BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap lansia dengan gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan sensori
2. Mengetahui definisi dari sensori
3. Mengetahui bagaimana proses penuaan
4. Mengetahui bagaimana perubahan fisiologis penuaan pada penginderaan
5. Mengetahui masalah sensori pada lansia
BAB 2
PEMBAHASAN
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang
sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang
dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ
saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan
informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau informasi
tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar
stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah
menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input
sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar
suara kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari
akan adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu
memperhatikan input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut
(interpretation). Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan
untuk memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu
tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak
tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota
tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan
semua informasi visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya
meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan
perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan
bahasanya juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya
meneruskan informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi
tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-
lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi
yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal
setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun.
Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.
Itulah yang dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita ( constantinides 1994 ). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan
mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
2. Indra pendengaran
Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media
atau tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel –
sel rambut koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear
ganglion, brain stem trucks dikenal dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan sistem ini
sangat kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan. penyebab gangguan pendengaran
lainnya seperti sindrom meniere dengan ggejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa
penuh tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma.. Hal yang sering
terjadi pada lansia adalah hilangnya high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan
lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia
dapat melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.
3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit
akan kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit disebabkan
atrovi glandula sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada
epidermisnya, tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta
jaringan elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan
cechymosen. Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot.
Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar
matahari, terutama sinar ultraviolet.
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan
mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungan. Disamping itu harus
dicegah faktor resiko terjadinya ceder ketika melakukan aktivitas.
4. Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi
rasa ( manis, asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf
tersebut berkurang, sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka
butuh lebih banyak jumlah gula atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan
kualitasnya
Pengecap
C. Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas,
kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa
diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata
akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada
kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya
hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan
nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus,
adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada
suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma
merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1. Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2.Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3.Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
D. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing terganggu (retina)
katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan
gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas
memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.
Penanganannya yang tepat adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak
pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak
mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
3. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan
yang progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan
jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul
berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan
frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori,
dan gangguan pusat pendengaran).
4. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang
sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi
disebut sebagai tinnitus obyektif.
3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang,
rasa manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit
dipangkal lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi
pengecap akan menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu
menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah
asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan. Ketidakmampuan
mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap. Masalah yang sering timbul
pada lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin menurun.
4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk
didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi
progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam
indra penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman
terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang
dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk
menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap
keinginan pemenuhan nutrisi.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 94thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Suku : Sunda
Alamat Rumah : Desa pasir jaya Rt 09
2. Riwayat Kesehatan
Masalah Kesehatan yang pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya sering merasa
panas-dingin atau masuk angin.
3. Riwayat Kesehatan
NO KEGIATAN DIRUMAH
1 NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
Frekuensi Makanan 2x sehari
Jenis Makanan Nasi,sayuran
Makanan yang disukai Tahu, Tempe
Makanan yang tidak disukai Makanan manis
Makanan pantangan : Tidak ada
Nafsu makan Baik
Rasa mual/muntah Tidak ada mual
Kebutuhan kalori Kurang tercukupi
Jenis diet Tidak diet
Intake cairan/minuman ± 5 x 200ml ( air putih & Teh pait )
Kesulitan lain Tidak ada
IMT 19,11
NO KEGIATAN DIRUMAH
2 ELIMINASI
BAB
Frekuensi 1x 1 sehari
Waktu Di pagi hari
Penggunaan pencahar Tidak menggunakan pencahar
Warna Kuning /normal
Konsistensi Tidak lembek
Darah/lender Tidak ada
Kolostomi/ileostomi Tidak ada
BAK
NO KEGIATAN DIRUMAH
3 POLA ISTIRAHAT TIDUR
Waktu tidur 2x sehari
Lama tidur 10 jam
Kebiasaan tidur Membaca doa,sholat
Mimpi buruk jarang
Jam tidur ( siang dan malam ) 13.00-15.00 / 21.00-05.00
Kualitas tidur Tengah malam bangun untuk sholat
Kondisi setelah bangun segar
NO KEGIATAN DIRUMAH
4 PERSONAL HYGIENE
NO KEGIATAN DIRUMAH
5 POLA AKTIVITAS DAN
LATIHAN
Kegiatan dalam pekerjaan Tidak ada
Kegiatan diwaktu luang Bermain dengan cicit
Olahraga : Jenis Jalan-jalan di pagi hari
Frekuensi latihan Setiap pagi
Kesulitan/ keluhan dalam hal : Kesulitan berjalan/ merambat /
memakai tongkat
Pergerakan tubuh lemah
Mengenakan pakaian Mandiri
Mengedan saat BAB Tidak mengedan
Mandi Mandiri
Mudah merasa kelelahan Mudah merasa lelah
Sesak nafas saat beraktifitas Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut warna Putih karna uban
Kualitas / distribusi Mudah di cabut
Kondisi kulit kepala Bersih, tidak ada luka
Bengkak/ memar Tidak ada
Bentuk Simetris
Pusing / sakit kepala Tidak pusing
Alopesia Tidak ada
Benjolan / masa Tidak ada
Mata
Bentuk Simetris
Ketajaman penglihatan Penglihatan menurun
Daya akomodasi Kurang baik (± 1mtr )
Reaksi pupil Miosis isokor
Konjungtiva Pucat
Pergerakan bola mata Normal
Edema palpebra Tidak ada
Penggunaan alat bantu Tidak ada
Adanya lesie Tidak ada
Hidung
Keluaran / secret Tidak ada
Lecet atau lesi Tidak ada
Septum Tidak ada
Edema / polip Tidak ada
Reaksi alergi Tidak ada
Fungsi penghidu Menurun
Epistaksis Tidak ada
Pernapasan cuping hidung Tidak ada
Bibir / mulut lembab
Bentuk Normal
Lesi / lecet Tidak ada
Membrane mukosa Tidak ada
Warna bibir Pucat
Kelengkapan gigi / penggunaan gigi Gigi tinggal 5
palsu Tidak ada
Caries Tidak ada
Edema pada gusi Tidak ada
Pembesaran tonsil Tidak ada
Stomatitis Tidak ada
Kesulitan menelan Tidak ada
Telinga / pendengaran
Bentuk Normal
Lesi / lecet Tidak ada
Keluaran cerumen / cairan Tidak ada
Fungsi pendengaran Menurun ± 30cm
- Hasil test weber -
- Test rine -
- Test swabach -
- Test bisik -
Leher
Kulit Elastic, keriput,kering
Kelenjar getah bening Tidak ada
Kelenjar tiroid Tidak ada
Sirkulasi
Distensi vena jugularis Normal
Suara jantung S1, S2
Suara jantung tambahan Tidak ada
Nyeri dada Tidak ada
Edema clubbing finger Tidak ada
Rasa pusing Tidak ada
Rasa kesemutan Tidak ada
Perubahan frekuensi / jumlah urine Saat dingin jmlh urine meningkat
Varises Tidak ada
Tanda sianosis Tidak ada
Tanda anemia Tidak ada
Tanda phlebitis Tidak ada
Akral dingin Tidak ada
Pernapasan
Suara paru Vesicular
Pola napas dangkal
Bentuk dada Simetris
Sputum Tidak ada
Nyeri dada Tidak ada
Bentuk / hemaptoe Tidak ada
Pengembangan dada Simetris
Penggunaan otot pernapasan tambahan Tidak ada
Irama pernapasan Normal
Pernapasan cuping hidung Tidak ada
Riwayat merokok Tidak ada
Muskuluskeletal
Nyeri Tidak ada
Pola latihan gerak (ROM)
Tonus otot
Skala 4
Deformitas / kelainan bentuk 4 4
3 3
Tidak ada
Kulit
Warna Sawo matang
Turgor Elastic
Texture Normal
Lesi luka Tidak ada
Letak luka (gambarkan) Tidak ada
Bentuk Simetris
Acites Tidak ada
Gambaran pembuluh darah vena -
Massa -
Bising usus 10X permenit
Nyeri tekan Tidak ada
Pembesaran hati Tidak ada
Mual/ muntah Tidak mual
hemoroid Tidak ada
Neurosensori Keterangan
Endokrin Keterangan
Imunologi Keterangan
Perkemihan Keterangan
Kesulitan BAK Tidak ada
Pembesarab blas Tidak ada
Penggunaan diuretic Tidak menggunakan
Perubahan frekuency BAK Tidak ada
Keseimbangan intake/ output Baik
Nyeri / Ketidaknyamanan Keterangan
5. Factor-faktor budaya
Klien berasal dari suku sunda dan dia tinggal di daerah orang2 sunda.
7. Gaya hidup
Klien hanya berdiam diri di rumah sambil bermain dengan cicitnya yang masih kecil.
8. Perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Klien merasa tidak berdaya karna kondisi fisik nya tidak sebaik dulu. Sudah mulai tidak
mendengar dan penglihatan mulai menurun
9. Status emosional
Terkadang klien suka merasa tersinggung dan cepat marah karna salah persepsi karna fungsi
pendengaran nya sudah menurun.
6. Interaksi Sosial
Status perkawinan : janda
Lama ;-
Hidup dengan : cucu, cucu menantu dan 2 orang cicit nya
Masalah-masalah / stress : saat cucu nya tidak bekerja dan cucu menatunya menjadi
stress karna punya gangguan kejiwaan.
Keluarga besar : klien mempunyai 2 anak, dan 1 cucu, dan 2 cicit
Peran dalam struktur keluarga : nenek dari ke 2 cicit nya
Perubahan bicara, penggunaan alat bantu komunikasi : klien sudah sulit mendengar
tetapi tidak menggunakan alat bantu
Bicara : intoleransi kurang dan hanya bisa berbahasa sunda
Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/ orang terdekat :
Klien tampak lancer berkomunikasi dengan cucu,cucu menantu maupun cicit nya.
Pola interaksi keluarga ( perilaku ) : klien lebih agak pendiam
7. Data Spritual
Agama/ kepercayaan yang di anut : islam
Kegiatan keagamaan yang dilakukan : sholat 5waktu
5. Analisa Data
dengar
Tidak bs mendengar pada jarak ±
30cm
DS : Klien Mengatakan :
Klien hanya menyukai tahu dan
tempe
ketidakmampuan Ketidakseimbangan
DO : klien tampak untuk memasukan atau Nutrisi kurang dari
Konjungtiva pucat
Bising usus 15x
Kulit kering
DS : Klien Mengatakan
Sulit dalam berjalan
Cepat lelah
indeks masa tubuh di Gangguan mobilitas
DO : klien tampak atas 75 tahun fisik
6. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan perubahan penerimaan
sensori, transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan untuk
memasukan atau mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun percentile sesuai dengan
usia.
7. Intervensi
4.1 KESIMPULAN
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang
sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang
dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita. Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah
kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, dan peraba.
Daftar Pustaka
1. Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba
Medika.
2. Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
3. http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 25 april 2014 )
4. wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
5. Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di akses tgl 29 april 2014 )
6. Panduan dianosa keperawatan NANDA