Disusun:
Kelompok 5
1. Adie Putra Setiawan (1901082001)
2. Farra Dilla Oktarina (1901082005)
3. Lidya Cindy Lestari (1901080016)
4. Validita Kalantri (1901081036)
Kelas B
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perencanaan Pendidikan......................................................5
B. Perkembangan Perencanaan Pendidikan...............................................6
C. Tujuan Perencanaan Pendidikan.........................................................12
D. Prinsip Perencanaan Pendidikan.........................................................13
E. Unsur Perencanaan Pendidikan...........................................................15
F. Tahap Perencanaan Pendidikan...........................................................16
G. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan............................................18
H. Manfaat Perencanaan Pendidikan.......................................................19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan yang mempunyai arah dan tujuan, memerlukan suatu
perencanaan. Tanpa perencanaan yang tepat, tujuan tidak akan dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Kegiatan perencanaan bertujuan untuk menjamin
agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tingkat kepastian yang
tinggi dan resiko yang dapat diprediksi. Perencanaan merupakan tahapan
paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi
lingkungan eksternal yang dinamis. Perencanaan merupakan proses
mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan,
dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karenanya tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan
pengontrolan, tidak akan dapat berjalan.
Selanjutnya, salah satu poin letak pentingnya perencanaan, bahwa
dengan perencanaan dapat diperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi terhadap suatu pekerjaan di masa yang akan datang dandengan
perencanaan pula dapat dipersiapkan langkah-langkah apa saja yang harus
dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan tersebut, dengan kata lain
perencanaan memperkirakan resiko yang tidak terprediksi dengan baik.
Robbins dan Coulter sebagaimana dikutip oleh Ernie Trisnawati menjelaskan
bahwa paling tidak ada empat fungsi perencanaan, yaitu: perencanaan
berfungsi sebagai arahan, perencanaan meminimalkan dampak dari
perubahan, perencanaan meminimalkan pemborosan dan kesia-siaan, serta
perencanaan menatapkan standar dalam pengawasan kualitas.
Seseorang sering tidak menyadari betapa pentingnya perencanaan dan
cenderung melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Ada kutipan yang
mengatakan: “everything won’t go as smooth as planned,” (semua tidak akan
berjalan selancar yang direncanakan). Bahkan sesuatu hal yang telah
direncanakan, belum tentu akan berjalan mulus sesuai dengan harapan dan
1
mungkin akan mengalami gangguan pada saat pelaksanaannya. Apabila
sesuatu dilaksanakan tanpa perencanaan tentunya akan memiliki resiko yang
lebih banyak dan gangguan-gangguan pada saat pelaksanaannya.
Misalnya, ada dua orang pimpinan, A dan B. Pimpinan A
merencanakan perkembangan yayasannya dan dalam perencanaannnya
tersebut dia telah memprediksikan bahwa akan terjadi inflasi yang bila
ditangani secara cepat, maka tidak akan berakibat fatal, akan tetapi jika tidak
ditangani secara cepat, maka akan berakibat pada bangkrutnya yayasan.
Sesuai prediksinya, inflasi tersebut terjadi dan sesuai dengan rencana yang
telah dibuatnya, dia berhasil mengurangi dampak inflasi sehingga kerugian
yang dialami yayasan tidak besar, sedangkan Pimpinan B baru mulai mencari
langkah-langkah pencegahan dan pada akhirnya terlambat untuk mengambil
tindakan sehingga yayasannya bangkrut.
Ditambahkan oleh Hasibuan bahwa perencanaan merupakan fungsi
dasar dari semua fungsi manajemen yang ada, karena untuk menjalankan
fungsi organizing, directing, controlling, evaluating dan reporting harus lebih
dahulu direncanakan. Sementara Rusniati dan Ahsanul Haq dalam jurnalnya
mengutip pendapat Stoner, bahwa perencanaan itu merupakan sebuah proses
menetapkan sasaran dan memilih cara untuk mencapai sasaran tersebut.
