Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

PERENCANAAN PRESTASI/INDIKATOR KINERJA KESEHATAN

Dosen Pengampu: Dwi Noerjoedianto, S.K.M., M.Kes

Kelompok 1 (Pertemuan 4) :

Savero Lumban Gaol (N1A120095) Nabilla Faradiba (N1A20173)

Vania Dianty Salsamila (N1A120106) Qonita Lutfiah (N1A120174)

Nadia Olimvia (N1A120129) Umi Fathonah (N1A120177)

Enzelina Siregar (N1A120131) Latifa Fitri Ramadani (N1A120181)

Fina Rahma Sari (N1A120136) Tiara Herdianti (N1A120186)

Anggun Sri Wulandari (N1A120142) Sri Wahyuni (N1A120192)

Rahmi Musdhalifah (N1A120150) Yulia Inda Permata (N1A120194)

Chintia Regina Br. Aritonang (N1A120166) Arrafi Nugraha (N1A120206)

Ikhwal (N1A120169) Serli Aprilia Salimasya (N1A120209)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh penyusun
sebagaimana mestinya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan dengan judul “Perencanaan
Prestasi/Indikator Kinerja Kesehatan”. Pada makalah ini dibahas teori, sistem, teknik
serta contoh perencanaan prestasi/indikator kinerja kesehatan.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkonstribusi


dalam membantu menyelesaikan makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat serta menambah wawasan pembaca. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan
waktu dan kemampuan penyusun dalam menyusun makalah ini. Mohon maaf apabila
ada ketidaksesuain kalimat dan kesalahan. Oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, 4 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................1

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori perencanaan prestasi / kinerja.....................................................3

2.2 Sistem perencanaan prestasi / kinerja...................................................8

2.3 Teknik perencanaan prestasi / kinerja...................................................16

2.4 Contoh / model perencanaan prestasi / kinerja.....................................24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..............................................................................................36

3.2 Saran.......................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan
masyarakat, diperlukan suatu proses perencanaan prestasi kesehatan yang akan
menghasilkan suatu rencana yang menyeluruh (komprehensif dan holistik).
Perencanaan prestasi kesehatan disebut juga sebagai perencanaan indikator kinerja
kesehatan. Perencanaan indikator kinerja kesehatan adalah kegiatan yang perlu
dilakukan dimasa yang akan datang, yang jelas tujuannya.

Aspek yang terkandung di dalamnya adalah perumusan tujuan dan cara


mencapai tujuan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Secara
umum, perencanaan dapat dikatakan sebagai suatu proses penyusunan yang
sistematis mengenai kegiatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan inti kegiatan manajemen, karena semua kegiatan


manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan tersebut. Dengan perencanaan
tersebut memungkinkan para pengambil keputusan atau manajer untuk
menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna Untuk
mendukung keberhasilan pembaharuan kebijakan pembangunan, telah disusun
sistem kesehatan nasional yang baru yang mampu menjawab dan merespon
berbagai tantangan pembangunan kesehatan masa kini maupun untuk masa
mendatang.

Perencanaan prestasi/indikator kinerja kesehatan berfokus pada masa yang


akan datang. Manajemen pada organisasi kesehatan harus mempersiapkan layanan
kesehatan dalam menghadapi masa yang akan datang, baik sudah diramalkan
maupun yang tidak terduga sebelumnya. Perencanaan menspesifikasikan apa yang
harus dicapai atau dilakukan pada masa datang dan bagaimana hal itu dapat
dilaksanakan. Fungsi perencanaan mencakup aktivitas manajerial yang menentukan
tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa teori perencanaan prestasi/kinerja kesehatan?
2. Bagaimana sistem perencanaan prestasi/kinerja kesehatan?
3. Bagaimana teknik perencanaan prestasi/kinerja kesehatan?
4. Apa contoh atau model perencaan prestasi/kinerja kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan utama dalam penyusunan makalah ini adalah:
a) Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa dan pembaca
b) Untuk memenuhi tugas mata kuliah pembiayaan dan penganggaran
kesehatan
c) Untuk memahami serta menguasai konsep dan teori perencanaan
prestasi/indikator kinerja kesehatan

1
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Universitas
Jambi agar dapat lebih memahami serta menguasai konsep perencanaan
prestasi/indikator kinerja kesehatan yang dipelajari pada mata kuliah pembiayaan
dan penganggaran kesehatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Perencanaan Prestasi/Kinerja Kesehatan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perencanaan berasal dari kata dasar
rencana yang artinya konsep, rancangan, atau program, dan perencanaan berarti
proses, perbuatan, cara merencanakan. Selain itu, rencana dapat diartikan sebagai
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.(1)

Bintoro Tjakroaminoto dalan Husain Usman (2008) menyebutkan, perencanaan


adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo dalam Husain Usman
(2008) juga berpendapat bahwa perecanaan adalah perhitungan dan penentuan
tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa
yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannnya.(2)

Perencanaan adalah salah satu fungsi administrasi dalam rangka memecahkan


masalah, yang didalamnya terkandung suatu proses sistematis yang mempunyai
urutan logis (logical sequence), artinya suatu langkah dalam proses perencanaan
adalah konsekuensi logis dari langkah sebelumnya (DepKes, 1987)(3)

“Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan-tindakan masa depan


yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal” (Pedoman
RPJMN)(4)

“Planning is a systematic process of identifying and specifying desirable future


goals and outlining appropriate courses of action and determining the resources
required to achieved them.” (Planning and Implementation DHS-WHO)(5)

“Perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu yang meliputi dua aspek,
yaitu formulasi perencanaan dan pelaksanaannya. Perencanaan dapat digunakan
untuk mengontrol dan mengevaluasi jalannya kegiatan, karena sifat rencana itu
adalah sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan.” (Listyangsih, 2014:90).(6)

Menurut Knootz dan O’Donnel bahwa perencanaan merupakan salah satu


fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu di antara berbagai
alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan
program.(2)

Macam perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana


(perencanaan jangka panjang, menengah, dan pendek), frekuensi penggunaan
(perencanaan yang digunakan satu kali, dan berulang kali), tingkatan rencana
(perencanaan induk, operasional, dan harian), filosofi perencanaan (perencanaan
memuaskan, optimal dan adaptasi), waktu (perencanaan yang beriorintasi masa lalu-
kini dan masa depan), serta menurut ruang lingkup (perencanaan strategik, taktis,
menyeluruh, dan perencanaan terpadu). Unsur dari perencanaan adalah rumusan
misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan
kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran, waktu,
biaya, serta metode penilaian dan kriteria keberhasilan. Proses perencanaan adalah
menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan keluar.

3
Perencanaan yaitu:

1. Perencanaan (Planning) bersangkutan dengan “baik ends (apa yang dilakukan)


maupun menas (how is it to be down).”
2. Formal Planning berkaitan dengan Higher Profits, Higher ROA, and Financial
Result lainnya.
3. Perencanaan dapat mengeliminasi perubahan.

Types of Plann:

1. Strategic vs Operational Plans.


2. Short Term vs Long Tem Plans.
3. Specific vs Directional Plans.
4. Frequency of Use (Single use and Standing user).

“Perencanaan kinerja merupakan proses dimana pekerja dan manajer bekerja


Bersama merencanakan apa yang harus dilakukan pekerja dalam setahun
mendatang, mendefinisikan dan merencanakan, mengatasi hambatan dan
mendapatkan saling pengertian tentang pekerjaan” (Bacal:54)(7)

“Performance planning encompasses the ongoing process of measuring,


monitoring, and reporting of progress toward strategic organization, division, and
program goals and objectives.” (National Association of County and City Health
Officials).(8)

Pengertian kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000:164) kinerja


diartikan sebagai “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.” Sedangkan menurut Nawawi. H. Hadari (1997:89), yang
dimaksud dengan kinerja adalah ”Hasil dari pelaksananaan suatu pekerjaan, baik
yang bersifat fisik/mental maupun nonfisik/nonmental.”(9)

Istilah Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(kinerja atau prestasi nyata) yang berkaitan dengan segala aktifitas dalam suatu
organisasi kerja. Pengertian kinerja oleh Mukhlis (2005: 27) adalah hasil kinerja
sesuai kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektif yang dicapai sesorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Lebih lanjut, Anwar Prabu Mangkunegara (200:2) mengemukakan kinerja adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal dan tidak
melanggar hukum serta sesuai dengan moral dan etika.(10)

Kane (1996) argues that the performance is “something that a person leaves
behind and which exists outside the said purpose”. According to Kane, performance
is defined at the level of each individual withim the organization or at organization
level. It is perceived as understanding of the achieved results. The author
emphasizes the particular nature of the definition and the impossibility of outlining a
general definition. Therefore, we can speak of an accuracy of the definition at
particular level and an ambiguity of it at general level.(11)

4
Bernadin (1995) points out that “performance should be defined as the sum of
the effects of work, becauce they provide the strongest relationship with the
organization’s strategic objectives, the customer’s satisfaction and the outputs (the
result of the effort put in). This definition equates performance with the sum of the
effects of work”. Performance is achieved when all efforts are focused towards
achieving the set objectives and meeting customer’s satisfaction. Objectives and
customer satisfaction can not however be accurately mensured.

A more comprehensive definition of performance is given by Brumbach (1988),


which refers to both behaviour and results. ʺPerformance means both behaviours
and results. Behaviours are emanating from the performer and turn the performance
of an abstract concept into a concrete action. Not being just tools of obtaining some
results, behaviours are by themselves outcomes - the product of the physical and
cerebral exercise submitted for the execution of tasks and can be judged apart from
resultsʺ. Thus, the author defines performance closely related to behaviour and
outcomes.When we talk about the performance of teams and individuals, we must
take into account both inputs (behavior) and outputs (results). According to Hartle
(1995), this is the “Mixed model” of performance managements, covering both skill
levels and achievements, and goal setting and analysis of the results.

