PEMBANGUNAN
Ditulis sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Administrasi Pembangunan
Dosen Pengampu :
Saefudin Muchtar, S.IP., M.Sos.
Disusun oleh :
Devi Silpiya D.2010576
Tri Ratnasari D.2010291
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................6
A. Pengertian Ilmu Perbandingan Administrasi Negara.........................................6
B. Pendekatan Perbandingan...................................................................................6
1) Pendekatan Filosofis.......................................................................................7
2) Pendekatan Politis (Political Approach).........................................................8
3) Pendekatan Sistemik.....................................................................................10
4) Pendekatan Administratif dan Konstitusional..............................................11
5) Pendekatan Nomotetis dan ideografik..........................................................11
6) Pendekatan Ekologis.....................................................................................11
7) Pendekatan Perilaku......................................................................................12
C. Tujuan Pendekatan Perbandingan Administrasi Negara..................................12
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Administrasi pembangunan pada dasarnya bersumber dari administrasi
negara. Dengan demikian, kaidah umum administrasi negara berlaku pula pada
administrasi pembangunan. Jadi, adanya sistem administrasi negara yang mampu
menyelenggarakan pembangunan menjadi prasyarat bagi berhasilnya
pembangunan. Di lain pihak, sistem pemerintahan di negara berkembang pada
awal kemerdekaannya, umumnya menpunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. kelembagannya mewarisi sistem administrasi kolonial yang sangat terbatas
cakupannya, karena tujuan pemerintahan kolonial bukan memajukan bangsa
jajahan, tetapi mengeksploitasinya.
2. Sumber daya manusianya terbatas dalam kualitas. Jabatan banyak diisi oleh
orang-orang yang tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk
jabatan itu.
3. Kegiatan sistem pemerintahan terutama untuk menyelenggarakan fungsi-
fungsi pemerintahan yang bersifat umum atau rutin, yang tidak berorientasi
pada pembangunan.
Pada dasarnya, administrasi pembangunan adalah bidang studi yang
mempelajari sistem administrasi negara di negara yang sedang membangun serta
upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Ini berarti dalam studi dan praktek
adminstrasi pembangunan diperlukan adanya perhatian dan komitmen terhadap
nilai-nilai yang mendasari dan perlu diwujudkan menjadi dasar etika birokrasi.
Dengan demikian ada dua sisi dalam batasan pengertian administrasi
pembangunan tersebut. Pada sisi pertama tercakup upaya untuk mengenali
peranan administrasi negara dan pembangunan, atau dengan kata lain
administrasi dari proses pembangunan, yang membedakannya dengan
administrasi negara dalam pengertian umum. Pada sisi kedua tercakup kehendak
untuk mempelajari dengan cara bagaimana membangun administrasi negara
sehingga dapat menyelenggarakan tugas atau fungsinya secara lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pemikiran administrasi pembangunan?
2. Apa yang menjadi paradigma dalam perkembangan ilmu adminitrasi?
3. Apa yang menjadi pendekatan dalam adminitrasi pembangunan?
4. Apa yang menjadi kebutuhan dalam administrasi pembangunan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan pemikiran administrasi pembangunan.
2. Untuk mengetahui paradigma dalam perkembangan ilmu administrasi.
3. Untuk mengetahui pendekatan dalam administrasi pembangunan.
4. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan dalam administrasi
pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembangunan dapat ditinjau dari berbagai segi. Kata pembangunan secara
sederhana sering diartikan sebagai proses perubahan ke arah keadaan yang lebih baik.
Seperti dikatakan oleh Seers (1969) disini ada pertimbangan nilai (value judgement).
Atau menurut Riggs (1966) ada orientasi nilai yang menguntungkan (favourable
value orientation). Pembangunan sering dikaitkan dengan modernisasi dan
industrialisasi. Seperti dikatakan Goulet (1977), ketiga-tiganya menyangkut proses
perubahan. Pembangunan adalah salah satu bentuk perubahan sosial, modernisasi
adalah suatu bentuk khusus (special case) dari pembangunan, dan industrialisasi
adalah salah satu segi (a single facet) dari pembangunan. Dari pengertian ini, dapat
disimpulkan bahwa pembangunan lebih luas sifatnya daripada modernisasi, dan
modernisasi lebih luas daripada industrialisasi.
