Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR, TUJUAN,


SYARAT KOMPONEN PERENCANAAN

Diajukan untuk memenuhi salah Satu Tugas Individu Mata Kuliah Kepemimpinan
dan Manajemen dalam Keperawatan Semester II

Disusun oleh :

Haryati
(21149011405)

Pembimbing : Yunita Liana, S.Kep., Ners., M.Kes.


 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Banyuasin, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................................3
A. Pengertian Perencanaan................................................................................................5
B. Hierarki Perencanaan.................................................................................................. 6
C. Tujuan Perencanaan.....................................................................................................7
D. Manfaat Perencanaan.................................................................................................. .7
E. Syarat Perencanaan ......................................................................................................7
F. Komponen Perencanaan ...............................................................................................8
G. Perumusan Visi ..........................................................................................................10
H. Perumusan Misi .........................................................................................................10
I. Perumusan Filosofi ....................................................................................................10
J. Perumusan Tujuan .....................................................................................................11
K. Perkiraan Kebutuhan kerja .........................................................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................................18
A. KESIMPULAN..........................................................................................................18
B. SARAN......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen, karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal
yang mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase
mengambil keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita
mengartikan frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan
memperhitungkan peraihan kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan
mendefinisikan masalah sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan
atau memiliki potensi untuk merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang
menguntungkan atau memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan.
Selama proses pemecahan masalah, manajer akan terlibat dalam pengambilan
keputusan. Di kehidupan sehari-hari kita sebenarnya kehidupan yang selalu
bersangkutan dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik
yang diperoleh setelah melakukan musyawarah. Pengambilan keputusan
sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang
pemimpin.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan
kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas
berfungsi melaksanakan tugas teknis dan administrative.
Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya
masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan
kesehatan dan pelayanan kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak
berkembang adalah puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat 3
strata pertama sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Apa pengertian perencanaan?
2. Bagaimana Hierarki perencanaan?
3. Apa tujuan perencanaan?
4. Apa manfaat perencanaan?
5. Apa syarat perencanaan?
6. Apa komponen perencanaan?
7. Bagaimana perumusan visi?
8. Bagaimana perumusan misi?
9. Bagaimana perumusan filosofi?
10. Bagaimana perumusan tujuan?
11. Bagaimana perkiraan kebutuhan kerja?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk dapat mengetahui pengertian perencanaan.
2. Untuk dapat mengetahui Hierarki perencanaan.
3. Untuk dapat mengetahui tujuan perencanaan.
4. Untuk dapat mengetahui manfaat perencanaan
5. Untuk dapat mengetahui syarat perencanaan
6. Untuk dapat mengetahui komponen perencanaan
7. Untuk dapat mengetahui perumusan visi
8. Untuk dapat mengetahui perumusan misi
9. Untuk dapat mengetahui perumusan filosofi
10. Untuk dapat mengetahui perumusan tujuan
11. Untuk dapat mengetahui perkiraan kebutuhan kerja

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan

A. Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan
dilaksanakan yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas
sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan
puskesmas, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh
untuk mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker
keperawatan, perencanaa adalah tahap untuk merumuskan masalah
keperawatan yang berkembang dalam pelayanan keperawatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah – langkah
praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan
adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting
tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai,
bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan,
bagaimana indicator/ tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan
apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
5
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan
yang baik dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan
sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif
dan efisien. (Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan
yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah
keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
B. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana
teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan
dalam piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan
lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen
perencanaan. Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas
lebih umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.

Misi
Filosofi Tujuan umum Tujuan khusus Kebijakan Prosedur
Aturan

6
Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L & Carol .
Huston.
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)
C. Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan
fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
D. Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri
dengan perubahanperubahan lingkungan.

b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi


lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
E. Syarat perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal
7
ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk
dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b) Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal
ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga
dapat dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan
dengan kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan
dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif,
artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung
maupun tidak langsung dalam organisasi.
F. Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu
sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan
mekanisme umpan balik.
a) Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau
orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, 8
kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan
ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi
penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar
dan akreditasi.

d) Mekanisme umpan balik


Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan
keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta
penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan
berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan
manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana
juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan, dan
kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).

e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan
komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen 9
Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan
ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan
misalnya kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-
lain.
G. Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar
untuk membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat,
jelas, dan mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi
merupakan pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan
keperawatan dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang
Anak yang Mampu Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara
Profesional Tahun 2015”.
H. Perumusan Misi
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional
guna mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan
yaitu memberikan asuhan keperawanan kepada klien secara
komperehensif. Ini dapat meliputi peningkatan konsep perawatan
mandiri, sehingga tersebut harus meliputu definisi keperawatan dan
perawatan mandiri seperti didefinisikan oleh perawat profesional.
I. Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan
yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan
dalam institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi
dan manajer perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan
praktik keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka
sebagaimana misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah
akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai
kemanusiaan seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien
atau pasien, tentang perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai
profesi, tentang pendidikan untuk mendapatkan kompetensi pekerja 10
keperawatan, dan tentang lingkungan atau komunitas dimana pelayanan
keperawatan diberikan. Karakter dan kekuatan pelayanan disusun dengan
perencanaan yang meliputi pernyataan tujuan dan filosofi, satu dari yang
lainnya, untuk divisi organisasi, departemen atau pelayanan, dan ruangan
atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat.
J. Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan
memberikan arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus
dilakukan, bagaimana cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya.
Perumusan tujuan dalam organisasi pelayanan keperawatan merupakan
hal yang mutlak untuk dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan
organisasi pelayanan keperawatan yang baik, ada beberapa persyaratan
yang harus diperhatikan. (Asmuji, 2014).
K. Perkiraan kebutuhan kerja
Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu
penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori
yang akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.
Beberapa pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf
yang dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perawat
dan klien untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori
keperawatan klien:
a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan
minimal dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan.
Klien melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan
sebagai dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu,
misalnya pemberian obat intravena, mengatur posisi dan lain
sebagainya.
c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara
penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat. 11
d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi
dan tindakan keperawatan yang terus menerus.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit
sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah
klien sesuai data sensus.
2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan
menganalisa alur keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan
waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien, dihitung untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.