Philippe Lorrino (1997) states that: ʺPerformance in the enterprise is what


contributes to improving cost-value couple and not just what helps to reduce the cost
or increase the valueʺ. The first stage of the ʺtranslationʺ of the cost-value couple in
concrete ʺpilotableʺ elements is to describe in global terms how the enterprise
creates and will create value. It is, therefore, about defining ʺvalueʺ in the view of
future developments. To design the value of tomorrow is to define a strategy. The
first stage is therefore to translate the cost-value couple in strategic objectives.(11)

Menurut Rivai (dalam Muhammad Sany, 2015:12) memberi pengertian bahwa


kinerja atau prestasi kerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagi kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama.(12)

Kinerja menjadi tolak ukur keberhasilan pelayanan kesehatan yang


menunjukkan akuntabilitas lembaga pelayanan dalam kerangka tata pemerintahan
yang baik (good governance). Dalam pelayanan kesehatan, berbagai jenjang
pelayanan dan asuhan pasien merupakan bisnis utama, yang harus selalu diperbaiki
dan dijaga. Untuk memperbaiki mutu dan kinerja pelayanan dalam bidang kesehatan
maka diperlukannya perencanaan prestasi kesehatan.

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai


penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis,
yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan.
Perencanaan kinerja merupakan titik awal dari suatu siklus manajemen kinerja.
Dasar untuk melakukan perencanaan kinerja adalah perencanaan strategis
organisasi yang menetapkan tujuan utama suatu organisasi. Perencanaan strategis
menentukan apa yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan kinerja termasuk bagian yang penting dalam kinerja kesehatan.

5
Kegunaan dari perencanaan kinerja ini diantaranya untuk melihat masa depan,
memaksimalkan kinerja yang akan datang.

“Performance planning has been described as the discipline of setting goals;


establishing responsibility, accountability, and monitoring; analyzing outcomes;
implementing governance; and ultimately, improving performance. There are
common measures of performance within and across different organizations and
industries, but fundamentally, they must be closely aligned with an organization’s
strategic objectives.” (Excardo)(13)

Aspek yang harus diperhatikan dalam perencanaan kinerja:

1. Rencana pengembangan
Rencana pengembangan ini dilakukan untuk membantu pekerja meningkatkan
atau menjaga pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki untuk
melakukan pekerjaan.
2. Waktu perencanaan
Hal ini bertujuan agar setiap apa yang diharapkan sesuai dengan keinginan
pada saat evaluasi.
3. Tanggung jawab manager
Meliputi tanggung jawab seluruh aspek pada devisi yang diembannya, agar
perencanaan kinerja sampai pada sasaran yang diharapkan.
4. Tanggung jawab pekerja
Pekerja diharapkan mampu men-support setiap keputusan yang telah diambil
oleh managernya, sehingga adanya keselarasan untuk mencapai tujuan.
5. Rencana tindak
Hal ini dilakukan agar pekerja mengetahui sejauh mana action plan yang
dilaksanakan, dan manager dapat melakukan fungsi control-nya dengan
mudah.

Hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan kebijakan perencanaan adalah:

a) Ketersediaan
b) Keterjangkauan/aksesibilitas
c) Acceptability
d) Mutu

Perencanaan kesehatan didefinisikan sebagai sebuah proses untuk


merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat,
menemukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menentukan tujuan program
yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Health planning has been defined as “The orderly process of defining


community health problems, identifying unmet needs and surveying the resources to
meet them, establishing prioroty goals that are realistic and feasible and projecting
administrative action to accomplish the purpose of the proposed programme”. (WHO)

Menurut Undang-Undang No 23 tahun 1992 Kesehatan adalah suatu keadaan


sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan semua orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.

6
Di dalam perencanaan kesehatan pastinya diperlukan program kesehatan yang
dapat mendukung kelancaran dari perencanaan kesehatan tersebut. Program
kesehatan merupakan program yang memiliki peran strategis dalam pembangunan
negara Indonesia, secara nasional maupun di masing-masing daerah.

Peran strategis kesehatan dalam pembangunan adalah:

a) Kesehatan saling mempengaruhi dengan produktivitas


b) Kesehatan saling mempengaruhi dengan mutu Sumber Daya Manusia
c) Kesehatan saling mempengaruhi dengan kemiskinan

Memperoleh kesehatan merupakan hak setiap individu dan hak warga negara.
Secara global dirunjukkan bahwa Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia tercantum
dalam:

a) Konstitusi WHO (1948) “kesehatan adalah hak asasi manusia yang


fundamental.”
b) Deklarasi hak-hak anak (New York, 1999)

Secara nasional di Negara Indonesia hak individu sebagai warga Negara


memiliki hak untuk hidup sehat tercantum dalam UU Kesehatan Nomor 23 tahun
2009. Pemerintah dan penentu kebijakan harus menetapkan kebijakan dan rencana
kegiatan yang menjamin ketersediaan (availability) dan keterjangkauan
(accessability) pemeliharaan kesehatan untuk semua secepat mungkin (WHO:
Health and Human Right Publication Serie No 1 July 2002). Mengingat pentingnya
mengupayakan agar warga negara mencapai derajat kesehatan yang optimal, maka
dari itulah diperlukan adanya perencanaan kesehatan.

Perencanaan prestasi atau kinerja kesehatan merupakan proses penjabaran


lebih lanjut dari tujuan dan program kesehatan yang telah ditetapkan dalam rencana
stratejik (renstra) yang mencakup periode tahunan. Perencanaan kesehatan perlu
dilakukan terlebih dahulu, karena akan digunakan oleh organisasi pelayanan
kesehatan untuk merumuskan apa yang akan dikerjakan, apa sasarannya, apa target
yang ingin dicapai. Apabila perencanaan kesehatan ini diabaikan maka organisasi
pelayanan kesehatan tidak pernah tahu arah tujuan organisasi dan seberapa besar
pencapaiannya. Perencanan prestasi kesehatan berfokus pada masa yang akan
datang, baik yang sudah diramalkan maupun yang tidak terduga. Fungsi
perencanaan mencakup aktivitas manajerial yang menentuk tujuan dan alat yang
tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

Aspek yang terkandung dalam perencanaan pada organisasi pelayanan


kesehatan yaitu perencanaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
menyeluruh, baik dari sumber daya manusia, sarana dan prasara, kinerja, maupun
akuntabilitasnya. Siklus tata perencanaan prestasi kesehatan sebagai berikut:

7
Dalam membuat suatu perencanaan kinerja, perlu diterapkan standar kinerja.
Standar kinerja adalah tolak ukur terhadap mana kinerja diukur agar efektif. Standar
kinerja yaitu kondisi yang akan terjadi ketika segmen pekerjaan dikerjakan dengan
baik. Menurut pendapat Kirkpatrick (2006:37) standar kinerja memiliki pengertian
sebagai “Kondisi yang akan terjadi ketika segmen pekerjaan dikerjakan dengan cara
yang dapat “diterima.” Standar kinerja ini sangat perlu diterapkan dalam membuat
suatu perencanaan kinerja karena:

a. Membimbing perilaku pekerja untuk menyelesaikan standar yang telah


dibangun
b. Menyediakan dasar bagi kinerja pekerja agar dapat dinilai secara efektif dan
jujur.

Standar kinerja yang efektif memiliki 8 unsur, yaitu:

1. Standar didasarkan pada pekerjaan


2. Standar dapat dicapai
3. Standar dapat dipahami
4. Standar disepakati
5. Standar spesifik dan terukur
6. Standar berorientasi pada waktu
7. Standar harus tertulis
8. Standar dapat berubah (14)

2.2 Sistem Perencanaan Prestasi/Kinerja Kesehatan


Perencanaan bisa diartikan sebagai suatu proses yang mendefinisikan tujuan
dari suatu organisasi. Dan perencanaan juga dapat membuat strategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi tersebut. Perencanaan
prestasi/kinerja perlu dilakukan terlebih dahulu karena organisasi pelayanan
kesehatan mengunakannya untuk merumuskan pekerjaan yang akan diselesaikan,
tujuan, dan target yang akan dicapai. Langkah perencanaan ini penting karena
menjadi arah, tujuan, patokan, dan evaluasi dalam suatu organisasi pelayanan

8
kesehatan. Rencana kinerja ini berfungsi sebagai tolak ukur yang digunakan untuk
menilai keberhasilan setiap periode satu tahun.

Penilaian kinerja Rumah sakit sangat sulit dan kompleks untuk dilakukan,
dibutuhkan informasi lebih dalam bidang non finansial. Sistem penilaian kinerja
dilakukan dengan tujuan mengendalikan, memonitoring dan memperbaiki kualitas
pelayanan perusahaan kesehatan (Lin, Liu, Liu, & Wang, 2013). Agar penilaian
kinerja dapat dilaksanakan dengan tepat, perusahaan perlu menetapkan indikator
kinerja yang relevan. Indikator kinerja tidak hanya berupa indikator keuangan tetapi
juga indikator non keuangan terutama untuk mengukur hasil (outcome).(15)

Hal yang perlu dilakukan untuk dapat meyusun perencanaan prestasi


kesehatan dilakukan dengan cara:

1. Merumuskan visi kesehatan dengan membuat kalimat filosofis.


2. Merumuskan tahapan pencapaian visi dalam periode jangka menengah
maupun tahunan dengan memperhatikan langkah-langkah strategis
meliputi penguatan manajemen internal serta kapasitas perencanaan,
peningkatan efisiensi internal dan dilanjutkan dengan upaya peningkatan
efisiensi eksternal.
3. Mengidentifikasi kemajuan/pencapaian indikator kesehatan sampai saat ini
dihasilkan dari penyebaran kuisioner untuk menggambarkan persepsi
respondennya atas item yang dinilai.
4. Mengidentifikasi permasalahan sebagai dampak atas belum tercapainya
salah satu atau sebagian target indikator kesehatan, dengan cara
melakukan proses refleksi, untuk mencari indikator yang tercapai dan yang
gagal, serta mencari penyebabnya.
5. Menemukan akar permasalahan, dengan menggunakan analisis pohon
atau analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat).
6. Melakukan analisa permasalahan berbasis aktivitas kesehatan: promotif,
preventive, kuratif dan rehabilitative, dengan cara:
(1) Menyusun daftar kegiatan dalam rangka memecahkan permasalahan
yang ada, kemudian
(2) Membagi atau mengelompokkan daftar kegiatan tersebut ke dalam
kelompok kegiatan promotif, kegiatan preventif, kegiatan kuratif dan
kegiatan rehabilitatif.
7. Merumuskan strategi fokus aktivitas pelayanan kesehatan dari kondisisaat
ini, berisi langkah-langkah yang hendak dilakukan organisasi kesehatan
pada saat realisasi anggaran kesehatan.
8. Merumuskan indikator kesehatan yang ditargetkan di masa yang akan
datang, dengan cara mengikuti standar industri dan standar-standar yang
dikembangkan lembaga atau asosiasi tertentu, dan indikator kinerja
tertentu.
9. Menyusun strategi untuk mencapai indikator kesehatan yang telah
ditargetkan di masa yang akan datang, dengan juga memenuhi target
indikator yang belum dipenuhi pada periode ini, dengan membuat rumusan
kebijakan organisasi kesehatan.
10. Merumuskan program dan kegiatan dalam menjalankan strategi.
11. Mendokumentasikan indikator kesehatan yang ditargetkan di masa yang
akan datang, strategi pencapaiannnya dan tindakan dalam menjalankan
strategi dalam dokumen perencanaan lengkap menjadi draft perencanaan
9
dan diusulkan dalam musyawarah antar stakeholder organisasi kesehatan.
(14)

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari


identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan
masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil
evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah, baru kemudian dari masalah-
masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula.

Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya


menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Secara terinci,
langkah-langkah perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Pengumpulan Data


Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Data adalah
hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan. Agar data yang dikumpulkan
tersebut menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yakni:

a) Jenis data
Menurut Blum (1976) dalam Muninjaya (2004), jenis data kesehatan ada 4
macam, yaitu, data tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment),
pelayanan kesehatan (health service) dan keturunan (heredity). Dari
keempat jenis data tersebut, maka dapat diuraikan menjadi:
 Data Keadaan Geografis
Data keadaan geografis yang penting adalah tentang luas dan batas-
batas wilayah, keadaan tanah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan flora,
dan keadaan fauna.
 Data Pemerintah
Data yang dikumpulkan, yaitu tentang bentuk pemerintahan, peraturan
perundang-undangan yang berlaku, anggaran pendapatan dan belanja
kesehatan, serta mekanisme dan proses pengambilan keputusan, data ini
terutama digunakan dalam merumuskan prioritas jalan keluar.
 Data Kependudukan
Data yang diperlukan antara lain tentang jumlah penjabaran (susunan
umur, jenis kelamin dan geografis), angka pertambahan, serta angka
kelahiran penduduk.
 Data Pendidikan
Data yang diperlukan antara lain tentang tingkat pendidikan penduduk
serta fasilitas pendidikan yang tersedia.
 Data Pekerjaan dan Mata Pencaharian
Data ini mengenai macam pekerjaan dan mata pencaharian penduduk,
karena jenis pekerjaan cenderung mengakibatkan penyakit tertentu serta
penting untuk melihat kemampuan penduduk untuk membiayai pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan.
 Data Keadaan Sosial Budaya
Data tentang budaya meliputi pandangan, kebiasaan, larangan, dan
anjuran yang ada kaitannya dengan bidang kesehatan termasuk
didalamnya soal-soal pengobatan tradisional, yang kesemuanya dapat

10
dimanfaatkan atau dipertimbangkan dalam merencanakan program
kesehatan
 Data Keadaan Kesehatan
Secara umum data kesehatan dapat dibedakan atas tiga yaitu:
 Data yang menunjukkan status kesehatan penduduk, seperti angka
kematian (umum, bayi, ibu, dan penyakit tertentu), angka harapan
hidup rata-rata, tingkat insidensi, angka kesakitan dan lain-lain.
 Data yang menunjukkan kesehatan lingkungan pemukiman, seperti
persentase penduduk yang mempunyai sumber air bersih, mempunyai
jamban, mempunyai tempat sampah, mempunyai rumah sehat, dan
lain-lain.
 Data yang menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan, jumlah dokter,
jumlah paramedis, jumlah kunjungan, luas cakupan, dan sebagainya.
b) Sumber data
Sumber data secara umum dibagi atas 3 macam, yaitu primer misalnya
wawancara langsung, sekunder misalnya laporan bulanan puskesmas, dan
tertier misalnya hasil publikasi badan-badan resmi seperti Kantor Dinas
Statistik, Dinas Kesehatan dan Kantor Kabupaten. Cara mengumpulkan data
ada 4 macam, yakni wawancara, pemeriksaan, pengamatan, serta peran
serta, misalnya dalam bentuk penelitian epidemiologi.

2. Menetapkan Prioritas Masalah


Untuk menentukan prioritas masalah dapat dilakukan dengan memakai kriteria
yang dituangkan dalam bentuk matriks (Criteria Matrix technique). Kriteria yang
dapat dipergunakan banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas dua
macam:

a) Pentingnya masalah
Makin penting (Importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah antara lain:
(1) Besarnya masalah (prevalence).
(2) Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity).
(3) Kenaikan besarnya masalah (rate of increase).
(4) Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet
need).
(5) Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit).
(6) Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern).
(7) Suasana politik (political climate).
b) Kelayakan teknologi (Technical Feseability)
Kelayakan teknologi yang dimaksud disini adalah menunjuk pada
penguasaan ilmu dan teknologi yang sesuai, namun jika indikator-indikator
tersebut tidak dipunyai maka penentuan prioritas masalah dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu teknik Delphi dan teknik Belbeq.

3. Menentukan Tujuan
Menentukan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah membuat ketetapan-
ketetapan tertentu yang ingin dicapai oeh perencanaan tersebut. Semakin jelas
rumusan masalah kesehatan maka akan semakin mudah menentukan tujuan.
Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara kongkret dan dapat diukur.

11
Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat
SMART: Spesific (jelas sasarannya dan mudah dipahami oleh staf pelaksana),
Measurable (dapat diukur kemajuannya), Appropriate (sesuai dengan strategi
nasional, tujuan program dan visi/misi institusi, dan sebagainya), Realistic (dapat
dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang ada), Time
bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk
mencapai tujuan program seuai dengan target waktu yang telah ditetapkan).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan program perencanaan:

 Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.


 Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi, dan dapat diukur.
 Tujuan operasional basanya ditetapkan dengan batas waktu (batas
pencapaiannya) dan hasil akhir yang ingi dicapai pada akhir kegiatan
program (dead line).
 Berbagai macam kegiatan altrnatif dipilih untuk mencapai tujuan.
 Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang telah dan
akan mungkin terjadi dimsa depan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

Kriteria penyusunan masing-masing tujuan sesuai dengan hierarkinya adalah


sebagai berikut:

 Goal (tujuan umum): bersifat jangka panjang, masih umum, abstrak, dan
tidak terpengaruh oleh perubahan situasi.
 Tujuan kebijaksanaan: merupakan bagian dari goal, sasaran populasinya
belum ada. Tujuan ini sudah bersifat spesifik karena bersifat sektoral dan
ditujukan untuk masyarakat di desa.
 Tujuan program: target populasinya sudah lebih jelas, ada identifikasi
dampak khusus yang dapat diukur jika tujuan program tercapai.
 Tujuan pelayanan: tujuan ini sudah memiliki kejelasan atau spesialisasi
jenis dan tingkat pelayanan yang perlu dilaksanakan.
 Tujuan sumber: tujuan di sini memerlukan identifikasi masukan spesifik
(input atau sumber daya tertentu) untuk mencapai tujuan pelayanan.
 Tujuan implementasi: tujuan di sini menjelaskan produk spesifik yang ingin
di capai dan juga dapat di ukur.

4. Mengkaji Hambatan dan Kelemahan Program


Jenis hambatan atau kelemahan dapat di kategorikan ke dalam:

a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi


 Motivasi kerja staf rendah
 Pengetahuan dan keterampilan kurang
 Arus informasi tentang pelaksaaan program lamban
 Peralatan belum tersedia
 Laporan kegiatan tidak di manfaatkan untuk menyusun rencana kegiatan
 Jumlah dana operasional kurang
 Waktu yang tersedia tidak digunakan untuk menyusun rencana kerja
b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan
 Hambatan geografi (jalan rusak)

12
 Iklim atau musim hujan
 Tingkat penddikan masyarakat rendah
 Sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif
 Perilaku masyarakat yang kurang partisipatif

5. Menyusun Alternatif Jalan Keluar


Untuk menyusun altematif jalan keluar dapat ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:

a. Menentukan berbagai penyebab masalah.


b. Untuk menentukan penyebab masalah, dilakukan curah pendapat (Brain
Storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Dapat digunakan
alat bantu diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram) atau populer
pula dengan sebutan diagram tulang ikan (fish bone diagram).

Untuk penyebab penyakit, perlu diketahui penyebab tunggal atau multipel.


Untuk menetapkan apakah sebuah organisme hidup yang spesifik menyebabkan
penyakit tertentu, maka harus memenuh kriferia-kriteria ini (Henle & Koch), yaitu:

1) Organisme harus ada dalam setiap kasus penyakit.


2) Organisme itu harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan di dalam kultur murni.
3) Organisme itu harus menyebabkan penyakit tertentu saat diinokulasi kedalam
seekor hewan yang rentan.
4) Organisme itu selanjutnya harus dapat ditemukan dari hewan tersebut dan
diidentifikasi.

Kemudian ada 4 tipe faktor yang memegang peranan penting sebagai


penyebab penyakit, yaitu:

1) Faktor predisposisi, misalnya umur, jenis kelamin, dan penyakit terakhir yang
diidap. Mungkin dapat saja menciptakan sebuah keadaan yang rentan terhadap
sebuah penyakit.
2) Faktor yang memungkinkan, misalkan pendapatan rendah, gizi buruk,
perumahan yang kumuh, dan perawatan medis yang tidak adekuat mungkin
saja mendorong kearah terjadinya pengembangan penyakit.
3) Faktor-faktor pencetus, misalkan papaparan terhadap agent penyakit yang
spesifik atau agent beracun yang mungkin berasosiasi dengan terjadinya
penyakit atau keadaan tertentu.
4) Faktor-faktor pemberat, misalkan pengulangan paparan dan kerja keras yang
tidak beraturan mungkin dapat mendorong kearah terjadinya sebuah penyakit
yang tertentu atau keadaan yang tertentu pula.

Dapat pula terjadi interaksi antara beberapa macam penyebab yang


menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Untuk memeriksa kebenaran penyebab
masalah dilakukan dengan uji statistik. Untuk penyebab masalah yang tidak
bermakna secara statistik dihapuskan.