Bahkan dengan tanpa sebuah rencana, seorang manajer tidak akan mungkin
dapat mengetahui bagaimana mengorganisasikan SDM dan juga sumber daya
lainnya secara efektif.
Sementara Nasrun dalam jurnalnya juga berpendapat bahwa, ketika
organisasi tersebut adalah institusi pendidikan, maka perncanaan adalah
sesuatu yang mutlak harus dikerjakan secara profesional. Jika tidak, maka
institusi pendidikan hanya akan menjadi semu dan tidak akan mampu meraih
apa yang menjadi tuntutan dalam mewujudkan eksistensi pendidikan. Lebih
lanjut beliau mengatakan bahwa untuk dapat menilai dan menentukan profil
lembaga pendidikan atau sekolah yang profesional adalah dengan melihat ada
atau tidak adanya perencanaan.
Dalam mengelola lembaga pendidikan diperlukan adanya kegiatan
perancanaan (planning). Hal ini dikarenakan, perencanaan pendidikan sebagai
2
suatu alat untuk mengatur sistem pendidikan yang penyesuaiannya dengan
kebutuhan dan aspirasi seseorang dan masyarakat. Perencanaan harus mampu
melihat bagaimana gambaran masyarakat pada masa yang mendatang dan
adalah tugas perencanaan untuk menyesuaikan sistem pendidikan ke arah itu.
Perencanaan pendidikan di Indonesia, secara nasional merupakan
suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi persoalan yang
akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan
nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada baik di
bidang sosial, ekonomi, sosial, kebudayaan dan kebutuhan pembangunan
secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional.
Telah diketahui bersama bahwa perencanaan pendidikan dalam arti
yang seluas-luasnya, adalah penggunaan analisa yang bersifat rasional dan
sistematik terhadap proses pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk
menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien dalam menanggapi
kebutuhandan tujuan peserta didik dan masyarakat. Perencanaan
pendidikan sebagai suatu strategi yang menghasilkan langkah-langkah untuk
menuju titik tujuan dengan arah yang ditetapkan oleh garis-garis
kebijaksanaan, yang sebenarnya mencakup tiga unsur pokok yang penting
dan berlaku umum untuk semua jenis perencanaan, yaitu 1) keadaan sekarang
(data dan informasi sebagai hasil potret atas situasi sekarang), 2) keadaan
yang diharapkan yang akan dituju dan dicapai (sasaran), dan 3) strategi
pencapaian sasaran (langkah-langkah usaha, taktik atau cara).
Perencanaan pendidikan merupakan strategi atau cara untuk mencapai
tujuan pendidikan agar dapat lebih efektif dan efisien. Penetapan prioritas
kebutuhan dalam perencanaan pendidikan merupakan salah satu aspek yang
harus diperhatikan. Dengan perencanaan yang mapan, maka dapat diketahui
hal-hal apa saja yang harus dilakukan terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi
kekaburan dan kesimpangsiuran dalam mengambil keputusan dan mengambil
tindakan dalam pelaksanaan pendidikan. Perencanaan pendidikan sebagai
suatu alat dalam menentukan dan menetapkan langkah-langkah serta usaha
yang akan diambil dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari langkah yang
ditetapkan tersebut akan diperkirakan kebutuhan-kebutuhan pendidikan di
3
masa depan yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu atau untuk menentukan
skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perencanaan pendidikan?
2. Bagaimana perkembangan perencanaan pendidikan?
3. Apa saja tujuan dari perencanaan pendidikan?
4. Bagaimana prinsip perencanaan pendidikan?
5. Apa saja unsur-unsur perencanaan pendidikan?
6. Apa saja tahap-tahap dalam perencanaan pendidikan?
7. Apa saja ruang lingkup perencanaan pendidikan?
8. Apa saja manfaat dari perencanaan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian perencanaan pendidikan.
2. Untuk mengetahui perkembangan perencanaan pendidikan.
3. Untuk mengetahui tujuan dari perencanaan pendidikan.
4. Untuk mengetahui prinsip perencanaan pendidikan.
5. Untuk mengetahui unsur-unsur perencanaan pendidikan.
6. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam perencanaan pendidikan.
