Anda di halaman 1dari 583

MAKALAH

“ PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN SUATU UNIT


RUANG RAWAT SESUAI DENGAN TAHAPAN MENYUSUN
PERENCANAAN DAN STANDAR AKREDITASI ”

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Agti Latupeirissa C1814201001


Ananda Sagita Tandiboro C1814201002
Antjelita Milenia Kabo C1814201005
Bhetrinda Alhamd C1814201006
Chatarina Sentosa Jemali C1814201007
Coleta Antonia Putri J. K C1814201008
Desiana Lestari C1814201009
Dini Alfrianty Pabeno C1814201010
Esra Parereu C1814201011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa,
Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
makalah tentang “ Perencanaan Manajemen Keperawatan Suatu Unit Ruang Rawat Sesuai
Dengan Tahapan Menyusun Perencanaan Dan Standar Akreditasi ”. Dengan harapan
semoga tugas makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.

Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan
tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya.

Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Makassar, 22 Maret 2021

Penulis

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................


B. Rumusan Masalah ........................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan ...................................


B. Jenis Perencanaan Yang Disusun Kepala Ruang Rawat.....................................
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen .......................
D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Diruang Rawat Dan
Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar Akreditasi Nasional Dan Internasional

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen keperawatan merupakan suatu sistem proses pelaksanaan


pelayanan keperawatan melalui anggota staf keperawatan dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien. Prinsip-prinsip dalam manajemen keperawatan ada tiga
prinsip utama yaitu efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi, efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya manusia, dan wajar dalam
pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan diperlukan
peran setiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi staf masing-
masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2011).

fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai tujuan yang


akan ditujukan dengan menerapkan proses keperawatan yang terdiri pada empat
elemen yaitu fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing),
fungsi pengarahan (Actuating), dan fungsi pengendalian (Controlling) yang
merupakan siklus manajemen yang saling berkaitan satu sama lain. Untuk penerapan
manajemen keperawatan diruang rawat inap memerlukan kepala ruang yang
memenuhi standar sebagai manajerial. Kepala ruang memiliki tanggung jawab dalam
pemberian kesejahteraan fisik, emosional dan kedudukan kepada perawat dengan
pengelolaan pelayanan keperawatan di ruangan dengan menggunakan proses
manajemen keperawatan yaitu melalui fungsi-fungsi manajemen tersebut. Sehingga
perawat termotivasi senantiasa meningkatkan kinerjanya dan koordinasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas
kepada pasien (Keliat, 2012).

Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah


pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana
kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus di capai, bagaimana cara
mencapainya,serta kegiatan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep dasar, tujuan, syarat, dan komponen perencanaan ?
2. Apa saja jenis perencanaan yang disusun oleh kepala ruang rawat?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen ?
4. Apa saja perencanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan , syarat dan komponen perencanaan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun oleh kepala ruang rawat
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
4. Mengetahui perencanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas sesuai dengan standar akreditasi nasional dan internasional
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan


1) Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa,
dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan
yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan
menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan
ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan
puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga
tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan, perencanaan
adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang dalam
pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah – langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah
pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu
rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/
tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan
selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan
melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam
piramida hierarki. Hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu,
komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.

Misi

Filosofi

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

Kebijakan

Prosedur

Aturan
3) Tujuan perencanaan

Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:

a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran


dan tujuan.
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan
fasilitasyang tersedia.
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis.
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya.
f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang,
sehingga membantu menurunkan elemen perubahan.
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif.

4) Manfaat perencanaan

Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:

a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan


perubahan-perubahan lingkungan.

b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran


operasi lebih jelas.

c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.

d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.

e) Memudahkan koordinasi.

f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah


dipahami.

g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.Menghemat waktu dan

dana.
5) Syarat perencanaan

Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:

a) Factual atau realistis

Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau


realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan
wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi
keperawatan.

b) Logis atau rasional

Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional.


Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal
sehingga dapat dijalankan.

c) Fleksibel

Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang


fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat
disesuaikan dengan kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti
perencanaan dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen

Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi


seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan
organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif,
artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara
langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.
6) Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a) Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang
yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat,
prosedur tetap dan lain-lain.

b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindak lanjuti hasil
atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.

c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditas.

d) Mekanisme umpan balik


Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil.

e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

B. Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan

Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan terdiri dari:

1. Rencana jangka panjang


Atau sering disebut juga perencanaan strategis adalah bagian dari
manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan
adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada
di lingkungan organisasi sehingga organissi dapat melakukan tindakan adaptif
dalam tuntutan perubahan disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan
jangka panjang yang didaamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan,
sehingga membagi perencanaan strategi meliputi tahap inisiasi proses, aturan
tujuan,, arti akhir dari hubungan, penjeasan dari perencanaan strategi dan tingkat
kepuasan yang terintegritas.

2. Rencana jangka menengah


Adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu
antara satu tahun sampai dengan lima tahun.

3. Rencana jangka pendek


Disebut sebagai perencanaan operasional adalah perencanaan yang dubuat
untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai dengan satu tahun.

Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah


jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan.
1. Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai
dengan perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan
disesuaikan dengan peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum
operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
a) Rencana harian kepala ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi : Asuhan
keperawatan, Supervisi Katim dan Perawat pelaksana, Supervisi tenaga
selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang terkait.

b) Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian ketua tim adalah: Penyelenggaraan asuhan
keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung
jawabnya, Melakukan supervisi perawat pelaksana, Kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lain, Alokasi pasien sesuai perawat
yang dinas.

2. Rencana Bulanan

Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan
titik rencana.

a) Rencana bulanan karu


Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil
keempat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut
kepala ruangan akan membuat rrencana tindak lanjut dalan rangka
peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup rencana bulanan
karu adalah:
a. Membuat jadwal dan memimpin case conference
b. Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok
keluarga
c. Membuat jadual dinas
d. Membuat jadual petugas TAK
e. Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
f. Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
g. Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan
perawat pelaksanaan
h. Melakukan audit dokumentasi
i. Membuat laporan bulanan

b) Rencana bulanan ketua tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang
keberhasilan kegiatan yang dilakukan ditimnya. Kegiatan-egiatan yang
mencakup rencana bulanan katim adalah:
a. Mempresentasikan kasus dalam case conference
b. Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
c. Melakukan supervisi perawat pelaksana

3. Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam
satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses
kegiatan (aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek
professional) serta evaluasi mutu pelayanan
a. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
b. Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih
rendah pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah
dicapai MPKP bahkan meningkatkannnya di masa mendatang
c. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir
perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi
untuk melanjutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan.

C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen

Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi yang
akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang
dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat perencanaan adalah:
1. Pengumpulan data.
2. Analisis lingkungan

a. Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar. Oleh
karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan tujuan. Perawat
sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal semestinya perawat lakukan dan
melakukan hal-hal yang mestinya perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena
sebagian besar perawat lupa merumuskan tujuan dari setiap langkah yang
diambilnya sehingga sering kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya
berputar-putar. Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi
layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana cara
mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis yang dapat
dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan masalah dengan
suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan analisis “tulang ikan”.

b. Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.


Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi
sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di kelompokkan menurut
kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus di ingat baik – baik oleh para
pengguna analisis SWOT bahwa analisis SWOT adalah semata – mata alat
analisis yang di tujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau
yang mungkin akan di hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis
“ajaib” yang mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah –
masalah yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut
terbagi atas empat komponen dasar berikut:
1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari
keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
4. Threat (T).
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang pula
beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya bergantung pada
kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing subkomponen adalah
pengejawatahan dari masing – masing komponen, seperti komponen Strength
mungkin memiliki 12 subkomponen, komponen weakness mungkin memiliki
8 subkomponen, dan seterusnya. Terdapat 2 model analisis SWOT yang
umum di gunakan dalam melakukan analisis situasi antara lain model
kuantitatif dan model kualitatif.
a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan ini
terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka,
selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa setiap satu
rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan Weakness (W),
dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki pasangan satu
Threat (T).

b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif,


tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan
besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari
masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif, setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak
terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-W-
O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama lain.
Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau program
dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora, 2012). Pada
analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen yang
ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan contoh
pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).Data tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan
(weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang meliputi aspek
peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).

2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai
dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi perusahaan.

3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh
faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.

4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan


nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS
adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan
EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Kuadran)
untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan
tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi dengan
tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi
faktor ancaman dari luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan tetap
ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.

c. Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david (1989)
yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya, namun
menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman
dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan
cocok dengan factor – factor eksternal tersebut. Terdapat empat strategi yang
tampil dari hasil analisis TOWS tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang
tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan meninggalkan
kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar peluang yang di maksud.
Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang dari lingkungan luar. Sering di jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat,
namun organisasi tidak mampu mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan
organisasi untuk menghindari, setidaknya memperkecil dampak ancaman yang
datang dari luar. Strategi WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal
ini, aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke organisasi
sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain.

D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Dan


Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar Nasional Dan Internasional
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang inap
a. Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk
pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian
dengan pembagian peran sebagai berikut:
1) Kepala ruangan
2) Perawat primer
3) Perawat asosiet

Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi
Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan
keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan
sarana serta prasarana yang telah didefenisikan pada pengumpuolan data
sebelumnya.

b. Rencana Strategi Perencanaan


Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan
bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan didalam
Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan
bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format
dan pendekomentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan
wewenang dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,
bagaimana system kepemimpinannya, instalasi yang menunjangdalam proses
keperawatan seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional).
Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi
rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis).

c. Pengaturan dan kegiatan


Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan
penentu kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai
contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan
model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu bulan.

Minggu Uraian rencana kerja


1. Pembuatan struktur organisasi kelompok
2. Orientasi ruangan dan perkenalan
3. Analisa situasi dan perumusan masalah
4. Penyusunan program kerja
5. Penyusunan proposal pelaksanaan model
asuhan keperawatan professional
I 6. Penyusunan jadwal dan rancangan
pembagian peran dalam penerapan model
praktek keperawatan professional
7. Penyusunan format pengkajiankhusu dan
sistim dokumentasi asuhan keperawatan
8. Penyusunan proposal, prosedur
sentralisasi obat dan kelengkapan
administrasinya.
9. Penyusun format supervise
10. Penyusunan format penunjang kegiatan
lainya seperti format kegiatan harian.
11. Uji coba peran
1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional : aplikasi peran,
pendelegasian tugas dan proses
dokumentasi keperawatan
II 2. Penyempurnaan format kajian dan
dokumentasi keperawatan
3. Penyelenggaraan supervise keperawatan
4. Penyelenggaraan sentralisasi obat
5. Persiapan penyelenggaraaan rotasi dinas
24 jam
III 1. Penerapan model asuhan keperawatan
professional: aplikasi peran,
pendelegasian tugas, dan proses
dokumentasi keperawatan
2. Penerapan semua program
3. Penyelenggaraan rotasi 24 jam

IV 1. Evaluasi penerapan model asuhan


keperawatan professional
2. Penyusun laporan

Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu


pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaanya. Inti
dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti
dokumen-dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan,bagaimana deskripsi
tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).

d. Persiapan pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara laian
bentuk system dokumentasi keperawatan, format pengajian, format perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Termasuk didalam persiapan ini adalah mengevaluasi
kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan criteria : apakah
sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau
dipahami semua perawat yang ada diruangan, apakah efesien dan efektif dalam
pelaksanaanya. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang
model pendokumentasian yang sesuai.

e. Persiapan evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan tekhnik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan
sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatanya secara umum.
Fungsi perencaaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa daolam keperawatan, perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.

3. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas

Menurut menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan unit pelaksana
teknik dinas kesehatan kabupaten/kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinaambungan di puskesmas, maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang
ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasu. Puskesmas wajib untuk di
akreditasikan secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi
merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai fasiloitas pelayanan kesehtan
tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap system manajemen,
system manajemen mutu dan system penyelenggaraaan pelayanan dan program, serta
penerapan manajemen risioko, dan bukan sekedar penelitian untuk mendapatkan
sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan
hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petuhgas. Prinsip ini
ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakkan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Perencanaan yang baik harus sesuai dengan sasaran, bersifat sederhana,
mempunyai standar dan menggunakan sumber yang tersedia dan efektif serta efisien
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Dedi. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-RuzzMedia

Simamora. (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suarli, S.; Amalia Safitri; Yanyan Bahtiar; Rina Astikawati. Manajemen keperawatan : dengan
pendekatan praktis / S. Suarli, Yanyan Bahtiar ; editor, Amalia Safitri, Rina Astikawati. Jakarta
:: Erlangga,, 2009.

Butar-butar,Junita.,Roymon H Simamora.2016.Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan


dengan tingkat kepuasan pasien Rawat Inap RSUD Pandan Kabupaten Tapanui
Tengah.Jurnal Ners Indonesia, Vol 6 (1),51-64.

Darmawan,D.2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja (1st ed).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Simamora,R.H.(2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksanaan Terhadap Penerapan Fungsi


Pengorganisasian yang dilakukan oleh Kepala Ruangan dengan kinerjanya Di Ruang Rawat Inap RSUD
Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak Dipublikasikan).

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

_____.____. HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU
Diakses tanggal 29 September 2017

https://www.scribs.com/document/402986176/manajemen-askep-di-rs-sesuai=standar-
nasional-akreditasi-di-rumah-sakit-.docx.

Okthafiani, dkk. 2018. Makalah manajemen asuhan keperawatan di rumah sakit sesuai
standar nasional akreditasi di rumah sakit. Cilacap, prodi S1 KEPERAWATAN.
Renaldi, dkk. 2017. Makalah Kepemimpinan Dan Manajemen. Stikes Budi Luhur. Cimahi 21
februari
MAKALAH PERENCANAAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPUH : FITRIYANTI PATARRU, Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :

AGNES MONICA (C1814201053)

ALOSIA TOANUBUN (C1814201055)

CRYSTINA NATALIA (C1814201060)

FEBE MEISKE (C1814201067)

KRISOGONUS ZETH TETURAN (C1814201075)

LUSI YOHANA JAWAMARA (C1814201078)

MARGARETHA MELANIA (C1814201081)

SCOLASTIKA PASUDI (C1814201094)

SRY ELVANI TANDI TOLLA (C1814201096)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/202

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah “ Perencanaan
Manajemen Keperawatan”. Dalam makalah ini akan dijabarkan mengenai : 1). Konsep dasar,
tujuan,syarat,komponen perencanaan, 2). Jenis perencanaan yang disusun kepala ruan rawat, 3).
Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen, 4). Perencanaa dalam manajemen
asuhan keperawatan di ruang rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi
nasional dan internasional.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampuh, serta semua pihak yang
terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga sampai kepada mahasiswa.

Makassar, 23 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................................... i

Daftar isi .................................................................................................................................... ii

Bab 1 pendahuluan ..................................................................................................................... 1

A. latar belakang ................................................................................................................. 4


B. rumusan masalah ........................................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5

Bab II Pembahasan

A. konsep dasar ,tujuan,syarat,komponen perencanaan ...................................................... 6


B. jenis perencanaan yang disusun kepala ruangan rawat ................................................... 10
C. proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen ..................................... 13
D. perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat dan puskesmas yang
sesuai standar akreditasi nasional dan internasiona ....................................................... 20

Bab III Penutup

A. kesimpulan ..................................................................................................................... 27
B. saran ............................................................................................................................... 27

Daftar pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen , perencanaan adalah proses mendefinisikan
tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu , dan
mengembangkan rencana aktifitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan
proses terpenting dari semua fungsi manajemen , karena tanpa perencanaan
fungsi-fungsi lain tak akan dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai suatu hal yang buruk adalah suatu
hal yang mudah untuk dilakukan , karena itu kita jarang mengartikan frase
mengambil keuntungan dari semua situasi sama halnya dengan kita mengartikan
frase memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan
peraihan kesempatan dalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah
sebagai suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk
merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki
potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah ,
manajer akan telibat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan
sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari sebuah
pemimpin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?
2. Bagaimana jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat ?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
?
4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan
5. internasional?

4
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan
2. Mengetahui jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai dengan standar akreditasi nasional dan
internasional

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan


1) Pengertian Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi dasar manejemen. Perencanaan
adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang
sesuatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana
cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut direncanakan, bagaimana indicator/
tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa selanjutnya atau
berkelanjutan. (Asmuni, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan
keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat
pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan
profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana,
mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien. (Amsuji, 2014).
Perencanaan merupakan upaya sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa
depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
di tetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman
untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti di gambarkan dalam
Piramida hirarki, hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu,
komponen perencanaan pada hierarki trratas lebih umum dibandingkan

6
dibawahnya yang lebih spesifik.(Marquis, Bessie L & Carol . Huston.
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)

Misi
Filosofi
Tujuan umum
Tujuan khusus
Kebijakan
Prosedur
Aturan
3) Tujuan Perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan :
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran
dan tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan
fasilitas yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang. Sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4) Manfaat Perencanaan
Adapun manfaat Perencanaan antara lain :
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan
b) Memungkinkan manejer memahami keseluruhan gambaran
Operasi lebih jelas.
c) Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat.

7
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Syarat Perencanaan
Persyaratan perencanaan menurut Simamora (2012) yaitu :
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau
realistis. Hal ini berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan
wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi
keperawatan.
b) Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau
rasional. Hal ini berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk
akal sehingga dapat dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang
fleksibel. Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat
disesuaikan dengan kondisi dimasa mendatang, sekalipun tidak
berarti perencanaan dapat diubah seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi
seluruh anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan
organisasi.
e) Komprehensif
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat
komprehensif, artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-
aspek secara langsung maupun tidak langsung dalam organisasi.

8
6) Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi , pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen yaitu :
1. Input
dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi
,personel,peralatan dan fasilitas,proses pada umumnya merupakan
kelompok manajer dan tingkat pengelolaan keperawatan tertinggi sampai
keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan
dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
input yang dapat mengukur pada bahan alat system prosedur
atau orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah
dokter,kelengkapan alat,prosedur tetap dan lain-lain.
2. Output
elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
output menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai ,misalnya jumlah
yang dilayani,jumlah pasien yang di operasi ,kebersihan ruangan.
3. Control
control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang professional .evaluasi ,penampilan kerja
perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.
4. Mekanisme umpan balik
mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan
,audit keperawatan dan survey kendali mutu ,serta penampilan kerja
perawat

9
proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan
berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberhasilan
manajemen keperawatan di maksudkan untuk mempermudah pelaksanaan
proses keperawatan,proses manajemen,sebagai juga proses
keperawatan.terdiri atas kegiatan pengumpulan data ,identifikasi masalah
,pembuatan rencana,pelaksanaan kegiatan ,dan kegiatan penilaian hasil
(gillies,1985).
5. Proses
proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan.didalam proses keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejalah,eliminasi resiko,pencegahan komplikasi
.argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal .didalam proses manajemen keperawatan ,bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan
misalnya kecepatan pelayanan ,pelayanan dengan rumah dan lain-lain.

B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat

Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu


dibagi menjadi 3 tipe yaitu

1. Perencanaan jangka pendek


2. Perencanaan jangka menegah dan
3. Perencanaan panjang
a) Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam sampai
dengan satu tahun.
b) Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan
dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis & Huston,
1998),

10
c) sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis
adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai
tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan
yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat melakukan tindakan
adaptif dalam tuntutan perubahan. Perencanaan jangka panjang yang didalamnya
terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan
strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan,
penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi.

Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah perencanaan


jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. Rencana harian adalah
rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai
perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer dan perawat
pelaksana.

1) Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat


yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana.
2) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik
rencana. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini
biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
3) Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali yang dibuat
berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasa dibuat
oleh kepala ruang.

Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian


yaitu :
1. perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah
aktual yang dihadapi saat ini.
2. perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah
timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan organisasi.

11
Sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan dikasih
diklasifikasikan menjadi:
a) pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach)
dan
b) pendekatan analisis SWOT (Strenght, Wakness, Opportunity, dan Treat).

1) Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach)

Pendekatan perkembangan yang menguntungkan adalah perencanaan yang


dilakukan dengan menganalisa sasaran produksi yang dimiliki dan dihubungkan dengan
kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara
sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.

2) Pendekatan SWOT
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa
faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (strenght) dan kelemahan (wakness),
selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan denganpeluang
(opportunity) dan tekanan/ancaman (treat). Setelah diketahui kekuatan kelemahan
peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk mencapai tujuan
organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan kedalam rencana operasional yang
mencantumkan target yang harus dicapai.

Perencanaan keperawatan yang juga penting adalah perencanaan SDM khususnya


SDM keperawatan. Adapun tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah:
1) Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh perencanaan
kebutuhan perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D3, Ners, Ners spesialis)

2) Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi


pendidikan yang tepat.

3) Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa


mendatang

12
4) Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas

5) Mempermudah koordinasi integrasi dan sinkronisasi

Menurut Syahputra (2014) keberhasila suatu asuhan keperawatan kepada klien


sangat tergantung kepada jenis perencanaan yang di susun kepala ruangan diantaranya
adalah:
1. Menunjuk ketua tim yang bertugas dalam ruangan
2. Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang
bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, Mengatur penugasaan atau penjadwalan
5. Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
7. Mengetur dan mengendalikan asuhan keperawatan
8. Mambantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
10. Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit

C. Proses Penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


1. Rencana Kegiatan

Perencanan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam rangka mencapai tujaun yang telah ditentukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna.

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


RUK sam adengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun
menjelang perganatian tahun anggaran kegiatan baru.

b. Rencan Kerja dan Anggaran (RKA)

13
RKA merupakan pengembengan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara
pembuatan anggran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

c. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)


DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman
pelaksanaa penggunaan anggaran kegiatan.

2. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dapt diartiakan sebagai proses kegiatan


yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan
oleh puskesmas. Untuk meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan masyarakat
dalam upaya mengatasi masalah kesehatan diwilayahnya

Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana kegiatan


puskesmas pada tahun yang akan datang dilaksanakan secara sistematis ntuk mengatasi
masalah atau sebagaian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya. Perencanaan
tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:

1. Tahap persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan
dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan
dengan cara :

a) Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat


Puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas.
b) Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi
keberhasilan penyusunan Perencanaaan Tingkat Puskesmas.
c) Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota,Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen
Kesehatan.

14
2. Tahap analisis situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan
pengumpulan data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data
umum dan data khusus.
Data Umum :

a) Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah mencakup
luas wilayah, jumlah desa / dusun / RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
Data Sumber Daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa), mencakup :
1) Ketenagaan (Format – 2a)
2) Obat dan bahan habis pakai (Format – 2b)
3) Peralatan (Format – 2c)
4) Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah),
masyarakat, dan sumber lainnya (Format – 2d)
5) Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik,
meubelair, kendaraan (Format – 2e)
6) Data Peran Serta Masyarakat (Format – 3): Data ini mencakup jumlah Posyandu,
kader,dukun bayi dan tokoh masyarakat.
7) Data Penduduk dan Sasaran Program ( Format – 4): Data penduduk dan sasaran
program mencakup : jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin,
kelompok umur (sesuai sasaran program), sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan,
keluarga miskin (persentase di tiap desa / kelurahan). Data ini dapat diperoleh di
kantor Kelurahan / Desa, Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota.
8) Data sekolah ( Format – 5): Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan
setempat, mencakup jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah
UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS , dan lainnya.
9) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format- 6): Data
kesehatanlingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan /

15
minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih,
jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah

Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas), jenis data ini antara lain
meliputi :

1) Data Status Kesehatan terdiri dari : data kematian (Format -7),Kunjungan


Kesakitan (Format – 8), Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang
ditemukan (Format – 9).
2) Data Kejadian Luar Biasa (Format – 10), dapat dilihat pada Laporan W1
(Simpus).
3) Data Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap
desa / kelurahan, dapat dilihat dari Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas
(Format – 11).
4) Data Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau
pihak lain (Format – 12).

3. Tahap penyususnan rencana usulan kegiatan


Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan beberapa hal, yaitu, bahwa penyusun Rencana Usulan Kegiatan
bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode
sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah serta untuk menyusun
rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di wilayah tersebut
dan kemampuan Puskesmas.
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu
Analisa Masalah dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.

a) Analisa Masalah :
Dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan
Tingkat Puskesmas diantaranya melalui tahapan : identifikasi masalah, Perumusan
masalah, dan Merumuskan akar penyebab masalah.
b) Identifikasi masalah:

16
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut
jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
c) Menetapkan urutan prioritas masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus,
ketidak-tersediaan teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah
lainnya, maka perlu dipilih masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak
dicapai kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai macam metode
seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dan sebagainya. Penetapan penggunaan
metode tersebut diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.

Merumuskan masalah
Tahap merumuskan masalah mencakup mencakup apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila
mana masalah itu terjadi (what, who, when, where and how).

Mencari akar penyebab masalah


Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode:
1) diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan karena
digambarkan membentuk tulang ikan),
2) pohon masalah (problem trees)

Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :

1) Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja
manajemen alat, obat dan dana.
2) Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non medis.
3) Lingkungan

Mencari penyebab masalah dengan menggunakan “pohon masalah (problem


trees)”Menetapkan cara-cara pemecahan masalah Untuk menetapkan cara pemecahan masalah

17
dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila tidak terjadi kesepakatan dapat
digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan masalahnya.

Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dapat dilakukan bersama


masyarakat melalui pengumpulan data secara angsung di lapangan (Survey Mawas Diri). Tetapi
apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, maka identifikasi dilakukan melalui
kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh petuga Puskesmas dengan melibatkan
masyarakat.

Survey Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut.
Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian
data masalah dan potensi yang ada. Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi
potensi melalui sekelompok orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya
dimulai dengan pembentukan tim, menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria penilaian
masalah dan menetapkan urutan prioritas masalah berdasarkan kriteria penilaian .

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Penyusunan Rencana Usulan


Kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan
upaya kesehatan penunjang, yang meliputi :

1) Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana,


operasional dan program hasil analisis masalah).
2) Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada
tahun sekarang.
3) Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke
dalam format RUK Puskesmas

Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan


memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional,

18
maupun daerah sesuai dengan masalah yang ada sebagai hasil dari kajian data dan
informasi yang tersedia di Puskesmas.

4. Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan.


Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan secara
bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan
Puskesmas yaitu keterpaduan.

Langkah-langkah penyusunan RPK adalah :

 Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.


 Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
 Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
 Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
 Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

3. Pemecahan Masalah Terpilih

Dari beberapa alternative pemecahan masalah yang ada, dilakukan pemilihan


prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan teknik criteria matrik. Adapun criteria
yang digunakan sebagai berikut:

1. Efektifitas
M (Magnitude) : besarnya masalah yang dapat diselasaikan
I (Impotency) : pentingnya cara penyelesaian maasalah
V (Vunerability) : sentivitas cara menyelesaikan masalah

2. Efisensi

19
Menunjukkan pada pemakaian sumber dana (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar, makin besarnya biaya yang digunakan untuk melaksanakan
jalan keluar tersebut, untuk mengukur nilai prioritas (p) untuk setiap alternativ jalan
keluar dengan memberikan hasil perkalian nilai M x I x V dengan nilai C, jalan keluar
dengan nilai P tinggi adalah prioritas adalah jalan keluar yang terpilih.

4. Evaluasi Kegiatan

Dinkes kabupaten atau kota dan provinsi secara rutin menetaokan target atau
standar kebersihan masing-masing kegiatan program, yang merupakan standar untuk
kerja (stasndar performance) staf. Standar untuk kerja merupakan ukuran kualitatif
keberhasilan program. Tingkat keberhasilan program secara kualitatif diukur dengan
membandingkan target yang ditetapkan output (cakupan pelaayanan).

D. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat dan


Puskesmas yang sesuai standar akreditasi Nasional dan Internasional
1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat inap
a) Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan
di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian
peran sebagai berikut :
 Kepala ruangan
 Perawat primer
 Perawat asosiet
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi
Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaran model asuhan keperawatan
sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana
yang telah di identifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.
b) Rencana strategi perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan
bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam
Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk
20
dan penerapan praktek keperawatan yang professional, bagaimana format dan
pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat mengatur tugas dan
wewenang dari masing-masing perawat diruangan, jadwal kerja dari masing-masing
perawat, bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya,
instalasi yang menunjang dalam proses seperti farmasi, radiologi, laboratorium, gizi
(jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian lain yang turut mendukung di
dalam organisasin rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non medis).
c) Pengaturan dan kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai
dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya.
Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam
penerapan model asuhan keperawatan professional yang akan dilakukan dalam satu
bulan.
Min Uraian rencana kerja
ggu
I 1) Pembuatan struktur organisasi kelompok
2) Orientasi ruangan dan perkenalan
3) Analisa situasi dan perumusan masalah
4) Penyusunan program kerja
5) Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan
professional
6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan
model praktek keperawatan professional
7) Penyusunan format pengkajian khusus dan sistem dokumentasi asuhan
keperawatan
8) Penyusunan proposal prosedur sentalisasi obat dan kelengkapan
administrasinya
9) Penyusunan format supervisi
10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnya seperti format kegiatan
harian
11) Uji coba peran

21
II 1) Penerapan model asuhan keperawatan professional aplikasi peran,
pendelegasian tugas dan proses dokumentasi keperawatan
2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi keperawatan
3) Penyelenggaraan supervisi keperawatan
4) Penyelenggaran sentralisasi obat
5) Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam

III 1) Penerapan model asuhan keperawatan professional: aplikasi peran,


pendelegasian tugas, dan proses dokumentasi keperawatan
2) Penerapan semua program
3) Penyelenggaran rotasi 24 jam
IV 1) Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan professional
2) Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaannya,
selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai
menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen –dokumen untuk pemberian bukti
pelaksanaan, bagaimana deskrpsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal
(pembagian tugas).
d) Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain
bentuk sistem dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasinya. Termasuk di dalam persiapan ini adalah
mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan kriteria
: apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah
dipahami semua perawata yang ada diruangan, apakah efisien dan efektif dalam
pelaksanaannya. Dari pertanyaaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang
model pendokumentasian yang sesuai.
e) Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan
sekaligus didalamnyan adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala

22
ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan perencanaan
membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan.
1. Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu :
a. Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b. Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c. Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto,
2008).
2. Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam
(2007) yaitu :
a. Pengkajian-pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak
hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien melainkan juga mengenai
institusi (rumah sakit atau puskesmas) : tenaga keperawata, administrasi, dan
bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini di maksud untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menengakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen Keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu

23
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.
2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatana dalam mengelola suatu organisasi keperawatan
dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :
 Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
 Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
 Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
 Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
 Manajemen keperawatan harus terorganisir
 Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
 Divisi keperawatan yang baik
 Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
 Pengembangan staf
 Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu).
Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat
dan bertanggung jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang
dikelola oleh kepala ruangan yaitu:
o SDM Keperawatan
o Sarana dan prasarana
o Biaya/anggaran
o Sistem informasi
o Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
o Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.
o Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
 Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
 Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan

24
 Mengelola keuangan
 Mengelola SDM keperawatan di ruangan
 Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift
 Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
 Mengorientasikan dan mengembangkan staf
 Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain
 Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien

3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap


Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf
keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional, diterapkan untuk
menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung
jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin,
memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 2010).
Manajer harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan asupan pasien. Upaya yang harus dilakukan untuk menghindari kekurangan
dan kelebihan personalian saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien. Kebijakan
prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan dikomunikasikan kepada semua
staf. Kebijakan dan penjadwlan tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan
atau kontrak pekerja. Kebijakan ketenagaan harus diteliti secara berkala untuk
menentukan apakah memenuhi kebutuhan satf dan organisasi. Upaya harus terus
dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif
(Marquis dan Huston, 2010).
4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan

25
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen resiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu
dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan
yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala
paling sedikit 3 tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen,
sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta
penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat
akreditasi. Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan
hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di
tegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan


profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat di
pertahankan bahkan di tingkatkan,dengan melibatkan pentingnaya fungsi perencanaan ,di
butuhkan perencanaan yang baik dan professional
fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang di
laksananakn oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana,ketua tim, dan kepala ruanga.sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu
di analisis dan di kaji system ,strategi organisasi ,,sumber-sumber organisasi,kemampuan
yang ada ,akrivitas spesifik dan prioritas.proses manajemen merupakan proses yang
holistic ,melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi .sabagi langkah awal dari
proses ini ,langkah teknis yang dapat di pelajari adalah bagaimana keperawatan mampu
memetahkan masalh dengan suatu metode analisis tertentu seperti menggunakan analisis
SWOT dan TWOS

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik,sehingga kita dapat mengetahui tentang menyususn perencanaan
manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat puskesmas agar dapat menjadi pedoman
bagi kita sebagai perawat.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/361572154/MAKALAH-MANAJEMEN-
KEPERAWATAN

Asmuji. 2014. Manajemen keperawatan: konsep dan aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

28
MANAJEMEN KEPERAWATAN
FUNGSI MANAJEMEN: PLANNING

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ANORIUS SATI (C1814201109)
DIAN ASTRID MADIKA (C1814201114)
ESTIEN SOHILAIT (C1814201117)
GRACIELA TALEBONG (C1814201122)
HERLINA LASAMANA (C1814201124)
LORI RIPAL (C1814201132)
MARIA CAROLYN LEPIT (C1814201133)
RAHAYU PATRICIA (C1814201139)
SHERIN AMELYANI (C1814201147)
SINTIKE (C1814201149)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS
TAHUN AJARAN 2020/2021
MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena berkat,
rahmat dan penyertaan-nya, kami dapat menyelesaikan makalah kami tepat waktu.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini, terlebih khusus kepada ibu dosen
yang telah mempercayakan makalah ini kepada kami, sehingga dari makalah ini
pengetahuan kami dapat bertambah. Kami dapat menyelesaikan makalah kami yaitu
makalah Fungsi Manajemen: Planning untuk memenuhi tugas dalam Manajemen
Keperawatan. Kami berharap semoga makalah yang telah kami selesaikan dapat
membantu proses perkuliahan di STIK Stella Maris Makassar, khususnya mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah kami ini dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan, walaupun masih banyak kekurangan
baik dari segi bahasa maupun hasil makalah kami. Kami sadar makalah yang telah
kami buat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari ibu dosen maupun teman-teman.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah Manajemen Keperawatan
ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan dari setiap pembaca.

Makassar, 21 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan .......................................... 2


B. Jenis Perencanaan yang Disusun Kepala Ruang Rawat ........................................... 6
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen ........................... 7
D. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas
yang sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional ......................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan/usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain (Hersey dan Blanchard).
Manajemen adalah pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan
orang lain (G.R Terry). Dalam manajemen, diperlukan peran tiap yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang
harus diperhatikan, yaitu perencanaan, organisasi, penggerakan, dan pengawasan.
Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa
depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk
mewujudkan tujuan (Gitosudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses pengambilan
keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan, penggambaran sistem
organisasi serta keseluruhan memperjelas; misi dan filosofi organisasi,
memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih langkah-
langkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan karyawan
untuk melaksanakannya (Gilles, 1994).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat akan membuat
perecanaan terlebih dahulu. Dalam makalah ini akan dibahas perencanaan yang akan
disusun oleh perawat dalam manajemen asuhan keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat dan Komponen Perencanaan
2. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
3. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen
4. Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan
Puskesmas yang Sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan
1. Konsep Dasar Perencanaan
Konsep dasar Perencanaan keperawatan dalam asuhan keperawatan yang
dipersiapkan oleh perawat harus berhubungan dengan kondisi pasien
berdasarkan pengkajian dan diagnose keperawatan. Perencanaan keperawatan
menjadi dasar perawat dalam mengimplementasikan tindakan yang akan
dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanan keperawatan
seperti menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan dan kriteria hasil yang
diharapkan, merumuskan rencana tindakan keperawatan dan rasional rencana
tindakan keperawatan. Perencanaan keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan yang bermanfaat dalam pelayanan dan asuhan yang akan diberikan
perawat kepada pasien.
Perencanaan adalah upaya manusia secara sadar memilih alternatif masa
depan yang dikehendaki dan kemudian mengarahkan sumber daya untuk
mewujudkan tujuan (Gitosudarmo, 2001). Perencanaan adalah proses
pengambilan keputusan manajerial yang mencakup penelitian lingkungan,
penggambaran sistem organisasi serta keseluruhan memperjelas; misi dan filosofi
organisasi, memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan memilih
langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektivitas tindakan dan menyiapkan
karyawan untuk melaksanakannya (Gilles, 1994).
Perencanaan adalah satu langkah penting yang harus diperhatikan Seorang
perawat sebelum memberikan tindakan keperawatan. Perencanaan meliputi
pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi atau mengoreksi
masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Lyer ct al..
1996 dalam Nursalam.2008). Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan
komponen penyebab dari diagnosa keperawatan. Oleh karena itu, perencanaan
mendefinisikan suatu aktivias yang diperlukan untuk membatasi faktor faktor
pendukung terhadap suatu permasalahan.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang sangat
menentukan dan mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen
lainnnya. Perencanaan harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan
fungsi manajemen yang lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada
pencapaian tujuan, sehingga hasil sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik
yang pada akhirnya akan memudahkan pencapaian tujuan Organisasi.

2
Intervensi atau Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai setiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada kiien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan
dan keperawatan klien dapat diatasi.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang
lainnya. Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan,
sehingga sistem kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya
akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi.
Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan,
pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer
atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja
yang harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang
baik mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktor-
faktor produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya
2. Tujuan Perencanaan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah membuat suatu kerangka
konsep berdasarkan Kebutuhan individu keluarga dan masyarakat seperti yang
disampaikan oleh Yura dan Waish (1983) bahwa proses keperawatan adalah
suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan
keperawatan meliputi: mempertahankan kesehatan optimal, kembali ke keadaan
normal, dan manfaat fasilitas kualitas hidup.
Tujuan perencanaan dalam manajemen:
a) Meningkatkan peluang untuk sukses
b) Menstimulasi berpikir analisis
c) Mencegah terjadinya krisis manajemen
d) Memfasilitasi berpikir kritis dan membuat keputusan secara fleksibel
e) Meningkatkan keterlibatan staf dan komunikasi
f) Menjamin biaya yang efektif
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan. Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut
Dermawan (2012) yaitu :

3
a) Tujuan administratif
1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok
2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan
lainnya
3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan
4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien
b) Tujuan klinik
1) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan
2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat; apa yang diajarkan,
diobservasi dan dilaksanakan.
3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan.

3. Syarat Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik sentunya harus dirumuskan. Perencanaan yang
baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus di penuhi, yaitu faktual
dan realistis, logis dan rasional, fleksibel, dan komprehensif.
a. Actual dan realistis
Artinya bahwa perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi
kesehatan Rumah sakit/puskesmas harus sesuai dengan fakta dan kondisi
tertentu yang akan di hadapi oleh organisasi kesehatan tersebut.
b. Logis dan rasional
Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan dapat diterima oleh
akal (logis) dan rasional sehingga dapat dilakukan.
c. Flekabel
Artinya bahwa perencanaan yang baik sifatnya fleksibel dan sifatnya
tidak kaku Perencanaan tersebut harus bisa beradaptasi dengan perubahan-
perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang.
d. Komitmen
Artinya perencanaan yang baik harus memilih melahirkan komitmen
terhadap seluruh anggota organisasi untuk dapat bersama-sama berupaya
mewujukdan tujuan organisasi.
e. Komprehensif
Artinya bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh dan
mengkoordinasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung
terhadap suatu organisasi kesehatan (rumah sakit/Puskesmas).

4
Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan satu bagian saja, akan
tetapi juga kan mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian
lain dalam organisasi kesehatan tersebut.
f. Rencana harus mempermudah pencapaian tujuan organisasi.
Perlu kita ketahui bahwa rencana yang kita susun agar dengan maksud
guna mempermudah realisasi pencapaian tujuan dasar organisasi yang
sudah dan awal mempunyai visi dan misi bersama yang sudah pasti dan
terperinci pelaksanaannya dengan tidak mempersulit tujuan awal dan dasar
organisasi. Rencana harus dibuat olch orang-orang yang benar-benar
memenuhi tujuan organisasi kesehatan (Rumah sakit/puskesmas) rencana
harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mendalami teknik
Perencanaan.
g. Rencana harus diteliti secara merinci
Ketelitian dalam penyusunan rencana sangat diperlukan, karena ini
menyangkut berhasil tidaknya suatu rencana dalam perealisasinya. Langkah
petimbangan sebelum perealisasian sangat penting untuk merinci dan
menentukan apa saja yang benar-banar diperlukan baik dalam hal
perencanaannya maupun perealisasiannya.
h. Rencana tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksanaan
Rencana yang dibuat harus benar-benar konsisten terhadap tujuan dan
tidak lepas dari pemikiran pelaksanaan agar tidak terjadinya penyimpangan
dari tujuan awal dan mempercepat proses perealisasian dengan secara
efektif dan efisien.
i. Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hirarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana dibawahnya. Seperti digambarkan dalam
Piramida hirarki, hirarki melebar pada tingkatan Lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen. Selain itu, komponen
perencanaan pada hirarki teratas lebih umum dibandingkan komponen di
bawahnya yang lebih spesifik (Marquis, 2010),

4. Komponen Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses
manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan
secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu
perencanaan harus mengandung unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why,

5
Where, Who, dan How. Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud
adalah:
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan perincian kegiatan
yang dibutuhkan, sumber daya yang diperlukan dalam melaksanakan
kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan
b. Mengapa tindakan itu harus dilaksanakan? Penjelasan mengapa rencana itu
harus dikerjakan dan mengapa tujuan tertentu harus dicapai
c. Dimana tindakan itu harus dikerjakan? Penjelasan tentang tempat/lokasi
secara fisik dimana rencana kegiatan harus dikerjakan sehingga tersedia
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu
d. Kapan rencana itu harus dikerjakan? Penjelasan kapan dimulainya tindakan
dan kapan selesainya di setiap unit organisasi dengan penggunaan standar
waktu yang telah ditentukan
e. Siapa yang mengerjakan tindakan itu? Petugas yang akan melakukan
kegiatan atau tindakan baik jumlah maupun kualifikasi keahlian, pengalaman
maupun pendidikan
f. Bagaimana cara melaksanakan kegiatan itu? Penjelasan secara rinci teknik-
teknik melakukan kegiatan yang ditetapkan sehingga tindakan yang
dimaksud akan dapat dijalankan dengan benar.
B. Jenis Perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu
dibagi menjadi tiga jenis yaitu, perencanaan jangka pendek jangka menengah dan
jangka panjang. (Asmuji, 2014)
1. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan operasional
adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun waktu satu jam
sampai dengan satu tahun.
2. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan
dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun (Marquis &
Huston, 1998).
3. Perencanaan Jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan strategis adalah
bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai
tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau
perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga organisasi dapat
melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahanPerencanaan jangka

6
panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan,
sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan
tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan
tingkat kepuasan yang terintegrasi.

Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah perencanaan


jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan. (1) Rencana
harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap
hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer
dan perawat pelaksana. (2) Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan
dalam satu bulan. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana
ini biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. (3) Rencana
tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali, yang dibuat berdasarkan
hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasanya dibuat oleh kepala
ruang. (Mugianti, 2016)

Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam:

1. Perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah


aktual yang dihadapi saat ini.
2. Perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul,
antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan kemampuan
organisasi.
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen
1. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach)
Perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sarana produksi yang dimiliki
dna dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan.
Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan
kebutuhan lingkungan. SALING BANGUN: SA (Sarana Produksi) LING
(Lingkungan Masyarakat), BANGUN (Perkembangan yang menguntungkan)
2. Pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat)
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan menganalisa
faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan (Strenght) dan kelemahan
(Weakness), selanjutnya melakukan analisa faktor eksternal yang berhubungan
dengan peluang (Opportunity) dan tekanan/ancaman (Threat). Setelah diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana
strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus

7
diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang mencantumkan target yang
harus dicapai (Riski & Wijaya, 2018)
D. Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
1. Ruang Rawat
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan
keperawatan. Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan
yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa
yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan
adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,
diaman, berapa dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan. Perencanaan
memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan
efektif.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan sumber
yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan. Perencanaan sangat
penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang,
memusatkan perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang
lebih ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin
bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan.
Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk
dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat
inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim dan
kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses manajemen pelayanan
kesehatan akan gagal. (Kamalia et al., 2020)

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan adalah
koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan keperawatan.
Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan keputusan yang diperhitungkan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh
suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Terdapat jenis perencaan yang disusun oleh kepala ruang, yaitu perencanaan
jangka pendek, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang.
Dan dalam proses penyusunan rencana terdapat 2 pendekatan, yaitu pendekatan
perkembangan yang menguntungkan dan pendekatan SWOT.
Perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan
di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien
B. Saran
Mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih banyak lagi mengenai
perencanaan pada proses asuhan keperawatan. Perencanaan sangat penting
sebelum mengambil tindakan sehingga pelayanan yang diberikan dapat
diperhitungkan dengan matang dan menghasilkan output yang baik bagi mahasiswa
saat praktik asuhan keperawatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. (2014). Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Ar-Ruzz Media.

Kamalia, L. O., Said, A., & Risky, S. (2020). Manajemen Keperawatan. In Manajemen
Keperawatan (p. 423).
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cLYHEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=
Perencanaan+dalam+manajemen+keperawatan+di+ruang+rawat+dan+puskesmas+se
suai+standar+akreditasi+nasional+dan+internasiona&ots=rkP25YBd5I&sig=quGaSyZS
VauaJlT5R2UtVivi1Fo&redir_esc=y#v=onepage&q=Perencanaan dalam manajemen
keperawatan di ruang rawat dan puskesmas sesuai standar akreditasi nasional dan
internasiona&f=false

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktek Keperawatan.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Riski, K., & Wijaya, A. (2018). Modul Pembelajaran Managemen Keperawatan. In Stikes
Insan Cendekia Medika.

10
Agti Latupeirissa
Ananda Sagita Tandiboro
Antjelita Milenia Kabo
Bhetrinda Alhamd
Chatarina Sentosa Jemali
Coleta Antonia Putri J. K
Desiana Lestari
Dini Alfrianty Pabeno
Esra Parereu
PENGERTIAN PERENCANAAN

Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa


perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang
tentang apa, siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan
dilaksanakan yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan
puskesmas sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan.
HIERARKI PERENCANAAN
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar
organisasi membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam
bentuk ini, rencana teratas mempengaruhi semua rencana di
bawahnya. Seperti digambarkan dalam piramida hierarki.
Hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah yang
menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan.
Selain itu, komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih
umum dibandingkan dibawahnya yang lebih spesifik.
TUJUAN PERENCANAAN

Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:


• Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan.
• Hal tersebut bermakna pada pekerjaan.
• Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas yang
tersedia.
• Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis.
• Hal tersebut efektif dalam hal biaya.
• Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan.
• Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
• Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif.
MANFAAT PERENCANAAN
 Membantu proses manajemen dalam menyesuaikandiri
dengan perubahan-perubahan lingkungan.
 Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
 Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
 Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk
pelaksanaan.
 Memudahkan koordinasi.
 Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
 Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.Menghemat waktu dan
 dana.
SYARAT PERENCANAAN
 Factual atau realistis
 Logis atau rasional
 Fleksibel
 Komitmen
 Komprehensif
KOMPONEN PERENCANAAN

Menurut Nursalam (2011) manajemen


keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang
saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu:
1. input,
2. proses,
3. output,
4. control mekanisme umpan balik.
JENIS PERENCANAAN DISUSUN
KEPALA RUANGAN
Jenis perencanaan di susun Kepala Ruangan terdiri dari:
1. Rencana jangka panjang
2. Rencana jangka menengah
3. Rencana jangka pendek
PROSES PENYUSUNAN RENCANA
PENYELESAIN MASALAH MANAJEMEN

Proses manajemen merupakan proses yang holistic,


melibatkan banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai
langkah awal dari proses ini, langkah teknis yang dapat
dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti
mengguanakan analisis SWOT dan TOWS.
Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di
Ruang Rawat Dan Puskesmas Yang Sesuai Dengan Standar
Nasional Dan Internasional
1. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang inap :
 Pengorganisasian
 Rencana Strategi Perencanaan
 Pengaturan dan kegiatan
 Persiapan pendokumentasian
 Persiapan evaluasi
2. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas
Menurut menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan unit
pelaksana teknik dinas kesehatan kabupaten/kota adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyrakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.
DISUSUN OLEH :
AGNES MONICA (C1814201053)
ALOSIA TOANUBUN (C1814201055)
CRYSTINA NATALIA (C1814201060)
FEBE MEISKE (C1814201067)
KRISOGONUS ZETH TETURAN (C1814201075)
LUSI YOHANA JAWAMARA (C1814201078)
MARGARETHA MELANIA (C1814201081)
SCOLASTIKA PASUDI (C1814201094)
SRY ELVANI TANDI TOLLA (C1814201096)
Konsep dasar, tujuan, syarat,
komponen perencanaan
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan
perencanaan yang baik dan profesional. (Amsuji, 2014).
2.Hirarki perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanaan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana
teratas mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti di
gambarkan dalam Piramida hirarki, hierarki melebar pada tingkatan
lebih bawah yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen
perencanaan
3. Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan :
 Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
 Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
 Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan
fasilitas yang tersedia
 Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
 Hal tersebut efektif dalam hal biaya
 Hal tersebut berdasarkan masa lalu dan akan datang. Sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
 Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
 Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4.manfaat perencanaan
 Adapun manfaat Perencanaan antara lain : Membantu proses manajemen
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
 Memungkinkan manejer memahami keseluruhan gambaran Operasi lebih
jelas.
 Membantu menetapkan tanggung jawab lebih tepat.
 Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
 Memudahkan koordinasi
 Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah
dipahami.
 Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
 Menghemat waktu dan dana.

5.Syarat perencanaan
 Factual atau realistis
 Logis atau rasional
 Fleksibel
 Komitmen
 Komprehensif
6. Komponen Perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling
berinteraksi , pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen yaitu :
 Input
dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi ,personel,peralatan dan
fasilitas,proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelolaan
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan,pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan
 Output
elemen lain dalam pendekatan system adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dari
hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf ,serta kegiatan
penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.
 Control
control dalam manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang
professional .evaluasi ,penampilan kerja perawat,pembuatan prosedur yang sesuai standar dan
akreditasi.
 Mekanisme umpan balik
mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan,keuangan ,audit keperawatan dan
survey kendali mutu ,serta penampilan kerja perawat
 Proses
proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan.didalam proses
keperawatan,bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejalah,eliminasi
resiko,pencegahan komplikasi .argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan
kemudahan dari kebebasan maksimal
Jenis perencanaan yang disusun
kepala ruang rawat
Perencanaan dalam manajemen keperawatan berdasarkan jangka waktu
dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
 Perencanaan jangka pendek atau yang disebut sebagai perencanaan
operasional adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan dengan kurun
waktu satu jam sampai dengan satu tahun.
 Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk
kegiatan dengan kurun waktu antara satu tahun sampai dengan lima tahun
(Marquis & Huston, 1998),
 sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut perencanaan
strategis adalah bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu
perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan
atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi sehingga
organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.
Perencanaan jangka panjang yang didalamnya terdapat kesepakatan misi dan
tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap
inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan akhir dari hubungan, penjelasan dari
perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi
Dalam perencanaan di ruang perawatan biasa yang digunakan adalah
perencanaan jangka pendek yaitu rencana harian, bulanan dan rencana tahunan.
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana.
 Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat
yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana dibuat oleh kepala ruang,
ketua tim/perawat primer dan perawat pelaksana.
 Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan titik
rencana. Rencana ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana ini
biasanya dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
 Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali yang dibuat
berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, rencana ini biasa
dibuat oleh kepala ruang.

Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan dalam 2


bagian yaitu :
 perencanaan reaktif suatu perencanaan yang disusun ketika adanya masalah
aktual yang dihadapi saat ini.
 perencanaan proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah
timbul, antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan
kemampuan organisasi.
Sedangkan menurut proses penyusunan perencanaan dikasih
diklasifikasikan menjadi:
a) Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel
Growth Approach)
Pendekatan perkembangan yang menguntungkan adalah
perencanaan yang dilakukan dengan menganalisa sasaran produksi yang
dimiliki dan dihubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari
lingkungan. Mengusahakan terjadinya keseimbangan antara sarana yang
dimiliki dengan kebutuhan lingkungan.
a) Pendekatan SWOT
Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan
menganalisa faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan
(strenght) dan kelemahan (wakness), selanjutnya melakukan analisa
faktor eksternal yang berhubungan denganpeluang (opportunity) dan
tekanan/ancaman (treat). Setelah diketahui kekuatan kelemahan
peluang dan ancaman selanjutnya disusun rencana strategis untuk
mencapai tujuan organisasi. Rencana strategis harus diterjemahkan
kedalam rencana operasional yang mencantumkan target yang harus
dicapai.
Perencanaan keperawatan yang juga penting adalah perencanaan SDM
khususnya SDM keperawatan. Adapun tujuan perencanaan SDM keperawatan adalah:
 Menentukan kualitas dan kuantitas tenaga keperawatan contoh perencanaan kebutuhan
perawat berdasarkan tingkat pendidikan (D3, Ners, Ners spesialis)
 Peminatan SDM keperawatan sesuai minat, spesialisasi, dan kualifikasi pendidikan yang
tepat.
 Menjamin tersedianya tenaga keperawatan masa sekarang maupun masa mendatang
 Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas
 Mempermudah koordinasi integrasi dan sinkronisasi

Menurut Syahputra (2014) keberhasila suatu asuhan keperawatan kepada klien


sangat tergantung kepada jenis perencanaan yang di susun kepala ruangan diantaranya
adalah:
 Menunjuk ketua tim yang bertugas dalam ruangan
 Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang
bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan kebutuhan
klien bersama ketua tim, Mengatur penugasaan atau penjadwalan
 Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan
 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang
dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
 Mengetur dan mengendalikan asuhan keperawatan
 Mambantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit
Proses Penyusunan rencana
penyelesaian masalah manajemen
1) Rencana Kegiatan
Perencanan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujaun
yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
secara berhasil guna dan berdaya guna.
 Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
 Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
 Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

2) Perencanaan tingkat puskesmas


Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dapt diartiakan sebagai
proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas. Untuk meningkatkan
cakupan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam upaya mengatasi
masalah kesehatan diwilayahnya
Perencanaan tingkat puskesmas diartikan sebagai proses penyusunan rencana
kegiatan puskesmas pada tahun yang akan datang dilaksanakan secara sistematis ntuk
mengatasi masalah atau sebagaian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
Perencanaan tingkat puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:
1) Tahap persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan
untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :
 Kepala Puskesmas membentuk Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas yang
anggotanya terdiri dari staf Puskesmas.
 Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas
kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan
Perencanaaan Tingkat Puskesmas.
 Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota,Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan.

2) Tahap analisis situasi


Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas melakukan pengumpulan
data. Ada 2 (dua) kelompok data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data
khusus.
Lanjutan..
Data Umum :
 Peta Wilayah Kerja serta Fasilitas Pelayanan (Format-1) Data wilayah mencakup
 luas wilayah, jumlah desa / dusun / RT/ RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
 Data Sumber Daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa), mencakup :
 Ketenagaan (Format – 2a)
 Obat dan bahan habis pakai (Format – 2b)
 Peralatan (Format – 2c)
 Sumber pembiayaan yang berasal dari pemerintah (Pusat dan Daerah), masyarakat, dan sumber
lainnya (Format – 2d)
 Sarana dan prasarana, antara lain gedung, rumah dinas, komputer, mesin tik, meubelair, kendaraan
(Format – 2e)
 Data Peran Serta Masyarakat (Format – 3): Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader,dukun bayi
dan tokoh masyarakat.
 Data Penduduk dan Sasaran Program ( Format – 4): Data penduduk dan sasaran program mencakup :
jumlah penduduk seluruhnya berdasarkan jenis kelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program),
sosio ekonomi pekerjaan, pendidikan, keluarga miskin (persentase di tiap desa / kelurahan). Data
ini dapat diperoleh di kantor Kelurahan / Desa, Kantor Kecamatan, dan data estimasi sasaran di
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.
 Data sekolah ( Format – 5): Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup
jenis sekolah yang ada, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS ,
dan lainnya.
 Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas (Format- 6): Data kesehatanlingkungan
mencakup rumah sehat, tempat pembuatan makanan / minuman, tempat-tempat umum, tempat
pembuangan sampah, sarana air bersih, jamban keluarga dan sistem pembuangan air limbah
Data Khusus (hasil penilaian kinerja Puskesmas), jenis data ini antara lain meliputi :
 Data Status Kesehatan terdiri dari : data kematian (Format -7),Kunjungan Kesakitan (Format –
8), Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan (Format – 9).
 Data Kejadian Luar Biasa (Format – 10), dapat dilihat pada Laporan W1 (Simpus).
 Data Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di tiap desa / kelurahan,
dapat dilihat dari Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas (Format – 11).
 Data Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain (Format –
12).

3) Tahap penyususnan rencana usulan kegiatan


Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) langkah, yaitu Analisa
Masalah dan penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
 Analisa Masalah :
Dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok Tim Penyusun Perencanaan Tingkat Puskesmas
diantaranya melalui tahapan : identifikasi masalah, Perumusan masalah, dan Merumuskan akar
penyebab masalah.
 Identifikasi masalah:
Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi masalah
dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program,
cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.
 Menetapkan urutan prioritas masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan mengatasi masalah secara sekaligus, ketidak-tersediaan
teknologi atau adanya keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai kesepakatan dapat ditempuh
dengan menggunakan kriteria lain. Dalam penetapan urutan prioritas masalah dapat
mempergunakan berbagai macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon, CARL dan
sebagainya. Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan kepada masing-masing
Puskesmas
Merumuskan masalah
Tahap merumuskan masalah mencakup mencakup apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi dan bila mana
masalah itu terjadi (what, who, when, where and how).
Mencari akar masalah dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan metode:
 diagram sebab akibat dari Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan
karena digambarkan membentuk tulang ikan),
 pohon masalah (problem trees)

Kemungkinan penyebab masalah dapat berasal dari :


 Input (sumber daya) : jenis dan jumlah alat, obat, tenaga serta prosedur kerja
manajemen alat, obat dan dana.
 Proses (Pelaksana kegiatan) : frekwensi, kepatuhan pelayanan medis dan non medis.
 Lingkungan

Mencari penyebab masalah dengan menggunakan “pohon masalah (problem


trees)”Menetapkan cara-cara pemecahan masalah Untuk menetapkan cara pemecahan
masalah dapat dilakukan dengan kesepakatan di antara anggota tim. Bila tidak terjadi
kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks. Untuk itu harus dicari alternatif pemecahan
masalahnya.
Apabila Puskesmas mempunyai kemampuan, identifikasi masalah dapat
dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara angsung di lapangan
(Survey Mawas Diri). Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas,
maka identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok (Delbecq Technique) oleh
petuga Puskesmas dengan melibatkan masyarakat.
Survey Mawas Diri merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi, serta potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tahapannya
dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan
potensi yang ada. Delbecq Technique adalah perumusan dan identifikasi potensi melalui sekelompok
orang yang memahami masalah tersebut. Tahapan pelaksanaannya dimulai dengan pembentukan tim,
menyusun daftar masalah, menetapkan kriteria penilaian masalah dan menetapkan urutan prioritas
masalah berdasarkan kriteria penilaian .
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Penyusunan Rencana Usulan
Kegiatan meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan
penunjang, yang meliputi :
 Kegiatan tahun yang akan datang (meliputi kegiatan rutin, sarana/prasarana, operasional dan
program hasil analisis masalah).
 Kebutuhan Sumber Daya berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada pada tahun sekarang.
 Rekapitulasi Rencana Usulan Kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke dalam format RUK
Puskesmas

4) Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan.


Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan dilaksanakan secara bersama, terpadu dan
terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
 Langkah-langkah penyusunan RPK adalah :
 Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
 Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) yang
diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
 Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta sumber daya
pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan.
 Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
 Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan
di Ruang Rawat dan Puskesmas yang sesuai standar
akreditasi Nasional dan Internasional
1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan diruang rawat
a) Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas
dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka
diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
 Kepala ruangan
 Perawat primer
 Perawat asosiet
b) Rencana strategi perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana
strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam Manajemen Keperawatan.
Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek
keperawatan yang professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur
kebutuhan tenaga perawat mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat
diruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,
bagaimana system kepemimpinannya, instalasi yang menunjang dalam proses seperti
farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan bagian-bagian
lain yang turut mendukung di dalam organisasin rumah sakit ini (anggaran, karyawan, non
medis).
c) Pengaturan dan kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai dilakukan
penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya. Sebagai contoh dibawah
ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan
professional yang akan dilakukan dalam satu bulan.
d) Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistem
dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasinya. Termasuk di dalam persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang
dipergunakan selama ini berdasarkan kriteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi
keperawatan, apakah mudah dipahami semua perawata yang ada diruangan, apakah efisien dan
efektif dalam pelaksanaannya
e) Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus
didalamnyan adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum. Fungsi perencanaan
pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala ruang. Swanburg (2000)
menyatakan bahwa dalam keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien
akan menerima pelayanan.
1. Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang perawatan
yang terdiri dari 3 tingkatan manajerial, yaitu :
 Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
 Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
 Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
 Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses
keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atau evaluasi (Suyanto,
2008).
2.Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut Nursalam
(2007) yaitu :
 Pengkajian-pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya
mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit atau puskesmas) : tenaga keperawata, administrasi, dan bagian keuangan
yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Manajer
perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai
suatu tujuan melalui usaha orang lain.
 Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini di maksud untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menengakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan.
 Pelaksanaan. Manajemen Keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain,
maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
 Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatana dalam mengelola suatu organisasi keperawatan
dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip manajemen keperawatan yaitu :
 Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
 Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
 Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
 Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
 Manajemen keperawatan harus terorganisir
 Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
 Divisi keperawatan yang baik
 Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
 Pengembangan staf
 Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala ruangan (Karu). Kepala
ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas memimpin satu ruang rawat dan bertanggung
jawab terhadap pemberian asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruangan yaitu:
 SDM Keperawatan
 Sarana dan prasarana
 Biaya/anggaran
 Sistem informasi
 Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan manajemen yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah manajerial.
 Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan kompetensi.
 Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan perubahan/pembaharuan
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
 Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
 Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan tim kesehatan
 Mengelola keuangan
 Mengelola SDM keperawatan di ruangan
 Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift
 Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
 Mengorientasikan dan mengembangkan staf
 Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain
 Mempertahankan kenyamanan / keamanan pasien
3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawat inap
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan Swanburg (2000) menyatakan bahwa
pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada standar yang ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab
dalam mengatur sistem kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000).
Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,
memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).
4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di Puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota adalah fasilitas pelayanan
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu,
peningkatan kinerja dan penerapan manajemen resiko dilaksanakan secara
berkesinambungan di Puskesmas,maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak
eksternal dengan menggunaka standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme
akreditasi. Puskesmas wajib untuk akreditasi secara berkala paling sedikit 3
tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan
kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja
sama dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap
sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan
pelayanan dan program, serta penerapan manajemen resiko, dan bukan sekedar
penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi. Pendekatan yang dipakai
dalam akreditasi puskesmas adalah keselamatan dan hak pasien dan keluarga,
dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini di tegakkan sebagai upaya
meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Manajemen
Keperawatan
Fungsi Manajemen:
Planning
BY GROUP 1
Konsep Dasar Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat menentukan dan
mempengaruhi keberhasilan dari fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan
harus dikerjakan lebih dahulu sebelum mengerjakan fungsi manajemen yang lainnya.
Perencanaan yang baik akan mengarahkan pada pencapaian tujuan, sehingga sistem
kontrol diharapkan berjalan dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan
pencapaian tujuan organisasi.
Untuk dapat melakukan pengaturan yang baik maka perlu perencanaan,
pembagian tugas dan koordinasi tugas-tugas, oleh karena itu perencanaan
merupakan aspek utama dan pertama kali harus dilakukan oleh seorang manajer
atau pimpinan organisasi. Hasil dari perencanaan adalah sebuah rencana kerja yang
harus berisi alternatif terbaik untuk mencapai tujuan. Rencana kerja yang baik
mengarahkan pencapaian tujuan yang efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor
produksi (resources) yang ada digunakan sebaik-baiknya
Tujuan Perencanaan

Meningkatkan
Menstimulasi Mencegah terjadinya
peluang untuk
berpikir analisis krisis manajemen
sukses

Memfasilitasi
Meningkatkan
berpikir kritis dan Menjamin biaya
keterlibatan staf dan
membuat keputusan yang efektif
komunikasi
secara fleksibel
Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut
(Dermawan,2012)

TUJUAN ADMINISTRASI TUJUAN KLINIS

1) Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan 1) Menyediakan suatu pedoman dalam


kepada pasien atau kelompok penulisan

2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat 2) Mengkomunikasikan dengan staf perawat;


dengan profesi kesehatan lainnya apa yang diajarkan, di observasi dan
dilaksanakan.
3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna
pengulangan dan evaluasi keperawatan 3) Rencana tindakan yang spesifik secara
langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga
4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien kesehatan lainnya untuk melakukan tindakan.
Syarat Perencanaan
Actual dan realistis

Logis dan rasional

Fleksibel

Komitmen

Komprehensif

Mempermudah pencapaian tujuan organisasi

Teliti secara merinci

Tidak boleh lepas dari pemikiran pelaksana


Komponen Perencanaan
1. What → Tindakan apa yang harus dikerjakan?

2. Who → Siapa yang mengerjakan Tindakan itu?

3. Where → Dimana Tindakan itu dikerjakan?

4. When → Kapan Tindakan itu dikerjakan?

5. Why → Mengapa Tindakan itu harus dilaksanakan?

6. How → Bagaiman cara melaksanakan Tindakan itu?


Jenis Perencanaan yg disusun
kepala ruang rawat
1. Perencanaan Jangka Pendek

2. Perencanaan Jangka Menengah

3. Perencanaan Jangka Panjang


Klasifikasi berdasarkan waktu pembuatan
1. Perencanaan Reaktif

2. Perencanaan Proaktif
Proses Penyusunan Rencana
Penyelesaian Masalah Manajemen
1. Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan (Profitabel Growth Approach)

2. Pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)


Perencanaan Manajemen
Keperawatan
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh kepala
ruang. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan
menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan
kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari
perawat pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat,
proses manajemen pelayanan kesehatan akan gagal.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND

1.

BY GROUP 1
TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Pengorganisasian Dalam Keperawatan”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

Gabrela Jurniawati

Gloriani Krisna

Hermila S Kurnia

Jellystisia Lidya

Julaeta

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kelimpahan rahmat dan karunia-Nya karena saya dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Menetapkan Kegiatan Fungsi Perorganisasian Yang Sesuai
Dengan Prinsip Pengorganisasian ini tepat pada waktunya. .

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di
berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah MANAJEMEN KEPERAWATAN .
Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dan terima kasih juga atas
dukungan semua pihak kepada penulis yang telah memberikan bantuan berupa
konsep dan pemikiran dalam menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala


kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang kondusif sangat saya harapkan dari
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah berikutnya.

Makassar, 20 Maret 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. LATAR BELAKANG .......................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................

A. Konsep dasar tujuan, dan prinsip pengorganisasian .....................................


B. Jenis struktur organisasi dalam keperawatan ................................................
C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi ......................................................
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas:
kewenangan klinik perawat ...........................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

Kesimpulan ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen pelayanan keperawatan sebagai sub sistem manajemen


rumah sakit harus memperoleh tempat dan perhatian sama dengan
manajemen lainnya, sehingga rumah sakit dapat berfungsi sebagaimana
diharapkan.Lingkup manajemen operasional dan manajemen asuhan
keperawatan yaitu merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan
mengawasi sumber daya keperawatan.
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,
komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan
horizontal/bawahan. Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain
tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan
yang masuk dalam kelompok manajer mencari metode dan proses agar
pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Fungsi-fungsi manajemen keperawatan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, yang harus dilakukan oleh
manajer dalam bentuk supervisi. Supervisi yang dilakukan oleh manajer
keperawatan secara baik dan terus menerus dapat memastikan pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktek keperawatan.
Manajemen biasanya diidentikkan dengan cara untuk mengatur
beberapa hal secara baik dan sesuai dengan tujuan. Pengaturan dilakukan
agar hal hal yang diatur berjalan seimbang, lancar, dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian manajemen
secara umum dari beberapa ahli.
Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah
bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma,
nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama
yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi
iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana
pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat
berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga
berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya.
Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi
lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ?
2. Apa saja jenis struktur organisasi dalam keperawatan ?
3. Apa Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi ?
4. Bagaimana Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat
dan puskesmas: kewenangan klinik perawat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar tujuan, dan prinsip pengorganisasian


a) Konsep Dasar Pengorganisasian
Pengorganisasian (Organizing) merupakan seuah pelayanan yang
penting dalam suatu organisasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di dalamnya terdapat
penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana mengkoordinasi
sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan
prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya.
Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat
dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap
anggota organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus
(spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan.
Pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sendiri adalah
proses pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang,
tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal
yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of
Organizing), yaitu :
a. Pembagian Kerja (Division of work)
Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari
keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana dan
spesifik dan setiap karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam
setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut. Setelah
pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut
dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis.
b. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya
adalah proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok
pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
c. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)
Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam
organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat
dua konsep penting dalam Hierarki, yaitu span control dan chain of
command. Span of control terkait dengan jumlah orang atau bagian di
bawah suatu departemen yang akan bertanggung jawab kepada
departemen atau bagian tertentu. Chain of command juga
menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hirarki yang
paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah.
d. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian
dalam organisasi (coordination)
Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh
aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif.

Sedangkan manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan


melalui orang lain (Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen
berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada
tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen
adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian
dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen
adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir
sumber-sumber untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan
dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien (Gillies, 1989).
b) Tujuan Pengorganisasian
1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan
bekerja lebih efektif dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-
sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen


keperawatan adalah: Terselenggaranya pelayanan/ Asuhan
keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya
riset bidang keperawatan

c) Prinsip-Prinsip Pengorganisasian
Supaya manajemen dapat berjalan sesuai dengan harapan dan
mencapai tujuan organisasi, maka pemahaman tentang prinsip-prinsip
manajemen sangatlah dibutuhkan. Ada tujuh prinsip manajemen yang
harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan, penggunaan waktu yang efektif,
pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin, tujuan sosial,
pengorganisasian dan perubahan.

Berikut dibawah ini akan dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip


manajemen tersebut
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan
pertama dalam manajemen (the first function of management). Semua
fungsi manajemen tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah
suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan
dan peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa
depan dan memastikan kemungkinan hasil yang diharapkan
(Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan, salah satu hal
penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan
sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang relevan.
Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan
pembiayaan yang efektif.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan
waktu efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan
waktu yang tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan
tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan
kegiatan perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan
adalah suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang
membawa pada pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia
yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat
untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan
keputusan yang diambil.
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas
mengatur manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar
para anggota menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya
manajer yang mampu memberikan semangat, mengontrol dan
mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat
menentukan
5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki
tujuan yang jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan
organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah
pengelompokan sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Penugasan pada masing-masing kelompok dilakukan
berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999).
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan
yang lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988).
Perubahan, di dalam manajemen keperawatan perubahan dijadikan
prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti karakteristik
pasien yang akan Anda layani
B. Jenis struktur organisasi dalam keperawatan
a) Struktur fungsional
Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari
orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas
serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit
kerja. Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan
keahlian mereka (Sukoco, 2007).

Keuntungan dari struktur organisasi fungsional:

1. Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian


2. Tugas sesuai dengan keahlian dan pelatihan tugas
3. Berkualitas tinggi pemecahan masalah teknis
4. Mendalam pelatihan dan pengembangan keterampilan

Kekurangan struktur organisasi fungsional adalah:

1. Adanya kesulitan dalam penunjukkan tanggung jawab secara tepat


karena hanya mendahulukan rutinitas tugas
2. Tempat berkumpulnya masalah, dan tidak langsung ke akar
permasalahan
3. Kurang rasa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama
4. Menumbuhkan perspektif fungsional yang
5. Terlalu banyak rujukan untuk membuat keputusan
6. Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang
7. Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat
koordinasi dan kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan
b) Struktur program
Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan,
dan geografis.Dalam pelayanan kesehatan, program-program
dikelompokkan berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu,
spesialis tertentu ataupun geografisnya(Huber, 2010).

Kelebihan struktur program:

1. Pelayanan dapat dilakukan secara optimal karena ahli-ahli yang terkait


berada di satu area
2. Dapat membuat keputusan operasional yang tepat waktu
3. Pasien dapat mengakses layanan yang terintegrasi dari berbagai
profesi kesehatan dengan keahlian klinis yang spesifik

Kekurangan struktur organisasi program:

1. Pasien yang membutuhkan lebih dari satu program akan merasa


kesulitan dalam menghadapi pelayanan dari program yang berbeda
2. Integrasi program dapat terjadi dengan menurunkan kordinasi antar
program
3. Para profesi kesehatan dari suatu program tertentu dapat terisolasi dari
kolega mereka yang berada di program lain.

c) Struktur organisasi matriks


Struktur organisasi matriks merupakan struktur organisasi gabungan
antara fungsional dan program (Charnes & Tewksbury, 1993 dalam
Huber, 2010), dimana struktur organisasi jenis ini merekrut orang-orang
yang memiliki keahlian tertentu yang diperlukan dalam suatu proyek
tertentu.Pada proyek ini, staf dapat memiliki pekerjaan rangkap atau
terpisah yaitu pada proyek dan pada posisi permanen(Sukoco, 2007).

Keuntungan struktur organisasi matriks:

1. Lebih baik kerjasamanya antar lintas fungsi


2. Peningkatan pengambilan keputusan
3. Meningkatkan fleksibilitas dalam restrukturisasi
4. Pelayanan kepada pasien jadi lebih baik.
5. Akuntabilitas kinerja lebih baik.
6. Adanya peningkatan manajemen strategis karena mampu mencapai
tingkat koordinasi yang diperlukan untuk menjawab tuntutan “ganda”
lingkungan.

Kerugian dari struktur organisasi matrik adalah:

1. Adanya sistem dua pengawas yang rentan terhadap perebutan


kekuasaan
2. Adanya sistem dua pengawas yang dapat membuat kebingungan
tugas dan konflik dalam prioritas kerja.
3. Rapat Team biasanya banyak memakan waktu
4. Peningkatan biaya karena menambah struktur tim.

d) Struktur paralel
Struktur organisasi paralel merupakan sebuah mekanisme terbaru
dalam menghadapi tantangan bentuk murni fungsional, yaitu dengan
mengkordinasikan departemen/bagian-bagian fungsional. Mekanisme
dalam struktur ini dapat terdiri dari tim, para ahli, satuan kerja, peran
penghubung, dan komisi kerja(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber,
2010).
Sebagai contoh yaitu departemen sumber daya manusia dapat
didirikan pada suatu struktur organisasi rumah sakit untuk mengurus
masalah penerimaan karyawan di seluruh unit rumah sakit, sehingga
departemen yang lain tidak perlu melakukan penerimaan karyawan
sendiri.Struktur organisasi paralel dapat mendorong kolaborasi dan
pertukaran pengetahuan antar divisi dan memperkuat konsistensi dalam
klinik dan praktek manajemen yang sesuai dengan standar prosedur.

e) Struktur organisasi program yang dimodifikasi


Struktur organisasi jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi
fragmentasi dan isolasi-isolasi fungsi dari struktur program dengan
menyatukan berbagai fungsi serta profesi antar program.Sebagai contoh
yaitu seorang perawat ingin menyelesaikan masalah keperawatan
professional yang berhubungan dengan standar, sumber daya pendidikan,
dan aktivitas penelitian antar organisasi.Tidak seperti dalam struktur
fungsional di mana rekan sejawatnya memiliki otoritas, di dalam struktur
ini perawat tersebut tidak dapat secara langsung mengontrol pekerjaan,
keuangan dan masalah personal.Perawat ini harus menggunakan
pengaruhnya dan keterampilan kepemimpinannya dalam memberikan
perubahan(Charnes & Tewksburry, 1993 dalam Huber, 2010).
Adanya perbedaan dalam struktur organisasi di atas dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut:

1. Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan


manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan
dari strategi organisasi maka logis kalau strategi dan struktur harus
terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus mengikuti strategi
2. Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah
orang dalam organisasi tersebut.
3. Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem
produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah
input organisasi menjadi output.
4. Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi.
Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan
komunitas finansial.

C. Perbedaan Budaya dan Iklim Organisasi

Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah


bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma,
nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama
yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi
iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana
pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat
berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga
berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya.
Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi
lainnya.
Budaya organisasi tertanam dalam perilaku karyawan dalam suatu
organisasi dan dengan cara itu menunjukkan 'kepribadian' organisasi. Budaya
unik suatu organisasi menciptakan suasana yang berbeda yang dirasakan
oleh orang-orang yang merupakan bagian dari kelompok, dan suasana ini
dikenal sebagai iklim organisasi.
Sedangkan iklim organisasi adalah tentang persepsi dan perasaan
masing-masing mengenai budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi
sering berubah dengan pengaruh langsung dari manajemen puncak dalam
organisasi. Iklim organisasi jauh lebih mudah untuk dialami dan diukur
daripada budaya organisasi.

Perbedaan antara Budaya Organisasi dan Iklim


1. Iklim organisasi dapat dengan jelas diidentifikasi dengan persepsi individu
mengenai kualitas dan karakteristik budaya organisasi.
2. Budaya mewakili citra sebenarnya dari organisasi, sedangkan iklim
mewakili persepsi individu, meskipun mungkin ada perbedaan di antara
masing-masing ide mereka.
3. Budaya organisasi berkaitan dengan visi makro organisasi, sedangkan
iklim organisasi sangat mementingkan citra mikro organisasi.

Kedua hal tersebut, baik iklim maupun budaya akan terdapat dalam
sebuah organisasi, dapat menjadi dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain karena keberadaannya saling
mempengaruhi seiring dengan pengaruh lingkungan organisasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa iklim berangkat dari karakter masing-masing
anggota yang kemudian berkembang dan mewarnai organisasi meski dalam
satu waktu tertentu dapat berubah seiring perubahan pada organsiasi itu,
sedangkan budaya berkembang dari nilai, norma dan keyakinan anggota
yang kemudian meluas sehingga setiap anggota organisasi memahami
kondisi tersebut dan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama, keduanya
merupakan sebuah fenomena dalam organisasi.
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat

a) Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan


asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan
pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan meliputi:

1. Struktur organisasi
Struktur organisasi diruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan
bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan
tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.
Ruang rawat sebagai wadah dan pusat kegiatan pelayanan
keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak
termasuk dalam struktur organisasi rumah sakit jika dilihat dari surat
keputusan Menkes no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh karena itu
direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan yang mengatur
struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat stuktur
organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar
bagian atau staf atasan baik vertical maupun horizontal. Dapat juga
dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta
tanggung gugat. Bentuk organisasi dapt pula disesuaikan dengan
pengelompokan kegiatan atau sistem penugasan.

2. Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan
yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian
kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta
sesuai dengan kebutuhan klien pengorganisasian tugas perawat ini
disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan
dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya
dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap
kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan
merupakan tugas manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi,
mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui
interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan
yang terlibat.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut manajer keperawatan
dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga
keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang
akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala
ruangan perlu mengkategorikan klien yang ada diunit kerjanya.
Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan atas: tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan kline, misalnya keperawatan mandiri,
minimal, sebagian, total, atau intensif. Usia misalnya anak, dewasa,
usia lanjut. Diagnose/masalah keseahtan yang dialami klien misalnya
perawatan medical bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan,
misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Kemudian kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan
metode penyusunan keperawatan apa yang tepat digunakan di unit
kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan jumlah kategori tenaga
yang ada diruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung
jawabnya.

b) Manajemen Kinerja Klinik


Konsep dasar manajemen kinerja klinik
Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan
manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes
RI, 2005).
Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat, ilmu
pengetahuan dan teknologi aspek legal formal serta landasan etika.
Manajemen kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu
pelayanan perawat di institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan
dan manajemen kinerja klinik perawat diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standard yang ditetapkan,
mempunyai kemampuan manajerial yang baik, melaksanakan asuhan
keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi
harapan masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.

1. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
- Merumuskan sistem penugasan
- Menjelaskan rincian tugas ketua tim
- Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
- Mendelegasikan tugas kepada ketua tim

Fungsi pengarahan:

- Memberikan pengarahan kepada ketua tim


- Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap anggota tim
- Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
- Membimbing bawahan
- Meningkatkan kolaborasi dengan nggota tim
- Melakukan supervise
- Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan yankep diruangan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi kinerja tim
- Memberikan umpan balik pada kinerja katim
- Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut
- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

a. Peran ketua Tim dalam tahap:


1. Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
- Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan
pembagian tugas
- Menyusun rencana asuhan keperawatan
- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
- Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
3. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
- Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
- Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
- Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim
kesehatan lain
- Mengatur waktu istirahat anggota tim
- Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan:

- Memberikan pengarahan kepada anggota tim


- Memberikan bimbingan pada anggota tim
- Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
- Mengawasi proses pemberian askep
- Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan
- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4. Evaluasi:
Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi asuhan keperawatan
- Memberikan umpan balik pada pelaksana
- Memperhatikan aspek legal dan etik
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b. Peran pelaksana dalam tahap:


1. Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
2. Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
- Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
- Menerima pembeagian tugas dari katim
- Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan
- Mengikuti ronde keperawatan
- Menerima klien baru
- Implementasi

Fungsi pengorganisasian:

- Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim


- Menerima pembagian tugas
- Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
- Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
- Melaksanakan asuhan keperawatan
- Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
c) Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja
Klinik

Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika


Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
Manajer keperawatan dituntuk untuk merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.

Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di


Puskesmas. Berbeda dengan dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta.
Memang manajemen Puskesmas secara umum telah diatur oleh
pemerintah termasuk pencatatan dan pelaporannya. Namun tugas poko
dan fungsi perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang
tersentuh pada aplikasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila
Institusi pendidikan lebih memilih Rumah Sakit sebagai lahan praktik
manajemen keperawatan. Tentunya adalah sebuah kerugian besar
apabila tenaga profesional dengan gelar Profesi (Ners) kurang tahu
langkah apa yang harus dilakukan untuk manajerial keperawatan di
Puskesmas.
Kemenkes 2005 telah mengeluarkan keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 836 tahun 2005 tentnag pedoman pengembangan manajemen
kinerja perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar
manajemen keperawatan bisa diaplikasikan dengan baik dan
menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu.
Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya
sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai.
Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam
tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen
keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses
(process), dan keluaran (output).
Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuo
standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang
merupakan bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup
personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen
keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan
keputusan, mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit
pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus,
mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round (Ronde
Keperawataan). Namun sebenarnya diskusi refleksi kasus mencakup
organisasi, evaluasi tugas, kerjasama tim, pemecahan masalah,
pengembangan staf dan penelitian. Monitoring mencakup evaluasi tugas,
minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pemecahan masalah,
menangani konflik, komunikasi dan analisis transaksional, sistem infromasi
computer.
Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik
yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning
organization adalah sautu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan
mampu mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching
adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat,
karena salah satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik.
Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan
pendidikan kepada perawat yang lebih junior dan tim kesehatan yang
laiinya. Dari kerangka konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen
keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para perawat untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya di Puskesmas.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota


staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan
terhadap para pasien (Gillies, 1989).
Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan
adalah: Terselenggaranya pelayanan/ Asuhan keperawatan yang berkualitas.
Pengembangan staf dan Budaya riset bidang keperawatan.
Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu:
perencanaan, penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan,
pengelola/pemimpin, tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan.
Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari
orang-orang dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas
serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja.
Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian
mereka (Sukoco, 2007).
Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan,
dan geografis.Dalam pelayanan kesehatan, program-program dikelompokkan
berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu, spesialis tertentu
ataupun geografisnya(Huber, 2010).
Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah
bahwa budaya merupakan suatu lah yang berkaitan dengan norma-norma,
nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan akan bersifat lebih lama
yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi
iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana
pada suatu kondisi tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat
berubah, jika anggota berkehendak untuk mengubah selain itu iklim juga
berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan budaya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.classicfoxvalley.com/collate/difference-between-organizational-culture-and-
climate/

http://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/majalah_ekonomi/article/view/1314

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Manajemen-
dan-Kepemimpinan-dalam-Keperawatan-Komprehensif.pdf

https://www.ayoksinau.com/pengertian-struktur-organisasi/

https://id.scrib.com/document/475990191/implementasi-pengorganisasian-
keperawatan-di-ruang-rawat-dan-puskesmas-docx
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“PENGORGANISASIAN DALAM KEPERAWATAN”

DI SUSUN OLEH:

ALICIA AGATA MAWARU (C1814201054)

DESIANI (C1814201061)

DEVA LOLO PAYUNG (C1814201062)

FRISKA PAYUNG (C1814201068)

HERDA ANNEKE SOPUTAN (C1814201073)

KRISTOVORUS GEPOT (C1814201076)

MICHELLE ELIFELE L. (C1814201087)

PAETRICK PIETER SIMSON D.F (C1814201090)

SKOLASTIKA LILLI (C1814201095)

YOSEPH ARSONO (C1814201104)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang Manajemen Keperawatan “Pengorganisasian Dalam
Keperawatan” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada kami
sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan di STIK Stella Maris Makassar.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan maupun
isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari dosen
pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Makassar, 24 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Pengorganisasian .............................................................................. 3
B. Prinsip Pengorganisasian .............................................................................. 4
C. Struktur Organisasi ........................................................................................ 8
D. Tujuan Pengorganisasian .............................................................................. 10
E. Perbedaan Budaya dan Iklim dalam Organisasi ............................................ 11
F. Implementasi Pengorganisasian ................................................................... 12
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengorganisasian ini merupakan pelayanan yang penting dalam suatu organisasi
untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, di
dalamnya terdapat penyusunan struktur organisasi formal sebagai sarana
mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan kebijakan dan
prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya. (Mugianti, 2016)
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok
manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
(Depkes RI, 2001; Hersey dan Blanchard, 1997 dalam Mugianti, 2016)
Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-
tugas yang dibebankan. (Manda, 2016)
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokkan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggungjawab dan koordinasi kegiatan baik
vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi-fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang
harus dilakukan, siapa yang harus melakukan seperti apa tugas-tugas dikelompokkan,
siapa yang melaporkan ke siapa dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh
seorang perawat. (Mugianti, 2016)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dari pengorganisasian?
2. Apa yang menjadi tujuan dari pengorganisasian?

1
3. Apa yang menjadi prinsip dalam pengorganisasian?
4. Apa saja struktur organisasi dalam keperawatan?
5. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi?
6. Bagaimana implementasi pengorganisasian dalam keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas?

C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep pengorganisasian
2. Mengetahui tujuan pengorganisasian
3. Mengetahui prinsip pengorganisasian
4. Mengetahui jenis struktur organisasi dalam keperawatan
5. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim dalam organisasi
6. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengorganisasian


Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu aktivitas pengaturan dalam
sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk melaksanakan rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan
organisasi. Perencanaan juga merupakan seluruh proses dalam mengelompokkan
baik pengelompokan karyawan, alat, tugas tanggung-jawab dan wewenang dalam
satu kesatuan tujuan. (Effendhie, 2011)
Pengorganisasian memudahkan pimpinan organisasi dalam fungsi dan
melaksanakan pengawasan serta penentuan karyawan yang diperlukan untuk
menjalankan tugas yang sudah dibagi bagi. Pengorganisasian juga meliputi alokasi
sumber daya, menyusun dan menetapkan tugas-tugas serta menetapkan prosedur,
menetapkan struktur organisasi, perekrutan, pelatihan dan pengembangan personil.
Unsur dalam pengorganisasian adalah sekelompok orang yang diarahkan bekerja
sama, manual aktivitas-aktivitas yang sudah ditetapkan, panduan guna mecapai
tujuan organisasi. Manfaat pengorganisasian adalah antara lain memungkinkan
pembagian atas tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi organisasi, menciptakan
spesialisasi, personil mengetahui tugas yang diembannya. Adapun fungsi dari
pengorganisasian antara lain adalah pendelegasian wewenang di dalam manajemen
atas (puncak) kepada manajemeen pelaksana, pembagian tugas yang jelas, dan
mengkoordinasikan semua aktivitas. (Effendhie, 2011)
Dalam fungsi pengorganisasian, seorang manajer atau pimpinan organisasi
akan mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana
yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangka kerja organisasi tertentu. Kerangka
kerja tersebut dinamakan Desain Organisasi. Terdapat empat pilar
pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu :
a. Pembagian Kerja (Division of work)
Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan
kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana dan spesifik dan setiap

3
karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang
sederhana dan spesifik tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka
kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu yang sejenis.
b. Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah
proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan
berdasarkan kriteria tertentu.
c. Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)
Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik
secara vertikal maupun secara horisontal. Terdapat dua konsep penting dalam
Hierarki, yaitu span control dan chain of command. Span of control terkait
dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan
bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu. Chain of
command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari
hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah.
d. Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam
organisasi (coordination)
Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh
aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan
organisasi dapat tercapai secara efektif.

B. Prinsip Pengorganisasian
Beberapa ahli telah mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi
dan masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda, baik dalam
jumlah maupun istilah yang digunakan. Dalam buku “The Evolution of
Management Tought” karya Daniel A. Wren and Arthur G. Bedeian (2009: 216-
221), dijelaskan mengenai prinsipprinsip organisasi dari Henry Fayol sebagai
berikut :
1) Pembagian Kerja (Division of Work)
Division of Work atau pembagian kerja kepada individu individu dalam
organisasi atau manajemen untuk membangun sebuah pengalaman dan terus
mengasah keahliannya sehingga pada akhirnya individu individu tersebut bisa
menjadi lebih produktif dan menguntungkan. Terlebih lagi dengan

4
kemampuan manusia yang memiliki banyak keterbatasan mengenai
pengetahuan, kebutuhan waktu, dan perhatian sehingga keterbatasan
keterbatasan ini bisa dijalankan oleh individu individu yang memiliki
kemampuan untuk itu.
2) Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Wewenang dan tanggung jawab adalah kunci dalam prinsip organisasi
atau manajemen ketika organisasi itu dibangun. Kedua prinsip wewenang dan
tanggung jawab tersebut yang akan menghubungkan para manajer ke atas
maupun ke bawah. Harus ada suatu kekuasan dalam memberi perintah dan
sesuatu kekuatan yang bisa membuat manajer ditaati. Pertanggungjawaban
akan timbul oleh adanya kekuasaan tersebut. Keduanya harus dalam kondisi
yang seimbang dan tidak ada kekuasaan tanpa tanggungjawab, dan begitupun
sebaliknya.
3) Disiplin (Discipline)
Discipline atau disiplin sangat berhubungan dengan wewenang. Jika
wewenang tidak bisa berjalan dengan semestinya, maka bisa jadi disiplin akan
hilang. Maka, pemegang wewenang setidaknya harus bisa menanamkan rasa
disiplin terhadap diri sendiri sehinggan nantinya memiliki tanggung jawab
terhadap pekerjaan yang sesuai dengan wewenang yang dimiliki. Disiplin
mencakup kesungguhan hati, kerajinan, ketaatan, kesiapan, persetujuan,
kebiasaan, tata krama antara organisasi tersebut dengan warganya.
4) Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Kesatuan perintah adalah sebuah prinsip dimana perintah yang
diterima bawahan tidak diperbolehkan untuk diberikan oleh lebih dari seorang
yang ada di atasnya. Dalam melaksanakan pekerjaan, para karyawan
memperhatikan prinsip prinsip kesatuan perintah supaya pekerjaan bisa
dilaksanakan secara baik. Tiap karyawan harus mengetahui kepada siapa dia
harus bertanggungjawab yang sesuai dengan kewenangannya. Perintah yang
diterima dari pimpinan yang lain kepada karyawan yang sama dapat
mengakibatkan rusaknya wewenang dan tanggungjawab serta pembagian
kerja. Untuk itu, pekerja harus memiliki hanya satu atasan tanpa ada perintah
dari yang lain yang bisa jadi sangat bertentangan.
5) Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)

5
Kesatuan Pengarahan merupakan prinsip manajemen yang mengatakan
setiap golongan pekerjaan yang memiliki tujuan yang sama, harus memiliki
satu rencana dan dipimpin oleh satu manajer saja. Bisa dibedakan, dengan
"unity of command" yang berhugunban dengan jalannya fungsi personalia
sedangkan unity of direction berhubungan dengan struktur. Di dalam
melakukan tugas dan tanggung jawab, pekerja perlu diarahkan pada
sasarannya. Kesatuan pengarahan ini sangat berhubungan erat dengan
pembagian kerja. Prinsip kesatuan pengarahan juga bergantung pada kesatuan
perintah.
6) Subordinasi Kepentingan Perseorangan terhadap Kepentingan Umum
(Subordination of Individual Interest to General Interest)
Prinsip manajemen yang ini menyatakan bahwa tiap karyawan harus
mengabdi kepentingan pribadi kepada kepentingan perusahaan atau organisasi.
Prinsip ini seperti berupa syarat yang penting supaya aktivitas berjalan dengan
baik dan lancar. Prinsip ini terjadi jika karyawan mempunyai kesadaran bahwa
kepentingan pribadinya sebenarnya bergantung pada keberhasilan atau
tidaknya kepentingan organisasi. Prinsip manajemen ini bisa terwujud jika
karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja.
7) Penggajian (Remunerasi)
Prinsip manajemen ini menurut Henry Fayol adalah pembayaran upah
serta cara pembayaran yang adil serta memberi kepuasan yang maksimal
untuk pegawai dan majikan. Dengan menggunakan sistem upah atau gaji yang
memuaskan nantinya bisa merangsang pegawai untuk bisa bekerja lebih rajin
lagi.
8) Pemusatan (Centralization)
Pemusatan adalah prinsip manajemen yang menyatakan seluruh
organisasi harus bisa berpusat, harus memiliki pusat. Prinsip ini harus bisa
menunjukkan hingga batas mana kewenangan itu dipusatkan ataupun dibagi
pada suatu organisasi. Prinsip pemusatan bukan berarti ada kekuasaan untuk
mempergunakan kewenangan, tapi untuk menghindari adanya simpang siur
kewenangan dan tanggung jawab.
9) Rangkaian Perintah (Chain of Command)
Rangkaian Perintah merupakan prinsip manajemen yang
mengharuskan

6
perintah dari atas kebawah harus selalu mengambil jarak yang terdekat.
Hierarki ini dibutuhkan untuk kesatuan arah perintah. Rantai perintah ini
mengacu kepada jumlah tingkatan yang ada pada hierarki dari otoritas
tertinggi sampai tingkat yang paling rendah pada sebuah organisasi. Garis
otoritas jaraknya tidak boleh terlalu jauh.
10) Ketertiban (Order)
Prinsip manajemen ini bisa jadi adalah syarat yang utama karena pada
umumnya tidak ada orang yang dapat bekerja pada keadaan kejang atau kacau.
Ketertiban pada suatu pekerjaan bisa terwujud jika semua karyawan memiliki
disiplin dan ketertiban yang tinggi.
11) Keadilan (Equity)
Prinsip keadilan menurut Henry Fayol dianggap sesuatu yang bisa
memunculkan kesetiaan dan ketaatan karyawan dengan cara
mengkoordinasikan keadilan dan kebaikan para manajer didalam memimpin
para bawahan dan memicu tumbuhnya rasa tunduk kepada kekuasaan dari
atasan. Kewajaran membutuhkan banyak pikiran sehat, pengalaman dan
kebaikan hati. Umumnya, karyawan menuntuk diperlakukan dengan wajar,
mendapat apa yang telah menjadi haknya. Prinsip ini mutlak diperlukan
karena menuntut manajemen untuk memperlakukan bawahan dengan baik.
12) Stabilitas Jabatan dalam Kepegawaian (Stability of Tenur of Personel)
Perputaran karyawan yang tinggi bisa menyebabkan ongkos yang
tinggi dalam produksi, untuk itulah prinsip ini dijalankan. Karyawan akan
bekerja dengan lebih baik apabila mendapat stimulus keamanan pekerjaan dan
jenjang karir yang pasti.
13) Inisiatif (Inisiative)
Inisiatif merupakan prinsip manajemen yang menyatakan seseorang
kepala harus pintar dalam memberikan inisiatif. Inisiatif muncul dari dalam
diri seorang yang mempergunakan daya pikir. Inisiatif memunculkan
kehendak untuk mewujudkann sesuatu yang bernilai guna bagi penyelesaian
pekerjaan dengan cara yang sebaik-baiknya.
14) Semangat Kesatuan (Esprit de Corps)
Esprit de Corps atau kesetiaan kelompok merupakan prinsip
manajemen dimana setiap pegawai harus mempunyai rasa kesatuan senasib
sepenangungan yang bisa menciptakan semangat kerja sama yang lebih baik.

7
Semangat kesatuan ini bisa muncul jika tiap tiap karyawan memiliki kesadaran
bahwa tiap pekerja berarti bagi pekerja yang lain dan pekerja lain sangat
diperlukan oleh dirinya.

C. Struktur Organisasi Keperawatan


Seperti yg dikatakan oleh Siagian (2007) struktur organisasi dikatakan
sukses jika Pelaksanaan proses pengorganisasian sukses dimana yang termasuk
proses pengorganisasian adalah departementalisasi atau pengelompokan kerja dan
pembagian kerja atau pemerincian tugas pekerjaan sehingga suatu organisasi dapat
mencapai tujuannya yang tercermin.
Pada struktur organisasi yang mencakup, pembagian tugas,
departementalisasi, bagan organisasi formal, rantai perintah dan kesatuan perintah
tingkat-tingkat hirarki manajemen saluran komunikasi penggunaan komite rentang
manajemen dan kelompok-kelompok informal. Struktur organisasi yang kurang
baik menyebabkan proses manajemen dalam hal perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan tidak bisa berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan organisasi. Perencanaan yang tidak di buat dengan sistematik dan tidak
sesuai dengan kebutuhan organisasi akan menyebabkan tujuan dari organisasi tidak
jelas, pelaksanaan dan pengawasan tidak terstandar, tidak bisa menentukan
penyusunan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan, tidak bisa melakukan
penghematan pada sumber daya organisasi dan pimpinan akan kesulitan
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pengorganisasian dalam
manajemen keperawatan sebenarnya mempunyai banyak aktivitas penting, antara
lain mengatur bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif dan efisien
untuk sejumlah pasien disebuah ruang rawat inap dengan jumlah tenaga
keperawatan dan fasilitas yang tersedia. Tujuan dari pengorganisasian adalah untuk
mempermudah pelaksanaan tugas dengan cara membagikannya kepada tenaga
perawat maupun non perawat dan mempermudah pengawasan, tetapi pada
kenyataanntaanya fungsi tersebut belum didukung oleh sistem yang berjalan di
RSD Balung. Sedangkan pengorganisasian keperawatan itu sendiri adalah proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tangung jawab, dan
koordinasi kegiatan, baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup
penetapan tugas-tugas yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan apa,

8
seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, di mana
dan kapan keputusan harus di ambil oleh seorang perawat. Jika pengorganisasian
tidak berjalan dengan baik maka akan menyebabkan tumpang tindihnya suatu
pekerjaanan, koordinasi di organisasipun tidak akan harmonis karena pembagian
tugas. Wewenang dan tanggung jawab tidak merata. Untuk menentukan
pencapaian pelayanan secara efektif harus ada struktur organisasi yang
menjelaskan tugas yang jelas, wewenang, dan tanggung jawab antar bagian atau
seksi dalam organisasi dan hubungan antar personal sehingga membangkitkan
keinginan individu dan kelompok dalam peningkatan mutu pelayanan. (Laeli et al.,
2015)
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode
penugasan yang diterapkan di ruang perawatan. Baiklah berikut ini Anda pelajari
terlebih dahaulu beberapa tipe organisasi dilihat dari strukturnya Secara umum
struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini Bentuk
organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini mencirikan
bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara
satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan
sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam
melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah.
Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah
karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan kegiatan
organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan
perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah.
Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna, dibutuhkan
pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan
unsur manusiawi sering terabaikan. (Sataloff et al., 2016)
2. Organisasi staf Organisasi staf
merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa
dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai
pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi staf adalah individu
ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan membutuhkan orang yang
mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan keputusan

9
berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan
akan lebih baik, kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu
yang lebih lama. (Sataloff et al., 2016)
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf
tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung
jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf diterapkan jika
permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya
memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini
staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang,
tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat lebih memusatkan
perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang
baik. Kelemahannya adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih
lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana jika staf tidak mengetahui
batas batas wewenangnya (Sataloff et al., 2016).

D. Tujuan Pengorganisasian
Kegiatan pengorganisasian bertujuan untuk:
1. Untuk mencapai tujuan organisasi
2. Agar sumber daya menjadi efektif dan efisien
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab perorangan dan kelompok akan menjadi
efektif
4. Penyusunan struktur organisasi yang baik akan menjadikan komunikasi dan
koordinasi menjadi efektif
5. Melakukan pengambilan keputusan dengan tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi
dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting (Hidayah, 2020)

10
E. Perbedaan Budaya Dan Iklim Organisasi
a) Budaya Organisasi
Definisi budaya organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu:
“shared value system, develop overtime, that guides members on how to
problem solve, adapt to the externl enviroment and manage relationship”
Definisi di atas menjelaskan bahwa budaya organisasi merupakan saling
berbagi nilai dari suatu sistem, berkembang dari waktu ke waktu yang
kemudian menjadi panduan anggotanya dalam menyelesaikan masalah,
beradaptasi terhadap lingkungan dan mengelolah suatu hubungan. Tujuan dari
budaya yaitu untuk memberikan ikatan bersama sehingga anggota tahu bahwa
saling berhubungan satu sama lain serta menunjukkan kepada ornaag lain di
luar dari organisasi nilai-nilai apa saja yang dihargai.
Cara mudah dalam memahami budaya dalam keperawatan. Metode metode
pemberina asuhan keperwatan yang menuntun praktik keperawatan merupakan
gambaran budaya dalam keperawatan. Layanan sistem keperwatan sangatlah
kompleks. Layanan asuan keperawatan yang berkualitas tinggi perlu
bergantung pad akomunikasi dan kolaborasi yang baik antara pemberi layanan,
pasien dan keluarga pasien. Salah satu yang menjadi perhatian adalah
menghargai budaya rumah sakit berdampak pada unit-unit keperawatan,
praktek keprawatan dan hasil asuhan terhadap pasien sebagai seornag perawat
agar menajdi efektif dalam organisasi perlu untuk memegang teguh budaya
organisasi di mana tempat mereka bekerja.
Seperti disebutkan di atas komunikasi dan perilaku yang sesuai etika dapat
mempengaruhi budaya organisasi. Di Indonesia sendiri telah diterbitkan Buku
Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan Pada 28
Oktober 2017 oleh PPNI.
b) Iklim organisasi
Definisi iklim organisasi menurut (Huber, 2018) yaitu:
“evident in staff perception policies, practices dan goal echievement”
Definisi diaatas menjelaskan bahwa iklim organisasi adalah persepsi
individu terhadap apa yang dirasakan dalam lingkungan kerja yang ditempati.
Iklim organisasi lebih mudah diukur daripada budaya organisasi karena
mengacu pada lingkungan kerja. Karakteristik lingkungan kerja berupa
pengambilan keputusan, kepemimpinan, dukungan atasan, kohesi rekan,

11
otonomi, konflik, tekanan kerja, penghargaan, tekanan kerja, penghargaan,
perasaan hangat serta resiko.
Budaya iklim dan organisasi saling berkaitan dengan pentingnya
memahami sikap, motivasi dan perilaku perawat. Hal ini kemudian
mempengaruhi kepuasan kerja perawat, sehingga timbul keinginan untuk
mengundurkan diri. Perilaku menganggu seperti incivility (ketidaksopanan)
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen perawat terhadap
organisasi yang mengarah pada keluarnya perawat dari organisasi. Incivility
dilingkup kesehatan muncul sebagai maslah keamanan yang penting selama
beberapa dekade karena memberikan beberpaa efek negatif termasuk
meningkatkan stres kerja, menurunkan produktifitas kerja, menurunnya moral
seseorang, meningkatkan tumover perawat serta hilangnya kepercayaan
tehadap organisasi (Yoder-Wise, 2015).
Selain itu iklim budaya organisasi juga menankankan pada keselamatan
pasien. Iklim ini mengarah pada keamanan pasien dan keselamatan perawat
juga. Dimana iklim keselamtan merupakan persepsi anggota terhadap
keselamatan itu sendiri di dalam organisasi. (Susanti, 2020)

F. Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Di Ruang Rawat Dan


Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat

a. Manajemen Kinerja Klinik


Konsep dasar manajemen kinerja klinik
Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan
manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI,
2005).
Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat,
ilmu pengetahuan dan teknologi aspek legal formal serta landasan etika.
Manajemen kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan mutu
pelayanan perawat di institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan dan
manajemen kinerja klinik perawat diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standard yang ditetapkan,
mempunyai kemampuan ma najerial yang baik, melaksanakan asuhan

12
keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan
masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.
1. Implementasi
1. Implementasi
a. Fungsi pengorganisasian:
- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
- Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
- Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
- Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim
kesehatan lain
- Mengatur waktu istirahat anggota tim
- Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Fungsi pengarahan:
- Memberikan pengarahan kepada anggota tim
- Memberikan bimbingan pada anggota tim
- Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
- Mengawasi proses pemberian askep
- Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan
- Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

2. Evaluasi
a. Fungsi pengendalian:
- Mengevaluasi kinerja tim
- Memberikan umpan balik pada kinerja katim
- Mengatasi masalah diruang rawat dan menetapkan tindak lanjut
- Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Peran ketua Tim dalam tahap:
- Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien
- Perencanaan:
c. Fungsi perencanaan dan ketenagaan:

13
- Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian tugas
- Menyusun rencana asuhan keperawatan
- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
- Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
- Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik

Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika


Sukmana dan Rika Widya Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer
keperawatan dituntuk untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,
dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan
asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,
keluarga, dan masyarakat.

