DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa,
Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
makalah tentang “ Perencanaan Manajemen Keperawatan Suatu Unit Ruang Rawat Sesuai
Dengan Tahapan Menyusun Perencanaan Dan Standar Akreditasi ”. Dengan harapan
semoga tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan
tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Penulis
Kelompok 1
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ....................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan , syarat dan komponen perencanaan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun oleh kepala ruang rawat
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
4. Mengetahui perencanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional
BAB II
PEMBAHASAN
Misi
Filosofi
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Kebijakan
Prosedur
Aturan
3) Tujuan perencanaan
4) Manfaat perencanaan
e) Memudahkan koordinasi.
dana.
5) Syarat perencanaan
c) Fleksibel
b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil
atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditas.
e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
2. Rencana Bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan
titik rencana.
3. Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan
a. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
b. Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih
rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai MPKP bahkan meningkatkannnya di masa mendatang
c. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi
untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang
akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang
dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:
1. Pengumpulan data.
2. Analisis lingkungan
a. Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh
karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat
sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan
melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena
sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang
diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya
berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi
layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana cara
mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat
dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.
c. Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989)
yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun
menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman
dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan
cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang
tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang
tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan
kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud.
Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat,
namun organisasi tidak mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan
organisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman yang
datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal
ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi
sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi
Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan
keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan
sarana serta prasarana yang telah didefenisikan pada pengumpuolan data
sebelumnya.
d. Persiapan pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara laian
bentuk system dokumentasi keperawatan, format pengajian, format perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Termasuk didalam persiapan ini adalah mengevaluasi
kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah
sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau
dipahami semua perawat yang ada diruangan, apakah efesien dan efektif dalam
pelaksanaanya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang
model pendokumentasian yang sesuai.
e. Persiapan evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan tekhnik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan
sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatanya secara umum.
Fungsi perencaaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa daolam keperawatan, perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakkan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Perencanaan yang baik harus sesuai dengan sasaran, bersifat sederhana,
mempunyai standar dan menggunakan sumber yang tersedia dan efektif serta efisien
DAFTAR PUSTAKA
Suarli, S.; Amalia Safitri; Yanyan Bahtiar; Rina Astikawati. Manajemen keperawatan : dengan
pendekatan praktis / S. Suarli, Yanyan Bahtiar ; editor, Amalia Safitri, Rina Astikawati. Jakarta
:: Erlangga,, 2009.
Darmawan,D.2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja (1st ed).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
_____.____. HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU
Diakses tanggal 29 September 2017
https://www.scribs.com/document/402986176/manajemen-askep-di-rs-sesuai=standar-
nasional-akreditasi-di-rumah-sakit-.docx.
Okthafiani, dkk. 2018. Makalah manajemen asuhan keperawatan di rumah sakit sesuai
standar nasional akreditasi di rumah sakit. Cilacap, prodi S1 KEPERAWATAN.
Renaldi, dkk. 2017. Makalah Kepemimpinan Dan Manajemen. Stikes Budi Luhur. Cimahi 21
februari
MAKALAH PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
MAKASSAR
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah “ Perencanaan
Manajemen Keperawatan”. Dalam makalah ini akan dijabarkan mengenai : 1). Konsep dasar,
tujuan,syarat,komponen perencanaan, 2). Jenis perencanaan yang disusun kepala ruan rawat, 3).
Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen, 4). Perencanaa dalam manajemen
asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi
nasional dan internasional.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh, serta semua pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga sampai kepada mahasiswa.
2
DAFTAR ISI
Bab II Pembahasan
A. kesimpulan ..................................................................................................................... 27
B. saran ............................................................................................................................... 27
Daftar pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen , perencanaan adalah proses mendefinisikan
tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu , dan
mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen , karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai suatu hal yang buruk adalah suatu
hal yang mudah untuk dilakukan , karena itu kita jarang mengartikan frase
mengambil keuntungan dari semua situasi sama halnya dengan kita mengartikan
frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan
peraihan kesempatan dalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah
sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk
merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki
potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah ,
manajer akan telibat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari sebuah
pemimpin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?
2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat ?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
?
4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan
5. internasional?
4
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan
internasional
5
BAB II
PEMBAHASAN
2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti di gambarkan dalam
Piramida hirarki, hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu,
komponen perencanaan pada hierarki trratas lebih umum dibandingkan
6
dibawahnya yang lebih spesifik.(Marquis, Bessie L & Carol . Huston.
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)
Misi
Filosofi
Tujuan umum
Tujuan khusus
Kebijakan
Prosedur
Aturan
3) Tujuan Perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan :
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan
fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang. Sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4) Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat Perencanaan antara lain :
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b) Memungkinkan manejer memahami keseluruhan gambaran
Operasi lebih jelas.
c) Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat.
7
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Syarat Perencanaan
Persyaratan perencanaan menurut Simamora (2012) yaitu :
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau
realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan
wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi
keperawatan.
b) Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau
rasional. Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk
akal sehingga dapat dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang
fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat
disesuaikan dengan kondisi dimasa mendatang, sekalipun tidak
berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi
seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan
organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat
komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-
aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.
8
6) Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi , pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen yaitu :
1. Input
dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi
,personel,peralatan dan fasilitas,proses pada umumnya merupakan
kelompok manajer dan tingkat pengelolaan keperawatan tertinggi sampai
keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
input yang dapat mengukur pada bahan alat system prosedur
atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter,kelengkapan alat,prosedur tetap dan lain-lain.
2. Output
elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
output menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai ,misalnya jumlah
yang dilayani,jumlah pasien yang di operasi ,kebersihan ruangan.
3. Control
control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang professional .evaluasi ,penampilan kerja
perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
4. Mekanisme umpan balik
mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan
,audit keperawatan dan survey kendali mutu ,serta penampilan kerja
perawat
9
proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan
berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberhasilan
manajemen keperawatan di maksudkan untuk mempermudah pelaksanaan
proses keperawatan,proses manajemen,sebagai juga proses
keperawatan.terdiri atas kegiatan pengumpulan data ,identifikasi masalah
,pembuatan rencana,pelaksanaan kegiatan ,dan kegiatan penilaian hasil
(gillies,1985).
5. Proses
proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan.didalam proses keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejalah,eliminasi resiko,pencegahan komplikasi
.argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal .didalam proses manajemen keperawatan ,bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan
misalnya kecepatan pelayanan ,pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
10
c) sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis
adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai
tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan
yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan
adaptif dalam tuntutan perubahan. Perencanaan jangka panjang yang didalamnya
terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan
strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan,
penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi.
11
Sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan dikasih
diklasifikasikan menjadi:
a) pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach)
dan
b) pendekatan analisis SWOT (Strenght, Wakness, Opportunity, dan Treat).
2) Pendekatan SWOT
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa
faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (strenght) dan kelemahan (wakness),
selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan denganpeluang
(opportunity) dan tekanan/ancaman (treat). Setelah diketahui kekuatan kelemahan
peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan
organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan kedalam rencana operasional yang
mencantumkan target yang harus dicapai.
12
4) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
Perencanan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujaun yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.
13
RKA merupakan pengembengan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara
pembuatan anggran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
1. Tahap persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan
dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan
dengan cara :
14
2. Tahap analisis situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan
pengumpulan data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data
umum dan data khusus.
Data Umum :
a) Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah mencakup
luas wilayah, jumlah desa / dusun / RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
Data Sumber Daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa), mencakup :
1) Ketenagaan (Format – 2a)
2) Obat dan bahan habis pakai (Format – 2b)
3) Peralatan (Format – 2c)
4) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah),
masyarakat, dan sumber lainnya (Format – 2d)
5) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik,
meubelair, kendaraan (Format – 2e)
6) Data Peran Serta Masyarakat (Format – 3): Data ini mencakup jumlah Posyandu,
kader,dukun bayi dan tokoh masyarakat.
7) Data Penduduk dan Sasaran Program ( Format – 4): Data penduduk dan sasaran
program mencakup : jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap desa / kelurahan). Data ini dapat diperoleh di
kantor Kelurahan / Desa, Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota.
8) Data sekolah ( Format – 5): Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan
setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS , dan lainnya.
9) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format- 6): Data
kesehatanlingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan /
15
minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih,
jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah
Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas), jenis data ini antara lain
meliputi :
a) Analisa Masalah :
Dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan
Tingkat Puskesmas diantaranya melalui tahapan : identifikasi masalah, Perumusan
masalah, dan Merumuskan akar penyebab masalah.
b) Identifikasi masalah:
16
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
c) Menetapkan urutan prioritas masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus,
ketidak-tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah
lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak
dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode
seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dan sebagainya. Penetapan penggunaan
metode tersebut diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.
Merumuskan masalah
Tahap merumuskan masalah mencakup mencakup apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila
mana masalah itu terjadi (what, who, when, where and how).
1) Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja
manajemen alat, obat dan dana.
2) Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non medis.
3) Lingkungan
17
dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya.
Survey Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut.
Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian
data masalah dan potensi yang ada. Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi
potensi melalui sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya
dimulai dengan pembentukan tim, menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria penilaian
masalah dan menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian .
18
maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan
informasi yang tersedia di Puskesmas.
1. Efektifitas
M (Magnitude) : besarnya masalah yang dapat diselasaikan
I (Impotency) : pentingnya cara penyelesaian maasalah
V (Vunerability) : sentivitas cara menyelesaikan masalah
2. Efisensi
19
Menunjukkan pada pemakaian sumber dana (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar, makin besarnya biaya yang digunakan untuk melaksanakan
jalan keluar tersebut, untuk mengukur nilai prioritas (p) untuk setiap alternativ jalan
keluar dengan memberikan hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C, jalan keluar
dengan nilai P tinggi adalah prioritas adalah jalan keluar yang terpilih.
4. Evaluasi Kegiatan
Dinkes kabupaten atau kota dan provinsi secara rutin menetaokan target atau
standar kebersihan masing-masing kegiatan program, yang merupakan standar untuk
kerja (stasndar performance) staf. Standar untuk kerja merupakan ukuran kualitatif
keberhasilan program. Tingkat keberhasilan program secara kualitatif diukur dengan
membandingkan target yang ditetapkan output (cakupan pelaayanan).
21
II 1) Penerapan model asuhan keperawatan professional aplikasi peran,
pendelegasian tugas dan proses dokumentasi keperawatan
2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi keperawatan
3) Penyelenggaraan supervisi keperawatan
4) Penyelenggaran sentralisasi obat
5) Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam
22
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.
1. Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu :
a. Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto,
2008).
2. Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam
(2007) yaitu :
a. Pengkajian-pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak
hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien melainkan juga mengenai
institusi (rumah sakit atau puskesmas) : tenaga keperawata, administrasi, dan
bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini di maksud untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menengakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen Keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
23
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.
2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatana dalam mengelola suatu organisasi keperawatan
dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :
Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
Manajemen keperawatan harus terorganisir
Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
Divisi keperawatan yang baik
Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
Pengembangan staf
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu).
Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat
dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang
dikelola oleh kepala ruangan yaitu:
o SDM Keperawatan
o Sarana dan prasarana
o Biaya/anggaran
o Sistem informasi
o Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
o Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.
o Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan
24
Mengelola keuangan
Mengelola SDM keperawatan di ruangan
Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift
Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
Mengorientasikan dan mengembangkan staf
Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain
Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien
25
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan
yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala
paling sedikit 3 tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen,
sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta
penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat
akreditasi. Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan
hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di
tegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik,sehingga kita dapat mengetahui tentang menyususn perencanaan
manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat puskesmas agar dapat menjadi pedoman
bagi kita sebagai perawat.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/361572154/MAKALAH-MANAJEMEN-
KEPERAWATAN
Asmuji. 2014. Manajemen keperawatan: konsep dan aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
28
MANAJEMEN KEPERAWATAN
FUNGSI MANAJEMEN: PLANNING
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ANORIUS SATI (C1814201109)
DIAN ASTRID MADIKA (C1814201114)
ESTIEN SOHILAIT (C1814201117)
GRACIELA TALEBONG (C1814201122)
HERLINA LASAMANA (C1814201124)
LORI RIPAL (C1814201132)
MARIA CAROLYN LEPIT (C1814201133)
RAHAYU PATRICIA (C1814201139)
SHERIN AMELYANI (C1814201147)
SINTIKE (C1814201149)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena berkat,
rahmat dan penyertaan-nya, kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat waktu.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini, terlebih khusus kepada ibu dosen
yang telah mempercayakan makalah ini kepada kami, sehingga dari makalah ini
pengetahuan kami dapat bertambah. Kami dapat menyelesaikan makalah kami yaitu
makalah Fungsi Manajemen: Planning untuk memenuhi tugas dalam Manajemen
Keperawatan. Kami berharap semoga makalah yang telah kami selesaikan dapat
membantu proses perkuliahan di STIK Stella Maris Makassar, khususnya mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah kami ini dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan, walaupun masih banyak kekurangan
baik dari segi bahasa maupun hasil makalah kami. Kami sadar makalah yang telah
kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari ibu dosen maupun teman-teman.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah Manajemen Keperawatan
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari setiap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................................ 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard).
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan
orang lain (G.R Terry). Dalam manajemen, diperlukan peran tiap yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang
harus diperhatikan, yaitu perencanaan, organisasi, penggerakan, dan pengawasan.
Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa
depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk
mewujudkan tujuan (Gitosudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses pengambilan
keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem
organisasi serta keseluruhan memperjelas; misi dan filosofi organisasi,
memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-
langkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan karyawan
untuk melaksanakannya (Gilles, 1994).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat akan membuat
perecanaan terlebih dahulu. Dalam makalah ini akan dibahas perencanaan yang akan
disusun oleh perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat dan Komponen Perencanaan
2. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
3. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen
4. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan
Puskesmas yang Sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
1. Konsep Dasar Perencanaan
Konsep dasar Perencanaan keperawatan dalam asuhan keperawatan yang
dipersiapkan oleh perawat harus berhubungan dengan kondisi pasien
berdasarkan pengkajian dan diagnose keperawatan. Perencanaan keperawatan
menjadi dasar perawat dalam mengimplementasikan tindakan yang akan
dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanan keperawatan
seperti menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan, merumuskan rencana tindakan keperawatan dan rasional rencana
tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan yang bermanfaat dalam pelayanan dan asuhan yang akan diberikan
perawat kepada pasien.
Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa
depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk
mewujudkan tujuan (Gitosudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses
pengambilan keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan,
penggambaran sistem organisasi serta keseluruhan memperjelas; misi dan filosofi
organisasi, memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih
langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan
karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994).
Perencanaan adalah satu langkah penting yang harus diperhatikan Seorang
perawat sebelum memberikan tindakan keperawatan. Perencanaan meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Lyer ct al..
1996 dalam Nursalam.2008). Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan
komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu, perencanaan
mendefinisikan suatu aktivias yang diperlukan untuk membatasi faktor faktor
pendukung terhadap suatu permasalahan.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat
menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen
lainnnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan
fungsi manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada
pencapaian tujuan, sehingga hasil sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik
yang pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan Organisasi.
2
Intervensi atau Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada kiien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang
lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan,
sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya
akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi.
Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan,
pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer
atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja
yang harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang
baik mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktor-
faktor produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya
2. Tujuan Perencanaan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka
konsep berdasarkan Kebutuhan individu keluarga dan masyarakat seperti yang
disampaikan oleh Yura dan Waish (1983) bahwa proses keperawatan adalah
suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan
keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan
normal, dan manfaat fasilitas kualitas hidup.
Tujuan perencanaan dalam manajemen:
a) Meningkatkan peluang untuk sukses
b) Menstimulasi berpikir analisis
c) Mencegah terjadinya krisis manajemen
d) Memfasilitasi berpikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel
e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
f) Menjamin biaya yang efektif
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan. Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut
Dermawan (2012) yaitu :
3
a) Tujuan administratif
1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok
2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan
lainnya
3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan
4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien
b) Tujuan klinik
1) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan,
diobservasi dan dilaksanakan.
3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan.
3. Syarat Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik sentunya harus dirumuskan. Perencanaan yang
baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus di penuhi, yaitu faktual
dan realistis, logis dan rasional, fleksibel, dan komprehensif.
a. Actual dan realistis
Artinya bahwa perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi
kesehatan Rumah sakit/puskesmas harus sesuai dengan fakta dan kondisi
tertentu yang akan di hadapi oleh organisasi kesehatan tersebut.
b. Logis dan rasional
Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan dapat diterima oleh
akal (logis) dan rasional sehingga dapat dilakukan.
c. Flekabel
Artinya bahwa perencanaan yang baik sifatnya fleksibel dan sifatnya
tidak kaku Perencanaan tersebut harus bisa beradaptasi dengan perubahan-
perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang.
d. Komitmen
Artinya perencanaan yang baik harus memilih melahirkan komitmen
terhadap seluruh anggota organisasi untuk dapat bersama-sama berupaya
mewujukdan tujuan organisasi.
e. Komprehensif
Artinya bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh dan
mengkoordinasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu organisasi kesehatan (rumah sakit/Puskesmas).
4
Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan satu bagian saja, akan
tetapi juga kan mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian
lain dalam organisasi kesehatan tersebut.
f. Rencana harus mempermudah pencapaian tujuan organisasi.
Perlu kita ketahui bahwa rencana yang kita susun agar dengan maksud
guna mempermudah realisasi pencapaian tujuan dasar organisasi yang
sudah dan awal mempunyai visi dan misi bersama yang sudah pasti dan
terperinci pelaksanaannya dengan tidak mempersulit tujuan awal dan dasar
organisasi. Rencana harus dibuat olch orang-orang yang benar-benar
memenuhi tujuan organisasi kesehatan (Rumah sakit/puskesmas) rencana
harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mendalami teknik
Perencanaan.
g. Rencana harus diteliti secara merinci
Ketelitian dalam penyusunan rencana sangat diperlukan, karena ini
menyangkut berhasil tidaknya suatu rencana dalam perealisasinya. Langkah
petimbangan sebelum perealisasian sangat penting untuk merinci dan
menentukan apa saja yang benar-banar diperlukan baik dalam hal
perencanaannya maupun perealisasiannya.
h. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan
Rencana yang dibuat harus benar-benar konsisten terhadap tujuan dan
tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan agar tidak terjadinya penyimpangan
dari tujuan awal dan mempercepat proses perealisasian dengan secara
efektif dan efisien.
i. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hirarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana dibawahnya. Seperti digambarkan dalam
Piramida hirarki, hirarki melebar pada tingkatan Lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen. Selain itu, komponen
perencanaan pada hirarki teratas lebih umum dibandingkan komponen di
bawahnya yang lebih spesifik (Marquis, 2010),
4. Komponen Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses
manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan
secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu
perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why,
5
Where, Who, dan How. Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud
adalah:
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan
yang dibutuhkan, sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan
b. Mengapa tindakan itu harus dilaksanakan? Penjelasan mengapa rencana itu
harus dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai
c. Dimana tindakan itu harus dikerjakan? Penjelasan tentang tempat/lokasi
secara fisik dimana rencana kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu
d. Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan
dan kapan selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar
waktu yang telah ditentukan
e. Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan
kegiatan atau tindakan baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman
maupun pendidikan
f. Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknik-
teknik melakukan kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang
dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.
B. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu
dibagi menjadi tiga jenis yaitu, perencanaan jangka pendek jangka menengah dan
jangka panjang. (Asmuji, 2014)
1. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam
sampai dengan satu tahun.
2. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan
dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis &
Huston, 1998).
3. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah
bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai
tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau
perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat
melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahanPerencanaan jangka
6
panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan,
sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan
tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan
tingkat kepuasan yang terintegrasi.
7
diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang mencantumkan target yang
harus dicapai (Riski & Wijaya, 2018)
D. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
1. Ruang Rawat
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan
keperawatan. Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan
yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
diaman, berapa dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan
memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan
efektif.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber
yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan. Perencanaan sangat
penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang,
memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang
lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk
dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat
inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan
kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan
kesehatan akan gagal. (Kamalia et al., 2020)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan.