7. Untuk mengetahui ruang lingkup perencanaan pendidikan.
8. Untuk mengetahui manfaat perencanaan pendidikan.
1.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. Menurut Coombs bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan
yang rasional dan analisis sistematis proses perkembangan pendidikan
dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya.
4. Menurut Y. Dor bahwa perencanaan pendidikan adalah: “As the
process of preparing set of decisions foraction in the future for the
overall economic and social development of a country.” (Perencanaan
Pendidikan adalah sebagai suatu proses mempersiapkan seperangkat
keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan
ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu negara.
Perencanaan pendidikan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha
merumuskan program pendidikan yang di dalamnya memuat segala sesuatu
yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan pendidikan, kebijakan dalam
pendidikan, arah yang akan ditempuh dalam kegiatan pendidikan, prosedur
dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.
6
berwenang menyusun pembangunan adalah sekretaris BPP. BPP di bagi
kedalam suatu tugas umum dan satuan ugas khusus. Di lingkungan
Dirjen, Irjen, Badan, dan unit pusat lainnya. Perencanaan dilakukan dan
keuangan yang ada pada sekretaris unit-unit tertentu.
Pada tahun 1970, berdiri proyek Nasional Percontohan
Pendidikan di sumatera barat dan tahun 1971 di jawa tengah dan DIY.
Tahun 1973 di dirikan proyek perintis perencanaan integral pendidikan
daerah di Sumatera Barat dan di Jawa Timur tahun 1974, selesai tahun
1979. Di kantor perwakian Kemendikbud Sulawesi Selatan terdapat
Badan Pengembangan Pendidikan Daerah (BPPD) yang berfungsi
melaksanakan beberapa kegiatan perencanaan seperti menyusun program
dan proyek pelita, dan hasil penyusunan hasil-hasil pelita.
Pada tahun 1975, terjadi penyempurnaan struktur organisasi
Kemendikbud dan, pengalian tugas perencanaan umum dan khusus dari
BPP ke Setjen Kemendikbud. Di lingkungan Sekjen Kemendikbud
dibentuk biro perencanaan yang bertugas menyusun perencana dan
program rutin dan pembangunan setiap tahun, melakukan koordinasi
perencanaan, dan mengusahakan keserasian diantara rencana-rencana
sektoral maupun regional. Pada kantor wilayah dibentuk bagian
perencanaan yang bertanggung jawab menyusun perencanaan tahuan
rutin danpembangunan.
Tugas bagian perencanaan adalah mempersiapkan rencana,
mengolah, menelaah, dan mengkoordinasikan program pelaksaan sesuai
dengan tugas kanwil kemendikbud provinsi antar wilayah. Bagian
perencanaan terdiri dari tiga sub bagian yaitu: sub bagian pengumpulan,
dan pengolahan data, sub bagian perumusan informasi, perencanaan dan
program dan sub pengendalian. Di pusat, BPP diubah namanya menjadi
badan penelitian dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan
(BP3K). BP3K berfungsi mengembangkan penelitian terpakai untuk
menemukan pola perencanaan pendidikan litas sektoral di daerah,
melakukan penelitian untuk menemukan pola penataran bagi petugas
perencanaan di daerah, dan membantu kanwil di provinsi dalam
7
menemukan cara-cara yang efektif dalam melakukan fungsi-fungsi
perencanaan.
Sejak tahun 1982, di lingkungan kemendikbud telah dilaksanakan
sistem dan mekanisme perencaan terpadu rutin dan pembangunan
sebagai upaya menyatu bahasakan pola pikir dalam perencanaan
pendidikan dan kebudayaan. Semua kegiatan pendataan, penyusunan
rencana dan program yang didasarkan pada kebijakan kanwil maupun
kemendikbud.
