Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

GANGGUAN SISTEM PANCA INDERA

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


DENGAN GANGGUAN SISTEM PANCA INDERA

Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk
ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui
seluruh anggota tubuh lainnya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak
tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada
waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran
yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab
penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-
beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti
Aristoteles dan Hipocrates yang berisi tentang suatu penurunan suhu
tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman banyak
orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya
ilmu itu dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah
mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks. Tidak ada
teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih
dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai
organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan
tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh.
Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun
dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun
1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah
lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati jumlah
balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang.
Tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menempati
urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di Brazil,
Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan
membahas tentang proses penuaan pada penurun fungsi sensori.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sensori ?
2. Bagaimana proses penuaan ?
3. Apa Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan ?
4. Apa Masalah Sensori Pada Lansia ?
5. Bagaimana ASKep sensori pada lansia ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan
proses asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap lansia dengan
gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan
sensori
b. Mengetahui definisi dari sensori
c. Mengetahui bagaimana proses penuaan
d. Mengetahui bagaimana perubahan fisiologis penuaan pada
penginderaan
e. Mengetahui masalah sensori pada lansia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan
seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan
normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran
yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang
bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi
yang segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk
digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori
mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima
sensi.Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat
bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau
mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini
terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan
burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara
binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu
individu menyadari akan adanya input. Proses selanjutnya adalah
orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang
masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap
dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau mengabaikan input
ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan
terhadap input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi
fisik dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang
diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan
hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya
menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam.
Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara
sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory
mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan
terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung,
fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum,
bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya
meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan
tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari
selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama
kalinya melalui indera peraba ini.

B. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan
yang maksimal setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel
sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan
mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang
dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (constantinides 1994). Seiring dengan proses
menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau
yang biasa disebut penyakit degeneratif.

C. Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan


Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan,
pendengaran, pengecap, penciuman, dan peraba.
1. Indra pengelihatan
Sistem pengelihatan erat kaitannya dengan presbiopi (old sight).
Lensa kehilangan elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan
kehilangan tonus. Ketajaman pengelihatan dan daya akomodasi dari jarak
jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan sistem
penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengompensasi hal
tersebut.

2. Indra pendengaran
Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi
selama otitis media atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat
diatasi dengan operasi. Hilangnya sel – sel rambut koklear, reseptor
sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain
stem trucks dikenal dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan
sistem ini sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan.
penyebab gangguan pendengaran lainnya seperti sindrom meniere
dengan ggejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh
tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma.. Hal
yang sering terjadi pada lansia adalah hilangnya high pitch terutama
konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu
memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat
gerak bibir sewaktu kita berbicara.

3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi glandula sebasea dan
glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya,
tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen
serta jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan
menyebabkan cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada
kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama sinar
ultraviolet.
Tabel : perubahan kulit pada penuaan
Perubahan fisiologis Perubahan fungsional
Kulit menggelupas, tipis,
kering, keriput dan mudah
Peningkatan pigmentasi pecah
Atrofi epidermis, glandula sebasea, Cenderung terjadi bercak
subdorifera, dan folikel rrambut senilis berwarna merah ungu
Atrofi kuku, perubahan warna
Degenerasi kolagen dan elastin rambut abu – abu/ putih
Peningkatan viskositas aliran darah
Mutasi somatis
Pengurangan jaringan subkutan
Pengurangan lemak
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan
serius akan mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan
lingkungan. Disamping itu harus dicegah faktor resiko terjadinya ceder
ketika melakukan aktivitas.

4. Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi
berbagai sensasi rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat
penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang,
sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka
butuh lebih banyak jumlah gula atau garam untuk mendapatkan rasa
yang sama dengan kualitasnya

Tabel Perubahan Morfologis & Perubahan Fisiologis


Perubahan Morfologis Perubahan Fisiologis
Pengelihatan
Penuurunan jaringan lemak Penurunanan Pengelihatan
disekitar mata jarak dekat
Enurunan elastisitas dan Penurunan koordinasi gerak
tonus jaringan bola mata
Penurunan kekuatan otot
mata Distorsi bayangan
Penurunan ketajaman kornea Pandangan biru – merah
Degenerasi pada sklera,
pupil, dan iris Comprimised night vision
Penurunan ketajaman
Peningkatan frekuensi proses mengenali warna hijau, biru
terjadinyya penyakit dan ungu
Peningkatan densitas dan Kesulitan mengenali benda
rigiditas lensa yang bergerak
Perlambatan proses
informasi dari sistem saraf
pusat
Pendengaran
Kesulitan mendengar suara
Penurunan sel rambut koklea berfrekuensi tinggi
Penurunan kemampuan
Perubahan telinga dalam membedakan pola titik nada
Degenerasi pusat Penurunan kemampuan dan
pendengaran penerimaan bicara
Hilangnyya fungsi Penurunan fungsi
neuratransmiter membedakan ucapan

Pengecap
Penurunan kemampuan Peningkatan nilai ambang
pengecapan untuk identitas benda
Penciuman
Degenerasi sel sensorik Penurunan sensitivitas nilai
mukosa hidung ambang terhadapa bau
Peraba
1. Penurunan respon terhadap
stimulus taktil
2. Penyimpangan persepsi
nyeri
Penurunan kecepatan3. Resiko terhadap bahaya
hantaran saraf termal yang berlebihan

D. Masalah Sensori Pada Lansia


1. Mata atau penglihatan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam
kehidupan untuk pemenuhan hidup sehari-hari, terkadang perubahan
yang terjadi pada mata dan telinga dapat menurunkan kemampuan
beraktifitas. Para lansia yang memilih masalh mata dan telinga
menyebabkan orang tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan
perawatan diri sendiri.

Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari
sklera, koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar
yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang
berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk
melewati bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan bagian tengah
dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga
merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh
retina dengan bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous
humor merupakan cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa
merupakan bagian transparan yang elastis yang berfungsi untuk
akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous
humormvitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya
usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan
sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous
humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum.
Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata
seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami
penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut
meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh.
Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari
jarak dekat maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas
ciliary body dan otot-otot ins, apabial sesorang mengalami penurunan
daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi. 5 masalah yang
muncul ada lansia :
a. Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah
progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous
humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia
lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan
ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan
semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami
penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.

b. ARMD ( Age-related macular degeneration )


ARMD terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami
peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri
berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan
makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan
penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan
kadang-kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat
tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka
akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan
tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan
pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang
menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam
kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa
test intravena fluorerensi
ngiography.treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan
dengan tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan
dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu
perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
c. Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada
lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa
diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi
kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada
peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang
disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya
hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi
O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah
vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma
yang berbeda pula pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di
bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan penyebab pertama
kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)

d. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di
fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang
sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa :
Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas
memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari,
penglihatan ganda. Penanganannya yang tepat adalah pembedahan
untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila
katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak
perlu dilakukan pembedahan.

e. Entropi dan eutropi


Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan
gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan.
Entropi adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata
memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot
konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtiva

2. Telinga atau pendengaran


Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan
tubuh, telinga dibagi 3 bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Bagian luar terdiri dari telinga luar sampai dengan membran
tympani, telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus,
stapes) antrum tympani, tuba auditiva eustachi sedang telinga dalam
terdiri dari labirintus osseous, labiririntus membranous.
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema
tersebut sebagai suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang
berkembang secara progresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi
dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi
berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan
arteriosklerosis. Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural,
tetapi juga dapat berupa komponen konduksi yang berkaitan dengan
presbiskusis.

Klasifikasi Gangguan Pendengaran


a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis
auditorius, membrana timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah
satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada
usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan
pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari
serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.

b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural


Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat
bising, prebiakusis, obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang
dan komplikasi aterosklerosis.

c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi,
yang merupakansuatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya
usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang progresif lambat. Terdapat
beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion
spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan
apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa gangguan atas
frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak
dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran
yang timbul (berupa gangguan frekuensi pembicaraan atau pengertian
kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan pusat
pendengaran).
3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah
dari kohlea. Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih
muda disbanding jenis lain.
4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane
basalis kohlea sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.

d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih
keras di waktu malam atau ditempatyang sunyi. Apabila bising itu begitu
keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut sebagai
tinnitus obyektif.

e. Persepsi Pendengaran Abnormal


Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis,
yang berupa suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang
keras. Tingkat suara bicara yang pada orang normal terdengar biasa, pada
penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.

f. Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara


Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan
arah suara, terutama dalam lingkungan yang agak bising.