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Terdapat jenis perencaan yang disusun oleh kepala ruang, yaitu perencanaan
jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.
Dan dalam proses penyusunan rencana terdapat 2 pendekatan, yaitu pendekatan
perkembangan yang menguntungkan dan pendekatan SWOT.
Perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan
di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien
B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih banyak lagi mengenai
perencanaan pada proses asuhan keperawatan. Perencanaan sangat penting
sebelum mengambil tindakan sehingga pelayanan yang diberikan dapat
diperhitungkan dengan matang dan menghasilkan output yang baik bagi mahasiswa
saat praktik asuhan keperawatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Kamalia, L. O., Said, A., & Risky, S. (2020). Manajemen Keperawatan. In Manajemen
Keperawatan (p. 423).
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cLYHEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=
Perencanaan+dalam+manajemen+keperawatan+di+ruang+rawat+dan+puskesmas+se
suai+standar+akreditasi+nasional+dan+internasiona&ots=rkP25YBd5I&sig=quGaSyZS
VauaJlT5R2UtVivi1Fo&redir_esc=y#v=onepage&q=Perencanaan dalam manajemen
keperawatan di ruang rawat dan puskesmas sesuai standar akreditasi nasional dan
internasiona&f=false
Riski, K., & Wijaya, A. (2018). Modul Pembelajaran Managemen Keperawatan. In Stikes
Insan Cendekia Medika.
10
Agti Latupeirissa
Ananda Sagita Tandiboro
Antjelita Milenia Kabo
Bhetrinda Alhamd
Chatarina Sentosa Jemali
Coleta Antonia Putri J. K
Desiana Lestari
Dini Alfrianty Pabeno
Esra Parereu
PENGERTIAN PERENCANAAN
5.Syarat perencanaan
Factual atau realistis
Logis atau rasional
Fleksibel
Komitmen
Komprehensif
6. Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi , pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu :
Input
dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi ,personel,peralatan dan
fasilitas,proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelolaan
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan
Output
elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dari
hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Control
control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
professional .evaluasi ,penampilan kerja perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan
akreditasi.
Mekanisme umpan balik
mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan ,audit keperawatan dan
survey kendali mutu ,serta penampilan kerja perawat
Proses
proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.didalam proses
keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejalah,eliminasi
resiko,pencegahan komplikasi .argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal
Jenis perencanaan yang disusun
kepala ruang rawat
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu
dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan
operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun
waktu satu jam sampai dengan satu tahun.
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun
(Marquis & Huston, 1998),
sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan
strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan
atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga
organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.
Perencanaan jangka panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan
tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap
inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari
perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi
Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah
perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan.
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana.
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat
yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang,
ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana.
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik
rencana. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini
biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali yang dibuat
berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasa
dibuat oleh kepala ruang.
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu). Kepala
ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat dan bertanggung
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruangan yaitu:
SDM Keperawatan
Sarana dan prasarana
Biaya/anggaran
Sistem informasi
Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah manajerial.
Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.
Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan
Mengelola keuangan
Mengelola SDM keperawatan di ruangan
Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift
Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
Mengorientasikan dan mengembangkan staf
Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain
Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien
3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan Swanburg (2000) menyatakan bahwa
pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab
dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).
4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota adalah fasilitas pelayanan
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu,
peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara
berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak
eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme
akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala paling sedikit 3
tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja
sama dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap
sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan
pelayanan dan program, serta penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar
penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pendekatan yang dipakai
dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien dan keluarga,
dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di tegakkan sebagai upaya
meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Manajemen
Keperawatan
Fungsi Manajemen:
Planning
BY GROUP 1
Konsep Dasar Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lainnya.
Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga sistem
kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan
pencapaian tujuan organisasi.
Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan,
pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer
atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja yang
harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik
mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor
produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya
Tujuan Perencanaan
Meningkatkan
Menstimulasi Mencegah terjadinya
peluang untuk
berpikir analisis krisis manajemen
sukses
Memfasilitasi
Meningkatkan
berpikir kritis dan Menjamin biaya
keterlibatan staf dan
membuat keputusan yang efektif
komunikasi
secara fleksibel
Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut
(Dermawan,2012)
Fleksibel
Komitmen
Komprehensif
2. Perencanaan Proaktif
Proses Penyusunan Rencana
Penyelesaian Masalah Manajemen
1. Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach)
1.
BY GROUP 1
TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Gabrela Jurniawati
Gloriani Krisna
Hermila S Kurnia
Jellystisia Lidya
Julaeta
Puji syukur kelompok panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kelimpahan rahmat dan karunia-Nya karena saya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Menetapkan Kegiatan Fungsi Perorganisasian Yang Sesuai
Dengan Prinsip Pengorganisasian ini tepat pada waktunya. .
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di
berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah MANAJEMEN KEPERAWATAN .
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dan terima kasih juga atas
dukungan semua pihak kepada penulis yang telah memberikan bantuan berupa
konsep dan pemikiran dalam menyusun makalah ini.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kesimpulan ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ?
2. Apa saja jenis struktur organisasi dalam keperawatan ?
3. Apa Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi ?
4. Bagaimana Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat
dan puskesmas: kewenangan klinik perawat ?
BAB II
PEMBAHASAN
c) Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan
mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip
manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang
harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang efektif,
pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial,
pengorganisasian dan perubahan.
d) Struktur paralel
Struktur organisasi paralel merupakan sebuah mekanisme terbaru
dalam menghadapi tantangan bentuk murni fungsional, yaitu dengan
mengkordinasikan departemen/bagian-bagian fungsional. Mekanisme
dalam struktur ini dapat terdiri dari tim, para ahli, satuan kerja, peran
penghubung, dan komisi kerja(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber,
2010).
Sebagai contoh yaitu departemen sumber daya manusia dapat
didirikan pada suatu struktur organisasi rumah sakit untuk mengurus
masalah penerimaan karyawan di seluruh unit rumah sakit, sehingga
departemen yang lain tidak perlu melakukan penerimaan karyawan
sendiri.Struktur organisasi paralel dapat mendorong kolaborasi dan
pertukaran pengetahuan antar divisi dan memperkuat konsistensi dalam
klinik dan praktek manajemen yang sesuai dengan standar prosedur.
Kedua hal tersebut, baik iklim maupun budaya akan terdapat dalam
sebuah organisasi, dapat menjadi dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain karena keberadaannya saling
mempengaruhi seiring dengan pengaruh lingkungan organisasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa iklim berangkat dari karakter masing-masing
anggota yang kemudian berkembang dan mewarnai organisasi meski dalam
satu waktu tertentu dapat berubah seiring perubahan pada organsiasi itu,
sedangkan budaya berkembang dari nilai, norma dan keyakinan anggota
yang kemudian meluas sehingga setiap anggota organisasi memahami
kondisi tersebut dan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama, keduanya
merupakan sebuah fenomena dalam organisasi.
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat
1. Struktur organisasi
Struktur organisasi diruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan
bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan
tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagai wadah dan pusat kegiatan pelayanan
keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak
termasuk dalam struktur organisasi rumah sakit jika dilihat dari surat
keputusan Menkes no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang mengatur
struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat stuktur
organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar
bagian atau staf atasan baik vertical maupun horizontal. Dapat juga
dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta
tanggung gugat. Bentuk organisasi dapt pula disesuaikan dengan
pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.
2. Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan
yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian
kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta
sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan
dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya
dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap
kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan
merupakan tugas manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi,
mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui
interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan
yang terlibat.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut manajer keperawatan
dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga
keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang
akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala
ruangan perlu mengkategorikan klien yang ada diunit kerjanya.
Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas: tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan kline, misalnya keperawatan mandiri,
minimal, sebagian, total, atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa,
usia lanjut. Diagnose/masalah keseahtan yang dialami klien misalnya
perawatan medical bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan,
misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Kemudian kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan
metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit
kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga
yang ada diruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung
jawabnya.
1. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
- Merumuskan sistem penugasan
- Menjelaskan rincian tugas ketua tim
- Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
- Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
Fungsi pengarahan:
Fungsi pengarahan:
4. Evaluasi:
Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi asuhan keperawatan
- Memberikan umpan balik pada pelaksana
- Memperhatikan aspek legal dan etik
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
Fungsi pengorganisasian:
PENUTUP
Kesimpulan
https://id.classicfoxvalley.com/collate/difference-between-organizational-culture-and-
climate/
http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/majalah_ekonomi/article/view/1314
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemen-
dan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf
https://www.ayoksinau.com/pengertian-struktur-organisasi/
https://id.scrib.com/document/475990191/implementasi-pengorganisasian-
keperawatan-di-ruang-rawat-dan-puskesmas-docx
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI SUSUN OLEH:
DESIANI (C1814201061)
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang Manajemen Keperawatan “Pengorganisasian Dalam
Keperawatan” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami
sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan di STIK Stella Maris Makassar.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun
isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengorganisasian ini merupakan pelayanan yang penting dalam suatu organisasi
untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di
dalamnya terdapat penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana
mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan
prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya. (Mugianti, 2016)
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok
manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
(Depkes RI, 2001; Hersey dan Blanchard, 1997 dalam Mugianti, 2016)
Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-
tugas yang dibebankan. (Manda, 2016)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokkan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik
vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi-fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang
harus dilakukan, siapa yang harus melakukan seperti apa tugas-tugas dikelompokkan,
siapa yang melaporkan ke siapa dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh
seorang perawat. (Mugianti, 2016)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dari pengorganisasian?
2. Apa yang menjadi tujuan dari pengorganisasian?
1
3. Apa yang menjadi prinsip dalam pengorganisasian?
4. Apa saja struktur organisasi dalam keperawatan?
5. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi?
6. Bagaimana implementasi pengorganisasian dalam keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep pengorganisasian
2. Mengetahui tujuan pengorganisasian
3. Mengetahui prinsip pengorganisasian
4. Mengetahui jenis struktur organisasi dalam keperawatan
5. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi
6. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang
sederhana dan spesifik tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka
kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu yang sejenis.
b. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah
proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan
berdasarkan kriteria tertentu.
c. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)
Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik
secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat dua konsep penting dalam
Hierarki, yaitu span control dan chain of command. Span of control terkait
dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan
bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu. Chain of
command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari
hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah.
d. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam
organisasi (coordination)
Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh
aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif.
B. Prinsip Pengorganisasian
Beberapa ahli telah mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi
dan masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda, baik dalam
jumlah maupun istilah yang digunakan. Dalam buku “The Evolution of
Management Tought” karya Daniel A. Wren and Arthur G. Bedeian (2009: 216-
221), dijelaskan mengenai prinsipprinsip organisasi dari Henry Fayol sebagai
berikut :
1) Pembagian Kerja (Division of Work)
Division of Work atau pembagian kerja kepada individu individu dalam
organisasi atau manajemen untuk membangun sebuah pengalaman dan terus
mengasah keahliannya sehingga pada akhirnya individu individu tersebut bisa
menjadi lebih produktif dan menguntungkan. Terlebih lagi dengan
4
kemampuan manusia yang memiliki banyak keterbatasan mengenai
pengetahuan, kebutuhan waktu, dan perhatian sehingga keterbatasan
keterbatasan ini bisa dijalankan oleh individu individu yang memiliki
kemampuan untuk itu.
2) Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab adalah kunci dalam prinsip organisasi
atau manajemen ketika organisasi itu dibangun. Kedua prinsip wewenang dan
tanggung jawab tersebut yang akan menghubungkan para manajer ke atas
maupun ke bawah. Harus ada suatu kekuasan dalam memberi perintah dan
sesuatu kekuatan yang bisa membuat manajer ditaati. Pertanggungjawaban
akan timbul oleh adanya kekuasaan tersebut. Keduanya harus dalam kondisi
yang seimbang dan tidak ada kekuasaan tanpa tanggungjawab, dan begitupun
sebaliknya.
3) Disiplin (Discipline)
Discipline atau disiplin sangat berhubungan dengan wewenang. Jika
wewenang tidak bisa berjalan dengan semestinya, maka bisa jadi disiplin akan
hilang. Maka, pemegang wewenang setidaknya harus bisa menanamkan rasa
disiplin terhadap diri sendiri sehinggan nantinya memiliki tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang sesuai dengan wewenang yang dimiliki. Disiplin
mencakup kesungguhan hati, kerajinan, ketaatan, kesiapan, persetujuan,
kebiasaan, tata krama antara organisasi tersebut dengan warganya.
4) Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Kesatuan perintah adalah sebuah prinsip dimana perintah yang
diterima bawahan tidak diperbolehkan untuk diberikan oleh lebih dari seorang
yang ada di atasnya. Dalam melaksanakan pekerjaan, para karyawan
memperhatikan prinsip prinsip kesatuan perintah supaya pekerjaan bisa
dilaksanakan secara baik. Tiap karyawan harus mengetahui kepada siapa dia
harus bertanggungjawab yang sesuai dengan kewenangannya. Perintah yang
diterima dari pimpinan yang lain kepada karyawan yang sama dapat
mengakibatkan rusaknya wewenang dan tanggungjawab serta pembagian
kerja. Untuk itu, pekerja harus memiliki hanya satu atasan tanpa ada perintah
dari yang lain yang bisa jadi sangat bertentangan.
5) Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
5
Kesatuan Pengarahan merupakan prinsip manajemen yang mengatakan
setiap golongan pekerjaan yang memiliki tujuan yang sama, harus memiliki
satu rencana dan dipimpin oleh satu manajer saja. Bisa dibedakan, dengan
"unity of command" yang berhugunban dengan jalannya fungsi personalia
sedangkan unity of direction berhubungan dengan struktur. Di dalam
melakukan tugas dan tanggung jawab, pekerja perlu diarahkan pada
sasarannya. Kesatuan pengarahan ini sangat berhubungan erat dengan
pembagian kerja. Prinsip kesatuan pengarahan juga bergantung pada kesatuan
perintah.
6) Subordinasi Kepentingan Perseorangan terhadap Kepentingan Umum
(Subordination of Individual Interest to General Interest)
Prinsip manajemen yang ini menyatakan bahwa tiap karyawan harus
mengabdi kepentingan pribadi kepada kepentingan perusahaan atau organisasi.
Prinsip ini seperti berupa syarat yang penting supaya aktivitas berjalan dengan
baik dan lancar. Prinsip ini terjadi jika karyawan mempunyai kesadaran bahwa
kepentingan pribadinya sebenarnya bergantung pada keberhasilan atau
tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip manajemen ini bisa terwujud jika
karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja.
7) Penggajian (Remunerasi)
Prinsip manajemen ini menurut Henry Fayol adalah pembayaran upah
serta cara pembayaran yang adil serta memberi kepuasan yang maksimal
untuk pegawai dan majikan. Dengan menggunakan sistem upah atau gaji yang
memuaskan nantinya bisa merangsang pegawai untuk bisa bekerja lebih rajin
lagi.
8) Pemusatan (Centralization)
Pemusatan adalah prinsip manajemen yang menyatakan seluruh
organisasi harus bisa berpusat, harus memiliki pusat. Prinsip ini harus bisa
menunjukkan hingga batas mana kewenangan itu dipusatkan ataupun dibagi
pada suatu organisasi. Prinsip pemusatan bukan berarti ada kekuasaan untuk
mempergunakan kewenangan, tapi untuk menghindari adanya simpang siur
kewenangan dan tanggung jawab.
9) Rangkaian Perintah (Chain of Command)
Rangkaian Perintah merupakan prinsip manajemen yang
mengharuskan
6
perintah dari atas kebawah harus selalu mengambil jarak yang terdekat.
Hierarki ini dibutuhkan untuk kesatuan arah perintah. Rantai perintah ini
mengacu kepada jumlah tingkatan yang ada pada hierarki dari otoritas
tertinggi sampai tingkat yang paling rendah pada sebuah organisasi. Garis
otoritas jaraknya tidak boleh terlalu jauh.
10) Ketertiban (Order)
Prinsip manajemen ini bisa jadi adalah syarat yang utama karena pada
umumnya tidak ada orang yang dapat bekerja pada keadaan kejang atau kacau.
Ketertiban pada suatu pekerjaan bisa terwujud jika semua karyawan memiliki
disiplin dan ketertiban yang tinggi.
11) Keadilan (Equity)
Prinsip keadilan menurut Henry Fayol dianggap sesuatu yang bisa
memunculkan kesetiaan dan ketaatan karyawan dengan cara
mengkoordinasikan keadilan dan kebaikan para manajer didalam memimpin
para bawahan dan memicu tumbuhnya rasa tunduk kepada kekuasaan dari
atasan. Kewajaran membutuhkan banyak pikiran sehat, pengalaman dan
kebaikan hati. Umumnya, karyawan menuntuk diperlakukan dengan wajar,
mendapat apa yang telah menjadi haknya. Prinsip ini mutlak diperlukan
karena menuntut manajemen untuk memperlakukan bawahan dengan baik.
12) Stabilitas Jabatan dalam Kepegawaian (Stability of Tenur of Personel)
Perputaran karyawan yang tinggi bisa menyebabkan ongkos yang
tinggi dalam produksi, untuk itulah prinsip ini dijalankan. Karyawan akan
bekerja dengan lebih baik apabila mendapat stimulus keamanan pekerjaan dan
jenjang karir yang pasti.
13) Inisiatif (Inisiative)
Inisiatif merupakan prinsip manajemen yang menyatakan seseorang
kepala harus pintar dalam memberikan inisiatif. Inisiatif muncul dari dalam
diri seorang yang mempergunakan daya pikir. Inisiatif memunculkan
kehendak untuk mewujudkann sesuatu yang bernilai guna bagi penyelesaian
pekerjaan dengan cara yang sebaik-baiknya.
14) Semangat Kesatuan (Esprit de Corps)
Esprit de Corps atau kesetiaan kelompok merupakan prinsip
manajemen dimana setiap pegawai harus mempunyai rasa kesatuan senasib
sepenangungan yang bisa menciptakan semangat kerja sama yang lebih baik.
7
Semangat kesatuan ini bisa muncul jika tiap tiap karyawan memiliki kesadaran
bahwa tiap pekerja berarti bagi pekerja yang lain dan pekerja lain sangat
diperlukan oleh dirinya.
8
seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, di mana
dan kapan keputusan harus di ambil oleh seorang perawat. Jika pengorganisasian
tidak berjalan dengan baik maka akan menyebabkan tumpang tindihnya suatu
pekerjaanan, koordinasi di organisasipun tidak akan harmonis karena pembagian
tugas. Wewenang dan tanggung jawab tidak merata. Untuk menentukan
pencapaian pelayanan secara efektif harus ada struktur organisasi yang
menjelaskan tugas yang jelas, wewenang, dan tanggung jawab antar bagian atau
seksi dalam organisasi dan hubungan antar personal sehingga membangkitkan
keinginan individu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan. (Laeli et al.,
2015)
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Baiklah berikut ini Anda pelajari
terlebih dahaulu beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya Secara umum
struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini Bentuk
organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara
satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan
sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam
melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah
karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan
organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan
perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah.
Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan
pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan
unsur manusiawi sering terabaikan. (Sataloff et al., 2016)
2. Organisasi staf Organisasi staf
merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa
dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai
pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu
ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang
mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan
9
berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan
akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu
yang lebih lama. (Sataloff et al., 2016)
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf
tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung
jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya
memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini
staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang,
tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan
perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang
baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih
lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui
batas batas wewenangnya (Sataloff et al., 2016).