Selama ini manajemen keperawatan tidak dijalankan dengan baik di


Puskesmas. Berbeda dengan dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta.
Memang manajemen Puskesmas secara umum telah diatur oleh pemerintah
termasuk pencatatan dan pelaporannya. Namun tugas poko dan fungsi perawat
sebagai pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada
aplikasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan bila Institusi pendidikan
lebih memilih Rumah Sakit sebagai lahan praktik manajemen keperawatan.
Tentunya adalah sebuah kerugian besar apabila tenaga profesional dengan
gelar Profesi (Ners) kurang tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk
manajerial keperawatan di Puskesmas.

Kemenkes 2005 telah mengeluarkan keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor 836 tahun 2005 tentnag pedoman pengembangan manajemen kinerja
perawat dan bidan. Hal ini seharusnya menjadi jalan terbaik agar manajemen
keperawatan bisa diaplikasikan dengan baik dan menghasilkan pelayanan
keperawatan yang bermutu.

14
Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya
sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen
keperawatan dan manajemen kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur
yang menjadi bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3
tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran (output).

Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuo


standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan
bagian-bagian dari pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia,
organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan.
Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan,
mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit pasien, penilaian
prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang dikenal
sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan). Namun sebenarnya diskusi
refleksi kasus mencakup organisasi, evaluasi tugas, kerjasama tim, pemecahan
masalah, pengembangan staf dan penelitian. Monitoring mencakup evaluasi
tugas, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pemecahan
masalah, menangani konflik, komunikasi dan analisis transaksional, sistem
infromasi computer.

Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan dan teknik


yang harus dikuasiai yaitu learning organization and coaching. Learning
organization adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
perawat primer. Dengan learning organization perawat primer akan mampu
mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching adalah
kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah
satu peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik. Jadi selain mendidik
mahasiswa keperawatan, perawat juga memberikan pendidikan kepada
perawat yang lebih junior dan tim kesehatan yang lainnya. Dari kerangka
konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen keperawatan. Dan hal ini
merupakan peluang bagi para perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya,
khususnya di Puskesmas.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengorganisasian merupakan pengelompokkan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan.
Pengorganisasian merupakan kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap
pekerjaan individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok
manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Pengorganisasian bertujuan agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-
tugas yang dibebankan

B. Saran
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian
secara jelas. Selain itu pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan
stafnya. Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu
juga dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan
organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dedi, B. (2019). Kepemimpinan dan Manajemen Pelayanan Keperawatan: Teori, Konsep


dan Implementasi. November 2019, 397.

Hidayah, N. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Deni
(ed.)). Penerbit Adab.

Manda, M. (2016). Fungsi Pengorganisasian dan Evaluasi Peserta Didik. Kelola: Journal of
Islamic Education Management, 1(1), 89-1–1. https://doi.org/10.24256/kelola.v1i1.432

Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan (1st ed.).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Susanti, S. S. dkk. (2020). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan (A. Rikki
(ed.)). Yayasan Kita Menulis.

17
MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Di susun oleh :

Kelompok 2

Anita Panjaya (C1814201108)

Hana Rannu (C1814201123)

Joshus (C1814201126)

Juliana Fabiola Arpin (C1814201127)

Lialin Romkeny (C1814201129)

Lindri Bunga (C1814201131)

Maria Wulandari Telaubun (C1814201134)

Risda Wati Sira (C1814201143)

Rouzwati Palindangan (C1814201146)

Winda Dolfiani Tanggo (C1814201154)

PROGRAM STUDI S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STELLA MARIS MAKASSAR TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Manajamen
Keperawatan, dimana dalam makalah ini membahas tentang menetapkan kegiatan fungsi
pengoranisasian yang sesuai dengan prinsip pengorganisaisan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna menyempurnakan dan sebagai acuan untuk kedepannya.

Makassar, 22 Maret 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ......................................... 6


B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan ....................................... 8
C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi .............................................................. 9
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas:
kewenangan klinik perawat................................................................................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 19
B. Saran .................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat
diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyaakat. Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen
kedua yang penting dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna. Pengorganisasian merupakan
pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk melakukan
koorinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan ventikel untuk mencapai
tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka pelayanan keperawatan
harus mengorganisasikan aktiivtasnya melalui kelompok-kelompok sehingga tujuan
pelayanan keperawatan akan tercapai.
Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua
tenaga termasuk perawat bertanggun jawab dalam penyelesaian masalah kesehatan
klien. pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan yang menjadi bahasan
dalam pelayanan keperawatan diruang rawat meliputi: struktur organisasi ruang rawat,
pengelompokan kegiatan (metode pengawasan), koordinasi kegiatan dan evaluasi
kegiatan kelompok kerja; yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
struktur organisasi dalam pelayanan keperawatan untuk mencapai tujuan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian ?
2. Bagaimana berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan ?
3. Bagaimana perbedaan budaya dan iklim organisasi ?
4. Bagaimana implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat ?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, dan prinsip.
2. Mengetahui berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan.
3. Mengetahui perbedaan budaya dan iklim organisasi.
4. Mengetahui implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan
puskesmas: kewenangan klinik perawat.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar, tujuan, dan prinsip pengorganisasian


a. Konsep dasar pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi
dengan unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan( Depkes RI,
2001).
Menurut Hersey dan Blanchard (1997) dalam La Monica (1998)
pengorganisasian adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan
individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok manajermen cari
metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses pengelompokan
kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab dan koordinasi kegiatan baik
vertical maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas dikelompokkan, siapa
yang melaporkan kesiapa, dan dimana serta kapan keputusan harus diambil oleh
seorang perawat.
Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka analisis kebutuhan
tenaga harus tepat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal yang harus menjadi
pertimbangan guna menjawab pertanyaan siapa yang harus melakuakan apa
diantaranya menurut Siagian (2007) adalah
a) Merumuskan klasifikasi jabatan
b) Analisis pekerjaan
c) Diskripsi pekerjaan agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
b. Tujuan pengorganisasian
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan pengorganisasian dalam manajemen
keperawatan sebagai berikut:
a) Pencapaian tujuan organisasi
b) Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien

6
c) Melakukan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang efektif antara
perorangan dan kelompok.
d) Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan
struktur organisasi yang baik
e) Melakukan pengambilan keputusan secara tepat
f) Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui
supervisi.
g) Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan
melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg & Swansburg, 1999).
c. Prinsip pengorganisasian
Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan
organisasi, ada empat prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut
adalah:
a) Pembagian kerja
Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf. Setiap
staf memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk
menghindari kesalahan maka manajer perawat hendaknya mengerti
karakteristiktugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job description,
pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-
rambu pembagian kerja.
b) Pendelegasian tugas
menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu
tugas dari satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban
tetap tergantung hasilnya. Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab kepada staf untuk melakukan tindakan dengan batas
kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur mentoring dan
regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber
daya yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N
(2008) dalam Kurniadi, 2013 pendelegasian yang baik harus melihat The five
right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan, lingkungan sekitarnya, orang yang
ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan supervise atau
evaluasi.
c) Koordinasi

7
Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak
yang terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama
sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa dilakukan dengan cara :
1) Membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan
2) Membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent)
3) Melakukan pelaporan dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan
4) Membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai dalam semua kegiatan
sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat
d) Manajemen waktu
Biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar
dapat berhasil dalam mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang
efektif dengan cara :
1) Analisa waktu yang dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan
2) Memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai waktu yang ada
3) Menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin
4) Mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan
B. Berbagai jenis struktur organisasi dalam keperawatan
Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan dengan metode penugasan
yang diterapkan di ruang perawatan. Berikut ini beberapa tipe organisasi dilihat dari
strukturnya. Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini
Bentuk organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang
nyata antara satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi pelaksana.
Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan, dan
dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah. Organisasi lini lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan
jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas, serta tujuan dan
kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai
keuntungan pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat,
kesatuan arah dan perintah lebih terjamin, serta koordinasi dan pengawasan

8
lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang sempurna,
dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan
berwibawa, dan unsur manusiawi sering terabaikan.
2. Organisasi staf
Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf
dicirikan bahwa dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang
berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang yang duduk dalam organisasi
staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan
membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah
organisasi. Pengambilan keputusan berada di tangan pimpinan.
Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik, kerugiannya
pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.
3. Organisasi lini dan staf
Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini,
staf tidak hanya diberi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan
tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut. Organisasi lini staf
diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak
hanya memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan
organisasi lini staf adalah pengambilan keputusan telah dipikirkan oleh
sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan dapat
lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta
pengembangan bakat dan kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong
tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya adalah pengambilan
keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan
pelaksana jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya
C. Perbedaan budaya dan iklim organisasi
1) Budaya organisasi
Istilah budaya berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti
mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah atau bertani. Kemudian
dalam bahasa Inggris menjadi culture. Menurut Kotter dan Haskett (1922:3),
perhatian masyarakat akademik terhadap budaya berasal dari studi antropologi
sosial yang pada akhir abad ke-19 melakukan studi terhadap masyarakat
“primitif”, seperti Eskimo, Afrika dan penduduk asli Amerika. Studi tersebut
mengungkapkan bahwa cara hidup anggota-anggota masyarakat ini tidak

9
hanya berbeda cara hidup masyarakat maju di Eropa danAmerika Utara tetapi
juga berbeda di antara masing-masing masyarakat primitif tersebut
Menurut Edgar H. Schein dalam Umam (2010) berpendapat bahwa
“budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik”. Oleh karena itu, budaya diajarkan (diwariskan) kepada anggota-
anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan, dan merasakan
terkait masalah-masalah tersebut.
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan
keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu
pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma,
asumsi-asumsi dan keyakinan (Owens, 1991). Sedangkan Sonhadji dalam
Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses sosialisasi
anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan
terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan
terhadap organisasi. Sementara Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya
organisasi berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma-norma prilaku,
ideology, sikap, kebiasaan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh organisasi
(dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta).
Gibson, Ivanichevich & Donelly dalam Soetopo (2010) berpendapat
bahwa budaya organisasi adalah “kepribadian organisasi yang mempengaruhi
cara bertindak individu dalam organisasi”. Budaya mengandung pola eksplisit
dan implisit dari dan untuk prilaku yang dibutuhkan dan diwujudkan hasil
kelompok manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia.
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai dan norma yang
dianut dan dijalankan oleh organisasi terakit dengan lingkungan tempat
organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. (Simamora, 2012)
Dari semua definisi tentang budaya organisasi diatas, secara umum
dapat ditetapkan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama,
nilai, sikpa dan keyakinan. Dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu
organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan dan harapan dari seluruh
individu anggota organisasi mulai dari manajemen puncak hingga manajemen

10
yang paling rendah, sehingga tidak ada aktifitas manajemen yang dapat
melepaskan diri dari budaya.
Komponen-Komponen Budaya Organisasi
Robbins dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik budaya organisasi
yaitu :
a) Otonomi individu yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab dan kesempatan
individu untuk berinisiatif dalam organisasi
b) Struktur yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk
mengontrol prilaku pegawai
c) Dukungan yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai
d) Identitas yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara
keseluruhan, terutama informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya
e) Hadiah performansi yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada criteria
performansi pegawai
f) Toleransi konflik yaitu kadar konflik dalam hubungan antar sejawat dan
kemauan untuk jujur dan terbuka terhadap perbedaan
g) Toleransi resiko yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif
dan berani menanggung resiko.
Fungsi Budaya Organisasi
Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi bergayut dengan
fungsi eksternal dan fungsi internal. Fungsi eksternal budaya organisasi adalah
melakukan adaptasi terhadap lingkungan diluar organisasi, sementara fungsi internal
berkaitan dengan integrasi berbagai sumber daya yang ada didalamnya termasuk sumber
daya manusia. Jadi secara eksternal budaya organisasi akan selalu beradaptasi dengan
budaya-budaya yang ada diluar organisasi, begitu seterusnya sehingga budaya organisasi
tetap akan selalu ada penyesuaian-penyesuaian. Lebih lanjut Soetopo menjelaskan
bahwa makin kuat budaya organisasi, makin tidak mudah organisasi itu akan
terpengaruh oleh budaya luar yang berkembang di lingkungannya. Sementara kekentalan
fungsi internal makin dirasakan menguat jika didalam organisasi itu semakin
berkembang norma-norma, peraturan, tradisi, adat istiadat organisasi yang terus menerus
dipupuk oleh para anggotanya sehingga berangsur-angsur budaya itu akan menjadi
semakin kuat.

11
Karakteristik Budaya Organisasi
O’Reilly dan Jehn dalam Soetopo (2010) mengemukakan tujuh karakteristik utama yang
menjadi inti dari suatu organisasi, yaitu :
1. Innovation and risk taking, yaitu derajat sejauh mana pekerja didorong untuk
inovatif dan berani mengambil resiko
2. Attention to detail,yaitu derajat seajuh mana para pekerja diharapkan
menunjukkan presisi, analisis, dan perhatian pada detail-detail
3. Outcome orientation, yaitu sejauh mana pimpinan berfokus pada hasil, bukan
pada teknis dari proses yang dipakai untuk menjadi hasil
4. People orientation, yaitu sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang dalam fungsi budaya organisasi
menjadi inti dari suatu budaya organisasi.
5. Team orientation, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan atas dasar
tim kerja daripada individu.
6. Aggressiveness, yaitu sejaunmana orang-orang dalam organisasi bersifat
agresif dan kompeteitif
7. Stability, yaitu sejauh mana aktifitas organisasi menekankan pemeliharaan
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

Klasifikasi budaya organisasi dalam mempelajari budaya organisasi, terdapat


empat pendekatan menurut Robert dan Hunt dalam Soetopo (2010). Keempat pendekatan
itu antara lain : (1) beberapa sarjana memandangnya sebagai asumsi bersama, keyakinan
dan nilai-nilai dalam organisasi dan kelompok kerja, (2) kelompok kedua tertarik dengan
mitos, cerita, dan bahasa sebagai manifestasi budaya, (3) memandang tata cara dan
seremonial sebagai manifestasi budaya, dan (4) mempelajari interaksi antar anggota dan
symbol-simbol. Sedangkan Schein membaginya kedalam tiga dimensi budaya yaitu :
(1) artefak dan kreasi berupa teknologi, seni, pola prilaku yang dapat dilihat dan
didengar. Terlihat oleh mata tetapi sering tidak dapat diartikan dan diuraikan, (2) nilai,
dapat diuji dalam lingkungan fisik, dapat diuji hanya oleh konsensus social. Tingkat yang
lebih tinggi mengenai kesadaran, (3) asumsi dasar, yaitu menegnai hubungan manusia-
lingkungan, hakikat dasar manusia, hakikat hubungan manusia.

Sedangkan Hellriegel dan Slocum dalam Soetopo (2010) mengajukan kerangka


klasifikasi budaya organisasi sebagai berikut :

12
Sumbu vertical mencerminkanorientasi pengawasan yang relative normal, jarak
dari mantap ke fleksibel.Sumbu horizontal mencerminkan fokus relative terhadap
perhatian, jarak dari fungsi internal ke fungsi eksternal.Sudut-sudut dari empat persegi
mewakili empat tipe murni dari budaya organisasi yaitu birokratik, clan, entrepreneurial
dan pasar.

a) Budaya Birokratik.
Suatu organisasi dengan karyawan yang mempunyai formalisasi nilai peraturan
standar prosedur operasi dan koordinasi hierarkis. Perhatian jangka panjang dalam
birokrasi, efisiensi, dan stabilitas dapat diperkirakan. Karyawannya mempunyai
standar nilai yang tinggi terhadap pelayanan pelanggan. Manajer memandang peran
mereka sebagai koordinator yang baik, organisator dan memperkuat standard dan
aturan tertulis.
b) Budaya Clan
mempunyai atribusi tradisi, kesetiaan, komitmen pribadi, sosialisasi ekstensif, tim
kerja, manajemen diri dan pengaruh social. Komitmen individual jangka panjang pada
organisasi diganjar dengan komitmen jangka panjang organisasi terhadap karyawan.
c) Budaya entrepreneurial
Menunjukkan tingkat pengambilan resiko yang tinggi, dinamis dan kreatifitas. Ada
komitmen terhadap eksperimentasi, inovasi. Budaya ini tidak hanya cepat bereaksi
terhadap perubahan lingkungan, tetapi menciptakan perubahan.
d) Budaya Pasar.

13
Nilai yang akan dicapai terukur, dan karyawan dituntut untuk mencapai sasaran,
terutama yang berbasis financial dan pasar.

2) Iklim Oranisasi
Owens (1991) menyatakan bahwa “organizational climate is the study of
perceptions that individual have of various aspect of the environment in the
organization”. Dengan demikian pengkajian iklim organisasi dapat dilakukan
dengan menggali data dari persepsi individu yang ada dalam organisasi.
Taguiri dan Litwin dalam Soetopo (2010) mengartikan iklim organisasi adalah
suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya,
mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai
karakteristik organisasi. Dengan penegrtian ini, Miner (1998) menyarikan
aspek-aspek definisi iklim organisasi sebagai berikut :
1) Iklim organisasi berkaitan dengan unit yang besar yang mengandung
cirri karakteristik tertentu.
2) Iklim organisasi lebih mendiskripsikan suatu unit organisasi daripada
menilainya.
3) Iklim organisasi berasal dari praktik organisasi, dan
4) Iklim organiasasi mempengaruhi prilaku dan sikap aggota organisasi.

Dalam kaitannya dengan iklim organisasi, Steers dalam Soetopo (2010)


menyatakan bahwa iklim organisasi dapat dilihat dari dua sisi pandang yaitu (1) iklim
organisasi dilihat dari persepsi para anggota terhadap organisasinya, (2) iklim organisasi
dilihat dari hubungan antara kegiatan-kegiatan organisasi dan perilaku manajemennya.

Klasifikasi iklim organisasi berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Halpin (1971) yang menggunakan Organizational Climate Description Quesionare
(OCDC), terdapat enam klasifikasi iklim organiasi yaitu :

1. Open Climate yang menggambarkan tentang situasi dimana anggota organisasi


merasa senang untuk bekerja, saling kerjasama serta adanya keterbukaan.
2. Outonomous Climate yaitu situasi dimana adanya kebebasan, adanya peluang
kreatif, sehingga para anggota memiliki peluang untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan mereka.

14
3. The Controlled Climate yang ditandai adanya penekanan atas prestasi dalam
mewujudkan kepuasan kebutuhan social, setiap orang bekerja keras serta
kurangnya hubungan antar sesama anggota
4. The Familiar Climate yaitu adanya rasa kesejawatan tinggi antara pimpinan
dan anggota
5. The Paternal Climate yang bercirikan adanya pengontrolan pimpinan terhadap
anggota, dan
6. The Closed Climate yang ditandai suatu situasi rendahnya kepuasan dan
prestasi tugas serta kebutuhan social para anggota, pimpinan sangat tertutup
terhadap para anggotanya.
Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi komponen iklim organisasi
berdasarkan karakteristik kelompok sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan, yaitu suatu kadar dimana staf atau
bawahan cenderung tidak terlibat dan tidak commite terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
b. Hindrance atau halangan, yaitu mengacu pada perasaan para staf bahwa
pimpinan membebani mereka dengan tugas yang memberatkan pekerjaan
mereka.
c. Esprit atau semangat, yaitu mengacu pada semangat kerja karena terpenuhinya
kebutuhan social dan rasa punya prestasi dalam pekerjaan.
d. Intimacy atau keintiman, yaitu kadar kekohesifan antar staf dalam organisasi.
Sedangkan berdasarkan kategori prilaku pemimpin sebagai berikut :
1) Aloofness atau keberjarakan, yaitu menggambarkan kadar prilaku pemimpin
yang formal dan impersonal yang menunjukkan jarak social dengan staf.
2) Production Emphasis atau penekanan pada hasil yaitu mengacu pada prilaku
pemimpin agar staf bekerja keras, misalnya dengan pengawasan ketat,
direktifdan menuntut hsil maskimal.
3) Thrust atau rasa yakin, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin yang
ditandai kerja kerasnya agar dicontoh oleh staf.
4) Consideration atau perhatian, yaitu mengacu pada kadar prilaku pemimpin
dengan memperlakukan staf secara manusiawi sesuai dengan martabatnya
(Owens, 1991; Halpin, 1971)

15
D. Implementasi pengorganisasian keperawatan di ruang rawat dan puskesmas:
kewenangan klinik perawat
1. Pengorganisasian di ruang rawat
Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi :
a. Struktur Organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada
besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi
wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134
dan 135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah sakit perlu
menerbitkan surat keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi
ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf
atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap
bagian, wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk
organisasi dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau
sistem penugasan yang digunakan.
b. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan

16
sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan
untuk memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan
klien pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan
keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas
menejer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan
mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi,
integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya
mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal ini kepala
ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan yang ada
dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien
yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien didasarkan
atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, misalnya
keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia misalnya
anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang dialami klien
misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang dilakukan,
misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di
ruangan serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Pengorganisasian di puskesmas
Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah pengaturan
kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang terpadu yang secara
keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan puskesmas yang telah
ditetapkan.
a. Tenaga Pelaksanaan Puskesmas
Pengorganisasian tenaga pelaksanaan puskesmas yang
dimaksudadalah mencakup pengaturan pola struktur organisasi

17
puskesmas,susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap
tenagapelaksana puskesmas sedemikian rupa sehingga setiap
kegiatan adapenanggung jawabnya.
b. Proses Pengorganisasian Puskesmas
Proses pengorganisasian Puskesmas dilakukan melaluitiga langkah
sebagai berikut
1) Perincian seluruh pekerjaan puskesmas yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan puskesmas
2) Pembagian beban pekerjaan puskesmas keseluruhanmenjadi
kegiatan-kegiatan secara logis dapat dilaksanakan oleh
seorang pegawai puskesmas.
3) Penyusunan dan pengembangan suatu mekanisme dan tata
kerja puskesmas untuk menguraikan tugas dan fungsi pegawai
puskesmas menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis

3. Kewenangan klinis perawat


Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan
yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk
melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis. Penugasan
klinis adalah penugasan kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga keperawatan
untuk melakukan asuha keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit
tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.
Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak
menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat
merasa bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh
pihak lain. Konflik yang timbul tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan
dari perawat dan rumah sakit yang bersangkutan. Dengan diaturnya kewenangan
klinis tersebut maka setiap perawat akan mempunyai batas yang jelas dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis
juga bertujuan untuk melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa
tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan
memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang jelas (Maiti & Bidinger, 1981)

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi, komunikasi dan koordinasi dengan
unit kerja lain secara vertikal/atasan dan horizontal/bawahan (Depkes RI, 2001).
Organisasi yang baik adalah organisasi yang menjalankan peran pengorganisasian
secara jelas. Pengorganisasian yang baik juga dilihat dari pemimpin dan stafnya.
Hubungan yang baik membuat tujuan organisasi lebih cepat tercapai. Begitu juga
dengan hubungan yang buruk antara pimpinan dan stafnya akan membuat tujuan
organisasi lambat terwujud bahkan gagal tercapai. Budaya organisasi mengacu pada
norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu organisasi, sementara dalam iklim
organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang merefleksikan
norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.

B. Saran
Diharapkan Makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan-rekan mahasiswa
calon perawat, terutama mahasiswa semester akhir sebagai bekal untuk dapat
memahami mengenai Manajemen keperawatan dalam mengaplikasikan dan
mempraktikannya di rumah sakit

19
DAFTAR PUSTAKA

Simamora, Roymond H. 2012. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta

Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku organisasi; Teori dan Praktek di Bidang Pendidikan.
Bandung : Rosdakarya

Triwibowo, Cecep. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: CV


Trans Info Media

Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamental of Nursing Concept,
Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health

Maiti, & Bidinger. (1981). Kewenangan Klinis (Clinical Privilege). Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1002106070-3-BAB II.pdf%0A%0A

20
Kelompok 2

FUNGSI PENGORGANISASIAN
MENURUT PRINSIP
PENGORGANISASIAN
Gabriella
Gloriani Sendana
Hermila S.
Jellytsya Lessil
Manajemen
Julaeta Palimbong
Jurniawati Gemala Gita Perori Keperawatan
Krisma Basiang
Kurnia Cinora Talubun
Lidya Gracelya
Konsep dasar tujuan, dan prinsip
pengorganisasian

A. Konsep Dasar Pengorganisasian


• Pengorganisasian (Organizing) merupakan sebuah pelayanan yang penting dalam
suatu organisasi untuk menentukan tingkat keberhasilan tujuan organisasi. Dalam
pengorganisasian, di dalamnya terdapat penyusunan struktur organisasi formal
sebagai sarana mengkoordinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan, menetapkan
kebijakan dan prosedur, serta menentukan posisi dan deskripsinya.
• Tujuannya adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab dan diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan
keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang
dibebankan.
• Pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan sendiri adalah proses
pengelompokkan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggungjawab dan koordinasi
kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang dilakukan oleh tenaga keperawatan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lanjutan…
Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of Organizing), yaitu :
• Pembagian Kerja (Division of work)
Pembagian Kerja adalah upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan menjadi lebih sederhana
dan spesifik dan setiap karyawan akan ditempatkan dan ditugaskan dalam setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik
tersebut. Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria
tertentu yang sejenis.

• Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)


Pengelompokan Pekerjaan atau Departementalisasi pada dasarnya adalah proses pengelompokkan dan penamaan bagian
atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.

• Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy)


Hierarki adalah proses penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Terdapat dua konsep penting dalam Hierarki, yaitu span control dan chain of command.

• Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan aktifitas antar bagian dalam organisasi (coordination)
Koordinasi (Coordination) adalah proses dalam mengintegrasikan seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam
organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.
B. Tujuan Pengorganisasian
• Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan

• Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial

• Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen
yang ada

• Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan
efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya

• Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah: Terselenggaranya
pelayanan/ Asuhan keperawatan yang berkualitas. Pengembangan staf dan Budaya riset bidang
keperawatan
C. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian

• Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam manajemen (the
first function of management). Semua fungsi manajemen tergantung dari perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau proses mental untuk membuat keputusan dan
peramalan (forecasting). Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan
kemungkinan hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999).

• Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu efektif


berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang tepat dan memungkinkan
berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan
kegiatan perawat dikendalikan.

• Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan di antara beberapa
alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
Lanjutan…
• Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur manajemen
memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota menjalankan tugas dan
wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu memberikan semangat,
mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan sumber daya yang sangat
menentukan.

• Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang jelas dan
ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.

• Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan sejumlah


aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada masing-masing
kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi dengan unit lain baik secara
horizontal maupun secara vertikal (Swansburg & Swansburg, 1999).

• Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang lainnya
yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam manajemen
keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang dinamis mengikuti
karakteristik pasien yang akan Anda layani.
Jenis struktur organisasi dalam
keperawatan
• Struktur fungsional
Struktur fungsional adalah yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama
dan melakukan tugas-tugas serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja.
Anggota-anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka (Sukoco, 2007).

• Keuntungan dari struktur organisasi fungsional:


o Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian
o Tugas sesuai dengan keahlian dan pelatihan tugas
o Berkualitas tinggi pemecahan masalah teknis
o Mendalam pelatihan dan pengembangan keterampilan

• Kekurangan struktur organisasi fungsional adalah:


o Adanya kesulitan dalam penunjukkan tanggung jawab secara tepat karena hanya mendahulukan rutinitas tugas
o Tempat berkumpulnya masalah, dan tidak langsung ke akar permasalahan
o Kurang rasa kebersamaan dalam meraih tujuan bersama
o Menumbuhkan perspektif fungsional yang
o Terlalu banyak rujukan untuk membuat keputusan
o Kurang memperhatikan aspek strategis jangka panjang
o Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi dan kesesuaian jadwal kerja
menjadi sulit dilakukan
Lanjutan…
• Struktur program
Struktur program menekankan integrasi kerja dari konsumen, layanan, dan geografis.Dalam pelayanan
kesehatan, program-program dikelompokkan berdasarkan kebutuhan pasien, umur, layanan tertentu,
spesialis tertentu ataupun geografisnya(Huber, 2010).

• Kelebihan struktur program:


o Pelayanan dapat dilakukan secara optimal karena
Simple ahli-ahli yang terkait berada di satu area
Simple
o Dapat membuat keputusan operasional yang tepat
PowerPoint waktu
PowerPoint
o Pasien dapatPresentation
mengakses layanan yang terintegrasi dari berbagai profesi kesehatan dengan keahlian
Presentation
klinis yang spesifik

• Kekurangan struktur organisasi program:


o Pasien yang membutuhkan lebih dari satu program akan merasa kesulitan dalam menghadapi
pelayanan dari program yang berbeda
o Integrasi program dapat terjadi dengan menurunkan kordinasi antar program
o Para profesi kesehatan dari suatu program tertentu dapat terisolasi dari kolega mereka yang berada di
program lain.
Lanjutan…
• Struktur organisasi matriks
• Struktur organisasi matriks merupakan struktur organisasi gabungan antara fungsional dan program (Charnes & Tewksbury,
1993 dalam Huber, 2010), dimana struktur organisasi jenis ini merekrut orang-orang yang memiliki keahlian tertentu yang
diperlukan dalam suatu proyek tertentu.Pada proyek ini, staf dapat memiliki pekerjaan rangkap atau terpisah yaitu pada
proyek dan pada posisi permanen(Sukoco, 2007).
• Keuntungan struktur organisasi matriks:
o Lebih baik kerjasamanya antar lintas fungsi
o Peningkatan pengambilan keputusan
o Meningkatkan fleksibilitas dalam restrukturisasi
o Pelayanan kepada pasien jadi lebih baik.
o Akuntabilitas kinerja lebih baik.
o Adanya peningkatan manajemen strategis karena mampu mencapai tingkat koordinasi yang diperlukan untuk menjawab
tuntutan “ganda” lingkungan.
• Kerugian dari struktur organisasi matrik adalah:
o Adanya sistem dua pengawas yang rentan terhadap perebutan kekuasaan
o Adanya sistem dua pengawas yang dapat membuat kebingungan tugas dan konflik dalam prioritas kerja.
o Rapat Team biasanya banyak memakan waktu
o Peningkatan biaya karena menambah struktur tim.
Lanjutan…
• Struktur paralel
• Struktur organisasi paralel merupakan sebuah mekanisme terbaru
dalam menghadapi tantangan bentuk murni fungsional, yaitu dengan
mengkordinasikan departemen/bagian-bagian fungsional.
Mekanisme dalam struktur ini dapat terdiri dari tim, para ahli, satuan
kerja, peran penghubung, dan komisi kerja(Charnes & Tewksburry,
1993 dalam Huber, 2010).

• Struktur organisasi program yang dimodifikasi


• Struktur organisasi jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi
fragmentasi dan isolasi-isolasi fungsi dari struktur program dengan
menyatukan berbagai fungsi serta profesi antar program.
Faktor-faktor perbedaan
struktur organisasi
• Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen
untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi
organisasi maka logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih
tepatnya, struktur harus mengikuti strategi
• Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang
dalam organisasi tersebut.
• Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem
produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah
input organisasi menjadi output.
• Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi. Elemen
kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan
komunitas finansial.
Perbedaan Budaya dan Iklim
Organisasi

• Perbedaan antara budaya organisasi dan iklim organisasi adalah bahwa budaya merupakan suatu
lah yang berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai dan perilaku atau karakteristik tertentu dan
akan bersifat lebih lama yang diadopsi oleh karyawan dalam organisasi sedangkan, secara definisi
iklim merupakan sebuah deskripsi atau gambaran tentang organisasi dimana pada suatu kondisi
tertentu karakteristik itu bersifat sementara dan dapat berubah, jika anggota berkehendak untuk
mengubah selain itu iklim juga berbicara tentang suasana organisasi yang dibuat berdasarkan
budaya. Budaya dan iklim organisasi berbeda dari satu organisasi ke organisasi lainnya.

• Sedangkan iklim organisasi adalah tentang persepsi dan perasaan masing-masing mengenai
budaya organisasi tertentu. Iklim suatu organisasi sering berubah dengan pengaruh langsung dari
manajemen puncak dalam organisasi. Iklim organisasi jauh lebih mudah untuk dialami dan diukur
daripada budaya organisasi.
Lanjutan…
• Perbedaan antara Budaya Organisasi dan Iklim
• Iklim organisasi dapat dengan jelas diidentifikasi dengan persepsi
individu mengenai kualitas dan karakteristik budaya organisasi.
• Budaya mewakili citra sebenarnya dari organisasi, sedangkan iklim
mewakili persepsi individu, meskipun mungkin ada perbedaan di
antara masing-masing ide mereka.
• Budaya organisasi berkaitan dengan visi makro organisasi,
sedangkan iklim organisasi sangat mementingkan citra mikro
organisasi.
Implementasi pengorganisasian keperawatan
di ruang rawat dan puskesmas: kewenangan
klinik perawat
a. Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan pengorganisasian, pelayanan keperawatan diruangan meliputi:
• Struktur organisasi
• Pengelompokan kegiatan

b. Manajemen Kinerja Klinik


• Konsep dasar manajemen kinerja klinik:
• Implementasi
o Fungsi pengorganisasian:
• Merumuskan sistem penugasan
• Menjelaskan rincian tugas ketua tim
• Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan diruang rawat
• Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan/fasilitas ruangan
• Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
• Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
Lanjutan…
Chart
Fungsi pengarahan: pendokumentasian
Infographic
• Memberikan pengarahan kepada ketua •
tim
Evaluasi
Fungsi pengendalian:
• Memberikan motivasi dalam • Mengevaluasi kinerja tim
meningkatkan pengetahuan,
80
keterampilan dan sikap anggota tim
%
• Memberi pujian kepada anggota tim
yang melaksanakan tugas dengan baik •
• Memberikan umpan balik pada kinerja
katim
Mengatasi masalah diruang rawat dan
• Membimbing bawahan menetapkan tindak lanjut
• Meningkatkan kolaborasi dengan • Memperhatikan aspek legal dan etik
nggota tim keperawatan
• Melakukan supervise • Melakukan pelaporan dan
pendokumentasian
• Memberikan informasi tentang hal-hal
yang berhubungan dengan yankep
diruangan
• Melakukan pelaporan dan
• Peran ketua Tim dalam tahap: • Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
• Pengkajian: mengumpulkan data kesehatan klien • Mampu mengkoordinir pekerjaan yang dilakukan bersama tim
kesehatan lain
• Mengatur waktu istirahat anggota tim
• Perencanaan:
• Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
• Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
• Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas dan pembagian
tugas
• Menyusun rencana asuhan keperawatan • Fungsi pengarahan:
• Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan • Memberikan pengarahan kepada anggota tim
• Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan • Memberikan bimbingan pada anggota tim
• Mengorientasikan klien baru pada lingkungan • Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian • Mengawasi proses pemberian askep
• Melibatkan anggota dari awal sampai akhir kegiatan
• Implementasi • Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
• Fungsi pengorganisasian: • Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
• Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
• Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
Lanjutan…
• Fungsi pengarahan: • Melakukan pelaporan dan
• Memberikan pengarahan kepada pendokumentasian
anggota tim
• Memberikan bimbingan pada • Evaluasi:
anggota tim • Fungsi pengendalian:
• Memberikan informasi yang • Mengevaluasi asuhan keperawatan
berhubungan dengan askep
• Memberikan umpan balik pada
• Mengawasi proses pemberian pelaksana
askep
• Memperhatikan aspek legal dan etik
• Melibatkan anggota dari awal
sampai akhir kegiatan • Melakukan pelaporan dan
pendokumentasian
• Memberikan pujian/motivasi kepada
anggota tim
Lanjutan…
• Peran pelaksana dalam tahap: • Menerima penjelasan tujuan
• Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan pengorganisasian tim
diri sendiri untuk melaksanakan asuhan • Menerima pembagian tugas
keperawatan • Melaksanakan tugas yang diberikan oleh
• Perencanaan: katim
• Fungsi perencanaan dan ketenagaan: • Melaksanakan program kolaborasi dengan
• Bersama Karu mengadakan serah terima tim kesehatan lain
tugas • Menyesuaikan waktu istirahat dengan
• Menerima pembeagian tugas dari katim anggota tim lainnya
• Bersama katim menyiapkan keperluan • Melaksanakan asuhan keperawatan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan • Menunjang pelaporan, mencatat tindakan
• Mengikuti ronde keperawatan keperawatan yang dilaksanakan.
• Menerima klien baru
• Implementasi
• Fungsi pengorganisasian:
Manajemen Keperawatan di Puskemes
Melalui Manajemen Kinerja Klinik

• Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit
dasarnya sama dan hanya mepunyai perbedaan dalam istilah pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus,
yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen mempunyai istilah yang dikenal sebagai Nursing Round
kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi (Ronde Keperawataan).
bagian-baigannya. Manajemen keperawatan terdiri dari 3
tahapan yaitu masukan (input), proses (process), dan keluaran
(output). • Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa keterampilan
dan teknik yang harus dikuasiai yaitu learning organization and
coaching. Learning organization adalah sautu kemampuan
• Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini yang harus dimiliki oleh seorang perawat primer. Dengan
mencakuo standard, sistem, prosedur, anggaran, peralatan, learning organization perawat primer akan mampu
persediaan yang merupakan bagian-bagian dari pengumpulan mengorganisir perawat asosiasi yang dipimpinnya. Coaching
tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi adalah kemampuan yang sudah seharusnya dimiliki oleh
kinerja, kerjasama tim dalam manajemen keperawatan. Inikator semua perawat, karena salah satu peran perawat adalah
kinerja mencakup evaluasi tugas, pengambilan keputusan, sebagai educator atau pendidik.
Thank you
“PENGORGANISASIAN
DALAM KEPERAWATAN”

Kelompok II:
ALICIA AGATA MAWARU (C1814201054)
DESIANI (C1814201061)
DEVA LOLO PAYUNG (C1814201062)
FRISKA PAYUNG (C1814201068)
HERDA ANNEKE SOPUTAN (C1814201073)
KRISTOVORUS GEPOT (C1814201076)
MICHELLE ELIFELE L. (C1814201087)
PAETRICK PIETER SIMSON D.F (C1814201090)
SKOLASTIKA LILLI (C1814201095)
YOSEPH ARSONO (C1814201104)
Konsep Dasar Pengorganisasian

 Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu aktivitas


pengaturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik
yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk
melaksanakan rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan
organisasi. Perencanaan juga merupakan seluruh proses dalam
mengelompokkan baik pengelompokan karyawan, alat, tugas
tanggung-jawab dan wewenang dalam satu kesatuan tujuan.
(Effendhie, 2011)
 Manfaat pengorganisasian adalah antara lain memungkinkan
pembagian atas tugas-tugas yang sesuai dengan kondisi
organisasi, menciptakan spesialisasi, personil mengetahui tugas
yang diembannya.
 Adapun fungsi dari pengorganisasian antara lain adalah
pendelegasian wewenang di dalam manajemen atas (puncak)
kepada manajemeen pelaksana, pembagian tugas yang jelas,
dan mengkoordinasikan semua aktivitas. (Effendhie, 2011)
Terdapat empat pilar pengorganisasian (Four Building Blocks of
Organizing), yaitu :

 Pembagian Kerja (Division of work)


 Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
 Penentuan relasi antarbagian dalam organisasi
(hierarchy)
 Penentuan mekanisme untuk mengintegrasikan
aktifitas antar bagian dalam organisasi
(coordination)
Prinsip Pengorganisasian

Beberapa ahli telah mendefinisikan prinsip-prinsip atau azas-azas organisasi dan


masing-masing ahli memberikan perumusan yang berbeda, baik dalam jumlah
maupun istilah yang digunakan. Dalam buku “The Evolution of Management Tought”
karya Daniel A. Wren and Arthur G. Bedeian (2009: 216-221), dijelaskan mengenai
prinsipprinsip organisasi dari Henry Fayol sebagai berikut :

• Pembagian Kerja (Division of Work) • Penggajian (Remunerasi)


• Wewenang dan Tanggung Jawab • Pemusatan (Centralization)
(Authority and Responsibility) • Rangkaian Perintah (Chain of Command)
• Disiplin (Discipline) • Ketertiban (Order)
• Kesatuan Perintah (Unity of • Keadilan (Equity)
Command) • Stabilitas Jabatan dalam Kepegawaian
• Kesatuan Pengarahan (Unity of (Stability of Tenur of Personel)
Direction) • Inisiatif (Inisiative)
• Subordinasi Kepentingan • Semangat Kesatuan (Esprit de Corps)
Perseorangan terhadap Kepentingan
Umum (Subordination of Individual
Interest to General Interest)
Struktur Organisasi Keperawatan

• Pengorganisasian di ruang perawatan harus menyesuaikan


dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan.
berikut ini Anda pelajari terlebih dahaulu beberapa tipe
organisasi dilihat dari strukturnya Secara umum struktur
organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Organisasi Lini Bentuk
• organisasi lini merupakan yang tertua di dunia, organisasi lini
mencirikan bahwa pembagian tugas dan wewenang terdapat
perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan
satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan,
segala kendali ada di tangan pimpinan, dan dalam
melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah.. (Sataloff et al., 2016)
Lanjutan…..

3. Organisasi lini dan staf


2. Organisasi staf Organisasi staf
• Merupakan pengembangan dari
• merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk
organisasi lini. Organisasi staf organisasi ini, staf tidak hanya diberi
dicirikan bahwa dalam organisasi job sebagai penasiaht, tetapi staf juga
dikembangkan satuan organisasi sataf diberikan tanggung jawab untuk
yang berperan sebagai pembantu melaksanakan nasihat tersebut.
pimpinan. Orang yang duduk dalam Organisasi lini staf diterapkan jika
organisasi staf adalah individu ahli permasalahan organisasi sangat
sesuai dengan kebutuhan organisasi. kompleks sehingga staf tidak hanya
Pimpinan membutuhkan orang yang memberikan ide tetapi juga harus
mampu membantu memecahkan melaksanakan. (Sataloff et al., 2016).
masalah organisasi. Pengambilan
keputusan berada di tangan
pimpinan. Keuntungannya adalah
pengambilan keputusan akan lebih
baik, kerugiannya pengambilan
keputusan membutuhkan waktu yang
lebih lama. (Sataloff et al., 2016)
Tujuan Pengorganisasian

1. Untuk mencapai tujuan organisasi


2. Agar sumber daya menjadi efektif dan efisien
3. Pembagian tugas dan tanggung jawab perorangan dan
kelompok akan menjadi efektif
4. Penyusunan struktur organisasi yang baik akan menjadikan
komunikasi dan koordinasi menjadi efektif
5. Melakukan pengambilan keputusan dengan tepat
6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara
efektif melalui supervisi
7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang
mungkin terjadi dengan melalui penyesuaian-penyesuaian
yang penting (Hidayah, 2020)
Perbedaan Budaya Dan Iklim
Organisasi

a. Budaya Organisasi b. Iklim organisasi


• Definisi budaya organisasi menurut • Definisi iklim organisasi menurut
(Huber, 2018) yaitu: (Huber, 2018) yaitu:
• “shared value system, develop • “evident in staff perception policies,
overtime, that guides members on practices dan goal echievement”
how to problem solve, adapt to the • Definisi diaatas menjelaskan bahwa
externl enviroment and manage iklim organisasi adalah persepsi
relationship” individu terhadap apa yang dirasakan
• Definisi di atas menjelaskan bahwa dalam lingkungan kerja yang
budaya organisasi merupakan saling ditempati. Iklim organisasi lebih
berbagi nilai dari suatu sistem, mudah diukur daripada budaya
berkembang dari waktu ke waktu organisasi karena mengacu pada
yang kemudian menjadi panduan lingkungan kerja. Karakteristik
anggotanya dalam menyelesaikan lingkungan kerja berupa pengambilan
masalah, beradaptasi terhadap keputusan, kepemimpinan, dukungan
lingkungan dan mengelolah suatu atasan, kohesi rekan, otonomi,
hubungan. konflik, tekanan kerja, penghargaan,
tekanan kerja, penghargaan,
perasaan hangat serta resiko.
Implementasi Pengorganisasian Keperawatan Di
Ruang Rawat Dan Puskesmas: Kewenangan Klinik
Perawat

a. Manajemen Kinerja Klinik


Konsep dasar manajemen kinerja klinik b. Fungsi pengarahan:
Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya  Memberikan pengarahan kepada
peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat anggota tim
dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan  Memberikan bimbingan pada
kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes
RI, 2005). anggota tim
1. Implementasi  Memberikan informasi yang
a. Fungsi pengorganisasian: berhubungan dengan askep
- Merumuskan sistem penugasan  Mengawasi proses pemberian
- Menjelaskan rincian tugas ketua tim askep
- Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat  Melibatkan anggota dari awal
- Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawtan sampai akhir kegiatan
diruang rawat
- Mengatur dan mengendalikan logistic  Memberikan pujian/motivasi
ruangan/fasilitas ruangan kepada anggota tim
- Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik  Melakukan pelaporan dan
- Mendelegasikan tugas kepada ketua tim pendokumentasian
Lanjutan……

2. Evaluasi c. Fungsi perencanaan dan


a. Fungsi pengendalian: ketenagaan:
 Mengevaluasi kinerja tim  Bersama Karu melaksanakan
 Memberikan umpan balik pada serah terima tugas dan
kinerja katim pembagian tugas
 Mengatasi masalah diruang rawat  Menyusun rencana asuhan
dan menetapkan tindak lanjut keperawatan
 Memperhatikan aspek legal dan  Menyiapkan keperluan untuk
etik keperawatan melaksanakan asuhan
keperawatan
 Melakukan pelaporan dan  Melakukan ronde keperawatan
pendokumentasian bersama kepala ruangan
b. Peran ketua Tim dalam tahap:  Mengorientasikan klien baru
 Pengkajian: mengumpulkan data pada lingkungan
kesehatan klien  Melakukan pelaporan dan
 Perencanaan: pendokumentasian
Manajemen Keperawatan di Puskemes Melalui Manajemen Kinerja Klinik

• Manajemen menurut Gillies (1986) yang diterjemahkan oleh Dika Sukmana dan Rika Widya
Sukmana (1996) adalah suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,
sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
• Manajemen keperawatan dan manajemen kinerja klinis pada dasarnya sama dan hanya
mepunyai perbedaan dalam istilah yang dipakai. Manajemen keperawatan dan manajemen
kinerja klinis baik dalam tahapan maupun unsur yang menjadi bagian-baigannya.
Manajemen keperawatan terdiri dari 3 tahapan yaitu masukan (input), proses (process),
dan keluaran (output).
• Dalam manajemen kinerja klinik terdapat standard,hal ini mencakuop standard, sistem,
prosedur, anggaran, peralatan, persediaan yang merupakan bagian-bagian dari
pengumpulan tugas, hal ini mencakup personalia, organisasi, deskripsi kinerja, kerjasama
tim dalam manajemen keperawatan. Inikator kinerja mencakup evaluasi tugas,
pengambilan keputusan, mempengaruhi keputusuan, mempengaruhi perubahan audit
pasien, penilaian prestasi. Khusus untuk diskusi refleksi kasus, mempunyai istilah yang
dikenal sebagai Nursing Round (Ronde Keperawataan).
Lanjutan…..
• Dalam manajemen kinerja klinis ada beberapa
keterampilan dan teknik yang harus dikuasiai yaitu
learning organization and coaching. Learning organization
adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
perawat primer. Dengan learning organization perawat
primer akan mampu mengorganisir perawat asosiasi yang
dipimpinnya. Coaching adalah kemampuan yang sudah
seharusnya dimiliki oleh semua perawat, karena salah satu
peran perawat adalah sebagai educator atau pendidik.
Jadi selain mendidik mahasiswa keperawatan, perawat
juga memberikan pendidikan kepada perawat yang lebih
junior dan tim kesehatan yang lainnya. Dari kerangka
konsep manajemen kinerjak klinik dan manajemen
keperawatan. Dan hal ini merupakan peluang bagi para
perawat untuk meningkatkan mutu kinerjanya, khususnya
di Puskesmas.
Sekiaan…..
MANAJEMEN
KEPERAWATAN

KELOMPOK 2
2

 Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan

pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan

asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat.

 Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen kedua yang penting

dilaksanakan oleh setiap unit kerja sehingga tujuan organisasi dapat

dicapai dengan berdaya guna dan berhasil guna


3

Konsep dasar, tujuan, dan prinsip


pengorganisasian
1. Konsep dasar pengorganisasian
Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses
pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab
dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang
dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus
dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas
dikelompokkan, siapa yang melaporkan kesiapa, dan dimana serta
kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat.
4

2. Tujuan pengorganisasian
a. Pencapaian tujuan organisasi

b. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien

c. Melakukan pembagian tugas dan pertanggung jawaban yang efektif antara


perorangan dan kelompok.

d. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan


struktur organisasi yang baik

e. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat

f. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui


supervisi.

g. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi


dengan melalui penyesuaian-penyesuaian yang penting.
5

3. Prinsip pengorganisasian
1). Pembagian kerja

Dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf

2). Pendelegasian tugas

Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada


staf untuk melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu

3). Koordinasi

Adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang
terlibat dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama
sehingga terjadi keselarasan tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga
yang ada di tempat kerja.

