Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK KESEHATAN MATRA

ANALISA BENCANA BANJIR DAN LONGSOR BENGKULU


PADA 27 APRIL 2019

Dosen Pengampu: Ns. Ronny Basirun Simatupang, M.Si (Han)

Oleh Kelompok 23:

Mutiara Tobing 1710711085


Triyono 1710711086
Zahrotul Mutingah 1710711088
Chaerani 1710711096

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga Tugas
berupa laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Dalam pembuatan laporan
ini, penulisi bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Praktik Kesehatan Matra.
            Dalam pembuatan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah berperan serta dalam pembuatan makalah ini.
            Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi materi yang penulis sajikan maupun dari segi penulisannya. Untuk itu segala
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
            Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan
bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, April 2021

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1. 1 Latar Belakang........................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..................................................................................................2
1. 3 Tujuan.....................................................................................................................3
1. 4 Manfaat...................................................................................................................4
1. 5 Ruang Lingkup.......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6


2.1 Definisi Bencana Banjir.........................................................................................6
2.2 Aspek kesehatan dalam Bencana Banjir.................................................................7
2.3 Manajemen Penanganan Bencana Banjir dalam Aspek Kesehatan.......................8

BAB III ANALISIS KASUS KEJADIAN BENCANA..............................................13


3. 1 Kronologis Kejadian Bencana Banjir Bengkulu..................................................13
3. 2 Dampak Kesehatan...............................................................................................14
3. 3 Upaya yang dilakukan Pemerintah dan non pemerintah......................................14
3.3.1 Upaya Pemerintah.....................................................................................14
3.3.2 Upaya Non Pemerintah.............................................................................15
3. 4 Kajian Aspek Kesehatan Matra............................................................................16
3.4.1 Rapid Health Assesment (RHA)...............................................................16
3.4.2 Penanganan Awal ....................................................................................20
3.4.3 Penanganan lanjutan.................................................................................21
3.4.4 Manajemen Pengungsi..............................................................................21
3.4.5 Penatalaksanaan Korban Meninggal.........................................................21

iii
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.............................................................................23
4. 1 Pembelajaran Baik yang Bisa Diperoleh dari Penanganan Bencana...................23
4. 2 Strategi Penanganan Bencana Lain yang Perlu Dilakukan..................................23
4. 3 Pedoman atau Instrument Edukatif yang Bisa Digunakan dalam Penangan
Bencana dari Aspek Kesehatan............................................................................24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................25


5. 1 Simpulan............................................................................................................25
5. 2 Saran...................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara rawan bencana, salah satu penyebabnya karena
posisi geografis Indonesia yang di apit oleh dua samudra besar dunia (samudra
Hindia dan samudra Pasifik) dan posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga
lempeng utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng
Pasifik yang sewaktu-waktu dapat menjadi bencana besar bagi Indonesia apabila
lempeng-lempeng tersebut saling bertabrakan. Selain itu Indonesia memiliki berbagai
potensi bencana seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan, gempa, puting beliung,
longsor, dan sebagainya (Alghifari, 2020). Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2016
telah melakukan asistensi di 34 Kabupaten/Kota rawan bencana dari 170
Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan. Kabupaten/kota tersebut berada di 8 provinsi
salah satunya yaitu Provinsi Bengkulu (Pusat Krisis Kemenkes RI, 2016).
Provinsi Bengkulu terletak di pantai barat pulau Sumatra. Provinsi ini
memiliki garis pantai 525 km yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia.
Beberapa provinsi lain yang berbatasan dengan daerah pedalaman merupakan
Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Jambi di utara, Provinsi Sumatera Selatan di
timur, dan Provinsi Lampung di selatan. Secara geografis, Provinsi Bengkulu terletak
di antara 02°16'-03°31'Lintang Selatan dan 101°01'-103°41'Bujur Timur. Wilayahnya
terdiri dari 9 kabupaten, 1 kota, 126 kecamatan, 148 desa, dan 1.294 desa. Dengan
luas 19.919,33 km2. Provinsi ini dapat dibagi menjadi tiga wilayah fisiografis, yaitu
dataran rendah di sepanjang pantai barat, bukit-bukit di wilayah tengah, dan
pegunungan di wilayah timur berbatasan dengan Jambi dan Sumatera Selatan.
Provinsi ini juga terletak di zona tabrakan aktif dua lempeng tektonik, yaitu Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Mengacu pada kondisi tersebut, provinsi ini
rawan bencana gempa, gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor (BPS Provinsi
Bengkulu, 2021).

1
Banjir merupakan bencana yang terjadi hampir diseluruh Indonesia. Banjir
merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang biasanya tidak
digenangi air dalam jangka waktu tertentu (BNPB, 2019). Banjir juga diartikan
sebagai peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Selain memutuskan akses, banjir juga menyebabkan masyarakat mengalami kerugian
harta dan benda serta merendam rumah masyarakat. Selain itu akibat dari bencana
banjir biasanya juga menyebabkan bencana longsor karena tanah yang ada
strukturnya menjadi lemah (Alghifari, 2020).
Di Kota Bengkulu, banjir merupakan bencana alam yang menduduki
peringkat tertinggi yaitu terjadi sebanyak 16 kali di tahun 2015, 39 kali ditahun 2016
dan 31 kali di tahun 2017 (BPBD, 2018 dalam Santri et al., 2020). Bencana banjir ini
kemudian terjadi lagi pada tahun 2019, tepatnya pada 26 April 2019. Hujan deras
pada tanggal 26 April di Provinsi Bengkulu menyebabkan banjir dan longsor yang
mempengaruhi sembilan (9) kabupaten di provinsi tersebut: Kota Bengkulu, Kaur,
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Seluma, Kapahiang, Lebong
dan Rejang Lebong dan sekitar 13.000 orang terkena dampak banjir (Indonesian Red
Cross Agency, 2019).
Hingga Sabtu 27 April, banjir menewaskan 10 orang, 8 orang hilang, 2 orang
luka berat dan lebih dari 12.000 orang mengungsi. Selain itu, 184 unit rumah, 4
fasilitas pendidikan dan 40 lokasi prasarana umum seperti jalan, jembatan dan sistem
drainase rusak. Banjir memaksa masyarakat yang tinggal di daerah bencana untuk
mengungsi ke daerah yang lebih tinggi dan tinggal di tenda darurat atau tempat
penampungan yang dapat mereka temukan. Longsor juga terjadi di wilayah tersebut
dan memutus akses sepenuhnya dari Provinsi Sumatera Selatan ke Bengkulu
(Indonesian Red Cross Agency, 2019).

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
pembuatan laporan ini adalah:
a. Apa definisi bencana banjir?