D. Tujuan Pengorganisasian
Kegiatan pengorganisasian bertujuan untuk:
1. Untuk mencapai tujuan organisasi
2. Agar sumber daya menjadi efektif dan efisien
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab perorangan dan kelompok akan menjadi
efektif
4. Penyusunan struktur organisasi yang baik akan menjadikan komunikasi dan
koordinasi menjadi efektif
5. Melakukan pengambilan keputusan dengan tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting (Hidayah, 2020)
10
E. Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi
a) Budaya Organisasi
Definisi budaya organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu:
“shared value system, develop overtime, that guides members on how to
problem solve, adapt to the externl enviroment and manage relationship”
Definisi di atas menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan saling
berbagi nilai dari suatu sistem, berkembang dari waktu ke waktu yang
kemudian menjadi panduan anggotanya dalam menyelesaikan masalah,
beradaptasi terhadap lingkungan dan mengelolah suatu hubungan. Tujuan dari
budaya yaitu untuk memberikan ikatan bersama sehingga anggota tahu bahwa
saling berhubungan satu sama lain serta menunjukkan kepada ornaag lain di
luar dari organisasi nilai-nilai apa saja yang dihargai.
Cara mudah dalam memahami budaya dalam keperawatan. Metode metode
pemberina asuhan keperwatan yang menuntun praktik keperawatan merupakan
gambaran budaya dalam keperawatan. Layanan sistem keperwatan sangatlah
kompleks. Layanan asuan keperawatan yang berkualitas tinggi perlu
bergantung pad akomunikasi dan kolaborasi yang baik antara pemberi layanan,
pasien dan keluarga pasien. Salah satu yang menjadi perhatian adalah
menghargai budaya rumah sakit berdampak pada unit-unit keperawatan,
praktek keprawatan dan hasil asuhan terhadap pasien sebagai seornag perawat
agar menajdi efektif dalam organisasi perlu untuk memegang teguh budaya
organisasi di mana tempat mereka bekerja.
Seperti disebutkan di atas komunikasi dan perilaku yang sesuai etika dapat
mempengaruhi budaya organisasi. Di Indonesia sendiri telah diterbitkan Buku
Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan Pada 28
Oktober 2017 oleh PPNI.
b) Iklim organisasi
Definisi iklim organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu:
“evident in staff perception policies, practices dan goal echievement”
Definisi diaatas menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
individu terhadap apa yang dirasakan dalam lingkungan kerja yang ditempati.
Iklim organisasi lebih mudah diukur daripada budaya organisasi karena
mengacu pada lingkungan kerja. Karakteristik lingkungan kerja berupa
pengambilan keputusan, kepemimpinan, dukungan atasan, kohesi rekan,
11
otonomi, konflik, tekanan kerja, penghargaan, tekanan kerja, penghargaan,
perasaan hangat serta resiko.
Budaya iklim dan organisasi saling berkaitan dengan pentingnya
memahami sikap, motivasi dan perilaku perawat. Hal ini kemudian
mempengaruhi kepuasan kerja perawat, sehingga timbul keinginan untuk
mengundurkan diri. Perilaku menganggu seperti incivility (ketidaksopanan)
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen perawat terhadap
organisasi yang mengarah pada keluarnya perawat dari organisasi. Incivility
dilingkup kesehatan muncul sebagai maslah keamanan yang penting selama
beberapa dekade karena memberikan beberpaa efek negatif termasuk
meningkatkan stres kerja, menurunkan produktifitas kerja, menurunnya moral
seseorang, meningkatkan tumover perawat serta hilangnya kepercayaan
tehadap organisasi (Yoder-Wise, 2015).
Selain itu iklim budaya organisasi juga menankankan pada keselamatan
pasien. Iklim ini mengarah pada keamanan pasien dan keselamatan perawat
juga. Dimana iklim keselamtan merupakan persepsi anggota terhadap
keselamatan itu sendiri di dalam organisasi. (Susanti, 2020)
12
keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan
masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.
1. Implementasi
1. Implementasi
a. Fungsi pengorganisasian:
- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
- Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
- Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
- Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim
kesehatan lain
- Mengatur waktu istirahat anggota tim
- Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Fungsi pengarahan:
- Memberikan pengarahan kepada anggota tim
- Memberikan bimbingan pada anggota tim
- Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
- Mengawasi proses pemberian askep
- Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan
- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2. Evaluasi
a. Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi kinerja tim
- Memberikan umpan balik pada kinerja katim
- Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut
- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Peran ketua Tim dalam tahap:
- Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien
- Perencanaan:
c. Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
13
- Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian tugas
- Menyusun rencana asuhan keperawatan
- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
- Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik
14
Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya
sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen
keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur
yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3
tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok
manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-
tugas yang dibebankan
B. Saran
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian
secara jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan
stafnya. Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu
juga dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan
organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, N. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Deni
(ed.)). Penerbit Adab.
Manda, M. (2016). Fungsi Pengorganisasian dan Evaluasi Peserta Didik. Kelola: Journal of
Islamic Education Management, 1(1), 89-1–1. https://doi.org/10.24256/kelola.v1i1.432
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Susanti, S. S. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Rikki
(ed.)). Yayasan Kita Menulis.
17
MAKALAH
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Di susun oleh :
Kelompok 2
Joshus (C1814201126)
PROGRAM STUDI S1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajamen
Keperawatan, dimana dalam makalah ini membahas tentang menetapkan kegiatan fungsi
pengoranisasian yang sesuai dengan prinsip pengorganisaisan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna menyempurnakan dan sebagai acuan untuk kedepannya.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19
B. Saran .................................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat
diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyaakat. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen
kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan
pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan
koorinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan ventikel untuk mencapai
tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan
harus mengorganisasikan aktiivtasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan
pelayanan keperawatan akan tercapai.
Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua
tenaga termasuk perawat bertanggun jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan
klien. pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan yang menjadi bahasan
dalam pelayanan keperawatan diruang rawat meliputi: struktur organisasi ruang rawat,
pengelompokan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi
kegiatan kelompok kerja; yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ?
2. Bagaimana berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan ?
3. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim organisasi ?
4. Bagaimana implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat ?
4
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, dan prinsip.
2. Mengetahui berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan.
3. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim organisasi.
4. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
c) Melakukan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.
d) Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan
struktur organisasi yang baik
e) Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
f) Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi.
g) Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan
melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg & Swansburg, 1999).
c. Prinsip pengorganisasian
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut
adalah:
a) Pembagian kerja
Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf. Setiap
staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk
menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristiktugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description,
pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-
rambu pembagian kerja.
b) Pendelegasian tugas
menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu
tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban
tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas
kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan
regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber
daya yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N
(2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five
right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang
ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervise atau
evaluasi.
c) Koordinasi
7
Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak
yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama
sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
1) Membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan
2) Membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent)
3) Melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan
4) Membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan
sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
d) Manajemen waktu
Biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar
dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang
efektif dengan cara :
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan
2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada
3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin
4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruang perawatan. Berikut ini beberapa tipe organisasi dilihat dari
strukturnya. Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang
nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana.
Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan
dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan
kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai
keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat,
kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan
8
lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna,
dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan
berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang
berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi
staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan
membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah
organisasi. Pengambilan keputusan berada di tangan pimpinan.
Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya
pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini,
staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan
tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf
diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak
hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan
organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh
sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong
tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan
keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya
C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi
1) Budaya organisasi
Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian
dalam bahasa Inggris menjadi culture. Menurut Kotter dan Haskett (1922:3),
perhatian masyarakat akademik terhadap budaya berasal dari studi antropologi
sosial yang pada akhir abad ke-19 melakukan studi terhadap masyarakat
“primitif”, seperti Eskimo, Afrika dan penduduk asli Amerika. Studi tersebut
mengungkapkan bahwa cara hidup anggota-anggota masyarakat ini tidak
9
hanya berbeda cara hidup masyarakat maju di Eropa danAmerika Utara tetapi
juga berbeda di antara masing-masing masyarakat primitif tersebut
Menurut Edgar H. Schein dalam Umam (2010) berpendapat bahwa
“budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik”. Oleh karena itu, budaya diajarkan (diwariskan) kepada anggota-
anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan
terkait masalah-masalah tersebut.
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan
keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu
pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma,
asumsi-asumsi dan keyakinan (Owens, 1991). Sedangkan Sonhadji dalam
Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi
anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan
terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan
terhadap organisasi. Sementara Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya
organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma prilaku,
ideology, sikap, kebiasaan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi
(dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta).
Gibson, Ivanichevich & Donelly dalam Soetopo (2010) berpendapat
bahwa budaya organisasi adalah “kepribadian organisasi yang mempengaruhi
cara bertindak individu dalam organisasi”. Budaya mengandung pola eksplisit
dan implisit dari dan untuk prilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil
kelompok manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia.
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai dan norma yang
dianut dan dijalankan oleh organisasi terakit dengan lingkungan tempat
organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora, 2012)
Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum
dapat ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama,
nilai, sikpa dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu
organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan dan harapan dari seluruh
individu anggota organisasi mulai dari manajemen puncak hingga manajemen
10
yang paling rendah, sehingga tidak ada aktifitas manajemen yang dapat
melepaskan diri dari budaya.
Komponen-Komponen Budaya Organisasi
Robbins dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik budaya organisasi
yaitu :
a) Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dan kesempatan
individu untuk berinisiatif dalam organisasi
b) Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk
mengontrol prilaku pegawai
c) Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai
d) Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara
keseluruhan, terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya
e) Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria
performansi pegawai
f) Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan
kemauan untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan
g) Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif
dan berani menanggung resiko.
Fungsi Budaya Organisasi
Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi bergayut dengan
fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah
melakukan adaptasi terhadap lingkungan diluar organisasi, sementara fungsi internal
berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada didalamnya termasuk sumber
daya manusia. Jadi secara eksternal budaya organisasi akan selalu beradaptasi dengan
budaya-budaya yang ada diluar organisasi, begitu seterusnya sehingga budaya organisasi
tetap akan selalu ada penyesuaian-penyesuaian. Lebih lanjut Soetopo menjelaskan
bahwa makin kuat budaya organisasi, makin tidak mudah organisasi itu akan
terpengaruh oleh budaya luar yang berkembang di lingkungannya. Sementara kekentalan
fungsi internal makin dirasakan menguat jika didalam organisasi itu semakin
berkembang norma-norma, peraturan, tradisi, adat istiadat organisasi yang terus menerus
dipupuk oleh para anggotanya sehingga berangsur-angsur budaya itu akan menjadi
semakin kuat.
11
Karakteristik Budaya Organisasi
O’Reilly dan Jehn dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik utama yang
menjadi inti dari suatu organisasi, yaitu :
1. Innovation and risk taking, yaitu derajat sejauh mana pekerja didorong untuk
inovatif dan berani mengambil resiko
2. Attention to detail,yaitu derajat seajuh mana para pekerja diharapkan
menunjukkan presisi, analisis, dan perhatian pada detail-detail
3. Outcome orientation, yaitu sejauh mana pimpinan berfokus pada hasil, bukan
pada teknis dari proses yang dipakai untuk menjadi hasil
4. People orientation, yaitu sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang dalam fungsi budaya organisasi
menjadi inti dari suatu budaya organisasi.
5. Team orientation, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan atas dasar
tim kerja daripada individu.
6. Aggressiveness, yaitu sejaunmana orang-orang dalam organisasi bersifat
agresif dan kompeteitif
7. Stability, yaitu sejauh mana aktifitas organisasi menekankan pemeliharaan
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
12
Sumbu vertical mencerminkanorientasi pengawasan yang relative normal, jarak
dari mantap ke fleksibel.Sumbu horizontal mencerminkan fokus relative terhadap
perhatian, jarak dari fungsi internal ke fungsi eksternal.Sudut-sudut dari empat persegi
mewakili empat tipe murni dari budaya organisasi yaitu birokratik, clan, entrepreneurial
dan pasar.
a) Budaya Birokratik.
Suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai peraturan
standar prosedur operasi dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka panjang dalam
birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya mempunyai
standar nilai yang tinggi terhadap pelayanan pelanggan. Manajer memandang peran
mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan memperkuat standard dan
aturan tertulis.
b) Budaya Clan
mempunyai atribusi tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim
kerja, manajemen diri dan pengaruh social. Komitmen individual jangka panjang pada
organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi terhadap karyawan.
c) Budaya entrepreneurial
Menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas. Ada
komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat bereaksi
terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan.
d) Budaya Pasar.
13
Nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut untuk mencapai sasaran,
terutama yang berbasis financial dan pasar.
2) Iklim Oranisasi
Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of
perceptions that individual have of various aspect of the environment in the
organization”. Dengan demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan
dengan menggali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi.
Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah
suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya,
mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai
karakteristik organisasi. Dengan penegrtian ini, Miner (1998) menyarikan
aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut :
1) Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung
cirri karakteristik tertentu.
2) Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada
menilainya.
3) Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi, dan
4) Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.
14
3. The Controlled Climate yang ditandai adanya penekanan atas prestasi dalam
mewujudkan kepuasan kebutuhan social, setiap orang bekerja keras serta
kurangnya hubungan antar sesama anggota
4. The Familiar Climate yaitu adanya rasa kesejawatan tinggi antara pimpinan
dan anggota
5. The Paternal Climate yang bercirikan adanya pengontrolan pimpinan terhadap
anggota, dan
6. The Closed Climate yang ditandai suatu situasi rendahnya kepuasan dan
prestasi tugas serta kebutuhan social para anggota, pimpinan sangat tertutup
terhadap para anggotanya.
Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi
berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau
bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
b. Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa
pimpinan membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan
mereka.
c. Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya
kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.
d. Intimacy atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam organisasi.
Sedangkan berdasarkan kategori prilaku pemimpin sebagai berikut :
1) Aloofness atau keberjarakan, yaitu menggambarkan kadar prilaku pemimpin
yang formal dan impersonal yang menunjukkan jarak social dengan staf.
2) Production Emphasis atau penekanan pada hasil yaitu mengacu pada prilaku
pemimpin agar staf bekerja keras, misalnya dengan pengawasan ketat,
direktifdan menuntut hsil maskimal.
3) Thrust atau rasa yakin, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin yang
ditandai kerja kerasnya agar dicontoh oleh staf.
4) Consideration atau perhatian, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin
dengan memperlakukan staf secara manusiawi sesuai dengan martabatnya
(Owens, 1991; Halpin, 1971)
15
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas:
kewenangan klinik perawat
1. Pengorganisasian di ruang rawat
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi :
a. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada
besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi
wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134
dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah sakit perlu
menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi
ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf
atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap
bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk
organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau
sistem penugasan yang digunakan.
b. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan
16
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan
untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan
klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan
keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas
menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi,
integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya
mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala
ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada
dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien
yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan
atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya
keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien
misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan,
misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di
ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Pengorganisasian di puskesmas
Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah pengaturan
kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang terpadu yang secara
keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan puskesmas yang telah
ditetapkan.
a. Tenaga Pelaksanaan Puskesmas
Pengorganisasian tenaga pelaksanaan puskesmas yang
dimaksudadalah mencakup pengaturan pola struktur organisasi
17
puskesmas,susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap
tenagapelaksana puskesmas sedemikian rupa sehingga setiap
kegiatan adapenanggung jawabnya.
b. Proses Pengorganisasian Puskesmas
Proses pengorganisasian Puskesmas dilakukan melaluitiga langkah
sebagai berikut
1) Perincian seluruh pekerjaan puskesmas yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan puskesmas
2) Pembagian beban pekerjaan puskesmas keseluruhanmenjadi
kegiatan-kegiatan secara logis dapat dilaksanakan oleh
seorang pegawai puskesmas.
3) Penyusunan dan pengembangan suatu mekanisme dan tata
kerja puskesmas untuk menguraikan tugas dan fungsi pegawai
puskesmas menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan
unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan (Depkes RI, 2001).
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian
secara jelas. Pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya.
Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga
dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan
organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai. Budaya organisasi mengacu pada
norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim
organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan
norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.
B. Saran
Diharapkan Makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa
calon perawat, terutama mahasiswa semester akhir sebagai bekal untuk dapat
memahami mengenai Manajemen keperawatan dalam mengaplikasikan dan
mempraktikannya di rumah sakit
19
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku organisasi; Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan.
Bandung : Rosdakarya
Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept,
Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
Maiti, & Bidinger. (1981). Kewenangan Klinis (Clinical Privilege). Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1002106070-3-BAB II.pdf%0A%0A
20
Kelompok 2
FUNGSI PENGORGANISASIAN
MENURUT PRINSIP
PENGORGANISASIAN
Gabriella
Gloriani Sendana
Hermila S.
Jellytsya Lessil
Manajemen
Julaeta Palimbong
Jurniawati Gemala Gita Perori Keperawatan
Krisma Basiang
Kurnia Cinora Talubun
Lidya Gracelya
Konsep dasar tujuan, dan prinsip
pengorganisasian
• Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination)
Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam
organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
B. Tujuan Pengorganisasian
• Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
• Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen
yang ada
• Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan
efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya
• Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah: Terselenggaranya
pelayanan/ Asuhan keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya riset bidang
keperawatan
C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
• Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the
first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan
peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan
kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999).
• Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
Lanjutan…
• Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur manajemen
memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan
wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat,
mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat
menentukan.
• Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
• Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan Anda layani.
Jenis struktur organisasi dalam
keperawatan
• Struktur fungsional
Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama
dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja.
Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka (Sukoco, 2007).
• Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu
lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan
akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi
iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi
tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat berubah, jika anggota berkehendak untuk
mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan
budaya. Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya.
• Sedangkan iklim organisasi adalah tentang persepsi dan perasaan masing-masing mengenai
budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi sering berubah dengan pengaruh langsung dari
manajemen puncak dalam organisasi. Iklim organisasi jauh lebih mudah untuk dialami dan diukur
daripada budaya organisasi.
Lanjutan…
• Perbedaan antara Budaya Organisasi dan Iklim
• Iklim organisasi dapat dengan jelas diidentifikasi dengan persepsi
individu mengenai kualitas dan karakteristik budaya organisasi.
• Budaya mewakili citra sebenarnya dari organisasi, sedangkan iklim
mewakili persepsi individu, meskipun mungkin ada perbedaan di
antara masing-masing ide mereka.
• Budaya organisasi berkaitan dengan visi makro organisasi,
sedangkan iklim organisasi sangat mementingkan citra mikro
organisasi.
Implementasi pengorganisasian keperawatan
di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan
klinik perawat
a. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan meliputi:
• Struktur organisasi
• Pengelompokan kegiatan
• Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit
dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus,
yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round
kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi (Ronde Keperawataan).
bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3
tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran
(output). • Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan
dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and
coaching. Learning organization adalah sautu kemampuan
• Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan
mencakuo standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, learning organization perawat primer akan mampu
persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching
tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh
kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah
kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan, sebagai educator atau pendidik.
Thank you
“PENGORGANISASIAN
DALAM KEPERAWATAN”
Kelompok II:
ALICIA AGATA MAWARU (C1814201054)
DESIANI (C1814201061)
DEVA LOLO PAYUNG (C1814201062)
FRISKA PAYUNG (C1814201068)
HERDA ANNEKE SOPUTAN (C1814201073)
KRISTOVORUS GEPOT (C1814201076)
MICHELLE ELIFELE L. (C1814201087)
PAETRICK PIETER SIMSON D.F (C1814201090)
SKOLASTIKA LILLI (C1814201095)
YOSEPH ARSONO (C1814201104)
Konsep Dasar Pengorganisasian
• Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,
sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
• Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya
mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen
kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya.
Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process),
dan keluaran (output).
• Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuop standard, sistem,
prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari
pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama
tim dalam manajemen keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas,
pengambilan keputusan, mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit
pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang
dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan).
Lanjutan…..
• Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa
keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu
learning organization and coaching. Learning organization
adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
perawat primer. Dengan learning organization perawat
primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi yang
dipimpinnya. Coaching adalah kemampuan yang sudah
seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu
peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik.
Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat
juga memberikan pendidikan kepada perawat yang lebih
junior dan tim kesehatan yang lainnya. Dari kerangka
konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen
keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para
perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya
di Puskesmas.
Sekiaan…..
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
KELOMPOK 2
2
2. Tujuan pengorganisasian
a. Pencapaian tujuan organisasi
3. Prinsip pengorganisasian
1). Pembagian kerja
3). Koordinasi
Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang
terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama
sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja.
1. Budaya organisasi
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu
organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang
dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.
Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses
sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan
terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap
organisasi.
8
2. Pengorganisasian di puskesmas
Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah
pengaturan kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang
terpadu yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan
puskesmas yang telah ditetapkan.
Thanks!
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH
Kelompok 3
Margalena Desti
Melania kontesa
Melyani Paressa
Mersy
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa, Sempurna
pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang
“MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
Penulis
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................ i
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
E. Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi ...... 19
A. Kesimpulan .................................................................................................. 29
B. Saran ............................................................................................................ 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami
perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang
cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi
persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk
memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk
memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada
klien.
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di
suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting
dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dan salah
faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga
keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia .
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu,
perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah &
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu
diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan
kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.
1
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawatan sudah menjadi tanggung jawab
pihak rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan
adalah suatu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya
menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Tercapainya mutu pelayanan di
rumah sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut
juga manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang
kebutuhan tenaga, penempatan yang sesuai (placement),dll.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan?
2. Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan?
3. Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift?
4. Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawtan setiap shift?
5. Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi?
6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan dan
kekurangannya ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan
2. Mengetahui Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan
3. Mengetahui Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift
4. Mengetahui Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawatan setiap shift
5. Mengetahui Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang
sesuai standar akreditasi
6. Mengetahui Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan
dan kekurangannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Prinsip Dasar ketenagaan dalam Manajemen Keperawatan
4
c. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjasi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusn yang tepat di berbagai
tingkatan manjerial.
Semua tingkat manajer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan
yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan keputusan
yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan keputusan akan berpengaruh
terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan
keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dalam manajer.
d. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pergorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam
rangka mencapai tuhjuan. Terdapat empat blok struktur organisasi, yaitu unit,
departemen, top/tingkat eksekutif dan tingkat operasional.
Prinsip pengorganisian mencakup hal-hal pembagian tugas ( the deviion of
work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab
dan kewenangan yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam
keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara
fungsional/penugasan, alokasi pasien, perawatan grup/tim keperawatan, dan
pelayanan keperawatan utama.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian peting dalam aktivitas manajemn.
Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman,
dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara
pegawai dalam suatau tatanan organisasi.
f. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan
yang direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang
dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibatkan negatif terhadap
klien dan pihak yang terkait dengan manajemen. Pengendalian meliputi penilaian
5
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan
dengan standar serta memperbaiki kekurangan.
3. Tujuan Ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan
yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga
dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sasaranya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal
sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-
tepatnya.
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau
mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource
conceptKompetensi tenaga dalam hal ini meliputi :
- Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap )
- kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok )
- kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam
menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai )
B. Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan
Sumber Daya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam
sebuah perusahaan. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan masalah Sumber
Daya Manusia dengan sebaik-baiknya terutama bagaimana meningkatkan
kinerjakaryawannya. Perusahaan perlu memperhatikan variabel-variabel yang
mempengaruhi kinerja karyawannya. Variabel-variabel tersebut meliputikompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisikerja dan kerjasama.
(Nurcahyo, 2011)
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan.
(Nursalam, 2014)
6
Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor
yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu :
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja,
tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja.
3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem
penghargaan (reward system).
Yang menjadi permasalahan adalah apakah variabel kompensasi,kepemimpinan,
disiplin kerja, kerjasama, motivasi, kemampuan kerja, kondisikerja berpengaruh secara
simultan (bersama-sama). (Nurcahyo, 2011)
Ariani, 2009 dalam Skripsinya mengutip dari Gibson menyampaikan Model teori
kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yangmempengaruhi perilaku
dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi.
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan ketrampilan,
latar belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan ketrampilan merupakan
faktor utama yangmempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan demografis
memilikiefek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri
atassub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel
demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang sulit diukur. Variabel organisasi
memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini
digolongkan pada sub variabel susber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain
perjaan.
1. Variabel individu
a. Jenis kelamin
Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan
kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan bahwa
wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang dan pria lebih agresif. Pria lebih
besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses,tetapi
perbedaan itu sangan kecil adanya. ( Ariani, 2009 )
7
b. Umur
Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan
bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi
produktivitas, hal ini dapat dilihat dari keterampilan individu terutama kecepatan,
kecekatan, kekuatan, dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan
kebiasaan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual
semua menyambung pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan
fisik apapun yang disebabkan umur berdampak pada produktivitas. ( Ariani, 2009)
c. Pendidikan
Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja
seseorang dalam bekerja. ( Ariani, 2009 )
d. Masa kerja
Pengalaman dikaitkan dengan lama kerja seseorang dalam bidangnya, tapi
pengalaman kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja
seseorang. Masa kerja yang lebih lama umumnya menjadikan pegawai lebih
banyak tahu dan mempunyai tindakan atau gagasan yanglebih baik dibandingkan
dengan pegawai yang baru bekerja/masa kerjanya belum lama. ( Ariani, 2009 )
e. Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas
pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkan agar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya. ( Ariani, 2009 )
2. Variabel organisasi
a. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingn dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang lebih
rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dangan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan
kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan
pengetahuan dan peningkatan ketrampilan. ( Ariani, 2009 )
8
b. Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial penghargaan,
karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan atas prestasi atau
jasa seseorang ditinjau dari segi kebutuhan merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang menurut teori Maslow ( 1984 ) terletak pada urutan keempat yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. ( Ariani, 2009)
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus, lembur juga
perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan
karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya apabila
pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhannya,
dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka. ( Nurcahyo, 2011 )
3. Variabel psikologis
a. Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. ( Ariani, 2009 )
Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik motivasi
materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja karyawan. ( Nurcahyo, 2011 )
b. Penilaian kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada
berbagai teknik mendisiplinkan karyawan, organisasi harus memilih mana yang
paling tepat diterapkan diorganisasi. ( Nurcahyo, 2011 )
Kepemimpinan yang baik juga akan mempengaruhi kinerja karyawan,
sehingga seorang atasan harus mampu memimpin pegawainya dengan bijaksana
dan profesional. Dengan demikian karyawanmerasa dihargai dan akan dapat
meningkatkan kinerjanya. ( Nurcahyo, 2011 )
9
Penilaian kerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu
organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. ( Ariani, 2009 )
Penilaian kerja dimaksudkan untuk mangetahui apakah pekerjaan yang telah
dilakukan sudah sesuai atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya.
Dengan begitu, seorang pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai
tolak ukur. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain: ( Ariani, 2009 )
1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang
ditentukan oleh sistem pekerjaan.
2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personal
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal
tersebut.
3) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu :
1) Penilaian kemampuan personal
Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal secara
individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas
manajemen sumber daya manusia.
2) Pengembangan personal
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian kompensasi.
Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk :
a) Mengenali sumber daya manusia yang perlu dilakukan pengembangan
b) Menentukan kriteria tinggi pemberian kompensasi
c) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d) Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia masa depan
e) Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal
Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai
faktor seperti kompensasi yang diterima, kerja sama antar staf administrasi, disiplin kerja
10
yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja yang tinggi, kondisi kerja yang baik
dan kemampuan kerja/administrasi memadai. Berdasrkan hasil analisis yang dilakukan
dengan analisis korelasi maka oleh Nurcahyo, 2011 dalam penelitiannya tentang Analisis
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada Pt. Quadra Mitra
Perkasa Balik Papan bahwa variable-Variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama secara parsial secara signifikan
dapat berpengaruh terhadap variabel kinerja. Kemudian variabel-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama
secara simultan berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan variabel-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama,
yang merupakan faktor dominan adalah kompensasi. ( Nurcahyo, 2011 )
Dalam keperawatan sendiri variabel-variabel inilah yang mempengaruhi
ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di rumah sakit atau puskesmas ataupun dalam
bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap. Variabel-variabel ini sangat
mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari variabel individu yang mendasari
dan sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Perbedaan umur sampai jenis
kelamin dan pengalaman tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang
perawat. Tentu berdasarkan umur saja, jika seorang perawat telah mencapai umur yang
lebih tua terjadi penurunan kinerja akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun
dengan variabel-variabel lainnya.
C. Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam Suatu Shift
1. Cara Rasio
Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang
diperlukan, dimana metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak
bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan. Cara rasio yang
umunya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan MenKes R.I Nomor 262
tahun 1979 tentang ketenanagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TNP/TT TNM/TT
11
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
Khusus Disesuaikan
Keterangan :
TM : tenaga medis
TT: tempat tidur
TPP: tempat para medis perawat
TPNP: tenaga para medis non perawat
TNP:tempat non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah
sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif
perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dna profesional.
2. Cara Nerd
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang
diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh
kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
3. Cara Demand
Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan
oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat
dibutuhkna waktu sebagai berikut:
a) Untuk khusus gawat darurat : 86,31 menit
b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
4. Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumusan kebutuhan tenaga keperawatan di
satu unit perawat sebagai berikut :
12
𝐴𝐴 𝑋𝑋 𝐵𝐵 𝑋𝑋 𝐶𝐶 𝐹𝐹
= = 𝐻𝐻
(𝐶𝐶 − 𝐷𝐷)𝑋𝑋 𝐸𝐸 𝐺𝐺
Keterangan :
A:rata-rata jumlah perawatan/pasien /hari
B:rata-rata jumlah pasien/hari
C:jumlah hari/tahun
D:jumlah hari libur masing-masing perawat
E:jumlah jam kerja masing-masing perawat
F:jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G:jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H:jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
5. Cara Swansburg (1999)
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝/𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑋𝑋
ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
13
pada stasiun kerja tertentu dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan
dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah di rencanakan untuk
mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja
yang baik dan melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.
1. Penjadwalan perawat
perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling
penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal yang berkaitan
dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan
perawat yaitu:
a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat
prakualifikasinya.
b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi
kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia
c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-
shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak
diprediksi, misalnya absennya perawat.
2. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam
Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003
mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di
tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13
tahun 2003).
b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari
40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per
shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di
14
perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun
2003)
d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang
dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain
berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.
3. Karakteristik Penjadwalan Perawat
Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a. Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal
berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.
b. Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan
bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten,
seperti weekend policy, rotation policy.
d. Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan
seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e. Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f. Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014)
15
4. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan
Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat
tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini
pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan,
obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang
rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift,
yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah
sebagai berikut :
1. Shift pagi
kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi
s.d 14.00 sore
2. Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00
sore s.d 21.00 malam
3. Shift malam
kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00
malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi
peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan
dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-
benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-
pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan
model dibagi kedalam dua jenis yaitu :
a) Kendala utama
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan
kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang perawat
tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut.
Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja
berturut-turut.
b) Kendala tambahan
16
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan
kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran
terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan
adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut
dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut.
(Atmasari 2014)
5. Metode Goal Programming dan Linear
Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah
pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program
linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya mencapai
tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu permasalahan. Contoh
permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah keuntungan dan penjualan produk,
sedangkan contoh permasalahan meminimumkan adalah biaya dan kerugian.
(USU,2015)
Goal Programming atau yang dikenal dengan Program Tujuan Ganda (PTG)
merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier. Goal Programming
bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target atau
sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target
atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat-ikatan yang ada, yang
membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan,
dan sebagainya .(Nasendi, 1985). Goal Programming pertama kali diperkenalkan oleh
Charnes dan Coopers (1961). Charnes dan Coopers mencoba menyelesaikan persoalan
program linier dengan banyak kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu
berawal dari adanya program linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan
ganda. Charnes dan Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut
terdapat slack variable dan surplusvariable (variable deviasi atau penyimpangan) di
dalam persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa
dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut agar
sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan Coopers
mengembangkan metode Goal Programming. (USU,2015)
17
Terminologi yang mendasari GP Terdiri dari Objektif yang dimana Objektif
merupakan Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu aspirasi
atau kainginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan lain-lain.
Tingkat aspirasi atau nilai target adalah bagian kedua dalamgoal programming yang
artinya Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif diterima atau ditolak atau
merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk setiap atribut atau objektif. Dan
yang terakhir adalah Goal yang dimana goal adalah Suatu pencapaian objektif yang
sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil keputusan.
Ada beberapa formulasi model goal programming yang dibentuk dari modifikasi
model linear programming dengan criteria pemilihan keputusan yang memuaskan
adalah yang meminimumkan masing-masing variable deviasinya. Variabel deviasi ini
yang menyebabkan penyimpangan terhadap pencapaian tingkat aspirasi goal yang
ditetapkan pengmbil keputusan.
Berdasarkan Jurnal ’’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan
Menggunakan Goal Programming’’ oleh Atmasari Setelah model matematik
diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan
menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit Gawat
Darurat dalam periode satu bulan. Dari jadwal GP hasil komputasi jumlah kebutuhan
minimal dan maksimal perawat untuk tiap shift dalam satu hari sudah memenuhi range
yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit. Day off dari masing-masing perawat
dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal setelah perawat ditugaskan pada
tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP hasil komputasi terlihat bahwa perawat mendapat
jatah libur secara merata dan tidak ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah
maksimal bekerja selama tiga hari. Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode
sudah memenuhi range yang ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu antara
15 sampai 22 hari. Terlihat dari jadwal GP hasil komputasi bahwa tidak ada satupun
perawat yang jumlah total shiftnya kurang dari 15 hari atau melebihi 22 hari. Untuk
pembagian shift malam dari jadwal GP hasil komputasi setiap perawat memiliki jatah
shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada. Untuk pelanggaran perawat
ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut- turut tidak didapati pada
18
jadwal GP hasil komputasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini,
maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai yakni Dengan menggunakan model
penjadwalan goal Programming, maka diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik
dibandingkan jadwal yang dibuat secara manual. Dan Jadwal yang dihasilkan dengan
model goal programming dapat memenuhi seluruh kendala utama yang merupakan
presentasi peraturan rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi
seluruh kendala tambahan yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat
dilanggar. maka penggunaan metode GP ini Lebih baik dibandingkan dengan metode
manual karena mengingat banyaknya kendala dan persoalan pada metode manual
tersebut.
E. Peningkatan kualitas pelayanan yang efektif yang sesuai standar Rumah sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tugas dan fungsi
rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983 tahun 1992 adalah
sebagai organisasi sosial kemasyarakatan serta kesehatan keluarga dan lingkungan,
sangat jelas bahwa dalam mengelola sebuah rumah sakit tidaklah mudah dan bisa
dikatakan cukup rumit. Dalam mengelola rumah sakit diperlukan banyak tenaga-tenaga
professional yang terdiri dari dokter, perawat, paramedik, apoteker serta operator
instrument alat-alat penunjang kesehatan. Dalam mencapai tujuan yang berorientasi
kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter,
paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan
menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan (Widaryanto, 2005).Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting bagi
penyedia pelayanan kesehatan, dimana proporsi yang sama besarnya juga diberikan pada
praktisi pemasaran yang memberikan perhatian pada kualitas pelayanan (Barus, 2017).
Strategi sebagai sebuah kesepakatan tentang penentuan tujuan dan visi jangka panjang
19
yang kemudian menjadi acuan bersama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi tidak hanya berbicara tentang proses dan hasil, namun yang tidak kalah
pentingnya bahwa strategi juga membahas betapa sebuah kesepakatan telah menjadi
faktor penting dalam penentuan kebijakan strategi. Kebijakan yang tidak disertai dengan
kesepakatan diantara semua stakeholder akan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap proses manajemen strategi (Clarke &Fullen, 2011)
Kualitas Pelayanan (Service Quality) dapat di definisikan sebagai sesuatu yang
didapatkan oleh konsumen dari penyedia jasa dalam hal ini perusahaan atau organisasi
dengan mengacu pada indikator kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan mensyaratkan
sebuah perusahaan/organisasi bisnis untuk mampu melakukan “delivery” pelayanan
maksimal kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen mendapatkan kepuasan dan
pada akhirnya menjadi pelanggan yang setia atau fanatik (Ismail & Yunan. 2016). Lebih
lanjut, Ismail & Yunan (2016) menyatakan bahwa kualiatas pelayanan yang bersifat
nyata (tangible) seperti empati, responsif, jaminan, keandalan dan kepekaan memiliki
dampak yang positif terhadap 2kepuasan konsumen dan menjadikanya konsumen yang
loyal (customer loyalty) khususnya dalam dunia kesehatan.
Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan,dan gawat darurat.
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Keselamatan pasien (patient safety) pada dasarnya
merupakan sebuah konsep dalam dunia medis yang terus berkembang. Menurut
Rojovsky (2005) keselamatan pasien didefinisikan sebagai upaya maksimal yang
dilakukan rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien melalui
penerapan metode dan regulasi yang legal serta melalui standar yang terukur untuk
meminimalisir kesalahan medis.Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS), terdapat 6 (enam) indikator sasaran kesalamatan pasien.
20
Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Pemerintah.
Keenam indikator sasaran keselamatan pasien tersebut yaitu:
- Pertama.Kepatuhan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Rawat Inap.
- Kedua. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Komunikasi Efektif Rumah sakit .
- Ketiga. Kepatuhan pelaksanaan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai diruang
rawat inap.
- Keempat. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Surgical Safety Cheklist di kamar
operasi. Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien
sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.Kelima. Kepatuhan pelaksanaan Cuci
Tangan pada petugas.
- Keenam. Kepatuhan Pelaksanaan Assesment Risiko Jatuh.
Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, diantaranya adalah penyediaan pelayanan kesehatan termasuk
penyediaan rumah sakit. Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan dan memelihara kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, selain merupakan tanggung jawab pemerintah juga merupakan hak bagi
masyarakat untuk ikut berperan serta. Diperlukan regulasi agar peran ini dapat berjalan
optimal. Aktifitas regulasi secara umum ialah pemberian izin, akreditasi dan sertifikasi.
Hal tersebut merupakan tiga cara utama dalam aktifitas regulasi pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
Akreditasi rumah sakit ialah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah
pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang disyaratkan. Akreditasi rumah
sakit merupakan salah satu cara pemantauan bagi pelaksanaan pengukuran indikator
kinerja rumah sakit. Pengembangan penilaian terhadap kinerja rumah sakit merupakan
tugas dari pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Di dalam buku
”Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit” disebutkan bahwa rumah sakit diharuskan
mempunyai program peningkatan mutu baik internal maupun eksternal, untuk
21
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi pasien. Program
peningkatan mutu internal dapat dilakukan dengan metode dan teknik yang dipilih dan
ditetapkan oleh rumah sakit. Program peningkatan mutu eksternal dapat dilakukan
melalui akreditasi, sertifikasi ISO dan lain-lain.
Di dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit bagian
ketiga pasal 40 disebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.Program
akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1996 merupakan pelaksanaan dari
Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pada SKN dijelaskan bahwa akreditasi rumah sakit
adalah penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala yang
dapat digunakan untuk penetapan kebijakan pengembangan atau peningkatan mutu.
Tujuan pengembangan rumah sakit. Misi pengembangan rumah sakit ditujukan
untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Melindungi masyarakat dalam bentuk akuntabilitas publik.
2. Memacu perbaikan internal rumah sakit melalui feedback ke rumah sakit dan internal
benchmark;
3. Sebagai mekanisme pemberian reward dan penyediaan konsultan
4. Menciptakan iklim transparansi dan kompetisi yang sehat dalam mencapai misi
kesehatan prima
5. Tujuan benchmark antar rumah sakit.
Tujuan akreditasi rumah sakit.
Tujuan umum akreditasi adalah mendapat gambaran seberapa jauh rumah sakit-
rumah sakit di Indonesia telah memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga mutu
pelayanan rumah sakit dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan tujuan khususnya
meliputi:
1. memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2. memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga dan
lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan
dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya
22
3. memberikan jaminan dan kepuasan kepada customers dan masyarakat bahwa pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin.
Manfaat akreditasi bagi rumah sakit ialah:
1. Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan lembaga
akreditasi yang akan memberikan saran perbaikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit
2. Melalui self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada di bawah
standar atau perlu ditingkatkan
3. Penting untuk penerimaan tenaga;
4. Menjadi alat untuk negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan
5. Alat untuk memasarkan (marketing) pada masyarakat.
6. Suatu saat pemerintah akan mensyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk memberi ijin
rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan tenaga medis/ Keperawatan
7. Meningkatkan citra dan kepercayaan pada rumah sakit.
Manfaat akreditasi rumah sakit Bagi masyarakat adalah:
1. Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang baik pelayanannya;
2. Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di rumah sakit yang sudah
diakreditasi.
Manfaat akreditasi bagi karyawan rumah sakit ialah:
1. Merasa aman karena sarana dan prasarana sesuai standar;
2. Self assessment menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar dan
peningkatan mutu. Manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit ialah pemilik dapat
mengetahui rumah sakitnya dikelola secara efisien dan efektif.
Terdapat 6 indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nursalam,
2015).
1. Keselamatan pasien (patient safety)
Patient safety meliputi infeksi nosokomial, risiko jatuh pada pasien, dekbitus/luka tekan,
pemberian obat, dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan.
Joint Commission International (JCI) telah mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien
yakni identifikasi pasien secara tepat, menggunakan komunikasi yang efektif, pemberian
23
obat yang tepat, prosedur yang tepat (sesuai indikasi), dan mencegah risiko jatuh pada
pasien.
5. Kecemasan pasien
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit diobservasi. Kecemasan merupakan reaksi
pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat pasien harus
dirawat mendadak atau tanpa rencana begitu mulai masuk rumah sakit.
24
F. Jenis Metode Penugasan Dalam Ruang Rawat
1. Metode fungsional
Kelebihan :
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasanyang baik
b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasiendiserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
2. Metode Team
a. Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses
keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di
ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.
b. Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan
yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan
25
keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan
ketua tim.
c. Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
d. Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2
(dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012)
Kelebihan :
Kelemahan :
3. Primary Nursing
Metode penugasan Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
26
Konsep dasar metode primer :
2) Ada otonomi
27
4. Metode Modular
Kelebihan
a) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
b) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
c) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
d) Meningkatnya kepuasan pasien.
e) Biaya efektif.
Kelemahan
a. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak
diharapkan.
b. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang
terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan
dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara
proaktif untuk memenuhi kebutuhan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, F. K. 2009. Gambaran Kinerja Pegawai Di Instalasi Gizi RSUD Koja Tahun 2009.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indinesia
Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift .
Anonim. (2015). repository.USU.ac.id. Landasan Teori Perawat , 1-21.
Atmasari. (2014). diglib.its.ac.id. ’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan
Menggunakan Goal Programming , 1-13.
Mendrofa, H. K., & Sagala, L. (2019). Pengaruh Pelatihan Dan Penerapan Model Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Primary Nursing Terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Kota Medan. Indonesian Trust Health Journal, 2(2), 237–245.
https://doi.org/10.37104/ithj.v2i2.40
Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan
pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id
Nurcahyo, A. 2011. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada
Pt. Quadra Mitra Perkasa Balik Papan ( Jurnal ). Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Salemba Medika. Jakarta
https://fdokumen.com/document/metode-modular-manajemen-kep.html
Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan
pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id Asmuji.
(2014). Manajemen keperawatan konsep & aplikasi . Yogjakarta : ArRuzz Media.
Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
30
31
1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena limpahan
berkatnya sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada pihak yang mau meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. kami berharap semoga makalah ini mampu menambah
ilmu bagi para pembaca.
Karena keterbatasan ilmu, kami tetap banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu,kami sangat berharap saran dan kritikan yang membangun berasal dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 3
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6
A. Perhitungan perawat............................................................................ 6
B. Metode penugasan perawat ................................................................. 9
C. Tanggung jawab Karu, Katim & Anggota tim.................................. 12
BAB III PENUTUP .................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat
merupakan “back bone” untuk mencapai target- target global, nasional maupun daerah. Hal ini
disebabkan karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani
pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis
terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan semakin hari semakin bertambah,sehingga perawat perlu
melakukan tindakan secara professional disertai dengan tanggung jawab yang besar. Menurut
undang-undang No.23 1992 merupakan wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban
tenagakesehatan termasuk para perawat dalam menjalankan tugas tugas pelayanan(Maiti &
Bidinger, 2018). Salah satu tugas pelayanan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan
yang merupakan salah satu pembuktian atas perbuatanperawat selama menjalankan tugas
pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan di rumah
sakit, yang mempunyai posisi yangsangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
danpemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenagakeperawatan mendominasi
tenaga kesehatan secara menyeluruh,juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pelanggan(pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentukpelayanan professional
yang merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan. ( (Maiti & Bidinger, 2018)
Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari
sumbersumberkeperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan,obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Proses manajemendibagi
lima fase yaitu : planning, organizing, staffing, directing, controling yangmerupakan satu
siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu
proses keperawatan yangmenggunakan konsep-konsep manajemen seperti: perencanaan,
pengorganisasiann,pengarahan, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
4
5
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN PERAWAT
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga
keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga sebagai penjalin
kontak pertama dan terlama dengan pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan
dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas kesehatan di rumah sakit tidak terlepas
dari peran penting profesi keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di
tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang posisi
kunci dalam membangun citra rumah sakit.(agustina mayasari, 2019)
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang
olehpemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.
Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan :klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode
pemberian asuhan keperawatan,jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan
dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah
sakit.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan
beberapafaktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a) Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit
6
7
7
8
6) gelisah / disorientasi
7) perawatan luka kompleks.
Adapun contoh yang diambil oleh kelompok di dalam artikel dalam perhitungan
salah satu penilaiannya dengan menggunakan instrumen A yaitupedoman studi
dokumentasi asuhan keperawatan untuk mengetahui kualitas asuhankeperawatan yang
dilaksanakan. Di dalam ketetapan di RSJD Dr Amino GondohutomoSemarang hasil
yang diharapkan adalah pencapaian rata-rata lebih 86 %.Dari hasil pelaksanaan
evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan diRSJD Dr Amino Gondohutomo
Semarang terlihat pada tabel 1.3 sebagai berikut :
Tabel 1.3 Hasil Pelaksanaan Penerapan SAK Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino
Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan
pencapaianrata-rata masih dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino
GondohutomoSemarang (< 86%). Sehingga masalah pelaksanaan standar asuhan
keperawatanmasih rendah. Hal ini terkait juga dengan pelaksanaan pengawasan kepala
ruang yangbelum terlaksana dengan baik, karena format pengawasan melalui supervisi
langsungmaupun tidak langsung belum ada.
8
9
9
10
4. Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensitim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakanpada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
10
11
d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, intensive care.
1. Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
2. Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
11
12
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan
prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam
mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di
bawah ini.
12
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
13
14
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan
konsumen yang datang ke rumah sakit. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan pencapaianrata-rata masih
dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino GondohutomoSemarang . Metode
Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan
peningkatan derajat kesehatan pasien. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
DAFTAR PUSTAKA
agustina mayasari. (2019). Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat
Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat. Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen
Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat.
14
15
http://eprints.undip.ac.id/32846/1/thesis_11.pdf
Maiti, & Bidinger. (2018). wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenaga kesehatan. 1992
Merupakan1992 Merupakan Wujud Rambu-Rambu Atas Hak Dan Kewajiban Tenaga Kesehatan
Termasuk Para Perawat Dalam Menjalankan Tugas Tugas Pelayanan
Rakhmawati, O. W., Kp, S., & Kep, M. (2017). Metode penugasan tim dalam asuhan keperawatan.
Asuhan Keperawatan, 2, 1–9.
Warsito, E. B. (2017). PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI
MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT. PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA
TENTANG FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT.
15
TUGAS MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
“KETENAGAAN”
YANG DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 3 TINGKAT 3C
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa,
Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
makalah tentang “MANAJEMAN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas
makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.
Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan
tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya.
Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Penulis
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................................... i
A. Kesimpulan .................................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................................ 25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahan dalam aspek
keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan harus dikelolah secara professional,
karena itu perlu adanya manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelyanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan batas-batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi.
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian
dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi, proses motivasi dan pengembangan
sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi dimana dia berkarya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan?
2. Apa saja variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan?
3. Bagaimana cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift?
4. Bagaimana alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift?
5. Bagaimana Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi?
1
6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan.
2. Untuk mengetahui variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift.
4. Untuk mengetahui alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift.
5. Untuk mengetahui Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi.
6. Untuk mengetahui jenis metode penugasan dalam ruang rawat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Prinsip Ketenagaan
a) Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukantujuan
yang akan dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi kerja.
b) Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerjapegawai lebih mudah
dimotivasi .
c) Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin prinsip mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil
dalam berusaha pencapaian tujan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan
lebih mudah di motivasi .
d) Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai
bawahan untuk dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang akan
dilakukannya sewaktu-waktu
3
e) Tujuan Ketenagaan
Adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan
menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh
kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.
4
efek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri atassub
variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis merupakan hal yang kompleks
dan sulit diukur. Variabel organisasi ini memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku
dankinerja individu. Variabel ini digologkan pada sub variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, dan disain pekerjaan banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Variabel psikologis ini merupakan hal yang komplek dansulit diukur. Variabel
organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel
ini dogolongkan pada sub variabel sumber daya,kepemimpinan, imbalan, struktur, dan
desain pekerjaan.
1. Variabel Individual.
a. Jenis kelamin
Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama
dengan kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan
bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang
dan pria lebih agresif. Pria lebih besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki
pengharapan untuk sukses, tetai perbedaan itu kecil adanya. (Ariani, 2009)
b. Umur
Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan
bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi
produktivitas, hal ini dapat di lihat dari keterampilan individu terutama kecepatan,
kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan
kebiasaan
pekerjaanyang berlarutlarut dan kurangnya rangsangan intelektual semua menyamb
ug pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan fisik apapunyang
disebabkan umur berdampak pada produktivitas. (Ariani, 2009)
c. Pendidikan
Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja
seseorang dalam bekerja. (Ariani, 2009).
5
d. Masa kerja
Pengalaman dikatkan dengan lama kerja sesorang dalam bidangnya, tapi
pengalamam kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja
seseorang. Masa kerja lebih lama umumnya menjadikan pegawai leih banyak tahu
dan mempunyai tindakan atau gagasan yang lebih baik dibandingkan dengan
pegawai yang baru bekerja/masakerjanya belum lama. (Ariani, 2009)
e. Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja
yangtidak mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan
kualitas pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkanagar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya. (Ariani, 2009).
2. Variabel Organisasi
a. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksana ditingkat administrasi yang lebih
rendah, dalam rangka menetapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan
kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan
pengetahuan, peningkatan keterampilan. (Ariani, 2009).
b. Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun
finansial penghargaan, karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan.
Penghargaan atas prestasi atau jasa seseorang ditinjau dari segikebutuhan
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menurut teori Maslow (1984)
terletak pada urutan keempat yaitu kebutuhanakan penghargaan diri dan
penghargaan dari orang lain. (Ariani, 2009).
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus,
lembur juga perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan
pendapatan karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja.
Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu
memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka.
(Nurcahyo, 2011).
6
3. Variabel Psikologis
a. Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik
motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja kariyawan .
b. Penilaian kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada
berbagai macam teknik mendisiplinkan karyawan. Organisasi harus memilih mana
yang paling tepat diterapkan diorganisasi.
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu
organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang di
maksudkan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai
atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya. Dengan begitu, seorang
pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai tolak ukur. Penilaian kinerja
mencakup faktor-faktor antara lain:
1. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan memilih perilaku yang
ditentukan oleh system pekerjaan.
2. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seseorang personal
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal
tersebut.
3. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai 2 (dua) tujuan utama yaitu:
7
2. Pengembangan personal
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian
kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk:
a. Mengenal sumber daya manusia yang perlu dilakukan pemgembangan
b. Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi
c. Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d. Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia
e. Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal.
Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung
berbagai factor seperti kompensasi yang diterima, kerjasama antar staf
administrasi, disiplin kerja yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja
yang tinggi, kondisi kerja yang baik dan kemampuan kerja/administrasi memandai.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan analisis korelasi maka dalam
penelitian (Nurcahya, 2011) tentang variable-variabel yang mempengaruhi kinerja
karyawan pada PT. Quadra Mitra Perkasa Balikpapan bahwa variable-variabel
kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi
kerja dan kerjasama secara parsial secara signifikan dapat berpengaruh terhadap
variable kinerja. Kemudian variable-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerjsama secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan variable-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan
kerjasama, yang merupakan factor dominan adalah kompensasi.
8
C. CARA MENGHITUNG JUMLAH TENAGA DALAM SUATU SHIFT
Dalam merencanakan tenaga keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan. Bentuk dan beban pelayanan
keperawatan bisa berupa pelayanan yang dependent, independent, interdependent,
langsung maupun tidak langsung, membutuhkan waktu berapa lama, harus dikerjakan oleh
perawat yang memiliki kemampuan seperti apa, dan sebagainya sehingga bisa ditentukan
kategori perawat yang dibutuhkan serta berapa jumlah yang dibutuhkan. Dilanjutkan
dengan proses seleksi, proses orientasi, penempatan, pembagian tenaga setiap shif dan
tanggung jawab apa yang harus dijalankan oleh tenaga keperawatan tersebut. Untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu ruangan ada beberapa rumusan
yaitu:
1. Metode Gillies
Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga perawat dapat berdasarkan:
a) Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam
b) Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun
c) Penggunaan tempat tidur rata-rata (akan lebih obyektif bila menggunakan rata
penggunaan tempat tidur pertahun)
d) Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien
9
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh
karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil
(Mariono,R.1978)
Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan
selanjutnya anda pelajari bagaimana menghitung kebutuhan tenaga perawat
untuk dinas setiap hari.
10
jam
Jam hari kerja perorang pertahun
Keterangan:
Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat
ketergantungan klien atau berdasarkan kondisi klien.
Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365
hari) dikurangi hari tidak bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan
+ hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).
2. Metode Dauglass
Menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat
ketergantungan klien. Formula yang sering digunakan untuk menghitung jumlah
tenaga perawat di ruang model Praktek Keperawatan Profesional adalah berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien. Pasien dengan kondisi tertentu diklasifikasikan
berdasarkan tingkat ketergantungannya. Semakin pasien tidak mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri maka akan lebih banyak membutuhkan waktu
bagi perawat untuk memberikan asuhan. Kriteria pasien berdasarkan klasifikasi
Douglass.
Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat
ketergantungan klien. Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.
11
Perhitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien
3. Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Total jam perawat /hari:
=Jumlah Klien x Jumlah jam kontak perawat-
klien
12
Rumus selanjutnya untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat adalah satu
minggu.
13
Metode PPNI ini didasarkan pada hasil pekerjaan nyata yang dilakukan oleh
masing-masing tenaga perawat. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan
tenaga kerja berdasarkan metode ini adalah:
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya,
2. Menetapkan komponen yang melekat pada rumus metode penghitungan tersebut
3. Menganalisis dengan menggunakan rumus berdasarkan komponen yang ditetapkan
sebelumnya
4. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat
berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI diperlukan komponen yang terdiri
dari: Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam
perawatan 34 pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga
perawat.
Keterangan:
14
D. ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT
1. Pengertian
Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu
tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang
disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia).
Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-
masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil
yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husein
2008 dalam Jurnal USU).
Salah satu layanan dalam rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam
layanan ini terdapat alur tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap
pasien., diagnosis hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit
tersebut membutuhkan penjadwalan yang optimal.
Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama
kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara seperti
ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat penjadwalan
perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).
3. Penjadwalan perawat
Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang
paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit, ada tiga hal yang
berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan
penjadwalan perawat yaitu:
a) Staffing Decision, yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhanakan
perawat prakualifikasinya.
b) Scheduling Decision, yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka
memenuhi kebutuhan 3 minimum tenaga perawat yang harus tersedia.
c) Allocation Decision, yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke
shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand
yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.
16
4. Undang-Undang Mengenai Kerja Shift Pagi, Siang, dan Malam.
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003
mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a) Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di
tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun
2003).
b) Jumlah jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40
jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003).
c) Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift
atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan
dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan
sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003).
d) Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang
dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain
berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.
17
d) Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti
pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e) Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f) Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014).
a) Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00
pagi s.d 14.00 sore.
b) Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00
sore s.d 21.00 malam.
c) Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00
malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
18
pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan
model dibagi kedalam dua jenis yaitu:
a) Kendala utama
Kendala utama merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-
peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah:
Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam
secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari
empat hari aktif kerja berturut-turut.
b) Kendala tambahan
Kendala tambahan merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan
peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa
mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh
kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift
malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift
sore berturut-turut. (Atmasari 2014).
Kelebihan :
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat senior menyimbukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman
Kelemahan :
20
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.
Kepala Ruang
Pasien/klien
b. Team
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
dan kolaboratif.
Tujuan metode tim :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2. Penerapan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Kelebihan :
21
1. Kemungkinan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunitas antara tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
Kepala ruang
22
c. Primary Nursing
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuham keperawatan dimana
perawat profisional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. metode ini dikembangkan sejak tahun
1970an. tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dinyatakan
pulamg, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat
asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan umtuk memberikan
kesempatan untuk membantu asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berfokus kepadda pasien. pengkajian dan penyusunan rencana asuhan
keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primery, dan perawat assosiet
yang akan melaksanakan asuhan keperawatn dalam tindakan keperawatan.
Kelebihan :
1. Otonomi perawat meningkat karena motivasitanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat
2. Menjamin kontiunitas asuhan keperawatan
3. Meningkatnya hubungan antara perawat pasien
4. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan
5. Metode ini mendukung pelayanan profesional
6. Terciptanya kolaborasi yang baik
Kekurangan :
23
Struktur Model Asuhan Keperawatan Primery
Perawat Primery
Klien
d. Modular
Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team dimana
perorganisasian pelayanan atau asuham keperawatan yang dilakukan olehperawat
professional dan non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien mulai
dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut sebagai tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 pasien.
24
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah
ketersediaanya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini
dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan.
Perencanaan ketenagaan ini harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan
dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan
menurun. Bila hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat
pelayanan kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.
B. SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Sri Mugianti (2016) Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta selatan,
Pusdik SDM kesehatan.
Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta.
Thona. M (2008) Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
https://id.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-Variabel-Yang-
Mempengaruhi-Ketenagaan
https://www.scribd.com/presentation/406990139/KONSEP-KETENAGAAN
https://www.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-Variabel-
Yang-Mempengaruhi-Ketenagaan
https://www.coursehero.com/file/50234748/KETENAGAAN-KEPERAWATAN-
TUGAS2ppt/
26
MERENCANAKAN KETENAGAAN
KEPERAWATAN SEDERHANA
YANG SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN RUANG RAWAT
KELOMPOK 3
Pengertian
Agus (2010), menyatakan ketenagaan dalam manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara
benar. Perlu di perhatikan beberapa prinsip dasar berikut.
1. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
3. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
4. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.
Tujuan ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau
mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource
concept Kompetensi tenaga dalam hal ini meliputi :
- Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap )
- Kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok )
- Kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam
menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai
Variabel Variabel Yang Mempengaruhi
Ketenagaaan
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan. (Nursalam, 2014)
Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,
yaitu :
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan
demografi seseorang.
Cara Rasio
Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang diperlukan, dimana metode ini hanya
mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan
personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan.
Cara Nerd
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar
profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
Cara Demand
Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh
perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat
dibutuhkna waktu sebagai berikut:
Keterangan :
B:rata-rata jumlahpasien/hari
C:jumlah hari/tahun
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anggota Kelompok
Anjelina Kristin Nikolas
Celsy Elvira
Dewi Alpina
Fristi Christina Monalisa Pietersz
Niken
Rut Handayani Bokko
Tresya Octafiana Gala Biru
Yohana Mariana Apriliyanti Eka Putri R
Yunita Firginia Kamelia Kumayas
Alowisye Gratcia Honorota Lamere
KETENAGAAN PERHITUNGAN
PERAWAT DAN METODE
PENUGASAN DI RUANG RAWAT
Pelayanan keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya
PERHITUNGAN meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen
PERAWAT yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan
mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga
sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual
yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan
sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia yang mengacu pada standar
professional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama.
Selanjutnya..
03 04
MENGAKUI ANDIL BAWAHAN PENDELEGASIAN WEWENANG
adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan
produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga
dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan
menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat
ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia
setepat-tepatnya.
VARIABEL - VARIABEL
YANG MEMPENGARUHI
KETENAGAAN
VARIABEL INDIVIDUA
Supervisi Imbalan
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, Setiap orang membutuhkan
bimbingan insentif baik sosial maupun
dan pengawasan oleh pengelola program/p finansial penghargaan, karena pe
royek terhadap pelaksanaan ditingkat nghargaan merupakan suatu keb
administrasi yang lebih rendah, dalam utuhan.
rangka
memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
VARIABEL PSIKOLOGIS
kegiatan klien Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh
karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil
b. Pertimbangan cuti hamil
Penghitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil.
Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang
hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan
tenaga :
Jumlah jam kerja hilang karena cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun
(Mariono,R.1978)
Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan selanjutnya anda pelajari bagaimana
menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk dinas setiap hari.
c. Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari.
Untuk keperluan penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk keperluan penjadwalan dinas
maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari.
Keterangan:
Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat ketergantungan klien atau
berdasarkan kondisi klien.
Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365 hari) dikurangi hari tidak
bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan + hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).
METODE DAUGLASS
Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.
Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI
diperlukan komponen yang terdiri dari : Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam perawatan 34
pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga perawat.
Adapun rumus pada formula/metode hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia
(PPNI) adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga
kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
1. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift,
pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam
kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003).
2. jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal
77 ayat 02 UU No13 tahun 2003).
3. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau
melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat
perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur (
pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003).
4. Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan
dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No
233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini
adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan
secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan
pengusaha.
KARAKTERISTIK PENJADWALAN PERAWAT
Coverage Flexibility
Quality Fairness
Stability Cost
MODEL SEDERHANA PENJADWALAN PERAWAT DI RUANGAN
Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7
jam kerja dan Durasi waktu =
antara pukul 14.00 sore s.d
21.00 malam.
Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7
jam kerja dan durasi waktu =
antara pukul 7.00 pagi s.d
14.00 sore.
Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10
jam kerja dan Durasi waktu =
antara pukul 21.00 malam s.d
7.00 pagi dihari berikutnya.
PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG
EFEKTIF SESUAI STANDAR AKREDITASI
Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya Sumber Daya Manusia
(SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada undang-undang Republik Indonesia, No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan,
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak
menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia khususnya perawat adalah
rendahnya kualitas, seperti pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan
kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga kerja yang dihasilkan
tidak siap pakai. Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan SDM Kesehatan
(PPSDM Kesehatan) Kementrian Kesehatan Republik Indnesia (Profil Kesehatan Indonesia 2015 dalam (Kemenkes,
2016) melaporkan bahwa jumlah terbesar tenaga kesehatan Indonesia menurut rumpuan ketenagaan berdasarkan
UU No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan adalah perawat dengan jumlah 223.910 orang atau 34,6% dari total
tenaga kesehatan yang berjumlah 647.170 orang. Berdasarkan keputusan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyar Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, target rasio
tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio perawat 180 per 100.000 penduduk.
Namun secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019
yaitu 180 per 100.000 penduduk.
JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT
Team
Metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif dan kolaboratif.
Modular
Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team
dimana perorganisasian pelayanan atau asuham
keperawatan yang dilakukan olehperawat professional dan
non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien
mulai dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
sebagai tanggung jawab total atau keseluruhan
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik and illustrations by Stories
THANKS!
APLIKASI KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT PADA FUNGSI PENGARAHAN”
DI SUSUN OLEH :
TINGKAT 3 A
KELOMPOK IV
TAHUN AJARAN
2020/2021
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat
Pada Fungsi Pengarahan”.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kelompok miliki.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengaharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak agar bisa menjadi acuan agar
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan sampai penyelesaian makalah ini, karena makalah
ini tidak akan terwujud, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai
manajemen keperawatan.
Kelompok IV
SAMPUL JUDUL..................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................21
B. SARAN ......................................................................................................................21
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu hal yang universal dalam dunia industri modern.
Tiap organisasi memerlukan pengambilan keputusan, pengkoordinasian aktifitas,
penanganan manusia, evaluasi prestasi yang terarah kepada sasaran kelompok
manusia. Banyak aktivitas manajerial yang masing-masing memiliki cara pendekatan
sendiri pada tipe-tipe problem khusus dan di diskusikan, namun semuanya memiliki
satu elemen umum yaitu ilmu manajemen.
Fungsi pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen dimana
fungsi adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh semua pihak
dalam organisasi serta memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Pengarahan
memberi arahan atau pedoman kepada semua pihak agar semua program-program
dapat dijalankan dengan baik dan benar (Mugianti, 2016).
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang
berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Dalam hal ini perawat menempati proporsi terbesar dibanding tenaga
kesehatan lain dan merupakan tenaga professional yang paling lama kontak dengan
pasien. Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah rumah
sakit. Seorang manajer menjadi pemimpin yang efektif apabila mampu untuk
menentukan strategi yang tangguh, menjadi perencana yang handal, menjadi
organisator dan motivator yang efektif, pengawas yang objektif dan rasional, dan
penilai yang tidak berpengaruh oleh pertimbangan-pertimbangan yang subjektif dan
emosional di samping keahlian pribadi.
Seperti fungsi manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang juga
meliputi komponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating, dan
controlling. Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya,
tanggung jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di
tingkat ruang dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan fungsi
pengarahan, kepala ruangan akan melakukan kegiatan supervisi terhadap pelaksanaan
Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 4
Manajemen Keperawatan
asuhan keperawatan, bimbingan terhadap staf, mengkoordinasi dan memotivasi staf
keperawatan. Fungsi pengarahan ini merupakan fungsi dari kepemimpinan seorang
kepala ruang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan ?
2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan ?
3. Apa saja indikator pengarahan yang baik ?
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat ?
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi ?
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas ?
C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui :
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan.
2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan.
3. Apa saja indikator pengarahan yang baik.
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat.
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi .
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas .
F. PENDELEGASIAN TUGAS
a. Pendelegasian
Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Pada kenyataanya, sering ditemukan
terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dengan waktu
yang hanya sedikit. Pada situasi tersebut, pendelegasian dan pembagian pekerjaan
diperlukan. Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan
melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas
kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak
mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain
untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka
dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan
keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan
kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).
b. Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian
Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan
mengalami masalah, di mana proses pendelgasian tidak dilaksanankan secara
efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat dibedakan
menjadi tiga hal, yaitu:
1. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation)
Manajer keperawatan sering berasumsi bahwa jika mereka
melakukannya sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada
didelagasikan ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa
mengerjakan ini lebih baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan
waktu yang lama”. Keadaan ini berdampak terhadap proses pendelegasian
wewenang, di mana orang yang menerima tugas hanya diberikan wewenang
yang sangat terbatas dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus
dilakukan, sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.
g. Cara Pendelegasian
1. Seleksi dan susun tugas.
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap
berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah menyiapkan
laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal
berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung
jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya.
Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu
yang diperlukan dan pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam
mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan
wewenang secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu
penyalahgunaan wewenang.
2. Seleksi orang yang tepat.
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda memilih staf
bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja staf, kelebihan,
kelemahan, dan perilakunya.
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu
sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih, maka staf
tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan berdampak
k. Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut.
1. Komunikasi yang jelas dan lengkap.
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan, dan penggunaan istilah/kata-kata yang
mudah dipahami oleh penerima pesan.
2. Ketersediaan sumber dan sarana.
Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA, maka
PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama tidak berada
di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf lainnya. Hal ini untuk
menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan dengan baik.
3. Monitoring
PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan
menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai konsultan dan membantu
memberikan solusinya.
4. Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan profesional kepada pasien, maka PP
harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan pasien. Laporan PA
diharapkan bisa disampaikan secara reguler dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan, kemudian PP harus melakukan tindak lanjut atau memberikan
masukan tentang laporan yang telah disampaikan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungsi pengarahan dalam manajemen merupakan salah satu fungsi yang
sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk
kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya
masing-masing. Peran dan fungsi manajerial harus dilakukan oleh perawat
professional. Ketika fungsi pengarahan dijalankan dengan baik dalam manajemen
ruang rawat maka akan meningkatkan efektifitas dan efisien terkait asuhan
keperawatan yang diberikan.
B. SARAN
Perawat perlu untuk meningkatkan pendidikannya agar dapat mempersiapkan
diri menjadi seorang pemimpin dalam mengelola pelayanan keperawatan kepada
pasien di rumah sakit ataupun di komunitas. Selain itu perawat juga disarankan
untuk melakukan riset dan kajian ilmiah terhadap masalah-masalah yang ditemui
serta masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Maiti, & Bidinger. (2020). Persepsi Perawat Tentang Supervisi Klinis Pelaksanaan Edukasi Pasien
Dan Keluarga. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (4th
ed.). Salemba Medika.
Oktaviani & M.Rofii, 2019. (2019). Gambaran Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Perawat Pelaksana Dalam Keselamatan Pasien. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan (JKMK). Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(1), 23.
Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek
Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30.
http://www.rsaudrefram.co.id/wp-
content/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf
Triana, N., Novieastari, E., & Satinah, S. (2020). Optimalisasi fungsi manajemen kepala ruangan
dalam supervisi klinik menggunakan alat bantu Google form di rumah sakit di Jakarta. Holistik
Jurnal Kesehatan, 14(2), 264–270. https://doi.org/10.33024/hjk.v14i2.2703
DI SUSUN OLEH:
Puji syukur, Tim penulis panjatkan keHadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah Tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “
FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Tim Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini, untuk
itulah maka Tim penulis merasa bahagia terhadap upaya demi kesempurnan makalah ini, untuk
mencapainya, maka Tim penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari
berbagai pihak terutama dari senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme keperawatan
di Indonesia. Dalam hal ini, penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu, baik secara fisik, materi dan spiritual.
Makassar, 2021
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Dalam makalah ini kami, Tim penulis menjelaskan tentang fungsi pengarahan dalam
manajemen keperawatan. Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan
merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu
dimulai dan dinilai dengan mendefinisikan kepemimpinan itu sendiri. Fungsi pengarahan dan
implementasi dari pada manajemen keperawatan yaitu; proses implementasi program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar dan tujuan pengarahan dalam manajemen keperawatan?
2. Apa sajakah kegiatan menejer keperawatan pada fungsi pengarahan?
3. Bagaimana indikator pengarahan yang baik?
4. Apa langkah supervisi ruang rawat?
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi?
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas?
C. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana fungsi pengarahan dan implementasi dalam
manajemen keperawatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan
pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah,
melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi
dan koordinasi. Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan antara lain
memberikan motivasi, membina komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerja
sama dan negosiasi (Marquis, B.L & Huston, 2010). Fungsi pengarahan dapat
meningkatkan kinerja perawat.
Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen
keperawatan menurut Swansburg:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien
dan perawat pelaksana
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas
perawat pelaksana
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan
evaluasi
h. Mempercayai anggota
i. Menginterprestasikan protokol
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas
l. Menggunakan proses kontrol manajemen
3
Manajer memengang peranan penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan
karakteristik stafnya dan berusaha memberi tugas sebangai usaha untuk
memotivasi staf. Kegiatan yang harus dilakukan manajer dalam memotivasi staf
yaitu:
a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada staf
b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf
c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai
d. Mengembangkan konsep kerja tim
e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan
setiap staf
g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan
dibuat organisasi
h. Menciptakan stuasi saling percaya
i. Menjadi role model bagi staf
j. Memberikan dukungan yang positif
c. Komunikasi
Komunikasi menurut Tappen (1995) adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang
bekerja sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Menurut Potter dan Perry (1993) komunikasi terjadi pada tiga tingkatan
yaitu intrapersonal, dan public sedangkan menurut jenisnya komunikasi
dibedakan menjadi komunikasi verbal, non-verbal dan komunikasi tertulis yang
dapat dimanifestasikan secara terapeutik.
Komunikasi antara pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan
suasana kerja yang kondusif dalam suatu lingkungan organisasi yang akan
menumbuhkan kerjasama yang baik dalam berbagai kengiatan.
4
pelayanan keperawatan, memantapkan kemampuan perawatan dan memastikan praktik
keperawatan profesional dilakukan dengan benar.
Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara
langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang
berlangsung sehingga dapat memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan
supervisi secara tidak langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan
dan supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
1. Prinsip Supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas
dan motivasi.
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasaan klien, perawat, dan manajer.
2. Langkah-langkah Supervisi
a. Pra supervise
- Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
- Supervisor menetapkan tujuan
b. Supervisi
- Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur
yang telah disiapkan.
- Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
- Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi masalah
- Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data
sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
c. Pasca supervisi 3F
- Supervisor memberikan penilaian supervisi (– Fair).
- Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi
- Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan 4
5
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi
Berikut praktik kepala ruangan sesuai standar akreditasi :
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
b. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,keterampilan dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP
pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
h. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal.
F. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian secara umum yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab
kepada staf perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas secara professional (Sugiharto,
2012). Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendelegasian, yaitu
komunikasi jelas dan lengkap, ketersediaan sumber dan sarana, monitoring, dan
pelaporan kemajuan tugas limpah (Nursalam, 2011).
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui
anggota staff perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Dalam manajemen keperawatan
dikenal ada lima fungsi manajer dalam hal ini kepala ruangan salah satunya adalah fungsi
pengarahan. Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah
resmi seseorang pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan
sesuatu. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan
pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah,
melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi
dan koordinasi.
B. Saran
Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang memiliki banyak unsur yang perlu
diperhatikan di dalamnya, tentu saja penerapannya berbeda pada setiap rumah sakit
tergantung gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam rumah sakit tersebut. Namun
terlepas dari itu semua semoga kita sebagai perawat dapat benar-benar memahami fungsi
pengarahan ini dengan baik agar bisa di pakai untuk mendukung suatu rumah sakit dalam
mencapai tujuan.
7
DAFTAR PUSTAKA
8
MAKALAH
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Yang disusun
Oleh:
1. Agustina Elenda Sukacita (C1814201106)
2. Anika Romode (C1814201107)
3. Elvira Manik Lumembang (C1814201115)
4. Febrianti (C1814201119)
5. Flowrencia Angelina (C1814201120)
6. Pidelvia Pasapan (C1814201138)
7. Raya Ma'tan (C1814201142)
8. Risnayanti Lomba' Kanda (C1814201144)
9. Sintia Simon (C1814201148)
10. Wahyudi Anggeng (C1814201153)
Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kami
miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah ini takkan terwujud
tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung.
Atas segala bantuan yang diberikan kami mengucapkan terima kasih dan kami memohon
maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga dengan adanya
makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
SAMPUL
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ................................................................................................... 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda
organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat mengelola
SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
melalui fungsi penggerakan. Henry Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan
sebagai commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan
istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan. Pengarahan
merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan
digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama-
sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat
kompleks karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-
beda (Muninjaya, 1999). Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan
bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam
pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu
dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,
seorang manajer harus melakukan upaya-upaya dalam rangka pengarahan dan
pengendalian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan?
2. Apa saja kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan?
3. Apa saja Indikator pengarahan yang baik?
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat?
5. Apa saja praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi?
6. Apa itu pendelegasian tugas?
C. Tujuan Penulisan
1
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan pengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik
4. Untuk mengetahui langkah supervisi ruang rawat
5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi
6. Untuk mengetahui mengenai pendelegasian tugas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Memotivasi adalah menunjukkan arah
tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil langkah yang perlu untuk
memastikan mereka sampai pada tujuan.
Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan bekerja
yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan
keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku
stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan
kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai kebutuhan yang
bersifat pribadi dan sosial.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap
hari. Komunikasi membentuk inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses
manajemen.
Prinsip Komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2014) adalah:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi secara adekuat, lengkap dan
cepat.
e. Manajer harus meminta umpan balik bahwa apakah komunikasi dapat diterima.
f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.
4
Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang terjadi
antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf
dengan dokter. Manajer memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai,
keyakinan, latar belakang dan tujuan berbeda yang menjadi sumber terjadinya
konflik. Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa
konflik suatu hal dapat dihindari dan jika konflik dikelola dengan baik, maka dapat
menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang
produktif.
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik. Mugianti, S.
(2016) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang berhubungan dengan
pengarahan pada manajemen, yaitu:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,
pasien dan perawat pelaksana.
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana.
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana.
g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,konsultasi,
dan evaluasi
h. Mempercayai anggota
i. Menginterpretasikan protokol
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas
l. Menggunakan proses kontrol manajemen
4. Konsep Pengarahan
Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4 komponen yang dilakukan
secara berurutan yang terdiri dari:
5
a. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut satu
sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan kompleks
seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik.
Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan kemudian
memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau komentar.
c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang
membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk
berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity
seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan
penguasaan diri.
d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir
pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari
kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta
yang lain.
Pengarahan yang dilakukan setiap pagi di rumah sakit ini sangat penting untuk
pengembangan menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi
pengalaman dan persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis
merupakan dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling
menghormati, hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini
terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan
pengarahan berlangsung.
Ciri-ciri suatu pengarahan adalah, yaitu:
a. Syarat pengarahan
1) Materi pengarahan merupakan bagian dari kebijaksanaan atau
informasi umum. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan
secara lengkap dan objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi
mempermasalahkan kebenaran materi atau pesan. Pengarahan tetapi
mempercayakan segi teknis operasional.
6
2) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya
3) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya.
4) Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas,
tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis.
b. Isi pengarahan
1) Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan tertentu
2) Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit dalam
suatu organisasi.
3) Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan pelengkap
yang diperlukan.
4) Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan
operasional.
5) Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan
c. Persiapan pengarahan
1) Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan
2) Penyusunan sistematika penyajian
3) Penetapan sistem monitoring dan evaluasi.
4) Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan
5) Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan
Pengarahan sebagai komponen komunikasi terbagi menjadi 3 sub variabel, yaitu:
a. Komunikator adalah pihak yang bertugas menyampaikan, mensosialisasikan dan
juga membangun motivasi pada diri komunikan terhadap pesan atau
kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan. Organisasi
bertindak sebagai komunikatornya dalam penelitian. Karakteristik komunikator
agar dapat diterima oleh komunikan yaitu:
1) Kredibilitas adalah kewibawaan seorang komunikator dihadapan
7
komunikan. Terdiri dari 2 faktor yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian
adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator
dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. Keahlian diukur dari
sejauh mana komunikan menganggap kemampuan dan pengalaman
komunikator dalam mengelola perusahaan. Sedangkan kepercayaan adalah
kesan komunikasi tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya
2) Daya tarik adalah berkenaan/berhubungan dengan keadaan yang
menunjukkan komunikan melihat komunikator sebagai seseorang yang
menyenangkan dalam bentuk peranan yang memuaskan. Jika pihak
komunikan merasa bahwa pihak komunikator mempunyai sifat-sifat yang
menarik, maka akan mendorong keduanya dalam hubungan komunikasi
yang menyenangkan. Dengan demikian efektifitas komunikasi yang
dilaksanakan oleh pemimpin kegiatan pengarahan sebagai komunikator
akan dipengaruhi oleh kesan anggota organisasi terhadap daya tarik
pemimpin tersebut. Daya tarik terdiri dari kesamaan, keakraban, rasa suka
komunikan, dan daya tarik fisik komunikator.
b. Pesan kegiatan pengarahan
Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang memakai
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber.