4). Manajemen waktu


6

Berbagai jenis struktur organisasi dalam


keperawatan
Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
a. Organisasi Lini
b. Organisasi staf
c. Organisasi lini dan staf
7

Perbedaan budaya dan iklim


organisasi

1. Budaya organisasi
Budaya organisasi mengacu pada norma prilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu
organisasi, sementara dalam iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang
dalam organisasi yang merefleksikan norma-norma, asumsi-asumsi dan keyakinan.
Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses
sosialisasi anggota organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai dan keyakinan
terhadap organisasi untuk mengembangkan persepsi, nilai, dan keyakinan terhadap
organisasi.
8

Perbedaan budaya dan iklim


organisasi
Komponen-Komponen Budaya Organisasi
a. Otonomi individu
b. Struktur
c. Dukungan
d. Identitas
e. Hadiah performansi
f. Toleransi konflik
g. Toleransi resiko

Fungsi Budaya Organisasi


Soetopo (2010) mengemukan bahwa fungsi budaya organisasi bergayut dengan
fungsi eksternal dan fungsi internal.
9

Perbedaan budaya dan iklim


organisasi
Karakteristik Budaya Organisasi
1) Innovation and risk taking
2) Attention to detail
3) Outcome orientation
4) People orientation
5) Team orientation
6) Aggressiveness,
7) Stability
10

Perbedaan budaya dan iklim


organisasi
2. Iklim Organisasi
Adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh
anggotanya, mempengaruhi prilakunya dan dapat dideskripsikan dengan
nilai-nilai karakteristik organisasi.
Terdapat enam klasifikasi iklim organiasi menurut Halpin (1971) yaitu :
a. Open Climate
b. Outonomous Climate
c. The Controlled Climate
d. The Familiar Climate
e. The Paternal Climate
f. The Closed Climate
11

Perbedaan budaya dan iklim


organisasi

Halpin sebagaimana dikutip Soetopo (2010) membagi


komponen iklim organisasi berdasarkan karakteristik kelompok
sebagai berikut :
a. Disengagement atau ketidakikutsertaan
b. Hindrance atau halangan
c. Esprit atau semangat
d. Intimacy atau keintiman
12
Implementasi pengorganisasian keperawatan di
ruang rawat dan puskesmas: kewenangan
klinik perawat

1. Pengorganisasian di ruang rawat


Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan
keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian,
pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :
a. Struktur Organisasi
b. Pengelompokkan Kegiatan
13

2. Pengorganisasian di puskesmas
Pengorganisasian kegiatan puskesmas yang dimaksud ialah
pengaturan kegiatan puskesmas yang terbentuk satu kesatuan yang
terpadu yang secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan
puskesmas yang telah ditetapkan.

3. Kewenangan klinis perawat


Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah
kewenangan yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan
rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis.
14

Thanks!
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH

Kelompok 3

 Margalena Desti

 Margareta sintia Puspita Sari

 Maria Grace Evanty Ngajang

 Maria Lili Nencyani

 Mariana Dina Tesari

 Melania kontesa

 Melyani Paressa

 Mersy

 Mia Audi Lamba

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS S1

KEPERAWATAN MAKASSAR 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa, Sempurna

pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu makalah tentang

“MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas makalah ini bisa berguna

dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.

Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai

manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan

koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Makassar, 22 Maret 2021

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Konsep dasar, prinsip dasar dan tujuan ketenagaan .......................................... 3

B. Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan ....................................... 6

C. Cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift ........................................... 11

D. Alokasi dan penjadwalan tenaga keperawtan setiap shift .................................... 13

E. Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar akreditasi ...... 19

F. Jenis metode penugasan dalam ruang rawat........................................................ 25

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 29

A. Kesimpulan .................................................................................................. 29

B. Saran ............................................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejalan dengan berkembangnya zaman, pelayanan kesehatan pun mengalami
perkembangan dalam upaya menghadapi era globalisasi yang menuntut persaingan yang
cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah. Pada kondisi
persaingan yang tinggi, pelanggan memiliki informasi yang memadai dan mampu untuk
memilih diantara beberapa alternatif pelayanan yang ada. Oleh karena itu untuk
memenangkan persaingan dalam mendapatkan pelanggan, rumah sakit harus dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang dapat memberikan kepuasan pada
klien.
Salah satu bagian yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yaitu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan kesehatan di
suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi yang sangat penting
dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit. Dan salah
faktor utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan adalah tenaga
keperawatan yang efektif dan efisien sebagai sumber daya manusia .
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang oleh pemberian
asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai. Oleh karena itu,
perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam memenuhi
kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik mempertimbangkan : klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan keperawatan, jumlah &
kategori tenaga keperawatan serta perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untuk itu
diperlukan kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan merencanakan
kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah sakit.

1
Pengembangan tenaga kesehatan khususnya perawatan sudah menjadi tanggung jawab
pihak rumah sakit untuk memiliki tenaga perawat yang bermutu karena keperawatan
adalah suatu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya
menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Tercapainya mutu pelayanan di
rumah sakit dapat melalui kegiatan manajemen sumber daya manusia atau yang disebut
juga manajemen ketenagaan di RS yang meliputi analisis kini dan mendatang tentang
kebutuhan tenaga, penempatan yang sesuai (placement),dll.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan?
2. Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan?
3. Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift?
4. Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawtan setiap shift?
5. Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi?
6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan dan
kekurangannya ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar,prinsip dan tujuan ketenagaan
2. Mengetahui Apa saja veriabel- variabel yang mempengaruhi ketenagaan
3. Mengetahui Bagaimana cara penghitungan jumlah tenaga dalam suatu shift
4. Mengetahui Bagaimana alokasi dan penjadwlan tenaga keperawatan setiap shift
5. Mengetahui Bagai mana cara peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang
sesuai standar akreditasi
6. Mengetahui Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat dan apa kelebihan
dan kekurangannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar, prinsip dan Tujuan ketenagaan


1. Konsep dasar ketenagaan

Asmuji (2014), menyatakan manajemen keperawatan merupakan suatu proses


penyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan
rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif
pada individu,keluarga, dan masyarakat,baik yang sakit maupun yang sehat melalui
proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,


memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan individu untuk
mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).

Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang


terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan
dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun
secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

Pengertian ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau


manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu dan seni
mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian agar efisien,efektif , produktif menghasilkan sesuatu yang berkualitas
dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya
manajemen merupakan suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai
masalah

3
2. Prinsip Dasar ketenagaan dalam Manajemen Keperawatan

Agus (2010), menyatakan ketenagaan dalam manajemen keperawatan dapat


dilaksanakan secara benar. Perlu di perhatikan beberapa prinsip dasar berikut.

a. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dan


aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dan proses manajemen tidak hanya
terdiri dan penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi
juga terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi
kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan.
Perencanaan merupakan pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya
tertulis dan merupakan fungsi yang penting di dalam mengurangi risiko dalam
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dan perubahan.
Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan keperawatan
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi,
mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya.
Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan
unuk menganalisis aktivitas dan struktur yang dibutuhkan dalam organisasinya.

b. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan


waktu yang efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan
bergantung pada penggunaan waktunya yang efektif. Dalam keperawatan,
manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam
konteks ini, seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia
secara efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktivitas yang
tinggi dalam tatanan organisasinya.

4
c. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjasi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusn yang tepat di berbagai
tingkatan manjerial.
Semua tingkat manajer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan
yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan keputusan
yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan keputusan akan berpengaruh
terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan
keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dalam manajer.
d. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
Pergorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam
rangka mencapai tuhjuan. Terdapat empat blok struktur organisasi, yaitu unit,
departemen, top/tingkat eksekutif dan tingkat operasional.
Prinsip pengorganisian mencakup hal-hal pembagian tugas ( the deviion of
work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab
dan kewenangan yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam
keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara
fungsional/penugasan, alokasi pasien, perawatan grup/tim keperawatan, dan
pelayanan keperawatan utama.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian peting dalam aktivitas manajemn.
Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman,
dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara
pegawai dalam suatau tatanan organisasi.
f. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan
yang direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang
dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibatkan negatif terhadap
klien dan pihak yang terkait dengan manajemen. Pengendalian meliputi penilaian

5
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan
dengan standar serta memperbaiki kekurangan.
3. Tujuan Ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan tenaga keperawatan
yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga
dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan
dan sasaranya serta kemampuan menghadapi tantangan internal maupun eksternal
sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-
tepatnya.
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau
mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource
conceptKompetensi tenaga dalam hal ini meliputi :
- Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap )
- kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok )
- kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam
menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai )
B. Variabel Variabel Yang Mempengaruhi Ketenagaaan
Sumber Daya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam
sebuah perusahaan. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan masalah Sumber
Daya Manusia dengan sebaik-baiknya terutama bagaimana meningkatkan
kinerjakaryawannya. Perusahaan perlu memperhatikan variabel-variabel yang
mempengaruhi kinerja karyawannya. Variabel-variabel tersebut meliputikompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisikerja dan kerjasama.
(Nurcahyo, 2011)
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan.
(Nursalam, 2014)

6
Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor
yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu :
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja,
tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja.
3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem
penghargaan (reward system).
Yang menjadi permasalahan adalah apakah variabel kompensasi,kepemimpinan,
disiplin kerja, kerjasama, motivasi, kemampuan kerja, kondisikerja berpengaruh secara
simultan (bersama-sama). (Nurcahyo, 2011)
Ariani, 2009 dalam Skripsinya mengutip dari Gibson menyampaikan Model teori
kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yangmempengaruhi perilaku
dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi.
Variabel individu dikelompokkan pada subvariabel kemampuan dan ketrampilan,
latar belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan ketrampilan merupakan
faktor utama yangmempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan demografis
memilikiefek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri
atassub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel
demografis. Variabel psikologis ini merupakan hal yang sulit diukur. Variabel organisasi
memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel ini
digolongkan pada sub variabel susber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain
perjaan.
1. Variabel individu
a. Jenis kelamin
Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama dengan
kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan bahwa
wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang dan pria lebih agresif. Pria lebih
besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses,tetapi
perbedaan itu sangan kecil adanya. ( Ariani, 2009 )

7
b. Umur
Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan
bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi
produktivitas, hal ini dapat dilihat dari keterampilan individu terutama kecepatan,
kecekatan, kekuatan, dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan
kebiasaan pekerjaan yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual
semua menyambung pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan
fisik apapun yang disebabkan umur berdampak pada produktivitas. ( Ariani, 2009)
c. Pendidikan
Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja
seseorang dalam bekerja. ( Ariani, 2009 )
d. Masa kerja
Pengalaman dikaitkan dengan lama kerja seseorang dalam bidangnya, tapi
pengalaman kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja
seseorang. Masa kerja yang lebih lama umumnya menjadikan pegawai lebih
banyak tahu dan mempunyai tindakan atau gagasan yanglebih baik dibandingkan
dengan pegawai yang baru bekerja/masa kerjanya belum lama. ( Ariani, 2009 )
e. Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan kualitas
pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkan agar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya. ( Ariani, 2009 )
2. Variabel organisasi
a. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingn dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksanaan di tingkat administrasi yang lebih
rendah, dalam rangka memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dangan tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan
kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan
pengetahuan dan peningkatan ketrampilan. ( Ariani, 2009 )

8
b. Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun finansial penghargaan,
karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan. Penghargaan atas prestasi atau
jasa seseorang ditinjau dari segi kebutuhan merupakan salah satu kebutuhan
manusia yang menurut teori Maslow ( 1984 ) terletak pada urutan keempat yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain. ( Ariani, 2009)
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus, lembur juga
perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan pendapatan
karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Sebaliknya apabila
pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu memenuhi kebutuhannya,
dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka. ( Nurcahyo, 2011 )

3. Variabel psikologis
a. Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai kepuasan. ( Ariani, 2009 )
Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik motivasi
materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja karyawan. ( Nurcahyo, 2011 )
b. Penilaian kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada
berbagai teknik mendisiplinkan karyawan, organisasi harus memilih mana yang
paling tepat diterapkan diorganisasi. ( Nurcahyo, 2011 )
Kepemimpinan yang baik juga akan mempengaruhi kinerja karyawan,
sehingga seorang atasan harus mampu memimpin pegawainya dengan bijaksana
dan profesional. Dengan demikian karyawanmerasa dihargai dan akan dapat
meningkatkan kinerjanya. ( Nurcahyo, 2011 )

9
Penilaian kerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu
organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. ( Ariani, 2009 )
Penilaian kerja dimaksudkan untuk mangetahui apakah pekerjaan yang telah
dilakukan sudah sesuai atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya.
Dengan begitu, seorang pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai
tolak ukur. Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain: ( Ariani, 2009 )
1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku yang
ditentukan oleh sistem pekerjaan.
2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang personal
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal
tersebut.
3) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu :
1) Penilaian kemampuan personal
Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal secara
individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas
manajemen sumber daya manusia.
2) Pengembangan personal
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian kompensasi.
Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk :
a) Mengenali sumber daya manusia yang perlu dilakukan pengembangan
b) Menentukan kriteria tinggi pemberian kompensasi
c) Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d) Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia masa depan
e) Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal
Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung berbagai
faktor seperti kompensasi yang diterima, kerja sama antar staf administrasi, disiplin kerja

10
yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja yang tinggi, kondisi kerja yang baik
dan kemampuan kerja/administrasi memadai. Berdasrkan hasil analisis yang dilakukan
dengan analisis korelasi maka oleh Nurcahyo, 2011 dalam penelitiannya tentang Analisis
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada Pt. Quadra Mitra
Perkasa Balik Papan bahwa variable-Variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja,
kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama secara parsial secara signifikan
dapat berpengaruh terhadap variabel kinerja. Kemudian variabel-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama
secara simultan berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan variabel-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerja sama,
yang merupakan faktor dominan adalah kompensasi. ( Nurcahyo, 2011 )
Dalam keperawatan sendiri variabel-variabel inilah yang mempengaruhi
ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di rumah sakit atau puskesmas ataupun dalam
bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap. Variabel-variabel ini sangat
mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari variabel individu yang mendasari
dan sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Perbedaan umur sampai jenis
kelamin dan pengalaman tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang
perawat. Tentu berdasarkan umur saja, jika seorang perawat telah mencapai umur yang
lebih tua terjadi penurunan kinerja akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun
dengan variabel-variabel lainnya.
C. Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam Suatu Shift
1. Cara Rasio
Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang
diperlukan, dimana metode ini hanya mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak
bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan personal tersebut
dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan. Cara rasio yang
umunya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan MenKes R.I Nomor 262
tahun 1979 tentang ketenanagaan rumah sakit, dengan standar sebagai berikut :
Tipe RS TM/TT TPP/TT TNP/TT TNM/TT

11
A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1

C 1/9 1/1 1/5 3/4

D 1/15 1/2 1/6 2/4

Khusus Disesuaikan

Keterangan :
TM : tenaga medis
TT: tempat tidur
TPP: tempat para medis perawat
TPNP: tenaga para medis non perawat
TNP:tempat non medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah
sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif
perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dna profesional.
2. Cara Nerd
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang
diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar profesi. Untuk menghitung seluruh
kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis pelayanan yang
diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
3. Cara Demand
Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan
oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat
dibutuhkna waktu sebagai berikut:
a) Untuk khusus gawat darurat : 86,31 menit
b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
4. Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumusan kebutuhan tenaga keperawatan di
satu unit perawat sebagai berikut :

12
𝐴𝐴 𝑋𝑋 𝐵𝐵 𝑋𝑋 𝐶𝐶 𝐹𝐹
= = 𝐻𝐻
(𝐶𝐶 − 𝐷𝐷)𝑋𝑋 𝐸𝐸 𝐺𝐺
Keterangan :
A:rata-rata jumlah perawatan/pasien /hari
B:rata-rata jumlah pasien/hari
C:jumlah hari/tahun
D:jumlah hari libur masing-masing perawat
E:jumlah jam kerja masing-masing perawat
F:jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G:jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H:jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
5. Cara Swansburg (1999)
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 − 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝/𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑋𝑋
ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎

D. Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift

Alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya secara matematis (msl


tentang tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang
optimal.
Penjadwalan merupakan langkah akhir dalam proses perencanaan yang
dimulai dengan perencanaan strategi yang diteruskan sampai dengan
merinci kegiatan-kegiatan perencanaan. Penjadwalan yang baik dapat
menentukan produktivitas tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan,
karena dapat menentukan di mana tenaga kerja harus bekerja dan
beristirahat atau libur sehingga performa dan kesehatan tenaga kerja
tetap terjaga.
Penjadwalan tenaga kerja merupakan pengalokasian sumber daya manusia

13
pada stasiun kerja tertentu dengan waktu dan tempat yang telah ditentukan
dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang telah di rencanakan untuk
mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja
yang baik dan melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.
1. Penjadwalan perawat
perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling
penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal yang berkaitan
dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan penjadwalan
perawat yaitu:
a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat
prakualifikasinya.
b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi
kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia
c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke shift-
shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang tidak
diprediksi, misalnya absennya perawat.
2. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam
Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003
mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di
tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13
tahun 2003).
b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari
40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per
shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di

14
perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun
2003)
d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang
dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain
berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.
3. Karakteristik Penjadwalan Perawat
Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a. Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal
berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.
b. Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan
bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten,
seperti weekend policy, rotation policy.
d. Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan
seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e. Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f. Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014)

15
4. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan
Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat
tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini
pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan,
obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang
rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift,
yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah
sebagai berikut :
1. Shift pagi
kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi
s.d 14.00 sore
2. Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00
sore s.d 21.00 malam
3. Shift malam
kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00
malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi
peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan
dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-
benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-
pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan
model dibagi kedalam dua jenis yaitu :
a) Kendala utama
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan
kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang perawat
tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara berturut-turut.
Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari aktif kerja
berturut-turut.
b) Kendala tambahan

16
Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan
kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin pelanggaran
terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh kendala tambahan
adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam berturut-turut
dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut-turut.
(Atmasari 2014)
5. Metode Goal Programming dan Linear
Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah
pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program
linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya mencapai
tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu permasalahan. Contoh
permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah keuntungan dan penjualan produk,
sedangkan contoh permasalahan meminimumkan adalah biaya dan kerugian.
(USU,2015)
Goal Programming atau yang dikenal dengan Program Tujuan Ganda (PTG)
merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier. Goal Programming
bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target atau
sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target
atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat-ikatan yang ada, yang
membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan,
dan sebagainya .(Nasendi, 1985). Goal Programming pertama kali diperkenalkan oleh
Charnes dan Coopers (1961). Charnes dan Coopers mencoba menyelesaikan persoalan
program linier dengan banyak kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu
berawal dari adanya program linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan
ganda. Charnes dan Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut
terdapat slack variable dan surplusvariable (variable deviasi atau penyimpangan) di
dalam persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa
dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut agar
sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan Coopers
mengembangkan metode Goal Programming. (USU,2015)

17
Terminologi yang mendasari GP Terdiri dari Objektif yang dimana Objektif
merupakan Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu aspirasi
atau kainginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan lain-lain.
Tingkat aspirasi atau nilai target adalah bagian kedua dalamgoal programming yang
artinya Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif diterima atau ditolak atau
merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk setiap atribut atau objektif. Dan
yang terakhir adalah Goal yang dimana goal adalah Suatu pencapaian objektif yang
sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil keputusan.
Ada beberapa formulasi model goal programming yang dibentuk dari modifikasi
model linear programming dengan criteria pemilihan keputusan yang memuaskan
adalah yang meminimumkan masing-masing variable deviasinya. Variabel deviasi ini
yang menyebabkan penyimpangan terhadap pencapaian tingkat aspirasi goal yang
ditetapkan pengmbil keputusan.
Berdasarkan Jurnal ’’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan
Menggunakan Goal Programming’’ oleh Atmasari Setelah model matematik
diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan
menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit Gawat
Darurat dalam periode satu bulan. Dari jadwal GP hasil komputasi jumlah kebutuhan
minimal dan maksimal perawat untuk tiap shift dalam satu hari sudah memenuhi range
yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit. Day off dari masing-masing perawat
dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal setelah perawat ditugaskan pada
tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP hasil komputasi terlihat bahwa perawat mendapat
jatah libur secara merata dan tidak ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah
maksimal bekerja selama tiga hari. Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode
sudah memenuhi range yang ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu antara
15 sampai 22 hari. Terlihat dari jadwal GP hasil komputasi bahwa tidak ada satupun
perawat yang jumlah total shiftnya kurang dari 15 hari atau melebihi 22 hari. Untuk
pembagian shift malam dari jadwal GP hasil komputasi setiap perawat memiliki jatah
shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada. Untuk pelanggaran perawat
ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut- turut tidak didapati pada

18
jadwal GP hasil komputasi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini,
maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai yakni Dengan menggunakan model
penjadwalan goal Programming, maka diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik
dibandingkan jadwal yang dibuat secara manual. Dan Jadwal yang dihasilkan dengan
model goal programming dapat memenuhi seluruh kendala utama yang merupakan
presentasi peraturan rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi
seluruh kendala tambahan yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat
dilanggar. maka penggunaan metode GP ini Lebih baik dibandingkan dengan metode
manual karena mengingat banyaknya kendala dan persoalan pada metode manual
tersebut.
E. Peningkatan kualitas pelayanan yang efektif yang sesuai standar Rumah sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tugas dan fungsi
rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 983 tahun 1992 adalah
sebagai organisasi sosial kemasyarakatan serta kesehatan keluarga dan lingkungan,
sangat jelas bahwa dalam mengelola sebuah rumah sakit tidaklah mudah dan bisa
dikatakan cukup rumit. Dalam mengelola rumah sakit diperlukan banyak tenaga-tenaga
professional yang terdiri dari dokter, perawat, paramedik, apoteker serta operator
instrument alat-alat penunjang kesehatan. Dalam mencapai tujuan yang berorientasi
kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah sakit, peranan dokter,
paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan
menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan (Widaryanto, 2005).Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting bagi
penyedia pelayanan kesehatan, dimana proporsi yang sama besarnya juga diberikan pada
praktisi pemasaran yang memberikan perhatian pada kualitas pelayanan (Barus, 2017).
Strategi sebagai sebuah kesepakatan tentang penentuan tujuan dan visi jangka panjang

19
yang kemudian menjadi acuan bersama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi tidak hanya berbicara tentang proses dan hasil, namun yang tidak kalah
pentingnya bahwa strategi juga membahas betapa sebuah kesepakatan telah menjadi
faktor penting dalam penentuan kebijakan strategi. Kebijakan yang tidak disertai dengan
kesepakatan diantara semua stakeholder akan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap proses manajemen strategi (Clarke &Fullen, 2011)
Kualitas Pelayanan (Service Quality) dapat di definisikan sebagai sesuatu yang
didapatkan oleh konsumen dari penyedia jasa dalam hal ini perusahaan atau organisasi
dengan mengacu pada indikator kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan mensyaratkan
sebuah perusahaan/organisasi bisnis untuk mampu melakukan “delivery” pelayanan
maksimal kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen mendapatkan kepuasan dan
pada akhirnya menjadi pelanggan yang setia atau fanatik (Ismail & Yunan. 2016). Lebih
lanjut, Ismail & Yunan (2016) menyatakan bahwa kualiatas pelayanan yang bersifat
nyata (tangible) seperti empati, responsif, jaminan, keandalan dan kepekaan memiliki
dampak yang positif terhadap 2kepuasan konsumen dan menjadikanya konsumen yang
loyal (customer loyalty) khususnya dalam dunia kesehatan.
Menurut Undang-Undang No.44 Tahun 2009, Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan,dan gawat darurat.
Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Keselamatan pasien (patient safety) pada dasarnya
merupakan sebuah konsep dalam dunia medis yang terus berkembang. Menurut
Rojovsky (2005) keselamatan pasien didefinisikan sebagai upaya maksimal yang
dilakukan rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien melalui
penerapan metode dan regulasi yang legal serta melalui standar yang terukur untuk
meminimalisir kesalahan medis.Berdasarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS), terdapat 6 (enam) indikator sasaran kesalamatan pasien.

20
Keselamatan Pasien yang wajib diterapkan di semua rumah sakit yang
diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu
kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Pemerintah.
Keenam indikator sasaran keselamatan pasien tersebut yaitu:
- Pertama.Kepatuhan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Rawat Inap.
- Kedua. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Komunikasi Efektif Rumah sakit .
- Ketiga. Kepatuhan pelaksanaan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai diruang
rawat inap.
- Keempat. Kepatuhan Pelaksanaan Prosedur Surgical Safety Cheklist di kamar
operasi. Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien
sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.Kelima. Kepatuhan pelaksanaan Cuci
Tangan pada petugas.
- Keenam. Kepatuhan Pelaksanaan Assesment Risiko Jatuh.
Pemerintah mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, diantaranya adalah penyediaan pelayanan kesehatan termasuk
penyediaan rumah sakit. Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan dan memelihara kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan, selain merupakan tanggung jawab pemerintah juga merupakan hak bagi
masyarakat untuk ikut berperan serta. Diperlukan regulasi agar peran ini dapat berjalan
optimal. Aktifitas regulasi secara umum ialah pemberian izin, akreditasi dan sertifikasi.
Hal tersebut merupakan tiga cara utama dalam aktifitas regulasi pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan.
Akreditasi rumah sakit ialah suatu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah
pada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang disyaratkan. Akreditasi rumah
sakit merupakan salah satu cara pemantauan bagi pelaksanaan pengukuran indikator
kinerja rumah sakit. Pengembangan penilaian terhadap kinerja rumah sakit merupakan
tugas dari pemerintah dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan. Di dalam buku
”Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit” disebutkan bahwa rumah sakit diharuskan
mempunyai program peningkatan mutu baik internal maupun eksternal, untuk

21
mengevaluasi seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bagi pasien. Program
peningkatan mutu internal dapat dilakukan dengan metode dan teknik yang dipilih dan
ditetapkan oleh rumah sakit. Program peningkatan mutu eksternal dapat dilakukan
melalui akreditasi, sertifikasi ISO dan lain-lain.
Di dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit bagian
ketiga pasal 40 disebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.Program
akreditasi rumah sakit di Indonesia dimulai pada tahun 1996 merupakan pelaksanaan dari
Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pada SKN dijelaskan bahwa akreditasi rumah sakit
adalah penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala yang
dapat digunakan untuk penetapan kebijakan pengembangan atau peningkatan mutu.
Tujuan pengembangan rumah sakit. Misi pengembangan rumah sakit ditujukan
untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Melindungi masyarakat dalam bentuk akuntabilitas publik.
2. Memacu perbaikan internal rumah sakit melalui feedback ke rumah sakit dan internal
benchmark;
3. Sebagai mekanisme pemberian reward dan penyediaan konsultan
4. Menciptakan iklim transparansi dan kompetisi yang sehat dalam mencapai misi
kesehatan prima
5. Tujuan benchmark antar rumah sakit.
Tujuan akreditasi rumah sakit.
Tujuan umum akreditasi adalah mendapat gambaran seberapa jauh rumah sakit-
rumah sakit di Indonesia telah memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga mutu
pelayanan rumah sakit dapat dipertanggung jawabkan. Sedangkan tujuan khususnya
meliputi:
1. memberikan pengakuan dan penghargaan kepada rumah sakit yang telah mencapai
tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
2. memberikan jaminan kepada petugas rumah sakit bahwa semua fasilitas, tenaga dan
lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung upaya penyembuhan
dan pengobatan pasien dengan sebaik-baiknya

22
3. memberikan jaminan dan kepuasan kepada customers dan masyarakat bahwa pelayanan
yang diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin.
Manfaat akreditasi bagi rumah sakit ialah:
1. Akreditasi menjadi forum komunikasi dan konsultasi antara rumah sakit dengan lembaga
akreditasi yang akan memberikan saran perbaikan untuk peningkatan mutu pelayanan
rumah sakit
2. Melalui self evaluation, rumah sakit dapat mengetahui pelayanan yang berada di bawah
standar atau perlu ditingkatkan
3. Penting untuk penerimaan tenaga;
4. Menjadi alat untuk negosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan
5. Alat untuk memasarkan (marketing) pada masyarakat.
6. Suatu saat pemerintah akan mensyaratkan akreditasi sebagai kriteria untuk memberi ijin
rumah sakit yang menjadi tempat pendidikan tenaga medis/ Keperawatan
7. Meningkatkan citra dan kepercayaan pada rumah sakit.
Manfaat akreditasi rumah sakit Bagi masyarakat adalah:
1. Masyarakat dapat memilih rumah sakit yang baik pelayanannya;
2. Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di rumah sakit yang sudah
diakreditasi.
Manfaat akreditasi bagi karyawan rumah sakit ialah:
1. Merasa aman karena sarana dan prasarana sesuai standar;
2. Self assessment menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar dan
peningkatan mutu. Manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit ialah pemilik dapat
mengetahui rumah sakitnya dikelola secara efisien dan efektif.
Terdapat 6 indikator utama kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nursalam,
2015).
1. Keselamatan pasien (patient safety)
Patient safety meliputi infeksi nosokomial, risiko jatuh pada pasien, dekbitus/luka tekan,
pemberian obat, dan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan.
Joint Commission International (JCI) telah mengeluarkan 6 Goals keselamatan pasien
yakni identifikasi pasien secara tepat, menggunakan komunikasi yang efektif, pemberian

23
obat yang tepat, prosedur yang tepat (sesuai indikasi), dan mencegah risiko jatuh pada
pasien.

2. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan


Nyeri merupakan suatu mekanisme protektif agi tubuh yang akan muncul bila
jaringan tubuh rusak, sehingga individu akan bereaksi atau berespon untuk
menghilangkan rangsangan nyeri.

3. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan


Kepuasan pasien adalah respons evaluatif, afektif atau emosional yang terkait
dengan mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit serta harapan pasien terhadap
pelayanan tersebut (Mumu, 2015). Beberapa aspek terkait kepuasan pasien adalah
kompetensi klinis tenaga kesehatan, empati, kesediaan menjawab keluhan,
responsive, caring, komunikasi, dll.
4. Perawatan diri
Terdapat enam aktivitas yang diperhatikan dalam perawatan diri seperti makan,
BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi.

5. Kecemasan pasien
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalaman subjektif individual,
mempunyai kekuatan tersendiri dan sulit diobservasi. Kecemasan merupakan reaksi
pertama yang muncul atau dirasakan oleh pasien dan keluarganya disaat pasien harus
dirawat mendadak atau tanpa rencana begitu mulai masuk rumah sakit.

6. Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien


Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang.

24
F. Jenis Metode Penugasan Dalam Ruang Rawat

1. Metode fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan


sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu
sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.

Kelebihan :

a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasanyang baik
b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasiendiserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.

Kelemahan :

a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.


b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

2. Metode Team

Definisi menurut ahli:

a. Menurut Marquis dan Huston (2016) Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses
keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap sekelompok pasien di
ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.
b. Menurut Asmuji (2014) metode tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan
yang mencirikan bahwa sekelompok tenaga keperawatan yang memberikan asuhan

25
keperawatan dipimpin oleh seorang perawat profesional yang sering disebut dengan
ketua tim.
c. Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) Metode tim merupakan metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok pasien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif.
d. Metode tim menggunakan terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2
(dua) sampai 3 (tiga) tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, tenaga teknis dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu (Suarli dan Bachtiar, 2012)

Kelebihan :

a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.


b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


b) tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
c) pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
d) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
e) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

3. Primary Nursing

Metode penugasan Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

26
Konsep dasar metode primer :

1) Ada tanggungjawab dan tanggunggugat

2) Ada otonomi

3) Ketertiban pasien dan keluarga

Kelebihan Primary nursing

kelebihan metode penugasan perawat primer adalah:

a) bersifat kontuinitas dan komprehensif.


b) Metode penugasan perawat primer memberikan keuntungan terhadap klien, perawat,
dokter dan rumah sakit. Keuntungan bagi perawat primer mendapatkan akuntabilitas
yang tinggi, pengembangan diri melalui implementasi ilmu pengetahuan dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Keuntungan bagi pasien adalah mereka
merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara individu,
asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi
dokter adalah mendapatkan informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui
keadaan kliennya. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan, tetapi harus mempekerjakan perawat yang berkualitas tinggi menjadi
keuntungan bagi rumah sakit.
c) Model praktek professional
Kelemahan Primary Nursing
Kelemahan metode penugasan perawat primer antara lain:
a) hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang memadai dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.(Mendrofa & Sagala, 2019)
b) Biaya lebih besar

27
4. Metode Modular

Metode keperawatan modular merupakan metode modifikasi keperawatan tim-


primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui
penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota
memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya
2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai
suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien,
asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan
pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat
pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien.
Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi
lebih efektif.

Kelebihan
a) Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
b) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
c) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
d) Meningkatnya kepuasan pasien.
e) Biaya efektif.
Kelemahan
a. Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak
diharapkan.
b. Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
c. Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan yang
terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan
dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara
proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

Pengertian ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau


manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu dan seni
mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian agar efisien,efektif , produktif menghasilkan sesuatu yang berkualitas
dalam merealisasikan tujuan yang ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya
manajemen merupakan suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai masalah
B. Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang

ketenagaan dalam keperawatan agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, F. K. 2009. Gambaran Kinerja Pegawai Di Instalasi Gizi RSUD Koja Tahun 2009.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indinesia
Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift .
Anonim. (2015). repository.USU.ac.id. Landasan Teori Perawat , 1-21.
Atmasari. (2014). diglib.its.ac.id. ’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan
Menggunakan Goal Programming , 1-13.
Mendrofa, H. K., & Sagala, L. (2019). Pengaruh Pelatihan Dan Penerapan Model Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (Makp) Primary Nursing Terhadap Kualitas Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit Kota Medan. Indonesian Trust Health Journal, 2(2), 237–245.
https://doi.org/10.37104/ithj.v2i2.40

Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan
pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id
Nurcahyo, A. 2011. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Pada
Pt. Quadra Mitra Perkasa Balik Papan ( Jurnal ). Pariwisata Politeknik Negeri Samarinda
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Salemba Medika. Jakarta
https://fdokumen.com/document/metode-modular-manajemen-kep.html

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba

Mumu, LJ. Kandou, GD. Doda, D. 2015. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepuasan
pasien di poliklinik penyakit dalam RSUP Kandou Manado. ejournal.unsrat.ac.id Asmuji.
(2014). Manajemen keperawatan konsep & aplikasi . Yogjakarta : ArRuzz Media.

Agus Suprijono. (2010). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

30
31
1

MAKALAH KETENAGAAN PERHITUNGAN PERAWAT


DAN METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

Anjelina Kristin Nikolas (C1814201056)


Celsy Elvira (C1814201059)
Dewi Alpina (C1814201063)
Fristi Christina Monalisa Pietersz (C1814201069)
Niken (C1814201088)
Rut Handayani Bokko (C1814201093)
Tresya Octafiana Gala Biru (C1814201098)
Yohana Mariana Apriliyanti Eka Putri R (C181420102)
Yunita Firginia Kamelia Kumayas (C1814201103)
Alowisye Gratcia Honorota Lamere (C1714201060)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS
TAHUN AJARAN 2020/2021
MAKASSAR

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang karena limpahan
berkatnya sehingga tugas makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih kepada pihak yang mau meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. kami berharap semoga makalah ini mampu menambah
ilmu bagi para pembaca.
Karena keterbatasan ilmu, kami tetap banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu,kami sangat berharap saran dan kritikan yang membangun berasal dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 22 Maret 2021

Penulis

Kelompok 3

2
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6
A. Perhitungan perawat............................................................................ 6
B. Metode penugasan perawat ................................................................. 9
C. Tanggung jawab Karu, Katim & Anggota tim.................................. 12
BAB III PENUTUP .................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

3
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat
merupakan “back bone” untuk mencapai target- target global, nasional maupun daerah. Hal ini
disebabkan karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani
pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis
terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan semakin hari semakin bertambah,sehingga perawat perlu
melakukan tindakan secara professional disertai dengan tanggung jawab yang besar. Menurut
undang-undang No.23 1992 merupakan wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban
tenagakesehatan termasuk para perawat dalam menjalankan tugas tugas pelayanan(Maiti &
Bidinger, 2018). Salah satu tugas pelayanan adalah pendokumentasian asuhan keperawatan
yang merupakan salah satu pembuktian atas perbuatanperawat selama menjalankan tugas
pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan di rumah
sakit, yang mempunyai posisi yangsangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
danpemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenagakeperawatan mendominasi
tenaga kesehatan secara menyeluruh,juga sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pelanggan(pasien dan keluarganya). Keperawatan adalah suatu bentukpelayanan professional
yang merupakan bagian integral daripelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan. ( (Maiti & Bidinger, 2018)
Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari
sumbersumberkeperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan,obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Proses manajemendibagi
lima fase yaitu : planning, organizing, staffing, directing, controling yangmerupakan satu
siklus yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu
proses keperawatan yangmenggunakan konsep-konsep manajemen seperti: perencanaan,
pengorganisasiann,pengarahan, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan

4
5

keperawatandilaksanakan melalui pendekatan dengan metode proses keperawatan


sebagaimetode pemecahan masalah yang menekankan pada pengambilan keputusan
tentangketerlibatan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien/klien sesuai dengan kode
etikdan standar praktek keperawatan. (Warsito, 2017)
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana cara perhitungan perawat?
2. Bagaimana metode penugasan diruang rawat?
3. Apa tanggung jawab kepala ruangan (KARU), ketua tim (KATIM) dan anggota tim?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana cara perhitungan perawat
2. Untuk mengetahui bagaimana metode penugasan diruang rawat
3. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab kepala ruangan (KARU), ketua tim (KATIM)
dan anggota tim
4. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah manifestasi keperawatan

5
6

BAB II
PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN PERAWAT
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit, yang mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan dan pemuasan konsumen yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga
keperawatan mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga sebagai penjalin
kontak pertama dan terlama dengan pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis,
psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional keperawatan
dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Upaya penyelenggaraan menjaga kualitas kesehatan di rumah sakit tidak terlepas
dari peran penting profesi keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di
tatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang posisi
kunci dalam membangun citra rumah sakit.(agustina mayasari, 2019)
Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam keperawatan sangat ditunjang
olehpemberian asuhan keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang memadai.
Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan yang baik
mempertimbangkan :klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan, metode
pemberian asuhan keperawatan,jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta perhitungan
jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan kontribusi dari manager keperawatan
dalam menganalisis dan merencanakankebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit rumah
sakit.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan
beberapafaktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut :
a) Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit

6
7

b) Kondisi atau tingkat ketergantungan klien


c) Rata-rata hari perawatan klien
d) Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
e) Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
f) Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung
g) Pemberian cuti

• Klasifikasi Klien Berdasarkan Tingkat Ketergantungan


Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) membagi klasifikasi
klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan menggunakan standar sebagai
berikut:
a. Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) makanan dan minum dilakukan sendiri
3) ambulasi dengan pengawasan
4) observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) perawatan luka sederhana.
b. Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
1) kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) ambulasi dibantu
4) pengobatan dengan injeksi
5) klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
c. Kategori III : Total care/Intensif care, memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) makan dan minum melalui selang lambung
4) pengobatan intravena “perdrip”
5) dilakukan suction

7
8

6) gelisah / disorientasi
7) perawatan luka kompleks.
Adapun contoh yang diambil oleh kelompok di dalam artikel dalam perhitungan
salah satu penilaiannya dengan menggunakan instrumen A yaitupedoman studi
dokumentasi asuhan keperawatan untuk mengetahui kualitas asuhankeperawatan yang
dilaksanakan. Di dalam ketetapan di RSJD Dr Amino GondohutomoSemarang hasil
yang diharapkan adalah pencapaian rata-rata lebih 86 %.Dari hasil pelaksanaan
evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan diRSJD Dr Amino Gondohutomo
Semarang terlihat pada tabel 1.3 sebagai berikut :
Tabel 1.3 Hasil Pelaksanaan Penerapan SAK Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr Amino

No. Aspek yang dinilai Jumlah Rata-rata %

1. Pengkajian Keperawatan 907 76

2. Diagnosa Keperawatan 1003 84

3. Perencanaan Keperawatan 1022 85

4. Tindakan Keperawatan 625 52

5. Evaluasi Keperawatan 420 35

6. Catatan Asuhan Keperawatan 1012 84

Total 4989 416


Pencapaian Rata-rata % 69.3

Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan
pencapaianrata-rata masih dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino
GondohutomoSemarang (< 86%). Sehingga masalah pelaksanaan standar asuhan
keperawatanmasih rendah. Hal ini terkait juga dengan pelaksanaan pengawasan kepala
ruang yangbelum terlaksana dengan baik, karena format pengawasan melalui supervisi
langsungmaupun tidak langsung belum ada.

8
9

B. METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT


Metode Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas asuhan dan peningkatan derajat kesehatan pasien.
Prinsip pemilihan metode penugasan adalah : jumlah tenaga, kualifikasi staf dan
klasifikasi pasien. Adapun jenis-jenis metode penugasan yang berkembang saat ini
(Rakhmawati et al., 2017) adalah sebagai berikut :
a. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua
pasien di bangsal.
1. Kelebihan :
- Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
- Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau beulm berpengalaman.
2. Kelemahan :
- Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawatt
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan
saja.
b. Metode Perawatan Tim
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif &
kolaboratif (Douglas, 1992).
1. Tujuan dari Metode Tim yaitu :

9
10

1) Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif


2) Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3) Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
2. Konsep Metode Tim :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang.
3. Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim.

4. Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensitim,
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakanpada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu.
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
c. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24
jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit.
Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus menerus antara pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

10
11

1. Konsep dasar metode primer :


a) Ada tanggungjawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
2. Kelebihan:
1) Model praktek professional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
danmemungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
3. Kelemahan :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman
danpengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self
direction,kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatanklinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin.
2) Biaya lebih besar

d. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama
pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, intensive care.
1. Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
2. Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

11
12

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan
prinsip pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam
mengembangkan metode penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di
bawah ini.

C. Tanggung Jawab Kepala Ruangan(Karu),Ketua Tim (Katim) dan Anggota Tim


Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
1. Tanggung Jawab Karu :
a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
b) Membantu staf menetapkan sasaran dari ruangan
c) Memberi kesempatan katim untuk mengembangkan keterampilan
kepemimpinandan managemen
2. Tanggung Jawab Katim :
a. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga
b. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan rencana keperawatan (renpra),
menerapkan tindakan keperawatan dan mengevaluasi renpra
c. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis melalui komunikasi yangkonsisten
d. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan kontinuitas asuhankeperawatan
melalui konfrens
e. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan keperawatan oleh anggotatim
f. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
3. Tanggung Jawab Anggota Tim :
a. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim
b. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
c. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
d. Berkontribusi terhadap perawatan
- Observasi terus menerus

12
13

- Ikut ronde keperawatan


- Berinterkasi dgn pasien & keluarga
- Berkontribusi dgn katim/karu bila ada masalah

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :

13
14

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan
konsumen yang datang ke rumah sakit. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual yang komprehensif / holistic
yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat atau sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia yang mengacu pada standar professional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.

Dari data tersebut menunjukan hasil pada semua aspek yang dinilai dan pencapaianrata-rata masih
dibawah ketetapan Rumah Sakit Jiwa Daerah dr Amino GondohutomoSemarang . Metode
Penugasan merupakan suatu alternative metode yang akan diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien/pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan dan
peningkatan derajat kesehatan pasien. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.

DAFTAR PUSTAKA

agustina mayasari. (2019). Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen Keperawatan Terhadap Tingkat
Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat. Analisis Pengaruh Persepsi Faktor Manajemen
Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Di Ruang Rawat.

14
15

http://eprints.undip.ac.id/32846/1/thesis_11.pdf
Maiti, & Bidinger. (2018). wujud rambu-rambu atas hak dan kewajiban tenaga kesehatan. 1992
Merupakan1992 Merupakan Wujud Rambu-Rambu Atas Hak Dan Kewajiban Tenaga Kesehatan
Termasuk Para Perawat Dalam Menjalankan Tugas Tugas Pelayanan
Rakhmawati, O. W., Kp, S., & Kep, M. (2017). Metode penugasan tim dalam asuhan keperawatan.
Asuhan Keperawatan, 2, 1–9.
Warsito, E. B. (2017). PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG FUNGSI
MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT. PENGARUH PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA
TENTANG FUNGSI MANAJERIAL KEPALA RUANG TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT.

15
TUGAS MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KETENAGAAN”

YANG DISUSUN

OLEH:

KELOMPOK 3 TINGKAT 3C

 BERNADET APRIANI (C1814201110)


 CANTIKA W.V KEMBUAN (C1814201111)
 CICILIA DORANTES PALPIALY (C1814201112)
 GETRUDIS YUSRI (C1814201121)
 JANET GRESILYAHEHAKAYA (C1814201125)
 KRISTIANI PAKAMBANAN (C1814201128)
 MERRY KRISYANTI (C1814201135)
 SOFIA USVIN SUMULE (C1814201150)
 VALEN PITER KEMPA (C1814201151)
 YELMIDA YULIUS (C1814201155)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN yang maha esa,
Sempurna pencipta dan penguasa segalanya. Karena hanya dengan kasih dan penyertaan-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu
makalah tentang “MANAJEMAN KEPERAWATAN”. Dengan harapan semoga tugas
makalah ini bisa berguna dan ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.

Tak lupa pula penyusun sampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
turut berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena penulis sadar sebagai
makhluk sosial penulis tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dangan orang lain dan
tanpa adanya bimbingan, serta rahmat dan karunia dari-Nya.

Akhirnya walaupun penulis telah berusaha dangan secermat mungkin. Namun sebagai
manusia biasa yang tak mungkin luput dari salah dan lupa. Untuk itu penulis mengharapkan
koreksi dan sarannya semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya.

Makassar, 20 Maret 2021

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Konsep dasar, prinsip dan tujuan ketenagaan .............................................. 3


B. Variabel-variabel yang mempengaruhi ketenagaan ..................................... 4
C. Cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift ...................................... 9
D. Alokasi dan penjadwalantenaga keperawatan setiap shift .......................... 15
E. Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi ...................................................................................................... 19
F. Jenis metode penugasan dalam ruang rawat ............................................... 20

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 25

A. Kesimpulan .................................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahan dalam aspek
keperawatan yaitu: penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan harus dikelolah secara professional,
karena itu perlu adanya manajemen keperawatan.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelyanan nyata di
Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di
dalam organisasi keperawatan itu sendiri. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua
kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan batas-batas yang telah
ditentukan pada tingkat administrasi.
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian
dan pengontrol dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya. Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan
rasa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Ketenagaan adalah pengaturan proses mobilisasi, proses motivasi dan pengembangan
sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya tujuan individu,
organisasi dimana dia berkarya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan?
2. Apa saja variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan?
3. Bagaimana cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift?
4. Bagaimana alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift?
5. Bagaimana Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi?

1
6. Apa saja jenis metode penugasan dalam ruang rawat?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep, prinsip dan tujuan ketenagaan.
2. Untuk mengetahui variable-variabel yang mempengaruhi ketenagaan.
3. Untuk mengetahui cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift.
4. Untuk mengetahui alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift.
5. Untuk mengetahui Peningkatan kualitas ketenagaan yang efektif yang sesuai standar
akreditasi.
6. Untuk mengetahui jenis metode penugasan dalam ruang rawat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR, PRINSIP, DAN TUJUAN KETENAGAAN


1. Konsep Dasar
Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan sekelompok orang-
orang untuk mewujudkan tujuan (Gillies,1996). Pada dasarnya semua metoda ataupun
formula yang telah dikembangkan untuk menghitung tenaga keperawatan dirumah
sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan. Analisis kebutuhan
tenaga keperawatan harusbetul-betul direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan
berulang- ulang karena akan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga tidak
efektif dan efisien.

2. Prinsip Ketenagaan
a) Prinsip partisipatif
Pegawai perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi menentukantujuan
yang akan dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi kerja.
b) Prinsip Komunikasi
Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas. Informasi yang jelas akan membuat kerjapegawai lebih mudah
dimotivasi .
c) Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin prinsip mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil
dalam berusaha pencapaian tujan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan
lebih mudah di motivasi .
d) Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin akan memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai
bawahan untuk dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang akan
dilakukannya sewaktu-waktu

3
e) Tujuan Ketenagaan
Adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan
menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat ditentukan oleh
kemampuan mengelola sumber daya manusia setepat-tepatnya.

B. VARIABEL - VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETENAGAAN


Sumber Daya manusia merupakan salah satu unsur terpenting dalam
sebuah perusahaan. Perusahaan harus benar-benar memperhatikan masalah Sumber Daya
Manusia dengan sebaik-baiknya terutama bagaimana meningkatkan kinerja karyawannya.
Perusahaan perlu memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja
karyawannya. Variabel -variabel tersebut meliputi kompensasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisikerja dan kerjasama. (Nurcahyo, 2011).
Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
(Nursalam, 2014).
Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja,
1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman
kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.
2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja.
3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem
penghargaan (reward system)
Yang menjadi permasalahan adalah apakah variabel kompensasi,kepemimpinan,
disiplin kerja, kerjasama, motivasi, kemampuan kerja, kondisi kerja berpengaruh secara
simultan (bersama-sama). (Nurcahyo, 2011).
Ariani, 2009 dalam Skripsinya mengutip dari Gibson menyampaikan Model teori
kinerja dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku
dan kinerja individu, yaitu variabel individu, variabel psikologis, dan variabel organisasi.
Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan ketrampilan, latar
belakang dan demografis. Subvariabel kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor
utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan demografis memiliki

4
efek tidak langsung perilaku dan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri atassub
variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja
sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis merupakan hal yang kompleks
dan sulit diukur. Variabel organisasi ini memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku
dankinerja individu. Variabel ini digologkan pada sub variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur, dan disain pekerjaan banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis.
Variabel psikologis ini merupakan hal yang komplek dansulit diukur. Variabel
organisasi memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu. Variabel
ini dogolongkan pada sub variabel sumber daya,kepemimpinan, imbalan, struktur, dan
desain pekerjaan.
1. Variabel Individual.
a. Jenis kelamin
Saat ini banyak sekali diperdebatkan mengenai apakah kinerja wanita sama
dengan kinerja pria ketika bekerja. Sementara studi-studi psikologis menemukan
bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang
dan pria lebih agresif. Pria lebih besar kemungkinan dari wanita dalam memiliki
pengharapan untuk sukses, tetai perbedaan itu kecil adanya. (Ariani, 2009)

b. Umur
Hubungan umur dengan kinerja merupakan isu yang penting. Ada keyakinan
bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur. Umur juga mempengaruhi
produktivitas, hal ini dapat di lihat dari keterampilan individu terutama kecepatan,
kecekatan, kekuatan dan koordinasi menurun dengan berjalannya waktu dan
kebiasaan
pekerjaanyang berlarutlarut dan kurangnya rangsangan intelektual semua menyamb
ug pada berkurangnya produktivitas kemerosotan ketrampilan fisik apapunyang
disebabkan umur berdampak pada produktivitas. (Ariani, 2009)
c. Pendidikan
Dari penelitian yang dilakukan bahwa pendidikan mempengaruhi kinerja
seseorang dalam bekerja. (Ariani, 2009).

5
d. Masa kerja
Pengalaman dikatkan dengan lama kerja sesorang dalam bidangnya, tapi
pengalamam kerja tidak bisa dijadikan indikator yang menunjukkan kualitas kerja
seseorang. Masa kerja lebih lama umumnya menjadikan pegawai leih banyak tahu
dan mempunyai tindakan atau gagasan yang lebih baik dibandingkan dengan
pegawai yang baru bekerja/masakerjanya belum lama. (Ariani, 2009)
e. Pelatihan
Pelatihan juga dapat merupakan cara untuk membekali tenaga kerja
yangtidak mempunyai pendidikan formal sesuai tugasnya, sehingga meningkatkan
kualitas pekerjaannya. Dengan pelatihan ini diharapkanagar seseorang lebih mudah
melaksanakan tugasnya. (Ariani, 2009).