2
b. Bagaimana aspek kesehatan dalam bencana banjir?
c. Bagaimana manajemen penanganan bencana banjir dalam aspek kesehatan?
d. Bagaimana kronologis kejadian bencana banjir Bengkulu?
e. Apa saja dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana banjir Bengkulu?
f. Apa saja upaya yang dilakukan pemerintah dan non pemerintah dalam
menanggulangi bencana banjir Bengkulu?
g. Bagaimana bencana banjir Bengkulu berdasarkan kajian aspek kesehatan
matra?
h. Apa pembelajaran baik yang bisa diperoleh dari penanganan bencana banjir
bengkulu?
i. Bagaimana strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan selain yang
sudah dilakukan pada bencana banjir Bengkulu?
j. Apa pedoman atau instrument edukatif yang bisa digunakan dalam
penanganan bencana banjir dari aspek kesehatan?

1. 3 Tujuan
Berdasarkan beberapa poin rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan
laporan ini adalah:
a. Mengetahui definisi bencana banjir
b. Mengetahui aspek kesehatan dalam bencana banjir
c. Mengetahui manajemen penanganan bencana banjir dalam aspek kesehatan
d. Mengetahui kronologis kejadian bencana banjir Bengkulu
e. Mengetahui dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh bencana banjir
Bengkulu
f. Mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah dan non pemerintah dalam
menanggulangi bencana banjir Bengkulu
g. Mengetahui bencana banjir Bengkulu berdasarkan kajian aspek kesehatan
matra
h. Mengetahui pembelajaran baik yang bisa diperoleh dari penanganan bencana
banjir bengkulu

3
i. Mengetahui strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan selain yang
sudah dilakukan pada bencana banjir Bengkulu
j. Mengetahui pedoman atau instrument edukatif yang bisa digunakan dalam
penangan bencana banjir dari aspek kesehatan

1. 4 Manfaat
Berdasarkan beberapa poin tujuan diatas, maka manfaat dari pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut :
a. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor ini mahasiswa
keperawatan dapat menambahkan pengetahuan dalam penanganan bencana
banjir dan longsor serta mendapatkan informasi bagaimana peran perawat
dalam kesehatan matra.
b. Bagi Masyarakat
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor maka masyarakat dapat
menerima informasi terkait bencana banjir dan longsor di Bengkulu dan dapat
menjadikan informasi tersebut sebagai acuan dalam menghadapi bencana
banjir dan longsor.
c. Bagi Institusi
Dengan adanya analisis bencana banjir dan longsor maka institusi dapat
menggunakan sebagai tinjauan materi pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan sumber informasi bagi institusi terkait dan sebagai bentuk
intervensi dalam bentuk konsultasi kesehatan matra sehingga dapat dijadikan
acuan dalam penanganan bencana banjir dan longsor.

1. 5 Ruang Lingkup
Berikut ruang lingkup dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Kronologis banjir dan longsor Bengkulu pada 27 April tahun 2019
b. Dampak kesehatan dalam bencana banjir dan longsor Bengkulu 2019
c. Manajemen penanganan bencana banjir dan longsor dalam aspek kesehatan

4
d. Penanggulangan dari pemerintah dan non pemerintah dalam bencana banjir
dan longsor Bengkulu 2019
e. Pembelajaran yang dapat diambil dalam bencana banjir dan longsor di
Bengkulu tahun 2019

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bencana Banjir


Banjir merupakan peristiwa ketika air menggenangi suatu wilayah yang
biasanya tidak digenangi air dalam jangka waktu tertentu (BNPB, 2019). Banjir
adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir
diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap
atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu (Polawan & Alam,
2019).
Banjir biasanya terjadi karena curah hujan turun terus menerus dan
mengakibatkan meluapnya air sungai, danau, laut atau drainase karena jumlah air
yang melebihi daya tampung media penopang air dari curah hujan tadi. Selain
disebabkan faktor alami tersebut, banjir juga terjadi karena ulah manusia. Contoh,
berkurangnya kawasan resapan air karena alih fungsi lahan, penggundulan hutan yang
meningkatkan erosi dan mendangkalkan sungai, serta perilaku tidak bertanggung
jawab seperti membuang sampah di sungai dan mendirikan hunian di bantaran sungai
(BNPB, 2019).
Banjir Bandang, merupakan jenis bencana alam banjir yang tidak hanya
mengandung air, namun juga mengangkut lumpur dan berbagai material lainnya
sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar dan berbahaya. Bahkan
seringkali banjir bandang disertai dengan terbawanya bongkahan batu besar yang
menghancurkan pemukiman masyarakat. Banjir bandang umumnya terjadi di daerah
pegunungan. Bencana alam ini menyerupai tanah longsor disertai air yang volumenya
sangat besar (Polawan & Alam, 2019).
Sedangkan, tanah longsor adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan gerakan tanah, batu, dan bahan organik lereng bawah akibat efek
gravitasi dan juga bentuk lahan yang dihasilkan dari gerakan tersebut. Ada sejumlah

6
frasa / istilah lain yang digunakan secara bergantian dengan istilah “tanah longsor”
termasuk gerakan massa (mass movement), kegagalan lereng (slope failure), dan
sebagainya. Orang biasanya mendengar istilah seperti itu berlaku untuk semua jenis
dan ukuran tanah longsor ( Highland, L. M., Bobrowsky, P., 2008 dalam Polawan &
Alam, 2019).
Karakteristik bencana banjir:

Karakteristik Program Aksi Hal Khusus Dalam


Karakteristik
Yang Diharapkan Penanganannya
 Dampaknya dapat  Pengawasan banjir (misal  Kesulitan dalam
lama, sebentar atau dengan dinding, pagar, dam, akses dan
tanpa tanda-tanda dykes, levees) mobilisasi
peringatan tergantung  Peraturan/Undang-undang bantuan
jenis banjir (misalnya hak guna tanah  Pencarian dan
banjir bandang dapat  Peraturan/Undang-undang penyelamatan
tanpa peringatan sama konstruksi bangunan (SAR)
sekali)  Ramalan cuaca, sistem  Hambatan medik
 Kecepatan terjadinya pengawasan dan peringatan dan kesehatan
banjir biasanya dini (yang timbul dari
mendadak/tiba-tiba  Relokasi masyarakat masalah sanitasi)
 Mungkin terdapat pola  Rencana evakuasi dan  Evakuasi
banjir mengikuti pengaturan ulang  Hilangnya
musim  Peralatan emergensi, cadangan
 Dampak utama timbul fasilitas dan perlengkapan  Bantuan dalam
akibat inundation dan seperti sepatu boot khusus, skala besar
erosi, terutama kantung pasir, cadangan dibutuhkan
termasuk isolasi pasir (termasuk relawan sampai masa
masyarakat dalam yang ditugaskan untuk panen berikutnya
suatu daerah dan menangani kondisi
termasuk kebutuhan emergensi)
untuk evakuasi dalam  Kewaspadaan masyarakat