Pesan memiliki 3 unsur, yaitu:
1) Struktur pesan, ditunjukkan dengan pola penyampaian pesan secara
tersirat atau pun tersurat, pola urutan argumentasi (mana yang lebih
dahulu, argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi), pola
objektivitas (satu sisi atau dua sisi).
2) Gaya pesan, menunjukkan adanya variasi linguistik dalam penyampaian
pesan (perulangan, kemudahan dimengerti, perbendaharaan kata).
3) Daya tarik pesan, mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung
dalam pesan baik secara rasional maupun emosional.
c. Intensitas kegiatan
8
Intensitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.
Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi:
1) Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan
pengarahan
2) Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan pengarahan dari
awal sampai akhir
Dalam proses pengarahan, seorang eksekutif atau pemimpin perusahaan
hendaknya memperhatikan unsur-unsur dari program atau tugas yang menjadi
pesan pengarahan, memahami permasalahan pokok, kebijakan-kebijakan serta
hal-hal yang berhubungan dengan tugas, seperti:
1) Sifat-sifat pesan atau tugas
a) Memahami ruang lingkup pesan dan tugas
b) Menilai pesan atau tugas yaitu masalahnya tergolong masalah-
masalah kompleks dan tunggal.
c) Jika masalahnya kompleks, maka dibagi sedemikian rupa
sehingga menjadi masalah tunggal
d) Mengumpulkan informasi, data, dan fakta dari setiap masalah
2) Batas-batas tugas
a) Batas wewenang dan tanggung jawab
b) Limit waktu total dan limit untuk tiap tahap
c) Tersedianya fasilitas
d) Jumlah tenaga operasional yang dibutuhkan
3) Deskripsi tugas
a) Luas lingkup tugas yang dipercayakan kepada tiap unit dan individu
pelaksana
b) Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan
c) Langkah-langkah kebijakan dan operasional
d) Target minimum dan maksimum yang diharapkan
e) Bentuk pertanggungjawaban, seperti bertanggung jawab langsung
9
kepada siapa, bagaimana bentuk pertanggung jawabannya.
4) Syarat pelaksana tugas
a) Kualifikasi kemampuan fisik dan mental pelaksana
b) Jenis keterampilan yang harus dimiliki pelaksana
c) Luas lingkup pengalaman pelaksana
d) Bentuk disiplin yang akan diterapkan
5) Situasi dan kondisi tugas
a) Bentuk komunikasi internal dan eksternal sesama pelaksana dan unit
kerja yang lainnya
b) Pentingnya tugas yang akan diberikan
Pimpinan mengharapkan adanya komunikasi timbal balik.
5. Tujuan pengarahan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada 5, yaitu:
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi
kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan
bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan
kepala ruang berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada
akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi
kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh
kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi
pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan,
memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik
akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
10
prestasi kerja staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan yang
kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis,
kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi
kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang
bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat
untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat organisasi
berkembang lebih dinamis
6. Faktor-faktor pengarahan
Arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki
dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan
pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam
pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus
komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila
mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi
apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap
dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk
memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau
mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah
organisasi.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi
yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan
secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak
menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin manual yang mahal,
11
booklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pimpinan dan bawahan.
c. Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai
dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah,
dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus
dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya
cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca
pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain
diberikan saja tetapi tidak dibaca.
d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat yang saling menguntungkan
antara kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan
yang dikirimkan tersebut tidak pada saat yang dibutuhkan oleh karyawan
maka mungkin akan mempengaruhi efektifitasnya.
e. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya diterima
mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan
ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan
persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
perasaan kurang percaya kepada pimpinan.
12
3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar
dan adil
5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu
bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir
6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and
punishment yang jelas dan tegas
7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar
memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi
gawat lainnya
9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
10. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara
teratur dan rutin
13
Manajer memegang peranan penting dalam motivasi staf untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan karakteristik stafnya dan
berusaha memberi tugas sebagai usaha untuk memotivasi staf. Kegiatan yang harus
dilakukan manajer dalam memotivasi staf yaitu:
a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada staf
b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf
c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai
d. Mengembangkan konsep kerja tim
e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan
setiap staf
g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan
dibuat organisasi
3. Komunikasi
Komunikasi menurut Simmamoro, R. (2012) adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja
sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan
berarti dalam hubungan antar manusia.
Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik sedangkan menurut jenisnya komunikasi dibedakan menjadi komunikasi
verbal, non verbal dan komunikasi tertulis yang dapat dimanifestasikan secara
terapeutik.
Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan suasana
kerja yang kondusif dalam suatu lingkaran organisasi yang akan menumbuhkan
kerjasama yang baik dalam berbagai kegiatan.
14
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Pelaksanaan supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data
sekunder:
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
3. Pasca-Supervisi - 3F
f. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
F. Pendelegasian Tugas
15
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya
untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu
dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung
jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting
dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi
agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya.
a. Aspek penting dalam pendelegasian
1) Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya
menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi
2) Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas
penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang
"berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di
mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3) Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi
sebagai berikut:
a) Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan
pada waktu depan yang telah ditentukan (desired results).
b) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus dicapai,
bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama diarahkan kepada
hasil produksi.
16
c) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab,
kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan
akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin
b. Alasan pentingnya pendelegasian
1) Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap
tugas sendiri.
2) Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3) Agar organisasi berjalan lebih efisien
4) Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan
5) Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari
kesalahan
6) Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan.
7) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
8) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting
9) Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar
dari kesalahan atau keberhasilan
c. Cara melakukan delegasi
1) Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah
2) Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
3) Menyetujui standar kerja
4) Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
5) Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan
wewenang baik secara lisan maupun tulisan.
6) Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik
prestasi yang dicapai
17
7) Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan-keluhannya.
8) Bantu mereka untuk memecahkan masalah dengan memberikan ide-ide baru
yang bermanfaat.
9) Memberikan 'reward' atas hasil yang dicapai
10) Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan
d. Teknik pendelegasian
Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang
dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala
unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup
kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas
seharusnya dirangkum dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan
sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.
e. Jenis pendelegasian
1) Pendelegasian Suruhan
Pendelegasian suruhan berarti "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan
beritahu saya ketika sudah selesai." Pendelegasian dengan cara ini banyak
digunakan oleh manager karena mereka berpikir metode yang dilakukan pasti
tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
2) Pendelegasian pengurusan
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode,
memberikan secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci
apa yang harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada
anak buah dan membuat mereka bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian
metode pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak buah dan
kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan
menghasilkan yang terbaik dari diri manusia.
f. Penyebab gagalnya pendelegasian
1) Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan.
18
2) Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya
3) Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya
4) Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik
dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan
5) Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang
sudah diterima.
6) Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan dikatakan
gagal
7) Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi. Pengarahan yang
efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan. Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan
bisa secara individu maupun secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan
ini selalu melakukan secara rutin dengan maksud menjalin komunikasi secara vertikal
maupun horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif.
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila
bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang
ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat
melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat mempelajari dan memahami
mengenai manajemen keperawatan khusunya dalam fungsi pengarahan. Semoga
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penyusun/penulis. Apabila ada kritik dan saran
mohon arahannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Marquis, B., & Huston, C. (2012). Leadership roles & management functions in nursing: Theory
Mugianti, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Manajemen dan Kepemimpinan
21
22
MANAJEMEN
KELOMPOK 4
TINGKAT 3A
KONSEP DASAR
TUJUAN PENGARAHAN
ONSEP DASAR PENGARAHAN
1. Tugas rutin.
2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya
3. Penyelesaian masalah
4. Peningkatan kemampuan.
5. Kapan pendelegasian tidak diperlukan. Seorang manajer harus
berhatihati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu,
yaitu: Tugas yang terlalu teknis, dan Tugas yang berhubungan
dengan kepercayaan dan kerahasiaan,
EGIATAN YANG TIDAK BOLEH
DIDEGELASIKAN
1. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan.
2. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan, dan
intervensi atau tindak lanjut.
3. Penyusunan dan evaluasi recana keperawatan.
EBERHASILAN PENDEGELASIAN
Kelompok 4
Anjeli Parumpa
Dewi Livia Pabaru
Faustino Atbar
Gabriella Masseng
Lusia C L Namang
Mariana
Maria Goreti D Wangak
Putri Masarrang
Surya Nataniel
Wiwin Asmiranda
Konsep Dasar Manajemen keperawatan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang
inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui ; saling memberi
motivasi, membantupemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan koaborasi dan koordinasi
Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengrahan pada manajemen keperawatan
menurut Swansburg :
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan
perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas perawat
pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterprestasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen
Indikator Pengarahan yang Baik
1. Coordination
2. Motivasi
3. Komunikasi
Langkah_Langkah Supervisi Ruang Rawat
Pra supervise
Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
Supervisor menetapkan tujuan
Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur yang telah
disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi masalah
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder.
Pasca supervisi 3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F – Fair).
b. Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi
• Pengertian Pengarahan
• Makna pengarahan
• Fungsi Pengarahan
• Konsep Pengarahan
• Tujuan pengarahan
• Faktor – faktor pengarahan
Pengarahan yang dilakukan Apakah makna pengarahan dalam manajemen
pimpinan keperawatan dapat keperawatan?
dikatakan efektif bila bawahan 1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf
atau staf atau perawat perawat / perawat pelaksana
pelaksana dapat 2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu
melaksanakan semua pekerjaan
pekerjaan yang ditunjukkan 3. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai
atau diberikan kepadanya jam masuk sampai jam pulang)
secara konsistensi dengan 4. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan
kebijakan unit dan dapat berapa frekuensi seharusnya dikerjakan
melaksanakan kegiatan
5. (Why) Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan
dengan aman dan nyaman.
6. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau
tempat masing masing
• Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat
dengan perencanaan kegiatan keperawatan di
ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
• Manajer keperawatan harus memiliki
keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari
berkomunikasi dengan pasien, staf, dan
atasan setiap hari.
• Manajer memiliki interaksi dengan staf yang
memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan
tujuan berbeda yang menjadi sumber
terjadinya konflik.
• Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan
memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal
dapat dihindari dan jika konflik dikelola
dengan baik, maka dapat menghasilkan
penyelesaian yang kreatif dan berkualitas.
Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4
komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri
dari:
a. Greeting merupakan saat dimana terdapat
kesempatan untuk menyambut satu sama lain baik
melalui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang
baik dan kompleks seperti memfokuskan ide dan
mengajukan pertanyaan yang memperluas topik.
c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan
berbagai kegiatan yang membantu membangun
komunitas dan memungkinkan semua orang untuk
berkontribusi pada tingkat mereka sendiri.
d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang
dilakukan pada akhir pengarahan, peserta
mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau
dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa
pengumuman dari peserta yang lain.
Lanjutan..
• Komunikator Pihak yang bertugas
menyampaikan, mensosialisasikan dan
juga membangun motivasi pada diri
komunikan terhadap pesan atau
kebijaksanaan sesuai dengan arah dan
tujuan yang diharapkan.
Motivasi Faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan
demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong untuk melakukan
suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan,
memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.
• Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih
produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses
dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan
tercapai, dalam upaya menggapai sasaran / tujuan akhir
dari organisasi
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang
didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap
diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta
memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang
lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek,
dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan
a. Aspek Penting – harapan yang meliputi sebagai berikut:
a. Menekankan pada tercapainya hasil – hasil yang
dalam Pendelegasian didambakan atau diinginkan pada waktu depan
yang telah ditentukan (desired results).
b. Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang
apa yang harus dicapai, bukan bagaimana
mencapainya, di mana fokus utama diarahkan
kepada hasil produksi.
c. Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban membuat / memberi
laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir
tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh
pemimpin
b. Alasan Pentingnya Pendelegasian
• Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada
mereka menangani setiap tugas sendiri.
• Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
• Agar organisasi berjalan lebih efisien
• Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang
lebih diprioritaskan
• Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat
pembelajaran dari kesalahan
• Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang
dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.
• Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan
mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan
ditangani sendiri.
• Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang
lebih penting
• Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk
tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan
sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau
keberhasilan
c. Cara Melakukan Delegasi
• Manajer perawat / bidan pada seluruh
tingkatan dapat menyiapkan tugas – tugas
yang dapat didelegasikan dari eksekutif
perawat sampai eksekutif departemen atau
kepala unit, dan dari kepala unit sampai
perawat / bidan klinis.
2. Pendelegasian pengurusan
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan
pada metode, memberikan secara rinci hasil yang
diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang
harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan
metode kepada anak buah dan membuat mereka
bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian metode
pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak
buah dan kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari
motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang
terbaik dari diri manusia.
• Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan
• Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya
• Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya
• Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik
dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan
• Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang
sudah diterima
• Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan
dikatakan gagal
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
MAKASSAR
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Upaya Pengendalian
Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan”. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat berguna bagi kami sendiri dan orang lain, guna memperluas wawasan ilmu dan
meningkatkan prestasi dalam belajar.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk bisa jadi
evaluasi yang berguna sehingga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
Kelompok 5
SAMPUL JUDUL
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus
globalisasi, pasar bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita,
perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan
teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat
memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan.
Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat kemampuan
masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat.
Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap
profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki
pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (1988), dalam upaya mencapai pelayanan yang
paripurna tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara
internal, antara lain: (1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan
tuntutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen
strategis secara konkrit, (3) mendayagunakan dan mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan dan
(4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan
kesinambungan (Azwar, 1988).
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pelayanan
kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang paripurna
bersifat komprehensif dan holistik. Rumah sakit merupakan organisasi yang
sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian ?
C. Tujuan Penulisan
Diharapkan setelah membaca makalah kami, pembaca dapat :
1. Memahami Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian.
2. Memahami Indikator Mutu Asuhan Keperawatan.
3. Memahami Jenis Pengendalian Ruang Rawat.
4. Memahami Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat.
PEMBAHASAN
c. Manfaat Pengawasan
Manfaat pengawasan dalam manajemen yaitu :
1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh
staf dalam kurun waktu tertentu
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
yang melaksanakan tugas
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi
sudah digunakan dengan tepat dan efisien
4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)
e. Langkah-Langkah Pengendalian/Pengontrolan
Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara
efektif, seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah
pengendalian. Berikut ini adalah langkah-langkah pengendalian atau
pengontrolan :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif
5. Tujuan Pengendalian
Secara singkat fungsi pengendalian untuk mengidentifikasi terjadinya
deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan di bandingkan
dengan perencanaan sebagai umpan balik. Untuk melakukan tindakan
koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.
Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup pencegahan pengendalian
manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang
bersifat pendeteksian.
a. Diperolehnya keterandalan dan integritas informasi
Di era globalisasi ini sistem informasi menjadi begitu penting
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
b. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interkasi secara profesional dengan
pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan meliputi :
1) Angka infeki nosokomial : 1-2%
2) Angka kematian kasar: 3-4%
3) Kematian pasca bedah: 1-2%
4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal: 1/5000
8) PODR (Post-Operation Death Rate) : 1%
9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
2. Pelayanan Keperawatan
Menurut Undang-undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan,
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk
implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien
baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan
memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi (Craven & Hirnle, 2000).
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan
profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien
sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari
yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka
diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk
memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas
c. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat baik berupa fisik maupun nonfisik yang
mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak
lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap
seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam
Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat
d. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien
maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan
perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi
orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses
penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya
kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan
pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan
oleh perawat kepada pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses
penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan
maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.
e. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan
dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya
berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta
penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat
terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara
otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang
B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan, kami sangat mengharapkan
kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah selanjutnya dan kami ucapkan terima kasih.
Astuti, Endri. Jenis Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan. Diakses tanggal 22
Maret 2021. http://mutupelayanankesehatan.net/publikasi/artikel/19-headline/1272-
jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanankeperawatan
Basuki, Duwi. 2018. Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi. Edisi Pertama, Sidoarjo : Indomedia Pustaka.
Mugianti, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen Dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Cetakan Pertama, Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.
https://saidnazulfikar.files.wordpress.com/2011/10/system-pengendalian-manajemen-
bpkp_spm_.pdf Diakses Pada Tanggal 22 Maret 2021 Pukul 09.00 WITA.
Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi. Volume 2. Cetakan Kedua. Surabaya. Airlangga Unniversity Press.
TINGKAT 3B :
MARIS MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul ” Asuhan dan pelayanan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas dari
dosen pengampuh pada mata kuliah Manajemen keperawatan. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan Tentang Asuhan dan pelayanan keperawatan bagi para
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit sebagai
institusi yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang sangat kompleks, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja,
terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian. Rumah Sakit (RS) adalah salah satu
bentuk organisasi yang kegiatannya memberikan pelayanan yang baik, berupa promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga dibutuhkan kinerja karyawan yang baik.
(Suryadi,1999).
Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan termasuk
di Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan di Rumah Sakit
merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan, perawat
harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur
vital dalam rumah sakit, perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari
Rumah Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien
untuk mencapai kesembuhan.
Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan terabaikan, karena perawat adalah
penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien. Asuhan keperawatan harus diberikan
kepada klien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen
yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan profesional yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien diperlukan perawat yang kompeten dalam
bidang tersebut. Kompetensi itu menunjukkan bahwa perawat profesional memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan.
Bentuk asuhan keperawatan tersebut harus memenuhi beberapa fungsi seperti caregiver,
advocate, teacher, communicator/counselor, scholar, collaborator, ethicist, researcher,
manager, facilitator, decision maker dan user of technology.
Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang
baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses
keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan
kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan yang
digambarkan oleh Gillies (1998) mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan pada
proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan penanganan yang
berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan dengan baik, maka
akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat inap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian ?
2. Indicator mutu asuhan keperawatan
3. Jenis pengendalian ruang rawat
4. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian !
2. Untuk mengetahui Indicator mutu asuhan keperawatan!
3. Untuk mengetahui Jenis pengendalian ruang rawat !
4. Untuk mengetahui Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat!
BAB 11
PEMBAHASAN
Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan system
pengendalian manajemen meliputi :
2. Tujuan Pengendalian
Secara singkat fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan
sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pemimpin
dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha
pencagahan pengendalian terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan. System
pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perencangan suatu system maupun pengendalian yang bersifat pendektesian.
b) Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku
b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan
tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih
banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal,
buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pimpinan dan bawahan.
c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis,
maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman,
majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang
harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya
cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan
tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak
dibaca.
Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang
terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan. Pengendalian
adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi
ketidakcocokan antara standar dan kinerja. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan
sumber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Setiadi, 2019)
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu pokok yang dapat
digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang
meliputi:
1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan/
pasien.
3. Assurance (keyakinan/ jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas:
pengetahuan terhadap produk/ jasa secara tepat, kualitas keramahtamahan,
perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan dalam
memberikan informasi, kemampuan di dalam memberikan keamanan di
dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan di dalam
menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi jaminan
ini merupakan gabungan dari dimensi:
a) Kompetensi, artinya ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para
karyawan untuk melakukan pelayanan.
b) Kesopanan, yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para
karyawan.
c) Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan
kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
4. Emphaty (empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi
emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi:
a. Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan.
b. Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari
pelanggan.
c. Pemahaman kepada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan
5. Tangibles (Berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan
karyawan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan
2. Fungsi terapi
b) Pencegahan
c) Tenggang rasa
e) Kebijakan manajemen
3. Fungsi perawatan
c. Bersikap sopan
e. Kebijakan manajemen
3) Efektivitas
7) Keamanan
9) Informasi
11) Keandalan yang mencakup dua hal pokok yaitu: konsistensi kerja dan
kemampuan untuk dipercaya
12) Daya tanggap, yaitu suatu sikap tanggap para karyawan melayani saat
dibutuhkan pasien
13) Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
agar dapat memberikan jasa tertentu
14) Mudah dihubungi dan ditemui
5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan tata nilai
masyarakat.
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi
pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian
manajemen bukanlah suatu system terpisah dalam suatu organisasi, melainkan dianggap
sebagai bagian integral setiap system yang dipakai manajemen untuk mengatur dan
mengarahkan kegiatannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan teknologi
yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan mekanisme atau metode
atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasikan system pengendaliannya yang
berjalan secara terus menerus. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh,
ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. Keterbatasan
perawatan diri. Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.
Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari
penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk.
Kepuasan pasien Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan
yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan.
Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman
yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang
masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik. Kenyamanan,
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan
keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan
menyakitkan PengetahuanIndikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikan dalam program discharge planning.
B. Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang
asuhan dan pelayanan keperawatan agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/36072805/konsep_konsep_dasar_sistem_pengendalian_m
anajemen Diakses Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 08:43 WIB
2. https://saidnazulfikar.files.worrdpress.com/2011/10/system-pengendalian-
manajemen-bpkp_spm_pdfDiakes Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 09.00 WIB
3. https://www.academia.edu/37748594/Pengarahan_dan_Pengendalian_dalam_Manaje
men_Keperawatan
4. Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30.
http://www.rsaudrefram.co.id/wp-
content/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf
5. Depkes Ri (2010). Profil kesehatan indonesia tahun 2009. Jakarta:Kementrian
kesehatan RI
1.
Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan
DISUSUN OLEH:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
“Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan” ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas
bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah - makalah selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi,
peningkatan pendapatan ekonomi, perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri,
kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan
masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan
kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat
kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin
meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap
profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan yang mereka
terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (1988) dalam upaya pelayanan yang paripurna maka
rumah sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1)
Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tentutan perubahan dan
kebutuhan yang spesifik, (2) Menerapkan manejemen strategis secara konkrit, (3)
Mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya,
termasuk tenaga keperawatan, (4) Memanfaatkan pendapatan sendiri untuk
memperoleh kemandirian dan kesinambungan.
Menurut UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan
holistic. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi
memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan
tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan public.
4
Menanggapi dan menyikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat
ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan harus
berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat
terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Menurut Gilles (1994) keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan
posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat. Keperawatan professional secara umum merupakan
tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan
dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta
tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang
paripurna memerlukan manejemen bangsal adalah dengan adanya penambahan
tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun,
penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost
yang harus dikeluarkan rumah sakit untuk anggaran kesejahteraan dan
operasionalpelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu
berupa adanya standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua
pemberian pelayanan keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat.
Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan mungkin
akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi profesionalisme
pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian pelayanan, tidak
tergantung kelas pelayanan, untuk itulah diperlukan adanya suatu standar yang
menjamin perlakuan tibndakan keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun
berbeda kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian
5
yang dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik
keperawatan untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil
penelitian yang ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga
dapat menjamin kualitas pelayanan.
Dari fakta dan fenomena di atas kelompok tertarik untuk Menyusun sebuah
makalah dengan judul “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan”. Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
pembaca khususnya disiplin ilmu keperawatan untuk memahami mengenai konsep
pengendalian mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik ke depannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konsep dasar pengendalian?
2. Apa tujuan pengendalian?
3. Apa indikator mutu asuhan keperawatan?
4. Apa pengertian pengendalian ruang rawat?
5. Apa jenis pengendalian ruang rawat?
6. Bagaimana proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pengendalian.
2. Untuk mengetahui tujuan pengendalian.
3. Untuk mengetahui indikator mutu asuhan keperawatan.
4. Untuk mengetahui jenis pengendalian ruang rawat.
5. Untuk mengetahui proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi manusia
memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem pengendalian
manajemen yang efektif.
3. Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan Keyakinan yang Mutlak
Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada
pertimbangan biaya manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan
pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, sistem
itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi
manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasidalam mencapai
tujuannya.
Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi
adalah contoh faktor-faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian
manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai,tidak mutlak dalam
mencapai tujuan organisasi.
B. TUJUAN PENGENDALIAN
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau
penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai
umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha
pencegahan kemungkinan terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan sistem
pengendalian. Manejemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang bersifat
pendeteksian.
1. Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi
Di era globalisasi ini, sistem informasi menjadi begitu penting bagiorganisasi
dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahan kondisi
dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi
informasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk
mempertahankan keterandalan dan integritas sistem informasi yang penting
dalam suatu sistem pengendalian.
8
2. Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan dan Ketentuan yang
Berlaku
Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang
berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian manajemen.Kegagalan
ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan
usaha koordinasi yang di rancang dalam suatu sistem pengendalian.
3. Melindungi Aset Organisasi
Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimplementasikan untuk
melindungi aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya
pintu gudang penyimpanan barang, direkrutnya satpam,digunakannya
password komputer, dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada
tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak atau berwenang.
4. Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien
Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi
menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang diterapkan bagi
manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil yang maksimal
dengan pengeluaran tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan biaya yang
minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria pengukuran untuk
menilai tingkat ke ekonomisan dan efisiensi. Tujuan pengendalian dapat
dikategorikan bagi kepentingan pihak menejemen dan pegawai organisasi.
oleh karena menajemen organisasi berusaha mencapai visi dan misi
organisasinya dan memberikan akuntabilitas atas kegiatan yang telah
dilaksanakannya, makamanajemen perlu secara terus menerus menilai dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen untuk memastikan bahwa
sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi secara baik,
dimutakhirkansecara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan
lingkungan dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan
organisasi.
C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari
penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu
9
adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang
berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka
mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan
kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya
terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud apabila
didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi. Setiap
profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan pelayanan
yang optimal kepada semua pasien.
Suatu asuhan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam pemenuhan
kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari asuhan yang baik tersebut maka akan
menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan
tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-tingginya.
Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan
dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di
masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan jumlah
terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan keperawatannya
sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau
tidak puas (Nursalam, 2011).
Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal, Parasuraman, Berry dan Irawan (2006)
merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk mengukur kepuasan, yaitu:
a. Tangible (Bukti Langsung)
Meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat
dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu
menggunakan indera penglihatan.
b. Reliability (Keandalan)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya.
Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga reliability
mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti
10
yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat atau
akurat.
c. Responsiveness (Ketanggapan)
Yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus responsif
terhadap kebutuhan pelanggan. Responsiveness juga didasarkan pada persepsi
pelanggan sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pelanggan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
d. Assurance (Jaminan Kepastian)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuannya untuk
memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, dan
keamanan.
e. Emphaty (Empati)
Yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta perhatian secara
individual pada pelanggannya.
Indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan
perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Safety
Kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi
pengobatan), seperti: jatuh, hospital acquired infections, hospital acquired
pneumonia, dan dekubitus.
2. Effectiveness
Pola dan level perawat, sepert: kepuasan perawat, dan persepsi perawat
terhadap lingkungan kerja.
3. Compassion
Pengalaman pasien selama dirawat, dan pengalaman pasien dalam
komunikasi.
1. Caring
11
Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap
dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan perawatan.
2. Collaboration
Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lainnya, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Di sini perawat juga bertanggung
jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
3. Kecepatan
Suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Di mana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh,
tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
4. Empati
Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi
perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaan pasien.
5. Courtesy
Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat
tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral
kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat
pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan
pasien.
6. Sincerity
Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
7. Komunikasi Teraupetik
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.
12
Mutu asuhan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan di
rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan
interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan
etik legal (Syahrudin et al, 2014).
Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu audit
dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survey kepuasan pasien,
survey kepuasan perawat setiap enam bulan sekali, perhitungan lama hari rawat serta
melakukan langkah-langkah perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah
ditetapkan.
14
2. Pengukuran Kinerja Perawat
a. Definisi Kinerja
Penilaian kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja
perawat dalam rangka upaya mengoptimalkan kinerja perawat. Penilaian
kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
secara sistematis yang bertujuan untuk pengenbangan kinerja pegawai
tersebut (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut Sitohang (2007) penilaian
kinerja adalah suatu proses dimana organisasi menilai prestasi kerja dari para
pegawainya.
b. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat
Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Wolo
(2015) kinerja pegawai sangat tergantung pada motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stress, kondsi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan
aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu:
- Faktor individu, yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan
demografi
- Faktor psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, personaliti, pembelajaran dan
motivasi
- Faktor organisasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,
struktur dan desain pekerjaan.
c. Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal berdasarkan kriteria
yang sudah ditetapkan secara rasional dan objektif. pentingnya penilaian
kinerja ini sangat bermanfaat baik untuk kepentingan pegawai dan
kepentingan organisasi. Bagi pegawai penilaian ini berperan sebagai umpan
balik dari kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi serta
pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi hasil penilaian ini sangat
berperan dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutman,
penempatan, sistem imbalan dan berbagai aspek lainnya (Siagian, 2008).
15
Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada
standar praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan
keperawatan yang terdiri dari:
- Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang
dibagi menjadi dua proses yaitu pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pengkajian primer adalah pengkajian cepat untuk
mengidentifikasi massalah aktual atau resiko tinggi ynag berdampak pada
kemampuan pasien unuk mempertahankan hidup. Pengkajian sekunder
dilakukan setelah masalah primer terpenuhi, yang mencakup pengkajian
menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang bertujuan
mengenali masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer,
dapat berupa riwayat penyakit sekaramg, Riwayat penyakit dahulu,
riwayat pengobatan dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
- Diagnosa
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil analisi data yang
ditemukan pada pengkajian yang penulisannya berdasarkan kaidah yang
terdiri dari problem, etiology, symptoms (PES).
- Intervensi
Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponennya berdasarkan
prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan yang
meliputi rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh
perawat berdasarkan ilmu keperawatan.
- Implementasi
Pelaksanaan tindakan yang ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga pasien dan berorientasi pada 14 komponen keperawatan.
- Evaluasi
Merupakan tindakan untuk menilai hasil implementasi keperawatan, bila
tindakan belum teratasi maka perlu dilakukan pengkajian ulang yang
kemudian dilakukan analisis kenapa belum teratasi, kemudian dilakukan
16
rencana ulang, implementasi dan evaluasi kembali yang terdokumentasi
dengan baik.
3. Pengambilan Tindakan Korektif
F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT
1. Pengertian Program Menjaga Mutu
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah
dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan; menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Beberapa istilah yang sama penggunaannya tentang program menjaga mutu
atau program jaminan mutu (PJM) yang sudah dikenal banyak pakar adalah
sebagai berikut:
a. Program pengawasan mutu (PPM) atau quality control program
b. Program peningkatan mutu (PPM) atau quality improvement program
c. Manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management
d. Peningkatan mutu berkesinambungan (PMB) atau continuous quality
improvement (Sataloff et al., 2016)
2. Tujuan Program Menjaga Mutu
a. Tujuan Antara
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil
ditetapkan.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin
meningkatnya mutu pelayanan. Sesuai dengan kegiatan program menjaga
mutu, peningkatan mutu yang dimaksudkan di sini akan dapat dicapai
apabila program penyelesaian masalah berhasil dilaksanakan.
3. Sasaran Program Menjaga Mutu
17
Sasaran program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Setiap pelayanan kesehatan terdapat empat unsur yang bersifat
pokok yakni unsur masukan (input), unsur proses (process), unsur lingkungan
(environment) serta unsur keluaran (output), maka mudah dipahami dalam
praktek sehari-hari jika menyebut sasaran program menjaga mutu. Uraian dari
masing-masing unsur atau sasaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Unsur Masukan
Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah semua hal yang diperlukan
untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan. Unsur masukan ini banyak
macamnya dan yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), dan
sarana (material).
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan
kualitasnya) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard
of personnels and fasilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka sulit diharapkan akan tercapainya mutu
pelayanan yang baik.
b. Unsur Lingkungan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan,
keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan (policy), organisasi
(organization) dan manajemen (management).
Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi, dan
manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar atau tidak bersifat
mendukung maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan.
c. Unsur Proses
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang
dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis (medical
procedures) dan tindakan non medis (non-medical procedures). Secara
umum disebutkan, apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (standard of conduct) maka sulit diharapkan baiknya
mutu pelayanan.
18
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional
oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian
proses ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan,
sarana kegiatan dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus. Baik
tidaknya proses dapat diukur dari:
- Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
- Fleksibel dan efektif
- Mutu proses sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
- Kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan)
d. Unsur Keluaran
Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah sesuatu yang menunjuk
pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
(performance). Penampilan yang dimaksud di sini banyak macamnya dan
secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan
aspek medis (medical performance) dan penampilan aspek non medis
(nonmedical performance). Secara umum disebutkan, apabila kedua
penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard of performance) maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan yang bermutu. Kedua unsur pelayanan
ini saling terkait dan mempengaruhi.
Keluaran sering juga disebut dengan istilah outcome. Outcome adalah
hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari pelayanan
kesehatan atau kepuasan. Outcome jangka pendek contohnya adalah
sembuh dari sakit, cacat dan lain-lain. Sedangkan outcome jangka panjang
contohnya adalah kemungkinan-kemungkinan kambuh penyakitnya atau
kemungkinan sembuh di masa datang.
e. Manfaat Program Menjaga Mutu
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat
yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
19
- Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Peningkatan
efektivitas yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan
mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan benar. Pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan benar-benar sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
- Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan
efisiensi yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan
mencegah tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan
dan/atau yang di bawah standar. Biaya tambahan yang disebabkan
pelayanan yang berlebihan atau karena efek samping akibat
pelayanan yang di bawah standar akan dapat dicegah.
- Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Peningkatan penerimaan berhubungan erat dengan
kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila peningkatan
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
- Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum. Pada saat ini, sebagai akibat dari
meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga tampak semakin
meningkat. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan
hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali
berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin
mutunya.
4. Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
Strategi Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Strategi program menjaga
mutu pelayanan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memastikan indikator mutu yang dipakai, baik indikator input, indikator
proses, maupun indikator output ataupun indikator outcome.
20
b. Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat dinamik dan fleksibel,
dikembangkan sesuai masalah spesifik pada masing-masing bidang
pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan.
d. Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada kuantitas.
e. Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak layanan kesehatan antara
pemberi layanan kesehatan dengan pasien
5. Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap
Asuhan keperawatan menggunakan metodee proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi
kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa
proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan
kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan
keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam,
2006).
Mutu asuhan keperawatan merujuk kepada penampilan (Performance) dari
pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin
sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna juga mutu/kualitasnya (Bacal,
2007).
Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan
keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para
perawatan, serta cara mereka mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut.
Menurut Muninjaya (2007), ciri-cirinasuhan keperawatan yang berkualitas
antara lain:
- Memenuhi standar profesinyang di tetapkan
- Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, dan efektif
- Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
21
- Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat (Kemenkes RI, 2010)
6. Kendali Mutu Sebagai Proses
Pengukuran mutu asuhan Kesehatan merupakan hal yang kompleks, dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif mengharuskan penggunaan proses
yang spesifik dan sistematis. Proses ini jika dilihat secara sederhana, dapat dibagi
menjadi:
- Menetapkan kriteria control
- Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria
- Menentukan cara mengumpulkan informasi
- Mengumpulkan dan menganalisis informasi
- Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang telah ditetapkan
- Membuat penilaian tentang kualitas
- Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan tentang temuan ke
sumber-sumber yang tepat
- Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi (Marquis & Huston,
2013)
22
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana sangat
berkaitan dengan masing-masing proses manajemen lainnya, karena pada prosesnya
dilakukan evaluasi yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Dengan demikian pengendalian dalam prosesnya mencakup penilaian
kinerja staf keperawatan, proses manajemen mutu. Dimana untuk mencapai kualitas
pelayanan yang baik, perlu diupayakan peningkatan kualitas yang terus menerus dan
mempertahankan segala sesuatu yang baik berjalan dengan baik.
B. SARAN
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan da kurangnya rujukan atau referensi
yang ada.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
Upaya
Pengendalian
Mutu Asuhan
Dan Pelayanan
Keperawatan
KELOMPOK 5
Kelompok 5 :
• TISA PAULA DAEBRINA AOME C1814201044
• VITALIA PALLUNAN C1814201045
• WEWEN TARANDA C1814201046
• YENI DOYAWILDA C1814201047
• YOHANES LEONARDO M. A. C1814201049
• YUDA FRANTINO RA’BA C1814201050
• YUSTINA CICI FAUDIN C1814201051
• YUSTINA RANDA BALUDUNG C1814201052
02 INDIKATOR MUTU
ASUHAN KEPERAWATAN
03 JENIS PENGENDALIAN
RUANG RAWAT
LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN
Controll Melindungi aset organisasi
• Menetapkan standar dan metode
mengukur prestasi kerja Pencapaian kegiatan yang ekonomis
• Pengukuran prestasi dan efisien
• Prestasi kerja sesuai standar
• Tindakan korektif dll
INDIKATOR MUTU PELAYANAN
INDIKATOR
INDIKATOR MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
02
01
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Audit merupakan
penilaian/evaluasi dari
pekerjaan yang telah
dilakukan dengan Terdapat tiga kategori audit
menggunakan instrumen yang keperawatan, berikut ini
telah ditetapkan. Peralatan
atau instrumen yang dipilih AUDIT uraian dari ketiga kategori
tersebut :
digunakan untuk
• Audit Struktur
mengumpulkan bukti dan
• Audit Proses
untuk mengevaluasi apakah
• Audit Hasil
standar yang telah ditetapkan
telah dilaksanakan dengan
baik atau belum.
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Menurut Undang-undang Pada proses pngembangan
No.38 Tahun 2014 tentang budaya pelayanan keperawatan
Keperawatan, Pelayanan prima, Gultom (2006)
keperawatan adalah suatu mengembangkan pelayanan
bentuk pelayanan professional keperawatan prima dengan
yang merupakan bagian PELAYANAN menyelaraskan faktor-faktor :
integral dari pelayanan KEPERAWATAN 1. Ability (kemampuan),
keperawatan yang didasarkan 2. Attitude (sikap),
pada ilmu dan kiat 3. Appearance (penampilan),
keperawatan ditujukan kepada 4. Attention (perhatian),
individu, keluarga, kelompok 5. Action (tindakan),
atau masyarakat, baik sehat 6. Accountability (tanggung
maupun sakit. jawab).
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal
Sesuai dengan peranan yang adalah keadaan minimal yang
Kelompok 5
Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan
penerapan system pengendalian manajemen meliputi :
1. Komponen operasi yang terpasang terus menerus
2. Pengendalian manajemen dipengaruhi oleh manusia
3. Memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang
mutlak
System pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang
bersifat preventif berupa perencangan suatu system maupun
pengendalian yang bersifat pendektesian.
1. Diperolehnya integarasi informasi
2. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan
ketentuan yang berlaku
3. Melindungi aset organisasi
4. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009)
menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan
dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus
komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain sebagai berikut :
1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan
pegawai akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau
menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan.
2. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan
lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang
menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang
disampaikan secara lisan dan tatap muka.
3. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang
dikirim secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-
memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan
pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan
yang harus dibaca oleh pegawai.
1. Keselamatan pasien
2. Keterbatasan keperawatan diri
3. Kepuasan pasien
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
6. pengetahuan
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manajer keperawatan
dalam menjalankan fungsi pengendalian :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan
menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara
wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen
(Morgan, 2007).
Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu
pokok yang dapat digunakan untuk mengukur
persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang
meliputi:
1. Reliability (kehandalan)
3. Assurance (keyakinan/jaminan)
4. Emphaty (empati)
5. Tangibles (berwujud)
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yaitu
(Wijono, 2008):
1. Perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan
2. Fungsi terapi
3. Fungsi perawatan
4. Sarana dan prasarana
Mutu pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada
penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara
umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan,
makin sempurna pula mutu/kualitasnya (Bacal, 2007).
Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang
berkualitas antara lain:
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan
tata nilai masyarakat.
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
KELOMPOK 5
KONSEP DASAR