang aman dan
berpengalaman, dan dalam mengidentifikasi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) serta
mengambil tindakan yang tepat.Kembangkan cara-cara berkomunikasi cara terbuka dan
mendengarkan pasien.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :

a. Kembangkan kebijakan yang mencakup komunikasi terbuka dengan pasien dan


keluarganya tentang insiden yang terjadi
b. Pastikan pasien dan keluarganya mendapatkan informasi apabila terjadi insiden dan
pasien mengalami cidera sebagai akibatnya.
c. Berikan dukungan kepada staf, lakukan pelatihan-pelatihan dan dorongan agar mereka
mampu melaksanakan keterbukaan kepada pasien dan keluarganya .
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :

a. Pastikan anggota tim menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluargannya
secara aktif waktu terjadi insiden.
b. Prioritaskan kebutuhan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya
waktu terjadi insiden, dan berikan informasi yang jelas, akurat dan tepat waktu
c. Pastikan pasien dan keluarganya menerima pernyataan ”maaf” atau rasa keprihatinan
kita dan lakukan dengan cara terhormat dan simpatik.

LANGKAH 6 BELAJAR DAN BERBAGI TENTANG PEMBELAJARAN


KESELAMATAN
Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan siapa yang harus
disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu terjadi.
Salah satu hal yang terpenting yang harus kita pertanyakan adalah apa yang sesungguhnya
terjadi dengan sistem kita ini.
Dorong staf untuk menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang
bagaimana dan mengapa terjadi insiden.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Yakinkan staf yang sudah terlatih melakukan investigasi insiden secara tepat sehingga
bisa mengidentifikasi akar masalahnya.
b. Kembangkan kebijakanyangmencakupkriteriakapanfasilitaspelayanan kesehatan harus
melakukan Root Cause Analysis (RCA). Untuk tingkat Unit/Pelaksana :
a. Lakukan pembelajaran di dalam lingkup unit anda dari analisa insiden keselamatan
pasien.

b. Identifikasi unit lain yang kemungkinan terkena dampak dan berbagilah proses
pembelajaran anda secara luas.

LANGKAH 7 IMPLEMENTASIKAN SOLUSI-SOLUSI UNTUK MENCEGAH


CIDERA
Salah satu kekurangan Fasilitas pelayanan Kesehatan di masa lalu adalah
ketidakmampuan dalam mengenali bahwa penyebab kegagalan yang terjadi di satu Fasilitas
pelayanan Kesehatan bisa menjadi cara untuk mencegah risiko terjadinya kegagalan di
Fasilitas pelayanan Kesehatan yang lain.
Pembelajaran lewat perubahan-perubahan didalam praktek, proses atau sistem. Untuk sistem
yang sangat komplek seperti Fasilitas pelayanan Kesehatan untuk mencapai hal-hal diatas
dibutuhkan perubahan budaya dan komitmen yang tinggi bagi seluruh staf dalam waktu yang
cukup lama.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN :


Untuk tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan :
a. Gunakan informasi yang berasal dari sistem pelaporan insiden, asesmen risiko,
investigasi insiden, audit dan analisa untuk menetapkan solusi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Hal ini mencakup redesigning system dan proses, penyelarasan pelatihan
staf dan praktek klinik.
b. Lakukan asesmen tentang risiko-risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

c. Monitor dampak dari perubahan-perubahan tersebut

d. Implementasikan solusi-solusi yang sudah dikembangkan eksternal.


Hal ini termasuk solusi yang dikembangkan oleh KNKP atau Best Practice yang sudah
dikembangkan oleh Fasilitas Klesehatan lain
Untuk tingkat Unit/Pelaksana :

a. Libatkan tim anda dalam pengambangan cara-cara agar asuhan pasien lebih baik dan
lebih aman.
b. Kaji ulang perubahan-perubahan yang sudah dibuat dengan tim anda untuk memastikan
keberlanjutannya
c. Pastikan tim anda menerima feedback pada setiap followup dalam pelaporan
insiden.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan makalah tentang Manajemen Kesehatan Masyarakat adalah:

1. Pengertian Manajemen Kesehatan Masyarakat adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan


penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Fungsi Manajemen Kesehatan Pada umumnya, fungsi manajemen dalam suatu organisasi
meliputi: Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating, Controlling
(monitoring) atau pengawasan dan pengendalian.

3. Sistem Pelayanan Kesehatan adalah sebuah konsep dimana konsep ini memberikan
layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr.
Soekitjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan
yang tujuan utamanya adalah pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Dan menurut Level dan Loomba pelayanan kesehatan
adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam waktu organisasi
dalam memelihara dan menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan.

2. SARAN

Demikian yang dapat kami paparkan mengeai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari makalah kami, karena
terbatasnya waktu, pengetahuan, dan kurangnya rujukan yang berhubungan dengan makalah
kami.
Daftar Pustaka

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-


prinsip dasar). Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. 2003.
Maulana A. Sistem manajemen Jilid I Edisi 6. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. 1992.
Hasibuan M. Manajemen sumber daya manusia. edisi revisi.
Jakarta : Penerbit  PT. Bumi Aksara. 2000.
Hasibuan M. manajemen dasar, pengertian, dan masalah,
edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Australian Comission on Safety and Quality in Health Care. (2010). Patient Safety in
Primary Health Care. Www.Safetyandquality.Gov.Au, (August), 80. Retrieved from
Commission on Patient Safety and Quality Assurance. (2008). Building a Culture of Patient
Safety. Brunswick Press Ltd: Dublin, Ireland
Emanuel, L., Berwick, D., & Conway, J. (2008). What exactly is patient safety? Advances in
Patient Safety, 1–18.
Finkbeiner BL, Finkbeiner CA. Practive management for the dental team. 8th Ed. St. Louis:
Elsevier,2016 p.23-5
Project management institute. a guide to the project management body of knowledge-time
management: 2004. Avaible
Woodward, S. (2005). Patient safety in primary care (Vol. 11).
http://www.indonesian-publichealth.com/fungsi-manajemen-kesehatan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/97/3/BAB%20II%20aksmi.pdf
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/271500/arti-promotif-preventif-kuratif-dan-
rehabilitatif-dalam-dunia-kesehatan
http://sule-epol.blogspot.com/2016/11/makalah-manajemen-umum.html
https://www.pahlevi.net/mmacam-macam-manajemen
http://wikipedia.org/wiki/Time_management
http://doi.org/http://www.ahrq.gov/downloads/pub/advances2/vol1/advancesemanuel-
berwick_110.pdf
http://www.safetyandquality.gov.au/wp-content/uploads/2010/01/Patient-safety-inprimary-
health-care-discussion-paper1.pdf

Anda mungkin juga menyukai