7
skala besar dan program pendidikan

2.2 Aspek kesehatan dalam Bencana Banjir


Salah satu dampak bencana terhadap menurunnya kualitas hidup penduduk
dapat dilihat dari berhagai permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi. Bencana
yang diikuti dengan pengungsian berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang
sebenamya diawali oleh masalah bidang/sektor lain. Bencana gempa bumi, banjir,
longsor dan letusan gunung berapi, dalam jangka pendek dapat berdampak pada
korban meninggal, korban cedera berat yang memerlukan perawatan intensif,
peningkatan risiko penyakit menular, kerusakan fasilitas kesehatan dan sistem
penyediaan air (Pan American Health Organization, 2006). Timbulnya masalah
kesehatan antara lain berawal dari kurangnya air bersih yang berakibat pada buruknya
kebersihan diri, buruknya sanitasi lingkungan yang merupakan awal dari
perkembangbiakan beberapa jenis penyakit menular.
Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari proses
terjadinya penurunan derajat kesehatan yang dalam jangka panjang akan
mempengaruhi secara langsung tingkat pemenuhan kebutuhan gizi korban bencana.
Pengungsian tempat tinggal (shelter) yang ada sering tidak memenuhi syarat
kesehatan sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat menurunkan daya
tahan tubuh dan bila tidak segera ditanggulangi akan menimbulkan masalah di bidang
kesehatan. Sementara itu, pemberian pelayanan kesehatan pada kondisi bencana
sering menemui banyak kendala akibat rusaknya fasilitas kesehatan, tidak
memadainya jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan
dan dana operasional. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan dampak lebih buruk
bila tidak segera ditangani (Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Sekretariat
Jenderal Departemen Kesehatan, 2001).
Dampak bencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda, antara
lain tergantung dari jenis dan besaran bencana yang terjadi. Kasus cedera yang
memerlukan perawatan medis, misalnya, relatif lebih banyak dijumpai pada bencana
gempa humi dibandingkan dengan kasus cedera akibat banjir dan gelomhang pasang.

8
Sebaliknya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif lama dapat menyebabkan
kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta menimbulkan potensi kejadian luar
biasa (KLB) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air (water-borne
diseases) seperti diare dan leptospirosis (Widayatun dan Fatoni, 2013).

2.3 Manajemen Penanganan Bencana Banjir dalam Aspek Kesehatan


Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir
(prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan pemulihan setelah
banjir (recovery). Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan
banjir yang berkesinambungan, yang mencakup beberapa jenis kegiatan seperti
ditunjukkan dalam tabel dibawah. Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu
siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan
untuk pencegahan (prevention) sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan
dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali
banjir di wilayah sungai (in-stream) sampai wilayah dataran banjir (off-stream), dan
kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini
bencana banjir (BAPPENAS, 2010).

Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir :


Siklus Kegiatan
Pencegahan (Prevention)  Upaya - upaya Struktural
o Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream)
o Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream)
 Upaya - upaya Non-Struktural
o Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang
o Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir
dalam Jangka Pendek
Penanganan  Pemberitahuan dan Penyebaran Informasi
(Intervention/Response) Prakiraan Banjir
 Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat
Banjir

9
 Perlawanan terhadap Banjir
Pemulihan (Recovery)  Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari dan
Perbaikan Sarana dan Prasarana
o Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir
o Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan
Non-Fisik
 Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi
Bencana Banjir
 Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula tindakan penanganan


(response/intervention) pada saat bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan bencana
banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang prakiraan banjir
(flood forecasting information and dissemination), tanggap darurat, bantuan peralatan
perlengkapan logistik penanganan banjir (flood emergency response and assistance), dan
perlawanan terhadap banjir (flood fighting) (BAPPENAS, 2010). Upaya yang dilakukan
pada saat terjadinya banjir antara lain yaitu sebagai berikut :

1. Membuka pos kesehatan


Pos kesehatan disiapkan berikut dengan peralatan, obat dan bahan habis
pakai, ketenagaan serta identitas baik untuk pos kesehatan maupun untuk
petugas.
2. Membantu evakuasi korban
Melakukan evakuasi melalui rute yang aman menuju posko yang telah
ditentukan sebelumnya. Evakuasi ini diutamakan pad anak-anak, wanita,
dan usia lanjut. Pada kegiatan ini melibatkan unsur SAR, polisi, TNI,
hansip, PMI, dan tenaga kesehatan terlatih, serta masyarakat.
3. Memberikan pertolongan pada korban
Pertolongan pada pasien diberikan oleh tenaga kesehatan dengan maksud
untuk mengurangi kesakitan dan kematian. Sedangkan pertolongan korban

10
pengungsian akan dilakukan secara lintas sektor yang melibatkan Dinas
sosial, PMI, kimpraswil, hansip, dan sektor lainnya.
4. Memberikan pelayanan kesehatan gratis
Pelayanan kesehatan diberikan secara gratis pada pos kesehatan yang buka
selama 24 jam dan pelayanan kesehatan keliling.
5. Merujuk penderita jika diperlukan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan rujukan dapat berkoordinasi
dengan beberapa rumah sakit pemerintah swasta terdekat. Untuk itu
diperlukan komunikasi dan jalinan kerjasama dalam upaya memberikan
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
6. Melakukan penilaian kesehatan secara cepat (rapid health assesment)
Penilaian cepat dilakukan bersamaan dengan pelayanan kesehatan darurat
(emergency). Upaya pertolongan akan berhasil dengan baik apabila kita
mengetahui persoalan yang ada. Penanggulangan krisis kesehatan secara
cepat, antara lain jumlah korban, ketersediaan obat, tenaga, fasilitas
kesehatan, dan lain-lain.
7. Melakukan surveilans penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB)
Surveilans dilakukan untuk mengantisipasi adanya peningkatan kasus,
khususnya beberapa penyakit yang berpotensi menjadi KLB antara lain
ISPA, diare, dan leptospirosis.
8. Membuat pencatatan dan pelaporan
Untuk memudahkan evaluasi kegiatan dibutuhkan ketertiban dan kerapian
dalam pencatatan dan pelaporan. Pelaporan juga dipakai sebagai bukti
adanya suatu kegiatan.
Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin, untuk mempercepat
perbaikan agar kondisi umum berjalan normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan mulai
dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, perbaikan sarana-prasarana
(aftermath assistance and relief), rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik dan non-fisik
(flood adaptation and rehabilitation), penilaian kerugian materi dan non-materi, asuransi
bencana banjir (flood damage assessment and insurance), dan pengkajian cepat penyebab