2. Perencanaan Pendidikan Nasional Tahun 2005 – 2025
Rencana pembangunan pendidikan Nasional (jangka panjang) ini
dimaksudkan sebagai pedoman bagi penentuan penekanan pelaksanaan
kebijakan pembangunan pendidikan nasional jangka menengah, dalam
memastikan tercapainya visi dan misi departemen dengan penurunan
program kerja yang realistis, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Dalam rencana pembangunan jangka panjang Departemen
Pendidikan Nasional 2005-2025, digunakanlah empat tema strategi
pembangunan pendidikan, yaitu: (1) peningkatan kapasitas dan
modernisasi, (2) penguatan pelayanan, (3) daya saing regional, dan (4)
daya saing internasional.
Setiap tema strategis pembangunan pendidikan jangka panjang di
atas, akan diturunkan dalam program kerja Departemen sesuai kebijakan
pembangunan jangka menengah yang menekankan pada 3 tantangan
utama, yaitu: (1) pemerataan dan perluasan akses; (2) peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing; dan (3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas
dan citra publik. Berikut adalah jabaran mengenai rencana pembangunan
jangka panjang yang telah ditetapkan untuk periode 2005-2025.
a. Periode 2005 - 2010: Peningkatan Kapasitas dan Modernisasi
Lima tahun pertama dalam rencana pembangunan jangka
panjang (RPJP) guna terciptanya insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif dalam tatanan masyarakat lokal dan global difokuskan pada
peningkatan daya tampung satuan pendidikan yang ada. Terlihat
dalam analisa situasi pendidikan nasional sampai dengan saat ini
8
bahwa kebutuhan/melebihi sediaan/sarana dan prasarana pendidikan.
Terlebih jika diperbandingkan antara pola sebaran penduduk
Indonesia dan keberadaan infrastruktur pendidikan yang masih
menuntut perhatian lebih. Apabila telah terjadi keseimbangan yang
efektif antara kuantitas manusia Indonesia dengan kapasitas
pendidikan nasional maka poin utama dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa telah tercapai.
Salah satu kendala dalam pemerataan pendidikan di Indonesia
adalah cakupan geografisnya yang luas. Hal ini memerlukan
modernisasi pada sistem dan jaringan informasi menggunakan TIK
yang memadai. Luasnya wilayah kedaulatan Republik Indonesia dan
luasnya sebaran penduduknya dapat dipersatukan dengan jaring-jaring
teknologi informasi.
Modernisasi dengan menggunakan TIK juga dapat
meningkatkan sistem pengawasan pada implementasi program-
program pendidikan. Dilengkapi dengan sistem informasi manajemen
yang tangguh, tantangan untuk mewujudkan sistem tata kelola yang
sehat, efisien, dan akuntabel akan lebih mudah tercapai. Citra
Depdiknas sebagai salah satu institusi pemerintah pun dapat terangkat.
Tema pokok pembangunan pendidikan nasional periode tahun
2005- 2010 ini yang berkonsentrasi pada kapasitas dan modernisasi
sangat mendukung program pemerintah, yaitu Pendidikan untuk
Semua. Pemerataan akses pendidikan ke seluruh lapisan masyarakat
dan ke seluruh pelosok negeri akan mempertinggi APS dan
mengurangi angka buta aksara sehingga IPM Indonesia akan semakin
baik. Perencanaan, proses, dan evaluasi kerja yang sesuai dan
berkesinambungan akan mewujudkan transformasi rakyat Indonesia
menuju masyarakat yang berbasis pengetahuan. Kesepakatan dan
komitmen terhadap tata nilai, terbentuknya sistem dan prosedur kerja,
tersusun dan tertatanya produk hukum dan struktur organisasi,
meningkatnya akuntabilitas publik, dan sasaran-sasaran lainnya yang
9
relevan akan sangat diperlukan guna mendukung tema strategis pada
periode ini.