A. Hakikat Pemikiran Pembangunan Dalam Ilmu Administrasi Negara
1) Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat ditelusuri sejak abad ke-18. Menurut
Adam Smith (1776), proses pertumbuhan diawali apabila perekonomian
mampu melakukan pembagian kerja (division of labour). Division of labour
akan meningkatkan produktivitas sehingga meningkatkan pendapatan. Adam
Smith juga menekankan pentingnya skala ekonomi. Dengan meluasnya pasar,
terbukalah inovasi-inovasi baru sehingga mendorong perluasan pembagian
kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Setelah Adam Smith, muncul
pemikiran yang berusaha mengkaji batas-batas pertumbuhan (limits to
growth), antara lain Malthus (1798) dan Ricardo (1917).
Setelah Adam Smith, Thomas R. Malthus, dan David Ricardo yang
disebut sebagai aliran klasik, berkembang teori pertumbuhan ekonomi modern
dengan bervariasinya. Pada intinya teori ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Akumulasi modal (physical capital formation)
2. Peningkatan kualitas dan investasi sumber daya manusia (human capital).
Salah satu dampaknya yang besar dan berlanjut hingga sekarang adalah
model pertumbuhan yang dikembangkan oleh Harrod (1948) dan Domar
(1946). Pada intinya, model ini berpijak pada pandangan Keynes (1936) yang
menekankan pentingnya aspek permintaan dalam mendorong pertumbuhan
jangka panjang.
Sementara itu berkembang sebuah model pertumbuhan yang disebut neo
klasik. Teori ini mulai memasukkan unsur teknologi yang diyakini akan
berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara (Solow, 1957). Dalam
teori ini, teknologi dianggap sebagai faktor eksogen yang tersedia untuk
dimanfaatkan oleh semua negara di dunia. Dalam perekonomian yang terbuka,
dimana semua faktor produksi dapat berpindah secara leluasa dan teknologi
dapat dimanfaatkan oleh setiap negara, maka pertumbuhan semua negara di
dunia akan konvergen, yang berarti kesenjangan akan berkurang. Teori
pertumbuhan mencoba menemukan faktor lain di luar modal dan tenaga kerja,
yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sumber pertumbuhan dalam teori endogen adalah meningkatnya stok
pengetahuan dan ide baru dalam perekonomian yang mendorong tumbuhnya
daya cipta, kreasi, dan inisiatif, yang diwujudkan dalam kegiatan inovatif dan
produktif. Hal ini disebabkan, meskipun pendapatan dan konsumsi meningkat,
kelompok masyarakat yang sudah baik keadaannya dan lebih mampu
memanfaatkan kesempatan, antara lain karena posisinya yang menguntungkan
(privileged), akan memperoleh semua atau sebagian besar hasil pembangunan.
Oleh karena itu, berkembang berbagai pemikiran untuk mencari alternatif
lain terhadap paradigma yang semata-mata memberi penekanan terhadap
pertumbuhan, antara lain berkembang kelompok pemikiran yang disebut
paradigma pembangunan sosial, yang tujuannya adalah menyelenggarakan
pembangunan yang lebih berkeadilan. Selain distribusi pendapatan, dampak
dan hasil pembangunan juga dapat diukur dengan melihat tingkat kemiskinan
(poverty) di suatu negara. Ide dasarnya adalah pemerintah harus memengaruhi
pola pembangunan sehingga produsen yang berpendapatan rendah (yang di
banyak negara berlokasi di perdesaan dan produsen kecil di perkotaan) akan
mendapat kesempatan meningkatkan pendapatan dan secara simultan
menerima sumber ekonomi yang diperlukan.
RWG menekankan pada peningkatan produktivitas dan daya beli
masyarakat miskin, sedangkan BHN menekankan pada penyediaan public
services disertai jaminan bagi masyarakat miskin untuk memperoleh
pelayanan tersebut. Masalah pengangguran juga semakin mendapat perhatian
dalam rangka pembangunan ekonomi yang menghendaki adanya pemerataan.
Dengan demikian, memecahkan masalah pengangguran dapat memecahkan
masalah kemiskinan dan pemerataan pendapatan.