2. Variabel Organisasi
a. Supervisi
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengawasan oleh
pengelola program/proyek terhadap pelaksana ditingkat administrasi yang lebih
rendah, dalam rangka menetapkan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan. Tujuan dari supervisi adalah untuk meningkatkan
kinerja pegawai melalui suatu proses yang sistematis dengan peningkatan
pengetahuan, peningkatan keterampilan. (Ariani, 2009).
b. Imbalan
Setiap orang membutuhkan insentif baik sosial maupun
finansial penghargaan, karena penghargaan merupakan suatu kebutuhan.
Penghargaan atas prestasi atau jasa seseorang ditinjau dari segikebutuhan
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang menurut teori Maslow (1984)
terletak pada urutan keempat yaitu kebutuhanakan penghargaan diri dan
penghargaan dari orang lain. (Ariani, 2009).
Pemberian kompensasi seperti gaji, insentif, tunjangan, bonus,
lembur juga perlu ditingkatkan karena akan dapat membantu meningkatkan
pendapatan karyawan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja.
Sebaliknya apabila pendapatan karyawan kecil bagaimana mereka mampu
memenuhi kebutuhannya, dan ini jelas akan berdampak pada prestasi kerja mereka.
(Nurcahyo, 2011).

6
3. Variabel Psikologis
a. Motivasi
Motivasi kerja adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
Motivasi kerja yang tinggi haruslah diciptakan dalam organisasi. Baik
motivasi materi maupun non materi. Dengan motivasi yang tinggi diharapkan dapat
meningkatkan kinerja kariyawan .
b. Penilaian kinerja
Disiplin kerja yang tinggi harus diterapkan di organisasi, karena dengan
mendisiplinkan karyawan maka akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Ada
berbagai macam teknik mendisiplinkan karyawan. Organisasi harus memilih mana
yang paling tepat diterapkan diorganisasi.
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personal dalam suatu
organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Penilaian kinerja yang di
maksudkan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang telah dilakukan sudah sesuai
atau belum dengan uraian yang telah disusun sebelumnya. Dengan begitu, seorang
pemimpin dapat menjadikan uraian pekerjaan sebagai tolak ukur. Penilaian kinerja
mencakup faktor-faktor antara lain:
1. Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan memilih perilaku yang
ditentukan oleh system pekerjaan.
2. Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seseorang personal
dibandingkan dengan uraian pekerjaan yang telah ditetapkan untuk personal
tersebut.
3. Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personal mengatasi
kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai 2 (dua) tujuan utama yaitu:

1. Penilaian kemampuan personal


Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal
secara individual, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian
efektivitas manajemen sumber daya manusia.

7
2. Pengembangan personal
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personal seperti promosi, mutasi, rotasi, terminasi dan penyesuaian
kompensasi. Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan antara lain untuk:
a. Mengenal sumber daya manusia yang perlu dilakukan pemgembangan
b. Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi
c. Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan
d. Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia
e. Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal.
Kinerja karyawan yang optimal dapat diharapkan baik apabila didukung
berbagai factor seperti kompensasi yang diterima, kerjasama antar staf
administrasi, disiplin kerja yang tinggi, kepemimpinan yang baik, motivasi kerja
yang tinggi, kondisi kerja yang baik dan kemampuan kerja/administrasi memandai.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan analisis korelasi maka dalam
penelitian (Nurcahya, 2011) tentang variable-variabel yang mempengaruhi kinerja
karyawan pada PT. Quadra Mitra Perkasa Balikpapan bahwa variable-variabel
kompensasi, kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi
kerja dan kerjasama secara parsial secara signifikan dapat berpengaruh terhadap
variable kinerja. Kemudian variable-variabel kompensasi, kepemimpinan, disiplin
kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan kerjsama secara simultan
berpengaruh terhadap kinerja. Sedangkan variable-variabel kompensasi,
kepemimpinan, disiplin kerja, kemampuan kerja, motivasi, kondisi kerja dan
kerjasama, yang merupakan factor dominan adalah kompensasi.

Dalam keperawatan sendiri variabel-variabel inilah yang mempengaruhi


ketenagaan dalam suatu organisasi baik itu di Rumah Sakit atau Puskesmas
ataupun dalam bagian organisasi keperawatan di dalam ruangan rawat inap.
Variable-variabel ini sangat mempengaruhi kinerja seorang perawat. Diawali dari
variable individu yang mendasari dan sangat mempengaruhi kinerja seorang
perawat. Perbedaan umur sampai jenis kelamin dan pengalaman tentu akan sangat
berpengaruh terhadap kinerja seorang perawat. Tentu berdasarkan umur saja, jika
seorang perawat telah mencapai umur yang lebih tua terjadi penurunan kinerja
akibat dari fisik yang makin menurun. Begitupun dengan variable-variabel lainnya.

8
C. CARA MENGHITUNG JUMLAH TENAGA DALAM SUATU SHIFT
Dalam merencanakan tenaga keperawatan hal pertama yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan. Bentuk dan beban pelayanan
keperawatan bisa berupa pelayanan yang dependent, independent, interdependent,
langsung maupun tidak langsung, membutuhkan waktu berapa lama, harus dikerjakan oleh
perawat yang memiliki kemampuan seperti apa, dan sebagainya sehingga bisa ditentukan
kategori perawat yang dibutuhkan serta berapa jumlah yang dibutuhkan. Dilanjutkan
dengan proses seleksi, proses orientasi, penempatan, pembagian tenaga setiap shif dan
tanggung jawab apa yang harus dijalankan oleh tenaga keperawatan tersebut. Untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu ruangan ada beberapa rumusan
yaitu:
1. Metode Gillies
Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga perawat dapat berdasarkan:
a) Jumlah jam perawatan efektif klien yang dirawat setiap 24 jam
b) Jumlah hari kerja efektif perawat dalam 1 tahun
c) Penggunaan tempat tidur rata-rata (akan lebih obyektif bila menggunakan rata
penggunaan tempat tidur pertahun)
d) Analisa kegiatan untuk memenuhi kegiatan klien

Berdasarkan perhitungan di atas, maka kebutuhan kuantitatif tenaga


keperawatan dapat dihitung sebagai berikut:

a. Jumlah tenaga yang diperlukan

Jumlah jam perawatan yang Rata-rata Jumlah hari


dibutuhkan klien perhari X jumlah klien X pertahun

Jumlah hari pertahun - Hari tidak kerja X Jumlah


jam kerja
A pertahun
tau perorang/hari

Jam perawatan yang diperlukan pertahun


Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun

9
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh
karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil

b. Pertimbangan cuti hamil


Penghitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus
mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang
cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja
yang hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam
kerja perhari, maka diperlukan tambahan tenaga :

Jumlah jam kerja hilang karena cuti hamil


Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun

(Mariono,R.1978)
Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan
selanjutnya anda pelajari bagaimana menghitung kebutuhan tenaga perawat
untuk dinas setiap hari.

c. Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari.

Rata-rata jumlah X Rata-rata jam


perawatan
Klien tiap hari tiap klien per 24
jam Untuk
Jumlah jam kerja perhari keperluan
penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk keperluan penjadwalan
dinas maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap
hari.

d. Cara perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari

Jumlah hari tidak kerja X Jumlah tenaga yang


Pertahun dibutuhkan pe 24

10
jam
Jam hari kerja perorang pertahun

Keterangan:

Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat
ketergantungan klien atau berdasarkan kondisi klien.

Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365
hari) dikurangi hari tidak bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan
+ hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).

2. Metode Dauglass
Menentukan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat
ketergantungan klien. Formula yang sering digunakan untuk menghitung jumlah
tenaga perawat di ruang model Praktek Keperawatan Profesional adalah berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien. Pasien dengan kondisi tertentu diklasifikasikan
berdasarkan tingkat ketergantungannya. Semakin pasien tidak mampu melakukan
pemenuhan kebutuhan secara mandiri maka akan lebih banyak membutuhkan waktu
bagi perawat untuk memberikan asuhan. Kriteria pasien berdasarkan klasifikasi
Douglass.
Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat
ketergantungan klien. Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang
dimaksud adalah sebagai berikut.

11
Perhitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien

Jumlah KLASIFIKASI KLIEN


klien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst

3. Metode Swansburg
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Total jam perawat /hari:
=Jumlah Klien x Jumlah jam kontak perawat-
klien

2. Jumlah perawat yang dibutuhkan pehari:


= Total jam
perawat/hari
Jumlah jam kerja /hari

Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :

= Jumlah rata-rata pasien /hari x jumlah jam kontak perawat-


pasien /hari
Jam kerja /hari

12
Rumus selanjutnya untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat adalah satu
minggu.

1. Jumlah shift perminggu:

= Jumlah perawat yang dibutuhkan /hari x jumlah shift dalam 1


minggu

2. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu:


= Jumlah shift
/minggu
Jumalh hari kerja
/minggu

Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan untuk


pembagian proporsi dinas dalam satu hari:

Pagi : Siang : Malam : 47% : 36% :


17%.
Keterangan:

a) Jumlah hari kerja /minggu = 6 hari


b) Jumlah jam kerja /hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja /minggu) :
6 hari

4. Metode Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)


Salah satu cara untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban
kerja diformulasikan oleh Persatuan Perawat nasional Indonesia (PPNI). Panduan
penghitungan kebutuhan tenaga perawat ini telah disesuaikan dengan kondisi Rumah
Sakit di Indonesia. Metode penghitungan ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis dapat diterima, komprehensif, realistis dan dapat diterima oleh manajer
medik maupun manajer nonmedik.

13
Metode PPNI ini didasarkan pada hasil pekerjaan nyata yang dilakukan oleh
masing-masing tenaga perawat. Adapun langkah-langkah penyusunan kebutuhan
tenaga kerja berdasarkan metode ini adalah:
1. Menetapkan unit kerja beserta kategori tenaganya,
2. Menetapkan komponen yang melekat pada rumus metode penghitungan tersebut
3. Menganalisis dengan menggunakan rumus berdasarkan komponen yang ditetapkan
sebelumnya
4. Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat
berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI diperlukan komponen yang terdiri
dari: Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam
perawatan 34 pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga
perawat.

Adapun rumus pada formula/metode hasil lokakarya persatuan perawat


nasional indonesia (PPNI) adalah sebagai berikut:

Tenaga Perawat = (A x 52 minggu) 7 Hari (TT x BOR) + 25%


Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu

Keterangan:

a) A = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pasien perhari


b) 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
c) TT = Tempat tidur
d) BOR = Bed Occupancy Rate
e) Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut:
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari /minggu
= 41 minggu
f) Total jam kerja perminggu = 40 jam
g) Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas.

14
D. ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT
1. Pengertian
Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu
tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang
disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia).
Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-
masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil
yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada (Husein
2008 dalam Jurnal USU).
Salah satu layanan dalam rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam
layanan ini terdapat alur tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap
pasien., diagnosis hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit
tersebut membutuhkan penjadwalan yang optimal.
Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama
kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara seperti
ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat penjadwalan
perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).

2. Konsep Penjadwalan Perawat


Masalah penjadwalan karyawan banyak dijumpai pada industri jasa, salah
satunya di rumah sakit.Sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-undang nomor
44 tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan rumah
sakit adalah meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan kesehatan.
Untuk meningkatkan mutu dan standar itu, rumah sakit diharuskan memiliki sistem
penjadwalan yang berkualitas dikarenakan padatnya sistem pelayanan yang ada di
dalamnya. Salah satu penjadwalan yang harus diperhatikan adalah penjadwalan
perawat. Baik atau tidaknya sistem pelayanan yang ada di rumah sakit dapat
ditentukan oleh sistem penjadwalan perawat yang ada.
Pada umumnya, penjadwalan perawat di Indonesia diklasifikasikan dalam
sistem penjadwalan dinas jaga atau shift, yaitu dinas jaga pagi, dinas jaga sore dan
dinas jaga malam. Namun bagi sebagian perawat, tuntutan untuk bekerja di malam
hari, liburan dan akhir pekan sering menimbulkan stres dan frustasi. Penjadwalan
yang kaku adalah kontributor utama terhadap ketidakpuasan kerja di pihak perawat.
Jika perawat tidak dapat memberikan saran terhadap jadwal kerja, semangat para
15
perawat dapat berkurang. Perasaan tidak berdaya ini berperan dalam meningkatkan
rasa amarah di kalangan perawat profesional. Oleh karena itu, penjadwalan
merupakan faktor yang penting dalam menentukan ketidakpuasan kerja atau kepuasan
kerja. Manajer sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun jadwal kerja
sebaiknya secara berkala melakukan evaluasi kepuasan pegawai terhadap sistem
penjadwalan yang sedang berlaku. Dengan membantu pegawai yang merasa
mempunyai kendala terhadap penjadwalan dinas jaga, manajer dapat memperbaiki
kepuasan kerja pegawai.(Bessie, at al, 2010).
Setiap tipe penjadwalan memiliki keuntungan dan kerugian. Karena beberapa
penjadwalan mengharuskan pembayaran uang lembur, hasil kepuasan perawat harus
dipertimbangkan terhadap peningkatan biaya. Selain itu, perpanjangan dinas jaga dari
delapan jam sampai sepuluh atau dua belas jam dapat menyebabkan peningkatan
kesalahan penilaian klinis karena perawat keletihan. Untuk alasan ini, banyak
organisasi membatasi jumlah hari berturut-turut seseorang perawat dapat bekerja di
perpanjangan dinas jaga. Akhirnya, pemakaian perawat paruh waktu atau tambahan
yang berlebihan dapat menyebabkan kontinuitas asuhan keperawatan yang buruk.

3. Penjadwalan perawat
Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang
paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit, ada tiga hal yang
berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan
penjadwalan perawat yaitu:
a) Staffing Decision, yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhanakan
perawat prakualifikasinya.
b) Scheduling Decision, yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka
memenuhi kebutuhan 3 minimum tenaga perawat yang harus tersedia.
c) Allocation Decision, yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke
shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand
yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.

16
4. Undang-Undang Mengenai Kerja Shift Pagi, Siang, dan Malam.
Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003
mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a) Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di
tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun
2003).
b) Jumlah jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40
jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003).
c) Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift
atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan
dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan
sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003).
d) Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang
dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus dalam keadaan lain
berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha.

5. Karakteristik Penjadwalan Perawat


Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:
a) Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai jadwal
berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.
b) Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c) Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan
bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten,
seperti weekend policy, rotation policy.

17
d) Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti
pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e) Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f) Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014).

6. Model Sederhana Penjadwalan Perawat di Ruangan


Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat
tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini
pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan ambulan,
obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan pada ruang
rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi kedalam 3 shift,
yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-masing shift adalah
sebagai berikut:

a) Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00
pagi s.d 14.00 sore.
b) Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 14.00
sore s.d 21.00 malam.
c) Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul 21.00
malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.

Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah mematuhi


peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya batasan-batasan
dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada solusi yang benar-
benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti terdapat pelanggaran-

18
pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh karena itu, batasan-batasan
model dibagi kedalam dua jenis yaitu:
a) Kendala utama
Kendala utama merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-
peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah:
Seorang perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam
secara berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari
empat hari aktif kerja berturut-turut.
b) Kendala tambahan
Kendala tambahan merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan
peraturan-peraturan kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa
mungkin pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh
kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift
malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift
sore berturut-turut. (Atmasari 2014).

E. PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG EFEKTIF SESUAI


STANDAR AKREDITASI
Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada undang-
undang Republik Indonesia, No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan, menyebutkan bahwa
tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak
menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia
khususnya perawat adalah rendahnya kualitas, seperti pendidikan dan keahlian yang belum
memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang
tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga kerja yang dihasilkan tidak siap pakai.
Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan SDM
Kesehatan (PPSDM Kesehatan) Kementrian Kesehatan Republik Indnesia (Profil
Kesehatan Indonesia 2015 dalam (Kemenkes, 2016) melaporkan bahwa jumlah terbesar
tenaga kesehatan Indonesia menurut rumpuan ketenagaan berdasarkan UU No.36 Tahun
2014 tentang tenaga kesehatan adalah perawat dengan jumlah 223.910 orang atau 34,6%
dari total tenaga kesehatan yang berjumlah 647.170 orang. Berdasarkan keputusan menteri
Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyar Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana
Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, target rasio tenaga kesehatan
19
terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio perawat 180 per 100.000
penduduk. Namun secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal
ini masih jauh dari target tahun 2019 yaitu 180 per 100.000 penduduk.
Kualitas perawat dianggap sebagai hal yang sangat vital karena ini berkenan langsung
dengan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan untuk masyarakat, dan tentunya
untuk mendukung program-program kerja Kementrian Kesehatan RI dalam pembangunan
kesehatan nasional. Pemerintah bersama-sama dengan organisasi propesi keperawatan
sudah m elakukan upaya peningkatan kualitas perawat dengan melakukan uji kompetensi
dan juga sejumlah pelatihan-pelatihan, namun hal tersebut dirasa belum optimal karena
jumlah pesawat yang terus bertambah dan tidak terkendali. Pemerintah dalam menjalankan
UU No.36 tentang Tenaga Kesehatann tahun 2014 dirasa belum optimal terutama
memenuhi tanggung jawab dan wewenang dalam meningkatkan mutu tenaga kesehatan,
yang salah satunya adalah tenaga keperawatan.

F. JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT


a. Fungsional
Metode fungsinal dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua
pasien di bangsal.

Kelebihan :

1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat senior menyimbukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman

Kelemahan :

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.


2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.

20
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan
saja.

Sistem pemberian asuhan keperawatan Fungsional

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat


pengobatan merawat luka pengobatan merawat luka

Pasien/klien

b. Team
Metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dengan berdasarkan konsep kooperatif
dan kolaboratif.
Tujuan metode tim :
1. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
2. Penerapan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
3. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda

Konsep Metode Tim :


1) Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunitas yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam metode tim. Metode tim agar berhasil baik
jika didukung oleh kepala ruang.

Kelebihan :

21
1. Kemungkinan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3. Memungkinkan komunitas antara tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan :

1. Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi


tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk (memperluangkan waktu)
2. Perawat yang belum terampil dan kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3. Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur

Sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nursing”

Kepala ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Staf perawat Staf


perawat perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

22
c. Primary Nursing
Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuham keperawatan dimana
perawat profisional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. metode ini dikembangkan sejak tahun
1970an. tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan sejak pasien masuk rumah sakit hingga dinyatakan
pulamg, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat
asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan umtuk memberikan
kesempatan untuk membantu asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan
keperawatan berfokus kepadda pasien. pengkajian dan penyusunan rencana asuhan
keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primery, dan perawat assosiet
yang akan melaksanakan asuhan keperawatn dalam tindakan keperawatan.
Kelebihan :
1. Otonomi perawat meningkat karena motivasitanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat
2. Menjamin kontiunitas asuhan keperawatan
3. Meningkatnya hubungan antara perawat pasien
4. Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan
5. Metode ini mendukung pelayanan profesional
6. Terciptanya kolaborasi yang baik

Kekurangan :

1. Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus


professional
2. Biaya yang diperlukan mahal

23
Struktur Model Asuhan Keperawatan Primery

Dokter Kepala ruangan SDM RS

Perawat Primery
Klien

Perawat Asosiet Perawat Asosiet Perawat Asosiet

Pada model asuhan keperawatan primer membutuhkan kualifikasi tertentu


karena perawat primer harus tenaga perawat professional (register nurse) yang
mengasuh pasien mulai dari pengkajian, penentuan diagnose, membuat diagnosa,
membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. dalam kegiatan
implementasi perawat primery dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat
assosiete adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primery akan megasuh
4-6 pasien selama 24 jam.

d. Modular
Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team dimana
perorganisasian pelayanan atau asuham keperawatan yang dilakukan olehperawat
professional dan non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien mulai
dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut sebagai tanggung jawab total atau
keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan
memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 pasien.

24
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah sakit adalah
ketersediaanya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kebutuhan. Untuk hal ini
dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat perencanaan terutama tentang ketenagaan.
Perencanaan ketenagaan ini harus benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbulkan
dampak pada beban kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan
menurun. Bila hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat
pelayanan kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga akan menurun.

Seorang manajer keperawatan harus mampu membuat perencanaan ketenagaan


dengan baik, yaitu dengan memanfaatkan hasil perhitungan yang didasarkan pada data-data
kepegawaian sesuai dengan yang ada di rumah sakit tersebut. Dalam melakukan perhitungan
kebutuhan teenaga perawat di rumah sakit, kita dapat menggunakan beberapa rumus dimana
tiap metode perhitungan pada prinsipnya hampir sama akan tetapi memiliki kekuasaan bagi
situasi dan kondisi tertentu dari sistem pemberian layanan asuhan keperawatan kepada klien.

B. SARAN

Berdasarkan kekurangan yang sudah disampaikan oleh penulis, diharapkan


mahasiswa, dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang manajemen
keperawatan, bahkan mengembangkan metode perhitungan dalam perencanaan tenaga
keperawatan yang sesuai dengan kubutuhan rumah sakit di Indonesia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Sri Mugianti (2016) Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta selatan,
Pusdik SDM kesehatan.

Departemen Kesehatan RI (2002) Standar tenaga keperawatan Rumah sakit, Jakarta,


Departemen Kesehatan RI.

Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta.

Thona. M (2008) Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan aplikasinya. Cetakan ke18, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada

https://id.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-Variabel-Yang-
Mempengaruhi-Ketenagaan

https://www.scribd.com/presentation/406990139/KONSEP-KETENAGAAN

https://www.scribd.com/document/362015010/Mankep-5c-kelompok-2-variabel-Variabel-
Yang-Mempengaruhi-Ketenagaan

https://www.coursehero.com/file/50234748/KETENAGAAN-KEPERAWATAN-
TUGAS2ppt/

26
MERENCANAKAN KETENAGAAN
KEPERAWATAN SEDERHANA
YANG SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN RUANG RAWAT
KELOMPOK 3
Pengertian

Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk merekrut,


memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston, 2010).
ketenagaan dalam manajemen ini adalah ketenaga kerjaan atau
manpower atau human resources, Manajemen Ketenagaan adalah ilmu
dan seni mengatur tenaga kerja melalui perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian agar efisien,efektif , produktif
menghasilkan sesuatu yang berkualitas dalam merealisasikan tujuan yang
ditetapkan organisasiDilihat dari segi prosesnya manajemen merupakan
suatu pendekatan kesisteman dalam mengatasi berbagai masalah
Prinsip Dasar ketenagaan dalam Manajemen
Keperawatan

Agus (2010), menyatakan ketenagaan dalam manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara
benar. Perlu di perhatikan beberapa prinsip dasar berikut.
1. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
2. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
3. Ketenagaan dalam Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
4. ketenagaan dalam Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunukasi yang efektif
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.
Tujuan ketenagaan
Tujuan manajemen ketenagaan adalah mengelola, mendayagunakan dan / atau
mengembangkan kompetensi tenaga agar mereka secara optimal dapat
mendukung pencapaian tujuan organisasi Competency Based Human Resource
concept Kompetensi tenaga dalam hal ini meliputi :
- Kompetensi individu ( pengetahuan, ketrampilan dan sikap )
- Kompetensi kelompok ( perpaduan kompetensi individu dalam kelompok )
- Kompetensi inti ( keunggulan-keunggulan yang dimiliki organisasi dalam
menjawab tantangan dan permasalahan yang dihadapai
Variabel Variabel Yang Mempengaruhi
Ketenagaaan

Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orangsebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannyadalam perusahaan. (Nursalam, 2014)

Menurut Gibson (1997) dalam buku Nursalam (2014), ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja,
yaitu :

1. Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan
demografi seseorang.

2. Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasankerja.


3. Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,sistem penghargaan (reward system).
Cara Perhitungan Jumlah Tenaga Dalam
Suatu Shift

 Cara Rasio
Menggunakna jumlah tempat tidur sebagai denomitor personal yang diperlukan, dimana metode ini hanya
mengetahui jumlah personal secara tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit dan kapan
personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang dibutuhkan.

 Cara Nerd
Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standar
profesi. Untuk menghitung seluruh kebutuhan tenaga, diperlukan terlebih dahulu gambaran tentang jenis
pelayanan yang diberikan kepada klien selama di rumah sakit.
 Cara Demand

Perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang memang nyata dilakukan oleh
perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yanag masuk ruang gawat darurat
dibutuhkna waktu sebagai berikut:

a) Untuk khusus gawat darurat : 86,31 menit

b) Untuk kasus mendesak : 71,28 menit

c) Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit


 Cara Gillies
𝐴𝑋𝐵𝑋𝐶 𝐹
Gillies (1989) mengemukakanrumusankebutuhantenagakeperawatan di satu unit perawatsebagaiberikut : 𝐶−𝐷 =𝐺=𝐻
𝑋𝐸

Keterangan :

 A:rata-rata jumlahperawatan/pasien /hari

 B:rata-rata jumlahpasien/hari

 C:jumlah hari/tahun

 D:jumlah harilibur masing-masing perawat

 E:jumlah jam kerja masing-masing perawat

 F:jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun

 G:jumlah jam perawatan yang diberikanperawat per tahun

 H:jumlah perawat yang dibutuhkanuntuk unit tersebut


Cara Swansburg (1999)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡/𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛


𝑋
ℎ𝑎𝑟𝑖 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
ℎ𝑎𝑟𝑖
Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga
Keperawatan Dalam setiap Shift
Alokasi adalah penentuan penggunaan sumber daya secara matematis (msl
tentang tenaga kerja, mesin, dan perlengkapan) demi pencapaian hasil yang
optimal.Untuk mencapai tujuan, dituntut untuk memiliki kinerja yang baik dan
melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.
• Penjadwalan perawat
perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang paling
penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal yang
berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan
penjadwalan perawat yaitu:
a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan perawat
prakualifikasinya.
b. b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka memenuhi
kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia
c. c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke
shiftshift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang
tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.
• Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam
Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai
ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift,
pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam
kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003).
b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu
(Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)
c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau
melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus 15 sepengetahuan dan dengan
surat perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur (
pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003)
d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan
dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No
233/men/2003, yang di maksud dengan Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini
adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara
terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan pengusaha
• Karakteristik Penjadwalan Perawat
a. Coverage Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai
jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut.
b. Quality Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
c. Stability Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan bahwa
jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang stabil dan konsisten, seperti
weekend policy, rotation policy.
d. Flexibility Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan
seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
e. Fairness Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan
sama.
f. Cost Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan.
• Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan
1. .Shift pagi kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara
pukul 7.00 pagi s.d 14.00 sore
2. Shift sore Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara
pukul 14.00 sore s.d 21.00 malam
3. Shift malam kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu =
antara pukul 21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.
• Metode Goal Programming dan Linear
Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah
pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal).
Program linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang
ada supaya mencapai tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan
suatu permasalahan. Contoh permasalahan yang harus dimaksimumkan
adalah keuntungan dan penjualan produk, sedangkan contoh permasalahan
meminimumkan adalah biaya dan kerugian. (USU,2015)
Peningkatan kualitas pelayanan yang efektif
yang sesuai standar Rumah sakit
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang rumah sakit
disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya
Dalam mencapai tujuan yang berorientasi kepada kepuasan pasien, di samping aspek fasilitas rumah
sakit, peranan dokter, paramedis dan non medis menjadi sangat penting karena kinerja mereka akan
menentukan persepsi dan kinerja yang dirasakan pasien terhadap pelayanan yang diberikan
(Widaryanto, 2005).Kualitas pelayanan menjadi hal yang penting bagi penyedia pelayanan kesehatan,
dimana proporsi yang sama besarnya juga diberikan pada praktisi pemasaran yang memberikan
perhatian pada kualitas pelayanan (Barus, 2017). Strategi sebagai sebuah kesepakatan tentang
penentuan tujuan dan visi jangka panjang yang kemudian menjadi acuan bersama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
Jenis Metode Penugasan Dalam
Ruang Rawat
 Metode fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan:
a) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan pengawasanyang baik
b) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
c) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasiendiserahkan kepada perawat junior dan
atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
b) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
c) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
 Metode Team
Metode tim adalah suatu keadaan dimana proses keperawatan dilakukan oleh sekelompok perawat terhadap
sekelompok pasien di ruang perawatan yang terdiri atas kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Kelebuhan:
a) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
b) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
c) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan kepuasan kepada
anggota tim
Kelemahan:
a) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
b) tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
c) pada waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu )
d) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk bergantung/berlindung kepada
perawat yang mampu
e) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur
 Metode primary nursing
Metode penugasan Primary Nursing adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Kelebuhan:
a) bersifat kontuinitas dan komprehensif.
b) Metode penugasan perawat primer memberikan keuntungan terhadap klien, perawat, dokter dan rumah
sakit. Keuntungan bagi perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi, pengembangan diri
melalui implementasi ilmu pengetahuan dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Keuntungan
bagi pasien adalah mereka merasa lebih dihargai sebagai manusia karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu, asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan tercapainya pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi. Keuntungan bagi dokter adalah mendapatkan
informasi dari perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. Rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus mempekerjakan perawat yang berkualitas
tinggi menjadi keuntungan bagi rumah sakit
Kelemahan:
a) hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
b) b) Biaya lebih besar
• Metode modular
Metode keperawatan modular merupakan metode modifikasi keperawatan timprimer, yang dicoba untuk
meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular. Sistem ini dipimpin oleh
perawat register (Ners). Dan anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan
modulnya. Idealnya 2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien.
Kelebihan:
a)Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok.
b) Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif.
c) Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
d) Meningkatnya kepuasan pasien. e) Biaya efektif
Kelemahan:
a)Sedikit perawat register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan.
b) Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim.
c.)Diperlukan campuran keterampilan yang tepat.
Manajemen
Keperawatan

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Anggota Kelompok
Anjelina Kristin Nikolas
Celsy Elvira
Dewi Alpina
Fristi Christina Monalisa Pietersz
Niken
Rut Handayani Bokko
Tresya Octafiana Gala Biru
Yohana Mariana Apriliyanti Eka Putri R
Yunita Firginia Kamelia Kumayas
Alowisye Gratcia Honorota Lamere
KETENAGAAN PERHITUNGAN
PERAWAT DAN METODE
PENUGASAN DI RUANG RAWAT
Pelayanan keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang
mempunyai posisi yang sangat strategis dalam upaya
PERHITUNGAN meningkatkan mutu pelayanan dan pemuasan konsumen
PERAWAT yang datang ke rumah sakit. Jumlah tenaga keperawatan
mendominasi tenaga kesehatan secara menyeluruh, juga
sebagai penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pelanggan (pasien dan keluarganya). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual
yang komprehensif / holistic yang ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan
sehat atau sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia yang mengacu pada standar
professional keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama.
Selanjutnya..

Efektifitas dan efisiensi ketenagaan dalam


keperawatan sangat ditunjang olehpemberian asuhan
keperawatan yang tepat dan kompetensi perawat yang
memadai. Olehkarena itu, perlu kiranya dilakukan
perencanaan yang strategis dan sistematis dalam
memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan. Dan perencanaan
yang baik mempertimbangkan :klasifikasi klien berdasarkan
tingkat ketergantungan, metode pemberian asuhan
keperawatan,jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta
perhitungan jumlah tenaga keperawatan. Untukitu diperlukan
kontribusi dari manager keperawatan dalam menganalisis dan
merencanakankebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
rumah sakit.
Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus
memperhatikan beberapafaktor yang terkait beban kerja
perawat, diantaranya seperti berikut :
1. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu
unit
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien
3. Rata-rata hari perawatan klien
4. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung
5. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
6. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak
langsung
7. Pemberian cuti
METODE PENUGASAN DI RUANG RAWAT
Metode Penugasan 1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh 2. Metode Perawatan Tim
merupakan suatu alternative perawat dalam pengelolaan asuhan Metode pemberian asuhan
metode yang akan diterapkan dalam keperawatan sebagai pilihan utama keperawatan dimana
memberikan asuhan keperawatan pada saat perang dunia kedua. Pada seorang perawat
saat itu karena masih terbatasnya professional memimpin
pada klien/pasien dengan tujuan jumlah dan kemampuan perawat maka sekelompok tenaga
untuk meningkatkan kualitas asuhan setiap perawat hanya melakukan satu keperawatan dengan
dan peningkatan derajat kesehatan sampai dua jenis intervensi, misalnya berdasarkan konsep
pasien. merawat luka kepada semua pasien di kooperatif & kolaboratif
bangsal. (Douglas, 1992).
Prinsip pemilihan metode
penugasan adalah : jumlah tenaga, 3. Metode Primer 4. Metode Kasus
kualifikasi staf dan klasifikasi Metode penugasan dimana satu orang Setiap pasien ditugaskan kepada
pasien. Adapun jenis-jenis metode perawat bertanggung jawab penuh selama semua perawat yang melayani
24 jam terhadap asuhan keperawatan seluruh kebutuhannya pada saat
penugasan yang berkembang saat pasien mulai dari masuk sampai keluar ia dinas. Pasien akan dirawat oleh
ini (Rakhmawati et al., 2017). rumah sakit. Mendorong praktek perawat yang berbeda untuk
kemandirian perawat, ada kejelasan antara setiap shift dan tidak ada jaminan
pembuat perencana asuhan dan bahwa pasien akan dirawat oleh
pelaksana. Metode primer ini ditandai orang yang sama pada hari
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus berikutnya. Metode penugasan
menerus antara pasien dengan perawat kasus biasa diterapkan satu
yang ditugaskan untuk merencanakan, pasien satu perawat, umumnya
melakukan, dan koordinasi asuhan dilaksanakan untuk perawat privat
keperawatan selama pasien dirawat. atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, intensive care.
Tanggung Jawab Kepala
Ruangan(Karu),Ketua Tim
(Katim) dan Anggota Tim
Tanggung jawab Kepala Tim:

1. Melakukan orientasi kepada pasien baru & keluarga


2. Mengkaji setiap klien, menganalisa, menetapkan
rencana keperawatan (renpra), menerapkan tindakan
Tanggung jawab Kepala Ruangan: keperawatan dan mengevaluasi renpra
3. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
1. Menetapkan standar kinerja yang melalui komunikasi yangkonsisten
diharapkan dari staf 4. Membagi tugas anggota tim dan merencanakan
2. Membantu staf menetapkan sasaran kontinuitas asuhankeperawatan melalui konfrens
dari ruangan 5. Membimbing dan mengawasi pelaksanan asuhan
3. Memberi kesempatan katim untuk keperawatan oleh anggotatim
mengembangkan keterampilan 6. Bertanggung jawab terhadap kepala ruangan
kepemimpinandan managemen

Tanggung jawab Anggota Tim:

1. Melaksanakan perawatan sesuai renpra yang dibuat katim


2. Memberikan perawatan total/komprehensif pada sejumlah pasien
3. Bertanggung jawab atas keputusan keperawatan selama katim tidak ada di tempat
4. Berkontribusi terhadap perawatan:
- Observasi terus menerus
- Ikut ronde keperawatan
- Berinteraksi dengan pasien dan keluarga
- Berkontribusi dengan KATIM/KARU bila ada masalah
D
TERIMA KASIH
D
D
KONSEP DASAR
PRINSIP DAN TUJUAN
KETENAGAAN
KELOMPOK 3
BERNADET APRIANI (C1814201110)
CANTIKA W.V KEMBUAN (C1814201111)
CICILIA DORANTES PALPIALY (C1814201112)
GETRUDIS YUSRI (C1814201121)
JANET GRESILYAHEHAKAYA (C1814201125)
KRISTIANI PAKAMBANAN (C1814201128)
MERRY KRISYANTI (C1814201135)
SOFIA USVIN SUMULE (C1814201150)
VALEN PITER KEMPA (C1814201151)
YELMIDA YULIUS (C1814201155)
KONSEP DASAR
Ketenagaan adalah organisasi yang merupakan kumpulan
sekelompok orang-orang untuk mewujudkan tujuan (Gillies,1996).
Pada dasarnya semua metoda ataupun formula yang telah
dikembangkan untuk menghitung tenaga keperawatan dirumah
sakit berakar pada beban kerja dan personal yang bersangkutan.
Analisis kebutuhan tenaga keperawatan harusbetul-betul
direncanakan dengan baik agar tidak dilakukan berulang- ulang
karena akan membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga sehingga
tidak efektif dan efisien.
PRINSIP KETENAGAAN
01 02
PARTISIPATIF KOMUNIKASI

03 04
MENGAKUI ANDIL BAWAHAN PENDELEGASIAN WEWENANG
adalah mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan
produktif yang dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga
dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan
menghadapi tantangan internal maupun eksternal sangat
ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya manusia
setepat-tepatnya.
VARIABEL - VARIABEL
YANG MEMPENGARUHI
KETENAGAAN
VARIABEL INDIVIDUA

Umur Masa Kerja

Jenis kelamin Pendidikan Pelatihan


VARIABEL ORGANISASI

Supervisi Imbalan
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan, Setiap orang membutuhkan
bimbingan insentif baik sosial maupun
dan pengawasan oleh pengelola program/p finansial penghargaan, karena pe
royek terhadap pelaksanaan ditingkat nghargaan merupakan suatu keb
administrasi yang lebih rendah, dalam utuhan.
rangka
memantapkan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
VARIABEL PSIKOLOGIS

Motivasi Penilaian Kinerja


Disiplin kerja yang tinggi
Motivasi kerja adalah pemberian daya
harus diterapkan di
penggerak yang menciptakan
organisasi, karena dengan
kegairahan kerja seseorang, agar
mendisiplinkan karyawan
mereka mau bekerja sama, bekerja
maka akan dapat
efektif dan terintegrasi dengan segala
meningkatkan kinerja
daya upayanya untuk mencapai
karyawan
kepuasan.
CARA MENGHITUNG
JUMLAH TENAGA
DALAM SUATU SHIFT
METODE GILLIES
a. Jumlah tenaga yang diperlukan
Menentukan kebutuhan kuantitatif tenaga
Jumlah jam perawatan yang Rata-rata Jumlah hari
perawat dapat berdasarkan: dibutuhkan klien perhari X jumlah klien X pertahun
1. Jumlah jam perawatan efektif klien
yang dirawat setiap 24 jam Jumlah hari pertahun - Hari tidak kerja X Jumlah jam
kerja
2. Jumlah hari kerja efektif perawat pertahun perorang/hari
dalam 1 tahun
3. Penggunaan tempat tidur rata-rata
(akan lebih obyektif bila
menggunakan rata penggunaan Atau
tempat tidur pertahun)
4. Analisa kegiatan untuk memenuhi Jam perawatan yang diperlukan pertahun

kegiatan klien Jam perawatan yang diberikan oleh tiap orang pertahun
Distribusi frequensi perawat perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, oleh
karena itu perlu diantisipasi dengan estimasi tenaga perawat cuti hamil
b. Pertimbangan cuti hamil
Penghitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya tenaga yang cuti hamil.
Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x %, dari tenaga yang dinas tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang
hilang karena cuti hamil adalah x % X jumlah cuti hamil X jumlah jam kerja perhari, maka diperlukan tambahan
tenaga :
Jumlah jam kerja hilang karena cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun

(Mariono,R.1978)
Anda telah belajar tentang perhitungan jumlah tenaga per tahun dan selanjutnya anda pelajari bagaimana
menghitung kebutuhan tenaga perawat untuk dinas setiap hari.
c. Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari.

Jumlah hari tidak kerja X Jumlah tenaga yang


Pertahun dibutuhkan pe 24 jam

Jam hari kerja perorang pertahun

Untuk keperluan penghitungan perawat yang dibutuhkan dan untuk keperluan penjadwalan dinas
maka diperlukan juga perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari.

• Cara perhitungan jumlah perawat yang bebas tugas tiap hari

Rata-rata jumlah X Rata-rata jam perawatan


Klien tiap hari tiap klien per 24 jam
Jumlah jam kerja perhari

Keterangan:
Rata-rata jam perawatan tiap klien per 24 jam dihiting dari tingkat ketergantungan klien atau
berdasarkan kondisi klien.
Jumlah jam kerja per tahun dihiting dari jumlah hari dalam tahun (365 hari) dikurangi hari tidak
bekerja dalam setahun (hari minggu + Cuti tahunan + hari besar dalam setahun + Cuti sakit atau ijin).
METODE DAUGLASS

Douglass menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan klien.
Adapun perhitungan berdasarkan tingkat ketergantungan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Perhitungan Kebutuhan tenaga Perawat berdasarkan Klasifikasi Klien


Juml KLASIFIKASI KLIEN
klien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
METODE SWANSBURG

Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:


1. Total jam perawat /hari:
=Jumlah Klien x Jumlah jam kontak perawat-
klien

2. Jumlah perawat yang dibutuhkan pehari:


= Total jam perawat/hari
Jumlah jam kerja /hari

Sehingga dari rumus dapat disimpulkan menjadi :

= Jumlah rata-rata pasien /hari x jumlah jam kontak perawat-pasien


/hari
Jam kerja /hari
Rumus selanjutnya untuk menghitung jumlah shift dan kebutuhan perawat adalah satu
minggu.

1. Jumlah shift perminggu:

= Jumlah perawat yang dibutuhkan /hari x jumlah shift dalam 1


minggu

2. Jumlah perawat yang dibutuhkan perminggu:


= Jumlah shift /minggu
Jumalh hari kerja
/minggu

Menurut Warstler dalam Swansburg & Swansburg (1999), merekomendasikan untuk


pembagian proporsi dinas dalam satu hari:

Pagi : Siang : Malam : 47% : 36% : 17%.


Keterangan:

 Jumlah hari kerja /minggu = 6 hari


 Jumlah jam kerja /hari = 7 jam, didapat dari 40 jam (total jam kerja /minggu) : 6
hari
METODE LOKAKARYA
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI

Menghitung kebutuhan tenaga per unit kerja. Untuk menghitung tenaga perawat berdasarkan beban kerja melalui formula PPNI
diperlukan komponen yang terdiri dari : Hasil porsentase BOR rumah sakit pada satuan waktu tertentu, Jumlah jam perawatan 34
pasien selama 24 jam, jam kerja efektf serta hari kerja efektif tenaga perawat.
Adapun rumus pada formula/metode hasil lokakarya persatuan perawat nasional indonesia
(PPNI) adalah sebagai berikut:

Tenaga Perawat = (A x 52 minggu) 7 Hari (TT x BOR) + 25%


Hari kerja efektif x total jam kerja perminggu

Keterangan:

 A = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pasien perhari


 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
 TT = Tempat tidur
 BOR = Bed Occupancy Rate
 Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut:
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari /minggu
= 41 minggu
 Total jam kerja perminggu = 40 jam
 Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas.
ALOKASI DAN
PENJADWALAN TENAGA
KEPERAWATAN SETIAP
SHIFT
Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang
disediakan untuk suatu tempat (Pembeli dan
sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya
biaya yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus
besar bahasa Indonesia). Penjadwalan adalah
pengalokasian waktu yang tersedia untuk
melaksanakan masing-masing pekerjaan
dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga
tercapainya hasil yang optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang
ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU).
KONSEP PENJADWALAN PERAWAT

Masalah penjadwalan karyawan banyak dijumpai pada


industri jasa, salah satunya di rumah sakit.Sebagaimana
yang telah diatur dalam Undang-undang nomor 44 tahun
2009 tentang rumah sakit bahwa salah satu tujuan
penyelenggaraan rumah sakit adalah meningkatkan mutu
dan mempertahankan standar pelayanan kesehatan. Untuk
meningkatkan mutu dan standar itu, rumah sakit
diharuskan memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas
dikarenakan padatnya sistem pelayanan yang ada di
dalamnya. Salah satu penjadwalan yang harus
diperhatikan adalah penjadwalan perawat. Baik atau
tidaknya sistem pelayanan yang ada di rumah sakit dapat
ditentukan oleh sistem penjadwalan perawat yang ada.
PENJADWALAN PERAWAT
ada tiga hal yang berkaitan dengan proses dan
pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan dan
penjadwalan perawat yaitu:
1. Staffing Decision, yaitu merencanakan tingkat atau
jumlah kebutuhan akan perawat prakualifikasinya.
2. Scheduling Decision, yaitu menjadwalkan hari masuk
dan libur juga shift. Shift kerja untuk setiap harinya
sepanjang periode penjadwalan dalam rangka
memenuhi kebutuhan 3 minimum tenaga perawat yang
harus tersedia.
3. Allocation Decision, yaitu membentuk kelompok perawat
untuk dialosikan ke shift-shift atau hari-hari yang
kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand yang
tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.
UNDANG-UNDANG MENGENAI KERJA SHIFT PAGI, SIANG, DAN MALAM.

Pengaturan jam kerja dalam sistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003 mengenai ketenaga
kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:
1. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya di tentukan 3 shift,
pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam
kerja (Pasal 79 ayat 02 Huruf a UU No 13 tahun 2003).
2. jamkerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40 jam/minggu (Pasal
77 ayat 02 UU No13 tahun 2003).
3. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari per shift atau
melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus sepengetahuan dan dengan surat
perintah dari pimpinan perusahaan yang di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur (
pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun 2003).
4. Dalam penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus yang dijlankan
dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut Kepmenarkertrans No
233/men/2003, yang di maksud dengan pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini
adalah pekerjaan yang menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan
secara terus dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan
pengusaha.
KARAKTERISTIK PENJADWALAN PERAWAT

Coverage Flexibility

Quality Fairness

Stability Cost
MODEL SEDERHANA PENJADWALAN PERAWAT DI RUANGAN

Shift sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7
jam kerja dan Durasi waktu =
antara pukul 14.00 sore s.d
21.00 malam.
Shift pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7
jam kerja dan durasi waktu =
antara pukul 7.00 pagi s.d
14.00 sore.

Shift malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10
jam kerja dan Durasi waktu =
antara pukul 21.00 malam s.d
7.00 pagi dihari berikutnya.
PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG
EFEKTIF SESUAI STANDAR AKREDITASI

Salah satu aspek penting dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tersedianya Sumber Daya Manusia
(SDM) tenaga kesehatan. Pasal 11 pada undang-undang Republik Indonesia, No.36 Tahun 2014 tentang kesehatan,
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan salah satunya adalah tenaga keperawatan. Perawat di Indonesia banyak
menghadapi banyak tantangan. Salah satu tantangan tenaga kesehatan Indonesia khususnya perawat adalah
rendahnya kualitas, seperti pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Adanya kesenjangan kualitas dan
kompetensi lulusan pendidikan tinggi yang tidak sejalan dengan tuntutan kerja di mana tenaga kerja yang dihasilkan
tidak siap pakai. Di Indonesia sendiri, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Kesehatan SDM Kesehatan
(PPSDM Kesehatan) Kementrian Kesehatan Republik Indnesia (Profil Kesehatan Indonesia 2015 dalam (Kemenkes,
2016) melaporkan bahwa jumlah terbesar tenaga kesehatan Indonesia menurut rumpuan ketenagaan berdasarkan
UU No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan adalah perawat dengan jumlah 223.910 orang atau 34,6% dari total
tenaga kesehatan yang berjumlah 647.170 orang. Berdasarkan keputusan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyar Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025, target rasio
tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio perawat 180 per 100.000 penduduk.
Namun secara nasional, rasio perawat adalah 87,65 per 100.000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target tahun 2019
yaitu 180 per 100.000 penduduk.
JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT
Team
Metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat professional
memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dengan berdasarkan konsep
kooperatif dan kolaboratif.

Fungsional Primary Nursing


keperawatan primer adalah suatu
Metode fungsinal
metode pemberian asuham
dilaksanakan oleh perawat
keperawatan dimana perawat
dalam pengelolaan asuhan
profisional bertanggung jawab
keperawatan sebagai
dan bertanggung gugat terhadap
pilihan utama pada saat
asuhan keperawatan pasien
perang dunia kedua
selama 24 jam/hari.

Modular
Merupakan gabungan dari model primary nurse dan team
dimana perorganisasian pelayanan atau asuham
keperawatan yang dilakukan olehperawat professional dan
non professional (perawat terampil) untuk sekelompok klien
mulai dari masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
sebagai tanggung jawab total atau keseluruhan
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik and illustrations by Stories

THANKS!
APLIKASI KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT PADA FUNGSI PENGARAHAN”

MATA KULIAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPUH : Fitrianty Patarru, Ns., M.Kep.

DI SUSUN OLEH :

TINGKAT 3 A

KELOMPOK IV

NI PUTU FINGKY MARSELA C1814201034


RENI C1814201036
REZKI MENTODO C1814201037
RISMAWATI IRMA C1814201038
SAFERINUS LAGU C1814201039
SAKA AGUNG LAKSONO C1814201040
SHEILLA HATTU C1814201041
SHERYN C1814201042
TIARA A BATARA C1814201043

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN STELLA MARIS MAKASSAR

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2020/2021

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 1


Manajemen Keperawatan
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat
Pada Fungsi Pengarahan”.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kelompok miliki.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengaharapkan adanya kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak agar bisa menjadi acuan agar
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan sampai penyelesaian makalah ini, karena makalah
ini tidak akan terwujud, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan mengenai
manajemen keperawatan.

Makassar, Maret 2021

Kelompok IV

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 2


Manajemen Keperawatan
DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................6

A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN ...............................................6


B. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN….7
C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK` ........................................................9
D. LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT ............................................................11
E. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR
AKREDITASI............................................................................................................11
F. PENDELEGASIAN TUGAS ....................................................................................12

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................21

A. KESIMPULAN ..........................................................................................................21
B. SARAN ......................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................22

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 3


Manajemen Keperawatan
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu hal yang universal dalam dunia industri modern.
Tiap organisasi memerlukan pengambilan keputusan, pengkoordinasian aktifitas,
penanganan manusia, evaluasi prestasi yang terarah kepada sasaran kelompok
manusia. Banyak aktivitas manajerial yang masing-masing memiliki cara pendekatan
sendiri pada tipe-tipe problem khusus dan di diskusikan, namun semuanya memiliki
satu elemen umum yaitu ilmu manajemen.
Fungsi pengarahan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen dimana
fungsi adalah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh semua pihak
dalam organisasi serta memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Pengarahan
memberi arahan atau pedoman kepada semua pihak agar semua program-program
dapat dijalankan dengan baik dan benar (Mugianti, 2016).
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang
berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Dalam hal ini perawat menempati proporsi terbesar dibanding tenaga
kesehatan lain dan merupakan tenaga professional yang paling lama kontak dengan
pasien. Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah rumah
sakit. Seorang manajer menjadi pemimpin yang efektif apabila mampu untuk
menentukan strategi yang tangguh, menjadi perencana yang handal, menjadi
organisator dan motivator yang efektif, pengawas yang objektif dan rasional, dan
penilai yang tidak berpengaruh oleh pertimbangan-pertimbangan yang subjektif dan
emosional di samping keahlian pribadi.
Seperti fungsi manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang juga
meliputi komponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating, dan
controlling. Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya,
tanggung jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di
tingkat ruang dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam menjalankan fungsi
pengarahan, kepala ruangan akan melakukan kegiatan supervisi terhadap pelaksanaan
Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 4
Manajemen Keperawatan
asuhan keperawatan, bimbingan terhadap staf, mengkoordinasi dan memotivasi staf
keperawatan. Fungsi pengarahan ini merupakan fungsi dari kepemimpinan seorang
kepala ruang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan makalah ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan ?
2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan ?
3. Apa saja indikator pengarahan yang baik ?
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat ?
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi ?
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas ?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa mengetahui :
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan.
2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan.
3. Apa saja indikator pengarahan yang baik.
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat.
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruang sesuai standar akreditasi .
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas .

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 5


Manajemen Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN


Pengarahan (Directing) adalah suatu proses penerapan rencana manajemen untuk
menggerakkan anggota kelompok untuk mencapai tujuan melalui beberapa arahan.
1. Konsep Dasar Pengarahan
a. Gretting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk
menyambut satu sama lain baik melaui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan
komplek seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang
memperluas topik. Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan
mendengarkan dan kemudian memiliki kesempatan untuk merespon
dengan pertanyaan atau komentar.
c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai
kegiatan yang membantu membangaun komunitas dan memungkinkan
semua orang untuk berkontribusi pada tingkat mereka sendiri.
Beberapa kegiatan group activity seperti mendengarkan, mengikuti
petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan penguasaan diri.
d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada
akhir pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat
pratinjau dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa
pengumuman dari peserta yang lain.
2. Tujuan Pengarahan
Kegiatan pengarahan ini dilakukan untuk :
a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi
lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala
ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi
tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada
minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat
bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi keasalahn akibat dari
tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruangan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 6


Manajemen Keperawatan
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait
dengan fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang
bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya secara mandiri.
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat
melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun,
memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa
memiiki dan menyukai pekerjaan.
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatakan
motivasi dan prestasi kerja staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan
suasana lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan
interpersonal yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan
kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan meningkatkan
prestasi kerja perawat pelaksana.
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadi hal
yang bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah
semua perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan
membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
B. KEGIATAN MANAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang
mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia
menyumbangkantenaganya untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu
organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut
manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda (Nursalam, 2018).
a. Tujuan Pengarahan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :
1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisienKomunikasi antara atasan dan
bawahan berpotensi menjadi lebih baik,. Efisiensi kerja dapat tercapai
dengan kontribusi kepala ruang dalammenggerakkan bawahannya, misalnya

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 7


Manajemen Keperawatan
melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang
berdampak pada minimalnyakesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat
menghemat bahan, alat danwaktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat
dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
2) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan stafSupervisi,
pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait denganfungsi pengarahan.
Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan
tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri.
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Pengarahan yang
dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi
motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan
dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf. Pemimpin yang baik adalah yang mampu
menciptakan suasana lingkunganyang kondusif dan menciptakan hubungan
interpersonal yang harmonis,kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses
dalam memberikanmotivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat
pelaksana.
5) Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang
bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat
untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuatorganisasi
berkembang lebih dinamis.
b. Prinsip Pengarahan
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
1) (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana
2) (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
3) (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam
pulang)
4) (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi
seharusnyadikerjakan
5) (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan
6) (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 8


Manajemen Keperawatan
c. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan
Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu kegiatan pengarahanyang
penting diketahui menurut Douglas, yaitu :
1) Tentukan tujuan pengarahan yang realistis
2) Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen
3) Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
4) Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerjadengan
benar dan adil
5) Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar
selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir
6) Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikanreward
and punishment yang jelas dan tegas
7) Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dandimengerti
agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
8) Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasienmaupun
situasi gawat lainnya
9) Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
10) Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitaslayanan secara
teratur dan rutin

C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK


Arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki
dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (Setiadi, 2019) :
1. Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawainya akan
menimbulkan keinginan untuk tidak mau menyampaikan pesan ataupun
gangguan yang dialami. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memerhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan
informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Namun apabila pesan itu tidak relevan dengan
tugasnya maka pesan tersebut tidak disampaikan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 9


Manajemen Keperawatan
2. Kepercayaan
Kebanyakan para pimpinan lebih memercayai pesan yang tertulis dan
metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dibandingkan pesan
yang disampaikan secara lisan atau tatap muka. Hal ini menjadikan
pimpinan lebih sering menyampaikan pesan secara tertulis sebagai
pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan
bawahan.
3. Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis maka
pegawai merasa terbebani karena harus membaca banyak sekali surat.
Kadang pegawai bahkan tidak membaca pesan tersebut. Banyak karyawan
yang hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi
dirinya dan yang lain dibiarkan saja tanpa dibaca.
4. Timing
Ketepatan waktu pengiriman pesan memengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan yang menguntungkan kedua pihak baik pimpinan
maupun karyawan. Namun jika pesan yang dikirimkan pada waktu yang
tidak tepat seperti saat tidak dibutuhkan maka mungkin akan berpengaruh
pada efektifitas pekerjaannya.
5. Penyaringan
Pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah diterima namun
perlu dipilah terlebih dahulu mana yang paling dibutuhkan. Penyaringan
pesan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedaan persepsi,
ataupun perasaan kurang percaya pada pimpinan
Selain indikator diatas, ada pula beberapa indikator untuk
pengendalian mutu asuhan keperawatan, diantaranya :
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keterbatasan perawatan diri
3. Kepuasan pasien
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
6. Pengetahuan

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 10


Manajemen Keperawatan
D. LANGKAH SUPERVISI RUANG RAWAT
Langkah-langkah pada supervisi keperawatan adalah sebagai berikut
(Oktaviani & M.Rofii, 2019) :
a. Pra Supervisi
1) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2) Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
b. Pelaksanaan Supervisi
1) Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument
yang telah disiapkan.
2) Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
3) Supervisor memanggil PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiate) untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
4) Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder :
a) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
c. Pasca Supervisi- 3F
1) Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair) :
a) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
b) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
2) Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil laporan
supervisi)
3) Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan.

E. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR


AKREDITASI
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP
pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 11


Manajemen Keperawatan
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal

F. PENDELEGASIAN TUGAS
a. Pendelegasian
Manajer dapat mengontrol staf dan waktu yang digunakan oleh staf dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan. Pada kenyataanya, sering ditemukan
terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang dengan waktu
yang hanya sedikit. Pada situasi tersebut, pendelegasian dan pembagian pekerjaan
diperlukan. Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan
melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas
kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Pendelegasian/pelimpahan asuhan keperawatan kepada pasien oleh perawat tidak
mudah dilakukan karena menyangkut pemberian suatu perintah kepada orang lain
untuk menyelesaikan tugas yang diemban. Para perawat meyakini bahwa mereka
dapat memberikan pendelegasian dengan baik kepada staf dalam asuhan
keperawatan, tetapi sering tidak dilaksanakan dengan baik. Hal ini menyebabkan
kurangnya rasa percaya kepada orang yang menerima pendelegasian (delegasi).
b. Ketidakefektifan Dalam Pendelegasian
Pendelegasian dalam praktik keperawatan profesional sering ditemukan
mengalami masalah, di mana proses pendelgasian tidak dilaksanankan secara
efektif. Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat dibedakan
menjadi tiga hal, yaitu:
1. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation)
Manajer keperawatan sering berasumsi bahwa jika mereka
melakukannya sendiri, maka akan menjadi lebih baik dan lebih cepat daripada
didelagasikan ke orang lain. Misalnya, manajer sering berpikir “Saya bisa
mengerjakan ini lebih baik, bila staf yang mengerjakan akan memerlukan
waktu yang lama”. Keadaan ini berdampak terhadap proses pendelegasian
wewenang, di mana orang yang menerima tugas hanya diberikan wewenang
yang sangat terbatas dan sering terjadi ketidakjelasan wewenang yang harus
dilakukan, sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 12


Manajemen Keperawatan
Masalah lain adalah kekhawatiran seseorang bahwa mereka tidak
mampu melakukan seperti apa yang dilakukan staf/orang yang didelegasikan,
karena tanggung jawab yang diberikan hanya sedikit dan sering merasa bosan,
malas, dan tidak efektif. Pendelegasian yang tepat akan dapat meningkatkan
kepuasan kerja dan meningkatkan hubungan yang kondusif antara manajer dan
staf (Triana et al., 2020).
2. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation)
Pendelegasian yang berlebihan kepada staf, akan berdampak terhadap
penggunaan waktu yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan manajer
untuk memonitor dan menghabiskan waktu dalam tugas organisasi. Staf akan
merasa terbebani dan sering ditemukan penyalahgunaan wewenang yang
diberikan. Misalnya staf sering bertanya, “Saya tidak tahu apa yang manajer
harapkan” atau “Saya lebih senang bantuan supervisi dari manajer terus-
menerus”.
3. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)
Pendelegasian menjadi tidak efektif bila diberikan kepada orang yang
tidak tepat karena alasan faktor suka/tidak suka. Pendelegasian tersebut tidak
akan memperoleh hasil yang baik karena adanya kecenderungan manajer
menilai pekerjaan staf berdasarkan unsur subjektivitas.
c. Konsep Pendelegasian
Pendelegasian yang baik bergantung pada keseimbangan anatara 3 komponen
utama, yaitu tanggung jawab, kemampuan, dan wewenang. Tanggung jawab
(responsibility) adalah suatu rasa tanggung jawab terhadap penerimaan suatu
tugas. Kemampuan (accountability) adalah kemampuan seseorang dalam
melaksanakan tugas yang didelegasikan. Wewenang (authority) adalah pemberian
hak dan kekuasaan kepada delegasi untuk mengambil suatu keputusan terhadap
tugas yang dilimpahkan (Sataloff et al., 2016).

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 13


Manajemen Keperawatan
d. Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif
Lima konsep yang mendasari pendelegasian akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi
suatu cara untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna. Manajer
keperawatan sering mendelegasikan tanggung jawabnya kepada staf dalam
melaksanakan asuhan terhadap pasien. Misalnya, dalam penerapan model
asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat primer (PP)
melimpahkan tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada perawat pendamping/associate (PA). Perawat primer memberikan
tanggung jawab yang penuh dalam merawat pasien yang didelegasikan.
2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara seimbang. Perawat
primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung jawab untuk
melaksanakan tujuan/rencana didelegasikan kepada staf yang sesuai atau
menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP memberikan wewenang
kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses tersebut harus meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan pasien;
b. Identifikasi tugas yang dapat dilaksanakan dengan bantuan orang lain;
c. Mendidik dan memberikan pelatihan supaya tugas dapat dilaksanakan
dengan aman dan kompeten;
d. Proses menentukan kompetensi dalam membantu seseorang;
e. Ketersediaan supervisi yang cukup oleh pp;
f. Proses evaluasi yang terus-menerus dalam membantu seseorang;
g. Proses komunikasi tentang keadaan pasien antara PP dan PA.
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan
kemampuan dalam mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan pelimpahan
ditentukan oleh:
a. Intervensi keperawatan yang diperlukan;
b. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut;
c. Bantuan apa yang diperlukan;
d. Hasil apa yang diharapkan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 14


Manajemen Keperawatan
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan
yang penting adalah menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA
melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukkan rasa
percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri.
Jika masalah timbul, maka PP harus selalu menanyakan “Apa yang bisa kita
lakukan?” Empowering meliputi pemberian wewenang seseorang untuk
melaksanakan tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan dalam
melaksanakan tugas, serta membangun rasa kebersamaan dan hubungan yang
serasi.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi
yang dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah
komunikasi antara PP dan PA.

e. Pedoman Pelimpahan Wewenang yang Efektif


Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.
Pendelegasian yang jelas harus mengandung informasi mengenai tujuan spesifik,
target waktu, dan pelaksanaan tindakan keperawatan.
1) Tujuan spesifik
Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis harus jelas
sebagai parameter kepada siapa pendelegasian itu diberikan.
2) Target waktu.
Seorang PP atau Ners harus memberikan target waktu dalam memberikan
pendelegasian kepada PA. Pada perencanaan keperawatan kepada pasien,
PP harus menuliskan target waktu yang jelas sebagai indikator
keberhasilan asuhan keperawatan.
3) Pelaksanaan tindakan keperawatan.
PP harus mengidentifikasi dan memberikan petunjuk intervensi
keperawatan yang sesuai terhadap kebutuhan pasien. Tahap pengkajian
dan pengambilan keputusan harus didiskusikan sebelum tindakan
dilaksanakan (Maiti & Bidinger, 2020).

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 15


Manajemen Keperawatan
f. Prinsip Utama Pendelegasian
Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu proses
pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-
tugas dalam mencapai tujuan organisasi. Supervisi dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu tugas teknis dan manajerial. Hampir semua tugas teknis dapat
didelegasikan oleh supervisor kepada stafnya. Sementara, tidak semua tugas
manajerial dapat didelegasikan karena memerlukan supervisi dan pemberian
wewenang. Misalnya, staf dapat menyusun suatu perencanaan, anggaran
pembelian, dan kegiatan yang lainnya tetapi tugas untuk membuat persetujuan,
rekomendasi, pelaksanaan masih merupakan hak dan wewenang seorang
supervisor.

g. Cara Pendelegasian
1. Seleksi dan susun tugas.
Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun daftar tugas-tugas yang
harus dilimpahkan secara rasional dan dapat dilaksanakan oleh staf. Tahap
berikutnya yang harus dikerjakan secara otomatis adalah menyiapkan
laporan yang kontinu, menjawab setiap pertanyaan, menyiapkan jadwal
berurutan, memesan alat-alat, presentasi pada komisi yang bertanggung
jawab, dan melaksanakan asuhan keperawatan dan tugas teknis lainnya.
Menyusun suatu daftar secara berurutan dengan dua kriteria, yakni waktu
yang diperlukan dan pentingnya bagi institusi. Hal yang terpenting dalam
mendelegasikan tugas adalah menentukan suatu tugas pendelegasian dan
wewenang secara bertahap. Hal ini akan menghindari terjadinya suatu
penyalahgunaan wewenang.
2. Seleksi orang yang tepat.
Pilih orang yang sesuai untuk melaksanakan tugas tersebut berdasarkan
kemampuan dan persyaratan lainnya. Tepat tidaknya Anda memilih staf
bergantung dari kemampuan manajer mengenal kinerja staf, kelebihan,
kelemahan, dan perilakunya.
Hati-hati terhadap pendelegasian yang berlebihan atau yang terlalu
sedikit. Jika Anda memberikan pendelegasian terlalu berlebih, maka staf
tidak akan siap untuk menerima keadaan tersebut dan akan berdampak

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 16


Manajemen Keperawatan
terhadap kegagalan staf dalam melaksanakan tanggung jawab untuk tugas
yang pertama kali diterimanya. Sebaliknya, pendelegasian yang terlalu
sedikit akan menjadi hal yang sangat buruk efeknya terhadap staf maupun
institusi. Pendelegasian jenis ini akan menghabiskan waktu dan sering
berakibat terhadap beban bagi staf.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf.
Salah satu kesalahan dalam pendelegasian adalah ketiadaan arahan
yang jelas. Lebih baik pendelegasian dilakukan secara tertulis, dan ajarkan
pula bagaimana melaksanakan tugas tersebut. Jika Anda sudah siap untuk
memberikan pendelegasian, maka Anda harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut?
a. Apakah saya sudah menjelaskan alasan pendelegasian dan
mengapa tugas ini penting dilakukan?
b. Apakah semua tugas sudah jelas dalam ingatan kita? Haruskah
saya menuliskan secara rinci?
c. Jika jawabannya ya, dapatkah saya memberikan instruksi dan
prosedur secara rinci terhadap tingkatan pemahaman staf?
d. Apakah tugas yang dilimpahkan dapat memberikan staf
kesempatan untuk berkembang dan memotivasi staf secara tepat?
e. Apakah staf Anda sudah mendapatkan latihan, pengalaman, dan
keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tersebut?

Hal penting dalam pendelegasian adalah kesepakatan antara manajer


keperawatan dan staf mengenai hasil yang diharapkan.

4. Lakukan supervisi yang tepat.


Anda harus bisa menentukan apa yang perlu disupervisi, kapan
dilakukan, dan bantuan apa yang dapat diberikan. Supervisi merupakan hal
yang penting dan pelaksanaannya bergantung pada bagaimana staf
melihatnya.
a. Overcontrol. Kontrol yang berlebihan akan merusak
pendelegasian yang diberikan. Staf tidak akan dapat memikul
tanggung jawabnya dengan baik dan Anda hanya akan terfokus
terhadap hal-hal yang tidak didelegasikan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 17


Manajemen Keperawatan
b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak
buruk terhadap pendelegasian, di mana staf menjadi tidak
produktif dalam melaksanakan tugas dan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini juga
menyebabkan pemborosan waktu dan anggaran yang
sebenarnya dapat dihindari. Berikan kesempatan waktu yang
cukup kepada staf untuk berpikir dan melaksanakan tugas
tersebut. Namun, berikan pula penekanan terhadap deadline,
agar staf Anda akan mematuhi pola tersebut.

h. Tempat dan Waktu Pendelegasian


Di bawah ini merupakan tempat dan waktu pendelegasian dapat dilaksanakan:
1. Tugas rutin.
Tugas rutin seperti wawancara lamaran pekerjaan, tanggung jawab terhadap
masalah-masalah yang kecil, dan menyeleksi surat merupakan tugas biasa dan
dapat didelegasikan kepada staf.
2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya.
Pendelegasian dapat dilaksanakan pada tugas-tugas tertentu karena manajer
tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakannya. Tugas-tugas tersebut
akan dilaksanakan oleh manajer jika mempunyai waktu untuk
menyelesaikannya.
3. Penyelesaian masalah.
Pendelegasian diberikan dengan tujuan memberikan pengalaman/tantangan
kepada staf untuk menyelesaikannya. Staf akan termotivasi apabila mereka
menerimanya sebagai suatu tantangan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan
bimbingan khusus dalam membantu staf untuk menyelesaikan tugas yang
dilimpahkan kepadanya.
4. Peningkatan kemampuan.
Pendelegasian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan staf dan tim.
Dengan pengelolaan yang sesuai, pendelegasian akan menjadikan suatu latihan
bagi staf untuk belajar.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 18


Manajemen Keperawatan
5. Kapan pendelegasian tidak diperlukan.
Tidak semua jenis tugas dapat didelegasikan. Seorang manajer harus berhati-
hati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu, yaitu:
a. Tugas yang terlalu teknis, misalnya jadwal staf dan anggaran yang
merupakan tugas rutin manajer, tetapi terlalu teknis dan perlu
keterampilan khusus untuk dilaksanakan staf;
b. Tugas yang berhubungan dengan kepercayaan dan kerahasiaan, misalnya
kerahasiaan suatu informasi dari institusi berhubungan dengan terjadinya
perselingkuhan staf.
Pendelegasian dapat mengakibatkan masalah jika tugas yang didelegasikan
tidak dilaksanakan sesuai harapan. Untuk menghindari kesalahan tersebut, maka
manajer mempunyai tangung jawab sebagai berikut.
a. Disiplin dalam pemberian wewenang;
b. Bertanggung jawab terhadap pembinaan moral staf;
c. Perlunya suatu kontrol; dan
d. Hindari kesalahan dalam penyampaian pendelegasian
i. Kegagalan Manajer dalam Pendelegasian dan Mengapa Staf Menjadi
Resistan

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 19


Manajemen Keperawatan
j. Kegiatan yang Tidak Boleh Didelegasikan
1. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan.
2. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan, dan
intervensi atau tindak lanjut.
3. Penyusunan dan evaluasi recana keperawatan.

k. Keberhasilan Pendelegasian
Keberhasilan pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut.
1. Komunikasi yang jelas dan lengkap.
Kejelasan komunikasi ditentukan oleh kelengkapan informasi yang
disampaikan, akurasi terhadap pesan, dan penggunaan istilah/kata-kata yang
mudah dipahami oleh penerima pesan.
2. Ketersediaan sumber dan sarana.
Jika PP atau Ners menghendaki perkembangan pasien dari PA, maka
PP harus berada di tempat. Jika PP untuk jangka waktu yang lama tidak berada
di tempat, maka laporan harus dilimpahkan kepada staf lainnya. Hal ini untuk
menjaga agar pelaksanaan pekerjaan tetap berjalan dengan baik.
3. Monitoring
PP harus memberikan kebebasan kepada PA untuk berpikir dan
menganalisis tugas yang diberikan. Jika terdapat permasalahan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, maka PP harus mampu berperan sebagai konsultan dan membantu
memberikan solusinya.
4. Pelaporan kemajuan tugas limpah
Sebagai perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan dalam praktik keperawatan profesional kepada pasien, maka PP
harus selalu meminta laporan dari PA tentang kemajuan pasien. Laporan PA
diharapkan bisa disampaikan secara reguler dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan, kemudian PP harus melakukan tindak lanjut atau memberikan
masukan tentang laporan yang telah disampaikan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 20


Manajemen Keperawatan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fungsi pengarahan dalam manajemen merupakan salah satu fungsi yang
sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk
kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya
masing-masing. Peran dan fungsi manajerial harus dilakukan oleh perawat
professional. Ketika fungsi pengarahan dijalankan dengan baik dalam manajemen
ruang rawat maka akan meningkatkan efektifitas dan efisien terkait asuhan
keperawatan yang diberikan.

B. SARAN
Perawat perlu untuk meningkatkan pendidikannya agar dapat mempersiapkan
diri menjadi seorang pemimpin dalam mengelola pelayanan keperawatan kepada
pasien di rumah sakit ataupun di komunitas. Selain itu perawat juga disarankan
untuk melakukan riset dan kajian ilmiah terhadap masalah-masalah yang ditemui
serta masalah yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 21


Manajemen Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Maiti, & Bidinger. (2020). Persepsi Perawat Tentang Supervisi Klinis Pelaksanaan Edukasi Pasien
Dan Keluarga. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Mugianti, S. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Nursalam. (2018). Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional (4th
ed.). Salemba Medika.

Oktaviani & M.Rofii, 2019. (2019). Gambaran Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang Terhadap
Perawat Pelaksana Dalam Keselamatan Pasien. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan (JKMK). Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(1), 23.

Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek
Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30.
http://www.rsaudrefram.co.id/wp-
content/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf

Triana, N., Novieastari, E., & Satinah, S. (2020). Optimalisasi fungsi manajemen kepala ruangan
dalam supervisi klinik menggunakan alat bantu Google form di rumah sakit di Jakarta. Holistik
Jurnal Kesehatan, 14(2), 264–270. https://doi.org/10.33024/hjk.v14i2.2703

Aplikasi Kegiatan Manajer Ruang Rawat Pada Fungsi Pengarahan | Kelompok 4 22


Manajemen Keperawatan
FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN
KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH:

ANJELI PARUMPA (C1814201057)


DEWI LIVIA PABARU’ (C1814201057)
FAUSTINO. ATBAR (C1814201066)
GABRIELLA MASSENG (C2824201071)
LUSIA C. L. NAMANG (C1814201079)
MARIANA (C1814201084)
MARIA. G. WANGAK (C1814201083)
PUTRI MASARRANG (C1814201092)
SURYA NATANIEL (C1814201097)
WIWIN ASMIRANDA (C1814201101)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur, Tim penulis panjatkan keHadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah Tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “
FUNGSI PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN”. Tim Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan disana-sini, untuk
itulah maka Tim penulis merasa bahagia terhadap upaya demi kesempurnan makalah ini, untuk
mencapainya, maka Tim penulis mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari
berbagai pihak terutama dari senior dan sejawat keperawatan demi profesionalisme keperawatan
di Indonesia. Dalam hal ini, penulis menghaturkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu, baik secara fisik, materi dan spiritual.

Makassar, 2021

Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR DAN TUJUAN PENGARAHAN DALAM MANAJEMEN


KEPERAWATAN ...................................................................................................... 2
B. KEGIATAN MENAJER KEPERAWATAN PADA FUNGSI PENGARAHAN ..... 2
C. INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK .......................................................... 3
D. LANGKA SUPERVISI RUANG RAWAT................................................................ 4
E. PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN SESUAI STANDAR
AKREDITASI............................................................................................................. 5
F. PENDELEGASIAN TUGAS ..................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 7
SARAN .................................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 8


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah sebuah istilah yang sudah diperkenalkan dan digunakan dalam
lingkungan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan seiring bergantinya masa, manajemen mengalami
perkembangan dan diikut sertakan dalam berbagai aspek kehidupan. Istilah kata management
sendiri berdasarkan akar katanya berasal dari Bahasa Inggris tepatnya dari kata “to manage”
yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat diartikan bagaimana cara
mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang menjadi bawahannya agar usaha yang
sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam makalah ini kami, Tim penulis menjelaskan tentang fungsi pengarahan dalam
manajemen keperawatan. Dalam pembahasan fungsi pengarahan, aspek kepemimpinan
merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu
dimulai dan dinilai dengan mendefinisikan kepemimpinan itu sendiri. Fungsi pengarahan dan
implementasi dari pada manajemen keperawatan yaitu; proses implementasi program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak
tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar dan tujuan pengarahan dalam manajemen keperawatan?
2. Apa sajakah kegiatan menejer keperawatan pada fungsi pengarahan?
3. Bagaimana indikator pengarahan yang baik?
4. Apa langkah supervisi ruang rawat?
5. Bagaimana praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi?
6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian tugas?
C. Tujuan
Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana fungsi pengarahan dan implementasi dalam
manajemen keperawatan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengarahan Dalam Manajemen Keperawan


1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui
anggota staff perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan
asuhan keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Manajemen adalah
sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan
manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Pengertian pengarahan
Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain mengikuti
keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara
efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan. Pengarahan
merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah resmi seseorang
pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu.
Pengarahan yaitu memberi petunjuk dan menjelaskan tugas secara rinci agar dapat
terselesaikan dengan baik.
3. Tujuan Pengarahan
Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan. Selain
itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar
karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.

B. Kegiatan Manejer Keperawatan Pada Fungsi Pengarahan


Sebagai seorang manajer tentu harus memiliki kemampuan untuk bisa
memengaruhi bawahannya. Langkah ini diambil ketika manajer bisa melaksanakan
fungsinya untuk memberikan pengarahan kepada bawahannya. Tentunya hal ini sangat
penting dilakukan agar para pekerja sebagai bawahan kita tetap bersemangat dalam
bekerja atau kegiatan sehingga mampu memberikan hasil yang memuaskan. Pegarahan
yang diberikan oleh manajer akan sangat berarti dan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan, oleh karena itu manajer ketika memberikan pengarahan harus memberikan
penghargaan yang jelas dan tegas kepada karyawan, pastikan jika bawahan benar-benar
sudah faham dan mengerti atas arahan yang manajer berikan. Dalam hal ini diperlukan
komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan untuk menghindari kesalahan dalam
bekerja.
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan

2
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan
pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah,
melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi
dan koordinasi. Fungsi pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruangan antara lain
memberikan motivasi, membina komunikasi, menangani konflik, memfasilitasi kerja
sama dan negosiasi (Marquis, B.L & Huston, 2010). Fungsi pengarahan dapat
meningkatkan kinerja perawat.
Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen
keperawatan menurut Swansburg:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien
dan perawat pelaksana
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas
perawat pelaksana
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan
evaluasi
h. Mempercayai anggota
i. Menginterprestasikan protokol
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas
l. Menggunakan proses kontrol manajemen

C. Indikator Pengarahan Yang Baik


1. Indikator pengarahan yang baik
a. Coordination
Kordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar
terdapat suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan
perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
b. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu. Dengan demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental
yang mendorong dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan. Memberi motivasi kepada karyawan merupakan elemen
penting dalam manajemen keperawatan, dengan memberikan fasilitas yang bagus
dan gaji yang cukup maka kinerja karyawan akan optimal.

3
Manajer memengang peranan penting dalam memotivasi staf untuk
mencapai tujuan organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan
karakteristik stafnya dan berusaha memberi tugas sebangai usaha untuk
memotivasi staf. Kegiatan yang harus dilakukan manajer dalam memotivasi staf
yaitu:
a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada staf
b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf
c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai
d. Mengembangkan konsep kerja tim
e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan
setiap staf
g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan
dibuat organisasi
h. Menciptakan stuasi saling percaya
i. Menjadi role model bagi staf
j. Memberikan dukungan yang positif
c. Komunikasi
Komunikasi menurut Tappen (1995) adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang
bekerja sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat
khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Menurut Potter dan Perry (1993) komunikasi terjadi pada tiga tingkatan
yaitu intrapersonal, dan public sedangkan menurut jenisnya komunikasi
dibedakan menjadi komunikasi verbal, non-verbal dan komunikasi tertulis yang
dapat dimanifestasikan secara terapeutik.
Komunikasi antara pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan
suasana kerja yang kondusif dalam suatu lingkungan organisasi yang akan
menumbuhkan kerjasama yang baik dalam berbagai kengiatan.

D. Langka Supervisi Ruang Rawat


Supervisi adalah kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh manager. Sedangkan
orang yang melakukan fungsi tersebut di sebut supervisior yang biasanya dilakukan oleh
kepala ruangan, pengawas keperawatan atau kepala bidang wali direktur keperawatan.
Tanggung jawab supervisior dalam manajemen pelayanan keperawatan yaitu:
menetapkan dan mempertahankan standar praktik keperawatan, menilai kualitas
pelayanan asuhan keperawatan, mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur

4
pelayanan keperawatan, memantapkan kemampuan perawatan dan memastikan praktik
keperawatan profesional dilakukan dengan benar.
Supervisi dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Supervisi secara
langsung yaitu dimana supervisior terlibat langsung dalam kegiatan yang sedang
berlangsung sehingga dapat memberikan pengarahan secara langsung. Sedangkan
supervisi secara tidak langsung dilakukan melalui laporan dengan lisan maupun tulisan
dan supervisior tidak terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
1. Prinsip Supervisi
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
b. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan hubungan
antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen dan
kepemimpinan.
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan melalui
petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
d. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
perawat pelaksana.
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik.
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif, kreativitas
dan motivasi.
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam pelayanan
keperawatan yang memberi kepuasaan klien, perawat, dan manajer.
2. Langkah-langkah Supervisi
a. Pra supervise
- Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
- Supervisor menetapkan tujuan
b. Supervisi
- Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur
yang telah disiapkan.
- Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
- Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi masalah
- Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data
sekunder.
1) Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada.
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
c. Pasca supervisi 3F
- Supervisor memberikan penilaian supervisi (– Fair).
- Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi
- Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan 4

5
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi
Berikut praktik kepala ruangan sesuai standar akreditasi :
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
b. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,keterampilan dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan ASKEP
pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
h. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal.

F. Pendelegasian Tugas
Pendelegasian secara umum yaitu pemberian wewenang dan tanggung jawab
kepada staf perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas secara professional (Sugiharto,
2012). Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendelegasian, yaitu
komunikasi jelas dan lengkap, ketersediaan sumber dan sarana, monitoring, dan
pelaporan kemajuan tugas limpah (Nursalam, 2011).

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui
anggota staff perawat dibawah tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan profesional kepada pasien dan keluarganya. Dalam manajemen keperawatan
dikenal ada lima fungsi manajer dalam hal ini kepala ruangan salah satunya adalah fungsi
pengarahan. Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu, atau perintah
resmi seseorang pimpinan kepada bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan
sesuatu. Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan
pengarahan melalui; saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah,
melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi
dan koordinasi.

B. Saran
Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang memiliki banyak unsur yang perlu
diperhatikan di dalamnya, tentu saja penerapannya berbeda pada setiap rumah sakit
tergantung gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam rumah sakit tersebut. Namun
terlepas dari itu semua semoga kita sebagai perawat dapat benar-benar memahami fungsi
pengarahan ini dengan baik agar bisa di pakai untuk mendukung suatu rumah sakit dalam
mencapai tujuan.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Sitorus at. all. MANAJEMEN KEPERAWATAN: MANAJEMEN KEPERAWATAN DI


RUANG RAWAT. Sagung Seto; 2011.
2. Nursalam. MANAJEMEN KEPERAWATAN:APLIKASI DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN PROFESIONAL. EDISI 3. SALEMBA MEDIKA; 2013.
3. All SSS. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN. yayasan kita
menulis; 2020.
4. Dr.H. Agus Supinganto N a. all. PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN. Teori Dan
Aplikasinya. Pantera Publishing; 2020.

8
MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Yang disusun
Oleh:
1. Agustina Elenda Sukacita (C1814201106)
2. Anika Romode (C1814201107)
3. Elvira Manik Lumembang (C1814201115)
4. Febrianti (C1814201119)
5. Flowrencia Angelina (C1814201120)
6. Pidelvia Pasapan (C1814201138)
7. Raya Ma'tan (C1814201142)
8. Risnayanti Lomba' Kanda (C1814201144)
9. Sintia Simon (C1814201148)
10. Wahyudi Anggeng (C1814201153)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpah dan
rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang kami
miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Makalah ini takkan terwujud
tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Atas segala bantuan yang diberikan kami mengucapkan terima kasih dan kami memohon
maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam makalah ini sehingga dengan adanya
makalah ini dapat menjadi ilmu bagi yang membacanya.

Makassar, 18 Maret 2020

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Konsep dasar dan tujuan pengarahan .................................................... 3


B. Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan .................... 12
C. Indikator pengarahan yang baik ......................................................... 13
D. Langkah supervisi ruang rawat .......................................................... 14
E. Praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi ............ 15
F. Pendelegasian tugas ........................................................................... 15
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 20

A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia menjadi modal utama dalam terselenggaranya roda
organisasi pelayanan kesehatan. Seorang manajer keperawatan harus dapat mengelola
SDM agar dapat bekerja efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
melalui fungsi penggerakan. Henry Fayol dalam Siagian (2007) menyebut penggerakan
sebagai commanding atau directing, sedangkan George R Terry (1993) menggunakan
istilah actuating yaitu sebagai upaya atasan untuk menggerakkan bawahan. Pengarahan
merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat. Para bawahan
digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk secara bersama-
sama mencapai tujuan suatu organisasi. Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat
kompleks karena menyangkut manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-
beda (Muninjaya, 1999). Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan
bermuara pada “melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam
pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu kelola, jika perlu
dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf,
seorang manajer harus melakukan upaya-upaya dalam rangka pengarahan dan
pengendalian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengarahan?
2. Apa saja kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan?
3. Apa saja Indikator pengarahan yang baik?
4. Bagaimana langkah supervisi ruang rawat?
5. Apa saja praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi?
6. Apa itu pendelegasian tugas?

C. Tujuan Penulisan
1
1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan pengarahan
2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik
4. Untuk mengetahui langkah supervisi ruang rawat
5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar akreditasi
6. Untuk mengetahui mengenai pendelegasian tugas

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan


1. Pengertian Pengarahan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi. Pengarahan
yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan
manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan.
Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan bisa secara individu maupun secara
kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan ini selalu melakukan secara
rutin dengan maksud menjalin komunikasi secara vertikal maupun horizontal,
sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif.
2. Makna pengarahan
Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan?
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan 1 H), yaitu:
a. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana
b. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
c. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam pulang)
d. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi seharusnya
dikerjakan
e. (Why) Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan
f. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila
bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang
ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan
dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.
3. Fungsi Pengarahan

3
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan
keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk
melaksanakan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam
melakukan kegiatan pengarahan melalui saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang
efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi. Memotivasi adalah menunjukkan arah
tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil langkah yang perlu untuk
memastikan mereka sampai pada tujuan.
Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan bekerja
yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan
keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku
stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan
kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai kebutuhan yang
bersifat pribadi dan sosial.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan atasan setiap
hari. Komunikasi membentuk inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses
manajemen.
Prinsip Komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2014) adalah:
a. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari
keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu
dibangun antara manajer dan staf
b. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak
terpisahkan dalam organisasi.
c. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.
d. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi secara adekuat, lengkap dan
cepat.
e. Manajer harus meminta umpan balik bahwa apakah komunikasi dapat diterima.
f. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.

4
Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang terjadi
antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf
dengan dokter. Manajer memiliki interaksi dengan staf yang memiliki nilai,
keyakinan, latar belakang dan tujuan berbeda yang menjadi sumber terjadinya
konflik. Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa
konflik suatu hal dapat dihindari dan jika konflik dikelola dengan baik, maka dapat
menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan
menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang
produktif.
Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik. Mugianti, S.
(2016) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas teknis yang berhubungan dengan
pengarahan pada manajemen, yaitu:
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,
pasien dan perawat pelaksana.
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana.
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
e. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana.
g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,konsultasi,
dan evaluasi
h. Mempercayai anggota
i. Menginterpretasikan protokol
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas
l. Menggunakan proses kontrol manajemen
4. Konsep Pengarahan
Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4 komponen yang dilakukan
secara berurutan yang terdiri dari:

5
a. Greeting merupakan saat dimana terdapat kesempatan untuk menyambut satu
sama lain baik melalui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik dan kompleks
seperti memfokuskan ide dan mengajukan pertanyaan yang memperluas topik.
Selama kegiatan sharing, peserta pengarahan mendengarkan dan kemudian
memiliki kesempatan untuk merespon dengan pertanyaan atau komentar.
c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan berbagai kegiatan yang
membantu membangun komunitas dan memungkinkan semua orang untuk
berkontribusi pada tingkat mereka sendiri. Beberapa kegiatan group activity
seperti mendengarkan, mengikuti petunjuk dari pimpinan, dan menerapkan
penguasaan diri.
d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang dilakukan pada akhir
pengarahan, peserta mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau dari
kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa pengumuman dari peserta
yang lain.
Pengarahan yang dilakukan setiap pagi di rumah sakit ini sangat penting untuk
pengembangan menuju ke arah yang lebih profesional untuk mengevaluasi
pengalaman dan persepsi anggota tim keperawatan dan medis terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada pasien. Komitmen yang baik antar perawat dan medis
merupakan dampak dari perencanaan yang baik, proses belajar antar tim, rasa saling
menghormati, hubungan dan dukungan untuk mengenal satu sama lain. Hal ini
terbentuk melalui komunikasi yang efektif antara anggota tim saat kegiatan
pengarahan berlangsung.
Ciri-ciri suatu pengarahan adalah, yaitu:
a. Syarat pengarahan
1) Materi pengarahan merupakan bagian dari kebijaksanaan atau
informasi umum. Materi atau pesan suatu pengarahan dipersiapkan
secara lengkap dan objektif, sehingga unit-unit penerima pesan tidak lagi
mempermasalahkan kebenaran materi atau pesan. Pengarahan tetapi
mempercayakan segi teknis operasional.

6
2) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya
3) Pengarahan hendaknya dilaksanakan pada waktu yang tepat sebelum
pelaksanaan operasional suatu tugas atau sesudah pelaksanaan tugas
berikutnya.
4) Proses komunikasi pengarahan hendaknya disampaikan secara jelas,
tegas, ringkas, dan mengandung unsur teknis.
b. Isi pengarahan
1) Isi suatu pengarahan biasanya berupa policy atau kebijaksanaan tertentu
2) Penjelasan tentang posisi, peranan dan tanggung jawab tiap unit dalam
suatu organisasi.
3) Penjelasan teknisi kerja tiap unit, hubungan antara unit dan pelengkap
yang diperlukan.
4) Penjelasan data teknis dan fakta yang mendukung suatu kegiatan
operasional.
5) Pemberian aba-aba dan tahapan waktu pelaksanaan
c. Persiapan pengarahan
1) Persiapan luas lingkup dan tujuan pengarahan
2) Penyusunan sistematika penyajian
3) Penetapan sistem monitoring dan evaluasi.
4) Penentuan pihak-pihak yang perlu dilibatkan
5) Penentuan waktu, alat, dan tempat pelaksanaan
Pengarahan sebagai komponen komunikasi terbagi menjadi 3 sub variabel, yaitu:
a. Komunikator adalah pihak yang bertugas menyampaikan, mensosialisasikan dan
juga membangun motivasi pada diri komunikan terhadap pesan atau
kebijaksanaan sesuai dengan arah dan tujuan yang diharapkan. Organisasi
bertindak sebagai komunikatornya dalam penelitian. Karakteristik komunikator
agar dapat diterima oleh komunikan yaitu:
1) Kredibilitas adalah kewibawaan seorang komunikator dihadapan

7
komunikan. Terdiri dari 2 faktor yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian
adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator
dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. Keahlian diukur dari
sejauh mana komunikan menganggap kemampuan dan pengalaman
komunikator dalam mengelola perusahaan. Sedangkan kepercayaan adalah
kesan komunikasi tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya
2) Daya tarik adalah berkenaan/berhubungan dengan keadaan yang
menunjukkan komunikan melihat komunikator sebagai seseorang yang
menyenangkan dalam bentuk peranan yang memuaskan. Jika pihak
komunikan merasa bahwa pihak komunikator mempunyai sifat-sifat yang
menarik, maka akan mendorong keduanya dalam hubungan komunikasi
yang menyenangkan. Dengan demikian efektifitas komunikasi yang
dilaksanakan oleh pemimpin kegiatan pengarahan sebagai komunikator
akan dipengaruhi oleh kesan anggota organisasi terhadap daya tarik
pemimpin tersebut. Daya tarik terdiri dari kesamaan, keakraban, rasa suka
komunikan, dan daya tarik fisik komunikator.
b. Pesan kegiatan pengarahan
Pesan adalah informasi yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau nonverbal yang memakai
perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber.
Pesan memiliki 3 unsur, yaitu:
1) Struktur pesan, ditunjukkan dengan pola penyampaian pesan secara
tersirat atau pun tersurat, pola urutan argumentasi (mana yang lebih
dahulu, argumentasi yang disenangi atau tidak disenangi), pola
objektivitas (satu sisi atau dua sisi).
2) Gaya pesan, menunjukkan adanya variasi linguistik dalam penyampaian
pesan (perulangan, kemudahan dimengerti, perbendaharaan kata).
3) Daya tarik pesan, mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung
dalam pesan baik secara rasional maupun emosional.
c. Intensitas kegiatan

8
Intensitas kegiatan merupakan banyaknya serta jumlah waktu yang
digunakan dalam pelaksanaan sebuah kegiatan.
Dalam hal ini intensitas kegiatan diukur dengan frekuensi dan durasi:
1) Frekuensi adalah seberapa sering karyawan mengikuti kegiatan
pengarahan
2) Durasi adalah lamanya karyawan mengikuti kegiatan pengarahan dari
awal sampai akhir
Dalam proses pengarahan, seorang eksekutif atau pemimpin perusahaan
hendaknya memperhatikan unsur-unsur dari program atau tugas yang menjadi
pesan pengarahan, memahami permasalahan pokok, kebijakan-kebijakan serta
hal-hal yang berhubungan dengan tugas, seperti:
1) Sifat-sifat pesan atau tugas
a) Memahami ruang lingkup pesan dan tugas
b) Menilai pesan atau tugas yaitu masalahnya tergolong masalah-
masalah kompleks dan tunggal.
c) Jika masalahnya kompleks, maka dibagi sedemikian rupa
sehingga menjadi masalah tunggal
d) Mengumpulkan informasi, data, dan fakta dari setiap masalah
2) Batas-batas tugas
a) Batas wewenang dan tanggung jawab
b) Limit waktu total dan limit untuk tiap tahap
c) Tersedianya fasilitas
d) Jumlah tenaga operasional yang dibutuhkan
3) Deskripsi tugas
a) Luas lingkup tugas yang dipercayakan kepada tiap unit dan individu
pelaksana
b) Peralatan dan bahan-bahan yang digunakan
c) Langkah-langkah kebijakan dan operasional
d) Target minimum dan maksimum yang diharapkan
e) Bentuk pertanggungjawaban, seperti bertanggung jawab langsung

9
kepada siapa, bagaimana bentuk pertanggung jawabannya.
4) Syarat pelaksana tugas
a) Kualifikasi kemampuan fisik dan mental pelaksana
b) Jenis keterampilan yang harus dimiliki pelaksana
c) Luas lingkup pengalaman pelaksana
d) Bentuk disiplin yang akan diterapkan
5) Situasi dan kondisi tugas
a) Bentuk komunikasi internal dan eksternal sesama pelaksana dan unit
kerja yang lainnya
b) Pentingnya tugas yang akan diberikan
Pimpinan mengharapkan adanya komunikasi timbal balik.
5. Tujuan pengarahan
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada 5, yaitu:
a. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi
kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan
bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan
kepala ruang berdampak pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada
akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi
kesalahan akibat dari tidak dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh
kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi
pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan,
memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik
akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan

10
prestasi kerja staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan yang
kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis,
kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi
kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang
bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua perawat
untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat organisasi
berkembang lebih dinamis
6. Faktor-faktor pengarahan
Arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki
dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan menyebabkan
pemblokkan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam
pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus
komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila
mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi
apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap
dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk
memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau
mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah
organisasi.
b. Kepercayaan pada pesan tulisan
Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi
yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang disampaikan
secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak
menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin manual yang mahal,

11
booklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pimpinan dan bawahan.
c. Pesan yang berlebihan
Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis, maka pegawai
dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah,
dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus
dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya
cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca
pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain
diberikan saja tetapi tidak dibaca.
d. Timing
Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke
bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi
pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.
Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat yang saling menguntungkan
antara kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan
yang dikirimkan tersebut tidak pada saat yang dibutuhkan oleh karyawan
maka mungkin akan mempengaruhi efektifitasnya.
e. Penyaringan
Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya diterima
mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan
ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan
persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
perasaan kurang percaya kepada pimpinan.

B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan


10 Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan yang penting untuk diketahui
menurut Douglas, yaitu:
1. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis
2. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgent

12
3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar
dan adil
5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu
bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir
6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and
punishment yang jelas dan tegas
7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar
memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi
gawat lainnya
9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
10. Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara
teratur dan rutin

C. Indikator Pengarahan yang Baik


1. Coordination
Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manager agar terdapat
suatu komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan
kepentingan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
2. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara
tertentu. Dengan demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang
mendorong untuk melakukan suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang
mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan.
Memberi motivasi kepada karyawan merupakan elemen penting dalam
manajemen keperawatan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang
cukup maka kinerja karyawan akan optimal.

13
Manajer memegang peranan penting dalam motivasi staf untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk itu manajer harus mempertimbangkan karakteristik stafnya dan
berusaha memberi tugas sebagai usaha untuk memotivasi staf. Kegiatan yang harus
dilakukan manajer dalam memotivasi staf yaitu:
a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada staf
b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf
c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai
d. Mengembangkan konsep kerja tim
e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan organisasi
f. Menunjukkan kepada staf bahwa manajer mengerti perbedaan dan keunikan
setiap staf
g. Meminta tanggapan dan masukan kepada staf terhadap keputusan yang akan
dibuat organisasi
3. Komunikasi
Komunikasi menurut Simmamoro, R. (2012) adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja
sama. Sehingga komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan
berarti dalam hubungan antar manusia.
Komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik sedangkan menurut jenisnya komunikasi dibedakan menjadi komunikasi
verbal, non verbal dan komunikasi tertulis yang dapat dimanifestasikan secara
terapeutik.
Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan. Dengan menjalin komunikasi yang baik akan menimbulkan suasana
kerja yang kondusif dalam suatu lingkaran organisasi yang akan menumbuhkan
kerjasama yang baik dalam berbagai kegiatan.

D. Langkah Supervisi Ruang Rawat


1. Pra-supervisi

14
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Pelaksanaan supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen yang
telah disiapkan.
b. Supervisor mendapatkan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil Katim dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data
sekunder:
1) Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
2) Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
3. Pasca-Supervisi - 3F
f. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair)
g. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
h. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan

E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi


1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang sangat penting dan berhubungan dengan ASKEP
pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM yang lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan resmi dan informal

F. Pendelegasian Tugas

15
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan
kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya rutinitas sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya
untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu
bersamaan memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu
dapat melaksanakan tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung
jawabkan hal hal yang didelegasikan kepadanya.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting
dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi
agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya.
a. Aspek penting dalam pendelegasian
1) Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam upaya
menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi
2) Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas
penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang
"berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain, di
mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3) Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang meliputi
sebagai berikut:
a) Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau diinginkan
pada waktu depan yang telah ditentukan (desired results).
b) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus dicapai,
bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama diarahkan kepada
hasil produksi.

16
c) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung jawab,
kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan
akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh pemimpin
b. Alasan pentingnya pendelegasian
1) Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap
tugas sendiri.
2) Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3) Agar organisasi berjalan lebih efisien
4) Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan
5) Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari
kesalahan
6) Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan
keputusan.
7) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
8) Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan
perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting
9) Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar
dari kesalahan atau keberhasilan
c. Cara melakukan delegasi
1) Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah
2) Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
3) Menyetujui standar kerja
4) Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
5) Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan tugas dan
wewenang baik secara lisan maupun tulisan.
6) Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan umpan balik
prestasi yang dicapai

17
7) Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan-keluhannya.
8) Bantu mereka untuk memecahkan masalah dengan memberikan ide-ide baru
yang bermanfaat.
9) Memberikan 'reward' atas hasil yang dicapai
10) Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan
d. Teknik pendelegasian
Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan tugas-tugas yang
dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai eksekutif departemen atau kepala
unit, dan dari kepala unit sampai perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup
kewenangan untuk persetujuan, rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas
seharusnya dirangkum dengan waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan
sebaiknya satu kewajiban didelegasikan pada satu waktu.
e. Jenis pendelegasian
1) Pendelegasian Suruhan
Pendelegasian suruhan berarti "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini, kerjakan itu, dan
beritahu saya ketika sudah selesai." Pendelegasian dengan cara ini banyak
digunakan oleh manager karena mereka berpikir metode yang dilakukan pasti
tidak akan keluar dari jalur, minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang
diinginkan.
2) Pendelegasian pengurusan
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan pada metode,
memberikan secara rinci hasil yang diinginkan, bukan memberikan secara rinci
apa yang harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan metode kepada
anak buah dan membuat mereka bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian
metode pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak buah dan
kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia. Kepercayaan
menghasilkan yang terbaik dari diri manusia.
f. Penyebab gagalnya pendelegasian
1) Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan.

18
2) Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya
3) Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya
4) Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik
dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan
5) Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang
sudah diterima.
6) Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan dikatakan
gagal
7) Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi,
membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi. Pengarahan yang
efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen
keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan. Pengarahan dilakukan oleh para pimpinan
bisa secara individu maupun secara kelompok. Organisasi yang tahu manfaat pengarahan
ini selalu melakukan secara rutin dengan maksud menjalin komunikasi secara vertikal
maupun horizontal, sehingga dapat mendiskusikan pemecahan masalah secara efektif.
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif bila
bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua pekerjaan yang
ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan kebijakan unit dan dapat
melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat mempelajari dan memahami
mengenai manajemen keperawatan khusunya dalam fungsi pengarahan. Semoga
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penyusun/penulis. Apabila ada kritik dan saran
mohon arahannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Marquis, B., & Huston, C. (2012). Leadership roles & management functions in nursing: Theory

& Application. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Mugianti, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan. Manajemen dan Kepemimpinan

dalam Praktek Keperawatan. Jakarta Selatan: Kemenkes RI.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional)

Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2018). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional

edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Simamoro, R. (2012). Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.

Vienty, F. (2015). Hubungan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan


Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Kepulauan Mentawai .
Jurnal Penelitian Manajemen Keperawatan, 3-20.

