Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah
Menejemen Keperawatan tentang “Perencanaan Asuhan Keperawatan Diruang
Rawat Dan Puskesmas Sesuai Dengan Standar Akreditasi Nasional”
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Lampoh Keudeh, 20 Juli 2019

Penyusun

MENEJEMEN KEPERAWATAN i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 2
C. TUJUAN........................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar, Tujuan, Syarat, Komponen Perencanaan .............................................. 3
B. Jenis Perencanaan Yang Disusun Kepala Ruang Rawat ............................................. 16
C. Proses Penyusunan Rencana Penyelesaian Masalah Manajemen ............................... 18
D. Perencanaan Dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Dan
Puskesmas Yang Sesuai Standar Akreditasi Nasional Dan Internasional ................... 27
E. Perencanaan Efektif ..................................................................................................... 34
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 44
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 44
B. SARAN ....................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 45

MENEJEMEN KEPERAWATAN ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen, karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain tak akan
dapat berjalan.
Memikirkan masalah sebagai sesuatu hal yang buruk adalah suatu hal yang
mudah untuk dilakukan, karena kita jarang mengartikan frase mengambil
keuntungan dari sebuah situasi sama halnya dengan kita mengartikan frase
memperbaiki sebuah situasi yang buruk. Kita akan memperhitungkan peraihan
kesempatan kedalam pemecahan masalah dengan mendefinisikan masalah sebagai
suatu kondisi atau peristiwa yang merugikan atau memiliki potensi untuk
merugikan bagi sebuah perusahaan atau yang menguntungkan atau memiliki
potensi untuk menghasilkan keuntungan. Selama proses pemecahan masalah,
manajer akan terlibat dalam pengambilan keputusan. Di kehidupan sehari-hari
kita sebenarnya kehidupan yang selalu bersangkutan dengan keputusan.
Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah melakukan
musyawarah. Pengambilan keputusan sangat penting dalam manajemen dan
merupakan tugas utama dari seorang pemimpin.
Puskesmas merupakan pusat pengembangan, pembinaan dan pelayanan
kesehatan masyarakat sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat untuk maksud tersebut, puskesmas berfungsi melaksanakan
tugas teknis dan administrative.
Pusat kesehatan masyarakat berfungsi sebagai penggerak sumber daya
masyarakat dalam bidang kesehatan, motor pembangunan berwawasan kesehatan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 1
dan pelayanan kesehatan strata pertama. Selama ini yang banyak berkembang
adalah puskesmas merupakan pelayanan kesehatan masyarakat strata pertama
sehingga fungsi yang lain seolah tertinggal.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan?
2. Bagaimanajenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat?
3. Bagaimana proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen?
4. Bagaimana perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional?

C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan.
2. Mengetahuijenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat.
3. Mengetahui proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen.
4. Mengetahui perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang
rawat dan puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan
internasional?

MENEJEMEN KEPERAWATAN 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar, tujuan, syarat, komponen perencanaan

1) Pengertian perencanaan
Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan adalah
suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan, dimana,
berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.
Perencanaan merupakan langkah awal sebelum kegiatan dilaksanakan
yang meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan
menetapkan alternatif kegiatan. Tanpa ada perencanaan puskesmas, tidak akan
ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai
tujuan puskesmas. (Alamsyah, 2011).
Perencanaan sebagai proses yang di mulai dari peetapan tujuan
organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh, serta merumuskan system perencanaan yang menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga
tujuan organisasi tercapai. Dalam kerangka piker keperawatan, perencanaa
adalah tahap untuk merumuskan masalah keperawatan yang berkembang
dalam pelayanan keperawatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang
tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun
langkah – langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. (Simamora, 2012).
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah
pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu

MENEJEMEN KEPERAWATAN 3
rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara
mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indicator/
tolak ukur untuk mencapai tujuan, serta kegiatan apa yang harus dilakukan
selanjutnya atau berkelanjutan. (Asmuji, 2014).
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam
meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu
pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan
melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik
dan professional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat
sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisien.
(Asmuji, 2014).
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang
telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi
pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Hierarki Perencanaan
Terdapat banyak tipe perencanan dan sebagian besar organisasi
membuat rencana dalam bentuk hierarki. Dalam bentuk ini, rencana teratas
mempengaruhi semua rencana di bawahnya. Seperti digambarkan dalam
piramida hierarki (Gambar 2.1), hierarki melebar pada tingkatan lebih bawah
yang menggambarkan banyaknya jumlah komponen perencanaan. Selain itu,
komponen perencanaan pada hierarki teratas lebih umum dibandingkan
dibawahnya yang lebih spesifik.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 4
Misi

Filosofi

Tujuan umum

Tujuan khusus

Kebijakan

Prosedur

Aturan

Gambar Hierarki Perencanaan (Marquis, Bessie L &Carol . Huston.


Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Edisi 4. Hal 63)
3) Tujuan perencanaan
Douglas menyusun hal berikut sebagai alasan untuk perencanaan:
a) Hal tersebut menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan
b) Hal tersebut bermakna pada pekerjaan
c) Hal tersebut memberikan penggunaan efektif dari personal dan fasilitas
yang tersedia
d) Hal tersebut membantu dalam koping dengan situasi krisis
e) Hal tersebut efektif dalam hal biaya
f) Hal tersebut berdasarkan berdasarkan masa lalu dan akan datang, sehingga
membantu menurunkan elemen perubahan
g) Hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk
berubah.
h) Hal tersebut diperlukan untuk kontrol efektif. (Swanburg, 2000).
4) Manfaat perencanaan
Manfaat perencanaan Adapun manfaat perencanaan antara lain:

MENEJEMEN KEPERAWATAN 5
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahanperubahan lingkungan.
b) Memungkinkan manajer mamahami keseluruhan gambaran operasi lebih
jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebih mudah dipahami.
g) Meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Syarat perencanaan
Peryaratan perenecanaan menurut Simamora (2012) yaitu:
a) Factual atau realistis
Perencanaan yang baik perlu persyaratan factual atau realistis. Hal ini
berarti perencanaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai
dalam kondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
b) Logis atau rasional
Perencanaan juga harus memenuhi syarat logis atau rasional. Hal ini
berarti perencanaan keperawatan harus bisa masuk akal sehingga dapat
dijalankan.
c) Fleksibel
Perencanaan yang baik bukan berarti kaku dan kurang fleksibel.
Perencanaan yang baik justru perencanaan yang dapat disesuaikan dengan
kondisi dimasa datang, sekalipun tidak berarti perencanaan dapat diubah
seenaknya.
d) Komitmen
Perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen bagi seluruh
anggota dalam organisasi untuk berupaya mencapai tujuan organisasi.
e) Komprehensif