3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan,
tepi dan belakang, rasa manis dan asin berada pada bagian ujung lidah,
asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi pengecap akan
berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan
menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu
menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang
asin (padahal sudah asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan.
Ketidakmampuan mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral.
Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecapan,
hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis
dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap. Masalah yang
sering timbul pada lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin
menurun.

4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus
menerus terbentuk didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan
hidung menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada tonjolan olfaktorius
juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra
penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan
pada penciuman terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan didukung
oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung
untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu
enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan
pemenuhan nutrisi.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 94 thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Suku : Sunda
Alamat Rumah : Desa pasir jaya Rt 09

2. Riwayat Kesehatan
a. Masalah Kesehatan yang pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya
sering merasa panas-dingin atau masuk angin.

b. Masalah Kesehatan yang dirasakan saat ini :


Klien sedang tidak merasa sakit, hanya klien sudah kesulitan dalam
pendengaran dan penglihatan juga sudah menurun.

c. Masalah Kesehatan Keluarga / Keturunan :


Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

3. Riwayat Kesehatan
NO KEGIATAN DIRUMAH
1 NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
Frekuensi Makanan 2x sehari
Jenis Makanan Nasi,sayuran
Makanan yang disukai Tahu, Tempe
Makanan yang tidak disukai Makanan manis
Makanan pantangan : Tidak ada
Nafsu makan Baik
Rasa mual/muntah Tidak ada mual
Kebutuhan kalori Kurang tercukupi
Jenis diet Tidak diet
Intake cairan/minuman ± 5 x 200ml ( air putih & Teh pait )
Kesulitan lain Tidak ada
IMT 19,11
2 ELIMINASI
BAB
Frekuensi 1x 1 sehari
Waktu Di pagi hari
Penggunaan pencahar Tidak menggunakan pencahar
Warna Kuning /normal
Konsistensi Tidak lembek
NO KEGIATAN DIRUMAH
Darah/lender Tidak ada
Kolostomi/ileostomi Tidak ada

BAK
Frekuensi 3-5x sehari
jumlah ± 150ml
nyeri Tidak ada
Warna Kuning jernih
Bau Normal
Incontinencia Tidak ada
Hematuria Tidak ada
Infeksi Tidak ada
Cateter Tidak menggunakan
Urine out put 500ml sehari
3 POLA ISTIRAHAT TIDUR
Waktu tidur 2x sehari
Lama tidur 10 jam
Kebiasaan tidur Membaca doa,sholat
Mimpi buruk jarang
Jam tidur ( siang dan malam ) 13.00-15.00 / 21.00-05.00
Kualitas tidur Tengah malam bangun untuk sholat
Kondisi setelah bangun segar
4 PERSONAL HYGIENE
Mandi 2x sehari, mandiri
Gosok gigi Mandiri
Cuci rambut Mandiri
Ganti pakaian mandiri
5 POLA AKTIVITAS DAN
LATIHAN
Kegiatan dalam pekerjaan Tidak ada
Kegiatan diwaktu luang Bermain dengan cicit
Olahraga : Jenis Jalan-jalan di pagi hari
Frekuensi latihan Setiap pagi
Kesulitan/ keluhan dalam hal : Kesulitan berjalan/ merambat /
memakai tongkat
Pergerakan tubuh lemah
Mengenakan pakaian Mandiri
Mengedan saat BAB Tidak mengedan
Mandi Mandiri
Mudah merasa kelelahan Mudah merasa lelah
Sesak nafas saat beraktifitas Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut warna Putih karna uban
Kualitas / distribusi Mudah di cabut
Kondisi kulit kepala Bersih, tidak ada luka
Bengkak/ memar Tidak ada
Bentuk Simetris
Pusing / sakit kepala Tidak pusing
Alopesia Tidak ada
Benjolan / masa Tidak ada
Mata
Bentuk Simetris
Ketajaman penglihatan Penglihatan menurun
Daya akomodasi Kurang baik (± 1mtr )
Reaksi pupil Miosis isokor
Konjungtiva Pucat
Pergerakan bola mata Normal
Edema palpebra Tidak ada
Penggunaan alat bantu Tidak ada
Adanya lesie Tidak ada