21
22
MANAJEMEN

APLIKASI KEGIATAN MANAJER RUANG RAWAT PADA


FUNGSI PENGARAHAN

KELOMPOK 4
TINGKAT 3A
KONSEP DASAR

TUJUAN PENGARAHAN
ONSEP DASAR PENGARAHAN

Pengarahan (Directing) adalah suatu proses


penerapan rencana manajemen untuk menggerakkan
anggota kelompok untuk mencapai tujuan melalui beberapa
arahan.
1. Konsep Dasar Pengarahan:
a. Gretting
b. Sharing
c. Group activity
d. Newsand announcement
UJUAN PENGARAHAN

Kegiatan pengarahan ini dilakukan untuk :


a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat
meningkatakan motivasi dan prestasi kerja staf
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang
lebih dinamis
KEGIATAN MANAJER
KEPERAWATAN PADA FUNGSI
PENGARAHAN
UJUAN PENGARAHAN
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :

1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisienKomunikasi antara atasan


dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik
2. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf Supervisi,
3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf
5. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis
RINSIP PENGARAHAN
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:

1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana


2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
3. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam
pulang)
4. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya
dikerjakan
5. (Why) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan
6. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing
egiatan Manajer Keperawatan
Pada fungsi pengarahan

• Tentukan tujuan pengarahan yang realistis


• Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen
• Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
• Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf
bekerjadengan benar dan adil
• Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan
berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan
mutakhir
• Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan
memberikanreward and punishment yang jelas dan tegas
• Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca
dandimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
• Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap
pasienmaupun situasi gawat lainnya
• Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
• Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitaslayanan
secara teratur dan rutin
INDIKATOR PENGARAHAN YANG BAIK
1. Keterbukaan
2. Kepercayaan Selain indikator diatas, ada pula
3. Pesan yang berlebihan beberapa indikator untuk pengendalian
mutu asuhan keperawatan, diantaranya
4. Timing
1. Keselamatan pasien (patient safety)
5. Penyaringan
2. Keterbatasan perawatan diri
3. Kepuasan pasien
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
6. Pengetahuan
LANGKAH LANGKAH SUPERVISI RUANG
RAWAT
Pra Supervisi
1. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi.
2. Supervisor menetapkan tujuan dan kompetensi yang akan dinilai.
Pelaksanaan Supervisi
1. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrument
yang telah disiapkan.
2. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
3. Supervisor memanggil PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiate)
untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan.
4. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara dan memvalidasi data
sekunder : Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada , Supervisor
melakukan tanya jawab dengan PP dan PA
Pasca Supervisi- 3F
1. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F-Fair) :
- Supervisor mengklarifikasi masalah yang ada
- Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
2. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi (sesuai hasil
laporan supervisi)
3. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaikan
PRAKTIK PENGARAHAN KEPALA RUANGAN
SESUAI STANDAR AKREDITAS
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan
sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan ASKEP pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal
PENDELEGASIAN TUGAS
ENDELEGASIAN

Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan


melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu
tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan
organisasi
EFEKTIFAN DALAM PENDELEGASIAN

Ketidakefektifan atau kesalahan yang sering ditemukan dapat dibedakan menjadi


tiga hal, yaitu:
1. Pendelegasian yang Terlalu Sedikit (Under-delegation)
2. Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation)
3. Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)
ONSEP PENDELEGASIAN

Pendelegasian yang baik


bergantung pada keseimbangan anatara 3
komponen utama, yaitu
1. Tanggung jawab (responsibility)
2. Kemampuan (accountability)
3. Wewenang (authority)
ONSEP PENDELEGASIAN
YANG EFEKTIF

Lima konsep yang mendasari pendelegasian akan dijelaskan


sebagai berikut.
1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung
jawab.
2. Tanggung jawab dan otoritas harus didelegasikan secara
seimbang.
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung
jawabnya
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota.
5. Seorang delegasi harus terlibat aktif.
EDOMAN PELIMPAHAN
WEWENANG YANG EFEKTIF

Proses pendelegasian harus didahului dengan informasi yang jelas.


1. Tujuan yang spesifik dan jelas baik secara fisik maupun psikis
2. Target waktu. Seorang PP atau Ners harus memberikan target
waktu dalam memberikan pendelegasian kepada PA.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan.
RINSIP UTAMA PENDELEGASIAN

Supervisi dalam praktik keperawatan profesional adalah suatu


proses pemberian berbagai sumber yang dibutuhkan perawat untuk
menyelesaikan tugastugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Supervisi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tugas teknis
dan manajerial.
. ARA PENDELEGASIAN

1. menentukan suatu tugas pendelegasian dan wewenang secara bertahap.


2. Seleksi orang yang tepat.
3. Berikan arahan dan motivasi kepada staf.
4. Lakukan supervisi yang tepat.
EMPAT DAN WAKTU
PENDELEGASIAN

1. Tugas rutin.
2. Tugas yang tidak mencukupi waktunya
3. Penyelesaian masalah
4. Peningkatan kemampuan.
5. Kapan pendelegasian tidak diperlukan. Seorang manajer harus
berhatihati dalam mendelegasikan jenis tugas tertentu,
yaitu: Tugas yang terlalu teknis, dan Tugas yang berhubungan
dengan kepercayaan dan kerahasiaan,
EGIATAN YANG TIDAK BOLEH
DIDEGELASIKAN
1. Aktivitas yang memerlukan pengkajian dan keputusan selama pelaksanaan.
2. Pengkajian fisik, psikologis, sosial yang memerlukan keputusan, rujukan, dan
intervensi atau tindak lanjut.
3. Penyusunan dan evaluasi recana keperawatan.

EBERHASILAN PENDEGELASIAN

1. Komunikasi yang jelas dan lengkap.


2. Ketersediaan sumber dan sarana.
3. Monitoring
4. Pelaporan kemajuan tugas limpah
GUYS
FUNGSI PENGARAHAN DALAM
MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kelompok 4

Anjeli Parumpa
Dewi Livia Pabaru
Faustino Atbar
Gabriella Masseng
Lusia C L Namang
Mariana
Maria Goreti D Wangak
Putri Masarrang
Surya Nataniel
Wiwin Asmiranda
Konsep Dasar Manajemen keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan


pekerjaan melalui anggota staff perawat di bawah tanggung
jawabnya sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
profesional kepada pasien dan keluarganya.
Manajemen adalah sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan
manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional
Konsep Dasar Pengarahan

Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat


orang lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan
kekuatan pribadi atau kekuasaan jabatan secara efektif dan pada
tempatnya demi kepentingan jangka panjang perusahaan.
Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan
sesuatu, atau perintah resmi seseorang pimpinan kepada
bawahnnya berupa petunjuk untuk melaksanakan sesuatu.
Pengarahan yaitu memberi petunjuk dan menjelaskan tugas
secara rinci agar dapat terselesaikan dengan baik
Tujuan Pengarahan

Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan


perintah atau arahan. Selain itu juga termasuk kegiatan
kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan pengarahan agar
karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.
Kegiatan Manajer Keperawataan Pada Fungsi
Pengarahan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan keperawatan di ruang
inap dalam rangka menugaskan perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Kepala ruangan dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui ; saling memberi
motivasi, membantupemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi
yang efektif, melakukan koaborasi dan koordinasi
 Berikut aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengrahan pada manajemen keperawatan
menurut Swansburg :
1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan, pasien dan
perawat pelaksana
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-tugas perawat
pelaksana
3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana
7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi
8. Mempercayai anggota
9. Menginterprestasikan protokol
10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
11. Memberikan laporan ringkas dan jelas
12. Menggunakan proses kontrol manajemen
Indikator Pengarahan yang Baik

1. Coordination
2. Motivasi
3. Komunikasi
Langkah_Langkah Supervisi Ruang Rawat

Pra supervise
 Supevisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
 Supervisor menetapkan tujuan

Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan instrument atau alat ukur yang telah
disiapkan.
b. Supervisor menemukan beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan klarifikasi masalah
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan memvalidasi data sekunder.

Pasca supervisi 3F
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (F – Fair).
b. Supervisi memberikan Feed Back dan Klarifikasi

c. Supervisi memberikan reinforcement dan Follow up perbaikan


Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai
Standar Akreditasi

1. Memberi pengarahan tentang peniugasan kepada ketua TIM


2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas
dengan baik
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,ketrampilan
dan sikap
4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan ASKEP pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal.
Pendelegasian Tugas

Pendelegasian secara umum yaitu pemberian wewenang dan


tanggung jawab kepada staf perawat pelaksana dalam
melaksanakan tugas secara profesional (Sugiharto, 2012).
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pendelegasian, yaitu: komunikasi jelas dan lengkap,
ketersediaan sumber dan sarana, monitoring, dan pelaporan
kemajuan tugas limpah(Nursalam, 2011).
TERIMA KASIH
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Agustina Elenda Sukacita (C1814201106)
Anika Romode (C1814201107)
Elvira Manik Lumembang (C1814201115)
Febrianti (C1814201119)
Flowrencia Angelina (C1814201120)
Pidelvia Pasapan (C1814201138)
Raya Ma'tan (C1814201142)
Risnayanti Lomba' Kanda (C1814201144)
Sintia Simon (C1814201148)
Wahyudi Anggeng (C1814201153)
B. Kegiatan Manager C. Indikator
A. Konsep Dasar dan
Tujuan Pengarahan Keperawatan pada Pengarahan yang
Fungsi Pengarahan Baik

D. Langkah Supervisi E. Praktik F. Pendelegasian


Ruang Rawat Pengarahan Kepala Tugas
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan

• Pengertian Pengarahan
• Makna pengarahan
• Fungsi Pengarahan
• Konsep Pengarahan
• Tujuan pengarahan
• Faktor – faktor pengarahan
Pengarahan yang dilakukan Apakah makna pengarahan dalam manajemen
pimpinan keperawatan dapat keperawatan?
dikatakan efektif bila bawahan 1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf
atau staf atau perawat perawat / perawat pelaksana
pelaksana dapat 2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu
melaksanakan semua pekerjaan
pekerjaan yang ditunjukkan 3. (When) Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai
atau diberikan kepadanya jam masuk sampai jam pulang)
secara konsistensi dengan 4. (How) Bagaimana caranya mengerjakan dan
kebijakan unit dan dapat berapa frekuensi seharusnya dikerjakan
melaksanakan kegiatan
5. (Why) Mengapa pekerjaan itu harus dilakukan
dengan aman dan nyaman.
6. (Where) Dimana? Tentunya di ruang atau
tempat masing masing
• Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat
dengan perencanaan kegiatan keperawatan di
ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
• Manajer keperawatan harus memiliki
keterampilan komunikasi interpersonal yang
baik. Kepala ruangan setiap hari
berkomunikasi dengan pasien, staf, dan
atasan setiap hari.
• Manajer memiliki interaksi dengan staf yang
memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan
tujuan berbeda yang menjadi sumber
terjadinya konflik.
• Sebagai manajer keperawatan, kepala ruangan
memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal
dapat dihindari dan jika konflik dikelola
dengan baik, maka dapat menghasilkan
penyelesaian yang kreatif dan berkualitas.
Menurut Nursalam (2018), pengarahan terdiri dari 4
komponen yang dilakukan secara berurutan yang terdiri
dari:
a. Greeting merupakan saat dimana terdapat
kesempatan untuk menyambut satu sama lain baik
melalui salam maupun berjabat tangan.
b. Sharing membutuhkan keterampilan komunikasi yang
baik dan kompleks seperti memfokuskan ide dan
mengajukan pertanyaan yang memperluas topik.
c. Group activity merupakan aktivitas kelompok dengan
berbagai kegiatan yang membantu membangun
komunitas dan memungkinkan semua orang untuk
berkontribusi pada tingkat mereka sendiri.
d. Newsand announcement merupakan kegiatan yang
dilakukan pada akhir pengarahan, peserta
mendapatkan kesempatan untuk melihat pratinjau
dari kegiatan selanjutnya dan mendapatkan beberapa
pengumuman dari peserta yang lain.
Lanjutan..
• Komunikator  Pihak yang bertugas
menyampaikan, mensosialisasikan dan
juga membangun motivasi pada diri
komunikan terhadap pesan atau
kebijaksanaan sesuai dengan arah dan
tujuan yang diharapkan.

• Pesan kegiatan pengarahan  Informasi


yang dikomunikasikan oleh sumber
kepada penerima (simbol verbal atau
nonverbal yang memakai perasaan, nilai,
gagasan, atau maksud sumber).

• Intensitas kegiatan  Banyaknya serta


jumlah waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan sebuah kegiatan.
Muninjaya (1999) menyebut tujuan fungsi pengarahan ada 5, yaitu:
• Menciptakan kerja sama yang lebih efisien
• Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
• Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
• Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat
meningkatkan motivasi dan
• prestasi kerja staf
• Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih
dinamis
Menurut Douglas ada 10 kegiatan, yaitu :
1. Tentukan tujuan pengarahan yang realistis
2. Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgent
3. Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
4. Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja dengan benar dan adil
5. Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan berkelanjutan agar selalu bekerja
dengan keilmuan yang kokoh dan mutakhir
6. Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan reward and punishment
yang jelas dan tegas
7. Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan dimengerti agar
memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
8. Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien maupun situasi gawat
lainnya
9. Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
10.Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas layanan secara teratur dan
rutin
 Coordination  Fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manager agar terdapat suatu
komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.

 Motivasi  Faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan
demikian motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong untuk melakukan
suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan,
memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan.

 Komunikasi  Menurut Simmamoro, R. (2012) adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan,


pendapat dan pemberian nasihat antara dua orang atau lebih yang bekerja sama. Sehingga
komunikasi merupakan proses kompleks yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia.
1. Memberi pengarahan tentang penugasan
kepada ketua TIM
2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang
melakukan tugas dengan baik
3. Memberi motivasi dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal – hal yang sangat
penting dan berhubungan dengan ASKEP
pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota
TIM yang lain
8. Mengembangkan sistem pengarahan resmi
dan informal
• Aspek penting dalam pendelegasian
• Alasan pentingnya pendelegasian
• Cara melakukan delegasi
• Teknik pendelegasian
• Jenis pendelegasian
• Penyebab gagalnya pendelegasian
• Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain
untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang
dan tanggung jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas sebaiknya
didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat menggunakan waktunya itu untuk
melakukan tugasnya sebagai seorang manajer.

• Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/bawahannya untuk


melaksanakan bagian dari tugas manajer yang bersangkutan dan pada waktu bersamaan
memberikan kekuasaan kepeda staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan
tugas tugas itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang didelegasikan
kepadanya.

• Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam fungsi
pembinaan. Sebagai manajer perawat menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih
produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah proses
dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan
tercapai, dalam upaya menggapai sasaran / tujuan akhir
dari organisasi
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang
didasarkan atas penghargaan dan kesadaran terhadap
diri sendiri sebagai sesuatu yang "berharga", serta
memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang
lain, di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek,
dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan
a. Aspek Penting – harapan yang meliputi sebagai berikut:
a. Menekankan pada tercapainya hasil – hasil yang
dalam Pendelegasian didambakan atau diinginkan pada waktu depan
yang telah ditentukan (desired results).
b. Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang
apa yang harus dicapai, bukan bagaimana
mencapainya, di mana fokus utama diarahkan
kepada hasil produksi.
c. Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak,
tanggung jawab, kewajiban membuat / memberi
laporan pada awal tugas, dalam tugas, dan akhir
tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh
pemimpin
b. Alasan Pentingnya Pendelegasian
• Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada
mereka menangani setiap tugas sendiri.
• Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
• Agar organisasi berjalan lebih efisien
• Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang
lebih diprioritaskan
• Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat
pembelajaran dari kesalahan
• Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang
dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.
• Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan
mencapai hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan
ditangani sendiri.
• Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang
lebih penting
• Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk
tumbuh dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan
sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan atau
keberhasilan
c. Cara Melakukan Delegasi
• Manajer perawat / bidan pada seluruh
tingkatan dapat menyiapkan tugas – tugas
yang dapat didelegasikan dari eksekutif
perawat sampai eksekutif departemen atau
kepala unit, dan dari kepala unit sampai
perawat / bidan klinis.

• Delegasi mencakup kewenangan untuk


persetujuan, rekomendasi atau
pelaksanaan. Tugas – tugas seharusnya
dirangkum dengan waktu yang diperlukan
untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu
kewajiban didelegasikan pada satu waktu.
1. Pendelegasian Suruhan
Pendelegasian suruhan berarti "kejar ini, kejar itu,
kerjakan ini, kerjakan itu, dan beritahu saya ketika sudah
selesai." Pendelegasian dengan cara ini banyak
digunakan oleh manager karena mereka berpikir
metode yang dilakukan pasti tidak akan keluar dari jalur,
minim kesalahan dan sesuai dengan apa yang
diinginkan.

2. Pendelegasian pengurusan
Pendelegasian pengurusan berfokus pada hasil dan bukan
pada metode, memberikan secara rinci hasil yang
diinginkan, bukan memberikan secara rinci apa yang
harus dilakukan. Pendelegasian ini memberi pilihan
metode kepada anak buah dan membuat mereka
bertanggung jawab atas hasil. Pendelegasian metode
pengurusan memberi kepercayaan penuh kepada anak
buah dan kepercayaan ini adalah bentuk tertinggi dari
motivasi manusia. Kepercayaan menghasilkan yang
terbaik dari diri manusia.
• Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan
• Atasan tidak ingin mengambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal
dalam menjalankan wewenangnya
• Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya
• Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik
dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan
• Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang
sudah diterima
• Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas-tugas dengan benar dan
dikatakan gagal
MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 TINGKAT III A :

TISA PAULA DEBRINA AOME C1814201044


VITALIA PALLUNAN C1814201045
WEWEN TARANDA C1814201046
YENI DOYAWILDA C1814201047
YOHANES LEONARDO MAHON AMURDI C1814201049
YUDA FRANTINO RA’BA C1814201050
YUSTINA CICI FAUDIN C1814201051
YUSTINA RANDA BALUDUNG C1814201052

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


1
KATA

PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Adapun judul makalah yang akan dibahas adalah “Upaya Pengendalian
Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan”. Semoga makalah yang kami buat ini
dapat berguna bagi kami sendiri dan orang lain, guna memperluas wawasan ilmu dan
meningkatkan prestasi dalam belajar.

Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk bisa jadi
evaluasi yang berguna sehingga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman
sebelumnya.

Makassar, Maret 2021

Kelompok 5

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


2
DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 7

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 8

A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian ............................................................ 8


B. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan ................................................................ 14
C. Jenis Pengendalian Ruang Rawat ...................................................................... 18
D. Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat ......................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 31

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 31
B. Saran ................................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus
globalisasi, pasar bebas dunia, peningkatan pendapatan ekonomi per kapita,
perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri, kemajuan informasi dan
teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan masyarakat dapat
memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan kesehatan.
Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat kemampuan
masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat.
Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap
profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki
pelayanan yang mereka terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (1988), dalam upaya mencapai pelayanan yang
paripurna tersebut maka Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara
internal, antara lain: (1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan
tuntutan perubahan dan kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen
strategis secara konkrit, (3) mendayagunakan dan mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan tenaganya, termasuk tenaga keperawatan dan
(4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk memperoleh kemandirian dan
kesinambungan (Azwar, 1988).
Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pelayanan
kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan yang paripurna
bersifat komprehensif dan holistik. Rumah sakit merupakan organisasi yang
sangat komplek dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


4
peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media
berpotensi memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang
mereka harapkan tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi
harapan dan tuntutan publik. Menanggapi dan mensikapi perubahan wawasan,
persepsi dan tuntutan masyarakat ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan maka pelayanan kesehatan harus berbenah untuk mengantisipasi
meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat terkait dengan pelayanan
kesehatan.
Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit. Menurut Gilles (1994), keberadaan
perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan posisi kunci, yang dibuktikan
oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan
keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh perawat. Menurut Nursalam (2008), keperawatan sebagai
pelayanan yang professional bersifat humanistik, menggunakan pendekatan
holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi
kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada standar profesional
keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntunan utama.
Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab seorang
perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


5
dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar
(rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan
asuhan keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam
perubahan serta tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan
pelayanan yang paripurna memerlukan manajemen bangsal yang baik dan
terencana. Salah satu perencanaan manajemen bangsal adalah dengan adanya
penambahan tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Namun, penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan
berbanding lurus dengan cost yang harus dikeluarkan Rumah Sakit untuk
anggaran kesejahteraan dan operasional pelaksanaan. Keadaan seperti ini
dibutuhkan upaya penjaminan mutu berupa adanya standar pelayanan
keperawatan untuk mengatur agar semua pemberian pelayanan keperawatan
tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat.
Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan
mungkin akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi
profesionalisme pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap
pemberian pelayanan, tidak tergantung kelas pelayanan untuk itulah
diperlukan adanya suatu standar yang menjamin perlakuan tindakan
keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun berbeda kelas pelayanan. Hal ini
diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian yang dilakukan dalam
disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik keperawatan untuk
menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil penelitian yang
ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga dapat
menjamin kualitas pelayanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian ?

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


6
2. Bagaimana Indikator Mutu Asuhan Keperawatan ?
3. Bagaimana Jenis Pengendalian Ruang Rawat ?
4. Bagaimana Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat?

C. Tujuan Penulisan
Diharapkan setelah membaca makalah kami, pembaca dapat :
1. Memahami Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian.
2. Memahami Indikator Mutu Asuhan Keperawatan.
3. Memahami Jenis Pengendalian Ruang Rawat.
4. Memahami Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat.

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian


Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan
penerapan sistem pengendalian manajemen meliputi:
1. Komponen Operasi Yang Terpasang Secara Terus Menerus
Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara
terus menerus. Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah
dalam suatu organisasi, melainkan harus dianggap sebagai bagian integral
dari setiap sistem yang dipakai manajemen untuk mengatur dan
mengarahkan kegiatannya.
Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian manajemen yang
terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana prasarana
organisasi guna membantu manajemen menjalankan organisasi dan
mencapai tujuannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan
teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan
mekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya
pemodifikasian sistem pengendaliannya yang berjalan secara terus
menerus.
2. Pengendalian Manajemen Dipengaruhi Oleh Manusia
Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki
pedoman (manual) sistem pengendalian manajemen yang baik, namun
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga pengendalian
manajemen yang telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi
positif bagi organisasi. “A man behind the gun” adalah istilah yang cocok
dengan faktor ini. Sistem pengendalian manajemen dapat berjalan efektif

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


8
jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh manusia.
Tanggung jawab berjalannya sistem pengendalian manajemen sangat
tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancang
dan melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau serta
mengevaluasi pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam
organisasi memegang peranan penting untuk mencapai dilaksanakannya
sistem pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi
manusia memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem
pengendalian manajemen yang efektif.
3. Memberikan Keyakinan Yang Memadai, Bukan Keyakinan Yang Mutlak
Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada
pertimbangan biaya–manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan
dan pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi,
sistem itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar
tujuan organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang
mempengaruhi manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasi
dalam mencapai tujuannya.
Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi
adalah contoh faktor–faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian
manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai, tidak mutlak
dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Konsep Dasar Pengendalian
a. Pengertian Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan pengontrolan adalah
“Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


9
prinsip-prinsip yang ditentukan”. Tujuan pengontrolan adalah untuk
mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan
perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta
yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan
cepat dengan cara duduk bersama.
Menurut Mockler (1984), pengendalian dalam manajemen
adalah usaha sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar
sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan
balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya
dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil
tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya
digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk
mencapai tujuan.
Fungsi Pengendalian dalam manajemen adalah proses untuk
memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang
direncanakan dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta
mengevaluasi penampilan kerja. Hal ini selaras dengan besarnya
beban tanggung jawab seorang manajer puncak mendapat porsi beban
yang sama besar antara fungsi perencanaan dan fungsi pengendalian.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
yang dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja.

b. Prinsip Pengawasan Dan Pengendalian


Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
dan pengembangan fungsi pengawasan :
1) Pengawasan yang dilakukan oleh manajer keperawatan dapat

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


10
dimengerti oleh staf, Hasilnya dapat diukur
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan manajemen yang penting
untuk meyakinkan proses mencapai tujuan organisasi tercapai
dengan baik
3) Standar unjuk kerja (standart of performance) harus dijelaskan
kepada semua staf pelaksana. Kinerja staf dinilai oleh manajer
sebagai bahan pertimbangan memberikan reward kepada mereka
yang mampu bekerja professional

c. Manfaat Pengawasan
Manfaat pengawasan dalam manajemen yaitu :
1) Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh
staf dalam kurun waktu tertentu
2) Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf
yang melaksanakan tugas
3) Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi
sudah digunakan dengan tepat dan efisien
4) Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)

d. Karakteristik Pengawasan Yang Baik


Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan
berhasil bila mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:
1) Menggambarkan kegiatan sebenarnya
2) Melaporkan kesalahan dengan tepat
3) Berpandangan ke depan
4) Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting
5) Bersifat obyektif

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


11
6) Bersifat fleksibel
7) Menggambarkan pola kegiatan organisasi
8) Bersifat ekonomis
9) Bersifat mudah dimengerti
10) Menunjukkan kegiatan perbaikan.

e. Langkah-Langkah Pengendalian/Pengontrolan
Supaya kegiatan pengendalian/pengontrolan dapat berjalan secara
efektif, seorang manajer harus memperhatikan langkah-langkah
pengendalian. Berikut ini adalah langkah-langkah pengendalian atau
pengontrolan :
1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif

5. Tujuan Pengendalian
Secara singkat fungsi pengendalian untuk mengidentifikasi terjadinya
deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan di bandingkan
dengan perencanaan sebagai umpan balik. Untuk melakukan tindakan
koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.
Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup pencegahan pengendalian
manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang
bersifat pendeteksian.
a. Diperolehnya keterandalan dan integritas informasi
Di era globalisasi ini sistem informasi menjadi begitu penting

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


12
bagi organisasi dalam rangka menyikapi perubahan yang serba cepat
atas perubahan kondisi dan lingkungan yang ada dan meningkatnya
kecanggihan sarana teknologi informasi. Tujuan dari pengendalian
manajemen adalah untuk mempertahankan keterandalan dan integritas
sistem informasih yang penting dalam pengambilan keputusan
b. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan
yang berlaku
Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peratuan dan
ketentuan yang berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian
manajemen. Kegagalan ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang
berlaku dapat membahayakan usaha koordinasi yang dirancang dalam
suatu sistem pengendalian
c. Melindungi aset organisasi
Pada umumnya pengendalian dirancang dan
diimplementasikam untuk melindungi aset organisasi. Contoh
pengendalian tersebut adalah dikuncinya pintu gudang penyimpanan
barang, digunakannya pasword computer, dibagunnya pagar,
ditempatkannya aset berharga pada tempat yang tidak mudah diakses
orang yang tidak berhak/berwenang.
d. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien
Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong
organisasi menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang
diterapkan bagi manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran
atau hasil yang maksimal dengan pengeluaran tertentu atau mencapai
hasil tertentu dengan biaya yang minimal. Standar operasi seharusnya
memberikan kriteria pengkuran untuk menilai tingkat perekonomian
den efisiensi. Tujuan pengendalian dapat dikategorikan bagi
kepentingan pihak manajemen dan pegawai organisasi. oleh karena

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


13
manajemen organisasi berusaha mencapai visi dan misi organisasninya
dan memberikan akuntanbilitas atas kegiatan yang telah dilaksanakan,
maka manajemen perlu secara terus menerus menilaindan
mengevaluasi sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi
secara baik, dimutakhirkan secara tepat untuk mengantisipasi
perubahan kondisi dan lingkungan, dan pada akhirnya untuk
memastikan pencapaian tujuan organisasi.

B. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan


1. Indikator mutu pelayanan keperawatan :
a. Keselamatan Pasien (Patien Safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari
kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain.
b. Keterbatasan Perawatan Diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai
akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, misal penyakit
kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pelayanan
keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan
bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk.
c. Kepuasan Pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan
keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat
kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila
terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan
keperawatan yang diharapkan.
d. Kecemasan

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


14
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak
nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan,
dapat menjadi indikator klinik.
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa
nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan menyakitkan.
f. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge
planing adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat
perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien
dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas
rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.

2. Indikator Mutu Asuhan Keperawatan :


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal
Pelayanan Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan
"Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan
Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar
yaitu:
a. Pengkajian keperawatan,
b. Diagnosa keperawatan,
c. Perencanaan keperawatan,
d. Intervensi keperawatan,

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


15
e. Evaluasi keperawatan, dan
f. Catatan asuhan keperawatan.

Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan


pasien yang harus mendapat perhatian perawat yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan oksigen


b. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta elektrolit
c. Memenuhi kebutuhan eliminasi
d. Memenuhi kebutuhan keamanan
e. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
f. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h. Memenuhi kebutuhan spiritual
i. Memenuhi kebutuhan emosional
j. Memenuhi kebutuhan komunikasi
k. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m. Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n. Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu
asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana
pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.

a. Aspek struktur (input)


Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang
meliputi :
1) M1 (tenaga),

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


16
2) M2 (sarana prasarana),
3) M3 (metode asuhan keperawatan),
4) M4 (dana),
5) M5 (pemasaran), dan lainnya.

Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system


RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas
struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi),
dan mutu dari masing-masing komponen struktur.

b. Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interkasi secara profesional dengan
pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana tindakan pengobatan,
indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan meliputi :
1) Angka infeki nosokomial : 1-2%
2) Angka kematian kasar: 3-4%
3) Kematian pasca bedah: 1-2%
4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
7) ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal: 1/5000
8) PODR (Post-Operation Death Rate) : 1%
9) POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


17
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS :

1) Biaya per unit untuk rawat jalan


2) Jumlah penderita yang mengalami decubitus
3) Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4) BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85%
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian
tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%
(Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
5) BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
6) TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7) LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial;
gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan;
dan kepuasan pasien)
8) Normal tissue removal rate: 10%

C. Jenis Pengendalian Ruang Rawat


Jenis-Jenis Pengendalian :
1. Pengendalian Pencegahan (Preventive Controls)
Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk mencegah hasil yang
tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi. Pengendalian pencegahan

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


18
berjalan efektif apabila fungsi atau personel melaksanakan perannya.
Contoh pengendalian pencegahan meliputi: kejujuran, personel yang
kompeten, pemisahan fungsi, review pengawas dan pengendalian ganda.
Pengendalian pencegahan jauh lebih murah biayanya dari pada
pengendalian pendeteksian atau korektif. Ketika dirancang ke dalam
sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan kesalahan yang
mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya perbaikannya. Namun
demikian, pengendalian pencegahan tidak dapat menjamin tidak terjadinya
kesalahan atau kecurangan sehingga masih dibutuhkan pengendalian lain
untuk melengkapinya.
2. Pengendalian Deteksi (Detective Controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan untuk
mendeteksi suatu kesalahan yang telah terjadi. Pengendalian deteksi
biasanya lebih mahal daripada pengendalian pencegahan, namun tetap
dibutuhkan dengan alasan: Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur
efektivitas pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak
dapat secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan
sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika kesalahan
tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan pembandingan.
3. Pengendalian Koreksi (Corrective Controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah yang
teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar supaya
kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah atau
kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh auditor.
Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka wujud
pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan tindak lanjut
dari rekomendasi auditor.
4. Pengendalian Pengarahan (Directive Controls)

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


19
Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan pada
saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.
Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang dilakukan
langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan oleh mandor
terhadap aktivitas pekerja.
5. Pengendalian Kompensatif (Compensating Controls)
Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat
pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian.
Pengawasan langsung pemilik usaha terhadap kegiatan pegawainya pada
usaha kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi merupakan contoh
pengendalian kompensatif.

D. Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat


1. Audit
Audit merupakan penilaian/evaluasi dari pekerjaan yang telah
dilakukan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan.
Peralatan atau instrumen yang dipilih digunakan untuk mengumpulkan
bukti dan untuk mengevaluasi apakah standar yang telah ditetapkan telah
dilaksanakan dengan baik atau belum. Terdapat tiga kategori audit
keperawatan, berikut ini uraian dari ketiga kategori tersebut :
a. Audit Struktur adalah audit yang berfokus pada sumber daya manusia;
lingkungan perawatan (termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medic); serta pelanggan
(internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list.
b. Audit Proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menentukan apakah standar keperawatan telah

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


20
tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat restropektif, concurrent, atau peer
review. Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen
pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi
asuhan keperawatan. Concurrent adalah mengobservasi saat kegiatan
keperawatan sedang berlangsung. Preview adalah umpan balik sesama
anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
c. Audit Hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum
dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka infeksi nosokomial (NI) dan
angka dekubitus.
Pada ruang perawatan yang menerapkan Model Praktek Keperawatan
Profesional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam bentuk
kegiatan pengukuran yang menggunakan indikator umum, indikator
mutu pelayanan, indikator pasien dan SDM seperti berikut ini :
1) Indikator mutu umum :
a) Penghitungan lama hari rawat (BOR)
b) Penghitungan rata-rata lama di rawat (ALOS)
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)
2) Indikator mutu pelayanan keperawatan :
a) Keselamatan pasien (patien safety)
b) Keterbatasan perawatan diri.
c) Kepuasan pasien
d) Kecemasan
e) Kenyamanan
f) Pengetahuan
3) Kondisi Pasien :

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


21
a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b) Survey masalah baru
c) Kepuasan pasien dan keluarga
d) Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
4) Kondisi SDM :
a) Kepuasan tenaga kesehatan : perawat, dokter
b) Penilaian kinerja perawat

2. Pelayanan Keperawatan
Menurut Undang-undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan,
Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk
implementasi praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien
baik kepada individu, keluarga dan masyarakat dengan tujuan upaya
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna mempertahankan dan
memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi (Craven & Hirnle, 2000).
Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan keperawatan
profesional yang memiliki mutu, kualitas, dbersifat efektif, efisien
sehingga memberikan kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari
yang diharapkan pelanggan atau pasien. Pelayanan prima, sebagaimana
tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan atau masyarakat, maka
diperlukan persyaratan agar dapat dirasakan oleh setiap pelayan untuk
memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


22
kompetensi profesionalisme menjadi sesuatu aspek penting dan wajar
dalam setiap transaksi.
Pada proses pngembangan budaya pelayanan keperawatan prima,
Gultom (2006) mengembangkan pelayanan keperawatan prima dengan
menyelaraskan faktor-faktor. Ability (kemampuan), Attitude (sikap),
Appearance (penampilan), Attention (perhatian), Action (tindakan),
Accountability (tanggung jawab).
a. Kemampuan (Ability)
Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan yang
mutlak diperlukan untuk menunjang program layanan prima, yang
meliputi kemampuan dalam bidang keperawatan yang ditekuni,
melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi,
membina hubungan dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat harus mempunyai pengetahuan dan wawasan luas,
terlebih lagi pada saat ini ketika perawat dituntut untuk menjadi
seorang profesional. Pengetahuan dan wawasan yang dimaksud bukan
hanya sebatas bidang keperawatan tapi menyeluruh. Pengetahuan yang
luas dari perawat sangat berguna untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang profesional. Menurut Utama (1999), keterampilan
merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baik dan
benar. Seorang perawat dikatakan terampil apabila telah dapat
memberikan pelayanan keperawatan dengan baik dan benar. Baik dan
benarnya perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
mengacu pada dasar pendidikannya dan standar keperawatan. Akan
tetapi, keterampilan seorang perawat bukan hanya tergantung dari
tingginya pendidikan yang diterimanya, tapi pengalaman dalam
melakukan pelayanan keperawatan juga sangat berpengaruh (Zulkifli,
1999).

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


23
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah perilaku yang harus ditonjolkan perawat ketika
menghadapi pasien. Pada proses memberikan asuhan keperawatan,
perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada disamping pasien dan bersikap
sebagai media penberi asuhan. Sikap ini diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan dan niat baik. Adapun sikap-sikap dalam pelayanan
prima adalah semangat, memakai cara yang baik, pro-aktif, positif,
penuh kesabaran dan tidak mengada-ada dan tepat waktu.
Pada proses memberikan pelayanan kesehatan, sikaf tersebut
harus dimiliki oleh seorang perawat karena sikaf perawat juga sangat
berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Sikap perawat yang baik dan
ramah dapat menimbulkan rasa simpati pasien terhadap perawat.

c. Penampilan (Appearance)
Penampilan perawat baik berupa fisik maupun nonfisik yang
mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak
lain. Penampilan seseorang merupakn salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komuniksi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. 84% dari kesan terhadap
seseorang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam
Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadiaan, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
cita diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat dapat

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


24
mempengaruhi persepsi pasien terhadap pelayanan atau asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap pasien mempunyai citra
bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mecerminkan kemampuan perawat
tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap pasien jika perawat tidak memenuhi citra pasien.

d. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah kepedulian penuh terhadap pasien, baik yang
berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pasien
maupun pemahaman atas saran dan kritik. Perhatian yang diberikan
perawat, terutama ketika pasien sendiri dan merasa menadi beban bagi
orang lain, adalah sangat berguna untuk mempercepat proses
penyembuhan. Penyakit yang diderita oleh pasien terjadi bukan hanya
kelemahan fisiknya, tetapi dapat juga terjadi karena adanya gangguan
pada kejiwaannya. Sikap yang baik terutama perhatian yang diberikan
oleh perawat kepada pasien, diyakuni ddapat mempercepat proses
penyembuhan kejiwaannya. Sehingga dengan sembuhnya kejiwaan
maka dapat mempengaruhi kesembuhan fisiknya.

e. Tindakan (Action)
Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan
dalam memberikan layanan kepada pasien. Layanan ini seyogianya
berlandaskan ilmu pengetahuan, prinsip dari teori keperawatan serta
penampilan dan sikap serta sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diemban kepada perawat tersebut. Apabila perawat
terampil dalam memberikan tindakan keperawatan, maka secara
otomatis pasien juga akan merasakan kepuasan dari tindakan yang

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


25
diberikan perawat tersebut. Hal ini teradi karena perawat yang
terampil dapat menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pasien saat
melakukan suatu tindakan. Tindakan perawat yang sesuai dengan
standar keperawatan dapat menjamin bahwa asuhan keperawatan yang
diberikan juga berkualitas.

f. Tanggung jawab (Accountability)


Tanggung jawab adalah suatu sikaf keberpihakan kepada
pasien sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau
meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pasien. Perawat
merupakan salah satu profesi yang berhubungan dan berinteraksi
langsung dengan pasien, baik itu klien sebagai individu, keluarga
maupun masyarakat, oleh karena itu dalam memberikan asuhan
keperawatannya perawat dituntut untuk memahami dan berprilaku
sesuai dengan etika keperawatan. Agar seorang perawat dapat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka perawat harus
memegang teguh nilai-nilai yang mendasari praktik keperawatan itu
sendiri., yaitu: perawat membantu pasien untuk mencapai tingkat
kesehatan optimum, perawat membantu meningkatkan autonomi
pasien mengekspresikan kebutuhannya, perawat mendukung martabat
kemanusiaan dan berprilaku sebagai advokat bagi pasien, perawat
menjaga kerahasiaan pasien, beriorentasi pada akuntabilitas perawat,
dan perawat bekera dalam lingkungan yang kompeten, etik, dan aman.

3. Standar Mutu Pelayanan Keperawatan


Sesuai dengan peranan yang dimiliki oleh masing-masing unsur
pelayanan kesehatan, standar dalam program menjaga mutu secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni:

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


26
a. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus
dipenuhi untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang bermutu. Standar persyaratan minimal terdiri dari :
1) Standar Masukan (stuktur)
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur
masukan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu terdiri dari :
a) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;
b) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;
c) Jumlah dana (modal);
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut
dengan nama standar ketenagaan (standard of personnel).
Sedangkan jika standar masukan merujuk pada sarana dikenal
dengan nama standar sarana (standard of facilities). Untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan.
2) Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal
unsur lingkungan yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a) Garis-garis besar kebijakan (policy);
b) Pola organisasi (organization);
c) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh
setiap pelaksana pelayanan kesehatan;
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar
organisasi dan manajemen (standard organization and
management). Sama halnya dengan masukan, untuk dapat

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


27
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu,
maka standar lingkungan harus ditetapkan.
3) Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur
proses yang harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bermutu, terdiri dari :
a) Tindakan medis;
b) Tindakan non medis;
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar
of conduct). Pada dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan
kesehatan sangat ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan
standar proses, maka haruslah dapat diupayakan tersusunnya
standar proses.
b. Standar Penampilan Minimal
Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan
layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini, karena
merujuk pada unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran,
atau populer dengan sebutan standar penampilan (standar of
performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari
layanan kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah
layanan kesehatan berhasi atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa
yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan
yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan
diukur. Standar keluaran berupa penampilan aspek medis
dan penampilan aspek non medis.
Mutu pelayanan yang diselenggarakan masih dalam batas-batas
kewajaran dapat diketahui dengan membandingkan pada standar
keluaran yang ditetapkan. Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


28
kesehatan maka keempat standar tersebut perlu dipantau, dan dinilai
secara obyektif serta berkesinambungan. Bila ditemukan
penyimpangan,perlu segera diperbaiki. Pada proses pelaksanaannya
pemantauan standar-standar tersebut tergantung kemampuan yang
dimiliki, maka perlu disusun prioritas.
Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator
yang sesuai, yang secara umum dapat dibedakan pula atas empat
macam yaitu indikator masukan, proses, lingkungan serta keluaran.
Dalam praktik sehari-hari, sekalipun indikator mutu pelayanan
kesehatan sebenarnya hanya merujuk pada indikator keluaran, namun
karena pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan hasil interaksi
dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan proses,
menyebabkan ukuran pelayanan kesehaatan bermutu sering dikaitkan
pula dengan ketiga indikator tersebut. Dengan perkataan lain, indikator
masukan, proses, serta lingkungan yng sebenarnya lebih merujuk pada
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, turut
diperhitungkan pada waktu membicarakan mutu pelayanan kesehatan.
Kegiatan dalam mendukung pencapaian mutu pelayanan
kesehatan, keperawatan sebagai bagian yang terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan juga memiliki andil dalam mencapai pelayanan
kesehatan yang bermutu. Upaya pemantauan yang berkesinambungan
diperlukan untuk menilai mutu pelayanan keperawatan di sarana
kesehatan. Program pengendalian mutu yang menunjang tercapainya
pelayanan keperawatan yang efisien dan efektif di sarana kesehatan .
Sehingga diperlukan standar mutu dalam pelayanan keperawatan yang
terdiri dari :
1) Struktur
a) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


29
keperawatan di sarana kesehatan.
b) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
c) Adanya standar pelayanan keperawatan.
d) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
e) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan
Kesehatan.
f) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan
kualitas.
2) Proses
a) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang
dipilih.
b) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit
keperawatan/ supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu,
survey kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasusdan
ronde keperawatan.
c) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi
pengendalian mutu.
d) Menyusun upaya tindak lanjut.
3) Hasil
a) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
b) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.
c) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan
petugas.
d) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan.
e) Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat
pmberian asuhan keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh,
pneumia, pneumia orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang
dilakukan adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin mutu serta evaluasi kinerja. Pengendalian bertujuan untuk
mengidentifikasi terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan
kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan balik untuk
melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai
tujuan organisasi.

B. Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan mohon dimaafkan, kami sangat mengharapkan
kritik dan sarannya yang sifatnya membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah selanjutnya dan kami ucapkan terima kasih.

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


31
DAFTAR
PUSTAKA

Rogers, K.A. (2000). Transition Management as an Intervention for Survivor


Syndrome. Canadian Journal of Nursing Leadership; Nov/Dec: 13 (4)
[http://www.nursingleadership.net/NL134/NL134KRogers.html]

Astuti, Endri. Jenis Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan. Diakses tanggal 22
Maret 2021. http://mutupelayanankesehatan.net/publikasi/artikel/19-headline/1272-
jenis-jenis-indikator-mutu-pelayanankeperawatan

Nursalam, 2011. Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan

profesional, ed.3, Jakarta: Salemba Medika .

Basuki, Duwi. 2018. Buku Ajar Manajemen Keperawatan Untuk Mahasiswa Dan
Praktisi. Edisi Pertama, Sidoarjo : Indomedia Pustaka.

Mugianti, Sri. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Manajemen Dan
Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Cetakan Pertama, Jakarta Selatan :
Pusdik SDM Kesehatan BPPSDMK.

Priyono. 2014. Pengantar Manajemen. Sidoarjo : Zifatama Publisher.

Indartono, Setyabudi. 2016. Pengantar Manajemen : Character Inside. Yogyakarta :


Fakultas Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta.

Sarinah & Mardalena. 2017. Pengantar Manajemen. Cetakan Pertama, Yogyakarta :


Deepublish (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA).

https://saidnazulfikar.files.wordpress.com/2011/10/system-pengendalian-manajemen-
bpkp_spm_.pdf Diakses Pada Tanggal 22 Maret 2021 Pukul 09.00 WITA.

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


32
Nursalam, 2014. Manajeman Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Ke 4 Penerbit : Salemba Medika. Jakarta

UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

UU No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan.

Satrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori


dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Salemba
Medika.

Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan
Aplikasi. Volume 2. Cetakan Kedua. Surabaya. Airlangga Unniversity Press.

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan


Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993.

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan Pelayanan Keperawatan


33
ASUHAN DAN PELAYANAN KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

TINGKAT 3B :

1. ELISABET GANUR ( C1814201065 )


2. HABRIELA SANDA NARI ( C1814201070 )
3. GRESELA ANJELI PATTIKAYHATU ( C1814201072 )
4. LITVINDA DIS ( C1814201077 )
5. MARGARET KRISTIANTI BR. SILABAN ( C1814201080 )
6. MARIA C.F YAMLEAN ( C1814201082 )
7. MEYLINDA PAEMBONAN ( C1814201086 )
8. PRICILIA LEKATOMPESSY ( C1814201091 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA

MARIS MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya

sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul ” Asuhan dan pelayanan

keperawatan” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas dari

dosen pengampuh pada mata kuliah Manajemen keperawatan. Selain itu makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan Tentang Asuhan dan pelayanan keperawatan bagi para

pembaca dan juga penulis.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. konsep dasar dan tujuan pengendalian


B. Indicator mutu asuhan keperawatan
C. Jenis pengendalian ruang rawat
D. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan tidak terlepas dari andil sebuah rumah sakit sebagai
institusi yang ditunjuk sebagai wadah yang melayani atau memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Rumah Sakit (RS) merupakan institusi pelayanan
kesehatan yang sangat kompleks, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja,
terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian. Rumah Sakit (RS) adalah salah satu
bentuk organisasi yang kegiatannya memberikan pelayanan yang baik, berupa promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga dibutuhkan kinerja karyawan yang baik.
(Suryadi,1999).
Pelayanan keperawatan merupakan inti dari suatu pelayanan kesehatan termasuk
di Rumah Sakit. Gillies (1998), menjelaskan bahwa 40-60% pelayanan di Rumah Sakit
merupakan pelayanan keperawatan. Sebagai pelaksana dan pengelola pelayanan, perawat
harus mampu mengembangkan bentuk pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya secara berkesinambungan. Perawat adalah salah satu unsur
vital dalam rumah sakit, perawat, dokter dan pasien merupakan satu kesatuan yang saling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan. Perawat sebagai bagian yang penting dari
Rumah Sakit, dituntut memberikan perilaku membantu, dalam rangka membantu pasien
untuk mencapai kesembuhan.
Tanpa perawat, kesejahteraan pasien akan terabaikan, karena perawat adalah
penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien. Asuhan keperawatan harus diberikan
kepada klien secara sistemik dan terorganisasi sehingga dibutuhkan suatu manajemen
yang baik dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan profesional yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien diperlukan perawat yang kompeten dalam
bidang tersebut. Kompetensi itu menunjukkan bahwa perawat profesional memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan.
Bentuk asuhan keperawatan tersebut harus memenuhi beberapa fungsi seperti caregiver,
advocate, teacher, communicator/counselor, scholar, collaborator, ethicist, researcher,
manager, facilitator, decision maker dan user of technology.
Proses keperawatan ini membutuhkan keterampilan analisa dan komunikasi yang
baik. Pada proses keperawatan terutama pada tahap implementasi dari proses
keperawatan seseorang perawat harus mempunyai kemampuan interpersonal, teknis dan
kolaborasi dengan profesi lain. Langkah-langkah kegiatan pada proses keperawatan yang
digambarkan oleh Gillies (1998) mirip dengan langkah-langkah yang dilakukan pada
proses manajemen dimana setiap pasien adalah unik dan memerlukan penanganan yang
berbeda-beda dengan demikian bila proses keperawatan dilakukan dengan baik, maka
akan mengatasi sebagian masalah manajemen pada ruang rawat inap.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian ?
2. Indicator mutu asuhan keperawatan
3. Jenis pengendalian ruang rawat
4. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep dasar dan tujuan pengendalian !
2. Untuk mengetahui Indicator mutu asuhan keperawatan!
3. Untuk mengetahui Jenis pengendalian ruang rawat !
4. Untuk mengetahui Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat!
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Dan Tujuan Pengendalian

1. Konsep Dasar Pengendalian

Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan system
pengendalian manajemen meliputi :

a) Komponen operasi yang terpasang terus menerus


Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi
pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian
manajemen bukanlah suatu system terpisah dalam suatu organisasi, melainkan dianggap
sebagai bagian integral setiap system yang dipakai manajemen untuk mengatur dan
mengarahkan kegiatannya.

Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian manajemen yang terpasang


dalam organisasi sebagai bagian dari sarana prasarana organisasi guna membantu
manajemen menjalankan organisasi dan mencapai tujuan. Dengan demikian
perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru
berupa penerapan mekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya
pemodifikasikan system pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus.

b) Pengendalian manajemen dipengaruhi oleh manusia

Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki pedoman


(manual) system pengendalian manajemen yang baik, namun tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya. Sehingga pengendalian manajemen yang telah dirancang tersebut
tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi. “A man behind the gun” adalah
istilah yang cocok dengan faktor ini. System pengendalian manajemen dapat berjalan
efektif jika dilaksanakan dengan sunguh-sunguh oleh manusia.

Tanggung jawab berjalannya system pengendalian manajemen sangat tergantung


pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dana melaksanakan
mekanisme pengendalian, memantua serta mengevalsuasi pengendalian. Dengan
demikian, seluruh pegawai dalam organisasi memegang peran penting untuk mecapai
system pengendalian manajemen yang efektif. Karakter dan motivasi manusia memegang
peran penting dalam membangun suatu system pengendalian manajemen yang efektif.

c) Memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak.

Perancangan suatu system pengendalian manajemen didasrkan pada pertimbangan


biaya-manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan pengoperasian suatu
pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, system ini tidak dapat memberikan
jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari
luar yang mempengaruhi manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuannya.

Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, adalah contoh faktor-faktor yang


dapat menghalangi pencapaian tujuan organisasi sebagimana yang diinginkan. Dengan
demikian, pengendalian manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai, tidak
mutlak dan dapat mencapai tujuan organisasi.

2. Tujuan Pengendalian
Secara singkat fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan
sebagai umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pemimpin
dalam mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha
pencagahan pengendalian terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan. System
pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perencangan suatu system maupun pengendalian yang bersifat pendektesian.

a) Diperolehnya integarasi informasi


Di era globalisasi ini, system informasi menjadi begitu penting bagi organisasi
dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahn kondisi dan
lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi informasi. tujuan
dari pengendalian manajemen adalh untuk mempertahankan integritas system informasi
yang penting dalam pengambilan keputusan.

b) Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang berlaku

Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peratura, dan ketentuan yang


berlaku dapat dicapai melalui system pengendalian manajemen. Kegagalan ketaatan pada
kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan usaha koordinasi yang
dirancang dalam suatu system pengendalian.

c) Melindungi aset organisasi

Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimlementasikan untuk melindungi


aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya pintu gedung
penyimpanan barang, direkrutnya satpam, digunakannya password computer,
dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada tempat yang tidak mudah diakses
orang yang tidak berhak/berwenang.

d) Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien

Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi menerapkan


prinsip ekonomis dan efisien. Prinsip yang diterapkan bagi manajemen organisasi adalah
memperoleh keluaran atau hasil tertentu dengan biaya yang minimal. Standar operasi
seharusnya memberikan kriteria pengukuran untuk menilai tingkat keekonomian dan
eisiensi. Tujuan pengendalian dapat dikategorikan bagi kepentingan pihak manajemen dan
pegawai organisasi. Oleh karena manajeman organisasi berusaha mencapai visi dan misi
organisasinya dan memberikan akutabilitas atas kegiatan yang telah dilaksankannya, maka
manajemen perlu secra terus menerus menilai dan mengevaluasi system pengendalian
manajemen untuk memastikan bahwa system pengendalian telah dirancang dan beroperasi
secara baik, dimutakhirkan secara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan
lingkungan, dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi.

B. Indikator Pengarahan Yang Baik Dan Indikator Pengendalian Mutu Asuhan


Keperawatan

1. Indikator Pengarahan yang baik:


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan bahwa
arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam
organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan


menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan dalam
pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi
kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila mereka merasa bahwa
pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan
dengan tugas, pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan
mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja,
tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-
masalah organisasi.

b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pesan
tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan
yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih
banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin, manual yang mahal,
buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara
pimpinan dan bawahan.

c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara tertulis,
maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat pengumuman,
majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang
harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan tersebut biasanya
cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan
tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak
dibaca.

d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke


bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman
pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya
dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu
pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat
dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.

e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah semuanya


diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan
pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan
persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan
perasaan kurang percaya kepada pimpinan.