MENEJEMEN KEPERAWATAN 6
Perencanaan yang baik juga memenuhi syarat komprehensif, artinya
menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek secara langsung maupun
tidak langsung dalam organisasi.
6) Komponen perencanaan
Menurut Nursalam (2011) manajemen keperawatan terdiri atas
beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem
dicirikan oleh 5 elemen, yaitu: input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a) Input
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Input yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau
orang yang memberikan pelayanan misalnya jumlah dokter, kelengkapan
alat, prosedur tetap dan lain-lain.
b) Output
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran
yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan
keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
Output yang menjadi tolak ukur pada hasil yang dicapai, misalnya
jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
c) Control
Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan
melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 7
d) Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja
perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada
sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen
keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses
keperawatan. Proses manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan,
terdiri atas kegiatan pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan
rencana, pelaksanaan kegiatan, dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985
).
e) Proses
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa
sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari
kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian
akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok
pasien.
Proses yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan misalnya
kecepatan pelayanan, pelayanan dengan rumah dan lain-lain.
7) Perumusan visi
Istilah lain dari visi adalah mimpi, cita-cita. Visi merupakan dasar untuk
membuat suatu perencanaan sehingga harus disusun secara singkat, jelas, dan
mendasar, serta harus ada batasan waktu pencapaiannya. Visi merupakan
pernyataan yang berisi tentang mengapa organisasi pelayanan keperawatan
dibentuk. Contoh visi ruang perawatan “Menjadi Ruang Anak yang Mampu
Menyelenggarakan Pelayanan Keperawatan Secara Profesional Tahun 2015”.
8) Perumusan Misi

MENEJEMEN KEPERAWATAN 8
Misi adalah uraian yang berisi pernyataan-pernyataan operasional guna
mencapai visi yang telah ditetapkan. Contoh misi ruang perawatan yaitu
memberikan asuhan keperawanan kepada klien secara komperehensif. Ini
dapat meliputi peningkatan konsep perawatan mandiri, sehingga tersebut
harus meliputu definisi keperawatan dan perawatan mandiri seperti
didefinisikan oleh perawat profesional.
9) Perumusan filosofi
Peryataan tertulis dari filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan
yang menyangkut administrasi keperawatan dan praktik keperawatan dalam
institusi atau organisasi. Ini mengemukakan pandangan praktisi dan manajer
perawat tetang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktik
keperawatan. Pernyataan ini mengemukakan keyakinan mereka sebagaimana
misi atau tujuan dicapai, memberikan arahan ke arah akhirnya.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan
seperti klien atau pasien dan sebagai pekerja, tentang pekerjaan yang akan
dikerjakan oleh pekerja keperawatan untuk klien atau pasien, tentang
perawatan mandiri, tentang keperawatan sebagai profesi, tentang pendidikan
untuk mendapatkan kompetensi pekerja keperawatan, dan tentang lingkungan
atau komunitas dimana pelayanan keperawatan diberikan. Karakter dan
kekuatan pelayanan disusun dengan perencanaan yang meliputi pernyataan
tujuan dan filosofi, satu dari yang lainnya, untuk divisi organisasi, departemen
atau pelayanan, dan ruangan atau unit.
Contoh filosofi ruang perawatan yaitu pasien adalah manusia sebagai
individu yang unik bermartabat.
10) Perumusan tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan memberikan
arah bagi organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, bagaimana
cara mencapainya, dan bagaimana cara menilainya. Perumusan tujuan dalam
organisasi pelayanan keperawatan merupakan hal yang mutlak untuk

MENEJEMEN KEPERAWATAN 9
dilakukan. Untuk merumuskan suatu tujuan organisasi pelayanan keperawatan
yang baik, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan. (Asmuji, 2014).
11) Perkiraan kebutuhan kerja
Perkiraan kebutuhan kerja menurut Kuntoro (2010) yaitu penetapan
jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Beberapa
pendekatan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang
dibutuhkan berdasarkan kategori klien yang dirawat, rasio perawat dan klien
untuk memenuhi standar praktik keperawatan. Kategori keperawatan klien:
a) Perawatan mandiri (self care), yaitu klien memerlukan bantuan minimal
dalam melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan. Klien
melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri.
b) Perawatan sebagian (partial care), yaitu klien memerlukan bantuan
sebagai dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya
pemberian obat intravena, mengatur posisi dan lain sebagainya.
c) Perawatan total (total care) yaitu klien memerlukan bantuan secara penuh
dalam perawatan diri dan memerlukan observasi secara ketat.
d) Perawatan intensif (intensive care) yaitu klien memerlukan observasi dan
tindakan keperawatan yang terus menerus.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit
sebagai berikut:
1. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien
sesuai data sensus.
2. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat dengan
menganalisa alur keja perawat atau work flow rata-rata frekuansi dan
waktu kerja ditentukan dengan data sensus klien, dihitung untuk
menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan.
3. System approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan dapat
menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan kategori perawat untuk

MENEJEMEN KEPERAWATAN 10
setiap unit serta mempertimbangkan kompunen input-proses-output-
umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung,
waktu perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan.
Perkiraan jumlah tenaga dapat dihitung berdasarkan waktu perawatan
langsung yang dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan klien. Rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung (direct care) adalah
berkisar 4-5 jam/klien/hari. Menurut Minetri dan Hurchinsun (1975) dalam
Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung didasarkan
pada kategori berikut:
a) Perawatan mandiri (self care) adalah ½ x 4 jam =2 jam.
b) Perawatan sebagian (partial care) adalah ¾ x 4 jam = 3 jam
c) Perawatan total (total care) adalah 1-1½ x 4 jam = 4-6 jam
d) Perawatan intensif (intensive care) adalah 2 x 4 jam = 8 jam
Perkiraan jumlah tenaga juga dapat didasarkan atas waktu perawatan tidak
langsung. Berdasarkan penelitian perawat dirumah sakit, Grace Detroit dalam
Gillies (1994), menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan perawatan
tidak langsung adalah 36 menit/klien/hari. Dipihak lain, menurut Wolfe dan
Young (1965) dalam buku yang sama merupakan sebesar 60 menit/klien/hari.
Selain cara diatas, waktu pendidikan kesehatan dapat juga digunakan
sebagai dasar penghitungan kebutuhan tenaga. Menurut Gillies (1994), waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pendidikan kesehatan berkisar 15 menit/
klien/hari.
Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan klien per hari, perlu
menjumlahkan ketiga cara tersebut yaitu perawatan langsung, waktu
perawatan tidak langsung dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya
jumlah tenaga yang di butuhknan di hitung berdasarkan beban kerja perawat.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat yaitu:

MENEJEMEN KEPERAWATAN 11
1) Jumlah klien yang di rawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit tersebut.
2) Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3) Rata – rata harm perawatan.
4) Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan, dan
pendidikan kesehatan.
5) Frekuensi tindakan perawatan yang di butuhkan klien.
6) Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak langsung dan pendidikan
kesehatan.
Di samping itu, ada beberapafaktor lain yang mempengaruhi beban kerja
perawat, yaitu masalah komunitas, bencana alam, kemajuan IPTEK,
pendidikan konsumen, keadaan ekonomi, ikim/ musim, politik, dan hukum/
peraturan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas
pelayanan keperawatan yang di butuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat
memperhitungkan jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan untuk masing
– masing unit. Metode perhitungan yang di gunakan, yaitu metode rasio,
metode gilles, metode lokakarya keperawatan, metode di Thailand dan
Filipina dan metode perhitungan ISN (indicator staf need).
Metode rasio di dasarkan atas surat keputusan mentri kesehatan no 262
tahun 1979, kebutuhan tenaga di dasarkan pada rasio tempat tidur yang
tersedia di kelas masing – masing untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada.
Tabel 5-1 metode rasio menurut SK Menkes No 262 1979.
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B Tempat tidur : tenaga medis = 4-7 : 1 tempat tidur :
tenaga keperawatan = 2 : 3-4 tempat tidur : tenaga non-
keperawatan = 3:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 1 : 1
Kelas C Tempat tidur : tenaga medis = 9 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 1 : 1 tempat tidur: tenaga non-