11
banjir untuk masukan dalam tindakan pencegahan (flood quick reconnaissance study)
(BAPPENAS, 2010).
Seperti dijelaskan sebelumnya, bencana banjir yang terjadi dalam waktu relatif
lama dapat menyebabkan kerusakan sistem sanitasi dan air bersih, serta menimbulkan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui media air. Berikut beberapa jenis penyakit
dan jenis obat serta perbekalan kesehatan yang dibutuhkan pada saat banjir :

Jenis Penyakit Obat & Perbekalan Kesehatan


Diare/Amebiasis Oralit, Infus R/L, NaCl 0.9%, Metronidazol, infus set,
Abocath, Wing Needle
Dermatitis: Kontak CTM Tablet, Prednison, Salep 2- 4, Hidrokortison salep,
jamur, bakteri,skabies Antifungi salep, Deksametason Tab, Prednison Tab, Anti
bakteri DOEN salep, Oksi Tetrasiklin salep 3%, skabisid
salep
ISPA (Pnemonia dan Kotrimoksazol 480 mg, 120 mg Tab dan Suspensi,
Non Penemo nia) Amoxylcilin, OBH, Parasetamol, Dekstrometrofan Tab,
CTM
ASMA Salbutamol, Efedrin HCL Tab, Aminopilin Tab
Leptospirosis Amoxycilin 1000 mg, Ampisilin 1000 mg
Konjunctivitis Sulfasetamid t.m, Chlorampenicol, salep mata,
(Bakteri, virus) Oksitetrasiklin salep mata
Gastritis Antasida DOEN Tab & Suspensi, Simetidin tab, Extrak
Belladon
Trauma/Memar Kapas Absorben, kassa steril 40/40 Pov Iodine,
Fenilbutazon, Metampiron Tab, Parasetamol Tab
Fraktur tulang, Luka Kantong mayat, Stretcher/tandu, spalk, kasa, elastic
Memar, luka sayatan perban, kasa elastis, alkohol 70%, Pov.Iodine 10%, H2O2
dan Hipoksia Sol, Ethyl Chlorida Spray, Jarum Jahit, CatGut Chromic,
Tabung Oksigen

Dalam penanganan bencana, diperlukan adanya mobilisasi sumber daya


kesehatan dengan kompetensi dan jumlah yang sesuai. Kebutuhan Tenaga Kesehatan
pada Bencana Banjir dan Tanah Longsor diantaranya :

12
N
Jenis Tenaga Kompetensi Tenaga Jumlah
o
1 Dokter - Bedah Umum & Orthopedi Sesuai kebutuhan/
Spesialis - Bedah Plastik rekomendasi tim
- Obgyn RHA
- Anaestesi
- Anak
- Penyakit Dalam
- Pulmonologi
- Kesehatan Jiwa DVI
- Forensik
- Dental Forensik
2 D3 Perawat Anaestesi dan perawat mahir Sesuai kebutuhan/
Mahir gawat darurat (emergency rekomendasi tim
nursing) dasar dan lanjutan serta RHA
perawat mahir jiwa, OK/ICU
3 Radiografer Rontgent Sesuai kebutuhan/
rekomendasi tim
RHA

13
BAB III
ANALISIS KASUS KEJADIAN BENCANA

3. 1 Kronologis Kejadian Bencana Banjir Bengkulu


Pada tanggal 26 - 27 April 2019, hujan lebat memicu banjir dan tanah longsor
di Pulau Sumatera, Indonesia. khususnya di Provinsi Bengkulu yang melanda hampir
seluruh kabupaten di provinsi tersebut (3.8 °S; 102.26 °BT). Banjir dan longsor di
Provinsi Bengkulu pada tanggal 27 April 2019 diakibatkan oleh curah hujan yang
ekstrim dari tanggal 25 hingga 27 April 2019. Menurut boxplot, curah hujan tinggi
dimulai pada tanggal 25 April dengan curah hujan rata-rata 37,77 mm, dan curah
hujan ekstrim tertinggi 190 mm. Keesokan harinya curah hujan rata-rata turun sebesar
24,88 mm sedangkan curah hujan ekstrim tertinggi sedikit meningkat sebesar 198
mm. Puncak curah hujan tinggi terjadi pada 27 April 2019, rata-rata curah hujan yang
diperoleh dari data observasi adalah 78,91 mm, dengan median 75 mm. Kuartil
pertama (25% dari data) terletak pada 19 mm dan untuk kuartil ketiga (75% dari data)
terletak pada 115 mm sedangkan curah hujan ekstrim tertinggi adalah 375 mm (Paski
et al., 2021).
Berdasarkan hasil analisis, distribusi curah hujan di Provinsi Bengkulu hampir
merata untuk semua kabupaten dengan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di
Bengkulu Tengah sebesar 163 mm dengan curah hujan maksimum 375 mm yang
menyebar ke arah Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, sebagian Lebong, Rejang
Lebong, dan Kepahiang. Sedangkan Kaur mendeteksi curah hujan ekstrim dengan
rata-rata 82,73 mm dengan curah hujan maksimum 245 mm yang menyebar ke
Bengkulu Selatan. Sedangkan Mukomuko dan Seluma memiliki rata-rata curah hujan
yang relatif kecil yaitu 37,31 mm dan 28,27 mm (Paski et al., 2021).
Berdasarkan hasil analisis multiskala, terdapat gangguan cuaca yang
mendukung terjadinya hujan sedang hingga lebat disertai petir dengan durasi lebih
dari 12 jam pada tanggal 26 April 2019 di Provinsi Bengkulu. Hal tersebut dipicu
karena adanya perambatan gelombang MJO (penjalaran gelombang atmosfer ekuator

14
dari barat ke timur) pada kuadran 3 wilayah Sumatera Barat dan konektivitas yang
kuat di wilayah Bengkulu yang diperkuat dengan adanya gelombang CCKW dan
Rossby (gelombang atmosfer yang bergerak ke arah barat di sepanjang wilayah
ekuator) serta dampak dari Siklon Tropis "Lorna" di barat daya Provinsi Bengkulu.
Labilitas udara skala lokal yang ditunjukkan dari pengamatan udara bagian atas juga
berpengaruh terhadap umur awan konvektif, yang dideteksi sebagai MCS oleh radar
cuaca yang bergerak dari Samudera Hindia ke pantai barat Bengkulu (Paski et al.,
2021).

3. 2 Dampak Kesehatan
PASCA banjir bandang, sebanyak 1.664 warga Provinsi Bengkulu terserang
penyakit. Warga yang sakit tersebar di Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara,
Kaur, Bengkulu Selatan, Seluma, Rejang Lebong, Lebong, Kepahiang, dan Kota
Bengkulu. Sebanyak 1.664 jiwa terserang penyakit dengan rincian 981 orang
terserang penyakit ispa, 151 orang terserang penyakit diare, 532 orang terserang
penyakit kulit serta 24 orang lainnya masih trauma.  Rohidin meminta tim kesehatan
untuk tetap memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat yang menjadi
korban bencana alam. Untuk itu, ibu hamil yang ada saat ini sebanyak 1.550 orang,
bayi 1.761 orang, balita 6.238 orang dan 7.184 orang lanjut usia (lansia) menjadi
prioritas (Media Indonesia, 2019).

3. 3 Upaya yang dilakukan Pemerintah dan non pemerintah


3.3.1 Upaya Pemerintah
Terkait penanganan pasca bencana, Gubernur Bengkulu memastikan kepada
Dinas Kesehatan, baik Provinsi maupun kabupaten/kota untuk siaga melakukan
penanganan penyakit, akibat masih minimnya ketersediaan sarana air bersih dan
sarana penunjang lainnya pasca bencana. Penanggulangan pasca bencana banjir dan
longsor di 9 kabupaten/kota Se-Provinsi Bengkulu, Gubernur Bengkulu Mersyah
meminta memaksimalkan Sekretariat Terpadu Penanggulangan Bencana BPBD
Provinsi Bengkulu, sebagai pusat kontrol data dan pendistribusian bantuan pasca

15
bencana bagi 13 ribu masyarakat Bengkulu yang terdampak musibah (Bengkuluprov,
2019).
Mewakili seluruh masyarakat yang terdampak bencana, Gubernur Rohidin
Mersyah menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemeritah pusat dan para pihak
atas respon baik dan cepat, baik telah disampaikannya bantuan dana tanggap bencana.
Selain itu, terkait akses transportasi masyarakat, baik itu jalan dan jembatan nasional
maupun jalan dan jembatan provinsi, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan
segera diaktifkan kembali. khusus kerusakan jalan provinsi, juga akan dimaksimalkan
perbaikannya. Terlebih hal ini setelah mendapatkan laporan kesiapan pihak Balai
Sumatera VII dalam pengerjaannya dan penyiapan alat berat (Bengkuluprov, 2019).
Kepala BNPB Pusat Letjend Doni Monardo dalam kunjungannya ke Provinsi
Bengkulu terus melakukan pemantauan dan diskusi mendalam bersama aparat
pemerintah daerah dan TNI-Polri di Bengkulu, BNPB melalui BPBD provinsi dan
kabupaten kota akan maksimal melakukan penanggulangan serta evakuasi korban
yang hingga saat ini masih dalam proses pencarian. Sarana dan Prasarana seperti
tenda pengungsi sebanyak 2 unit, perahu karet 6 unit, dapur umum 5 unit, genset 2
unit, tangka air dan perahu lipat masing –masing 1 unit, tenda pleton 3 unit serta
mobil ranger dan ambulance masing-masing 3 tim (Bengkuluprov, 2019).

3.3.2 Upaya Non Pemerintah


Ketika terjadi bencana banjir dan longsor di sejumlah wilayah Provinsi
Bengkulu tanggal 27 April 2019 lalu, UNIB pun ikut berpartisipasi melakukan
penanggulangan bencana. Menghadapi bencana alam ini, UNIB membentuk Tim
Koordinasi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Banjir Bengkulu 2019. Tim
ini diketuai/Koordinator oleh Novi Hendrika Jaya, S.Sos, MPSSp.s, melibatkan
sejumlah elemen mahasiswa aktivis sosial, dosen dan tim medis. Pembentukan tim
tanggap darurat dan pelaksanaan sejumlah kegiatan yang diarahkan untuk membantu
korban terdampak banjir ini sesuai dengan arahan dan himbauan Rektor UNIB Dr.
Ridwan Nurazi, SE, M.Sc. Rektor mengajak seluruh keluarga besar UNIB untuk

16
berpartisipasi membantu meringankan beban masyarakat yang terkena dampak banjir
(UNIB, 2019).
Tim ini mengkoordinir semua elemen di UNIB yang bergerak dalam kegiatan
penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor, mensinergikan kegiatan
penanggulangan bencana UNIB dengan Penanggulangan Bencana Pemerintah
Provinsi Bengkulu (BPBD), mensuport kegiatan lapangan organisasi/lembaga di
kampus dalam aplikasi lapangan, serta melakukan kegiatan-kegiatan strategis terukur
di beberapa titik khususnya penanganan bidang kesehatan, medis dan mental
((kegiatan medical center dan trauma healing) terhadap para korban terdampak banjir.
Selain itu, penggalangan dana dan penyaluran bantuan terhadap para korban bencana
banjir juga dilakukan Program Studi Magister Ilmu Hukum (PSIH) Fakultas Hukum
UNIB. Namun kegiatan ini dikhususnya bagi daerah parah terdampak banjir, yaitu
Desa Genting dan Desa Pagar Dewa Kabupaten Bengkulu Tengah (UNIB, 2019).

3. 4 Kajian Aspek Kesehatan Matra


3.4.1 Rapid Health Assesment (RHA)
BPBD provinsi bengkulu melakukan pemetaan wilayah bencana. Gubernur
provinsi juga telah melaporkan bencana tersebut kepada kepala BNPB dan BNPB
telah memberikan dukungan dengan mengerahkan Tim Tanggap Cepat (TRC - Tim
Reaksi Cepat) ke daerah yang terkena dampak. Kepala BNPB telah
merekomendasikan penetapan status darurat oleh Gubernur untuk mempercepat
mobilisasi sumber daya dan menyediakan akses dana (Indonesian Red Cross Agency,
2019).
Berikut hasil Rapid Health Assesment (RHA) oleh BPBD Provinsi Bengkulu
pada 28 April 2019 terkait bencana alam banjir dan longsor:

Gambaran 1. Jenis bencana : Banjir dan Longsor


tentang Bencana 2. Waktu kejadian : 27 April 2019
3. Ketinggian banjir : Bervariasi dibeberapa wilayah, sekitar 1
hingga 5 meter

17
Lokasi Bencana 1. Lokasi :
- Provinsi : Bengkulu
- Kabupaten/Kota terdampak (9) : Kota Bengkulu, Kaur,
Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan,
Seluma, Kapahiang, Lebong dan Rejang Lebong
2. Topografi :
Daerah Aliran Sungai Bengkulu bagian hilir memiliki
topografi yang relatif datar, dengan ketinggian sebagian
wilayah yang terkena dampak banjir relatif sama dengan
ketinggian permukaan laut. Selain itu, wilayah terdampak
banjir di Bengkulu merupakan daerah tangkapan air yang
berbentuk segitiga sehingga memang rawan mengalami
banjir limpasan.
Daerah tangkapan air yang berbentuk segitiga
memiliki anak-anak sungai yang langsung menuju sungai
utama serta jarak hulu dan hilir terlalu pendek. Hal Itu
menyebabkan banjir cepat datang. Biasanya banjir yang
terjadi dalam debit besar terjadi akibat hujan lebat pada
bagian hulu daerah aliran sungai.
3. Peta

18
Korban 1. Korban jiwa:
- Meninggal : 10 orang
- Luka berat : 2 orang
- Luka ringan : 2 orang
- Orang hilang : 8 orang
- Pengungsi : 12.000 orang
- Terdampak : 13.000 orang
2. Korban ternak:
- Sapi : 106 ekor
- Kambing/domba : 101 ekor
- Kerbau : 4 ekor

Kerusakan 1. Bangunan:
- Rumah : 184 unit
- Fasilitas Pendidikan : 4 unit
2. Sarana dan prasarana:
- 40 lokasi infrastruktur (jalan, jembatan, oprit, gorong-
gorong) yang tersebar di 9 kab/kota
- 9 lokasi sarana prasarana perikanan dan kelautan yang
tersebar di 5 kab/kota

Penampungan Sebanyak 20 unit posko kesehatan, tenda pengungsi dan


pengungsi dapur umum telah didirikan, yang tersebar di kawasan Tanjung
Agung, Korpri, Tanjung Jaya dan Sukamerindu, Kampung
Kelawi, Rawa Makmur, Sawah Lebar Kota Bengkulu, Karang
Tinggi Bengkulu Tengah, Desa Air Hitam dan Tanjung Alam
Kepahiang, serta Desa Ketaping Bengkulu Selatan

Upaya yang 1. Upaya Dinkes Kota:


dilakukan - Melakukan pemantauan Koordinasi dengan lintas sektor
terkait Melakukan assessment ke lokasi kejadian
- Memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban

19
- Melakukan pemantauan Koordinasi dengan lintas sektor
terkait Mendirikan Pos Kesehatan
2. Upaya Dinkes Provinsi:
- Koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma,
Bengkulu Tengah, Kaur, Lebong, Kepahiang, Bengkulu
Utara, Kota Bengkulu, Mokumoku dan Rejang Lebong
- Menerima dan mengarahkan relawan
- Menerima bantuan dan distribusi logistic
- Koordinasi dengan lintas sektor terkait
3. Upaya Kemenkes:
- Melakukan pemantauan
- Membuat laporan

Dampak yang Dampak bencana yang mungkin timbul setelah bencana


mungkin timbul adalah munculnya penyakit kulit dikarenakan minimnya air
bersih, gangguan ISPA, dan lain-lain. Selain itu longsor dan
banjir dapat berpotensi kembali terjadi jika curah hujan tinggi.

Tim yang - BPBD - BNPB


terlibat - TNI/Polri - PMI
- Basarnas - ACT
- PKPU - MDMC
- Tagana - Mahasiswa
- Organisasi lain

Sarana dan - Tenda pengungsi : 2 unit


Prasarana yang - Perahu karet : 6 unit
disediakan - Dapur umum : 5 unit
- Genset : 2 unit
- Tangki air : 1 unit
- Perahu lipat : 1 unit
- Tenda pleton : 3 unit

20
- Mobil ranger : 3 tim
- Ambulance : 3 tim.

Kebutuhan Kebuhan darurat yang dibutuhkan antara lain Tenda


darurat Pengungsian, Perahu Karet, Selimut, Makanan siap saji, Air
bersih, Family Kids, Peralatan Bayi, Lampu emergency,
Jembatan Billey dan Pembangunan/relokasi Jalan Darurat.

Sumber : (Pemprov Bengkulu, 2019a), (Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI, 2019),
(Republika, 2019), (Okezone.com, 2019b).

3.4.2 Penanganan Awal (Triage, Stabilisasi dan Evakuasi)


Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkan status tanggap darurat bencana bagi
9 kabupaten dan kota yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan,
Seluma, Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong, Lebong, dan Bengkulu Utara.
Masa tanggap darurat ditetapkan selama tujuh hari, sejak 27 April 2019. Menurut
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, proses
penyelamatan, pencarian dan evakuasi korban dilakukan dengan menggunakan
perahu karet, perbaikan darurat dilakukan khususnya untuk mengatasi jalur
transportasi dan distribusi bantuan, sedangkan untuk mengatasi longsor yang
menutup badan jalan pemerintah telah melakukan pembersihan material
menggunakan alat berat (escavator) (Okezone.com, 2019a).
PMI Bengkulu telah mengerahkan 30 relawan dan 4 staf untuk melakukan rapid
assessment, dan untuk mendukung evakuasi (hingga 28 April 2019 relawan PMI
sudah mengevakuasi 280 orang), mengerahkan 3 unit ambulans. Kegiatan PSS
diperkirakan 100 orang dan mengerahkan 1 perahu karet dengan 6 personel PMI.
Relawan PMI bekerja sama dengan CBAT (Community Based Action Team) sebagai
penanggap pertama di lapangan. CBAT adalah relawan masyarakat yang didirikan
dan dilatih oleh PMI, didukung dan didaftarkan oleh pemerintah daerah sebagai garda
terdepan dan praktisi upaya PRB di masyarakat (Indonesian Red Cross Agency,
2019).

21
Kepala BNPB Pusat Letjend Doni Monardo dalam kunjungannya ke Provinsi
Bengkulu terus melakukan pemantauan dan diskusi mendalam bersama aparat
pemerintah daerah dan TNI-Polri di Bengkulu, BNPB melalui BPBD provinsi dan
kabupaten kota akan maksimal melakukan penanggulangan serta evakuasi korban
yang hingga 29 April 2019 masih dalam proses pencarian. Terhadap kerusakan
infrastruktur yang terjadi akibat banjir dan tanah longsor, BNPB juga akan
mendorong percepatan pembangunan dan perbaikan, sehingga akses dan aktifitas
masyakat Bengkulu kembali normal (Pemprov Bengkulu, 2019a).

3.4.3 Penanganan lanjutan (RS Rujukan)


Selain evakuasi warga, Baznas juga menerjunkan Tim Medis dari
Rumah Sehat Baznas (RSB) Jakarta untuk menolong para pengungsi. Ambulans juga
disiagakan Baznas demi keperluan evakuasi, rujukan, dan layanan darurat.

Tim BTB Provinsi Bengkulu telah terjun ke lapangan untuk memberikan


layanan dan bantuan kepada para korban. Di antaranya ialah membantu proses
evakuasi masyarakat ke tempat yang lebih tinggi. Selain itu, tim BTB setempat juga
menyalurkan makanan kepada para pengungsi. Di beberapa titik, penyaluran bantuan
itu sempat terkendala akibat akses jalan yang terputus lantaran terendam banjir.

3.4.4 Manajemen Pengungsi (Air, Dapur Umum, Trauma Healing, Kelompok


Rentan dll)
Bantuan Tenda, air bersih dan pemberian makananan tambahan (PMT) bagi
ibu hamol dan anak disalurkan. Selain itu, Mini Eskavator sudah diminta segera tiba
disini, dan sudah berjalan kesini. Hal ini, agar memudahkan proses pembersihan
lumpur yang jumlahnya besar mencapai setinggi lutut, Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas) telah membuka posko untuk menyediakan layanan kepada para korban
banjir di Bengkulu. Posko tersebut beroperasi efektif mulai Ahad (28/4).

Baznas telah menyalurkan bantuan 1.000 paket makanan siap santap, 100
karung beras seberat 5 kg, dan 60 kg daging sapi kepada masyarakat terdampak yang

22
berada di daerah Sawah Lebar, Bengkulu. Baznas Provinsi Bengkulu bersama Dinas
Sosial setempat menyediakan makanan yang dibagikan kepada masyarakat
yang terdampak banjir. Baznas juga telah mendirikan posko pusat layanan yang
berada di Jalan Sepakat Raya, Sawah Lebar, Kota Bengkulu.

Bantuan Tenda, air bersih dan pemberian makananan tambahan (PMT) bagi
ibu hamil dan anak disalurkan. Selain itu, Mini Eskavator sudah diminta segera tiba
disini, dan sudah berjalan kesini. Hal ini, agar memudahkan proses pembersihan
lumpur yang jumlahnya besar mencapai setinggi lutut

3.4.5 Penatalaksanaan Korban Meninggal


Menurut BNBP jumlah korban meninggal pada bencana banjir Bengkulu
sebanyak 30 orang. Pada pelayanan tanggap darurat dibentuknya pengerahan tim
pelayanan terpadu yang bertugas untuk membantu proses pendampingan dan
memverifikasi data korban yang meninggal. Dalam proses penyelamatan, pencarian
dan evakuasi korban dilakukan dengan menggunakan 1 perahu karet yang terdiri dari
6 orang relawan PMI. Setiap korban yang ditemukan maka akan dicross check oleh
tim terpadu tanggap darurat BPBD Provinsi Bengkulu. Bagi penanganan korban yang
hilang maka akan terus diupayakan dalam pencarian dan evakuasi hingga waktu yang
telah ditentukan, sedangkan untuk korban yang mengalami luka parah maka dinas
kesehatan akan meninjau kondisi korban untuk selanjutnya diberikan tindakan sesuai
dengan kondisi korban. Selanjutnya pemerintah provinsi Bengkulu telah menyalurkan
bantuan dalam bentuk santunan dari Kemensos RI kepada keluarga korban yang
meninggal dunia (Pemprov Bengkulu, 2019).

23
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

24
4. 1 Pembelajaran baik (Lesson Learned ) yang bisa diperoleh dari
penanganan Bencana
a. Pelibatan CBAT (Community Based Action Team)
Relawan PMI dalam menangani bencana banjir yang terjadi di
Bengkulu sudah bekerjasama dengan masyarakat yang tergabung dalam
CBAT (Community Based Action Team) sebagai penanggap pertama di
lapangan. CBAT sendiri adalah relawan masyarakat yang didirikan dan
dilatih oleh PMI, didukung dan didaftarkan oleh pemerintah daerah sebagai
garda terdepan dan praktisi upaya PRB di masyarakat (Indonesian Red
Cross Agency, 2019).
b. jhfhsfd

4. 2 Strategi penanganan bencana yang perlu dilakukan selain yang sudah


dilakukan
a. Pembuatan system informasi bencana terkait aspek kesehatan
Emaliyawati et al. (2016), dalam artikelnya merekomendasikan agar
setiap kabupaten di wilayah Jawa Barat memiliki Sistem Informasi
Bencana karena wilayah Jawa Barat yang rentan terhadap kejadian
bencana. Hal ini juga dapat diterapkan di wilayah lain yang rentan terhadap
kejadian bencana, termasuk di Provinsi Bengkulu.
Sistem informasi bencana terkait aspek kesehatan telah tersedia
dengan nama Sistem Informasi Bencana Padjadjaran “SIMBARAN” yang
menggunakan sistem informasi geopraphic yang di dalamnya berisi kontent
informasi kesehatan untuk penanganan kondisi bencana. Informasi ini
dapat digunakan sebagai informasi dasar untuk mengambil keputusan
dalam manajemen penanganan bencana, terutama berkaitan dengan sistem
rujukkan. Data yang ada di dalam sistem sudah memadai dalam
menghadapi kondisi bencana terutama pada fase akut.
“Sistem Informasi Bencana Padjadjaran (SIMBARAN)” berisi elemen
kesehatan yang diperlukan selama bencana meliputi layanan kesehatan

25
terdekat di sekitar kejadian, sumber daya manusia yang tersedia, saranan
prasarana, penanggung jawab program dan sistem rujukan sehingga
memudahkan dalam koordinasi penanganan korban yang nantinya
diharapkan dapat menurunkan angka kematian korban akibat bencana
ataupun kejadian kecelakaan lainnya.
Sistem Informasi Bencana Padjadjaran “SIMBARAN” ini tidak dapat
berdiri sendiri harus dikembangkan dengan bekerjasama bersama-sama
dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dan Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (LAPAN) (Emaliyawati et al., 2016).
b. Mitigasi Struktur
Mitigasi struktur merupakan upaya yang dilakukan demi
meminimalisir bencana seperti dengan melakukan pembangunan danal
khusus untuk mencegah banjir dan dengan membuat rekayasa teknis
bangunan tahan bencana, serta infrastruktur bangunan tahan air.
Dimana infrastruktur bangunan yang tahan air nantinya diharapkan
agar tidak memberikan dampak yang begitu parah apabila bencana
tersebut terjadi (Eato et al., 2017). Contoh tindakannya yaitu sebagai
berikut :
1) Membangun tembok pertahanan dan tanggul. Sangat dianjurkan
untuk membangun tembok pertahanan dan tanggul di sepanjang
aliran sungai yang memang rawan apabila terjadi banjir, seperti
kawasan yang dekat dengan penduduk. Hal ini sangat membantu
untuk mengurangi resiko dari bencana banjir yang kerap terjadi
pada tingkat debit banjir yang tidak bisa diprediksi.
2) Mengatur kecepatan aliran dan debit air. Diusahakan untuk
memperhatikan kecepatan aliran dan debit air di daerah hulu.
Yang dimaksud disini adalah dengan mengatur aliran masuk dan

26
keluar air di bagian hulu serta membangun bendungan / waduk
guna membendung banjir.
3) Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan. Pembersihan
sungai sangatlah penting, dimana hal ini untuk mengurangi
sedimentasi yang telah terjadi di sungai, cara ini dapat diterapkan
di sungai yang memiliki saluran terbuka, tertutup ataupun di
terowongan.
c. Mitigasi non struktur
Mitigasi non struktur adalah upaya yang dilakukan selain mitigasi
struktur seperti dengan perencanaan wilayah dan asuransi. Dalam
mitigasi non struktur ini sangat mengharapkan dari perkembangan
teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah teknologi yang
dapat memprediksi, mengantisipasi & mengurangi risiko terjadinya
suatu bencana. Contoh tindakan yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut : (1) Pembentukan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), (2)
Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan, (3) Membentuk Kelompok
Kerja atau POKJA, (4) Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir, (5)
Memperbaiki Sarana dan Prasarana, (6) Menganalisa Data - Data yang
Berkaitan dengan Banjir,(7) Membuat Mapping, (8) Menguji Peralatan
dan Langkah Selanjutnya, (9) Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan
dan Pangan, (10) Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir,
(11) Mengadakan Simulasi Evakuasi, dan (12) Mengadakan Rapat
(Eato et al., 2017).
d. Sistem peringatan dini menggunakan aplikasi android
Perkembangan teknologi yang semakin pesat khususnya penggunaan
smartphone dan WSN (wireless sensor networks) memunculkan ide
tentang teknologi IoT (Internet of Thing) yang dikenal dengan proyek
“Flood Alert System with Android app”. Tujuannya agar sistem ini
memberikan info real-time di seluruh smartphone pengguna adalah
hal-hal yang diperlukan. tidak ada keraguan bahwa bencana seperti

27
banjir tidak dapat kita hindari untuk terjadi. Jika kita bisa
menyadarkan atau menyiagakan masyarakat akibat banjir, maka bisa
membantu mereka mempersiapkan diri jika perlu pergi ke tempat-
tempat yang aman. Dengan demikian sistem ini dapat memberikan
dampak yang besar bagi setiap masyarakat di negara kita (Napiah et
al., 2017).

4. 3 Pedoman atau instrument edukatif yang bisa digunakan dalam


penanganan bencana dari aspek kesehatan
BNBP pusat/relawan lain??

Kelebihan penanganan bengkulu drpd yg lain?

Apakah memakan korban? Kenapa terjadi? Apakah terlambat evakuasi atau memang krn
banjir bandang?

Penanganan pengungsinya? Mana yg lebih unggul drpd penanganan yg lain?

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Simpulan

5. 2 Saran

29
DAFTAR PUSTAKA

Alghifari, G. R. (2020). Manajemen Bencana Banjir oleh Badan Penanggulangan


Bencana Daerah Kabupaten Kampar. JOM FISIP, 7.
BAPPENAS. (2010). Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia. Bappenas, 1–
17.
BNPB. (2019). Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Pusat
Data Informasi dan Humas BNPB.
BPS Provinsi Bengkulu. (2021). Bengkulu dalam Angka. viii + 551 hal/p.
Eato, S. D., Rengkung, M., & Rate, J. Van. (2017). Strategi Penanganan Banjir
Berbasis Mitigasi Bencana Pada Kawasan Rawan Bencana Banjir Di Kecamatan
Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Spasial, 4(3), 108–
120.
Emaliyawati, E., Prawesti, A., Yosep, I., & Ibrahim, K. (2016). Manajemen Mitigasi
Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, v4(n1), 79–88. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n1.8
Indonesian Red Cross Agency. (2019). Information bulletin Indonesia: Floods in
Jakarta and Bengkulu, DKI Jakarta and Bengkulu Province.
Napiah, M. N., Idris, M. Y. I., Ahmedy, I., & Asri Ngadi, M. (2017). Flood alerts
system with android application. 6th ICT International Student Project
Conference: Elevating Community Through ICT, ICT-ISPC 2017, 2017-
January, 1–4. https://doi.org/10.1109/ICT-ISPC.2017.8075343
Okezone.com. (2019a). Akses Putus Total, Tim SAR Kesulitan Jangkau Korban
Banjir Bengkulu : Okezone Nasional.
Okezone.com. (2019b). Bengkulu Dikepung Banjir dan Tanah Longsor : Okezone
News.
Paski, J. A. I., Permana, D. S., Alfuadi, N., Handoyo, M. F., Nurrahmat, M. H., &
Makmur, E. E. S. (2021). A Multiscale analysis of the extreme rainfall triggering
flood and landslide events over bengkulu on 27th April 2019. AIP Conference
Proceedings, March. https://doi.org/10.1063/5.0037508
Pemprov Bengkulu. (2019a). Pemprov Bengkulu dan BPBD serta BNPB Terus Kerja
Keras Atasi Ribuan Korban Banjir Bengkulu – PEMERINTAH PROVINSI
BENGKULU.
Pemprov Bengkulu. (2019b). Update Korban Bencana Banjir di Bengkulu, 24 Orang

30
Meninggal Dunia, 4 Orang dinyatakan Hilang.
https://bengkuluprov.go.id/update-korban-bencana-banjir-di-bengkulu-24-orang-
meninggal-dunia-4-orang-dinyatakan-hilang/
Polawan, S. S. M., & Alam, F. (2019). Memahami Bencana Banjir Dan Longsor. RV
Pustaka Horizon.
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes RI. (2019). Pencarian tentang di Pusat Krisis
Kesehatan Kementerian Kesehatan.
Republika. (2019). KLHK: Banjir Bengkulu Akibat Curah Hujan Tinggi dan Rob |
Republika Online.
Santri, Apriyanto, E., & Utama, S. P. (2020). Dampak Sosial Ekonomi dan Estimasi
Kerugian Ekonomi Akibat Banjir di Kelurahan Rawa Makmur Kota Bengkulu.
9(2).

31

Anda mungkin juga menyukai