Hidung
Keluaran / secret Tidak ada
Lecet atau lesi Tidak ada
Septum Tidak ada
Edema / polip Tidak ada
Reaksi alergi Tidak ada
Fungsi penghidu Menurun
Epistaksis Tidak ada
Pernapasan cuping hidung Tidak ada
Bibir / mulut lembab
Bentuk Normal
Lesi / lecet Tidak ada
Membrane mukosa Tidak ada
Warna bibir Pucat
Kelengkapan gigi / penggunaan Gigi tinggal 5
gigi palsu Tidak ada
Caries Tidak ada
Edema pada gusi Tidak ada
Pembesaran tonsil Tidak ada
Stomatitis Tidak ada
Kesulitan menelan Tidak ada

Telinga / pendengaran
Bentuk Normal
Lesi / lecet Tidak ada
Keluaran cerumen / cairan Tidak ada
Fungsi pendengaran Menurun ± 30cm
- Hasil test weber -
- Test rine -
- Test swabach -
- Test bisik -
Penggunaan alat bantu Tidak ada
Fungsi keseimbangan Menurun ( menggunakan
tongkat, karna pernah jatuh d
kamar mandi )

Leher
Kulit Elastic, keriput,kering
Kelenjar getah bening Tidak ada
Kelenjar tiroid Tidak ada
Sirkulasi
Distensi vena jugularis Normal
Suara jantung S1, S2
Suara jantung tambahan Tidak ada
Nyeri dada Tidak ada
Edema clubbing finger Tidak ada
Rasa pusing Tidak ada
Rasa kesemutan Tidak ada
Perubahan frekuensi / jumlah urine Saat dingin jmlh urine
Varises meningkat
Tanda sianosis Tidak ada
Tanda anemia Tidak ada
Tanda phlebitis Tidak ada
Akral dingin Tidak ada
Tidak ada

Pernapasan
Suara paru Vesicular
Pola napas dangkal
Bentuk dada Simetris
Sputum Tidak ada
Nyeri dada Tidak ada
Bentuk / hemaptoe Tidak ada
Pengembangan dada Simetris
Penggunaan otot pernapasan Tidak ada
tambahan
Irama pernapasan Normal
Pernapasan cuping hidung Tidak ada
Riwayat merokok Tidak ada

Muskuluskeletal
Nyeri Tidak ada
Pola latihan gerak (ROM) Skala 4
Tonus otot 44
33
Deformitas / kelainan bentuk Tidak ada

Kulit
Warna Sawo matang
Turgor Elastic
Texture Normal
Lesi luka Tidak ada
Letak luka (gambarkan) Tidak ada

Abdomen / Pencernaan Keterangan

Bentuk Simetris
Acites Tidak ada
Gambaran pembuluh darah vena -
Massa -
Bising usus 10X permenit
Nyeri tekan Tidak ada
Pembesaran hati Tidak ada
Mual/ muntah Tidak mual
Hemoroid Tidak ada

Neurosensori Keterangan
Tingkat kesadaran Normal
Nilai GCS Eye4, motorik 5, verbal 6
Koordinasi /tremor Tidak ada
Orientasi terhadap waktu, tempat Mulai pikun ( lupa orang,tempat
dan ruang )
Pola tingkah laku
Reflek Baik
Kekuatan menggenggam Baik
Riwayat kejang/ epilepsy Menurun
Sakit kepala Tidak ada
Kejang Tidak ada
Paralise/ parise Tidak ada
Tanda peningkatan TIK Tidak ada
Tidak ada