3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat


menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat
untuk setiap unit serta mempertimbangkan kompunen input-proses-output-
umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan
langsung, waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan
kesehatan.
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan
langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-
rata waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care)
adalah berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan Hurchinsun
(1975) dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan
langsung didasarkan pada kategori berikut:
a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam.
b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam
c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam
d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan
tidak langsung. Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace
Detroit dalam Gillies (1994), menyatakan bahwa rata-rata waktu yang
dibutuhkan perawatan tidak langsung adalah 36 menit/klien/hari. Dipihak
lain, menurut Wolfe dan Young (1965) dalam buku yang sama 12
merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan
sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (1994),
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar
15 menit/ klien/hari.
Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari,
perlu menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung,
waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan.
Selanjutnya jumlah tenaga yang di butuhknan di hitung berdasarkan
beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat yaitu:

1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut.
2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3) Rata – rata harm perawatan.
4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan,
dan pendidikan kesehatan.
5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.
6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan
pendidikan kesehatan.
Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban
kerja perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK,
pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, ikim/ musim, politik, dan
hukum/ peraturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas
pelayanan keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan
dapat memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan
untuk masing
– masing unit. Metode perhitungan yang di gunakan, yaitu metode rasio,
metode gilles, metode lokakarya keperawatan, metode di Thailand dan
Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf need).
13
Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no
262 tahun 1979, kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur
yang tersedia di kelas masing – masing untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada.
Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga non-
keperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 1 : 1
Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-keperawatan
= 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4
Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 6 : 1
Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung
tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A X B X 365
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
(365 hari libur)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = jumlah kerja tenaga keperawatan
per hari B = jumlah pasien rata-rata per
hari
Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk
memperhitungkan jumlah kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya
keperawatan (1989). Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung
tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A x 52 x 7 (TT x BOR)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎
= 41 40

14
Metode keempat adalah metode Thailand dan Filipina yang
didasarkan pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm
kerja perawat dalam 1 tahun, dan Jumlah jam kerja dalam 1 tahun.
Jumlah jam perawatan per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24
jam yang terdiri dari penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam),
campuran bedah dari penyakit dalam (3,4 jam), post-partum (3 jam), bayi
neonatus (2,5 jam), dan anak (4 jam) sehingga rata-rata jam perawatan
yang dibutuhkan per pasien selama 24 jam adalah 3 jam, unit rawat jalan
yang jam perawatan per pasiennya adalah 0,5 jam, kamar operasi untuk
rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam), untuk rumah sakit tipe C
dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam. Hari kerja efektif
perawatan dalam 1 tahun diperinci berdasarkan jumlah hari dalam 1 tahun
(365 hari), jumlah hari kerja nonefektifdalam 1 tahun (jumlah ghari
minggu 52 hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah
hari efektif dalam 1 tahun yaitu 365-76=289 hari, dan jumlah hari efektif
perminggu yaitu 289:7=41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1
tahun yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640
jam/tahun

Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan


rumus berikut :
1) Unit Rawat Inap (URI)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan
koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
2) Unit Rawat Jalan (URJ)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan

koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x
15
jumlah.angg.Tim.OK koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
4) Kamar Bersalin (KB)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan

koreksi 10%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan
penjumlahan URI, URJ, KBd/O dan KB.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan
tenaga adalah dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need).
Dasar yang digunakan dalam metode ini adalah beban kerja dan tiap-tiap
unit atau institusi.

Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan


dihasilkan pada masa mendatang. Tiga faktor yang mendasari formula
ISN, yaitu :
a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai
faktor variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil
pelaksanan yang dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama
satu tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada
institusi yang berbeda akan memiliki beban kerja dan kapasitas yang
berbeda pula.
b) Bobot (weighting).
c) Kapasitas tenaga.
Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan
salah satu metode di atas (Gillies, 1994).
Diketahui, kondisi tenaga keperawatan di salah satu Rs “XY”
berdasarkan laporan tahunan tahun 1995 sebagai berikut.
1. Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6
2. Bagian bedah, rata-rata/hari adalah 44,7
3. Bagian non-bedah/non-UPI rattan-rata pasien/hari sebesar 211,3
Ditanyakan, berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk
16
bagian UPI,
bagian bedah, dan abagian non-bedah/ non-UPI berdasarkan data di
atas? Dijawab:
1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk
bagian UPI adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata perhari)
adalah 2,6 ; A bedah = 5 jam dengan B = 44,7 ; dan A non-bedah /
non UPI = 4 jam dengan B = 211,3
2) Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sebagai berikut.
a. Hari minggu/ sabtu = 104 hari
b. Hari libur nasional = 12 hari
c. Cuti tahunan = 12 hari
d. Izin / sakit = 12 hari
Jadi, jumlah keseluruhannya adalah 140 hari
3) Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam.
Jadi, kebutuhan tenaga keperawatan untuk masing-masing bagian
adalah sebagai berikut:
7 𝑥 2,6𝑥365
a. UPI(365𝑥140)𝑥 8 = 4 orang
=45 orang
b. Bedah
5𝑥44,7𝑥365

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat
pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang
dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari
perawat pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum melakukan
perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi,
sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan
prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak
sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini,
langkah teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu
memetakan masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti
mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti
dan dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang
menyusun perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat dan
puskesmas. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media.

. . HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU
Diakses tanggal 29 September 2017

19

Anda mungkin juga menyukai