b. Periode 2010 - 2015: Penguatan Pelayanan
Tema strategis pada periode tahun 2010-2015 ditekankan pada
pembangunan penguatan pelayanan. Setelah rasio kebutuhan dan
sediaan sarana dan prasarana pendidikan nasional menjadi optimal,
fokus selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan
agar relevan dan berdaya saing. Sasaran dan program-program kerja
yang terkait harus mampu menjawab tuntutan mutu dari kapasitas
pendidikan yang semakin besar dan desentralisasi fiskal serta otonomi
daerah yang semakin dewasa.
Strategi penguatan pelayanan ini merupakan milestone
peralihan fokus atau penekanan dari pembangunan aspek kuantitas
kepada aspek kualitas. Didampingi akses pendidikan yang semakin
mudah dan akuntabilitas publik yang semakin transparan, tema mutu
layanan pendidikan ini akan menciptakan para penggerak
pembangunan menuju visi negara dan bangsa Indonesia yang aman,
adil, dan sejahtera. Sasaran-sasaran pendukungnya antara lain
implementasi dan operasi yang optimal terhadap tata nilai, Sisdur,
dan koordinasi kerja yang telah terstruktur. Pada periode ini pula,
Departemen Pendidikan Nasional diharapkan menjadi benchmark
technocracy atau teladan di antara institusi pemerintah lainnya.
c. Periode 2015 - 2020: Daya Saing Regional
Salah satu elemen pada deklarasi visi pendidikan nasional
tahun 2025 adalah kompetitif pada tingkatan global. Oleh karena itu,
pada periode pembangunan tahun 2015-2020 difokuskan pada kualitas
pendidikan yang memiliki daya saing regional pada tingkat ASEAN
terlebih dahulu. Standar mutu yang berkesinambungan pada periode
ini diharapkan relevan dengan pasar regional ASEAN. Standar
tersebut harus berdasarkan pada yang obyektif dan realistis.
Program kerja yang berdasarkan pemahaman terhadap
perkembangan kebutuhan pasar regional menjadi faktor yang sangat
10
penting dalam mencapai daya saing yang diinginkan. Kegagalan
dalam menciptakan mutu pendidikan yang tinggi sesuai dengan
kebutuhan atau yang tidak memiliki daya saing hanya akan mencetak
angka pengangguran baru.
Program manajemen pendidikan melalui standarisasi,
penjaminan mutu, kemudian akreditasi satuan atau program
pendidikan yang telah mulai dilakukan sebelumnya akan lebih
difokuskan dalam periode ini. Semua itu dilakukan tanpa
mengesampingkan program-program sebelumnya yang berhubungan
dengan kemudahan akses pendidikan dan akuntabilitas publik dalam
pelaksanaannya.
Sasaran-sasaran pembangunan yang melandasi kebijakan
strategis pada periode ini meliputi terbentuk dan beroperasinya sistem
layanan dengan standar tingkat ASEAN, citra Depdiknas yang telah
lintas negara ASEAN, kerja sama antara negara-negara ASEAN
terutama dalam bidang pendidikan yang semakin mantap, dan hal-hal
lain yang relevan. Harapannya manusia Indonesia pada akhir periode
ini sudah bisa menjadi titik pusat gravitasi sosial ASEAN sebagai
sebuah entitas sosiokultural.
d. Periode 2020 - 2025: Daya Saing Internasional
Menjelang perwujudan visi rencana pembangunan jangka
panjang (RPJP) yang ditargetkan terwujud pada tahun 2025 ini, maka
dalam periode pembangunan pendidikan nasional tahun 2020-2025
dicanangkan pencapaian nilai kompetitif secara internasional. Setelah
pada RPJM lima tahunan sebelumnya, pencapaian tingkatan mutu
pendidikan nasional Indonesia telah relevan dan memiliki daya saing
di tingkat regional ASEAN, maka pada periode ini tingkatan yang
ingin dicapai telah berkelas dunia.