Reproduksi Keterangan
Untuk Klien wanita
Kehamilan -
Buah dada -
Nipple -
Ada massa/ tidak Tidak ada
Perdarahan Tidak ada
Keputihan
Usia menarche
Lamanya siklus menstruasi
Periode menstruasi terakhir
Fungsi seksual

Endokrin Keterangan
Rasa haus Normal
Rasa lapar Tidak lapar
Poli uri Baik
Ada riwayat luka sukar sembuh Tidak ada
Riwayat pola diet tunggi gula Tidak ada
Penurunan BB drastic Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga (gula) Tidak ada

Imunologi Keterangan
Riwayat alergi Tidak ada
Jenis allergen Tidak ada
Reaksi allergen yang muncul Tidak ada

Tanda-tanda vital Keterangan


Tekanan darah 130/80Mmhg
Pernafasan 16x permenit
Nadi 60x permenit
Irama nadi Normal
Kekuatan nadi Baik
Suhu 36,8 ºC

Perkemihan Keterangan
Kesulitan BAK Tidak ada
Pembesarab blas Tidak ada
Penggunaan diuretic Tidak menggunakan
Perubahan frekuency BAK Tidak ada
Keseimbangan intake/ output Baik

Nyeri / Ketidaknyamanan Keterangan


Lokasi Tidak ada
Intensitas nyeri skala 1-10 Tidak ada
Frekuensi Tidak ada
Kualitas Tidak ada
Durasi Tidak ada
Penjalaran Tidak ada
Factor-faktor pencetus Tidak ada
Cara menghilangkan nyeri Tidak ada
Respon emosional Tidak ada
Mengerutkan muka Tidak ada
Memegang area yang nyeri Tidak ada

5. Integritas Ego / Psikososial


a. Factor Stress
Klien merasa takut kalau melihat cucu nya yang masih kecil bermain-main
sendirian,karna kedua orang tuanya kerja dan nenek masih mengasuh
cicit nya.
b. Cara menangani stress
Klien bermain dengan cicit nya.
c. Masalah-masalah Financial
Klien takut menyusahkan cucu dan cucu menantunya karna hidup nya di
topang oleh cucu menantu nya sedangkan cucu nya sendiri tidak bekerja.
d. Status hubungan penyelesaian financial
Klien hanya bisa berdoa kepada allah agar anak dan menantunya selalu di
beri rezky.
e. Factor-faktor budaya
Klien berasal dari suku sunda dan dia tinggal di daerah orang2 sunda.
f. Agama dan ibadah
Klien beragama islam dan rajin melaksanakan sholat 5 waktu.
g. Gaya hidup
Klien hanya berdiam diri di rumah sambil bermain dengan cicitnya yang
masih kecil.
h. Perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Klien merasa tidak berdaya karna kondisi fisik nya tidak sebaik dulu.
Sudah mulai tidak mendengar dan penglihatan mulai menurun
i. Status emosional
Terkadang klien suka merasa tersinggung dan cepat marah karna salah
persepsi karna fungsi pendengaran nya sudah menurun.
6. Interaksi Sosial
a. Status perkawinan : janda
b. Lama ; -
c. Hidup dengan : cucu, cucu menantu dan 2 orang cicit nya
d. Masalah-masalah / stress : saat cucu nya tidak bekerja dan cucu
menatunya menjadi stress karna punya gangguan kejiwaan.
e. Keluarga besar : klien mempunyai 2 anak, dan 1 cucu, dan 2 cicit
f. Peran dalam struktur keluarga : nenek dari ke 2 cicit nya
g. Perubahan bicara, penggunaan alat bantu komunikasi : klien
sudah sulit mendengar tetapi tidak menggunakan alat bantu
h. Bicara : intoleransi kurang dan hanya bisa berbahasa sunda
i. Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/ orang
terdekat : Klien tampak lancer berkomunikasi dengan cucu,cucu
menantu maupun cicit nya.
j. Pola interaksi keluarga ( perilaku ) : klien lebih agak pendiam