2) Pemerataan Pendapatan
Beberapa ahli berpendapat bahwa pemerataan pendapatan akan
meningkatkan penciptaan lapangan kerja (Seers, 1970). Menurut teori ini,
barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat miskin cenderung lebih
bersifat padat tenaga kerja dibandingkan dengan konsumsi masyarakat yang
berpendapatan lebih tinggi. Perkembangan teori ekonomi politik dan
pembangunan menekankan bahwa aspek ideologi dan politik turut
memengaruhi pemikiran-pemikiran yang berkembang. Dengan demikian,
masyarakat tersebut kehilangan otonominya dan menjadi daerah “pinggiran”
(periphery) dari negara metropolitan yang kapitalis. Mereka hanya berfungsi
sebagai produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri daerah (negara)
metropolitan, dan sebaliknya mereka merupakan konsumen barang-barang
jadi yang dihasilkan industri-industri di negara-negara metropolitan tersebut.
Dengan demikian, timbul struktur ketergantungan sebagai rintangan yang
hampir tidak dapat diatasi serta merintangi pembangunan yang mandiri.
3) Teori Ketergantungan
Teori ketergantungan mempunyai dua aliran, yaitu aliran Marxis dan Neo-
Marxis, serta aliran non-Marxis.
a. Aliran Marxis dan Neo-Marxis
Aliran Marxis dan Neo-Marxis menggunakan kerangka analisis dari
teori Marxis tentang imperialisme. Aliran ini tidak membedakan secara
tajam antara struktur internal dan struktur eksternal, karena kedua struktur
tersebut dipandang sebagai faktor yang berasal dari sistem kapitalis dunia
itu sendiri. Aliran ini mengambil perspektif perjuangan kelas internasional
antara para pemilik modal (para kapitalis) pada satu pihak dan kaum buruh
pada pihak lain. Untuk memperbaiki nasib buruh, perlu diambil prakarsa
untuk menumbangkan kekuasaan yang ada. Oleh karena itu, menurut
aliran ini, resep pembangunan untuk daerah pinggiran adalah revolusi
(Andre Gunder Frank, 1967).
b. Aliran non-Marxis
Aliran non-Marxis melihat masalah ketergantungan dari perspektif
ansional atau regional. Menurut aliran ini, struktur dan kondisi internal
dilihat sebagai faktor yang berasal dari sistem itu sendiri, meskipun
struktur internal ini, pada masa lampau atau sekarang, dipengaruhi oleh
faktor-faktor luar negeri (misalnya Theotonio Dos Santos, 1969; Tavares
dan Serra, 1974; serta Cariola dan Sunkel, 1982).
Oleh karena itu, subjek yang perlu dibangun adalah “bangsa” atau
“rakyat” dalam suatu negara (nation building). Dalam menghadapi
tantangan pembangunan, konsep negara atau bangsa perlu dijadikan
landasan untuk mengadakan berbagai pembaharuan.
Pandangan bahwa pembangunan tidak seyogianya hanya
memerhatikan tujuan-tujuan sosial ekonomi berkembang luas. Masalah-
masalah demokrasi dan hak-hak asasi manusia menjadi pembicaraan pula
dalam kajian-kajian pembangunan (antara lain lihat Bauzon, 1992).
4) Kajian Falsafah dan Etika Pembangunan
Goulet (1977) yang mengkaji falsafah dan etika pembangunan,
menyebutkan bahwa proses pembangunan harus menghasilkan (1) terciptanya
“solidaritas baru” yang mendorong pembangunan yang berakar dari bawah
(grass-roots oriented), (2) memelihara keberagaman budaya dan lingkungan,
dan (3) menjunjung tinggi martabat serta kebebasan manusia dan masyarakat.
Dalam pembahasan mengenai berbagai paradigma yang mencari jalan ke
arah pembangunan yang berkeadilan perlu dijelaskan pula teori pembangunan
yang berpusat pada rakyat. Logika yang dominan dari paradigma tersebut
adalah ekologi manusia seimbang dengan sumber daya utama yang berupa
sumber daya informasi dan prakarsa kreatif yang tidak pernah habis. Tujuan
utamanya adalah pertumbuhan manusia didefinisikan sebagai perwujudan
yang lebih tinggi dari potensi manusia.
Paradigma lain yang tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan
sosial dan berbagai pandangan di dalamnya adalah paradigma pembangunan
manusia. Menurut pendekatan ini, tujuan utama pembangunan adalah
menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat menikmati
kehidupan yang kreatif, sehat, dan berumur panjang.
Menurut pandangan tersebut, tujuan pokok pembangunan adalah
memperluas pilihan-pilihan manusia (UI Haq, 1995). Pengertian ini
mempunyai dua sisi. Pertama, pembentukan kemampuan/kapabilitas manusia,
seperti tercemin dalam kesehatan, pengetahuan, dan keahlian yang meningkat.
Kedua, penggunaan kemampuan yang telah dimiliki untuk bekerja, menikmati
kehidupan, atau aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial, dan politik.
Paradigma pembangunan manusia yang disebut sebagai konsep holistik
mempunyai empat unsur penting, yaitu:
A. peningkatan produktivitas;
B. pemerataan kesempatan;
C. kesinambungan pembangunan;
D. pemberdayaan manusia.
Indeks ini merupakan indikator komposit/gabungan yang terdiri atas tiga
ukuran, yaitu kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai
ukuran knowledge), dan tingkatan pendapatan riil (sebagai ukuran living
standards). Dengan demikian, pendekatan yang terbaik adalah pendekatan
yang disesuaikan pada kebutuhan, kondisi, dan tingkat perkembangan setiap
Negara.
B. Perkembangan Pemikiran dalam Ilmu Administrasi Negara.
Administrasi negara berkembang sebagai kajian akademis melalui tahapan-
tahapan yang disajikan dalam paradigma yang saling memengaruhi satu dan
lainnya. Setiap fase dalam paradigma ini berkembang sesuai dengan lokus dan
fokus masing-masing. Lokus menunjukkan tempat administrasi negara dikaji
secara institusional, sedangkan fokus merupakan sasaran dari spesialisasi
administrasi negara. Menurut Robert T. Golembiewski (1977), paradigma ini
hanya dapat dipahami melalui hubungan dengan fokus dan lokusnya.
Untuk menganalisis perkembangan konseptual ilmu administrasi negara,
dapat dilakukan metode pendekatan matriks locus dan focus (2 x 2 matrix) dari
Golembiewski (1977). Menurutnya, perkembangan ilmu administrasi negara
mempunyai empat fase, yaitu:
1. Perbedaan analitik politik dari administrasi
Fase pertama yang dimulai pada tahun 1900-1926 sering juga disebut
sebagai paradigma dikotomi politik administrasi. Munculnya paradigma ini
dimulai dengan tulisan Frank J. Goodnow dan Leonard D. White. Dalam
bukunya yang berjudul Politics and Administration, mereka menyebutkan dua
fungsi pokok pemerintahan yang berbeda, yaitu politik dan administrasi. J.
Goodnow mengemukakan bahwa lokus administrasi negara berpusat pada
birokasi pemerintahan, sedangkan fokusnya adalah efisiensi dan efektivitas.
Kemudian, pada tahun 1920-an, administrasi negara mendapatkan
legitimasi akademis. Usaha ini dilakukan oleh Leonard D. White dengan
menerbitkan bukunya yang berjudul Introduction of Public Administration.
Paradigma pertama ini memperkuat paham (nation) perbedaan dari dikotomi
politik-administrasi, yang tampak jelas dengan cara menghubungkan satu
koresponden antara dikotomi (value) dan praktika (fact). Dampak pembagian
daerah analisis antara administrasi negara dan ilmu politik selama masa
orientasi lokus ini masih berpengaruh sampai saat ini.
2. Perbedaan konkret politik dari administrasi
Fase kedua atau paradigma kedua dimulai pada tahun 1927 atau sering
juga disebut sebagai zaman prinsip administrasi. Pada tahun 1927, W.F.
Willoughby menerbitkan bukunya yang berjudul Principles of Public
Administration. Buku itu memberikan tren baru dari perkembangan bidang ini
dan membuktikan bahwa prinsip-prinsip administrasi publik itu ada dan dapat
dipelajari. Oleh karena itu, para administrator bisa menjadi ahli dan cakap
dalam bidangnya. Pada paradigma kedua ini, administrasi negara mencapai
puncak reputasinya. Pada tahun 1930-an, administrasi banyak mendapat
sumbangan dari berbagai bidang, seperti industri dan pemerintahan,
sedangkan pengetahuan menajemen memberikan pengaruh terhadap
timbulnya pinsip-prinsip dalam administrasi. Tahun 1937 merupakan puncak
akhir dari paradigma kedua ini yang ditandai dengan tulisan Paper on the
Science of Administration dari Gulick dan Urwick. Prinsip yang terkenal dari
Gulick dan Urwick adalah POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Tulisan Gulick dan
Urwick mendapat kritik yang tajam dari Hebert A. Simon dalam bukunya
Administrative Behaviour. Dalam bukunya, Simon ingin menunjukkan bahwa
pada setiap prinsip administrasi terdapat prinsip tandingannya.
3. Manajemen
Paradigma ketiga dimulai pada tahun 1950-an. Pada fase ini, karena
berbagai kritikan tajam, administrasi negara kembali lagi ke disiplin ilmu
terdahulunya, yaitu ilmu politik. Akibatnya, terjadi perubahan dan perubahan
definisi lokusnya, yaitu birokrasi pemerintahan dan kekurangan hubungan
dengan fokusnya. Singkatnya, paradigma ketiga ini mencoba menetapkan
kembali hubungan konseptual administrasi dan ilmu politik, meskipun pada
tahun 1962 administrasi tidak lagi dianggap sebagai bagian dari ilmu politik.
Karena perlakuan dari ilmu politik, Dwigh Waldo melakukan protes, para
sarjana administrasi negara tidak senang dengan keadaan itu. Akan tetapi,
pada fase ini terdapat dua perkembangan, yaitu tumbuhnya studi kasus
sebagai suatu sarana epistemologis dan pembangunan administrasi sebagai
bagian administrasi Negara.
4. Orientasi terhadap kebijakan publik
Paradigma keempat dimulai pada tahun 1956 karena para sarjana
administrasi negara dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mereka
mencari alternatif pemecahan dan memilih ilmu administrasi.
Sebagai suatu paradigma pada fase ini, ilmu administrasi hanya
menawarkan fokus, tetapi tidak lokusnya. Ia menawarkan teknik yang rumit
dan memerlukan keahlian dan spesialisasi, tetapi untuk jenis institusi dan
penerapan teknik tidak dibicarakan. Menurut paradigma ini, negara dalam
administrasi negara tidak ditafsirkan dalam hubungannya dengan istilah
institusi, tetapi dalam arti secara filosofis, normatif, dan etis. Hal ini
disebabkan jika diartikan sebagai institusi, administrasi tidak akan dapat
berbicara mengenai swasta. Negara dalam hal tersebut akan menjadi sesuatu
yang mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat. Dengan
demikian, lokus administrasi dapat berbicara tentang swasta.
Henry mengelompokkan lima paradigma dalam administrasi negara, yaitu:
a. dikotomi politik/administrasi;
b. prinsip-prinsip administrasi serta tantangan yang timbul dan jawaban
terhadap tantangan tersebut;
c. administrasi negara sebagai ilmu politik;
d. administrasi negara sebagai manajemen; e. administrasi negara sebagai
administrasi negara.
Adapun paradigma kelima merupakan fase yang mencoba menjelaskan
administrasi negara sebagai administrasi negara. Fase ini dimulai pada tahun
1970. Pada fase ini, lokus administrasi negara tidak semata-mata ada pada
ilmu murni administrasi, tetapi pada teori organisasi. Pada fase ini,
administrasi negara semakin bertambah perhatiannya terhadap wilayah ilmu
kebijakan, politik ekonomi, serta proses pembuatan kebijakan pemerintah dan
analisisnya. Sebagaimana tren yang tumbuh pada paradigma ini, fokus
administrasi negara adalah organisasi, praktik dalam analisis publicpolicy, dan
teknik-teknik administrasi dan manajemen yang sudah modern. Adapun lokus
normatif dari administrasi negara digambarkan pada birokrasi pemerintahan
dan persoalan-persoalan masyarakat. Dalam kurun waktu yang singkat,
administrasi negara telah menunjukkan warnanya sendiri, bahkan beberapa
departemen, fakultas, akademi baru administrasi negara, dan public affair
banyak bermunculan.
C. Paradigma Komprehensif dalam Perkembangan Pemikiranpemikiran Ilmu
Administrasi Negara.
Golembiewski (1997) mengelompokkan tiga paradigma komprehensif dalam
perkembangan pemikiran ilmu administrasi negara, yaitu:
1. Paradigma tradisional.
2. Paradigma sosial psikologi.
3. Paradigma kemanusiaan (humanist/systemic).
Adapun Nicholas Henry (1995) menggunakan pendekatan lain. Dengan
memperkenalkan pandangan Bailey, ia menjelaskan bahwa untuk analisis
administrasi negara sebagai ilmu harus diterapkan empat teori, yaitu teori
deskriptif, normatif, asumtif, dan instrumental. Henry menjelaskan tiga soko guru
pengertian (defining pillars) administrasi negara, yaitu
1. Perilaku organisasi dan perilaku manusia dalam organisasi public.
2. Teknologi manajemen dan lembaga-lembaga pelaksana kebijakan.
3. Kepentingan publik yang berkaitan dengan perilaku etis individual dan urasan
publik.
Pada tahun-tahun berikutnya, ilmu administrasi diperkuat dengan
berkembangnya konsep-konsep manajemen, seperti manajemen ilmiah dari
Taylor (1912) dan organisasi, seperti model organisasi yang disebut birokrasi dari
Weber (1922).
D. Pendekatan Administrasi Pembangunan.
Pendekatan Teologi
Dalam konteks teori ini mengukur mengenai baik dan buruk baik dan
buruk pencapain sasaran kebijakan publik seperti :
A. Pertumbuhan ekonomi :
Menjadi indikator penting untuk mengukur apakah suatu
pembangunan suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Wakil
Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun 2022 cukup
impresif berada di angka 5,4 persen, kemudian diimbangi dengan stabilitas
nilai tukar rupiah yang cukup baik, serta pertumbuhan indeks harga saham
gabungan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara G20
dan sekitar ASEAN. Berikut tabel pertumbuhan ekonomi Indonesia
(Kuartal I 2019-Kuartal II 2022).
No. Nama Pertumbuhan Tahunan (Yoy)/
Persen
1. Q1 2019 5,07
2. Q2 2019 5,05
3. Q3 2019 5,02
4. Q4 2019 4,97
5. Q1 2020 2,97
6. Q2 2020 -5,32
7. Q3 2020 -3,49
8. Q4 2020 -2,17
9. Q1 2021 -0,7
10. Q2 2021 7,07
11. Q3 2021 3,51
12. Q3 2021 5,02
13. Q1 2022 5,01
14. Q2 2022 5,44
Seperti yang kita ketahui bahwa butuh usaha yang maksimal untuk
pemulihan pertumbuhan ekonomi pasca covid-19 pada tahun 2019.
Berikut beberapa pembangunan di bidang ekonomi yang dilakukan
pemerintah indonesia untuk memulihkan perekonomian Indonesia :
1. Salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar.
Renovasi pasar adalah perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi)
melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.43 Tahun 2019. Hingga 2024
pemerintah akan menyelesaikan pembangunan dan merehabilitasi
pasar-pasar di seluruh Indonesia.
2. Menguatkan 2 keajaiban dunia.
a) Danau Toba
Membangun aksebilitas penyambung Danau Toba.
b) Candi Borobudur
Pembangunan jaringan jalan dan jembatan untuk meningkatkan
konektivitas DPSP Borobudur.
3. Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) terus ditata oleh
pemerintah. Tiga DPSP yaitu Mandalika, labuan Bajo, dan likupang
telah sukses menggelar event-event internasional. Sekaligus
mempromosikan destinasi wisata. Pengembangan destinasi tersebut
terus ditata.
4. Pembangunan Infrastruktur Dukungan KEK
Beberapa program pembangunan infrastruktur seperti jalan,
bendungan, pelabuhan, bandara, dan jalur kereta api akan menunjang
Kawasan ekonomi Khusus (KeK). Usaha pembangunan tersebut
dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) melalui pendekatan pembangunan infrastruktur yang terpadu.
B. Pelayanan Kesehatan.
Peningkatan mutu pembangunan di bidang kesehatan mempengaruhi
peningkatan capaian indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia.
peningkatan mutu layanan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui
sejumlah strategi dan kebijakan meliputi penanganan stunting,
peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan primer, revitalisasi
transformasi puskesmas, pengembangan produksi farmasi dan alat-alat
kesehatan dalam negeri, serta pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
digitalisasi dan bioteknologi di bidang kesehatan.