Semakin mengglobalnya industri dan jasa, termasuk jasa
pendidikan maka sudah seharusnya Depdiknas dapat
menyelenggarakan program pendidikan skala nasional dengan mutu
internasional, sehingga pendidikan nasional bangsa Indonesia minimal
11
menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Aspek sosial, budaya,
ekonomi, dan politik dapat terus terjaga keasriannya di negeri sendiri.
GATS adalah contoh komitmen bangsa-bangsa di dunia dalam
menyelenggarakan globalisasi perdagangan jasa dan industri termasuk
pula jasa pendidikan.
Dengan menuju terciptanya standar mutu pendidikan berkelas
internasional, Depdiknas harus mempunyai sistem layanan standar
internasional, citra yang kuat dan mewakili visi pembangunan bangsa
Indonesia, dan kerja sama yang erat dengan bangsa-bangsa lain
terutama di bidang pendidikan. Sasaran-sasaran tersebut dan lainnya
yang dijabarkan dari kebijakan strategis pada periode ini akan
membawa kepada perwujudan visi Depdiknas di tahun 2025.
Tonggak-tonggak keberhasilan dalam rentang waktu lima
tahunan merupakan bagian dari rencana jangka panjang pembangunan
pendidikan tahun 2005 sampai dengan 2025. Tonggak-tonggak
keberhasilan mengejewantahkan kebijakan strategis proses
perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang berkesinambungan
sesuai dengan kondisi yang ada (existing condition) untuk
mewujudkan kondisi yang diharapkan (excepted condition).
Semua tantangan dari segi akses, mutu, dan akuntabilitas pun
dapat terjawab oleh program-program kerja yang relevan dengan
kebijakan pada tiap periode. Dengan demikian, visi insan Indonesia
cerdas dan kompetitif berdasarkan sistem pendidikan yang
berkeadilan, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal
dan global dapat terwujud pada tahun 2025.
12
1. Untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu
untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan
anggota organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang
telah disusun.
2. Untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu
diberlakukan dan bagaimana proses penyelesaian suatu kegiatan layanan
pendidikan.
3. Untuk mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) dalam
pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek kualitas
maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-
nonakademik.
4. Untuk mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan
secara efektif dan sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif
dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses
layanan pendidikan.
6. Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus
(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang
harus dilakukan.
7. Untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam
suatu organisasi pendidikan sebagai suatu sistem.
8. Untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan
yang dihadapi organisasi pendidikan.
9. Untuk mengarahkan proses pencapaian tujuan pendidikan.
13
1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau
beragam kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan
kepada peserta didik harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan,
beragam keterampilan dan nilai-norma kehidupan yang berlaku di
masyarakat.
2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap
perkembangan atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting,
karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik adalah
menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) dan beragam tantangan kehidupan
terkini.
3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan
pendidikan didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara
cermat dan matang, sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan
‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan pendidikan.
4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang
kepada semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan
dengan beragam pembaharuan layanan pendidikan yang lebih
berkualitas, sesuai dengan peranan masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis, artinya perencanaan pendidikan
harus disusun berdasarkan data yang ada, berdasarkan analisa kebutuhan
dan kemanfaatan layanan pendidikan secara rasional (memungkinkan
untuk diwujudkan secara nyata), dan mempunyai sistematika dan tahapan
pencapaian program secara jelas dan berkesinambungan.
6. Prinsip kooperatif-komprehensif, artinya perencanaan yang disusun
mampu memotivasi dan membangun mentalitas semua warga sekolah
dalam bekerja sebagai suatu tim (team work) yang baik. Di samping itu
perencanaan yang disusun harus mencakup seluruh aspek esensial
(mendasar) tentang layanan pendidikan akademik dan non-akademik
setiap peserta didik.