7. Data Spritual
Agama/ kepercayaan yang di anut : islam
Kegiatan keagamaan yang dilakukan : sholat 5waktu

B. Analisa Data
Symtom Etiologi Problem
Ds : Klien mengatakan :
 Sudah tidak jelas mendengar.
 Lupa terhadap orientasi tempat dan
orang
perubahan Gangguan persepsi
DO : klien tampak penerimaan sensori, sensori (visual,
 Tidak menggunakan alat bantu transmisi dan auditori)
dengar integrasi
 Tidak bs mendengar pada jarak ±
30cm
DS : Klien Mengatakan :
 Klien hanya menyukai tahu dan
tempe
ketidakmampuan Ketidakseimbangan
DO : klien tampak untuk memasukan Nutrisi kurang dari
 Rambut klien rontok atau mencernaa kebutuhan tubuh
 N = 60X permenit nutrisi oleh karena
 Konjungtiva pucat factor ekonomi
 Bising usus 15x
 Kulit kering
DS : Klien Mengatakan
 Sulit dalam berjalan
 Cepat lelah

DO : klien tampak indeks masa tubuh di Gangguan mobilitas


 Menggunakan tongkat atas 75 tahun fisik
 Gerakan sangat lambat percentile sesuai
 Penurunan pergerakan 9 penurunan dengan usia.
untuk berjalan )
 Klien tampat jalan sambil merembet
tembok

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan
perubahan penerimaan sensori, transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd
ketidakmampuan untuk memasukan atau mencernaa nutrisi oleh karena
factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun
percentile sesuai dengan usia.

D. Intervensi
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
DX NOC NIC
1 Setelah dilakukan tindakan  Monitoring perubahan status
keperawatan selama…x24 neurologis pasien.
gangguan persepsi sensori  Monitoring tingkat kesadaran
teratasi dengan indicator : pasien.
 Pasien dapat menunjukkan  Identifikasikan factor yang
kemampuan kognitif. berpengaruh terhadap gangguan
 Pasien dapat persepsi sensori.
mengidentifikasikan diri,
 Pastikan akses dan penggunaan
orang, tempat, dan waktu. alat bantu sensori.
 Tingkatkan jumlah stimulus untuk
mencapai tingkat sensori yang
sesuai.
DX NOC : NIC
2 § Nutritional status : Kaji adanya alergi makanan
adequacy of nutrient  Yakinkan diet yang dimakan
§ Nutritional status : food and mengandung tinggi serat untuk
fluid intake mencegah konstipasi
§ Weight control  Ajarkan pasien bagaimana
Setelah dilakukan tindakan menbuat catatan makanan harian
keperawatan selama…x24  Monitor adanya penurunan BB
nutrisi kurang teratasi dengan  Monitor lingkungan selama makan
indicator :  Jadwalkan pengobatan dan
 Albumin serum tindakan tidak selama jam makan
 Pre albumin serum  Monitor turgor kulit
 Hematokrit  Monitor kekeringan, rambut kusam
 Hemoglobin  Monitor mual dan muntah
 Total airon capacity  Monitor pucat,kemerahan, dan
 Jumlah limfosit kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor intake nutrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dngan ahli gizi untuk
menentkan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
DX NOC NIC
3 § Joint movement : active  Monitoring vital sign sebelum /
§ Mobility level sesudah latihan dan lihat respon
§ Self care pasien saat latihan
Setelah dilakukan tindakan  Kaji kemampuan pasien dalam
keperawatan mobilisasi
selama…..x24jam gangguan  Bantu klien untuk menggunakan
mobilitas fisik teratasi dengan tongkat saat berjalan dan cegah
criteria hasil : terhadap cedera.
 Klien meningkatkan dalam
 Latih pasien dalam pemenuhan
aktivitas fisik ADLs secara mandiri sesuai
 Mengerti tujuan dari kemampuan
peningkatan mobilitas  Berikan alat bantu jika klien
 Memperagakan penggunaan memerlukan
alat bantu untuk mobilisasi  Ajarkan pasien bagaimana
(walker ) merubah posisi dan berikan
 Memverbalisasikan perasaan bantuan jika di perlukan
dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan
berpindah

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam
maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui
organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan
seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan
normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut
penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan,
pendengaran, pengecap, penciuman, dan peraba.

DAFTAR PUSTAKA

Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta :
Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
Panduan dianosa keperawatan NANDA
Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai