Anda di halaman 1dari 36

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MENGENAI

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

NINA ANDRIANI ALIM


NIM : S1A120072

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Jurusan Administrasi Negara
Kendari 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan perlindungan-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas Administrasi Pembangunan.

Dalam makalah ini saya membahas tentang Administrasi Pembangunan,


walau masih banyak kekurangan, kritik dan saran sangat kami harapkan agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Makalah ini disusun dan
dibuat berdasarkan materi-materi yang ada. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna kepada kita sekalian.

Kendari, 14 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep dan Definisi Administrasi dan Pembangunan ............................. 6
B. Definisi Administrasi Pembangunan ........................................................ 14
C. Konsep-konsep Pembangunan .................................................................. 17
D. Perkembangan Pemikiran dalam Administrasi Publik ............................. 23

BAB III : PENUTUP


E. Kesimpulan .............................................................................................. 34
F. Saran ......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35


BAB I

PENDHULUAN

Administrasi pembangunan berkembang karena adanya kebutuhan di negara-


negara yang sedang membangun untuk mengembangkan lembagalembaga dan
pranata-pranata sosial, politik dan ekonominya, agar pembangunan dapat berhasil.
Oleh karena itu, pada dasarnya administrasi pembangunan adalah bidang studi yang
mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun serta
upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Dari sudut praktik, administrasi
pembangunan merangkum dua kegiatan besar dalam satu pengertian, yakni
administrasi dan pembangunan.
Dalam telaahan administrasi pembangunan dibedakan adanya dua pengertian
yaitu administrasi pembangunan (The Administration of Development) dan
pembangunan administrasi (The Administration of Development). Administrasi bagi
pembangunan, dalam konteks ini digunakan pendekatan manajemen. Maka dapat
dikatakan bahwa masalah administrasi bagi pembangunan adalah masalah
manajemen pembangunan. Sedangkan untuk menerangkan pembangunan
administrasi akan digunakan pendekatan organisasi. Untuk analisis manajemen
pembangunan dikenal beberapa fungsi yang cukup nyata (distinct), yakni:
perencanaan, pengerahan (mobilisasi) sumber daya, pengarahan (menggerakkan)
partisispasi langsung oleh pemerintah, koordinasi, pemantauan dan evaluasi, dan
pengawasan. Pendekatan terhadap fungsi-fungsi tersebut dilengkapi dengan peran
informasi yang amat penting sebagai instrumen atau perangkat bagi manajemen.
Heady (1995) menunjukkan ada lima ciri administrasi yang indikasinya
ditemukan secara umum di bayak negara berkembang. Pertama, pola dasar (basic
pattern) administrasi publik bersifat jiplakan (imitative) daripada asli (indigenous).
Kedua, birokrasi dinegara berkembang kekurangan (deficient) sumber daya manusia
terampil yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pembangunan. Ketiga, birokrasi
lebih berorientasi pada hal-hal lain daripada mengarah pada yang benar-benar
menghasilkan (production directed). Keempat, ada kesenjangan yang lebar apa yang
dinyatakan atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan (discrepancy between
form and reality). Kelima, birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat otonom,
artinya lepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat.
Analisis Heady ini dapat ditambahkan dua karakteristik lagi hasil dari
pengamatan Wallis (1989). Pertama, di banyak negara berkembang birokrasi sangat
lamban dan makin bertambah birokratik. Kedua, unsur-unsur nonbirokratik sangat
berpengaruh terhadap birokrasi. Misalnya hubungan keluarga, hubungan-hubungan
primordial lain seperti suku dan agama, dan keterkaitan politik (political
connections) mempengaruhi birokrasi. Keadaan-keadaan seperti inilah yang
mendorong pentingnya pembangunan atau pembaharuan administrasi.
Dalam kerangka pembaharuan administrasi sebagai lanjutan dari pembangunan
administrasi, yang pertama perlu menjadi perhatian adalah perubahan sikap birokrasi
yang cukup mendasar sifatnya. Didalamnya terkandung berbagai unsur. Pertama,
birokrasi harus dapat membangun partisipasi rakyat. Kedua, birokrasi hendaknya
tidak cenderung berorientasi kepada yang kuat, tetapi harus lebih kepada yang lemah
dan kurang berdaya.
Ketiga, peran birokrasi harus bergeser dari mengendalikan menjadi mengarahkan,
dan dari memberi menjadi memberdayakan. Keempat, mengembangkan keterbukaan
dan kebertanggungjawaban. Pembaharuan memerlukan semangat yang tidak mudah
patah. Semangat dan tekad diperlukan untuk mengatasi inersia birokrasi dan
tantangan yang datang dari kalangan mereka yang akan dirugikan karena perubahan.
Oleh karena itu, pembaharuan harus dilakukan secara sistematis dan terarah,
didukung oleh political will yang kuat, konsisten, dan konsekuen. Tidak selalu harus
segera menghasilkan perubahan besar, tetapi dapat secara bertahap, namun konsisten
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Definisi Administrasi dan Pembangunan


1. Definisi Administrasi

Kata “administrasi” berasal dari bahasa Belanda, administratie yang artinya


segala kegiatan yang meliputi tulis-menulis, ketik mengetik, komputerisasi,
surat-menyurat (korespondensi), kearsipan, dan keagendaan (pekerjaan tata usaha
kantor). Kata “administrasi” juga berasal dari bahasa Yunani, ad mi nistrare. Ad
artinya pada, sedangkan ministrare artinya melayani, maka kata administrasi
berarti memberikan pelayanan.

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan, administrasi adalah


pelayanan kegiatan tata usaha kantor (pelayanan pengetikan/ komputer,
pelayanan surat-menyurat, dan sebagainya).

Selain berasal dari bahasa Belanda dan bahasa Yunani, kata administrasi
juga berasal dari bahasa Inggris. Istilah administrasi dalam bahasa Inggris disebut
administration artinya to serve, yaitu melayani dengan sebaik-baiknya.

Prajudi Atmosudirdjo (1982) membedakan administrasi dalam dua pengertian


berikut.

A. Administrasi dalam Pengertian Sempit

Dalam pengertian sempit, administrasi ditinjau dari lingkup kerja yang


sempit, yaitu hanya berkisar pada kegiatan tata usaha kantor (office work),
seperti penulisan, pengetikan surat-menyurat (termasuk menggunakan komputer),
pengagendaan, pengarsipan, dan pembukuan.

Menurut Soewarno Handayaningrat (1988: 2), administrasi dalam arti sempit


berasal dari kata administratie (bahasa Belanda), yaitu kegiatan pencatatan,
pembuatan surat, pembukuan ringan, pengetikan, pengagendaan, dan sebagainya
yang bersifat teknis ketatausahaan.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan, administrasi dalam arti
sempit merupakan kegiatan ketatausahaan yang meliputi pencatatan, pembuatan
surat, pembukuan dan pengarsipan surat, serta hal-hal lain yang dimaksudkan
untuk menyediakan informasi serta mempermudah memperoleh informasi jika
dibutuhkan.

B. Administrasi dalam Pengertian Luas

Menurut The Liang Gie (1980:9), administrasi secara luas adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu.

Pada dasarnya administrasi mengandung unsur pokok yang sama, kegiatan


tertentu, manusia yang melakukan kerja sama, serta mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Pendapat lain mengenai administrasi dikemukakan o leh Sondang P. Siagian


(1994:3), administrasi adalah keseluruhan proses kerja sam a antar dua orang
atau lebih y ang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya.

Dalam pengertian luas, administrasi dapat dibedakan dalam tiga sudut, yaitu
proses, fungsi atau tugas, dan kepranataan/ institusi. Ditinjau dari sudut proses,
administrasi merupakan keseluruhan proses, mulai proses pemikiran,
perencanaan, pengaturan, penggerakan, pengawasan, hingga pencapaian tujuan.
Dalam mencapai tujuan, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah
memikirkan hak-hak yang akan dicapai dan cara mencapainya, sarana dan
prasana yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, serta kemampua n
seseorang untuk menjalankannya.

Ditinjau dari sudut fungsi atau tugas, administrasi berarti keseluruhan


tindakan (aktivitas ) yang harus dilakukan oleh seseorang yang berkedudukan
sebagai “administrator” (memegang jabatan dalam manajemen suatu organisasi).
Ditinjau dari kepranataan (institusi), administrasi berarti kegiatan yang
dilakukan suatu lembaga dalam aktivitas tertentu, misalnya pada lembaga
perbankan terdapat orang-orang yang melakukan kegiatan perbankan dalam
lembaga itu. Demikian pula, pada kantor pos, terdapat orang-orang yang
melakukan kegiatan pelayanan pos (surat-menyurat, pengiriman barang, dan lain-
lain). Lembaga lain, misalnya kantor pajak, kantor kepolisian, kantor
departemen, dan kantor nondepartemen.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa administrasi mempunyai


pengertian aktivitas untuk mencapai tujuan atau proses penyelenggaraan kerja
untuk mencapai tujuan.

Administrasi juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian sumber-


sumber sehingga tugas pekerjaan dalam organisasi tingkat apa pun dapat
dilaksanakan dengan baik. Proses administrasi akan melaksanakan tiga fungsi
utama yang berhubungan erat dengan tiga tingkatan umum dalam hierarki formal.
Di tingkat atas, yaitu fungsi pengarahan organisasi, terutama berkaitan dengan
proses perencanaan jangka panjang dari suatu tujuan yang akan dicapai. Di
tingkat menengah, yaitu fungsi manajemen organisasi, terutama berkaitan dengan
upaya mempertahankan organisasi sebagai suatu pekerjaan yang terus
berlangsung lama, seperti memberikan bahan- bahan, sarana-sarana, instruksi-
instruksi dan penciptaan iklim yang diperlukan oleh staf teknis atau profesional
yang terlibat dalam proses produksi (hasil). Di tingkat bawah adalah fungsi
pengawas. Dalam kontak langsung dengan pekerja-pekerja profesional dan
teknis, fungsi pengawasan mengarahkan penggunaan sumber- sumber serta
menjalin agar kegiatan-kegiatan profesional dan teknis dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

Ketiga tingkatan ini saling berkaitan, memiliki derajat saling hubungan secara
positif dan mempunyai fungsi yang berbeda- beda, seperti beragamnya
organisasi dari berbagai jenis dan ukuran. Misalnya dalam suatu pabrik atau
dalam suatu bagian pelayanan sosial medik, fungsi-fungsi pengarahan,
manajemen dan pengawasan dapat tertanam hanya pada satu orang. Walaupun
demikian, yang terpenting adalah administrasi didefinisikan sebagai proses
umum yang pengarahan, manajemen, dan pengawasan merupakan unsur-
unsurnya.

Dalam pengertian luas, administrasi dapat dilihat dari tiga sudut, hingga
mencakup pula tiga pengertian, yaitu dari sudut proses, fungsi, dan
kelembagaan.

1. Dari sudut proses, administrasi merupakan keseluruhan proses pemikiran,


pengaturan, penentuan tujuan hingga pelaksanaan kerja sehingga tujuan
yang dimaksudkan tercapai.
2. Dari sudut fungsi, administrasi merupakan keseluruhan aktivitas yang
secara sadar dilakukan oleh setiap orang atau sekelompok orang yang
berfungsi sebagai administrator atau pemimpin. Dalam kegiatan tersebut
terdapat berbagai macam tugas (fungsi) kerja, misalnya tugas
perencanaan, tugas mengorganisasi, tugas menggerakkan, tugas
mengawasi, dan sebagainya.

Dari sudut kelembagaan, administrasi ditinjau dari manusia- manusia, baik


secara perseorangan maupun kolektif yang menjalankan kegiatan-kegiatan guna
mencapai hasil, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Orang-orang itu
terdiri atas empat golongan, yaitu:

a. administrator: orang yang menentukan dan memper- tahankan tujuan;


b. manajer: orang yang langsung memimpin pekerjaan ke arah tercapainya
hasil yang nyata;
c. pembantu ahli (staf): terdiri atas para ahli dalam setiap bidang, selaku
penasihat (brain-trust) dan berfungsi di bidang pemikiran;
d. karyawan: para pelaksana dan pekerja yang digerakkan oleh manajer
untuk bekerja, guna menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan.

Untuk mengetahui hakikat administrasi lebih jauh, ada baiknya kita menelaah
definisi administrasi sebagaimana dikemukakan oleh sejumlah ahli, antara lain
sebagai berikut.
1. Administrasi dapat dirumuskan sebagai pengorganisasian dan penjurusan
sumber-sumber dan bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (John M.
Pliffner).
2. Administrasi adalah suatu proses yang terdapat secara umum dalam segala
usaha kelompok manusia, usaha negara atau swasta, usaha kecil ataupun
besar (Leonard D. White).
3. Administrasi adalah pedoman kepemimpinan dan pengawasan usaha suatu
kelompok orang-orang ke arah pencapaian tujuan bersama (William H.
Newman).
4. Administrasi adalah proses dan tata kerja yang terdapat pada setiap usaha;
usaha kenegaraan atau swasta, usaha sipil atau militer, usaha besar, atau kecil.
(S. Prajudi Atmosudirdjo)
5. Administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerja sama antara dua
orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian).
6. Administrasi adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam
setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu
(The Liang Gie).
7. Administrasi ialah proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Soekarno K.).

Sungguhpun terdapat perbedaan-perbedaan redaksional dalam ungkapan para


ahli administrasi dan pengarang, pada prinsipnya mempunyai maksud dan tujuan
yang sama.

2. Definisi Pembangunan

Menurut Alexander (1994), pembangunan (development) adalah proses


perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi,
infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya.
Portes mendefinisikan ( 1976 ) pembangunan sebagai transformasi ekonomi,
sosial, dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan
untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Adapun Ginanjar
Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, pembangunan
adalah proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana.

Menurut Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah (2005), pembangunan


adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya secara sadar dan
terencana.

Adapun perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami


sebagai dampak dari adanya pembangunan, yaitu sebagai berikut.

a. Pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial, dan budaya.

Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk


memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat (Portes, 1976).

b. Pembangunan merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia,


baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak
menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan
sosial (Johan Galtung).

c. Pembangunan merupakan proses perubahan sosial berencana karena meliputi


berbagai dimensi untuk mengusah akan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi,
modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan, dan peningkatan
kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya (Bintiro Tjokroamidjojo).

d. Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi untuk menciptakan


alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk
memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004).

1). Pengertian Pembangunan Ditinjau dari Berbagai Segi

Secara sederhana, pembangunan sering dimaknai sebagai proses perubahan


ke arah keadaan yang lebih baik. Sebagai sebuah proses, pembangunan
dilaksanakan tidak secara instan. Ada proses yang berlaku mulai tahap formulasi
sampai pada tahap evaluasi sehingga pembangunan yang dilaksanakan sesuai
dengan hal-hal yang di rencanakan , memberikan manfaat kepada masyarakat,
dan mengevaluasi kelemahan - kelemahan dari pelaksanaan pembangunan
tersebut.

Seers (1996), sebagaimana dikutip Ginandjar, menyatakan bahwa dalam


membangun terdapat pertimbangan nilai (value judgment). Hal ini
mengindikasikan bahwa dalam membangun tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang berkembang pada masyarakat tersebut.

Demikian pula Riggs (1996), sebagaimana dikutip Ginandjar, menyatakan


bahwa dalam membangun terdapat orientasi nilai yang menguntungkan
(favourable value orientation). Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
pembangunan yang dilakukan, selain merupakan sebuah proses perubahan ke
arah yang lebih baik (dalam pengertian memberikan manfaat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat ), juga harus memerhatikan kearifan lokal yang
berkembang pada masyarakat. Hal ini bertujuan agar pembangunan yang
dilaksanakan tersebut tidak mengalami resistensi di tengah masyarakat. Apabila
ini terjadi, pembangunan akan terhambat dan tidak mustahil akan memberikan
perubahan ke arah yang lebih buruk dari saat sekarang.

2). Ide Pokok Pembangunan

Siagian ( 2 0 0 5 : 4 ) menjelaskan bahwa pembangunan didefinisikan sebagai


rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan
sadar, yang ditempuh oleh suatu bangsa dan negara menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (nation building). Menurutnya, apabila disimak secara
cermat dari definisi tersebut, muncul tujuh ide pokok dari pembangunan yang
dilakukan, yaitu sebagai berikut.

a. Pembangunan Merupakan Sebuah Proses

Sebagai sebuah proses, pembangunan berkelanjutan selama bangsa tersebut


ada dan memiliki tahapan yang pada satu pihak sebagai independensi dan pada
pihak lain sebagai bagian dari sesuatu yang tidak akan pernah berakhir. Artinya,
pembangunan harus tetap berjalan sesuai tahapannya yang berdasarkan jangka
waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh dari pelaksanaan
pembangunan tersebut.

Tujuan pembangunan yang dilaksanakan adalah mencapai masyarakat yang


sejahtera dengan hakikat untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

b. Pembangunan Dilaksanakan Secara Sadar

Pembangunan harus dilaksanakan secara sadar. Oleh karena itu, kegiatan


yang dilakukan dalam masyarakat tanpa melalui proses atau tahapan tertentu dan
dilakukan secara sporadis, insidental tidak dapat dikatakan sebagai
pembangunan, sekalipun mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat
setempat.

c. Pembangunan Dilaksanakan Secara Terencana

Perencanaan dalam pembangunan dapat berupa perencanaan jangka pendek,


jangka menengah, ataupun jangka panjang. Setiap tahap memiliki rentang waktu
tertentu. Kegiatan merencanakan dimaksudkan untuk mengambil keputusan pada
masa kini mengenai hal-hal yang akan dilaksanakan pada waktu tertentu pada
masa mendatang.

Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan.


Pertumbuhan dimaksudkan agar terjadi peningkatan kemampuan suatu negara
untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk berkembang.
Pertumbuhan berarti tidak hanya mampu mempertahankan hal-hal yang sudah
dimiliki, tetapi juga lebih memperlihatkan eksistensinya dalam pergaulan bangsa
dan negara.

Perubahan dalam pembangunan berarti melakukan antisipasi dan proaktif


dalam menghadapi situasi yang berbeda dari waktu ke waktu. Situasi ini bersifat
dinamis, yang selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, apakah
dapat diprediksi atau tidak. Dengan demikian, situasi ini tidak hanya berputar
pada cara mempertahankan status quo.
d. Pembangunan Mengarah pada Modernitas

Modernitas merupakan cara hidup yang lebih baru dan lebih baik dari
sebelumnya. Demikian pula, pola pikir lebih rasional, tetapi tetap memiliki nilai
budaya yang lebih kuat dan mempertahankan tingkat fleksibilitasnya. Modernitas
bukan berarti tingkah laku yang kita lakukan semuanya identik dengan cara hidup
gaya barat, tetapi cara mempertahankan jati diri dengan nilai-nilai luhur yang
dimiliki. Sebagai bangsa Indonesia, kita memiliki nilai-nilai luhur yang
dikandung oleh Pancasila yang merupakan kepribadian bangsa.

Pembangunan, modernisasi, dan industrialisasi sulit dipisahkan satu sama lain


karena, sebagaimana dinyatakan Gouled (1977), ketiga hal tersebut merupakan
rangkaian proses perubahan sosial dan memiliki luasan (scope) yang berbeda.
Pembangunan merupakan perubahan sosial, modernisasi merupakan bentuk
khusus (special case) dari pembangunan, dan ind ustrialisasi ad alah salah satu
segi (a single facet) dari pembangunan.

Modernitas yang terkandung dalam pembangunan tidak bersifat tunggal,


tetapi meliputi berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Modernitas tersebut dapat diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, ataupun pertahanan dan keamanan.

e. Pembangunan Wadah Pembinaan Bangsa

Wadah pembinaan bangsa berfungsi untuk memperkukuh fondasinya dan


memantapkan keberadaannya di dunia internasional. Wadah pembangunan
diharapkan dapat meng- hasilkan kesetaraan terhadap bangsa dan negara lain di
dunia. Wadah ini pula yang diharapkan dapat menghilangkan status negara
berkembang, negara miskin, negara terbelakang, negara dunia ketiga, dan
sebagainya yang membawa stigma negatif dalam pergaulan dunia internasional.

B. Definisi Administrasi Pembangunan

Definisi administrasi pembangunan menurut beberapa ahli sebagai berikut.


Menurut Hiram S. Phillips (1968), administrasi pembangunan adalah “rather
than the traditional term of public administration to indicate the need for a
dynamic process designed particularly to meet requirementsof social and
economic changes”. Pernyataan ini berarti “lebih baik daripada masa tradisional
administrasi publik untuk menunjukkan kebutuhan terhadap suatu proses dinamis
yang didesain secara khusus untuk mendapatkan syarat perubahan sosial dan
ekonomi”.

Menurut Mustopadidjaja (1976), administrasi pembangunan adalah “ ilmu


dan seni” tentang pembangunan suatu sistem administrasi negara dilakukan
sehingga system administrasi tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi
umum pemerintahan dan pembangunan secara efisien dan efektif.

Menurut J.B. Kristadi (1998), administrasi pembangunan adalah administrasi


negara yang mampu mendorong ke arah proses perubahan, pembaharuan, dan
penyesuaian serta pendukung suatu perencanaan.

Menurut Sondang P.Siagian ( 1982:4 ), administrasi pembangunan adalah


seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata
kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.

Menurut Sondang P. Siagian (2007), administrasi pembangunan mencakup


dua pengertian, yaitu administrasi dan pembangunan. Administrasi adalah
keseluruhan proses pelaksanaan keputusan yang telah diambil dan
diselenggarakan oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya, sedangkan pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu bangsa dan negara menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (nation-building).

Edward W. Weidner (1967) lebih spesifik merumuskan administrasi


pembangunan sebagai berikut:
“Development administration is defined as administrative development and
the administration of development programmes. For the administration of the
development, it is necessary that the administrative machinery itself should
be improved and developed to enable a well coordinated and multi functional
approach towards solving national problem on development.”

Administrasi pembangunan menggambarkan sebagai suatu pengembangan


yang administratif dan administrasi dalam program pengembangan.

Menurut Paul Meadows (1968: 86), dalam bukuny a Motivation for Change
and Development Administration, mendefinisikan administrasi pembangunan
sebagai berikut.

“Development administration can be regarded as the public management


of economic and social change in term of deliberate public policy. The
development administrator is concerned with guiding change”.

Administrasi pembangunan dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengatur


masyarakat di bidang ekonomi dan perubahan sosial dalam hal menetapkan
kebijakan publik.

Bintoro Tjokrohamidjojo ( 1 9 76 :14 ) menegaskan bahwa administrasi


pembangunan mempunyai dua fungsi yaitu: pertama, penyusunan kebijakan
penyempurnaan administrasi negara (the development of administration),
meliputi bidang organisasi, kelembagaan, kepegawaian, ketatalaksanaan, dan
sarana-sarana administrasi. Kedua, penyempurnaan administrasi untuk
mendukung perumusan kebijakan dan program-program pembangunan, serta
pelaksanaannya secara efektif. Aspek kedua ini dinamakan (the administration of
development process) atau administrasi proses pembangunan.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa administrasi


pembangunan adalah seluruh proses yang akan dilakukan oleh administrator
dalam upaya untuk mendorong dan untuk memberikan suatu pengawasan
terhadap masyarakat ke arah modernisasi dan kebaikan yang multi-dimensional
secara terpadu dan administratif.
C. Konsep-konsep Pembangunan

Konsep pembangunan yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan


kesejahteraan manusia dalam arti yang luas. Pembangunan menurut literatur-
literatur ekonomi pembangunan seringkali didefinisikan sebagai suatu proses
yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapita melalui
peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. Dari pandangan itu lahir
konsep-konsep mengenai pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi. Teori
mengenai pertumbuhanekonomi dapat ditelusuri setidak-tidaknya sejak abad
ke18.

Konsep pembangunan biasanya melekat dalam konteks kajian suatu


perubahan, pembangunan disini diartikan sebagai bentuk perubahan yang
sifatnya direncanakan; setiap orang atau kelompok orang tentu akan
mengharapkan perubahan yang mempunyai bentuk lebih baik bahkan sempurna
dari keadaan yang sebelumnya; untuk mewujudkan harapan ini tentu harus
memerlukan suatu perencanaan. Pembangunan secara berencana lebih dirasakan
sebagai suatu usaha yang lebih rasional dan teratur bagi pembangunan
masyarakat yang belum atau baru berkembang. (Subandi: 2011:9-11).

Ada beberapa konsep yang digunakan untuk mengukur pembangunan

1. Kekayaan Rata-Rata

Sebuah negara dikatakan berhasil melaksanakan pembangunan bila


pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup tinggi. Dengan demikian, yang
diukur adalah produktivitas masyarakat atau produktivitas negara setiap
tahunnya. Atau dalam bahasa teknis ekonominya produktivitas ini diukur oleh
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP). Produk
Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional)
selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi
perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.
Konsep pendapatan nasional ini pertama kali dicetuskan oleh Sir William
Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya
(Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan
bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi)
selama setahun. Namun, pendapattersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi
modern sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah
satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat
utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto
(Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar
pada suatu negara.
2. Pemerataan

GNP sebuah negara bukan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan


dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena bisa jadi kekayaan tersebut
dimiliki tidak merata oleh penduduknya. Semisal sebagian kecil orang di dalam
negara tersebut memiliki kekayaan berlimpah, sedangkan sebagian besar hidup
dalam kemiskinan. Hal ini bisa menimbulkan ironi. Kadang, kita bisa melihat
sebuah negara yang memiliki pendapatan per kapita tinggi namun di mana-mana
kita lihat orang hidup miskin, tidak punya tempat tinggal, tidak bisa makan, dan
sebagainya.
3. Kualitas kehidupan

Salah satu cara untuk mengukur kesejahteraan penduduk sebuah negara


adalah dengan menggunakan tolak ukur PQLI (Physical Quality of Life Index).
Tolak ukur ini diperkenalkan oleh Moris yang mengukurtiga indikator, yaitu rata-
rata harapan hidup sesudah umur satu tahun, rata-rata jumlah kematian bayi, dan
rata-rata persentase buta dan melekhuruf.
Garis-garis Besar Haluan Negara telah menetapkan bahwa di dalam
pelaksanaan pembangunan, sumber-sumber alam Indonesia haruslah digunakan
secara rasional. Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara selanjutnya digariskan
pula bahwa penggalian sumber-sumber kekayaan alam harus diusahakan agar
tidak merusak tata lingkungan hidup manusia, dilaksanakan dengan
kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan
generasi yang akan datang.
Setelah Adam Smith, Thomas R. Malthus, dan David Ricardo yang disebut
sebagai aliran klasik, berkembang teori pertumbuhan ekonomi modern dengan
bervariasinya. Pada intinya teori ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Akumulasi
modal (physical capital formation) ; dan 2) Peningkatan kualitas dan investasi
sumber daya manusia (human capital). Salah satu dampaknya yang besar dan
berlanjut hingga sekarang adalah model pertumbuhan yang dikembangkan oleh
Harrod (1948) dan Domar (1946). Pada intinya, model ini berpijak pada
pandangan Keynes (1936) yang menekankan pentingnya aspek permintaan dalam
mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Pembangunan pada hakekatnya adalah suatu proses transformasi masyarakat
dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang makin mendekati tata
masyarakat yang dicita-citakan; dalam proses transformasi itu ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change),
tarikan antara keduanya menimbulkan dinamika dalam perkembangan
masyarakat. Akan halnya kecenderungan konsep pembangunan yang
dikembangkan di Indonesia (Wrihatnolo dan Dwijiwinoto (2007) mengemukakan
adanya tahapantahapan sebagai berikut:
1. Strategi pertumbuhan

2. Pertumbuhan dan distribusi

3. Teknologi tepat guna

4. Kebutuhan dasar

5. Pembangunan berkelanjutan

6. Pemberdayaan

Menurut Rostow trasnformasi dari negara yang terbelakang menjadi negara


maju dapat dijelaskan melalui suatu urutan tingkatan atau tahap pembagunan
yang dilalui oleh semua neagara. Rostow mengemukakan limatahap yang dilalui
oleh suatu negara dalam proses pembangunannya; yaitu;

1) Masyarakat teradisional adalah masyarakat yang belom mengetahui


teknologi modren, tetapi masih mengandalkan tenaga fisik. Sektor
utamanya masih berbasis pertanian, perikanan, kehutanan dan perternakan.
2) Persiapan menuju tingkat landas merupakan masyarakat yang mulai banyak
menggunakan ilmu dan teknologi modren untuk menuju negaraindustri.
3) Tinggal landas merupakan pertumbuhan ekonomi meningkat dengan
prioritas pembangunan disektor industri
4) Masyarakat dewasa merupakan masyarakat menggunakan teknologi
modren untuk melakukan semua aktivitas ekonominya.
5) Masa tingginya komsumsi masyarakat merupakan masyarakat memiliki
tingkat komsumsi yang tinggi untuk produksi barang dan jasa.
Sedangkan dalam Teori Modernisasi berkembang pasca perang dunia
kedua, yaitu pada saat Amerika terancam kehilangan lawan dagang sehingga
terjadi kejenuhan pasar dalam negeri. Amerika melibatkan diri membantu
negara-negara Eropa yang porak-poranda seusai perang. Perlahan Eropa mulai
bangkit dari keterpurukannya. Keterlibatan ini ternyata bukan saja mampu
‘menolong’ negara-negara Eropa, tetapi ternyata justru memberikan banyak
keuntungan yang lebih bagi Amerika. Keberhasilan pembangunan yang
diterapkan pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk
melakukan ekspansi pasar ke negara-negara Dunia Ketiga sekaligus
memberikan bantuan untuk pembangunannya. Kenyataannya, keberhasilan
yang pernah diterapkan di Eropa ternyata banyak mengalami kegagalan di
negara-negara Dunia Ketiga. Penjelasan tentang kegagalan ini memberikan
inspirasi terhadap sarjanasarjana sosial Amerika, yang kemudian
dikelompokkan dalam satu teori besar, dan dikenal sebagai teori Modernisasi
(Budiman, dalam Frank,1984: ix).
Berikut ini, asumsi dasar dari teori modernisasi.
1) Berangkat dari dua kutub dikotomis, antara masyarakat modern dan
masyarakat tradisional. Masyarakat modern diidentikkan dengan
masyarakat negara-negara maju dan masyarakat tradisional diidentikkan
dengan masyarakat negara-negara berkembang;
2) Berangkat dari modernisasi tersebut maka negara-negara maju memberikan
peran sangat dominan dan dianggap positif, menularkan nilai-nilai modern
di samping memberikan bantuan modal dan teknologi. Teori modernisasi
menekankan bahwa tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal melainkan internal (traditional life);
3) Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa, kapan, dan
di mana saja.
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan
yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan
menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses
perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal
mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan
alat-alat yang tradisional.
Sedangkan dalam Teori Dependensi atau Teori Ketergantungan lebih
menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara
Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili
“suara negara-negara pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik,
budaya, dan intelektual dari negara maju.
Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus
pemikiran utama persoalan pembangunan yang didominasi oleh teori
modernisasi. Teori dependensi lahir karena teori modernisasi ternyata
mempunyai banyak kelemahan sehingga timbul sebuah alternatif teori yang
merupakan antitesis dari teori modernisasi. Kegagalan modernisasi membawa
kemajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap kritis beberapa
ilmuwan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang
tentu saja mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah
ada. Kritikan terhadap modernisasi yang dianggap sebagai “musang berbulu
domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru semakin mencuat
dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya.
Frank sebagai pelopor kemunculan teori dependensi, pada awalnya menyerang
pendapat Rostow.
Asumsi dasar dari teori Dependensi mencakup: (1) keadaan ketergantungan
dilihat sebagai suatu gejala yang sangat umum, berlaku bagiseluruh negara dunia
ketiga; (2) ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh ‘faktor
luar’; (3) permasalahan ketergantungan lebih dilihat sebagai masalah ekonomi,
yang terjadi akibat mengalirnya surplus ekonomi dari negara dunia Ketiga ke
negara maju; (4) situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global; dan (5) keadaan
ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang
dengan pembangunan (Suwarsono-So, 1991: 111).
Teori Dependensi ini bukannya tanpa kekurangan, bahkan kritik yang
dilontarkan mungkin lebih banyak dari sanggahan terhadap teori Modernisasi
(Suwarsono-So, 1991: 137). Salah satu persoalan yang luput dari perhatian
teori dependensi adalah kurangnya pembahasan tentang kolonialisme yang
pernah tumbuh subur di kebanyakan negara-negara berkembang. Menurut
perspektif dependensi, pemerintahan kolonial didirikan dengan tujuan menjaga
stabilitas pemerintahan jajahan, dan pemerintahan ini tidak akan pernah
dibentuk dengan tujuan untuk membangun negara pinggiran (Suwarsono-So,
1991: 121). Teori ketergantungan ini lahir dari dua induk. Induk yang pertama
adalah seorang ahli ekonomi liberal: Raul Prebisch. Induk yang kedua adalah
teoriteori Marxis tentang imperialism dan kolonialisme, serta seorang pemikir
Marxisyang merevisi pandangan Marxis tentang cara produksi Asia, yakni Paul
Baran. Kedua induk ini adalah para pemikir pendahulu dari Teori
Ketergantungan.
Pemikiran tentang imperialisme dan kolonialisme bergumul dengan
pertanyaan: mengapa bangsa-bangsa di Eropa melakukan ekspansi keluar dan
menguasai bangsa-bangsa lainnya, baik secara politis maupun secara
ekonomis? Apa yang menjadi dorongan utamanya? Ada tiga kelompok teori
yang memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini, yakni kelompok teori yang
menekankan:
1) idealisme manusia dan keinginannya untuk menyebarkan ajaran Tuhan,
untuk menciptakan dunia yang lebih baik;
2) kehausan manusia terhadap kekuasaan, untuk kebesaran pribadi
maupun kebesaran masyarakat dan negaranya.
3) pada keserakahan manusia, yang selalu berusaha mencari tambahan
kekayaan, yang didorong oleh kepentingan ekonomi.
Ketiga kelompok teori ini dirumuskan sebagai kelompok-
kelompok teori God (Tuhan, yang melambangkan keinginan manusia untuk
menyebarkan agama untuk menciptakan dunia yang lebih baik), teori Glory
(kebesaran, yang melambangkan kehausan manusia akan kekuasaan), dan
teori Gold (emas, yang melambangkan keserakahan manusia terhadap harta).
D. Perkembangan Pemikiran dalam Admnistrasi Publik

George Fredericksonmenjelaskan bahwa munculnya new public


administration diawali dengan beberapa kejadian seperti pada tahun 1960-an
terjadi beberapa krisis secara bersamaan. Pertama, krisis kekotaan bersumber dari
suburbanisasi yang tidak bisa ditawar–yang didukung pemerintahan.

Kedua, krisis rasial amat erat berhubungan dengan krisis sebelumnya, untuk
sebagian berasal dari getoisasi (perkampungan di kota yang umumnya dihuni
oleh penduduk dari kelompok minoritas). Dengan memburuknya pusat-pusat
kota, maka buruk pulalah lembaga pelayanan masyarakat, tingkat pengangguran
yang tak terkendali terutama di kalangan minoritas dan sistem kesejahteraan
terlalu menanggung beban yang berat.Ketiga, terjadi krisis energi diikuti dengan
krisis lingkungan, perawatan kesehatan, transportasi dan seterusnya dan semua
krisis ini telah mempengaruhi administrasi negara. 2 Tiga peristiwa yang terjadi
antara tahun 1960-an dan 1970-an yang berpengaruh pada masyarakat dan
pemerintahan serta administrasi negara: perang Vietnam, kekacauan kota dan
perselisian rasial yang terus berlangsung dan skandal Watergate. Kebanyakan
karyawan negara tidak punya identitas dengan bidang administrasi negara,
mereka lebih mengidentifikasikan diri dengan lapangan profesi lain, dan
menjadikan administrasi negara sebagai profesi kedua.

Administrasi negara berkembang sebagai kajian akademis melalui tahapan-


tahapan yang disajikan dalam paradigma yang saling memengaruhi satu dan
lainnya. Setiap fase dalam paradigma ini berkembang sesuai dengan lokus dan
fokus masing-masing. Lokus menunjukkan tempat administrasi negara dikaji
secara institusional, sedangkan fokus merupakan sasaran dari spesialisasi
administrasi negara. Menurut Robert T. Golembiewski (1977), paradigma ini
hanya dapat dipahami melalui hubungan dengan fokus dan lokusnya. Untuk
menganalisis perkembangan konseptual ilmu administrasi negara, dapatdilakukan
metode pendekatan matriks locus dan focus (2 x 2 matrix) dari Golembiewski
(1977). Menurutnya, perkembangan ilmu administrasi negara mempunyai empat
fase, yaitu: (1) perbedaan analitik politik dari administrasi, (2) perbedaan
konkret politik dari administrasi, (3) manajemen, (4) orientasi terhadap kebijakan
publik.

Studi tentang administrasi publik dapat dianggap bersifat multi-disipliner dan


eklektis, karena mengadaptasi ide, metode, teknik dan pendekatan dari disiplin
lain, seperti Psikologi, sosiologi, antropologi, komunikasi, hukum, ekonomi,
politik, dll. (baca Simon, Harmon dan Mayer, 1986: 1-15; Pamudji, 1993: 79-
141). Sebagai satu bidang akademis, administrasi publik mengenal lima
paradigma yang menurut Golimbiewsky (dalam Henry, 1989: 21) berkisar pada
persoalan “lokus” dan “fokus”. Lokus adalah tempat atau letak, sedangkan fokus
adalah apa yang dipelajari. Paradigma Administrasi Publik Artikulasi
perkembangan administrasi publik dapat dikaitkan dengan perkembangan
paradigmanya. Henry (1989: 22-) mengemukakan lima paradigma administrasi
publik:
1. Paradigma 1: Dikotomi Politik-Administrasi (1900 – 1926). Periode ini
ditandai dengan peluncuran buku yang ditulis oleh Frank J. Goodnow dan
Leonardo D. White. Goodnow menyatakan ada dua fungsi dari pemerintahan.
Pertama, fungsi politik yang menyangkut pembuatan kebijakan atau
pengekspresian kemauan negara. Kedua, fungsi administrasi yang
menyangkut pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat. Dua fungsi
pemerintahan ini dicontohkan dengan baik oleh sistem pemisahan kekuasaan di
Amerika Serikat ketika itu. Walaupun demikian, pada dasarnya Goodnow
berpendapat bahwa administrasi publik semestinya berpusat pada birokrasi
pemerintahan. Administrasi publik mulai memperoleh legitimasi akademik
pada tahun 1920an, khususnya setelah terbit karya Leonardo D. White. White
secara tegas menyatakan politik seharusnya tidak mencampuri administrasi
dan administrasi publik harus dianggap sebagai studi ilmiah dan dapat bersifat
bebas nilai. Sedangkan misi pokok administrasi publik adalah keefisienan dan
keekonomisan. Pada periode pertama ini jelas terlihat bahwa administrasi
publik menekankan pada lokus yaitu tempat di manaadministrasi publik harus
berada. Jika dihubungkan dengan kuartet (empat serangkai) teori Bailey –
deskriptif, normatif, asumtif dan instrumental – jelas bahwa administrasi
publik berorientasi pada aspek normatif.

2. Paradigma 2: Prinsip Administrasi Publik (1927-1937). Periode kedua


diawali dengan terbitnya karangan W.F. Wilioughby yang berjudul Principles
of Public Administration. Pada masa itu, diasumsikan adanya beberapa
prinsip administrasi yang bersifat universal, berarti tidak dibatasi oleh
dimensi ruang dan waktu. Prinsip administrasi berlaku pada setiap
lingkungannya tanpa memandang bentuk budaya, fungsi, lingkungan, misi
dan institusi. Sehingga, prinsip administrasi itu dapat diterapkan di mana saja
baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Tokoh-
tokoh dalam periode in antara lain adalah Mary Parker Follet, Henri Fayol,
James D. Mooney dan Alan C. Reiley. Para pakar teori organisasi sering
menggelari tokohtokoh tersebut sebagai penganut mazhab manajemen
administratif, karena fokusnya pada hirarki dalam organisasi. Pada periode ini
pula muncul Luther H. Gullik dan Lyndall Urwich yang mengintrodusir tujuh
prinsip administrasi yakni Planning,Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, Budgeting yang disingkat POSDCORB. Pada
periode tahun 1938-1947, Chester I. Barnard muncul dengan
memperkenalkan buku berjudul The Functions of Executive. Buku Barnard
mempengaruhi Simon. Pada dekade 1940an, gejolak administrasi publik
menampilkan dua arah. Pertama, telah tumbuh kesadaran bahwa politik dan
administrasi tidak bisa dipisahkan, dalam pengertian apapun. Kedua, prinsip
administrasi secara logis tidak konsisten. Simon secara terangterangan
mengabaikan adanya prinsip administirasi.

3. Paradigma 3: Administrasi publik sebagai Ilmu Politik (1950-1970) 5 Pada


periode akhir tahun 1930an, muncul kritik yang tajam terhadap administrasi
publik, seperti dilontarkan oleh Simon. Akibatnya, administrasi publik
kembali ke disiplin induknya yaitu ilmu politik. Pengaruh dari gerakan
mundur ini adalah adanya pembaruan definisi mengenai lokus yang ditujukan
kepada birokrasi pemerintah, tetapi melepaskan hal yang berkaitan dengan
fokus. Periode ini dianggap sebagai upaya untuk meninjau kembali segala
jalinan konseptual antara administrasi publik dan politik. Namun,
konsekuensi upaya tersebut hanya menciptakan koridor studi yang akhirnya
mengarah pada keterampilan belaka. Dengan demikian, wajar jika publikasi
tentang administrasi publik pada tahun 1950an hanya berbicara tentang
penekanan fokus, satu wilayah kepentingan dan bahkan sinonim dengan ilmu
politik. Ringkasnya, periode ini ditandai dengan penekanan lokus yaitu pada
birokrasi pemerintahan, sedangkan tulisan yang muncul berusaha mengaitkan
administrasi dengan ilmu politik. Menurut Islamy (1994: 6-7), fokus
administrasi publik pada tahapan ini semakin berkurang.

4. Paradigma 4: Administrasi publik sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)


Melihat posisinya sebagai “warga negara kelas dua” dalam ilmu politik, maka
tokoh administrasi publik mulai mencari alternatif lain, yaitu menjadikan
administrasi sebagai ilmu. Tetapi, baik dalam ilmu politik maupun dalam
ilmu administrasi, administrasi publik tidak kelihatan indentitas dan
spesifikasinya. Paradigma keempat ini terjadi hampir bersamaan waktunya
dengan berlakunya paradigma ketiga. Istilah ilmu administrasi di sini
diartikan sebagai segala studi di dalam teori organisasi dan manajemen. Teori
organisasi yang semula dikembangkan oleh para psikolog, sosiolog dan para
ahli administrasi niaga serta para ahli administrasi publik diangkat untuk
lebih memahami perilaku organisasi. Sementara itu, ilmu manajemen lebih
berdasar pada hasil penelitian dari para pakar statistik, analis sistem, ekonom
dan pakar administrasi publik, dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas
program secara lebih tepat dan efisien. Pada kasus ini, fokus lebih
dipentingkan daripada lokus. Tokoh yang mempeloporinya antara lain adalah
James G. March dan Herbert Simon, Richard Cyret dan March, James March,
James D. Thomson, dan sebagainya. Pada tahapan ini ilmu administrasi
merupakan studi gabungan teori organisasi dan ilmu manajemen. Namun,
sebagaimana pada paradigma 2, ilmu administrasi lebih banyak
mengetengahkan fokusnya daripada lokusnya, dan administrasi dan
prinsipnya tetap sama dimana pun berada. Pada tahun 1960an, muncul
“pengembangan organisasi” sebagai bagian dariilmu administrasi. Spesialisasi
baru ini menarik perhatian sarjana ilmu administrasi publik, tetapi kemudian
muncul masalah baru tentang garis demarkasi yang memisahkan administrasi
“public” dengan administrasi “private”. Selain itu, pengertian publik dalam
administrasi publik juga diperdebatkan, sehingga paradigma keempat ini
belum dapat mengatasimasalah lokus administrasi publik.
5. Paradigma 5: Administrasi Publik sebagai Administrasi Publik (1970 – kini)
Walaupun belum diperoleh kata sepakat mengenai fokus dan lokus
administrasi publik, tetapi pemikiran Simon tentang dua aspek yang perlu
dikembangkan dalam disiplin administrasi publik kembali mendapat perhatian
serius. Kedua hal tersebut adalah: (1) para pakar administrasi publik yang
meminati pengembangan satu ilmu murni mengenai administrasi, dan (2) satu
kelompok lebih besar yang meminati persoalan kebijakan publik. Aspek
pertama terlihat dari perkembangan dalam teori organisasi selama dua puluh
tahun terakhir. Teori tersebut lebih memusatkan perhatian pada: bagaimana
dan mengapa anggota organisasi bertingkah laku? Dan bagaimana dan
mengapa keputusan tertentu dibuat?, daripada mempersoalkan bagaimana hal
tersebut akan terjadi? Disamping itu, juga terlihat adanya kemajuan yang
dicapai dalam teknik manajemen yang juga menggambarkan apa yang telah
dipelajari dari pengetahuan teoritis tentang analisis organisasi. Mengenai
aspek kedua, terlihat adanya kemajuan dalam merencanakan lokus
administrasi publik yang relevan bagi para administrator publik.
Perkembangan lainnya yang terlihat ialah para pakar administrasi publik
semakin terlibat dalam pengembangan ilmu kebijakan, ekonomi politik,
proses pembuatan dan analisis keputusan serta dengan ukuran hasil
kebijakan. Aspek terakhir ini dapat dianggap sebagai bentuk pertalian fokus
dan lokus administrasi publik. Paradigma ini distimulasi dengan pendirian the
National Association of Schools of Public Affairs and Administration
(NASPAA). Formasi lembaga ini tidak hanya menandai perkembangan
administrasi publik, melainkan pula menunjukkan kepercayaan diri
administrasi publik.