7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan
harus disusun sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam
14
pengembangan sumber daya manusia secara maksimal dalam
menyukseskan program pembangunan pendidikan. Layanan pendidikan
pada peserta didik harus benar-benar mampu membangun individu yang
unggul baik dari aspek intelektual (penguasaan science and technology),
aspek emosional (kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual
(keimanan dan ketakwaan) atau disebut IESQ yang unggul.
15
waktu pelaksanaan, pertahapan, taktis, dan strategi dalam meletakkan
jalur kebijakan ke mana akan dibawa pendidikan itu.
6. Masalah strategi adalah termasuk penanganan policy (kebijakan) secara
operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari perencanaan
pendidikan. Ketepatan peletakkan strategi ini sangat penting. Hal-hal
yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan policy (kebijakan)
adalah berkenaan dengan:
a. Sifat dan kebijakan nasional pendidikan.
b. Proses sosial yang dalam tingkat sedang berkembang.
c. Cara pendekatan yang dipergunakan sebagai watak sistem
perencanaannya.
Dari berbagai rumusan tentang perencanaan pendidikan dapat
dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah proses untuk menyiapkan
konsep keputusaan yang akan dilaksanakan pada masa depan. Semakin tajam
dapat melihat jauh ke masa depan, semakin jelas arah tujuan seseorang.
Rencana jangka panjang atau perspektif yang dapat menemukan dan
menjelaskan arah dan garis-garis besar adalah suatu alat yang sangat berguna.
16
perencanaan pendidikan harus berdasarkan pada visi, misi dan hasil
kajian awal tentang beragam kebutuhan atau taksiran (assessment)
layanan pendidikan yang diperlukan.
3. Tahap policy and priority setting, yaitu merancang tentang rumusan
prioritas kebijakan apa yang akan dilaksanakan dalam layanan
pendidikan. Rumusan prioritas kebijakan ini harus dijabarkan ke dalam
strategi dasar layanan pendidikan yang jelas, agar memudahkan dalam
pencapaian tujuan.
4. Tahap program and project formulation, yaitu rumusan program dan
proyek pelaksanaan kegiatan operasional perencanaan pendidikan,
menyangkut layanan pedidikan pada aspek akademik dan non akademik.
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam
sumber daya (sumber daya internal/eksternal; atau sumber daya
manusia/material). Apabila perencanaan disusun berdasarkan sumber
daya yang tersedia secara cermat dan akurat, akan menghasilkan tingkat
kelayakan rencana pendidikan yang baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini
sangat ditentukan oleh:
a. Kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite
sekolah, karyawan, dan siswa);
b. Iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan
sebagai suatu tim kerja (team work) yang handal; dan
c. Kontrol atau pengawasan dan pengendalian kegiatan selama proses
pelaksanaan atau implementasi program layanan pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan, yaitu kegiatan untuk
menilai (mengevaluasi) tingkat keberhasilan pelaksanaan program atau
perencanaan pendidikan, sebagai feedback (masukan atau umpan balik),
selanjutnya dilakukan revisi program untuk rencana layanan pendidikan
berikutnya yang lebih baik.
17
G. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
Ruang lingkup perencanaan pendidikan jangkauannya yang cukup
luas dan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain:
1. Ditinjau dari aspek spesialnya yaitu perencanaan pendidikan yang
memiliki karakter yang terkait dengan ruang, tempat, atau batasan
wilayah. Perencanaan ini terbagi menjadi:
a. Perencanaan pendidikan nasional (perencanaan makro), yaitu
mencakup seluruh proses usaha layanan pendidikan yang dilakukan
oleh pemerintah pusat, yang bertujuan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional, yang meliputi seluruh jenjang pendidikan dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi, yang diatur dalam sistem
pendidikan nasional melalui undang-undang sistem pendidikan
nasional.
b. Perencanaan pendidikan ragional/lokal (perencanaan meso), yaitu
perencanaan pendidikan yang dibuat dan diberlakukan dalam wilayah
regional tertentu misalnya perencanaan pengembangan layanan
pendidikan tingkat provinsi dan kebupaten/kota, yang menyangkut
seluruh jenis layanan pendidikan di semua jenjang untuk daerah atau
provinsi tertentu.
c. Perencanaan pendidikan kelembagaan/institusional (perencanaan
mikro), yaitu perencanaan pendidikan mencakup satu intuisi atau
lembaga pendidikan tertentu, misalnya perencanaan pengembangan
layanan pendidikan Sekolah Menengah Atas.
2. Ditinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya dapat dibagi
menjadi:
a. Perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait
dengan proses pembangunan pendidikan yang esensial, dalam koridor
perencanaan pembangunan nasional, dalam hal ini perencanaan
pendidikan ada keterpaduan atau keterkaitan secara sistemik dengan
perencanaan pembangunan bidang ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
18
b. Perencanaan pendidikan komprehensif yaitu perencanaan pendidikan
yang disusun secara sistematik, rasional, objektif, yang menyangkut
keseuruhan konsep penting dalam layanan pendidikan, sehingga
perencanaan itu memberikan suatu pemahaman yang lengkap atau
sempurna tentang apa dan bagaimana memberikan layanan pendidikan
yang berkualitas.
c. Perencanaan pendidikan strategik, yaitu perencanaan pendidikan yang
mengandung pokok-pokok perencanaan untuk menjawab persoalan
atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia pendidikan
misalnya persoalan yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah
masalah rendahnya kualitas guru.
19
6. Dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam
berkoordinasi dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang
terkait, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan;
7. Dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan yang
tidak efisien atau tidak pasti;
8. Dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi pencapaian tujuan
proses layanan pendidikan.
1.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pendidikan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha
merumuskan program pendidikan. Tujuan perencanaan pendidikan adalah
sebagai pedoman untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam dunia
pendidikan.
Perencanaan pendidikan mengenal prinsip interdisipliner, prinsip
fleksibel, prinsip efektifitas-efisiensi, prinsip progress of change, prinsip
objektif, prinsip kooperatif-komprehensif, prinsip human resources
development.
Unsur perencanaan pendidikan yaitu penggunaan analisis rasional dan
sistematis, proses pembangunan dan pengembanngan pendidikan, prinsip
efektivitas dan efisiensi, kebutuhan dan tujuan peserta didik dan masyarakat,
tujuan pembangunan nasional bangsa, masalah strategi adalah termasuk
penanganan policy (kebijakan) secara operasional.
Tahap-tehap perencanaan pendidikan ialah tahap need assessment,
tahap formulation of goals and objective, tahap policy and priority setting,
tahap program and project formulation, tahap feasibility testing, tahap plan
implementation, dan tahap evaluation and revision for future plan.
Ruang lingkup perencanaan pendidikan ditinjau dari aspek spesialnya
meliputi perencanaan pendidikan nasional, perencanaan pendidikan
ragional/lokal, dan perencanaan pendidikan kelembagaan/institusional.
Sedangkan ditinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya meliputi
perencanaan pendidikan yang mencakup seluruh aspek, perencanaan
pendidikan komprehensif, dan perencanaan pendidikan strategik.
Manfaat dari suatu perencanaan pendidikan antara lain adalah sebagai
standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas, sebagai media
pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan, bermanfaat dalam
penyusunan skala prioritas kelembagaan, mengefisiensikan dan
mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya organisasi atau lembaga
21
pendidikan, membantu pimpinan dan para anggota dalam menyesuaikan diri,
sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi, sebagai
media untuk meminimalkan pekerjaan, sebagai alat dalam mengevaluasi
pencapaian tujuan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23