MENEJEMEN KEPERAWATAN 12
keperawatan = 5:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 3: 4
Kelas D Tempat tidur : tenaga medis = 15 : 1 tempat tidur : tenaga
keperawatan = 2:1 tempat tidur : tenaga non-medis = 6 : 1
Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung tenaga
keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A X B X 365
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
(365 hari libur)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan :
A = jumlah kerja tenaga keperawatan per hari
B = jumlah pasien rata-rata per hari
Metode berikutnya yang dapat digunakan untuk memperhitungkan
jumlah kebutuhan tenaga adalah metode lokakarya keperawatan (1989).
Metode ini juga dikhususkan untuk menghitung tenaga keperawatan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
A x 52 x 7 (TT x BOR)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 =
41 40
Metode keempat adalah metode Thailand dan Filipina yang didasarkan
pada jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien, harm kerja perawat
dalam 1 tahun, dan Jumlah jam kerja dalam 1 tahun. Jumlah jam perawatan
per pasien terbagi dalam unit rawat inap selama 24 jam yang terdiri dari
penyakit dalam (3,4 jam), bedah (3,5 jam), campuran bedah dari penyakit
dalam (3,4 jam), post-partum (3 jam), bayi neonatus (2,5 jam), dan anak (4
jam) sehingga rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan per pasien selama 24
jam adalah 3 jam, unit rawat jalan yang jam perawatan per pasiennya adalah
0,5 jam, kamar operasi untuk rumah sakit kelas A dan B (5-8 jam/24 jam),
untuk rumah sakit tipe C dan D (3 jam), dan kamar bersalin sebanyak 5-8 jam.
Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun diperinci berdasarkan jumlah hari
dalam 1 tahun (365 hari), jumlah hari kerja nonefektifdalam 1 tahun (jumlah
ghari minggu 52 hari, libur nasional 12 hari, dan cuti bulanan 12 hari), jumlah

MENEJEMEN KEPERAWATAN 13
hari efektif dalam 1 tahun yaitu 365-76=289 hari, dan jumlah hari efektif
perminggu yaitu 289:7=41 minggu. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun
yaitu jam kerja dalam 1 tahun yaitu 41 minggu x 40 jam = 1640 jam/tahun.
Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dapat menggunakkan
rumus berikut :
1) Unit Rawat Inap (URI)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 6 hari x jumlah kunjungan
koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
2) Unit Rawat Jalan (URJ)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan
koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
3) Kamar Bedah/Operasi (KBd/O)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah.angg.Tim.OK
koreksi 25%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
4) Kamar Bersalin (KB)
Jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah kunjungan
koreksi 10%
41 jumlah minggu efektif x 40 jam
Selanjutnya dapat dihitung jumlah tenaga secara keseluruhan dan
penjumlahan URI, URJ, KBd/O dan KB.
Metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga
adalah dengan metode perhitungan ISN (Indicator Staff Need). Dasar yang
digunakan dalam metode ini adalah beban kerja dan tiap-tiap unit atau
institusi. Setiap unit harus memproyeksikan kegiatan atau keluaran yang akan
dihasilkan pada masa mendatang. Tiga faktor yang mendasari formula ISN,
yaitu :

MENEJEMEN KEPERAWATAN 14
a) Indicator beban kerja. Indicator ini merupakan pembilang dan sebagai
faktor variable dalam formula ISN yang dihitung berdasarkan hasil
pelaksanan yang dicapai oleh masing-masing kategori tenaga selama satu
tahun kalender. Untuk tenaga yang sama yang bertugas pada institusi yang
berbeda akan memiliki beban kerja dan kapasitas yang berbeda pula.
b) Bobot (weighting).
c) Kapasitas tenaga.
Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan tenaga berdasarkan
salah satu metode di atas (Gillies, 1994).
Diketahui, kondisi tenaga keperawatan di salah satu Rs “XY” berdasarkan
laporan tahunan tahun 1995 sebagai berikut.
1. Bagian UPI, rata-rata pasien/hari adalah 2,6
2. Bagian bedah, rata-rata/hari adalah 44,7
3. Bagian non-bedah/non-UPI rattan-rata pasien/hari sebesar 211,3
Ditanyakan, berapa tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bagian
UPI, bagian bedah, dan abagian non-bedah/ non-UPI berdasarkan data di atas?
Dijawab:
1) Asumsi A (jumlah jam kerja tenaga keperawatan perhari) untuk bagian
UPI adalah 7 jam dan B (jumlah pasien rata-rata perhari) adalah 2,6 ; A
bedah = 5 jam dengan B = 44,7 ; dan A non-bedah / non UPI = 4 jam
dengan B = 211,3
2) Asumsi jumlah hari tidak kerja per tahun sebagai berikut.
a. Hari minggu/ sabtu = 104 hari
b. Hari libur nasional = 12 hari
c. Cuti tahunan = 12 hari
d. Izin / sakit = 12 hari
Jadi, jumlah keseluruhannya adalah 140 hari
3) Asumsi jumlah jam kerja per hari adalah 8 jam.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 15
Jadi, kebutuhan tenaga keperawatan untuk masing-masing bagian adalah
sebagai berikut:
7 𝑥 2,6𝑥365
a. UPI (365𝑥140)𝑥 8
= 4 orang
5𝑥44,7𝑥365
b. Bedah (365𝑥140)𝑥8 =45 orang
4𝑥211,3𝑥365
c. Non bedah / non UPI (365𝑥140)𝑥8 =171 orang

Dengan demikian, jumlah kebutuhan tenaga keperawatan secara


keseluruhan di rumah sakit “XY” adalah 220 orang, dengan perincian 4
perawat untuk bagian UPI, 45 perawat untuk bagian bedah, an 171
perawat untuk bagian non bedah / non UPI.

B. Jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat tergantung


kepada jenis perencanaan yang disusun kepalaruangan diantaranya adalah :
1) Menunjuk ketua tim yang bertugas didalam ruangan.
2) Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya.
3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan
pulang bersama ketua tim.
4) Mengidentifikasijumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan aktivitasdan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan atau penjadwalan.
5) Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan.
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan,
medis yang dilakukan, progam pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
8) Membantu dan mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10) Menjaga terwujudnya visi, misi keperawatan dan rumah sakit. (Syahputra,
2014).