C. Kesempatan untuk mengikuti pendidikan.
Salah satu sumber pembiayaan untuk mencapai sasaran pembangunan
pendidikan sekolah dasar adalah dana alokasi khusus (DAK) fisik. DAK
fisik ini dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi
urusan daerah, dan merupakan prioritas nasional sesuai dengan fungsi
yang merupakan perwujudan tugas pemerintahan di bidang tertentu.
Khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat. DAK fisik tahun anggaran 2022 saat ini
pelaksanaannya sedang berjalan mengacu kepada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Salah satunya adalah Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 3 Tahun 2022
tentang Petunjuk Operasional DAK Fisik Bidang Pendidikan Tahun
Anggaran 2022.
Pendekatan teleologi terdiri atas dua kategori yang utama, yaitu sebagai
berikut.
Pendekatan Dentologi
Fox (1994) menjelaskan tiga pandangan yang menggambarkan pendekatan
deontologi dalam etika administrasi pembangunan.
a. Pandangan mengenai keadilan social
Pandangan ini muncul bersamaan dengan berkembangnya konsep
administrasi negara baru, antara lain Frederickson dan Hart (1985).
Menurut pandangan ini, administrasi negara harus secara pro-aktif
mendorong terciptanya pemerataan atau keadilan sosial (social equity).
Pandangan ini dipengaruhi John Raw ls (1971), dengan Theory of Justice-
nya yang menjadi rujukan dari berbagai teori pemerataan dan keadilan
sosial. Menurut pandangan ini, masalah yang dihadapi oleh administrasi
negara modern adalah ketidakseimbangan dalam kesempatan. Oleh karena
itu, mereka yang kaya, memiliki pengetahuan, dan terorganisasi dengan
baik memperoleh posisi yang menguntungkan dalam negara.
Dalam rangka pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah, telah
diupayakan pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) dengan
mempertimbangkan kemampuan pembangunan daerah yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaan pembangunan masih diperlukan perhatian yang lebih
besar khususnya kepada daerah yang terbelakang, daerah yang padat dan
daerah yang sangat kurang penduduknya, daerah transmigrasi, daerah
terpencil dan daerah perbatasan, serta daerah yang memiliki ciri khas
seperti daerah tertentu di KTI.
b. Regime values atau regime norms.
Pandangan ini bersumber dari Rohr (1989), ia berpendapat bahwa
etika administrasi negara harus mengacu pada nilai-nilai yang melandasi
keberadaan negara yang bersangkutan. Ia merujuk pada konstitusi
Amerika yang harus menjadi landasan etika administrasi di negara itu.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) berdasarkan
sistem pemerintahan negara, harus merupakan penjabaran dan pengalaman
nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Dalam keseluruhan penyelengaraan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil dan makmur. Dalam operasionalnya SANRI berdasarkan
GBHN dan berbagai kebijakan lain
c. Tatanan moral universal atau universal moral order (antara lain Denhardt,
1988, 1994). Pandangan ini berpendapat adanya nilai-nilai moral yang
bersifat universal yang menjadi pegangan bagi administrator publik.
E. Kebutuhan Administrasi Pembangunan.
A. Kesimpulan
Pembangunan lebih luas sifatnya daripada modernisasi, dan modernisasi lebih
luas daripada industrialisasi. Pembangunan, menurut literatur ekonomi
pembangunan, didefinisikan sebagai proses yang berkesinambungan dari
peningkatan pendapatan real per kapita melalui peningkatan jumlah dan
produktivitas sumber daya. Era pasca industri menghadapi kondisi-kondisi yang
sangat berbeda dari kondisi-kondisi era industri dan menyajikan potensi-potensi
baru yang penting guna memanfaatkan pertumbuhan dan kesejahteraan manusia,
keadilan, dan kelestarian pembangunan (Korten, 1984). Tujuan utamanya adalah
pertumbuhan manusia yang didefinisikan sebagai perwujudan yang lebih tinggi
dari potensi-potensi manusia.
Paradigma terakhir dalam pembangunan adalah pembangunan manusia.
Menurut pendekatan ini, tujuan utama pembangunan adalah menciptakan suatu
lingkungan yang memungkinkan masyarakat menikmati kehidupan secara kreatif,
sehat dan berumur panjang. Dengan kata lain, tujuan pokok pembangunan adalah
memperluas pilihan-pilihan manusia (Ul Haq, 1995).
DAFTAR PUSTAKA