6. Memilih Prioritas Jalan Keluar


Untuk memilih prioritas jalan keluar, dapat memakai teknik kriteria matriks,
untuk ini ada 2 kriteria yang lazim dipergunakan, yaitu:

13
a. Efektivitas Jalan Keluar
Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitasnya paling tinggi. Untuk
menentukan efektivitas jalan keluar dipergunakan kriteria tambahan seperti:
1) Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude).
2) Pentingnya jalan keluar (importancy).
3) Sensitivitas jalan keluar (vulnerability).
b. Efisiensi Jalan Keluar
Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang dipergunakan makin tidak
efisien jalan keluar tersebut. Untuk mengukur nilai prioritas (P) untuk setiap
alternatif jalan keluar, dengan membagi hasil perkalian nilai M (Magnitude) x I
(Importancy) x V (Vulnerability) dengan nilai C. Jalan keluar dengan nilai P
tertinggi, adalah prioritas jalan keluar terpilih.

7. Melakukan Uji Lapangan


Uji lapangan ini dipandang penting karena sering ditemukan jalan keluar yang
di atas kertas baik, ternyata sulit dilaksanakan. Tujuan uji lapangan yakni untuk
menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat yang kiranya akan
ditemukan, apabila jalan keluar tersebut dilaksanakan.(16)

8. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian


Kegiatan pemantauan, pengawasan dan pengendalian atau monitoring
bertujuan untuk memantau suatu kegiatan penelitian dan pengembangan dalam
pencapaian sasaran. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dari sebuah project atau organisasi, selain itu pemantauan dilakukan
berdasarkan target dan kegiatan yang telah direncanakan selama proses pekerjaaan
berlangsung. Pemantauan dan pengawasan dapat membantu pekerjaan tercatat
dalam jalurnya, dan managemen mudah mengetahui suatu kesalahan dalam
pekerjaan.

Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan


dengan situasi dan kondisi yang ada. Untuk monitoring di tingkat lapangan dapat
dilakukan dengan cara diskusi langsung secara intensif bersama para stakeholder
yang terlibat dalam kegiatan, atau dengan presentasi setiap kegiatan oleh penerima
manfaat pada waktu yang disepakati. Pelaksanaan pengawasan sekaligus
pengendalian di tingkat manajemen lokal dilakukan secara intensif setiap minggu,
sedangkan untuk tingkat manajemen pusat dilakukan dalam setiap pelaksanaan
kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan.(17)

9. Menyusun Rencana Kerja Selengkapnya


Kemudian menyusun uraian rencana kerja dari prioritas jalan keluar secara
lengkap yang terdiri dari:

a. Rumusan Misi
Suatu rencana yang baik harus mengandung rumusan tentang misi (mision
formulation) yang dianut oleh organisasi yang menyusun rencana, antara lain
berisi tentang latar belakang, cita- cita, tujuan pokok, tugas pokok, serta ruang
lingkup kegiatan organisasi.
b. Rumusan masalah
Rumusan masalah tersebut harus memenuhi syarat:

14
1) Harus mempunyai tolak ukur, yaitu tentang apa masalahnya, siapa yang
terkena masalah, serta berapa besar masalahnya.
2) Bersifat netral, yaitu tidak mengandung uraian yang dapat diartikan sebagai
menyalahkan orang lain.
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus.
a) Tujuan Umum
Syarat tujuan umum:
1) Jelas keterkaitannya dengan misi organisasi.
2) Jelas keterkaitanya dengan masalah yang ingin diatasi.
3) Menggambarkan keadaan yang ingin dicapai.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah keadaan (hasil atau outcome) akhir yang diinginkan
yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan khusus
mempunyai ciri-ciri tambahan seperti:
a) Menantang
b) Dapat diraih
c) Sejauh mungkin dapat diukur
d) Harus konsisten dengan tujuan umum dari organisasi
d. Rumusan Kegiatan
Kegiatan yang dimaksud disini adalah disatu pihak dapat mengatasi masalah
dan dipihak lain dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jenis kegiatan
ada dua, yaitu:
1) Kegiatan pokok
2) Kegiatan tambahan
e. Asumsi Perencanaan
Asumsi perencanaan ada dua, yaitu:
1) Asumsi perencanaan yang bersifat positif, yaitu uraian tentang berbagai
faktor penunjang yang diperkirakan ada dan yang berperan dalam
memperlancar pelaksanaan rencana, seperti tingginya kemampuan
masyarakat membiayai pelayanan kesehatan.
2) Asumsi perencanaan yang bersifat negatif, yaitu kebalikan dari point di
atas, seperti tingkat pendidikan penduduk yang rendah.
f. Startegi pendekatan
Secara umum strategi pendekatan ada dua, yaitu pendekatan institusi
danpendekatan komunikasi.
g. Kelompok Sasaran
Kelompok sasaran (target group), yaitu kepada siapa program tersebut
ditujukan, secara umum dibagi atas dua, yaitu:
1) Kelompok sasaran langsung, yaitu anggota masyarakat yang
memanfaatkan langsung program kesehatan.
2) Kelompok sasaran tidak langsung, yaitu kelompok sasaran antara
h. Waktu
Ada dunia faktor yang mempengaruhi penetapan jangka waktu pelaksanaan
program, yaitu kemampuan organisasi dalam mencapai target dan strategi
pendekatan yang akan diterapkan.
i. Organisasi dan tenaga pelaksana
Suatu rencana harus mencantumkan uraian tentang organisasi serta tenaga
pelaksana yang akan menyelenggarakan rencana, serta tugas dan
wewenangnya masing-masing.

15
j. Biaya
Suatu rencana harus mencantumkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan rencana.
k. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan dikelompokkan kedalam tiga macam, yaitu:
1) Kriteria keberhasilan unsur masukkan.
2) Kriteria keberhasilan unsur proses.
3) Kriteria keberhasilan unsur keluaran (Amiruddin, 2006).

l. Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkuman hasil pengukuran capaian kinerja selama
waktu berjalan, yang berkontribusi terhadap capaian outcome yang ditetapkan dalam
Rencana Strategi (Renstra) atau Rencana Operasional. Capaian kinerja output dan
outcome diukur dengan menggunakan berbagai indikator kinerja yang telah
ditetapkan dalam Renstra tersebut. Keseluruhan capaian kinerja merupakan ukuran
keberhasilan manajemen program dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Evaluasi capaian kinerja dilakukan antara lain dengan analisis membandingkan


antara apa yang direncanakan dengan apa yang dihasilkan, disertai dengan tingkat
capaian dalam ukuran kuantitatif yang tertera dalam penetapan indikator yang terdiri
dari indikator input dan indikator output. Dalam evaluasi, kita dapat menilai efisiensi,
efektivitas dan dampak. Dalam kegiatan ini ada beberapa penilaian selain input,
proses, dan output, yaitu penilaian kegiatan, pemberian sanksi dan pembuatan
laporan.

2.3 Teknik Perencanaan Prestasi Kesehatan Indonesia


Terdapat tiga teknik perencanaan prestasi kesehatan dalam buku ini, yaitu
standar prestasi, indikator/indeks prestasi, dan standar pelayanan minimal
kesehatan.

1. Standar Prestasi

Standar prestasi merupakan sebuah acuan penilaian prestasi berbasiskan


standar sebuah organisasi, daerah, atau industri. Standar ini biasanya mewakili
pengalaman masa lalu sebuah kinerja. Standar biasanya merupakan hasil rata-rata
kinerja terbaik dari para pemain dalam sebuah organisasi, industri, atau daerah.
Secara umum, rata-rata lebih sering digunakan dibanding median atau nilai tengah
dan kurva normal. Kesulitannya adalah database organisasi belum tentu ada.
Apabila ada, teknik ini amat berterima umum. Selain itu, standar juga dapat diartikan
sebagai spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan dalam melakukan kegiatan.
Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan provinsi dan kabupaten/kota
sesuai dengan evidence base.

Dalam organisasi kesehatan yang berupa rumah sakit, standar yang dimiliki
sesuai dengan tuntutan daripada kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh
rumah sakit provinsi/kabupaten/kota. Karena itu, mereka harus memberikan
pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya ditanggung oleh pemerintah
kabupaten/kota. Secara khusus, selain pelayanan yang harus diberikan kepada
masyarakat wilayah setempat, rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen
dalam rumah sakit.

16
 Manajemen sumber daya manusia
 Manajemen keuangan
 Manajemen sistem informasi rumah sakit ke dalam dan luar rumah sakit
 Sarana dan prasarana
 Mutu pelayanan

Akuntansi Kesehatan

Berikut contoh standar kesehatan di Ontario, Kanada, yang tertuang dalam


dokumen The Ontario Public Health Standard. Standar kesehatan publik Ontario
dibuat untuk memenuhi program dan pelayanan kesehatan dasar masyarakat. Ini
termasuk penilaian dan pengamatan, promosi kesehatan dan pengembangan
kebijakan, pencegahan penyakit dan cedera, serta perlindungan kesehatan. Secara
garis besar, standar kesehatan publik Ontario merupakan harapan dari dewan
kesehatan yang bertanggung jawab menyediakan program dan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dalam bentuk kesehatan fisik, mental,dan emosional
seluruh masyarakat Ontario. Dewan kesehatan bertanggung jawab pada penilaian,
perencanaan, pemberian layanan, manajemen, serta evaluasi berbagai program dan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.

Kesehatan individu dan masyarakat secara signifikan dipengaruhi olehinteraksi


yang kompleks antara faktor sosial dan ekonomi, lingkungan fisik, perilaku, serta
kondisi individu. Faktor-faktor ini disebut dengan faktor penentu kesehatan. Di antara
faktor tersebut menentukan status kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Yang
termasuk menentukan kesehatan antara lain:

 Pendapatan dan status sosial


 Jaringan pendukung sosial
 Pendidikan dan melek huruf
 Kondisi kepegawaian/pekerjaan
 Lingkungan sosial dan fisik
 Praktik kesehatan pribadi dan keterampilan mengatasi
 Pengembangan anak sehat
 Sumbangan biologi dan genetik
 Pelayanan kesehatan
 Gender
 Budaya dan
 Bahasa

Berikut salah satu contoh standar dan program dalam dokumen The Ontario
Public Health Standard.

a. Standar program penyakit kronis dan cedera


Tujuannya mengurangi beban penyakit kronis yang dapat dicegah dengan
pentingnya kesehatan masyarakat.
b. Outcome secara sosial
1) Peningkatan populasi, pekerjaan, permainan, dan pembelajaran dalam
lingkungan yang sehat mendukung pencegahan penyakit kronis.
2) Terdapat peningkatan adopsi perilaku dan keterampilan terkait
pengurangan risiko penyakit kronis pada kepentingan kesehatan
masyarakat.