MENEJEMEN KEPERAWATAN 16
Menurut Asmuji (2014) jenis perencanaan yang disusun kepala ruang rawat
selain yang sudah disebutkan dan dijelaskan di atas, kegiatan perencanaan dalam
manajemen keperawatan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga
“perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu
jam sampai dengan satu tahun; perencanaan jangka menengah adalah perencanaan
yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun; sedangkan perencanaan
jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan
yang dibuat untuk kegiatan tiga sampai dengan 20 tahun.
Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka
pendek. Menurut Keliat, dkk (2006), rencana jangka yang dapat diterapkan di
ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan, dan rencana tahunan.
a) Rencana harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing
perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat
oleh kepala ruang, ketua tim/ perawat primer, dan perawat pelaksana.
b) Rencana bulanan
Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu
bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian.
Rencana bulanan dapat dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/ perawat
primer.
c) Rencana tahunan
Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali.
Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun
sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang.
Ada dua jenis perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan strategi merupakan perencanaan yang sifatnya jangka panjang
yang ditetapkan oleh pemimpin dan merupakan umum suatu organisasi.
Perencanaan jangka panjang digunakan untuk mengembangkan pelayanan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 17
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juaga digunakan untuk merevisi
pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
2. Perencanaan operasional menguraikan kativitas dan prosedur yang akan
digunakan serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas, menetapkan
prosedur serta menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan metode untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut: Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek
dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan
biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana
perubahan.
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut depkes
(1994), dengan melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi: merencanakan
jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai kebutuhan,
merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan, merencanakan
dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan diselenggarakan
sesuai kebutuhan pasien.

C. Proses penyusunan rencana penyelesaian masalah manajemen


Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk membuat
perencanaan adalah:
1) Pengumpulan data.
2) Analisis lingkungan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 18
a) Analisis Situasi
Jika keperawatan ingin berhasil, jangan takut untuk berpikir besar.
Oleh karena itu, keperawatan harus memulai bertindak berdasarkan
tujuan. Perawat sebagai manusia seringkali melewatkan hal-hal
semestinya perawat lakukan dan melakukan hal-hal yang mestinya
perawat lewatkan. Hal ini terjadi karena sebagian besar perawat lupa
merumuskan tujuan dari setiap langkah yang diambilnya sehingga sering
kali terjadi perawat tersesat ditengah jalan dan hanya berputar-putar.
Selalu diperlukan upaya untuk memusatkan konsentrasi organisasi
layanan keperawatan untuk melihat apa yang diinginkanya, bagaimana
cara mencapainya dan melakukan evaluasi sejauh mana hal tersebut
terlaksana.
Proses manajemen merupakan proses yang holistik, melibatkan
banyak sisi yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah, langkah teknis
yang dapat dilaksanakan adalah bagaimana keperawatan dapat memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti SWOT< TOWS dan
analisis “tulang ikan”.
b) Analisis SWOT: Strenght, Weakness, Opportunities, Threats.
Analisis SWOT adalah bentuk analisis situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi
dan kondisi sebagai sebagai factor masukan, yang kemudian di
kelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Satu hal yang harus
di ingat baik – baik oleh para pengguna analisis SWOT bahwa analisis
SWOT adalah semata – mata alat analisis yang di tujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang di hadapi atau yang mungkin akan di
hadapi oleh organisasi, dan bukan sebuah alat analisis “ajaib” yang
mampu memberikan jalan keluar yang “ajaib” bagi masalah – masalah
yang di hadapi oleh organisasi layanan keperawatan. Analisis tersebut
terbagi atas empat komponen dasar berikut:

MENEJEMEN KEPERAWATAN 19
1. Srength (S) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari
keperawatan pada saat ini.
2. Weakness (W) adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan
dari keperawatan atau program layanan asuhan keperawatan pada saat
ini.
3. Opportunity (O) adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
berkembang bagi layanan keperawatan di masa depan.
4. Threat (T).
Tabel 3-1 contoh pasangan kekuatan dan kelemahan dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S Perawat di W Jumlah anggota yang
ruangan saat ini besar menurunkan tingkat
memiliki jumlah efektivitas koordinasi dan
anggota yang komunikasi antar –
sangat besar. anggota
Tabel 3-2 Contoh pasangan kesempatan dan ancaman dalam analisis situasi.
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
O Tersedianya pendidikan T Lulusan perawat yang
keperawatan membuat di hasilkan tidak
makin banyak perawat sesuai dengan
yang bersekolah hingga kompetensi yang di
perguruan tinggi. harapkan dari seorang
perawat.
Tabel 3-3 Contoh analisis SWOT model kualitatif
Komponen Subkomponen Komponen Subkomponen
S 1. Organisasi W 1. Budaya organisasi
memiliki anggota adalah budaya
yang banyak. tradisional yang

MENEJEMEN KEPERAWATAN 20
2. Organisasi menghambat
memiliki cadangan tercapainya
dana yang besar. kondisi kerja yang
3. Organisasi efisien.
memiliki peraturan 2. Keinginan anggota
yang lengkap. untuk belajar dari
4. Organisasi kesalahan sangat
memiliki rendah.
sekertariat yang
representatif.
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi keperawatan yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi layanan
keperawatan di masa depan.
Selain empat komponen dasar analisis SWOT ini, berkembang
pula beberapa subkomponen hasil proses analisis yang jumlahnya
bergantung pada kondisi organisasi. Sebenarnya masing – masing
subkomponen adalah pengejawatahan dari masing – masing komponen,
seperti komponen Strength mungkin memiliki 12 subkomponen,
komponen weakness mungkin memiliki 8 subkomponen, dan seterusnya.
Terdapat 2 model analisis SWOT yang umum di gunakan dalam
melakukan analisis situasi antara lain model kuantitatif dan model
kualitatif.
a. Model kualitatif. Suatu asumsi dasar dari model ini adalah kondisi
yang berpasangan antara S dan W serta O dan T. kondisi berpasangan
ini terjadi karena di asumsikan bahwa dalam setiap kekuatan, selalu
ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka, selalu ada ancaman yang harus di waspadai. Ini berartibahwa
setiap satu rumusan Srength (S), harus selalu memiliki satu pasangan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 21
Weakness (W), dan setiap satu rumusan Opprtunity (O) harus memiliki
pasangan satu Threat (T).
b. Model kualitatif, unit urutan dalam membuat analisis SWOT kualitatif,
tidak berbeda jauh dengan urut – urutan model kuantitatif. Perbedaan
besar di antara keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen
dari masing – masing komponen. Apabila pada model kuantitatif,
setiap subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen T. akan tetapi, dalam model kualitatifhal tersebut tidak
terjadi. Selain itu, subkomponen pada masing – masing komponen (S-
W-O-T) adalah berdiri bebas dan tidak memiliki hubungan satu sama
lain.
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan Tanggulangi
peluang untuk memanfaatkan kelemahan dengan
peluang memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan Perkecilan kelemahan
ancaman untuk menghindari dan hindari ancaman
ancaman
Sebagai alat analisis, analisis SWOT berfungsi sebagai panduan
pembuatan peta. Ketika berhasil membuat peta, langkah tidak boleh
berhenti karena peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta
dapat menggambarkan banyak jalan yang dapat di temput jika ingin
mencapai tujuan tertentu. Peta baru akan berguna jika tujuan telah di
tetapkan. Tujuan dapat di tetapkan dengan membangun visi – misi atau