Perkembangan administrasi publik dalam wujud birokrasi


(pemerintahan) pada awal abad ke-20 ditandai dengan tulisan Max Weber
yang membedakan dua konsep birokrasi. Pertama, birokrasi patrimonial yang
berfungsi berdasarkan nilai tradisional 7 yang tidak memisahkan antara tugas,
wewenang dan tanggung jawab resmi kedinasan dengan urusan pribadi
pejabat yang mengelola birokrasi. Kedua, birokrasi modern yang
mempunyai ciri-ciri seperti spesialisasi, berdasarkan pada hukum dan
pemisahan antara urusan pribadi pejabat dan urusan organisasi. Weber
mengidentifikasi ciri birokrasi modern dalam bentuk yang ideal dan
menyebut birokrasi tersebut sebagai birokrasi rasional dan berdasarkan
hukum (baca Kasim, 1993).
Pengertian reformasi administrasi dapat diperkaya dengan mengutip
pendapat de Guzman dan Reforma (Mawhood, 1983) yang mengatakan
bahwa, reformasi administrasi adalah, pertama, merupakan perubahan yang
direncanakan atau disengaja terhadap birokrasi pemerintahan. Kedua,
merupakan hal yang sama dengan inovasi. Ketiga, perbaikan terhadap
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik sebagai hasil yang ingin dicapai
dari proses reformasi. Keempat, urgensi reformasi didorong oleh adanya
kebutuhan untuk mengatasi ketidakpastian dan perubahan yang cepat pada
lingkungan organisasi.
Reformasi administrasi di negara sedang berkembang merupakan
Conditio Sine Qua Non dan menjadi perhatian pemerintah. Reformasi
administrasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan di
negara sedang berkembang, terlepas dari tingkat perkembangan atau
kecepatan pertumbuhan dan arah serta tujuannya (Zauhar, 2002). Oleh karena
itu, meskipun banyak gagasan yang diperkenalkan untuk melakukan reformasi
administrasi yang didasarkan atas premis yang tidak teruji, namun reformasi
administrasi memiliki asumsi bahwa selalu ada alternatif yang lebih baik
daripada mempertahankan status quo.

Menurut Dror (dalam Zauhar, 2007) ada tiga tujuan internal reformasi
administrasi yakni: 1) efisiensi administrasi dalam arti penghematan uang,
yang dapat dicapai melalui penyederhanaan formulir, perubahan prosedur,
penghilangan duplikasi dan kegiatan organisasi metode yang lain; 2)
penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi 9 seperti korupsi, pilih
kasih dan sistem teman dalam sistem politik dan lain lain; 3) pengenalan dan
penggalakan sistem merit, pemrosesan data melalui sistem informasi yang
otomatis, peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.
Sementara itu, Mosher (dalam Zauhar, 2007) mengidentifikasi empat sub-
tujuan reformasi yaitu: 1) melakukan perubahan inovatif terhadap kebijakan
dan program pelaksanaan; 2) meningkatkan efektivitas administrasi; 3)
meningkatkan kualitas personil; dan 4) melakukan antisipasi terhadap
kemungkinan kritik dan keluhan pihak luar. Berdasarkan konsep tersebut,
dalam upaya akselerasi perkembangan ekonomi maka reformasi administrasi
menyediakan aparatur birokrasi yang efisien dan alat yang dapat
mengorganisir pengembangan ekonomi secara baik melalui perencanaan
investasi. Alasannya ialah dalam pengembangan ekonomi diperlukan tingkat
investasi yang hanya mungkin terjadi melalui negara dan melalui skala
prioritas serta dengan tingkat kualifikasi yang baik, profesionalitas dan
organisasi birokrasi yang efisien (Leemans, 1976).
Dinamika perkembangan ilmu administrasi senantiasa selaras dengan
dinamika perkembangan peradaban zaman dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Demikian pula akselerasi perkembangan ilmu administrasi akan
seiring dengan perkembangan paradigmanya. Secara konsepsional, minimal
dikenal lima paradigma administrasi publik yang dimulai dengan dikotomi
politik-administrasi, dilanjutkan dengan perkembangan prinsip-prinsip
administrasi, administrasi publik sebagai ilmu politik, administrasi publik
sebagai ilmu administrasi, dan saat ini administrasi publik sebagai
administrasi publik yang berdiri sendiri sebagai salah satu bidang kajian ilmu
administrasi. Perkembangan paradigma administrasi publik ini pada akhirnya
bermuara pada adanya upaya melakukan reformasi administrasi. Reformasi
administrasi pada hakikatnya menyangkut dimensi dan spektrum yang sangat
luas dan kompleks dengan tujuan untuk menyempurnakan performansi
birokrasi, baik pada tataran institusional maupun tataran personal yang
terlibat dalam formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan. Dengan
demikian, diperlukan administrasi publik dan reformasi administrasi yang
mendukung perubahan dan pengembangan organisasi baik perubahan sistem
secara luas maupun perubahan kelembagaan (struktural) secara khusus.
E. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan
Karena semua organisasi publik memiliki setidaknya beberapa jenis tujuan,
berdasarkan orientasi tujuan, mereka dapat mengklaim berada di bawah lingkup
administrasi pembangunan. Hal ini menimbulkan masalah dalam membedakan
antara organisasi publik yang berkembang dan non perkembangan. Telah diakui
bahwa administrasi pembangunan umum mirip dengan administrasi publik
“tradisional” (tampaknya non-pembangunan) sejauh ini berkaitan dengan
bagaimana kebijakan, dan norma diimplementasikan oleh organisasi
pemerintahan. Di sisi lain, terdapat pendapat bahwa sistem administrasi
pembangunan berbeda dari sistem non-pembangunan dalam hal tujuan, ruang
lingkup, kompleksitas, dan tingkat inovasi dalam operasinya. Dalam upaya untuk
menjelaskan perbedaan tersebut, Irving Swerdlow telah menggunakan contoh
program pembaruan perkotaan (tampaknya pembangunan) dan menjalankan
departemen air kota (tampaknya non-pembangunan).

Dengan penekanan pada dikotomi antara administrasi pembangunan dan


administrasi non-pembangunan. ruang lingkup, administrasi pembangunan
sebagai disiplin dan profesi telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Pertama, disiplin atau studi administrasi pembangunan telah difokuskan pada
tujuan progresif sistem administrasi dan dengan demikian telah memperkuat
orientasi ideologis administrasi publik. Nilai telah mengambil tempat sentral
dalam analisis administrasi pembangunan.

Kedua, tujuan progresif ini dipelajari dalam konteks yang sangat luas yang
melibatkan sistem politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi. Dengan
demikian, mahasiswa administrasi pembangunan meneliti dimensi beraneka
ragam perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi secara
obyektif.

Ketiga, analisis administrasi pembangunan tidak terbatas pada batas-batas


negara dan melampaui batas-batas tersebut dan sudah selayaknya menjadi lintas
nasional dan lintas budaya dalam pendekatan dan orientasinya.

Keempat, jaringan intelektualnya yang meluas telah menyelimuti sejumlah


cabang administrasi publik yang berasal dari berbagai bidang administrasi
fungsional. Misalnya bidang-bidang seperti administrasi Industri, administrasi
pertanian, administasi pendidikan, administrasi kesehatan, dan jaringan
intelektual administrasi pembangunan yang terus berkembang akan mencakup
administrasi irigasi dan administrasi kesejahteraan sosial. Dengan demikian,
administrasi pembangunan, melampaui masalah transformasi skala besar di
negara berkembang, membantu dalam memperkuat dasar empiris administrasi
publik sebagai disiplin ilmu dan dengan demikian membuatnya lebih 'ketat. Ide
dan pelajarannya dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memfasilitasi proses
pembangunan secara menyeluruh.

Proses pembangunan bangsa telah terjalin erat dengan proses pembangunan


kelembagaan sebagai hasil dari dorongan penyelenggaraan pembangunan. Baik
itu urbanisasi, transformasi pedesaan, pengembangan pendidikan, peningkatan
kesehatan, kesejahteraan perempuan, pengasuhan anak atau pertumbuhan
teknologi, tidak ada pembangunan yang terorganisir tanpa perencanaan yang
sistematis, pemrograman, koordinasi, pengelolaan sumber daya manusia dan
administrasi sumber daya non-manusia. Dengan demikian, dimensi efektivitas
dalam proses pemerintahan menempati tempat yang krusial. Tak pelak, inilah
dampak yang jelas dari luasnya cakupan administrasi pembangunan.

Administrasi pembangunan telah membuka jalan bagi administrasi baru yang


'manusiawi”. Ini telah mendorong promosi kepemimpinan yang giat dan
menginspirasi yang menghasilkan iklim motivasi dan mendorong yang terbaik di
antara personel yang membentuk jaringan organisasi pembangunan. Hal ini
menyebabkan perluasan lingkup administrasi pembangunan. Administrasi
pembangunan telah muncul sebagai titik pertemuan masalah empiris dan
normatif.

Saat membahas ruang lingkup administrasi pembangunan, terlihat jelas


bahwa disiplin ilmu ini, selama empat dekade terakhir telah membawa
metamorfosis dalam analisis dan penerapan sistem pemerintahan di seluruh
dunia. Ini telah menekankan pada peran sistem administrasi dalam menghasilkan
dan mempertahankan perubahan di lingkungannya. Dengan demikian, kewajiban
non-administratif dari sistem administrasi telah memperbesar status birokrasi
sebagai faktor kunci dalam mengubah tatanan sosial. Dalam analisis administrasi
pembangunan, dinamika administrasi ditonjolkan sebagai salah satu syarat
pembangunan bangsa. Selanjutnya, tekanan pada tujuan dan pencapaian mcreka
telah membantu administrasi pembangunan melampaui parameter 'teori tujuan”.
Ahli teori administrasi pembangunan telah menyoroti bahwa dalam masyarakat
demokratis, pemerintahan demokratis dapat membantu, mengembangkan dan
memperkuat filosofi dan strategi partisipatif.

Dalam suasana ini muncul pemimpin yang visioner dan motivasional yang,
melalui orientasi tujuan dan dengan pandangan ke depan, menciptakan iklim
motivasi dan sistem komunikasi terbuka yang memfasilitasi pengembangan
pembangunan yang berpusat pada orang. Seluruh struktur sistem administrasi
menciptakan iklim yang lebih efektif untuk tindakan yang bertujuan. Integrasi
tujuan oleh sistem administrasi melalui mekanisme perencanaan dan programnya
membantu dalam proses pengembangan tatanan sosial secara holistik.
Pendekatan holistik ini, pada gilirannya, mempromosikan transformasi berbasis
nilai yang memberikan tempat sentral pada premis kesetaraan, keadilan, nilai-
nilai instrumental dan budaya kerja yang positif. Kontribusi penting dari
administrasi pembangunan adalah dalam memperkuat administrasi “pengaturan”
melalui generasi sumber daya tambahan dan penciptaan iklim stabilitas dan
kebahagiaan yang, pada gilirannya, memberikan kredibilitas pada sisem
pemerintahan.

Menurut Siagian (2007), perumusan dan ruang lingkup administrasi


pembangunan merupakan keseluruhan proses pelaksanaan rangkaian kegiatan
yang bersifat pertumbuhan dan perubahan yang berencana menuju modernitas
dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam rangka pembangunan negara
(nationbuilding).
Ruang lingkup administrasi pembangunan mempunyai dua fungsi sebagai
berikut.
1). Penyusunan kebijaksanaan penyempurnaan administrasi
negara. Hal ini mencakup usaha penyempurnaan organisasi,
pembinaan lembaga yang diperlukan, pengurusan pegawai,
penataan kerja, d an p e ngurusan sarana-sarana ad m inistrasi
lainnya (the development of administration).
2). Perumusan kebijaksanaan dan program pembangunan serta
pelaksanaannya secara efektif (the administration of
development). Administrasi untuk pembangunan dapat pula
dibagi dalam dua subfungsi, yaitu perumusan kebijaksanaan
pembangunan dan pelaksanaannya secara efektif. Dengan
demikian, secara garis besar, ruang lingkup administrasi
pembangunan, yaitu:
a. penyempurnaan administrasi negara (the development
administration)
b. penyempurnaan administrasi perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan (the administration of development).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulnya bahwa administrasi
pembangunan merupakan seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara bangsa
untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam
semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam
rangka pencapaian tujuan akhirnya, sedangkan pembangunan administrasi
merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, membangun, meningkatkan kinerja
administrasi negara berkembang ke arah yang lebih baik dan diinginkan.
Jadi administrasi pembangunan dan pembangunan administrasi merupakan
ruang lingkup yang saling berkaitan satu sama lain untuk menghasilkan suatu
kibijakan dan tidak dapat dipisahkan antar satu sam lainnya.

B. Saran
Berkaitan dengan isi makalah, saya sangat menyadari makalah ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Jadi, saya harapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

A.F. Leemans. (1976), The Management of Change in Government (The Hague,


Abe, Alexander. 1994. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pusat
JogjaMandiri
Atmosudirjo, Prajudi. 1982. Administrasi dan Manajemen Umum. Jakarta:Ghalia
Indonesia.
Budiman, Arif Frank dan Andre Gunder. 1984. Sosiologi Pembangunan dan
Keterbelakangan Sosiologi. terj. Jakarta: Pustaka Pulsar.
Dekker.
Domar, E. D. (1946). “Capital expansion, rate of growth, and
employment”Econometrica. Vol.14 No.2: 137-147.
Gie, The Liang 1980. “ Dasar-Dasar Administrasi, Suatu Kumpulan Karangan Di
Daerah ” Jakarta : Pradnya Paramita
Ginanjar Kartasasmita. 1994. Manajemen Pembangunan Untuk NegaraBerkembang.
Jakarta, PT. Gelora Aksara Pratama.
Goulet, D. 1977. The Cruel Choice: A New Concept in the Theory of Development.
New York: Atheneum.
H.S. Phillips. 1986. Development Admini stration and the All iance ofProgress.
International Review of the Administrative Science, Vol.XXIX, 1968.
Handayaningrat, Soewarno. 1988. Pengantar Studi Ilmu Administrasi
danManajemen. Jakarta:CV. Haji Masagung
Harrod, R.F. (1948). .An Essay in the Dynamic Theory, Economic Journal; London:
Macmillan
Heady, Frel. 1995. Public Administration: A Comparative Perspective. New York:
Marcel
Henry, Nicholas. 1989. Public Administration and Public Affairs, fouth edition,
PrenticeHall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Institute of Social Studies);
John M. Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money,
NewYork, Harcourt Brace, 1936
jokroamidjojo, Bintoro. 1976. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES
Kasim, Pengukuran efektivitas dalam organisasi, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta 1993.
Kristiadi J.B.1998. Pemberdayaan Birokrasi Dalam Pembangunan.
PustakaSinarHarapan Jakarta.
Mawhood, Philip 1983. Local Government in The third word.Jhon Wiley & Sons
New York. United State.
Media Komputindo
Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia; Jakarta: LP3ES.
Moestopadidjaja, 1997. TransformasiManajemen MenghadapiGlobalisasiEkonomi.
Birokrasi danGlobalisasi dalam JurnalAdministrasiPembangunan. Vol. 1, No.1.
28-46.
Nugroho, I. Dan Rochimin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Perspektif
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta :LP3ES
Paul Meadows . 1 9 8 7 . Mo t i v a t i o n f o r Ch a n g e a nd De v e l o p me
ntAdministration. Prentice-Hall Englewood Cliffs.
Portes, Alejandro. 1976. “On the Sociology of National Development: Theories and
Issues.” American Journal of Sociology 82: 68-74.
Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan
PembangunanDaerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Siagian, Sondang P, 1994, Administrasi Pembangunan, Gedung Agung, Jakarta.
Siagian, Sondang. 2007. Fungsi-fungsi manajerial edisi revisi. Jakarta. Bumi Aksara.
Siagian, Sondang. 2007. Fungsi-fungsi manajerial edisi revisi. Jakarta. Bumi Aksara.
Siagian, Sondang. P, 2005. Administrasi Pembangunan, Konsep Dimensi dan
Strateginya. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara
So, Alvin Y-Suwarsono. (1991). Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di Indonesia,
Teori-Teori
Soesilo Zauhar. 2002. Reformasi Administrasi Perpajakan, Konsep, Dimensi dan
Strategi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Sondang, S. P ( 1982 ). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Adminnistrasi.
Jakarta: Gunung Agung
Subandi .2011. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Alfabeta
Wrihatnolo & Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT Elex

Anda mungkin juga menyukai