17
3) Terdapat peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
program secara menyatu dan komprehensif untuk mengurangi penyakit
kronis.
4) Mitra masyarakat mempunyai kapasitas terkait faktor risiko dengan penyakit
kronis, termasuk diet ketat, obesitas, penggunaan tembakau, fisik yang
aktif, penyalahgunaan alkohol, serta pengungkapan radiasi ultraviolet.
c. Outcome bagi dewan kesehatan
1) Dewan kesehatan menyadari dan menggunakan epidemiology untuk
mendorong pengembangan kebijakan kesehatan masyarakat beserta
program dan pelayanannya untuk pencegahan penyakit kronis.
2) Terdapat peningkatan kesadaran di antara mitra masyarakat tentang faktor-
faktor terkait dengan penyakit kronis yang dibutuhkan dalam
memberitahukan perencanaan program dan pengembangan kebijakan,
termasuk:
 Status kesehatan masyarakat
 Resiko, sifat melindungi, dan faktor kegembiraan, serta
 Pentingnya menciptakan lingkungan yang sehat
3) Pembuat kebijakan mempunyai informasi yang dibutuhkan untuk
menjalankan atau mengamendemen kebijakan yang berlaku atau
mengembangkan kebijakan baru yang mempunyai dampak pada
pencegahan penyakit kronis.
4) Masyarakat sadar pentingnya makanan sehat, berat badan yang sehat,
pengendalian tembakau yang komprehensif, kegiatan fisik, mengurangi
penggunaan alkohol, dan mengurangi radiasi ultraviolet.
5) Masyarakat sadar manfaat pendeteksian kanker secara dini dan penyakit
kronis lainnya.
6) Masyarakat memprioritaskan mempunyai keahlian dalam makanan dan
mengadopsi perilaku makan makanan sehat.
7) Masyarakat memprioritaskan mengadopsi hidup yang bebas tembakau.
8) Penjual tembakau harus memenuhi Undang-Undang Ontario Bebas Rokok.
9) Kaum muda harus mengurangi akses kepada produk tembakau.
d. Penilaian dan pengamatan (assessment and surveillance) Kebutuhan
1) Dewan kesehatan melakukan analisis secara epidemiologi dari data
pengamatan, termasuk monitoring kecenderungan dari waktu ke waktu,
memunculkan kecenderungan, dan prioritas masyarakat. Ini selaras dengan
Population Health Assessment and Surveillance Protocol (2008) atau
sebagaimana saat ini di area:
 Makan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau secara komprehensif
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Paparan radiasi ultraviolet
2) Dewan kesehatan seharusnya memonitor keterjangkauan makanan terkait
dengan Nutritious Food Basket Protocol (2008) atau yang berlaku sekarang
dan Population Health Assessment and Surveillance Protocol Promosi
kesehatan dan pengembangan kebijakan Kebutuhan (2008) atau yang
berlaku sekarang.

18
e. Promosi kesehatan dan pengembangan kebijakan kebutuhan
1) Dewan kesehatan seharusnya bekerja dengan dewan sekolah atau aturan
staf pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, menggunakan pendekatan
kesehatan komprehensif untuk memengaruhi pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan kesehatan, serta menciptakan peningkatan
lingkungan pendukung yang ditujukan untuk topik:
 Makan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau secara komprehensif
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Paparan radiasi ultraviolet

Upaya yang dilakukan termasuk:

a) Penilaian kebutuhan pengaturan pendidikan


b) Mendampingi pengembangan atau review kurikulum pendukung
2) Dewan kesehatan seharusnya menggunakan pendekatan promosi
kesehatan yang komprehensif untuk meningkatkan kapasitas tempat kerja,
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan program kesehatan,
serta menciptakan atau memperbaiki lingkungan yang mendukung untuk
topik:
 Makan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau secara komprehensif
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Tekanan pekerjaan
 Paparan radiasi ultraviolet

Upayanya:

a) Melakukan penilaian situasi yang selaras dengan Population Health


Assessment and Surveillance Protocol (2008) atau yang berlaku
sekarang.
b) Mereview, mengadaptasi, atau menyediakan sumber daya dan program
yang mendukung perubahan perilaku.
3) Dewan kesehatan seharusnya berkolaborasi dengan tempat makananlokal
untuk menyediakan informasi dan mendukung perubahan lingkungan
melalui pengembangan kebijakan, terkait makanan sehat dan perlindungan
dari asap rokok.
4) Dewan kesehatan seharusnya bekerja bersama kabupaten/kota untuk
mendukung kebijakan kesehatan masyarakat dan penciptaan atau
perbaikan lingkungan pendukung dalam bentuk pengaturan lingkungan
rekreasi serta membangun lingkungan terkait topik:
 Makan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau secara komprehensif
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol

19
 Paparan radiasi ultraviolet
5) Dewan kesehatan seharusnya meningkatkan kapasitas mitra masyarakat
untuk mengoordinasi serta mengembangkan program dan layanan
regional/lokal terkait dengan:
 Makanan sehat, termasuk aktivitas masyarakat berbasis makanan
 Berat badan sehat
 Pengendalian komprehensif tembakau
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Paparan radiasi ultraviolet

Upaya yang dilakukan:

a) Memobilisasi dan promosi akses sumber daya komunitas


b) Menyediakan keterampilan: pengembangan kesempatan
c) Membagi praktik terbaik dan bukti untuk mencegah penyakit kronis
6) Dewan kesehatan seharusnya menyediakan kesempatan pengembangan
keterampilan di bidang makanan dan praktik makan sehat untuk
masyarakat yang diprioritaskan.
7) Dewan kesehatan seharusnya memastikan pelaksanaan pelayanan dan
program penghentian penggunaan tembakau untuk masyarakat yang
diprioritaskan.
8) Dewan kesehatan seharusnya bergabung dengan mitra masyarakat untuk
mempromosikan program pengamatan yang disetujui ditingkat provinsi,
terkait pendeteksian kanker secara dini.
9) Dewan kesehatan seharusnya meningkatkan kesadaran publik di bidang:
 Makan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau komprehensif
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Paparan radiasi ultraviolet
 Manfaat pengamatan pendeteksian kanker secara dini dan penyakit
kronis lain
 Ketidakseimbangan kesehatan yang menimbulkan penyakit kronis

Upaya-upaya yang dilakukan:

a) Mengadaptasi atau melengkapi strategi kesehatan nasional dan


provinsi
b) Pengembangan dan strategi komunikasi regional/local
10) Dewan kesehatan seharusnya menyediakan saran dan informasi untuk
menghubungkan orang dengan program dan pelayanan masyarakat terkait:
 Makanan sehat
 Berat badan sehat
 Pengendalian tembakau komprehensif;
 Kegiatan fisik
 Penggunaan alkohol
 Pengamatan penyakit kronis dan deteksi kanker secara dini
 Paparan radiasi ultraviolet
20
 Perlindungan kesehatan

Kebutuhan Dewan kesehatan seharusnya melaksanakan dan mendorong


Smoke-Free Ontario Act selaras dengan protokol provinsi, termasuk Tobacco
Compliance Protocol (2008) yang berlaku.

2. Indikator atau Indeks Prestasi


A. Indikator kesehatan

Indikator kesehatan merupakan karakteristik populasi, individu, atau lingkungan


yang tunduk pada pengukuran (langsung atau tidak langsung) dan dapat digunakan
untuk menggambarkan satu atau lebih aspek kesehatanindividu atau populasi
(kualitas, kuantitas, dan waktu). Indikator kesehatan dapat digunakan untuk
menentukan masalah kesehatan masyarakat pada suatu titik waktu tertentu, untuk
menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu dalam tingkat kesehatan suatu
populasi atau individu, untuk menentukan perbedaan dalam kesehatan populasi, dan
untuk menilai sejauh mana tujuan dari sebuah program kesehatan sudah dicapai.
Indikator kesehatan dapat mencakup pengukuran penyakit. Yang lebih umum
digunakan untuk mengukur hasil kesehatan atau aspek-aspek positif dari kesehatan
(seperti kualitas hidup, keterampilan hidup, atau harapan tingkat kesehatan) dan
perilaku serta tindakan oleh individu yang terkait dengan kesehatan. Indikator
kesehatan juga mencakup indikator-indikatoryang mengukur kondisi sosial dan
ekonomi serta lingkungan fisik yang berkaitan dengan kesehatan, ukuran “melek”
kesehatan, dan kebijakan public yang sehat. Kekuatan indikator kesehatan adalah
perbandingan dari:

1) Waktu ke waktu (tren)


2) Geografis daerah
3) Kelompok-kelompok orang
4) Fokus pada domain yang paling penting dalam bidang kesehatan

Yang membuat indikator kesehatan menjadi baik:

1) Kualitas data kesehatan dalam jumlah dan kelengkapan


2) Prakiraan kapasitas: pentingnya pusat kesehatan
3) Kekuatan komunikasi yang artinya transparan dalam tindakan klinis
Indikator kesehatan didasarkan pada model konseptual yang memengaruhi
status kesehatan yang didasarkan pada penelitian ilmiah. Model ini telah
berevolusi dari waktu ke waktu. Indikator adalah alat yang kuat untuk
memantau dan mengomunikasikan informasi penting tentang kesehatan
penduduk. Indikator yang digunakan untuk mendukung perencanaan
kesehatan antara lain mengidentifikasi prioritas, mengembangkan target
sumber daya, mengidentifikasi benchmark, serta melacak kemajuan
menuju pencapaian tujuan dan kesejahteraan masyarakat. Keterlibatan
mitra pada tindakan klinis dan kolaboratif membangun kesadaran masalah
dan tren. Kebijakan dan pembuat kebijakan adalah kunci dalam
mempromosikan akuntabilitas antara lembaga pemerintah dan
nonpemerintah.

21
B. Indikator kesehatan secara umum

Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan
indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur kinerja rumah sakit,
ada beberapa indikator seperti berikut.

1) Input
Dapat mengukur alat sistem prosedur atau orang yang memberikan
pelayanan, misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap, dan
lain-lain.
2) Proses
Dapat mengukur perubahan saat pelayanan, misalnya kecepatan
pelayanan, pelayanan dengan ramah, dan lain-lain.
3) Output
Dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang
dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, dan kebersihan ruangan.
4) Outcome
Menjadi tolak ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan, misalnya
keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.
5) Benefit
Tolak ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit ataupun
penerima pelayanan/pasien, misalnya biaya pelayanan yang lebih murah
atau peningkatan pendapatan rumah sakit.
6) Dampak
Tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas, misalnya angka
kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
dan meningkatnya kesejahteraan karyawan.

Indikator kesehatan yang paling umum berkaitan dengan kelahiran dan


kematian adalah:

a. Harapan hidup
b. Kematian premature
c. Usia spesifik angka kematian (misalnya, bayi atau remaja)
d. Penyebab kematian spesifik (misalnya, paru-paru atau kanker serviks)
e. Kelahiran pada remaja
f. Sangat/berat badan lahir rendah
g. Kecukupan perawatan prenatal
h. Karakteristik sosial orang tua (misalnya, tingkat pendidikan ibu)

C. Contoh indikator penilaian efisiensi pelayanan kesehatan

Indikator penilaian efisiensi pelayanan:

1) Bed occupancy rate


2) Bed turn over
3) Length of stay
4) Turn over interval.

Bed occupancy rate (BOR) atau pemakaian tempat tidur dipergunakan untuk
melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam
suatu masa.

22
Jumlah hari perawatan rumah sakit
BOR= ×100 %
Jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode

Persentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang
tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Apabila nilai ini mendekati 100,
itu berarti ideal. Akan tetapi, apabila BOR rumah sakit 60- 80%, itu sudah bisa
dikatakan ideal. BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan
karena adanya perbedaan fasilitas rumah sakit, tindakan medis, dan perbedaan
teknologi intervensi. Semua perbedaan tadi disebut sebagai case mix. Turn over
internal (TOI): waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu
tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.

( Jumlah TT × Jumlah hari pada periode )−Jumahhari rawat /HP


Rumus:
Jumlah pasien keluar ( H + M ) pada periode yang sama

TOI diusahakan lebih kecil daripada lima hari. Bed turn over (BTO): berapa kali
satu tempat tidur ditempati pasiendalam satu tahun. Usahakan BTO lebih besar dari
40. Length of stay yang baik 5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10 hari. Infant
mortality rate (angka kematian bayi): standar 20%.

D. Contoh indikator penilaian pelayanan kesehatan

Untuk menilai pemanfaatan tenaga, dipergunakan indikator:

1) Rasio kunjungan dengan jumlah tenaga perawat jalan


2) Rasio jumlah hari perawatan dengan jumlah tenaga perawat inap
3) Rasio jumlah pasien intensif dengan jumlah tenaga perawat yang melayani
4) Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani, Indikator untuk
penilaian cakupan pelayanan:
a. Rata-rata kunjungan per hari
b. Rata-rata kunjungan baru per hari
c. Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan
d. Jumlah rata-rata pasien UGD per hari
e. Rata-rata pasien intensif per hari
f. Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari
g. Persentase yang dilayani dalam satu rumah sakit terhadap jumlah
rumah sakit
h. Persentase item obat dalam formularium
i. Jumlah pelayanan ambulan
j. Rasio banyaknya cucian dengan pasien rawat inap
k. Persentase penyediaan makanan khusus
l. Rasio pasien rawat jalan terhadap jumlah penduduk dalam catchment
area
m. Rasio penggunaan pendaftaran terhadap jumlah pasien rawat inap
n. Rasio pendaftaran kembali pasien rawat inap setelah pulang selama
waktu tertentu

E. Mutu pelayanan ditinjau dari GDR & NDR


1) Angka kematian kasar/CDR (%) = <45%
2) Angka kematian neto/NDR (%) = <25%
3) Standar Minimal Pelayanan Kesehatan

23
Standar pelayanan minimal (SPM) kesehatan adalah tolok ukur kualitas
kinerja minimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah
kabupaten/kota. Standar pelayanan minimal merupakan sebuah kebijakan
publik yang mengatur kualitas jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
secara minimal. Standar pelayanan minimal rumah sakit Standar pelayanan
rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan kualitas pelayanan minimal
dari manajemen rumah sakit pada pelayanan medis, pelayanan penunjang,
dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap maupun rawat jalan, yang
diselenggarakan oleh unit dalam rumah sakit.

2.4 Contoh/Model Perencaan Prestasi/Kinerja Kesehatan


RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2018

Rencana kinerja tahunan merupakan penjabaran rencana program/kegiatan


dan targetnya dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang yang diharapkan
dapat dicapai pada suatu tahun anggaran, yaitu tahun 2018. Rencana kinerja
tahunan ini akan menjembatani antara Rencana Strategis yang telah disusun
dengan Laporan Akuntabilitas Kinerja setiap tahun.

Rencana kinerja tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2018


yang ada didasarkan pada Dokumen Pelaksana Anggaran Perangkat Daerah
(DPA - PD)

Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Tahun Anggaran 2018, yang merupakan


dokumen yang memberikan kewenangan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Jombang untuk mengelolanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan (DPA - PD) Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang tahun 2018,
dan perubahannya, serta kelengkapan dokumen perencanaan lainnya seperti
Rincian Jenis Pengeluaran setiap kegiatan, Tolok Ukur dan Uraian
Pengeluaran,

Lembaran Kerja, Petunjuk Operasional, Rencana Pengeluaran Keuangan


Kegiatan, Jadwal Pelaksanaan Kegiatan, serta Petunjuk Khusus lainnya, maka
Rencana Kinerja Tahun 2018 sebagai berikut:

Tujuan

Meningkatnya Usia Harapan Hidup

Sasaran : Meningkatnya kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

Indikator Pencapaian Rencana Tingkat


Sasaran Satuan
Sasaran Capaian
Meningkatnya kualitas
akuntabilitas kinerja Nilai evaluasi SAKIP Huruf BB
instansi pemerintah

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :

24
N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
1 Program Pelayanan 1 Penyediaan Pelayanan 2,554,077,0
Administrasi Perkantoran Administrasi Perkantoran 00
2 Program Peningkatan 1 Pemeliharaan Rutin /Berkala
90,000,000
Sarana dan Kendaraan Dinas /Operasional
Prasarana Aparatur 2 Pengadaan Sarana dan
333,000,000
Prasarana Gedung Kantor
3 Pemeliharaan
rutin/berkala/sedang/berat
322,599,447
gedung kantor/bangunan
pendukungnya
4 Pemeliharaan
rutin/berkala/sedang/berat
81,930,000
sarana dan prasarana gedung
kantor
3 Program Peningkatan 1 Pengadaan Pakaian Khusus
591,500,000
disiplin Aparatur Hari hari Tertentu
4 Program Perencanaan 1 Penyusunan Rencana
35,000,000
Strategis dan Pelaporan Strategis SKPD
Capaian Kinerja serta 2 Penyusunan Rencana Kerja
Keuangan SKPD 5,000,000
SKPD
3 Penyusunan laporan capaian
kinerja SKPD 73,000,000

4 Penyusunan Laporan
9,958,915
Keuangan SKPD

Sasaran : Meningkatnya status kesehatan, masyarakat pada semua kontinum


siklus kehidupan (life cycle)

Indikator Pencapaian Rencana Tingkat


Sasaran Satuan
Sasaran Capaian
Meningkatnya status Per 100.000 88 per 100.000
Angka Kematian Ibu
kesehatan, masyarakat KH KH
pada semua kontinum Angka Kematian Bayi Per 1000 KH 11.5 per 1000 KH
siklus kehidupan (life
Angka Kematian Anak
cycle) Per 1000 KH 8 per 1000 KH
Balita

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :
N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
1 Peningkatan Kesehatan 1 Jaminan Persalinan 3,052,740,0
dan Keselamatan Ibu 00
2 Program Peningkatan 1 Pencegahan Komplikasi 89,731,000
Kesehatan Keluarga dan Kehamilan

25
Gizi 2 Perawatan Ibu dan Anak Pasca
58,945,000
Persalinan
3 Pencegahan Komplikasi
20,631,900
Pelayanan KB
4 Pelatihan dan Pedidikan
25,260,000
Perawatan Anak Balita
5 Pembinaan, bimbingan dan
pemeriksaan kesehatan anak 57,791,700
usia sekolah dan remaja
6 Pelayanan Pemeliharaan
82,135,000
Kesehatan Lansia
7 Pemberian Makanan dan Vitamin
109,480,000
8 Penanggulangan Kurang Energi
Protein (KEP), Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kurang Yodium
123,020,900
(GAKY) Kurang Vitamin A dan
Kekurangan Zat Gizi Mikro
lainnya
9 Pemberdayaan Masyarakat untuk
100,000,000
pencapaian Keluarga Sadar Gizi

Sasaran : Terkendalinya kasus penyakit menular, tidak menular, kejadian wabah


dan kualitas kesehatan lingkungan

Rencana
Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran Satuan Tingkat
Capaian
Terkendalinya Angka kematian ( Case Fatality
Persen <1
kasus penyakit Rate/CFR ) kasus DBD
menular, tidak Angka kesembuhan TB paru
menuilar, Persen 92%
( BTA + )
kejadian wabah Cakupan desa/Kelurahan UCI Persen 100%
dan kualitas PTM tidak termasuk dalam 10
kesehatan besar penyakit Persen >10
lingkungan

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :

N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
1 Program 1 Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
368,250,000
Pencegahan
dan 2 Pengadaan Alat Fogging dan Bahan
180,000,000
Penanggulanga Bahan Fogging
n Penyakit 3 Pelayanan Vaksinasi Bagi Balita dan Anak 167,875,000
Menular sekolah

26
dan Tidak 4 Pelayanan dan Pencegahan dan
350,369,500
Menular Penanggulangan Penyakit Menular
5 Pencegahan Penularan Penyakit
196,500,000
Endemik/Epidemik
6 Peningkatan Survellance Epidemiologi dan
35,139,000
Penanggulangan Wabah
7 Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
85,000,000
Penyakit Tidak Menular
2 Program 1 Penyelenggaraan Pelayanan UPTD
98,000,000
Pengembangan Laboratorium Kesehatan Lingkungan
Lingkungan 2 Pengembangan Kabupaten Sehat
Sehat dan 117,500,000
Kesehatan 3 Inspeksi Air Bersih dan Sanitasi
Matra 19,000,000

4 Pengembangan Sanitasi Total Berbasis


200,000,000
Masyarakat
5 Pengawasan dan Pengendalian higiene
dan sanitasi ditempat pengelolaan
17,600,000
makanan minuman (TPM) dan Tempat
Umum
6 Pelayanan Kesehatan tenaga Kerja Formal
60,000,000
dan Informal

Sasaran : Meningkatnya pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan

Rencana
Indikator Pencapaian
Sasaran Satuan Tingkat
Sasaran
Capaian
Meningkatnya Prosentase Penyalahgunaan
pengawasan bahan berbahaya pada
terhadap makanan Persen 20%
peredaran obat
dan makanan

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :

Anggara
No Program Kegiatan n
(Rp)
1 Program 1 Peningkatan Pengawasan Keamanan
50,000,000
Pengawasan, Pangan dan Bahan Berbahaya
Pengendalian 2 Pengawasan Keamanan dan Kesehatan
Obat dan Makanan 30,000,000
Kesehatan Hasil Industri
Makanan 3 Pengawasan dan Pengendalian 33,000,000

27
Keamanan dan Kesehatan makanan
hasil produksi rumah tangga

Sasaran : Meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Indikator
Rencana Tingkat
Sasaran Pencapaian Satuan
Capaian
Sasaran
Meningkatnya Prosentase Desa Persen
promosi Siaga 100%
kesehatan dan Aktif
pemberdayaan Prosentase Rumah Persen
masyarakat 58%
Tangga sehat

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :
N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
1 Program 1 Pengembangan Media Promosi dan
216,546,500
Promosi Informasi Sadar Hidup Sehat
Kesehatan dan 2 Penguatan Upaya Kesehatan Bersama
Pemberdayaan Masyarakat 300,000,000
Masyarakat

Sasaran : Meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


Rencana
Sasaran Indikator Pencapaian Sasaran Satuan Tingkat
Capaian
Meningkatnya Indeks Kepuasan masyarakat
akses dan terhadap layanan kesehatan (34 Persen 80%
kualitas Puskesmas)
pelayanan Prosentase Puskesmas
kesehatan sesuai Terakreditasi Persen 100%
dengan standar

Sasaran dan indikator kinerja sasaran tersebut diatas diharapkan dapat dicapai
melalui program dan kegiatan sebagai berikut :
N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
1 Program Obat 1 Pengadaan Obat dan Perbekalan 4,505,232,00
dan Kesehatan 0
Perbekalan 2 Peningkatan Pemerataan Obat dan
Kesehatan Perbekalan Kesehatan 48,388,000

2 Program Upaya 1 Pelayanan Kesehatan Penduduk 12,790,650,0

28
Kesehatan Miskin Di Puskesmas Jaringannya 00
Masyarakat 2 Pengadaan, Peningkatan dan
1,610,918,00
Perbaikan Sarana dan Prasarana
0
Puskesmas dan Jaringannya
3 Bantuan Keuangan Khusus Bidang
-
Kesehatan
4 Pelayanan Operasional Puskesmas
134,506,100
Puskesmas Jelakombo
5 Pelayanan Operasional Puskesmas
160,308,100
Puskesmas Pulolor
6 Pelayanan Operasional Puskesmas
130,716,100
Puskesmas Jabon
7 Pelayanan Operasional Puskesmas
88,285,470
Puskesmas Tambakrejo
8 Pelayanan Operasional Puskesmas
991,000,000
Puskesmas Cukir
9 Pelayanan Operasional Puskesmas
124,071,903
Puskesmas Brambang

N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
10 Pelayanan Operasional Puskesmas
300,403,800
Puskesmas Blimbing
11 Pelayanan Operasional Puskesmas
99,500,100
Puskesmas Plumbon Gambang
12 Pelayanan Operasional Puskesmas
213,870,300
Puskesmas Bandar kedungmulyo
13 Pelayanan Operasional Puskesmas
270,474,290
Puskesmas Perak
14 Pelayanan Operasional Puskesmas
96,102,100
Puskesmas Megaluh
15 Pelayanan Operasional Puskesmas
195,239,700
Puskesmas Tembelang
16 Pelayanan Operasional Puskesmas
107,144,000
Puskesmas Jatiwates
17 Pelayanan Operasional Puskesmas
129,270,400
Puskesmas Ploso
18 Pelayanan Operasional Puskesmas
234,809,000
Puskesmas Kabuh
19 Pelayanan Operasional Puskesmas
199,721,600
Puskesmas Plandaan
20 Pelayanan Operasional Puskesmas
312,872,200
Puskesmas Tapen
21 Pelayanan Operasional Puskesmas
127,467,900
Puskesmas Keboan
22 Pelayanan Operasional Puskesmas 897,312,700
Puskesmas Mojoagung

29
23 Pelayanan Operasional Puskesmas
124,294,500
Gambiran
24 Pelayanan Operasional Puskesmas
426,964,300
Puskesmas Sumobito
25 Pelayanan Operasional Puskesmas
108,800,400
Puskesmas Jogoloyo
26 Pelayanan Operasional Puskesmas
328,751,700
Puskesmas Kesamben
27 Pelayanan Operasional Puskesmas
67,466,600
Puskesmas Blimbing Kesamben
28 Pelayanan Operasional Puskesmas
625,752,500
Puskesmas Peterongan
29 Pelayanan Operasional Puskesmas
93,703,100
Puskesmas Dukuhklopo
30 Pelayanan Operasional Puskesmas
289,136,800
Puskesmas Mayangan
31 Pelayanan Operasional Puskesmas
47,258,700
Puskesmas Jarak Kulon
32 Pelayanan Operasional Puskesmas
174,647,000
Puskesmas Pulorejo
33 Pelayanan Operasional Puskesmas
83,082,500
Kesamben Ngoro
34 Pelayanan Operasional Puskesmas
178,289,100
Puskesmas Mojowarno
35 Pelayanan Operasional Puskesmas
58,719,630
Puskesmas Japanan
36 Pelayanan Operasional Puskesmas
665,238,500
Puskesmas Bareng
37 Pelayanan Operasional Puskesmas
183,806,400
Puskesmas Wonosalam

N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
38 Bantuan Operasional Kesehatan
475,467,840
Puskesmas Jelakombo
39 Bantuan Operasional Kesehatan
479,164,690
Puskesmas Pulolor
40 Bantuan Operasional Kesehatan
425,625,995
Puskesmas Jabon
41 Bantuan Operasional Kesehatan
502,959,390
Puskesmas Tambakrejo
42 Bantuan Operasional Kesehatan
577,907,225
Puskesmas Cukir
43 Bantuan Operasional Kesehatan
454,822,890
Puskesmas Brambang
44 Bantuan Operasional Kesehatan 447,198,440
Puskesmas Blimbing

30
45 Bantuan Operasional Kesehatan
454,832,140
Puskesmas Plumbon Gambang
46 Bantuan Operasional Kesehatan
539,451,790
Puskesmas Bandar kedungmulyo
47 Bantuan Operasional Kesehatan
560,092,140
Puskesmas Perak
48 Bantuan Operasional Kesehatan
561,726,390
Puskesmas Megaluh
49 Bantuan Operasional Kesehatan
478,509,840
Puskesmas Tembelang
50 Bantuan Operasional Kesehatan
539,873,290
Puskesmas Jatiwates
51 Bantuan Operasional Kesehatan
739,892,840
Puskesmas Ploso
52 Bantuan Operasional Kesehatan
710,919,390
Puskesmas Kabuh
53 Bantuan Operasional Kesehatan
663,770,790
Puskesmas Plandaan
54 Bantuan Operasional Kesehatan
488,209,690
Puskesmas Tapen
55 Bantuan Operasional Kesehatan
607,615,540
Puskesmas Keboan
56 Bantuan Operasional Kesehatan
533,282,890
Puskesmas Mojoagung
57 Bantuan Operasional Kesehatan
524,637,690
Puskesmas Gambiran
58 Bantuan Operasional Kesehatan
474,993,090
Puskesmas Sumobito
59 Bantuan Operasional Kesehatan
534,043,990
Puskesmas Jogoloyo
60 Bantuan Operasional Kesehatan
Puskesmas Kesamben 616,917,790
61 Bantuan Operasional Kesehatan
451,373,290
Puskesmas Blimbing Kesamben
62 Bantuan Operasional Kesehatan
466,594,590
Puskesmas Peterongan
63 Bantuan Operasional Kesehatan
481,984,460
Puskesmas Dukuhklopo
64 Bantuan Operasional Kesehatan
651,011,900
Puskesmas Mayangan

N Anggaran
Program Kegiatan
o (Rp)
65 Bantuan Operasional Kesehatan
420,128,200
Puskesmas Jarak Kulon
66 Bantuan Operasional Kesehatan 464,725,000
Puskesmas Pulorejo

31
67 Bantuan Operasional Kesehatan
472,155,700
Puskesmas Kesamben Ngoro
68 Bantuan Operasional Kesehatan
570,440,000
Puskesmas Mojowarno
69 Bantuan Operasional Kesehatan
466,835,000
Puskesmas Japanan
70 Bantuan Operasional Kesehatan
667,659,000
Puskesmas Bareng
71 Bantuan Operasional Kesehatan
541,000,000
Puskesmas Wonosalam
72 Pelayanan Jaminan Kesehatan
932,184,000
Nasional Puskesmas Jelakombo
73 Pelayanan Jaminan Kesehatan
769,586,400
Nasional Puskesmas Pulolor
74 Pelayanan Jaminan Kesehatan
602,474,400
Nasional Puskesmas Jabon
75 Pelayanan Jaminan Kesehatan
651,578,400
Nasional Puskesmas Tambakrejo
76 Pelayanan Jaminan Kesehatan 2,599,898,4
Nasional Puskesmas Cukir 00
77 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,185,294,0
Nasional Puskesmas Brambang 00
78 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,293,811,2
Nasional Puskesmas Blimbing 00
79 Pelayanan Jaminan Kesehatan
Nasional Puskesmas Plumbon 688,512,000
Gambang
80 Pelayanan Jaminan Kesehatan
1,796,652,0
Nasional Puskesmas Bandar
00
kedungmulyo
81 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,890,108,0
Nasional Puskesmas Perak 00
82 Pelayanan Jaminan Kesehatan
985,248,000
Nasional Puskesmas Megaluh
83 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,132,876,8
Nasional Puskesmas Tembelang 00
84 Pelayanan Jaminan Kesehatan
614,064,000
Nasional Puskesmas Jatiwates
85 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,680,228,0
Nasional Puskesmas Ploso 00
86 Pelayanan Jaminan Kesehatan 2,025,856,0
Nasional Puskesmas Kabuh 85
87 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,528,164,0
Nasional Puskesmas Plandaan 00
88 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,436,529,6
Nasional Puskesmas Tapen 00
89 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,141,272,0

32
Nasional Puskesmas Keboan 00
90 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,964,001,6
Nasional Puskesmas Mojoagung 00
91 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,031,844,0
Nasional Puskesmas Gambiran 00

33
N Anggaran
o Program Kegiatan (Rp)

9 Pelayanan Jaminan Kesehatan 2,084,385,6


2 Nasional Puskesmas Sumobito 00
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,325,082,0
3 Nasional Puskesmas Jogoloyo 00
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,306,879,2
4 Nasional Puskesmas Kesamben 00
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan
5 Nasional Puskesmas Blimbing 688,446,000
Kesamben
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,451,656,8
6 Nasional Puskesmas Peterongan 00
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan
866,646,000
7 Nasional Puskesmas Dukuhklopo
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,864,130,4
8 Nasional Puskesmas Mayangan 00
9 Pelayanan Jaminan Kesehatan
643,698,000
9 Nasional Puskesmas Jarak Kulon
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,766,160,0
0 Nasional Puskesmas Pulorejo 00
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan
1 Nasional Puskesmas Kesamben 949,528,800
Ngoro
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan 2,554,358,4
2 Nasional Puskesmas Mojowarno 00
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,598,652,0
3 Nasional Puskesmas Japanan 00
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan 2,427,242,4
4 Nasional Puskesmas Bareng 00
10 Pelayanan Jaminan Kesehatan 1,575,446,4
5 Nasional Puskesmas Wonosalam 00
10 Fasilitasi Perencanaan dan
1,048,915,0
6 Pengawasan Bantuan Operasional
00
Kesehatan
3 Program Standarisasi 1 Akreditasi Puskesmas 1,856,000,0
pelayanan Kesehatan 00
2 Pengumpulan, Updating, dan
Analisis Data Standar Pelayanan 50,000,000
Kesehatan
4 Program Pengadaan, 1 Rehabilitasi sedang/berat 150,000,000

34
Peningkatan dan Puskesmas Megaluh
Perbaikan Sarana 2 Rehabilitasi sedang/berat
300,000,000
dan Puskesmas Bawangan Ploso
Prasarana 3 Pembangunan Puskresmas 1,900,000,0
Puskesmas/Puskesm Plumbon Gambang 00
as 4 Rehabilitasi sedang/berat
Pembantu dan 150,000,000
Puskesmas Pembantu Jatibanjar
Jaringannya 5 Rehabilitasi sedang/berat
150,000,000
Puskesmas Pembantu Darurejo
6 Rehabilitasi sedang/berat
150,000,000
Puskesmas Pembantu Asemgede
7 Rehabilitasi sedang/berat
Puskesmas Pembantu 150,000,000
Curahmalang
8 Rehabilitasi sedang/berat
150,000,000
Puskesmas Pembantu Gedangan
5 Program Pembinaan 1 Penyediaan/pemeliharaan sarana
Lingkungan Sosial pelayanan kesehatan di Puskesmas
Bidang Kesehatan bagi masyarakat yang terkena 300,000,000
penyakit akibat dampak konsumsi
rokok dan penyakit lainnya

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai


penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai
kegiatan tahunan.

Lain halnya dengan perencanaan prestasi/indikator kinerja kesehatan yang berfokus


pada masa yang akan datang. Manajemen pada organisasi kesehatan harus
mempersiapkan layanan kesehatan dalam menghadapi masa yang akan datang,
baik sudah diramalkan maupun yang tidak terduga sebelumnya.

Perencanaan menspesifikasikan apa yang harus dicapai atau dilakukan pada masa
datang dan bagaimana hal itu dapat dilaksanakan. Fungsi perencanaan mencakup
aktivitas manajerial yang menentukan tujuan dan alat yang tepat untuk mencapai
tujuan tersebut.

3.2 Saran

Setiap instansi kesehatan, baik dinas kesehatan, puskesmas dan yang sejenisnya
perlu membuat sebuah perencanaan prestasi/indikator kerja baik yang bersifat
bulanan maupun tahunan, dengan begitu setiap aktivitas dan anggaran yang
direncanakan untuk kedepannya tertata dan tersistem dengan baik sehingga dapat
menghasilkan performa yang baik bagi instansi serta pegawai yang berkerja di
dalamnya.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Maiti, Bidinger. PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA PETTA TIMUR


KECAMATAN TABUKAN UTARA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
NUR. J Chem Inf Model. 1981;53(9):1689–99.
2. Taufiqurokhman. Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. KONSEP DAN Kaji
ILMU Perenc. 2008;1–98.
3. Putu NL. (22) (DOC) MAKALAH Perencanaan Program Kesehatan
Masyarakat berdasarkan PROBLEM SOLV CYCLE | Ni Luh Putu -
Academia.edu [Internet]. [cited 2021 Mar 1]. Available from:
https://www.academia.edu/28563574/MAKALAH_Perencanaan_Program_Kes
ehatan_Masyarakat_berdasarkan_PROBLEM_SOLV_CYCLE
4. Zedadra O, Guerrieri A, Jouandeau N, Seridi H, Fortino G, Spezzano G, et al.
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL 2015-2019. Sustain [Internet]. 2019;11(1):1–14.
Available from:
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-
8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.rese
archgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_
STRATEGI_MELESTARI
5. (22) (DOC) Revisi 2 MODUL PERENCANAAN KESEHATAN - Copy | siti
ramdhani - Academia.edu [Internet]. [cited 2021 Mar 1]. Available from:
https://www.academia.edu/22674907/Revisi_2_MODUL_PERENCANAAN_KE
SEHATAN_Copy
6. Elviza R. Bab II Perencanaan. 2018;16–38. Available from:
http://repository.uin-suska.ac.id/13156/7/7.BAB II_2018384ADN.pdf
7. Zulkifli F. Perencanaan Kinerja – Decorate Yourself with Your Writing
[Internet]. 2017 [cited 2021 Mar 1]. Available from:
https://resonansipena.wordpress.com/2017/04/19/perencanaan-kinerja/
8. Performance Management - NACCHO [Internet]. [cited 2021 Mar 1]. Available
from: https://www.naccho.org/programs/public-health-
infrastructure/performance-improvement/performance-management
9. Pengaruh profesionalisme pemeriksa pajak dan komitmen organisasi terhadap
kinerja pegawai pajak : (survei pada Kanil Jabar I [Internet]. [cited 2021 Mar 1].
Available from: https://text-id.123dok.com/document/1y900nly-pengaruh-
profesionalisme-pemeriksa-pajak-dan-komitmen-organisasi-terhadap-kinerja-
pegawai-pajak-survei-pada-kanil-jabar-i.html
10. Sandewa F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai di Kabupaten
Banggai Kepulauan. Fadli. Fakt yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai di
Kabupaten Banggai Kepul. 2018;1(2):121.
11. Maria C. Organizational Performance – a Concept That Self-Seeks To Find
Itself. Analele Univ Constantin Brâncuşi din Târgu Jiu Ser Econ.

37
2011;1(4):179–83.
12. Basori M., Prahiawan W, Daenulhay. Pengaruh Kompetensi Karyawan Dan
Lingkungan Kerja Dan Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja
Sebagai Variabel Intervening. J Ekon. 2017;Vol 1 No 1:149–58.
13. Healthcare Performance Management | Excardo [Internet]. [cited 2021 Mar 2].
Available from: https://excardo.com/content/healthcare-performance-
management/index.html
14. FAJI FAJI. Perencanaan Prestasi. Faji.org [Internet]. 2020;1–27. Available
from: http://www.faji.org/binpres.php
15. Citra Wiguna. Penerapan Malcolm Baldrige Dalam Sistem Penilaian Kinerja
Manajemen Bidang Kesehatan. J Sist Cerdas. 2018;1(1):10–8.
16. Herina D. Perencanaan Program Kesehatan - PDFCOFFEE.COM [Internet].
[cited 2021 Mar 2]. Available from: https://pdfcoffee.com/perencanaan-
program-kesehatan-8-pdf-free.html
17. Ikosnomos. Panduan Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi |
monitoringevaluation [Internet]. 2011 [cited 2021 Mar 2]. Available from:
https://monitoringevaluation.wordpress.com/2011/09/30/panduan-
perencanaan-monitoring-dan-evaluasi/

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kesehatan/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5778676/#:~:text=Definitions%20of
%20health%20by%20the%20World%20Health%20Organization&text=This
%20generally%20accepted%20definition%20states,or%20infirmity%E2%80%9D
%20(11)

https://www.slideshare.net/FirlyZulkifli/perencanaan-kinerja-review-kinerja

http://kesehatanbers.blogspot.com/2016/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1

http://nurfaizinyunus.blogspot.com/2015/07/perencanaan-kesehatan.html?m=1

https://id.scribd.com/document/457484136/makalah-ppk-docx

Bastian,Indra & Yeni Widiastuti. 2016. Perencanaan Prestasi Kesehatan, 27(1), 25-
26

Wiguna,Citra & Yudha Saitika. 2018. Sistem Penilaian Kinerja Manajemen Bidang
Kesehatan, 324(1), 10-17

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dinkes.jombangkab.go.id/assets/files/RKT/RKT

38
%2520Dinkes%2520Kab%2520Jombang
%25202018.pdf&ved=2ahUKEwiIqdaXks7uAhWv_XMBHcHgC8cQFjABegQICxAB&
usg=AOvVaw24h_xaoi7Kr7XDzZZGWMxl

39

Anda mungkin juga menyukai