MENEJEMEN KEPERAWATAN 22
program dalam layanan keperawatan yang akan di bahas. (Simamora,
2012). Pada analisis SWOT ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengisian Item Internal Dactors (IFAS) dan External factors (EFAS)
Cara pengisian IFAS dan EFAS disesuaikan dengan komponen
yang ada dalam pengumpulan data (bisa merujuk pada data fokus dan
contoh pengumpulan data pada bagian lain di dalam buku ini).Data
tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu IFAS yang meliputi aspek
kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) dan EFAS yang
meliputi aspek peluang (opportunity) dan ancaman (Threatened).
2) Bobot
Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)
sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap strategi perusahaan.
3) Peringkat (Rating)
Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan
pengaruh faktor tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil
pengukuran baik secara observasi, wawancara, pengukuran langsung.
Faktor kekuatan dan peluang menggambarkan nilai kinerja positif,
sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman menggambarkan nilai
kinerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat untuk
mendapatkan nilai masing-masing faktor.
4) Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, untuk mendapatkan
nilai IFAS adalah: kekuatan dikurangi kelemahan (S – W) dan EFAS
adalah peluang dikurangi ancaman (O – T). Hasil dari nilai IFAS dan
EFAS kemudian dimasukkan di dalam diagram layang (Kit Kuadran)
untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 23
a) Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif/turn
around dengan tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk
mendapatkan kesempatan (peluang).
b) Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan
tujuan mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam menghadapi persaingan.
c) Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat diversifikasi
dengan tujuan merubah kekuatan internal yang ada untuk
mengantisipasi faktor ancaman dari luar.
d) Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dnegan
tujuan mempertahankan eksistensi supaya institusi/perusahaan
tetap ada dan dapat menjalankan fungsinya secara minimal.
c) Analisis TOWS
Menurut Simamora (2012) model ini di kembangkan oleh david
(1989) yang tidak menggunakan singkatan SWOT seperti yang lazimnya,
namun menggunakan TOWS David tampaknya ingin mendahulukan
analisis ancaman dan peluang, untuk kemudian melihat sejauh mana
kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan factor – factor eksternal
tersebut. Terdapat empat strategi yang tampil dari hasil analisis TOWS
tersebut.
Strategi SO digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang
yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Para manager tidak akan
meninggalkan kesempatan untuk memanfaatkan kekuatannya mengejar
peluang yang di maksud. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan
internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Sering di
jumpai dilema bahwa ada peluang terlihat, namun organisasi tidak mampu
mengejarnya. Strategi ST akan di gunakan organisasi untuk menghindari,
setidaknya memperkecil dampak ancaman yang datang dari luar. Strategi
WT adalah taktik pertahanan yang di arahkan pada usaha memperkecil

MENEJEMEN KEPERAWATAN 24
kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dalam hal ini,
aktivitas organisasi mungkin harus menghentikan sementara dan
membubarkannya, lalu organisasi yang baru atau melebur masuk ke
organisasi sejenis yang lain, mengadakan rasionalisasi, dan lain – lain
Matriks TOWS Strenghts Weaknesses
Opportunities Srategi SO Srategi WO
Susun daftar Gunakan kekuatan untuk Tanggulangi kelemahan
peluang memanfaatkan peluang dengan memanfaatkan
peluang
Threats Strategi ST Strategi WT
Susun daftar Gunakan kekuatan untuk Perkecilan kelemahan
ancaman menghindari ancaman dan hindari ancaman
d) Analisis Tulang Ikan
Analisis tulang ikan digunakan untuk mengategorikan berbagai sebab
potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah
dimengerti dan rapi. Cara ini juga membantu dalam menganalisis apa
yang sesungguhnya terjadi dalam proses, yaitu dengan cara memecah
proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses,
mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan lain-lain.
Menfaat analisis tulang ikan adalah memperjelas sebab-sebab suatu
masalah atau persoalan. Langkah-langkah dalam membuat analisis tulang
ikan:
1. Mengidentifikasi akibat atau masalah. Tulis akibat atau masalah yang
akan ditangani pada kotak paling kanan diagram tulang ikan, misalnya
laporan keperawatan akhir bulan terlambat
2. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama. Dari garis horizontal
utama, terdapat empat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Sebab
tipa cabang mewaliki “sebab utama” dari masalah yang ditulis.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 25
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saram.
Setiap kategori memiliki penyebab yang perlu diuraikan dengan
menggunanakan curah pendapat. Bila penyebab dikemukakan,
tentukan bersama-sama karena penyebab tersebut harus ditempatkan
pada diagram tulang ikan. Sebab-sebab dituliskan pada garis
horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis horizontal
utama.
4. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama. Setelah setiap kategori
diisi, cari sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori.
Sebab sebab inilah yang merupakan petunjuk :sebab yang tampaknya
paling mungkin”. Catat jawabanya pada kertas flipchart terpisah
5. Mencapai kesepakatan atas sebab yang paling mungkin. Di antara
sebab sebab harus dicari sebab yang paling mungkin. Kaji kembali
sebab yang telah didaftarkan dan tanyakan, “mengapa ini sebabnya?”.
Tanyakan mengapa sampai pertanyaan itu tidak dapat dijawab lagi,
dan pada tahap ini sebab pokok teridentifikasi.

Unsur manajemen atau sumber daya bagi manajemen adalah hal-hal


yang merupakan modal bagi pelayanan anajemen, dengan modal itu akan
lebih menjamin pencapaian tujuan yang terdiri dari 6M yaitu:
a. M1 (Man) : Ketenagaan/sumber daya manusia.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 26
b. M2 (Material) : Sarana dan prasarana.
c. M3 (Method) : Metode asuhan keperawatan.
d. M4 (Money) : Pemasukan.
e. M5 (Mutu) : Keselamatan pasien,
kepuasan pasien, kenyamanan, kecemasan,
perawatan diri, pengetahuan/perilaku pasien.
f. M6 (Machine) : Alat, mesin.
3) Pengorganisasian data: memilih data yang mendukung dan data yang
menghambat.
4) Pembuatan rencana: tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target,
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode yang digunakan.

D. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan


puskesmas yang sesuai standar akreditasi nasional dan internasional

1) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat


inap
a) Pengorganisasian
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan
pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk
pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian
dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala Ruangan.
2. Perawat Primer.
3. Perawat Asosiet.
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan
misi Rumah sakit atau Puskesmas, hasil penyelenggaraan model asuhan
keperawatan sebelumnya, bagaimana kekuatan sumber daya yang ada dan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 27
sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada pengumpulan data
sebelumnya.
b) Rencana Strategi Perencanaan
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan
bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan
didalam Manajemen Keperawatan. Organisasi mulai menentukan dan
mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang
professional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur
kebutuhan tenaga perawat, mengatur tugas dan wewenang dari masing-
masing perawat di ruangan, jadwal kerja dari masing-masing perawat,
bagaimana mensupervisi perawat, bagaimana system kepemimpinannya,
instalasi instalasi yang menunjang idalam proses keperawatan seperti
farmasi, radiologi, laboratorium, gizi (jalur opersional). Hubungan dengan
bagian-bagian lain yang turut mendukung didalam organisasi rumah sakit
ini (anggaran, karyawan, non medis).
c) Pengaturan dan Kegiatan
Pada tahap ini setelah semua rencana strategis disusun maka mulai
dilakukan penentuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan
waktunya. Sebagai contoh dibawah ini akan diberikan rencana kegiataan
kelompok dalam penerapan model asuhan keperawatan professional yang
akan dilakukan dalam satu bulan
Minggu Uraian rencana kerja
1) Pembuatan struktur organisasi kelompok
2) Orientasi ruangan dan perkenalan
3) Analisa situasi dan perumusan masalah
4) Penyusunan progam kerja
5) Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan
1
keperawatan professional
6) Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran
dalam penerapan model praktek keperawatan
professional
7) Penyusunan format pengkajian khusu dan sistim

MENEJEMEN KEPERAWATAN 28
dokumentasi asuhan keperawatan.
8) Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat dan
kelengkapan administrasinya.
9) Penyusunan format supervise
10) Penyusunan format penunjang kegiatan lainnyaa seperti
format kegiatan harian
11) Uji coba peran
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses
dokumentasi keperawatan
2) Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi
II
keperawatan
3) Penyelengaraan supervise keperawatan
4) Penyelenggaraan sentralisasi obat
5) Persiapan penyelengaraan rotasi dinas 24 jam
1) Penerapan model asuhan keperawatan professional :
aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses
III dokumentasi keperawatan
2) Penerapan semua progam
3) Penyelengaraan rotasi 24 jam
1) Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan
IV professional
2) Penyusunan laporan
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu
pelaksanaanya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk
pelaksanaannya. Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-
bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti
pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan
kembali jadwal (pembagian tugas).
d) Persiapan Pendokumentasian
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara
lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Termasuk didalam pesiapan
ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini
berdasarkan criteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi
keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua perawat yang ada di

MENEJEMEN KEPERAWATAN 29
ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanaannya. Dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model
pendokumentasian yang sesuai.
e) Persiapan Evaluasi
Evaluasi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi
dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya
secara umum.
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh
kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan,
perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan.
1) Lingkup Manajemen Keperawatan (Suyanto, 2008) terdiri dari:
Manajemen pelayanan keperawatan dirumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)
b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan/supervisor)
c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
d) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan
proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep-konsep
manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atau evaluasi. (Suyanto, 2008).
2) Proses manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan menurut
Nursalam (2007) yaitu:
a. Pengkajian- pengumpulan data. Pada tahap ini seseorang manajer
dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien,
melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit atau puskesmas):’’
tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan
mempengaruhi fungsi organisasi keperawatn secara keseluruhan.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 30
Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses
manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b. Perencanaan. Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam
mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan
keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga
keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan. Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui
orang lain, maka tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri
atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan
tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi. Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-
faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
2) Penerapan Manajemen Keperawatan Pada Setting Pelayanan di Rumah
Sakit
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu organisasi
keperawatan dapat dicapai melalui upaya penerapan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan yaitu:
a) Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif
c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
e) Manajemen keperawatan harus terorganisir
f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 31
g) Divisi keperawatan yang baik
h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
i) Pengembangan staf
j) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawanan
Pada setting ruang rawat rumah sakit kita mengenal adanya kepala
ruangan (karu). Kepala ruangan adalah tenaga perawat yang diberikan tugas
memimpin satu ruang rawat danbertanggung jawab terhadap pemberian
asuhan keperawatan. Adapun hal-hal yang dikelola oleh kepala ruang yaitu:
1. SDM Keperawatan
2. Sarana dan prasarana
3. Biaya/anggaran
4. Sistem informasi
5. Karu secara terus menerus belajar dan menguasai pengetahuan
manajemen yang digunakan untuk menyelesaikan masalah manajerial.
6. Karu berasumsi bahwa perawat pelaksana memerlukan peningkatan
kompetensi.
7. Organisasi tetap eksis melalui upaya karu melakukan
perubahan/pembaharuan.
Adapun lingkup kegiatan kepala ruangan (Huber, 2006) yaitu:
a. Mengelola praktik klinik keperawatan dan askep di ruang rawat
b. Mengkoordinasikan pelayanan ruangan dengan dengan tim kesehatan.
c. Mengelola keuangan
d. Mengelola SDM keperawatan di ruangan
e. Bertanggung jawab terhadap staf dan pengaturan shift.
f. Mengevaluasi kualitas dan askep yang tepat.
g. Mengorientasikan dan mengembangkan staf
h. Menjamin terlaksananya standar dan aturan lain.
i. Mempertahankan kenyaman/keamanan pasien
3) Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap

MENEJEMEN KEPERAWATAN 32
Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam
manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan
staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya. Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem
kepegawaian secara keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan
manajer keperawatan untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan
meningkatkan perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi
(Marquis dan Huston, 2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau
tidaknya tenaga keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional,
terampil, dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang
harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara proaktif untuk
memenuhi kebutuhan.
Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk
menghindari kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah
dan akuitas pasien. Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus
tertulis dan dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan
tidak boleh melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja.
Kebijakan ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk
menentukan apakah memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus
terus dilakukan agar dapat menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif
dan kreatif (Marquis dan Huston, 2010).
4) Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas
Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

MENEJEMEN KEPERAWATAN 33
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan
penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di
Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan
menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga tahun
sekali, demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama
dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan
peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan
terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem
penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko,
dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah
keselamatan dan hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak
petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan
keselamatan pelayanan.

E. Perencanaan Efektif
1) Pelaksanaan Strategi Dan Rencana Yang Efektif
Banyak topik yang dibahas dalam bagian ini yang langsung berkaitan
dengan proses pelaksanaan rencana dan tugas-tugas organisasi. Mengingat
latar belakang informasi yang relavan ini, sekarang kita dapat memusatkan
perhatian pada beberapa aspek kunci.Pada umumnya, lebih banyak perhatian
dicurahkan kepada perencanaan dari pada pelaksanaan. Perencanaan itu
merupakan kegiatan intelektual atau pemikiran, sedangkan pelaksanaan itu

MENEJEMEN KEPERAWATAN 34
berorientasi pada tindakan.Pelaksanaan perlu menghimpun sumber daya,
menstrukturkan hubungan kerja, memadukan fungsi, dan mengawasi
kegiatan-kegiatan yang berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan prosedur.
Mencapai sasaran dalam sistem manusia itu membutuhkan
kepemimpinan pribadi yang efektif. Strategi yang mungkin berhasil karena
dorongan, semangat dan kepemimpinan yang cemerlang yang menghasilkan
komitmen dan usaha. Strategi yang sehat mungkin pula hancur karena
kurangnya kepemimpinan dan peserta organisasi hanya mengikuti arus saja.
Sasaran yang nyata adalah menggabungkan strategi yang sehat dengan
pelaksanaan yang terampil (skill fullimplementation) melalui kepemimpinan
yang efektif.
2) Ciri- ciri Sebuah Perencanaan Yang Efektif
Dalam sebuah organisasi perencanaan mempunyai implikasi masa
depan dan mengandung arti dibutuhkanya keahlian merancang rencana untuk
tercapainya tujuan. Pada dasarnya rencana itu mempunyai 3 ciri- ciri yaitu:
a) Perencanaan harus mengenai masa depan
b) Perencanaan harus menyangkut suatu tindakan yang akan dilakukan
c) Adanya suatu unsur identifikasi atau penyebab (causation) pribadi atau
organisasi. Artinya, adanya jalan tindakan dimasa depan akan diambil oleh
perencanaan atau oleh orang lain yang di tunjuk dalam sebuah organisasi.
Masa depan, tindakan, dan pelaksanaan pribadi atau organisasi adalah
unsur- unsur yang perlu dalam setiap rencana.
Menurut Sigian, perencanaan yang baik dalam manajemen adalah
perencanaan yang berciri sebagai berikut:
1. Rencana harus memepermudah tercapainya tujuan yang telah di tentukan
sebelumnya. Artinya, penyusunan suatu rencana tidak boleh dipandang
sebagai tujuan, tetapi sebagai cara yang sifatnya sistematik intuk
tercapainya suatu tujuan awal.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 35
2. Perencana harus sungguh- sungguh memahami hakikat tujuan yang ingin
dicapai. Menyusun rencana merupakan salah satu fungsi organik yang
harus dilakukan oleh setiap manajer.
3. Pemenuhan keahlian teknis. Penyusunan suatu rencana yang kemudian
disahkan manajer kemudian diserahkan kepada orang-orang yang
memiliki berbagai jenis keahlian yang diperlukan. Agar rencana yang
disusun itu terpadu dan komprehensif, maka anggota tim harus mampu
bekerja sama sebagai satu tim yang kompak.
4. Rencana harus disertai oleh suatu rincian yang cermat. Maksudnya,
rencana tidak hanya mengandung jawaban terhadap pertanyaan: apa, di
mana, bilamana, siapa dan mengapa. Tetapi, juga disertai penjabaranya
dalam bentuk program kerja yang menyangkut segi kehidupan organisasi.
5. Keterkaitan sebuah rencana dengan pelaksanaannya. Jika dikatakan bahwa
suatu rencana merupakan suatu bentuk keputusan, berarti hanya
mempunyai makna bila dilaksanakan. Tepat tidaknya suatu rencana bukan
terlihat dari cara perumusannya, tetapi pada pelaksanaanya.
6. Kesederhanaan. Maksudnya adalah, kesederhanaan merupakan ciri
rencana menyangkut berbagai hal seperti teknik penyusunannya,
bahasanya, sistematikanya, formatnya, serta penekanan berbagai
prioritasnya dan memperoleh pengertian yang sama dengan perencana.
Kesederhanaan harus tidak mengurangi pentingnya kelengkapan rencana.
3) Hambatan- hambatan Dalam Proses Perencanaan Yang Efektif
Setiap perencanaan yang akan dilakukan pastinya tidak lepas dari
suatu tantangan-tantangan dan hambatan. Menurut Silalahi menjelaskan
bahwa perencanaan yang baik (good planning) dapat dilakukan apabila dapat
diminimalisi hambatan-hambatan dalam perencanaan. Hambatan perencanaan
dapat di kategorikan atas dua kategori, yaitu:
a) Individual- based barriers
b) Organizationl- based Barrier

MENEJEMEN KEPERAWATAN 36
Individu sering tidak mau dan tidak mampu merencana sebab hambatan
personal untuk memaknakan partisipasi dalam perencanaan. Pada hal
perencanaan efektif memerlukan masukan dan partisipasi aktif dari anggota
organisasi secara individual. Hambatan utama dalam perencanaan efektif yang
berasal dari hambatan individual memprioritaskan masalah-masalah sehari-
hari kekurangan dari ketrampilan perencanaan, reluktansi menentukan
rencana dan tujuan, resistansi personal untuk perubahan. Hambatan kedua
ditemukan pada tingkat organisasional, termasuk dalam hambatan
organisasional ini adalah kendala tentang sumber-sumber, kendala berupa
keterbatasan informasi yang dapat, resintesi organisasional untuk berubah.
Handoko merincikan hambatan-hambatan perencanaan yang efektif,
yaitu sebagai berikut:
a. Kurang pengetahuan tentang organisasi
Para manajer tidak dapat menetapkan tujuan-tujuan yang berarti bagi
satuan-satuan kerja mereka tanpa mempunyai pengetahuan tentang
pekerjaan satuan kerja dan organisasi secara keseluruhan.
b. Kurang pengetahuan tentang lingkungan
Para manajer sering kurang memahami lingkungan eksternal
organisasi, seperti pesaing, penyedia (pemasok), Pelanggan, lembaga-
lembaga pemerintahan, dan sebagainya, sehingga menjadi bingung tentang
arah yang diambil dan enggan menetapkan tujuan yang pasti.
c. Ketidakmampuan melakukan peramalan secara efektif
Rencana- rencana dibuat tidak hanya didasarkan pengamalan masa
lalu, tetapi juga peramalan kondisi- kondisi dimasa yang akan datang.
d. Kesulitan perencanaan operasi- operasi yang tidak berulang
Dalam organisasi banyak operasi-operasi yang hanya berlangsung
dalam saat tertentu saja yang tidak akan berulang pada saat-saat yang lain,
namun perlu direncanakan. Para manajer sering melupakan hal ini.
e. Biaya

MENEJEMEN KEPERAWATAN 37
Perencanaan memerlukan banyak biaya penggunaan sumber- sumber
daya keuangan, fisik dan manusia dalam arti terjadi pemborosan-
pemborosan dalam melakukan atau merealisasikan rencana tersebut.
f. Takut gagal
Para manajer sering memandang kegagalan sebagai ancaman terhadap
keamanan jabatanya, penghargaan dan respek orang lain terhadap dirinya.
Hal yang demikian ini membuat para manajer enggan mengambil resiko
dan menetapkan tujuan tertentu.
g. Kurang percaya diri
Bila manajer kurang percaya diri, maka mereka akan ragu- ragu dalam
menetapkan tujuan yang menantang. Para manajer seharusnya merasa
bahwa mereka dan kelompok kerjanya mempunyai kemampuan untuk
mencapai tujuan organisasi.
h. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan- tujuan alternative
Para manajer sering sulit untuk menerima kenyataan bahwa mereka
tidak dapat mencapai semua hal yang penting baginya. Akibatnya, mereka
mungkin menjadi enggan untuk organisasi terikat pada satu tujuan karena
terlalu menyakitkan untuk menyingkirkan berbagai alternatif lainya.
F. Akreditasi Puskesmas
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah pengakuan yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri
setelah memenuhi standar Akreditasi.Langkah-langkah persiapan Akreditasi :
1) Meminta pendampingan dari Kabupaten/Kota
Kepala Puskesmas mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk meminta pendampingan akreditasi
dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Lokakarya (1 hari)

MENEJEMEN KEPERAWATAN 38
a) Untuk menggalang komitmen untuk memberikan pelayanan yang bermutu
dan menyiapkan akreditasi
b) Pemahaman tentang akreditasi
c) Pemahaman tentang Standar dan Instrument Akreditasi
d) Pembentukan Panitia/Tim Persiapan Akreditasi Puskesmas, dan
pembentukan Kelompok Kerja, yaitu kelompok kerja manajemen,
kelompok kerja upaya puskesmas, dan kelompok kerja pelayanan klinis.
3) Pelatihan pemahaman standar dan instrument akreditasi dan persiapan self
assessment (2 hari)
Pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas
diikuti oleh seluruh karyawan puskesmas untuk memahami secara rinci
standar dan instrument akreditasi puskesmas dan persiapan self-assessment.
Pelatihan dapat dilakukan oleh tim puskesmas yang telah dilatih atau oleh tim
pendamping dari Kabupaten.
4) Self assessment (1 hari)
Self assessment oleh staf puskesmas didampingi/dipandu oleh
pendamping (atau dilaksanakan oleh pendamping bersama staf). Panitia
Persiapan Akreditasi Puskesmas melakukan pembahasan hasil self assessment
bersama Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas dan menyusun Rencana Aksi
untuk persiapan akreditasi.
5) Penyusunan dokumen yang dipersyaratkan dan perbaikan sistem manajemen,
sistem penyelenggaraan UKM, dan sistem pelayanan UKP (perkiraan 3-4
bulan)
Identifikasi dokumen-dokumen yang dipersyaratkan oleh standar
akreditasi, penyiapan tata naskah penulisan dokumen, penyiapan dokumen
akreditasi.
a) Dokumen internal, meliputi:
1. Surat-surat keputusan (kebijakan)
2. Pedoman/manual mutu

MENEJEMEN KEPERAWATAN 39
3. Pedoman-pedoman yang terkait dengan pelayanan, upaya, program
maupun kegiatan
4. Kerangka acuan
5. Standar prosedur operasional (SPO)
6. Rekaman-rekaman (dokumen sebagai bukti telusur).
b) Dokumen eksternal yang perlu disediakan
Pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang
kewenangan pembuatan, pemanfaatan dan penyimpanan seluruh dokumen
puskesmas. Perbaikan sistem manajemen, sistem penyelenggaraan UKM,
dan sistem pelayanan UKP.
6) Implementasi (perkiraan 3-4 bulan)
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar akreditasi yang dipandu
oleh regulasi internal (document-dokumen yang telah disusun:kebijakan,
kerangka acuan, SPO, dsb). Memastikan rekaman proses dan hasil kegiatan,
penyediaan sumber daya untuk implementasi, melanjutkan Perbaikan sistem
manajemen, sistem penyelenggaraan UKM, sistem pelayanan UKP.
7) Penilaian pra survei akreditasi (2 hari)
Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi
Puskesmas, untuk mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan
penilaian akreditasi. Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil
penilaian pra survey akreditasi sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mengusulkan dilakukan survei akreditasi ke lembaga
akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi
8) Pengajuan permohonan untuk disurvei
Penilaian Pra survei akreditasi oleh Tim Pendamping Akreditasi
Puskesmas, untuk mengetahui kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan
penilaian akreditasi. Tim pendamping akan membuat rekomendasi hasil
penilaian pra survey akreditasi sebagai dasar bagi Kepala Dinas Kesehatan

MENEJEMEN KEPERAWATAN 40
Kabupaten/Kota untuk mengusulkan dilakukan survei akreditasi ke lembaga
akreditasi melalui Dinas Kesehatan Provinsi

Sasaran Akreditasi
HAL PUSKESMAS KLINIK DPM
Kelompok 1. Administrasi 1. Administrasi dan 1. Administrasi dan
Penilaian dan Manajemen. Manajemen. Manajemen.
2. Upaya 2. Upaya Kesehatan 2. Upaya Kesehatan
Kesehatan Perseorangan Perseorangan
Masyarakat
(UKM).
3. Upaya
Kesehatan
Perseorangan
(UKP)
Kategori 1. Tidak 1. Tidak 1. Terakreditasi
Tingkat Terakreditasi Terakreditasi 2. Tidak
Kelulusan 2. Terakreditasi 2. Terakreditasi terakreditasi
Dasar Dasar
3. Terakreditasi 3. Terakreditasi
Madya Utama
4. Terakreditasi 4. Terakreditasi
Utama Paripurna
5. Terakreditasi
Paripurna
Jumlah 42 Standar 27 Standar 20 Standar
Standar, 168 Kriteria 110 Kriteria 56 Kriteria
Kriteria & 776 EP 503 EP 234 EP
Elemen
Penilaian
(EP)

Instrumen Akreditasi Puskesmas

BAB
Nama EP (776)
b
I Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) 59

MENEJEMEN KEPERAWATAN 41
II Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas 121
(KMP)
III Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko 32
(PMMR)
IV Upaya Kesehatan Masyarakat yang 53
Berorientasi Sasaran (UKMBS)

V Kepemimpinan dan Manajemen Upaya 101


Kesehatan Masyarakat (KMUKM)

VI Sasaran Kinerja UKM (SKUKM) 29

VII Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien 151


(LKBP)
VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis 172
(MPLK)
IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan 58
Pasien (PMKP)

Ketentuan Kelulusan Akreditasi Puskesmas

Bab Bab Bab Bab Bab Bab Bab Bab Bab


Akreditasi
I II III IV V VI VII VIII IX

< < < < < < < < < TIDAK
75 75% 20% 60% 60% 20% 60% 20% 20%
%

≥ ≥ ≥ ≥ 60% ≥ ≥ 20% ≥ ≥ ≥ DASAR


75 75% 20% 60% 60% 20% 20%
%

≥ ≥ ≥ ≥ 75% ≥ ≥ 40% ≥ ≥ ≥ MADYA


75 75% 40% 75% 60% 60% 40%
%

≥ ≥ ≥ ≥ 80% ≥ ≥ 60% ≥ ≥ ≥ UTAMA


80 80% 60% 80% 80% 80% 60%
%

MENEJEMEN KEPERAWATAN 42
≥ ≥ ≥ ≥ 80% ≥ ≥ 80% ≥ ≥ ≥ PARIPURNA
80 80% 80% 80% 80% 80% 80%
%

MENEJEMEN KEPERAWATAN 43
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan
profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan
dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi
perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan professional.
Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang
dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat
pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan
terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi, sumber-sumber
organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritas.
Proses manajemen merupakan proses yang holistic, melibatkan banyak sisi
yang akan saling berinteraksi. Sebagai langkah awal dari proses ini, langkah
teknis yang dapat dipelajari adalah bagaimana keperawatan mampu memetakan
masalah dengan suatu metode analisis tertentu seperti mengguanakan analisis
SWOT dan TOWS.

B. SARAN
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang menyusun
perencanaan manajemen keperawatan suatu unit ruang rawat dan puskesmas.
Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.

MENEJEMEN KEPERAWATAN 44
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media.

HTTPS://ID.SCRIBD.COM/DOC/304966442/ISI-MANKEP-FIX-RABU Diakses tanggal 29


September 2017

MENEJEMEN KEPERAWATAN 45

Anda mungkin juga menyukai