2. Indikator Pengendalian Mutu Asuhan Keperawatan


a. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus
dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
b. Keterbatasan perawatan diri.
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih,
dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan
bebas dari penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk.
c. Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu adalah
kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan
keperawatan yang diharapkan.
d. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi
karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih ada
setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik.
e. Kenyamanan
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari
rasa nyeri dan menyakitkan
f. Pengetahuan
Indikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan
dalam program discharge planning. Discharge planing adalah suatu proses yang
dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari
suatu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien
dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing
home atau tempat tempat lain diluar rumah sakit.

C. Pengendalian Keperawatan Di Ruang Inap

Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan yang
terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan. Pengendalian
adalah pemantauan dan penyesuaian rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selama fase pengendalian, kinerja diukur
menggunakan standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi
ketidakcocokan antara standar dan kinerja. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan
sumber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai tujuan program
(Setiadi, 2019)

Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manajer keperawatan dalam


menjalankan fungsi pengendalian :

1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah diukur.
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

Dalam melaksanakan penilaian kinerja, manajer perlu menetapkan orang yang


bertanggung jawab mengevaluasi setiap staf. Idealnya supervisor mengevaluasi rekan
terdekatnya, dimana satu orang mengevaluasi kerja rekannya secara akurat. Staf harus
dilibatkan dalam proses penilaian kinerja dan memandang penilaian ini sebagai hal yang
akurat dan adil.

D. Mutu Pelayanan Keperawatan

a. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan

Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan


kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang menyelenggarakannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan menyesuaikan
potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan
secara aman, dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
konsumen (Morgan, 2007).
Menurut Depkes RI (2010), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan
kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk kebutuhan dan keinginan
pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat
meningkatkan kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan
keunggulan kompetitif melalui pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif, dan
menghasilkan customer responsiveness.
Kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pasien walaupun merupakan
nilai subyektif, tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa
lalu, pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan.
Khususnya mengenai penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan
terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan
interpersonal. Hubungan interpersonal ini berhubungan dengan pemberian informasi,
empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan
privacy pasien (Foster, 2005).
b. Dimensi Mutu Pelayanan

Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu pokok yang dapat
digunakan untuk mengukur persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang
meliputi:
1. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang
sesuai dengan janji yang ditawarkan.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
yang meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan/
pasien.
3. Assurance (keyakinan/ jaminan), meliputi kemampuan karyawan atas:
pengetahuan terhadap produk/ jasa secara tepat, kualitas keramahtamahan,
perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, ketrampilan dalam
memberikan informasi, kemampuan di dalam memberikan keamanan di
dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan di dalam
menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi jaminan
ini merupakan gabungan dari dimensi:
a) Kompetensi, artinya ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para
karyawan untuk melakukan pelayanan.
b) Kesopanan, yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para
karyawan.
c) Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan
kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
4. Emphaty (empati), yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi
emphaty ini merupakan penggabungan dari dimensi:
a. Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan.
b. Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari
pelanggan.
c. Pemahaman kepada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan
5. Tangibles (Berwujud), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan
karyawan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yaitu


(Wijono, 2008):
1. Perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan

2. Fungsi terapi

a) Konsultasi/ pemberian keterangan tentang penyakit yang diderita

b) Pencegahan

c) Tenggang rasa

d) Perawatan lebih lanjut

e) Kebijakan manajemen

3. Fungsi perawatan

a. Nyaman dan menyenangkan

b. Adanya perhatian yang baik

c. Bersikap sopan

d. Tanggap terhadap keluhan pasien

e. Kebijakan manajemen

4. Sarana dan prasarana


a. Adanya tempat perawatan

b. Mempunyai tenaga dokter spesialis

c. Mempunyai tenaga dokter

d. Fasilitas perkantoran yang lengkap

Sedangkan menurut Leboeuf (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi


mutu pelayanan kesehatan ialah:
1) Kompetensi/ kemampuan yang terkait dengan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan pemberi pelayanan
2) Akses atau keterjangkauan pelayanan

3) Efektivitas

4) Hubungan antar manusia, merupakan interaksi pemberi pelayanan kesehatan


dengan pasien atau antar sesama tenaga kesehatan / hubungan atasan- bawahan
yang menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas memberi perhatian
5) Efisiensi

6) Kesinambungan pelayanan kesehatan

7) Keamanan

8) Kenyamanan dan kenikmatan

9) Informasi

10) Ketepatan waktu

11) Keandalan yang mencakup dua hal pokok yaitu: konsistensi kerja dan
kemampuan untuk dipercaya
12) Daya tanggap, yaitu suatu sikap tanggap para karyawan melayani saat
dibutuhkan pasien
13) Kemampuan, yaitu memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
agar dapat memberikan jasa tertentu
14) Mudah dihubungi dan ditemui

15) Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa


yang dapat mereka pahami serta selalu mendengarkan keluhan pelanggan.
d. Mutu Asuhan Keperawatan Rawat Inap

Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan. Proses


keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan
khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses
keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi
tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan pasien yang
optimal, apabila kondisinya berubah kualitas tindakan keperawatan ditujukan untuk
mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam, 2006).
Mutu pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada
penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum
disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna pula
mutu/kualitasnya (Bacal, 2007).
Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan
keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para perawat,
serta cara mereka mengorganisasi asuhan keperawatan tersebut. Intinya, latar
belakang pemberian tugas dalam mutu asuhan yang berorientasi teknik, mungkin
akan didefinisikan cukup berbeda dengan keperawatan yang berlatar belakang
pemberian keperawatan primer. (Marr, 2011).
Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas
antara lain:
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,


efisien dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan

4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan

5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan tata nilai
masyarakat.
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang terjadi
pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara terus menerus. Pengendalian
manajemen bukanlah suatu system terpisah dalam suatu organisasi, melainkan dianggap
sebagai bagian integral setiap system yang dipakai manajemen untuk mengatur dan
mengarahkan kegiatannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan teknologi
yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa penerapan mekanisme atau metode
atau cara kerja baru menuntut adanya pemodifikasikan system pengendaliannya yang
berjalan secara terus menerus. Keselamatan pasien (patien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh,
ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain. Keterbatasan
perawatan diri. Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
kebutuhan tersebut, misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.
Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari
penyakit yang disebabkan oleh higiene yang buruk.
Kepuasan pasien Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan
yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan.
Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman
yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang
masih ada setelah intervensi keperawatan, dapat menjadi indikator klinik. Kenyamanan,
Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan
keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri dan
menyakitkan PengetahuanIndikator mutu lain adalah pengetahuan dimana salah satunya
diimplementasikan dalam program discharge planning.
B. Saran
Kami berharap agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami dengan baik, tentang

asuhan dan pelayanan keperawatan agar menjadi pedoman kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/36072805/konsep_konsep_dasar_sistem_pengendalian_m
anajemen Diakses Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 08:43 WIB
2. https://saidnazulfikar.files.worrdpress.com/2011/10/system-pengendalian-
manajemen-bpkp_spm_pdfDiakes Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 09.00 WIB
3. https://www.academia.edu/37748594/Pengarahan_dan_Pengendalian_dalam_Manaje
men_Keperawatan
4. Setiadi. (2019). Konsep Manajemen Keperawatan. Stikes Hang Tuah Surabaya, 1–30.
http://www.rsaudrefram.co.id/wp-
content/uploads/2020/04/Konsep_manajemen_Keperawatan.pdf.pdf
5. Depkes Ri (2010). Profil kesehatan indonesia tahun 2009. Jakarta:Kementrian
kesehatan RI

1.
Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan

DISUSUN OLEH:

1. Agatha Elmas (C1814201105)


2. Dessy Natalia Latumenase (C1814201113)
3. Erpin Randa (C1814201116)
4. Min Luhulima (C1814201136)
5. Odelia Flaviana Ezrom (C1814201137)
6. Ratna Sari (C1814201140)
7. Ratna Titha Nanggali (C1814201141)
8. Rizha Septriwanti (C1814201145)
9. Yohanes W Ekpit (C1814201156)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIK STELLA MARIS

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
“Menyusun Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan” ini tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas
bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan
untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah - makalah selanjutnya.

Makassar, 22 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL...........................................................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 4


B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................... 6
C. TUJUAN .............................................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN ........................................................................ 7


B. TUJUAN PENGENDALIAN .................................................................................... 8
C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 9
D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT ........................................................................ 13
E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT ............................................................... 13
F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT ................................................ 17
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN ........................................................................................................... 23
B. SARAN ................................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat di era modernisasi dengan keterbukaan dan arus globalisasi,
peningkatan pendapatan ekonomi, perubahan suhu politik dalam maupun luar negeri,
kemajuan informasi dan teknologi, peningkatan akses terhadap media menyebabkan
masyarakat dapat memperluas wawasan dan persepsi mereka tentang pelayanan
kesehatan. Munculnya kebijakan-kebijakan pembiayaan kesehatan membuat
kemampuan masyarakat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan semakin
meningkat. Tenaga kesehatan merasakan tuntutan yang semakin besar terhadap
profesionalisme profesinya ketika masyarakat menggunakan dan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat menghendaki pelayanan yang mereka
terima adalah pelayanan kesehatan yang paripurna.
Menurut Azrul Azwar (1988) dalam upaya pelayanan yang paripurna maka
rumah sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain: (1)
Mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tentutan perubahan dan
kebutuhan yang spesifik, (2) Menerapkan manejemen strategis secara konkrit, (3)
Mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya,
termasuk tenaga keperawatan, (4) Memanfaatkan pendapatan sendiri untuk
memperoleh kemandirian dan kesinambungan.
Menurut UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, pelayanan kesehatan
paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotive, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Pelayanan kesehatan yang paripurna bersifat komprehensif dan
holistic. Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan
dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Masyarakat yang semakin teredukasi dengan baik melalui media berpotensi
memunculkan tuntutan hukum apabila pelayanan kesehatan yang mereka harapkan
tidak bisa memberikan kepuasan seperti yang menjadi harapan dan tuntutan public.

4
Menanggapi dan menyikapi perubahan wawasan, persepsi dan tuntutan masyarakat
ketika memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan maka pelayanan kesehatan harus
berbenah untuk mengantisipasi meningginya tuntutan serta harapan dari masyarakat
terkait dengan pelayanan kesehatan.
Menurut UU No 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Menurut Gilles (1994) keberadaan perawat dalam pelayanan kesehatan merupakan
posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat. Keperawatan professional secara umum merupakan
tanggung jawab seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan, sehingga dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan
dengan benar (rasional) dan baik (etikal) (Nursalam, 2008).
Pelayanan keperawatan selalu berusaha menciptakan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik serta mampu menghadapi berbagai macam perubahan serta
tuntutan masyarakat. Tuntutan dan harapan masyarakat akan pelayanan yang
paripurna memerlukan manejemen bangsal adalah dengan adanya penambahan
tenaga keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Namun,
penambahan jumlah dari tenaga keperawatan akan berbanding lurus dengan cost
yang harus dikeluarkan rumah sakit untuk anggaran kesejahteraan dan
operasionalpelaksanaan. Keadaan seperti ini dibutuhkan upaya penjaminan mutu
berupa adanya standar pelayanan keperawatan untuk mengatur agar semua
pemberian pelayanan keperawatan tetap sesuai harapan dan tuntutan masyarakat.
Dalam menjaga mutu pelayanan kesehatan, intervensi yang diberikan mungkin
akan mempunyai perbedaan dalam pelaksanaan. Namun, sisi profesionalisme
pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian pelayanan, tidak
tergantung kelas pelayanan, untuk itulah diperlukan adanya suatu standar yang
menjamin perlakuan tibndakan keperawatan tetap terjaga mutunya walaupun
berbeda kelas pelayanan. Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa hasil penelitian

5
yang dilakukan dalam disiplin keperawatan kurang diterapkan dalam praktik
keperawatan untuk menjamin mutu. Padahal semua menyadari bahwa hasil-hasil
penelitian yang ada dapat dijadikan sebagai suatu rujukan standar mutu sehingga
dapat menjamin kualitas pelayanan.
Dari fakta dan fenomena di atas kelompok tertarik untuk Menyusun sebuah
makalah dengan judul “Upaya Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan
Keperawatan”. Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
pembaca khususnya disiplin ilmu keperawatan untuk memahami mengenai konsep
pengendalian mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik ke depannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konsep dasar pengendalian?
2. Apa tujuan pengendalian?
3. Apa indikator mutu asuhan keperawatan?
4. Apa pengertian pengendalian ruang rawat?
5. Apa jenis pengendalian ruang rawat?
6. Bagaimana proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dasar pengendalian.
2. Untuk mengetahui tujuan pengendalian.
3. Untuk mengetahui indikator mutu asuhan keperawatan.
4. Untuk mengetahui jenis pengendalian ruang rawat.
5. Untuk mengetahui proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENGENDALIAN


Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan penerapan sistem
pengendalian manajemen meliputi:
1. Komponen Operasi yang Terpasang Secara Terus Menerus
Pengendalian manejemen adalah suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas yang terjadi pada seluruh kegiatan organisasi dan berjalan secara
terus menerus. Pengendalian manejemen bukanlah suatu sistem terpisah
dalam suatu organisasi melainkan harus dianggap sebagai bagian integral dari
setiap sistem yang dipakai manejemen untuk mengatur dan mengarahkan
kegiatannya. Pengendalian intern dapat disebut pula pengendalian
manajemenyang terpasang dalam organisasi sebagai bagian dari sarana
prasarana organisasi guna membantu manajemen menjalankan organisasi
danmencapai tujuannya. Dengan demikian perkembangan pengetahuan dan
teknologi yang menghasilkan timbulnya gagasan baru berupa
penerapanmekanisme atau metode atau cara kerja baru menuntut adanya
pemodifikasian sistem pengendaliannya yang berjalan secara terus menerus.
2. Pengendalian Manejemen Dipengaruhi Oleh Manusia
Dalam kenyataan sering dijumpai bahwa suatu organisasi memiliki
pedoman (manual) sistem pengendalian manajemen yang baik, namun tidak
dilaksanakan sebagaimana mestinya, sehingga pengendalian manajemen yang
telah dirancang tersebut tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi.
“A Man Behind the Gun” adalah istilah yang cocok dengan faktor ini. Sistem
pengendalian manajemen dapat berjalan efektif jika dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh oleh manusia.
Tanggung jawab berjalannya sistem pengendalian manajemen sangat
tergantung pada manajemen. Manajemen menetapkan tujuan, merancangdan
melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau sertameng evaluasi
pengendalian. Dengan demikian, seluruh pegawai dalam organisasi
memegang peranan penting untuk mencapai dilaksanakannya sistem

7
pengendalian manajemen secara efektif. Karakter dan motivasi manusia
memegang peranan penting dalam membangun suatu sistem pengendalian
manajemen yang efektif.
3. Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan Keyakinan yang Mutlak
Perancangan suatu sistem pengendalian manajemen didasarkan pada
pertimbangan biaya manfaat. Tidak peduli betapa baiknya perancangan dan
pengoperasian suatu pengendalian manajemen dalam suatu organisasi, sistem
itu tidak dapat memberikan jaminan keyakinan yang mutlak agar tujuan
organisasi dapat tercapai. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi
manajemen dapat mempengaruhi kemampuan organisasidalam mencapai
tujuannya.
Kesalahan manusia, pertimbangan yang keliru, dan adanya kolusi
adalah contoh faktor-faktor yang dapat menghalangi pencapaian tujuan
organisasi sebagaimana yang diinginkan. Dengan demikian, pengendalian
manajemen dapat memberikan keyakinan yang memadai,tidak mutlak dalam
mencapai tujuan organisasi.
B. TUJUAN PENGENDALIAN
Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya deviasi atau
penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai
umpan balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi. Secara luas fungsi pengendalian juga mencakup usaha
pencegahan kemungkinan terjadinya suatu deviasi atau penyimpangan sistem
pengendalian. Manejemen mencakup pengendalian yang bersifat preventif berupa
perancangan suatu sistem pengendalian maupun pengendalian yang bersifat
pendeteksian.
1. Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi
Di era globalisasi ini, sistem informasi menjadi begitu penting bagiorganisasi
dalam rangka mensikapi perubahan yang serba cepat atas perubahan kondisi
dan lingkungan yang ada dan meningkatnya kecanggihan sarana teknologi
informasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah untuk
mempertahankan keterandalan dan integritas sistem informasi yang penting
dalam suatu sistem pengendalian.

8
2. Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan dan Ketentuan yang
Berlaku
Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan ketentuan yang
berlaku dapat dicapai melalui sistem pengendalian manajemen.Kegagalan
ketaatan pada kebijakan dan ketentuan yang berlaku dapat membahayakan
usaha koordinasi yang di rancang dalam suatu sistem pengendalian.
3. Melindungi Aset Organisasi
Pada umumnya pengendalian dirancang dan diimplementasikan untuk
melindungi aset organisasi. Contoh pengendalian tersebut adalah dikuncinya
pintu gudang penyimpanan barang, direkrutnya satpam,digunakannya
password komputer, dibangunnya pagar, ditempatkannya aset berharga pada
tempat yang tidak mudah diakses orang yang tidak berhak atau berwenang.
4. Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien
Realita bahwa sumber daya bersifat terbatas mendorong organisasi
menerapkan prinsip ekonomis dan efisiensi. Prinsip yang diterapkan bagi
manajemen organisasi adalah memperoleh keluaran atau hasil yang maksimal
dengan pengeluaran tertentu atau mencapai hasil tertentu dengan biaya yang
minimal. Standar operasi seharusnya memberikan kriteria pengukuran untuk
menilai tingkat ke ekonomisan dan efisiensi. Tujuan pengendalian dapat
dikategorikan bagi kepentingan pihak menejemen dan pegawai organisasi.
oleh karena menajemen organisasi berusaha mencapai visi dan misi
organisasinya dan memberikan akuntabilitas atas kegiatan yang telah
dilaksanakannya, makamanajemen perlu secara terus menerus menilai dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen untuk memastikan bahwa
sistem pengendalian telah dirancang dan beroperasi secara baik,
dimutakhirkansecara tepat untuk mengantisipasi perubahan kondisi dan
lingkungan dan pada akhirnya untuk memastikan pencapaian tujuan
organisasi.
C. INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN
Azwar (1996) menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat kesempurnaan dari
penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan, sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa mutu

9
adalah penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar yang
berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas, maka
mutu dapat dikatakan sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan
kebutuhan pelanggan, standar yang berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya
terbatas pada produk yang menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang
menghasilkan jasa atau pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.
Setiap instansi kesehatan akan lebih mengedepankan mutu pelayanan
dibandingkan dengan hal lainnya. Mutu pelayanan itu sendiri dapat terwujud apabila
didalam setiap instasi memiliki peranan dan tugas sesuai dengan profesi. Setiap
profesi kesehatan juga harus mengedepankan mutu dengan memberikan pelayanan
yang optimal kepada semua pasien.
Suatu asuhan keperawatan dapat dikatakan baik apabila dalam pemenuhan
kebutuhan pasien berjalan dengan sesuai. Dari asuhan yang baik tersebut maka akan
menimbulkan budaya penanganan yang baik kepada semua pasien. Dan akan
tercapainya tingkat kepuasan pasien pada standar yang setinggi-tingginya.
Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas pelayanan kesehatan
dan mejadi salah satu faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di
masyarakat. Di karenakan keperawatan merupakan salah satu profesi dengan jumlah
terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan keperawatannya
sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan puas atau
tidak puas (Nursalam, 2011).
Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal, Parasuraman, Berry dan Irawan (2006)
merumuskan lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk mengukur kepuasan, yaitu:
a. Tangible (Bukti Langsung)
Meliputi fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi yang dapat
dirasakan langsung oleh pelanggan. Dan untuk mengukur dimensi mutu ini perlu
menggunakan indera penglihatan.
b. Reliability (Keandalan)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang tepat dan terpercaya.
Pelayanan yang terpercaya artinya adalah konsisten. Sehingga reliability
mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan memberikan pelayanan seperti

10
yang dijanjikan dan seberapa jauh mampu memberikan pelayanan yang tepat atau
akurat.
c. Responsiveness (Ketanggapan)
Yaitu kesediaan/kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan yang cepat. Dengan kata lain bahwa pemberi pelayanan harus responsif
terhadap kebutuhan pelanggan. Responsiveness juga didasarkan pada persepsi
pelanggan sehingga faktor komunikasi dan situasi fisik disekitar pelanggan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.
d. Assurance (Jaminan Kepastian)
Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuannya untuk
memberikan rasa percaya dan keyakinan atas pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan. Dan komponen dari dimensi ini yaitu keramahan, kompetensi, dan
keamanan.
e. Emphaty (Empati)
Yaitu membina hubungan dan memberikan pelayanan serta perhatian secara
individual pada pelanggannya.
Indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan
perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Safety
Kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi
pengobatan), seperti: jatuh, hospital acquired infections, hospital acquired
pneumonia, dan dekubitus.
2. Effectiveness
Pola dan level perawat, sepert: kepuasan perawat, dan persepsi perawat
terhadap lingkungan kerja.
3. Compassion
Pengalaman pasien selama dirawat, dan pengalaman pasien dalam
komunikasi.

Menurut Nursalam (2013) suatu asuhan keperawatan harus memiliki mutu


yang baik dalam pelaksanaanya. Diantaranya adalah:

1. Caring

11
Caring adalah sikap perduli yang ditunjukkan oleh perawat kepada pasiennya.
Perawat akan senantiasa memberikan asuhan dengan sikap yang siap tanggap
dan perawat mudah dihubungi pada saat pasien membutuhkan perawatan.
2. Collaboration
Kolaborasi adalah tindakan kerja sama antara perawat dengan anggota medis
lainnya, pasien, keluarga pasien, dan tim sejawat keperawatan dalam
menyelesaikan prioritas perencanaan pasien. Di sini perawat juga bertanggung
jawab penuh dalam kesembuhan dan memotivasi pasien.
3. Kecepatan
Suatu sikap perawat yang cepat dan tepat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Di mana perawat menunjukkan sikap yang tidak acuh tak acuh,
tetapi akan memberikan sikap baik kepada pasien.
4. Empati
Empati adalah sikap yang harus ada pada semua perawat. Perawat akan selalu
memperhatikan dan mendengarkan keluh kesah yang dialami pasien. Tetapi
perawat tidak bersikap simpati, sehingga perawat dapat membimbing
kepercayaan pasien.
5. Courtesy
Courtesy adalah sopan santun yang ada pada diri perawat sendiri. Perawat
tidak akan cenderung membela satu pihak, tetapi perawat akan bersikap netral
kepada siapapun pasien mereka. Perawat juga akan menghargai pendapat
pasien, keluarga pasien, dan tim medis lain dalam hal kebaikan dan kemajuan
pasien.
6. Sincerity
Sincerity adalah kejujuran dalam diri perawat. Jujur juga merupkan salah satu
kunci keberhasilan perawat dalam hal perawatan kepada pasien. Perawat akan
bertanggung jawab atas kesembuhan dan keluhan yang dialami pasien.
7. Komunikasi Teraupetik
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk
dilakukan perawat dalam memberikan asuhan. Karena komunikasi teraupetik
sendiri merupakan cara efektif agar pasien merasa nyaman dan lebih terbuka
dengan perawat.

12
Mutu asuhan keperawatan yang baik merupakan ujung tombak pelayanan di
rumah sakit. Agar terwujudnya pelayanan keperawatan yang berkualitas perawat
professional harus memiliki kemampuan intelektual yang cukup, teknikal dan
interpersonal, melaksanakan asuhan berdasarkan standar praktik dan berdasarkan
etik legal (Syahrudin et al, 2014).

D. PENGENDALIAN RUANG RAWAT


Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen keperawatan
yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
(Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian rencana,
proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Huber, 2006).
Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan standar yang telah
ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi ketidakcocokan antara standar
dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi pengawasan bertujuan agar
penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk mencapai
tujuan program (Muninjaya, 2004).
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan dalam
menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

Pengendalian adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat


dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses, dan hasil pelayanan asuhan
keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk mencapai dan
mempertahankan kualitas. pengendalian sebagai pemeriksaan mengenai apakah
segala sesuatunya berjalan sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi
yang dikeluarkan, dan prinsip yang telah ditentukan yang bertujuan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi.

E. JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT


13
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian meliputi penetapan standar
dan metode pengukuran prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja,
menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar serta mengambil tindakan
korektif. Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nlai dokumentasi keperawatan,
tingkat kepuasan pasien, tingkat kepuasan perawat.

Untuk kegiatan mutu yang perlu dilakukan oleh kepala ruangan yaitu audit
dokumentasi proses keperawatan setiap dua bulan sekali, survey kepuasan pasien,
survey kepuasan perawat setiap enam bulan sekali, perhitungan lama hari rawat serta
melakukan langkah-langkah perbaikan dengan memperhitungkan standar yang telah
ditetapkan.

1. Penetapan Standar Pelayanan Keperawatan


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan
Medik, No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut
Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian Keperawatan,
(2) Diagnosa Keperawatan, (3) Perencanaan Keperawatan, (4) Intervensi
Keperawatan, (5) Evaluasi Keperawatan, dan (6) Catatan Asuhan Keperawatan.
Standar Nasional American Nurses Association (ANA) dalam mengukur mutu
perawatan, sebagai berikut:

14
2. Pengukuran Kinerja Perawat
a. Definisi Kinerja
Penilaian kinerja perawat dilakukan untuk mengetahui kualitas kinerja
perawat dalam rangka upaya mengoptimalkan kinerja perawat. Penilaian
kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
secara sistematis yang bertujuan untuk pengenbangan kinerja pegawai
tersebut (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut Sitohang (2007) penilaian
kinerja adalah suatu proses dimana organisasi menilai prestasi kerja dari para
pegawainya.
b. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat
Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Wolo
(2015) kinerja pegawai sangat tergantung pada motivasi, kepuasan kerja,
tingkat stress, kondsi fisik pekerjaan, sistem kompensasi, desain pekerjaan dan
aspek-aspek ekonomis, teknis serta perilaku lainnya.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu:
- Faktor individu, yang terdiri dari kemampuan, latar belakang dan
demografi
- Faktor psikologis, terdiri dari persepsi, sikap, personaliti, pembelajaran dan
motivasi
- Faktor organisasi, yaitu sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,
struktur dan desain pekerjaan.
c. Penilaian Kinerja Perawat
Penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal berdasarkan kriteria
yang sudah ditetapkan secara rasional dan objektif. pentingnya penilaian
kinerja ini sangat bermanfaat baik untuk kepentingan pegawai dan
kepentingan organisasi. Bagi pegawai penilaian ini berperan sebagai umpan
balik dari kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi serta
pengembangan karirnya. Sedangkan bagi organisasi hasil penilaian ini sangat
berperan dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekrutman,
penempatan, sistem imbalan dan berbagai aspek lainnya (Siagian, 2008).

15
Depkes RI (2005) dalam penilaian kinerja perawat didasarkan pada
standar praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan
keperawatan yang terdiri dari:
- Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan yang
dibagi menjadi dua proses yaitu pengkajian primer dan pengkajian
sekunder. Pengkajian primer adalah pengkajian cepat untuk
mengidentifikasi massalah aktual atau resiko tinggi ynag berdampak pada
kemampuan pasien unuk mempertahankan hidup. Pengkajian sekunder
dilakukan setelah masalah primer terpenuhi, yang mencakup pengkajian
menyeluruh dari kepala sampai ujung kaki (head to toe) yang bertujuan
mengenali masalah yang belum teridentifikasi pada pengkajian primer,
dapat berupa riwayat penyakit sekaramg, Riwayat penyakit dahulu,
riwayat pengobatan dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
- Diagnosa
Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil analisi data yang
ditemukan pada pengkajian yang penulisannya berdasarkan kaidah yang
terdiri dari problem, etiology, symptoms (PES).
- Intervensi
Disusun berdasarkan diagnosa keperawatan, komponennya berdasarkan
prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan rencana tindakan yang
meliputi rencana tindakan mandiri dan kolaborasi yang disusun oleh
perawat berdasarkan ilmu keperawatan.
- Implementasi
Pelaksanaan tindakan yang ditentukan agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
keluarga pasien dan berorientasi pada 14 komponen keperawatan.
- Evaluasi
Merupakan tindakan untuk menilai hasil implementasi keperawatan, bila
tindakan belum teratasi maka perlu dilakukan pengkajian ulang yang
kemudian dilakukan analisis kenapa belum teratasi, kemudian dilakukan

16
rencana ulang, implementasi dan evaluasi kembali yang terdokumentasi
dengan baik.
3. Pengambilan Tindakan Korektif
F. PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG RAWAT
1. Pengertian Program Menjaga Mutu
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah
dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan berdasarkan standar yang
telah ditetapkan; menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil yang dicapai dan
menyusun saran-saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.
Beberapa istilah yang sama penggunaannya tentang program menjaga mutu
atau program jaminan mutu (PJM) yang sudah dikenal banyak pakar adalah
sebagai berikut:
a. Program pengawasan mutu (PPM) atau quality control program
b. Program peningkatan mutu (PPM) atau quality improvement program
c. Manajemen mutu terpadu (MMT) atau total quality management
d. Peningkatan mutu berkesinambungan (PMB) atau continuous quality
improvement (Sataloff et al., 2016)
2. Tujuan Program Menjaga Mutu
a. Tujuan Antara
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil
ditetapkan.
b. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin
meningkatnya mutu pelayanan. Sesuai dengan kegiatan program menjaga
mutu, peningkatan mutu yang dimaksudkan di sini akan dapat dicapai
apabila program penyelesaian masalah berhasil dilaksanakan.
3. Sasaran Program Menjaga Mutu

17
Sasaran program menjaga mutu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Setiap pelayanan kesehatan terdapat empat unsur yang bersifat
pokok yakni unsur masukan (input), unsur proses (process), unsur lingkungan
(environment) serta unsur keluaran (output), maka mudah dipahami dalam
praktek sehari-hari jika menyebut sasaran program menjaga mutu. Uraian dari
masing-masing unsur atau sasaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Unsur Masukan
Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah semua hal yang diperlukan
untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan. Unsur masukan ini banyak
macamnya dan yang terpenting adalah tenaga (man), dana (money), dan
sarana (material).
Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan
kualitasnya) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard
of personnels and fasilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai
dengan kebutuhan, maka sulit diharapkan akan tercapainya mutu
pelayanan yang baik.
b. Unsur Lingkungan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan,
keadaan sekitar yang terpenting adalah kebijakan (policy), organisasi
(organization) dan manajemen (management).
Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi, dan
manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar atau tidak bersifat
mendukung maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan.
c. Unsur Proses
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang
dilakukan pada pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut secara umum
dapat dibedakan atas dua macam yakni tindakan medis (medical
procedures) dan tindakan non medis (non-medical procedures). Secara
umum disebutkan, apabila kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (standard of conduct) maka sulit diharapkan baiknya
mutu pelayanan.

18
Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional
oleh tenaga kesehatan dan interaksinya dengan pasien. Dalam pengertian
proses ini mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan,
sarana kegiatan dokter, kegiatan perawatan, dan penanganan kasus. Baik
tidaknya proses dapat diukur dari:
- Relevan tidaknya proses itu bagi pasien
- Fleksibel dan efektif
- Mutu proses sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.
- Kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan)
d. Unsur Keluaran
Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah sesuatu yang menunjuk
pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
(performance). Penampilan yang dimaksud di sini banyak macamnya dan
secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penampilan
aspek medis (medical performance) dan penampilan aspek non medis
(nonmedical performance). Secara umum disebutkan, apabila kedua
penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(standard of performance) maka berarti pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan bukan pelayanan yang bermutu. Kedua unsur pelayanan
ini saling terkait dan mempengaruhi.
Keluaran sering juga disebut dengan istilah outcome. Outcome adalah
hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap
pasien. Penilaian terhadap outcome adalah hasil akhir dari pelayanan
kesehatan atau kepuasan. Outcome jangka pendek contohnya adalah
sembuh dari sakit, cacat dan lain-lain. Sedangkan outcome jangka panjang
contohnya adalah kemungkinan-kemungkinan kambuh penyakitnya atau
kemungkinan sembuh di masa datang.
e. Manfaat Program Menjaga Mutu
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat
yang akan diperoleh. Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:

19
- Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan. Peningkatan
efektivitas yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan
mengatasi masalah kesehatan secara tepat dan benar. Pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan benar-benar sesuai dengan
masalah yang ditemukan.
- Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan. Peningkatan
efisiensi yang dimaksud berhubungan erat dengan kemampuan
mencegah tindakan/penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan
dan/atau yang di bawah standar. Biaya tambahan yang disebabkan
pelayanan yang berlebihan atau karena efek samping akibat
pelayanan yang di bawah standar akan dapat dicegah.
- Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan. Peningkatan penerimaan berhubungan erat dengan
kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan. Apabila peningkatan
penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
- Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum. Pada saat ini, sebagai akibat dari
meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi
penduduk, kesadaran hukum masyarakat juga tampak semakin
meningkat. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan
hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali
berupa menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin
mutunya.
4. Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
Strategi Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Strategi program menjaga
mutu pelayanan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut:
a. Memastikan indikator mutu yang dipakai, baik indikator input, indikator
proses, maupun indikator output ataupun indikator outcome.

20
b. Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat dinamik dan fleksibel,
dikembangkan sesuai masalah spesifik pada masing-masing bidang
pelayanan kesehatan.
c. Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan.
d. Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada kuantitas.
e. Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak layanan kesehatan antara
pemberi layanan kesehatan dengan pasien
5. Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap
Asuhan keperawatan menggunakan metodee proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha
memperbaiki atau memelihara pasien sampai taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi
kebutuhan khusus pasien. Sementara itu, Yura dan Walsh menyatakan bahwa
proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk
memenuhi tujuan keperawatan yang meliputi: mempertahankan keadaan
kesehatan pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan
keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal (Nursalam,
2006).
Mutu asuhan keperawatan merujuk kepada penampilan (Performance) dari
pelayanan asuhan keperawatan. Secara umum disebutkan bahwa makin
sempurna penampilan pelayanan, makin sempurna juga mutu/kualitasnya (Bacal,
2007).
Schroder menyatakan bahwa saat mendefinisikan kualitas asuhan
keperawatan, perlu dipertimbangkan nilai-nilai dasar dan keyakinan para
perawatan, serta cara mereka mengorganisasikan asuhan keperawatan tersebut.
Menurut Muninjaya (2007), ciri-cirinasuhan keperawatan yang berkualitas
antara lain:
- Memenuhi standar profesinyang di tetapkan
- Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan dimanfaatkan secara
wajar, efisien, dan efektif
- Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan

21
- Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat (Kemenkes RI, 2010)
6. Kendali Mutu Sebagai Proses
Pengukuran mutu asuhan Kesehatan merupakan hal yang kompleks, dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif mengharuskan penggunaan proses
yang spesifik dan sistematis. Proses ini jika dilihat secara sederhana, dapat dibagi
menjadi:
- Menetapkan kriteria control
- Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria
- Menentukan cara mengumpulkan informasi
- Mengumpulkan dan menganalisis informasi
- Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang telah ditetapkan
- Membuat penilaian tentang kualitas
- Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan tentang temuan ke
sumber-sumber yang tepat
- Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi (Marquis & Huston,
2013)

22
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Pengendalian merupakan proses akhir dari proses manajemen, dimana sangat
berkaitan dengan masing-masing proses manajemen lainnya, karena pada prosesnya
dilakukan evaluasi yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Dengan demikian pengendalian dalam prosesnya mencakup penilaian
kinerja staf keperawatan, proses manajemen mutu. Dimana untuk mencapai kualitas
pelayanan yang baik, perlu diupayakan peningkatan kualitas yang terus menerus dan
mempertahankan segala sesuatu yang baik berjalan dengan baik.
B. SARAN
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan da kurangnya rujukan atau referensi
yang ada.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang budiman
pada umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. KEMENKES RI. 2010. Mutu Pelayanan Keperawatan. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53 (9), 1689-1699
2. Marquis, B. L., &Huston, C. J. 203. Kepemimpinan dan Manejemen Keperawatan:
Teori & Aplikasi (4th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Nursalam, (2009). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
profesional Edisi kedua, Jakarta: Salemba Medika
4. Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan
Kebijakan Kesehatan. Kemenkes RI
5. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba.Suharyati, 2000, Pengantar
kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC, Jakarta.
6. Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Waluyo. Agung & Asih. Yasmin, 2001,
Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM, EGC,
Jakarta.
7. Tappen, R.M. 1995. Nursing Leadership and management Concepts and Practice.
Philadelphia: F.A. Davis Company

24
Upaya
Pengendalian
Mutu Asuhan
Dan Pelayanan
Keperawatan
KELOMPOK 5
Kelompok 5 :
• TISA PAULA DAEBRINA AOME C1814201044
• VITALIA PALLUNAN C1814201045
• WEWEN TARANDA C1814201046
• YENI DOYAWILDA C1814201047
• YOHANES LEONARDO M. A. C1814201049
• YUDA FRANTINO RA’BA C1814201050
• YUSTINA CICI FAUDIN C1814201051
• YUSTINA RANDA BALUDUNG C1814201052

Upaya Pengendalian Mutu Asuhan Dan


Pelayanan Keperawatan
Pembahasan :
KONSEP DASAR DAN
01 TUJUAN PENGENDALIAN

02 INDIKATOR MUTU
ASUHAN KEPERAWATAN

03 JENIS PENGENDALIAN
RUANG RAWAT

04 PROSES MENJAGA MUTU


ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT
KONSEP DASAR DAN TUJUAN
PENGENDALIAN
KONSEP DASAR PENGENDALIAN PENGERTIAN PENGENDALIAN
• Komponen Operasi Yang Pengendalian adalah proses untuk
Terpasang Terus Menerus memastikan bahwa aktivitas yang
• Pengendalian Manajemen dilakukan adalah sesuai dengan
Dipengaruhi Oleh Manusi aktivitas yang direncanakan dan
• Memberikan Keyakinan Yang berfungsi untuk menjamin mutu serta
evaluasi kinerja.
Memadai, Bukan Keyakinan Yang
Mutlak

PRINSIP PENGAWASAN & PENGENDALIAN


Controll MANFAAT PENGAWASAN
• Mengetahui kegiatan program yang telah
• Dapat atau mudah dimengerti oleh dilaksanakan
staf karyawan dan hasilnya dapat • Mengetahui adanya penyimpangan pada
diukur pemahaman staf
• Memastikan tujuan organisasi • Mengetahui efektivitas dan efisiensi kinerja
tercapai dengan baik dari staf-staf
• Standar untuk kinerja / Insentif • Mengetahui faktor penyebab penyimpangan
• Mengetahui staf yang perlu diberi reward
KONSEP DASAR DAN TUJUAN
PENGENDALIAN
KARAKTERISTIK PENGAWASAN TUJUAN PENGENDALIAN
• Menggambarkan kegiatan & pola Diperolehnya keterandalan dan
• Melaporkan kesalahan integritas informasi
• Berpandangan ke depan
• Menunjukkan kesalahan Kepatuhan pada kebijakan, rencana,
• Objektif, Fleksibel, Ekonomis, prosedur, peraturan dan ketentuan
Mudah dimengerti yang berlaku
• Menunjukkan kegiatan perbaikan

LANGKAH-LANGKAH PENGENDALIAN
Controll Melindungi aset organisasi
• Menetapkan standar dan metode
mengukur prestasi kerja Pencapaian kegiatan yang ekonomis
• Pengukuran prestasi dan efisien
• Prestasi kerja sesuai standar
• Tindakan korektif dll
INDIKATOR MUTU PELAYANAN
INDIKATOR
INDIKATOR MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN

• KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)


• KETERBATASAN PERAWATAN DIRI
• STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
• PENGKAJIAN
• DIAGNOSA
MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN
• KEPUASAN PASIEN
• PERENCANAAN
• KECEMASAN • IMPLEMENTASI
• EVALUASI
• KENYAMANAN
• DOKUMENTASI
• PENGETAHUAN
• 14 KEBUTUHAN PASIEN :
1. OKSIGEN
2. NUTRISI DAN CAIRAN
3. ELIMINASI
4. KEAMANAN
5. KEBERSIHAN DAN KENYAMANAN
6. ISTIRAHAT DAN TIDUR
7. MOBILISASI
8. SPIRITUAL
9. EMOSIONAL
10.KOMUNIKASI
11.MENCEGAH DAN MENGATASI
REAKSI FISIOLOGIS
12.PENGOBATAN DAN MEMBANTU
PROSES PENYEMBUHAN
13.PENYULUHAN
14.REHABILITASI
INDIKATOR MUTU
ASUHAN KEPERAWATAN INDIKATOR
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait
MUTU ASUHAN
dengan struktur, proses dan outcome sistem pelayanan rumah KEPERAWATAN
sakit tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyrakat,
mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS :
• Aspek Struktur (Input)
• Proses
• Outcome
JENIS PENGENDALIAN
RUANG RAWAT
PENGENDALIAN
PENGENDALIAN KOMPENSATIF
PENGARAHAN (COMPENSATIVE
PENGENDALIAN CONTROLS)
KOREKSI (DIRECTIVE
PENGENDALIAN CONTROLS)
DETEKSI (CORRECTIVE
PENGENDALIAN CONTROLS)
PENCEGAHAN (DETECTIVE 05
(PREVENTIVE CONTROLS)
04
CONTROLS)
03

02

01
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Audit merupakan
penilaian/evaluasi dari
pekerjaan yang telah
dilakukan dengan Terdapat tiga kategori audit
menggunakan instrumen yang keperawatan, berikut ini
telah ditetapkan. Peralatan
atau instrumen yang dipilih AUDIT uraian dari ketiga kategori
tersebut :
digunakan untuk
• Audit Struktur
mengumpulkan bukti dan
• Audit Proses
untuk mengevaluasi apakah
• Audit Hasil
standar yang telah ditetapkan
telah dilaksanakan dengan
baik atau belum.
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
Menurut Undang-undang Pada proses pngembangan
No.38 Tahun 2014 tentang budaya pelayanan keperawatan
Keperawatan, Pelayanan prima, Gultom (2006)
keperawatan adalah suatu mengembangkan pelayanan
bentuk pelayanan professional keperawatan prima dengan
yang merupakan bagian PELAYANAN menyelaraskan faktor-faktor :
integral dari pelayanan KEPERAWATAN 1. Ability (kemampuan),
keperawatan yang didasarkan 2. Attitude (sikap),
pada ilmu dan kiat 3. Appearance (penampilan),
keperawatan ditujukan kepada 4. Attention (perhatian),
individu, keluarga, kelompok 5. Action (tindakan),
atau masyarakat, baik sehat 6. Accountability (tanggung
maupun sakit. jawab).
PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal
Sesuai dengan peranan yang adalah keadaan minimal yang

dimiliki oleh masing-masing STANDAR harus dipenuhi untuk dapat

unsur pelayanan kesehatan, MUTU menjamin terselenggaranya

standar dalam program PELAYANAN pelayanan kesehatan yang


bermutu.
menjaga mutu secara umum KEPERAWATAN
2. Standar Penampilan Minimal.
dapat dibedakan atas dua
Standar penampilan minimal
macam yakni :
merujuk pada penampilan
layanan kesehatan yang masih
dapat diterima.
THANK YOU
DO YOU HAVE ANY QUESTIONS ??
ASUHAN DAN PELAYANAN
KEPERAWATAN

Kelompok 5
Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi perancangan dan
penerapan system pengendalian manajemen meliputi :
1. Komponen operasi yang terpasang terus menerus
2. Pengendalian manajemen dipengaruhi oleh manusia
3. Memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang
mutlak
System pengendalian manajemen mencakup pengendalian yang
bersifat preventif berupa perencangan suatu system maupun
pengendalian yang bersifat pendektesian.
1. Diperolehnya integarasi informasi
2. Kepatuhan pada kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan
ketentuan yang berlaku
3. Melindungi aset organisasi
4. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009)
menyatakan bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan
dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi. Namun arus
komunikasi ini tidaklah berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain sebagai berikut :
1. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan
pegawai akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau
menyampaikan pesan atau gangguan dalam pesan.
2. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan
lebih percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang
menggunakan alat-alat elektronik dari pada pesan yang
disampaikan secara lisan dan tatap muka.
3. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang
dikirim secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-
memo, bulletin, surat-surat pengumuman, majalah, dan
pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan
yang harus dibaca oleh pegawai.
1. Keselamatan pasien
2. Keterbatasan keperawatan diri
3. Kepuasan pasien
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
6. pengetahuan
Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manajer keperawatan
dalam menjalankan fungsi pengendalian :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan
hasilnya mudah diukur.
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
Mutu pelayanan keperawatan adalah derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
yang menyelenggarakannya sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan dengan
menyesuaikan potensi sumber daya yang tersedia secara
wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman, dan
memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosio
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen
(Morgan, 2007).
Menurut Lebouf (2007), ada lima dimensi mutu
pokok yang dapat digunakan untuk mengukur
persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan yang
meliputi:
1. Reliability (kehandalan)

2. Responsiveness (daya tanggap)

3. Assurance (keyakinan/jaminan)

4. Emphaty (empati)

5. Tangibles (berwujud)
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yaitu
(Wijono, 2008):
1. Perilaku tenaga medis dalam melakukan pelayanan kesehatan
2. Fungsi terapi
3. Fungsi perawatan
4. Sarana dan prasarana
Mutu pelayanan asuhan keperawatan sebenarnya merujuk kepada
penampilan (Performance) dari pelayanan asuhan keperawatan. Secara
umum disebutkan bahwa makin sempurna penampilan pelayanan,
makin sempurna pula mutu/kualitasnya (Bacal, 2007).
Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang
berkualitas antara lain:
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan
secara wajar, efisien dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika, dan
tata nilai masyarakat.
MANAJEMEN
KEPERAWATAN

KELOMPOK 5
KONSEP DASAR

Konsep dasar yang memberikan kerangka bagi


perancangan dan penerapan sistem pengendalian
manajemen meliputi:
 Komponen Operasi yang Terpasang Secara Terus
Menerus
 Pengendalian Manejemen Dipengaruhi Oleh
Manusia
 Memberi Keyakinan yang Memadai Bukan
Keyakinan yang Mutlak
TUJUAN PENGENDALIAN

Fungsi pengendalian bertujuan untuk mengidentifikasi


terjadinya deviasi atau penyimpangan atas pelaksanaan
kegiatan dibandingkan dengan perencanaan sebagai umpan
balik untuk melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi
pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi.
 Diperolehnya Keterandalan dan Integritas Informasi
 Kepatuhan pada Kebijakan, Rencana, Prosedur, Peraturan
dan Ketentuan yang Berlaku
 Melindungi Aset Organisasi
 Pencapaian Kegiatan yang Ekonomis dan Efisien
INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

Mutu asuhan keperawatan sebagai alat ukur dari


kualitas pelayanan kesehatan dan mejadi salah satu
faktor penentu citra instansi pelayanan kesehatan di
masyarakat. Mutu pelayanan keperawatannya sendiri
dilihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan puas atau tidak puas (Nursalam, 2011).
Next.......

Menurut Fedoroff (2006, Servqual - Zeithmal,


Parasuraman, Berry dan Irawan (2006) merumuskan
lima dimensi mutu yang menjadi dasar untuk
mengukur kepuasan, yaitu:
 Tangible (Bukti Langsung)
 Reliability (Keandalan)
 Responsiveness (Ketanggapan)
 Assurance (Jaminan Kepastian)
 Emphaty (Empati)
Indikator keperawatan dapat mengambarkan
keselamatan, efektifitas dan perhatian dalam
pelayanan keperawatan, yaitu:
 Safety
 Effectiveness
 Compassion
Menurut Nursalam (2013) suatu asuhan keperawatan
harus memiliki mutu yang baik dalam pelaksanaanya.
Diantaranya adalah:
 Caring
 Collaboration
 Kecepatan
 Empati
 Courtesy
 Sincerity
 Komunikasi Teraupetik
JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT

Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber


daya lebih efisien dan staf dapat lebih efektif untuk
mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004). Prinsip
pengawasan yang harus diperhatikan manager
keperawatan dalam menjalankan fungsi pengendalian
(Muninjaya, 2004) adalah:
 Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf
dan hasilnya mudah diukur
 Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi
 Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
JENIS PENGENDALIAN RUANG RAWAT

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengendalian


meliputi penetapan standar dan metode pengukuran
prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja,
menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan
standar serta mengambil tindakan korektif. Sementara
itu, Indikator kualitas asuhan keperawatan yaitu nilai
dokumentasi keperawatan, tingkat kepuasan pasien,
tingkat kepuasan perawat.
 Penetapan Standar Pelayanan Keperawatan
Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen
Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian
Keperawatan, (2) Diagnosa Keperawatan, (3)
Perencanaan Keperawatan, (4) Intervensi
Keperawatan, (5) Evaluasi Keperawatan, dan (6)
Catatan Asuhan Keperawatan.
 Pengukuran Kinerja Perawat
1. Definisi Kinerja
2. Faktor yang Memengaruhi Kinerja Perawat (Sedangkan
menurut Mangkunegara (2005) kinerja dipengaruhi
oleh tiga faktor yakni faktor individu, faktor psikologis,
dan faktor organisasi).
3. Penilaian Kinerja Perawat (Depkes RI (2005) dalam
penilaian kinerja perawat didasarkan pada standar
praktik keperawatan profesional dalam pemberian
asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi )
 Pengambilan Tindakan Korektif
PROGRAM MENJAGA MUTU DI RUANG
RAWAT

 Pengertian Program Menjaga Mutu Program


Menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
kesehatan berdasarkan standar yang telah ditetapkan;
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia; serta menilai hasil
yang dicapai dan menyusun saran-saran tindak lanjut untuk
lebih meningkatkan mutu pelayanan.
1. PPM
2. PPM
3. MMT
4. PMB
 Tujuan Program Menjaga Mutu
1. Tujuan Antara
2. Tujuan Akhir
 Sasaran Program Menjaga Mutu
1. unsur masukan (input)
2. unsur lingkungan (environment)
3. unsur proses (process)
4. unsur keluaran (output)
 Manfaat Program Menjaga Mutu
Secara umum manfaat yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Dapat meningkatkan efektivitas pelayanan
kesehatan
2. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan
3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan
4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan dari
kemungkinan munculnya gugatan hukum
 Penerapan Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Memastikan indikator mutu yang dipakai
2. Program jaminan mutu yang dipilih harus bersifat
dinamik dan fleksibel
3. Peningkatan motivasi pelaksana pelayanan kesehatan
4. Program difokuskan pada aspek mutu bukan pada
kuantitas
5. Pengukuran mutu lebih ditekankan pada kontak
layanan kesehatan antara pemberi layanan kesehatan
dengan pasien
 Mutu Asuhan Keperawatan Ruang Rawat Inap
Yura dan Walsh menyatakan bahwa proses keperawatan adalah suatu
tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan
keperawatan yang meliputi; mempertahankan keadaan kesehatan
pasien yang optimal, apabila kondisinya berubah kualitas Tindakan
keperawatan ditujukan untuk mengembalikan ke keadaan normal
(Nursalam, 2006). Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan
yang berkualitas antara lain:
1. Memenuhi standar profesi yang di tetapkan
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawataan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
4. Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan
tata nilai masyarakat (Kemenkes RI, 2010)
 Kendali Mutu Sebagai Proses
Proses ini dibagi dalam beberapa bagian, yakni :
1. Menetapkan kriteria control
2. Mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria
3. Menentukan cara mengumpulkan informasi
4. Mengumpulkan dan menganalisis informasi
5. Membandingkan informasi tersebut dengan kriteri yang
telah ditetapkan
6. Membuat penilaian tentang kualitas
7. Menyediakan informasi dan jika perlu, membuat perbaikan
tentang temuan ke sumber-sumber yang tepat
8. Menetapkan langkah untuk mengumpulkan informasi
(Marquis & Huston,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai