Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“MANAJEMEN PERENCANAAN”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Manajemen

Dosen pengampun : Hj. Aprianti, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Aisyah Putri Salsabila (P07131121005)


2. Fitria Amanda (P07131121013)
3. Halwa Algina (P07131121016)
4. Muhammad Abdillah (P07131121023)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN GIZI

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Manajemen. Dalam makalah kami
membahas tentang “Manajemen perencanaan”

Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami, bagi mahasiswa gizi khususnya, dan
khalayak ramai pada umumnya.

Banjarbaru, 02 Februari 2022


Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulis ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Pengertian Perencanaan ................................................................................ 3


B. Tujuan dan Manfaat Perencanaan ................................................................. 5
C. Ruang Lingkup Perencanaan ......................................................................... 7
D. Proses Perencanaan ....................................................................................... 11
E. Tahapan Perencanaan .................................................................................... 14
F. Dasar Pengklarifikasian Perencanaan ........................................................... 16
G. Masalah Yang Timbul Dalam Perencanaan .................................................. 17
H. Faktor Mempengaruhi Perencanaan .............................................................. 18
I. Contoh Perencanaan Dalam Bidang Kesehatan ............................................ 19
J. Dampak Pada Pelaksanaan Perencanaan ....................................................... 21
K. Kritik Terhadap Perencanaan ........................................................................ 21

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 23

A. Kesimpulan ................................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 24

A. Refrensi ......................................................................................................... 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap organisasi, perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, ataupun


yang lainnya pasti memerlukan perencanaan dalam setiap kegiatan organisasinya, baik
perencanaan produksi, perencanaan rekrutmen siswa baru, perencanaan anggaran, dan
lain sebagainya. Perencanaan merupakan proses dasar untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan menetapkan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan merupakan tahapan paling penting dalam fungsi manajemen didalam


mengambil suatu keputusan atau tindakan. Tanpa adanya fungsi perencanaan, fungsi-
fungsi manajemen yang lainnya, seperti pengorganisasian, pengontrolan, dan pengarahan
tidak dapat berjalan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan perencanaan yang baik akan
mewujudkan tercapainya tujuan dari suatu kegiatan atau aktivitas yang telah
direncanakan.

Menurut Engkoswara (2010, dikutip dalam Ikhwan, 2016: 132) perencanaan adalah
suatu kegiatan untuk menetapkan aktivitas yang berhubungan 5W1H yaitu, apa (what)
yang akan dilakukan, mengapa (why) hal tersebut dilakukan, siapa (who) yang
melakukannya, dimana (where) melakukannya, kapan (when) dilakukan, dan bagaimana
(how) melakukannya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berkaitan dengan tujuan-tujuan
yang akan dirumuskan, teknik dan metode yang dipergunakan, dan sumber yang
diperdayakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Perencanaan merupakan aspek penting daripada manajemen. Manusia tidak boleh


menyerah pada keadaan dan masa depan yang tidak menentu tetapi menciptakan masa
depan itu. Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia
untuk secara sadar memilih alternatif masa depan yang dikehendakinya dan kemudian
mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya dalam hal
ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa. Sehingga dengan dasar itulah maka
suatu rencana itu akan terealisasikan dengan baik. (Bukhari et al, 2005 dalam Ikhwan,
2016: 129-130).

iv
Sependapat dengan itu, Sanjaya (2008, dikutip dalam Sholeh, 2007: 131) menyebutkan
terdapat empat unsur perencanaan, yaitu adanya tujuan yang harus dicapai, adanya
strategi untuk mencapai tujuan, sumber daya yang dapat mendukung, dan implementasi
setiap keputusan.  Dengan demikian, mengingat pentingnya fungsi perencanaan maka
dalam karya ilmiah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari perencanaan, tujuan dan
manfaat perencanaan, ruang lingkup perencanaan, serta proses disusunnya suatu rencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah
sebagai berikut :

A. Apa yang dimaksud dengan perencanaan?


B. Apa tujuan dan manfaat dari perencanaan?
C. Apa saja ruang lingkup dari perencanaan?
D. Bagaimana proses perencanaan?
E. Apa saja tahap – tahap perencanaan?

F. Apa saja dasar – dasar pengklasifikasian perencanaan?

G. Apa saja kritik terhadap perencanaan?

C. Tujuan Penulis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini ialah
sebagai berikut:

A. Untuk mengetahui definisi perencanaan.


B. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat perencanaan.
C. Untuk mengetahui ruang lingkup perencanaan.
D. Untuk mengetahui proses perencanaan.
E. Untuk Mengetahui tahap – tahap perencanaan
F. Untuk mengetahui dasar – dasar pengklasifikasian perencanaan
G. Untuk mengetahui kritik terhadap perencanaan

BAB II
PEMBAHASAN

v
A. Pengertian perencanaan
Dalam manajemen, fungsi perencanaan sangatlah jelas yaitu sebagai penentu langkah
berikutnya. Perencanaan adalah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang
untuk mencapai tujuan. Perencanaan mengandur unsur-unsur :
1) Sejumlah kegiatan yang ditetapkan sebelumnya.
2) Adanya proses.
3) Hasil yang ingin dicapai, dan.
4) Menyangkut masa depan dalam waktu tertentu (Usman, 2008 ).
Perencanaan merupakan upaya membuat kegiatan agar lebih fokus dan terarah. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Sa’ud & Makmun (2014) pada hakikatnya perencanaan
adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang
diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan
dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya).
Rangkaian proses kegiatan itu dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi
kenyataan di masa yang akan datang.
Selanjutnya, Kurniadin & Machali (2016) menyatakan bahwa perencanaan pada
dasarnya adalah sebuah proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai salah satu fungsi manajemen,
perencanaan mempunyai peran sangat penting dan utama, bahkan yang pertama diantara
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Begitu pentingnya sebauh perencanaan sehingga dikatakan
“Apabila perencanaan telah selesai dan dilakukan dengan benar, sesungguhnya sebagian
pekerjaan besar telah selesai dilaksanakan.”
Perencanaan berarti menentukan apa yang akan dilaksanakan sebagaimana yang
dipaparkan oleh Siagian (2015) Planning dapat didefinisikan sebagai “keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.” Untuk sekedar
mempertegas perbedaan fungsi tersebut pada tingkat administrasi dan manajemen, dapat
dikatakan bahwa administrative planning mencakup segala aspek kegiatan dan meliputi
seluruh unit organisasi, sedangkan managerial planning bersifat departemental dan
operasional. Administrative planning merupakan hasil pemikiran dan penentuan yang bersifat
garis besar, sedangkan managerial planning bersifat lebih khusus dan rinci.
Sependapat dengan itu, Uno (2011) menjelaskan perencanaan yakni suatu cara yang
memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan

vi
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditambahkan oleh Terry (2008 :
46) perencanaan merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunakan asumsi-
asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan kegiatan yang
diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kemudian Siagian (2005) berpendapat bahwa perencanaan merupakan usaha sadar dan
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan
dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya. Definisi sederhana di atas sesungguhnya mengandung
empat pokok pikiran sebagai berikut :
1. Suatu rencana tidak akan timbul dengan sendirinya melainkan lahir sebagai hasil
pemikiran yang bersumber pada hasil penelitian yang telah dilakukan. Artinya, kegiatan
penelitian harus mendahului perencanaan, atau paling sedikit sebagai bagian integral dari
keseluruhan kegiatan perencanaan.
2. Para manajer selaku perencana mutlak perlu memiliki keberanian mengambil keputusan
dengan segala risikonya. Dikatakan demikian karena memang benar bahwa suatu
rencana adalah keputusan yang hendak dilaksanakan di masa yang akan datang dan salah
satu ciri masa depan ialah ketidakpastian.
3. Orientasi suatu rencana ialah masa depan. Perlu ditekankan bahwa perencanaan bukanlah
usaha untuk meramalkan suatu masa depan secara umum, melainkan menentukan bentuk
dan sifat masa depan yang diinginkan oleh organisasi. Sejarah perjalanan organisasi
harus dijadikan sebagai bahan pemikiran dalam menentukan arah yang hendak ditempuh
di masa yang akan datang.
4. Rencana harus mempunyai makna bahwa apabila rencana itu dilaksanakan, ia akan
mempermudah usaha yang akan dilakukan dalam pencapaian tujuan organisasi yang
bersangkutan.
Dengan demikian, dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan
adalah proses dasar dari fungsi manajemen yang sangat penting dalam menentukan arah
kegiatan selanjutnya, dengan adanya perencanaan maka suatu kegiatan atau aktivitas yang
akan dilaksanakan menjadi lebih terarah dan dengan perencanaan yang baik maka tujuan dari
suatu kegiatan dapat tercapai dengan baik pula.

B. Tujuan dan manfaat perencanaan


Menurut Usman (2008) perencanaan bertujuan untuk :
1. Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaannya.

vii
2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik kualifikasinya
maupun kuantitasnya.
4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya,
tenaga, dan waktu.
6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan.
7. Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan.
8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan

Selanjutnya ditambahkan oleh Aedi (2015) tujuan dari perencanaan adalah untuk :
1) Sebagai upaya optimalisasi atau pemetaan sumber daya sebagaimana hasil analisis
internal dan eksternal.
2) Sebagai panduan pelaksanaan, dengan melihat indikator-indikator yang ada
didalamnya.
3) Sebagai gambaran komprehensif kegiatan-kegiatan dan keterkaitannya.
4) Sebagai tolak ukur atau arahan dalam pencapaian tujuan.
5) Sebagai alat untuk meminimalisir atau mengantisipasi berbagai kesulitan dalam
tingkat probabilitas tertentu.
6) Untuk mendeterminasi pembiayaan, waktu, dan tenaga kerja yang diperlukan.
7) Sebagai standar pengawasan.

Kemudian Engkoswara & Komariah (2012) menyatakan bahwa perencanaan yang baik
dilakukan untuk mencapai :
1) “Protective benefits” yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik atau
metode memiliki relevansi yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat
mengurangi risiko keputusan.
2) “Positive benefits” yaitu produktivitas yang dapat meningkat sejalan dengan
dirumuskannya rencana yang komprohensif dan tepat.

Sedangkan manfaat dari perencanaan dikemukakan oleh Usman (2014: 76-77) bahwa
perencanaan bermanfaat sebagai :
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan (memfasilitasi, monitoring, dan evaluasi).

viii
2) Pemilihan berbagai alternatif terbaik (pedoman pengambilan keputusan).
3) Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan.
4) Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5) Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7) Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti (untuk mengantisipasi masalah yang
akan muncul).
8) Meningkatkan kinerja (keberhasilan organisasi tergantung keberhasilan
perencanaannya).

Ditambahkan oleh Sa’ud & Makmun (2014) perencanaan dipandang penting dan
diperlukan bagi suatu organisasi antara lain dikarenakan :
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dapat dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam
masa pelaksanaan yang akan dilalui.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara
yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas. Memilih urutan-urutan
dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran, maupun kegiatan usahanya.
5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha atau organisasi, termasuk
pendidikan.

C. Ruang lingkup perencanaan

ix
Menurut Usman (2014) ruang lingkup perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu,
spasial, dan tingkatan teknis perencanaan. Ketiga dimensi ini saling berinteraksi dan masing-
masing dimensi tersebut sebagai berikut :
 Perencanaan dari Dimensi Waktu
 Perencanaan jangka panjang (Long term planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu 4 lebih sampai 8 tahun ke atas untuk
lingkungan Kemendikbud. Dalam perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-sasaran
yang bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan
ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental, seperti
Propenas.
 Perencaaan jangka menengah (Medium term planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu satu tahun lebih sampai dengan empat
tahun untuk lingkungan Kemendikbud. Di Indonesia umumnya lima tahun.
Perencanaan jangka menengah ini merupakan penjabaran atau uraian
perencanaan jangka panjang. Walaupun perencanaan jangka menengah ini masih
bersifat umum, tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan
secara kuantitiatif, seperti Propeda. Di sekolah disebut Rencana Kerja Sekolah
(RKS).
 Perencanaan jangka pendek (Short term planning)
Jangka waktunya minimal satu tahun untuk Kemendikbud. Perencanaan
jangka pendek tahunan disebut juga perencanaan operasional tahunan, seperti
proyek-proyek. Di lingkungan sekolah disebut Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS).
 Perencanaan dari Dimensi Spasial
Perencanaan dilihat dari dimensi spasial adalah perencanaan yang memiliki karakter
yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah. Dimensi spasial ini dikenal perencanaan
nasional, regional, dan tata ruang atau tata tanah.
 Perencanaan nasional
Perencanaan nasional adalah suatu proses penyusunan perencanaan berskala
nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia yang terarah,
terpadu, menyuluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur,
memperhitungkan dan memanfaatkan sumber daya nasional, dan, memerhatikan

x
perkembangan internasional. Contoh, Propenas dan perencanaan pendidikan di
Indonesia.
 Perencanaan regional
Perencanaan regional ialah pilihan antarsektor dan hubungan antarsektor
dalam suatu wilayah (daerah) sehingga disebut perencanaan daerah atau wilayah.
Misalnya, Propeda dan perencanaan pendidikan di provinsi/kabupaten/kota.
 Perencanaan tata ruang
Perencanaan tata ruang ialah perencanaan yang mengupayakan pemanfaatan
fungsi kawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang, baik secara
ekologis, geografis, maupun demografis. Misalnya, perencanaan tata kota,
perencanaan permukiman, perencanaan kawasan, perencanaan daerah
transmigrasi, dan proyek-proyek.
 Perencanaan dari Dimensi Tingkatan Teknis Prencanaan
 Perencanaan makro
Perencanaan makro ialah perencanaan tentang ekonomi dan nonekonomi
secara internal dan eksternal. Perencanaan ekonomi makro meliputi berapa
pendapatan nasional yang akan ditingkatkan, berapa tingkat konsumsi, investasi
pemerintah dan swasta, tingkat ekspor impor, pajak, bunga bank, dan sebagainya.
Pada setiap perencanaan pembangunan pendidikan nasional, sebelum dirumuskan
secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional maka diperlukan perencanaan
makro yang menggambarkan kerangka makro pendidikan yang berinteraksi satu sama
lainnya. Gunanya untuk melihat keseimbangan kedua faktor tersebut, baik secara
internal maupun eksternal, seperti perencanaan pendidikan nasional.
 Perencanaan mikro
Perencanaan mikro ialah perencanaan yang disusun dan disesuaikan
dengan kondisi otonomi daerah dibidang pendidikan. Perencanaan mikro
disebut juga pemetaan pendidikan. Faktor yang mempengaruhi perencanaan
mikro secara teknis antara lain; (1) kebijakan/ketentuan/standar. (2) Geografis.
(3) Demografi. (4) Infrastruktur. Secara nonteknis antara lain; (1) aspirasi
masyarakat terhadap pendidikan. (2) Sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
(3) Politis. (4) Keamanan.

xi
 Perencanaan sektoral
Perencanaan sektoral adalah kumpulan program dan kegiatan pendidikan
yang mempunyai persamaan ciri dan tujuan. Perencanaan sektoral
memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional yang telah ditentukan. Walaupun perencanaan
sektoral menekankan pada sektor tertentu, namun berhubungan dengan sektor
lain. Misalnya, kaitannya dengan sektor ekonomi dengan nonekonomi, seperti
perencanaan pendidikan lokal/provinsi/kabupaten/kota.
 Perencanaan kawasan
Perencanaan kawasan ialah perencanaan yang memerhatikan keadaan
lingkungan kawasan tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan
komparatif dan kompetitif tertentu. Dalam perencanaan kawasan, hal penting
yang perlu mendapat perhatian adalah interaksi antardaerah. Contohnya,
perencanaan pendidikan kawasan Indonesia Timur.
 Perencanaan proyek
Perencanaan proyek ialah perencanaan operasional yang menyangkut
operasionalisasi kebijakan dan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran
sektor dan tujuan pembangunan. Perencanaan proyek ialah perencanaan yang
mampu menjawab siabidibam (siapa melakukan apa, bilamana, dimana,
bagaimana, dan mengapa) dengan baik. Contohnya Perencanaan Proyek Unit
Sekolah Baru SMK.
 Perencanaan dari Dimensi Jenis
 Perencanaan dari atas ke bawah
Perencanaan ini dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur organisasi,
misalnya pemerintah pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut disampaikan ke
tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota.
 Perencanaan dari bawah ke atas
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga perencana ditingkat bawah dari suatu
struktur organisasi, misalnya dibuat di Provinsi/Kabupaten/Kota untuk
disampikan ke pemerintah pusat. Perencanaan ini dapat pula dibuat oleh
kepala sekolah untuk disampaikan ke pemerintah pusat atau Kepala Dinas
Pendidikan setempat, serta perencanaan ini dapat dibuat oleh guru kepada
kepala sekolahnya.

xii
 Perencanaan menyerong ke samping
Perencanaan ini dibuat oleh pejabat lain bersama-sama dengan pejabat yang
berada dilevel bawah diluar struktur organisasinya, misalnya Depdiknas Jakarta
dan Bapedda Provinsi membuat perencanaan pendidikan sektoral di daerah.
Perencanaan ini disebut juga perencanaan sektoral.
 Perencanaan mendatar
Perencanaan mendatar biasanya dibuat pada saat membuat perencanaan lintas
sektoral oleh pejabat selevel, misalnya perencanaan peningkatan sumber daya
manusia melibatkan pejabat Departemen Pendidikan, Departemen Agama,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Kesehatan, dan
Departemen Sosial.
 Perencanaan menggelinding
Perencanaan menggelinding dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam
bentuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek dinlai setiap tahun pencapai kinerjanya, kemudian
dilanjutkan tahun berikutnya sehingga perencanaan jangka menengah tercapai,
demikian seterusnya. Perencanaan ini menghasilkan Rencana Tahunan dan
Rencana Strategi.
 Perencanaan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas
Perencanaan ini dibuat untuk mengakomodasi kepentingan pemerintah pusat
dengan pemerintah provinsi, oleh sebab itu pembuatannya melibatkan partisipasi
aktif kedua belah pihak.
Selanjutnya ditambahkan oleh Engkoswara & Komariah (2012) yang menyatakan
lingkup perencanaan terdiri dari perencanaan mikro, messo, dan makro.
1. Perencanaan mikro adalah suatu perencanaan pada level operasional ditujukan secara
khusus untuk memperbaiki kemampuan dan kinerja individu atau kelompok kecil
individu. Sehingga lingkup perencanaannya relatif lebih spesifik. Silabus dan rencana
pengajaran adalah contoh dari perencanaan mikro.
2. Perencanaan messo adalah suatu perencanaan level organisasi operasional dan menengah
ditujukan secara khusus untuk memperbaiki kinerja organisasi atau satuan pendidikan
seperti rencana sekolah dan rencana pengembangan mutu SD, SMP, SMA/SMK Dinas
Pendidikan Kab/Kota. Rencana sekolah seperti Rencana Kerja Tahunan dan RPS.

xiii
3. Perencanaan makro adalah suatu perencanaan pada level top organisasi yang menjadi
rujukan perencanaan messo dan mikro. Perencanaan makro ditujukan secara khusus
untuk memperbaiki organisasi secara luas. Contoh perencanaan makro adalah
perencanaan strategis Departemen Pendidikan Nasional, Provinsi,dan Kabupaten/Kota.

D. Proses perencanaan
Perencanaan adalah bagian paling awal dalam suatu proses kegiatan. Dapat
dikatan bahwa dengan adanya perencanaan yang baik maka akan tercapai tujuan dari
suatu kegiatan tersebut. Menurut Allen (1963, dikutip dalam Siswanto, 2010: 45-47),
perencanaan terdiri atas aktivitas yang dioperasikan oleh seorang manajer untuk berpikir
ke depan dan mengambil keputusan saat ini, yang memungkinkan untuk mendahului serta
menghadapi tantangan pada waktu yang akan datang. Berikut ini aktivitas perencanaan
yang dimaksud adalah :
1. Prakiraan
Prakiraan merupakan suatu usaha yang sistematis untuk
meramalkan/memperkirakan waktu yang akan datang dengan penarikan kesimpulan
atas fakta yang telah diketahui.
2. Penetapan tujuan
Penetapan tujuan merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan sesuatu yang ingin
dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.
3. Pemograman
Pemograman adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan maksud untuk
menetapkan; (a) langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan. (b) Unit dan anggota yang bertanggung jawab untuk setiap langkah. (c)
Urutan serta pengaturan waktu setiap langkah.
4. Penjadwalan
Penjadwalan adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi tertentu
guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.
5. Penganggaran
Penganggaran merupakan suatu aktivitas untuk membuat pernyataan tentang
sumber daya keuangan yang disediakan untuk aktivitas dan waktu tertentu.
6. Pengembangan prosedur
Pengembangan prosedur merupakan suatu aktivitas menormalisasikan cara,
teknik, dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.

xiv
7. Penetapan dan interprestasi kebijakan
Penetapan dan interprestasi kebijakan adalah suatu aktivitas yang dilakukan dalam
menetapkan syarat berdasarkan kondisi mana manajer dan para bawahannya akan
bekerja. Suatu kebijakan adalah sebagai suatu keputusan yang senantiasa berlaku untuk
permasalahan yang timbul berulang demi suatu organisasi.

Berdasarkan aktivitas perencanaan di atas, berikut ini adalah langkah-langkah penting


dalam pekerjaan perencanaan :
1. Menjelaskan permasalahan
Permasalahan harus digambarkan dengan jelas. Demikian juga permasalahan harus
dideskripsikan secara singkat karena suatu permasalahan yang dirumuskan dengan cara
efektif adalah setengah selesai.
2. Usaha memperoleh informasi terandal tentang aktivitas yang direncanakan
Pengetahuan tentang aktivitas yang akan direncanakan adalah penting dan perlu untuk
perencanaan yang efektif. Hal ini memiliki pengaruh terhadap aktivitas lain, baik yang
bersifat intern maupun ekstern bagi organisasi. Agar efektif, suatu aktivitas harus
didasarkan atas pengetahuan. Pemahaman pemecahan permasalahan yang lalu, praktik-
praktik organisasi lain, penelitian, pencarian catatan, dan data yang diperoleh dari
penelitian dan percobaan merupakan sumber umum dari informasi yang dapat
digunakan.
3. Analisis dan klasifikasi informasi
Tiap-tiap informasi diperiksa secara terpisah dalam hubungannya dengan informasi
secara keseluruhan. Hubungan timbal balik ditunjukkan dan berhubungan dengan
perencanaan yang dihadapi, ditemukan, dan dinilai. Informasi yang diperuntukkan guna
menghadapi permasalahan yang sejenis diklasifikasikan sehingga data yang sama
disatukan.
4. Menentukan dasar perencanaan dan batasan
Berdasarkan data yang berhubungan dengan permasalahan maupun atas dasar
pendapat yang dianggap penting untuk menetapkan rencana, harus disusun prakiraan
tertentu. Dasar pendapat dan batasan tersebut akan menunjukkan latar belakang yang
dianggap dapat membenarkan rencana.
5. Menentukan rencana berganti

xv
Biasanya terdapat beberapa rencana berganti untuk menyelesaikan pekerjaan dan
berbagai macam alternatif dikembangkan dalam langkah ini. Kecermatan dan kecerdikan
serta kreativitas sering diperlukan untuk memperoleh beberapa rencana yang mungkin.
6. Memilih rencana yang diusulkan
Perlu dipertimbangkan dengan cermat mengenai ketepatan aktivitas yang dipilih
(direncanakan) dengan alokasi biaya yang akan dikeluarkan. Keputusan dalam hal ini
dapat dibuat oleh satu orang maupun terdiri atas sekelompok orang tertentu.
7. Membuat urutan kronologis mengenai rencana yang diusulkan
` Artinya, membuat detail tindakan yang direncanakan akan dilakukan, oleh siapa, dan
bilamana dilakukan dalam urutan yang tepat untuk tujuan yang diinginkan. Pendekatan
yang diikuti maupun penentuan waktu atas rencana yang diusulkan adalah sangat penting
dan harus dimasukkan ke dalam suatu bagian dari rencana. Hal ini lebih sering dikenal
sebagai siasat dalam perencanaan.
8. Mengadakan pengendalian kemajuan terhadap rencana yang diusulkan
Efektivitas suatu rencana dapat diukur melalui hasil yang dicapai. Oleh karena itu,
perlengkapan untuk kelanjutan yang cukup dalam menentukan penyesuaian dan hasil
harus dimasukkan dalam pekerjaan perencanaan. Meskipun secara umum aktivitas
tersebut merupakan pelaksanaan fungsi pengendalian, namun setiap tahap pelaksanaan
pekerjaan tertentu perlu dilakukan pengendalian, demikian halnya dengan setiap tahap
perencanaan.

E. Tahap – Tahap Perencanaan


 Langkah 1 : Analisis Situasional
Sebagaimana dianjurkan oleh pendukung pendekatan kontigensi, perencanaan
dimulai dengan analisis situasional (situational analysis). Dengan kendala waktu dan
sumber daya, perencanaan sebaiknya mengumpulkan, menginterpretasi dan meringkas
semua informasi yang relevan dengan isu perencanaan dalam pertanyaan. Analisis
situasional yang teliti mempelajari kejadian masa lalu, menguji kondisi sekarang, dan
berusaha memprediksi tren masa datang. Hasil dari langkah ini adalah identifikasi dan
diagnosis asumsi perencanaan, isu-isu, dan permasalahan.
Analisis situasional yang seksama akan menghasilkan informasi tentang
keputusan perencanaan yang akan dibuat. Contoh, jika Anda adalah manajer disebuah
perusahaan majalah yang mempertimbangkan untuk merilis publikasi olahraga untuk

xvi
pasar remaja, analisis Anda termasuk beberapa faktor seperti jumlah remaja yang
berlangganan majalah, daya tarik pasar remaja untuk pengiklan, kemampuan perusahaan
untuk melayani pasar secara efektif, kondisi ekonomi saat ini, tingkat ketertarikan remaja
terhadap olahraga, dan majalah olahraga yang telah ada dipasar beserta penjualnya.
Analisis yang terperinci seperti itu akan membantu Anda untuk memutuskan apakah akan
meneruskan langkah selanjutnya untuk merilis majalah.
 Langkah 2 : Tujuan dan Rencana Alternatif
Berdasarkan analisis situasional, proses perencanaan seharusnya menghasilkan
beberapa alternatif tujuan yang akan dicapai pada masa depan dan rencana-rencana
alternatif yang digunakan untuk meraih tujuan-tujuan tersebut. Langkah dalam proses ini
harus menekankan kreativitas serta mendorong manajer dan karyawan untuk berpikir luas
tentang pekerjaan mereka. Ketika berbagai alternatif telah dikembangkan, manfaat dari
rencana dan tujuan yang berbeda-beda akan dievaluasi. Melanjutkan contoh publikasi
majalah, alternatif-alternatif yang bisa dipertimbangkan antara lain, apakah majalah
ditargetkan untuk laki-laki muda, perempuan muda, atau keduanya, dan apakah majalah
tersebut akan dijual secara online, melalui berlangganan, atau stan berita.
Rencana (plan) adalah tindakan atau cara yang dapat digunakan manajer untuk
mencapai tujuan. Pada tingkatan minimal, perencanaan sebaiknya menguraikan tindakan-
tindakan alternatif yang dapat mendukung pencapaian tujuan, sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan melalui cara tersebut, dan penghambat yang bisa
berkembang.
 Langkah 3 : Evaluasi Tujuan dan Rencana
Pada langkah selanjutnya, manajer akan mengevaluasi keuntungan, kerugian, dan efek
potensial setiap tujuan serta rencana alternatif. Mereka harus memprioritaskan tujuan-
tujuan tersebut dan bahkan menghilangkan beberapa diantaranya. Manajer juga harus
memikirkan secara hati-hati implikasi rencana alternatif untuk mencapai tujuan
berprioritas tinggi. Secara khusus, mereka akan memberikan perhatian besar pada biaya
setiap inisiatif dan keuntungan investasi yang akan dihasilkan. Pada contoh penerbitan
majalah sebelumnya, evaluasi mungkin menunjukkan bahwa penjualan hanya dengan stan
majalah tidak cukup untuk menghasilkan keuntungan saat perilisan. Untuk memutuskan,
Anda harus mengestimasi biaya dan hasil yang diharapkan dari setiap alternatif.
 Langkah 4 : Pemilihan Tujuan dan Rencana

xvii
Ketika manajer telah mengevaluasi berbagai tujuan dan rencana, mereka akan
memilih satu yang paling tepat dan dan layak. Proses evaluasi akan mengidentifikasi
berbagai prioritas dan trade-off antara tujuan dan rencana. Contoh, apabila rencana Anda
adalah merilis sejumlah publikasi baru, dan Anda berusaha untuk memilih diantaranya,
Anda mungkin menimbang perbedaan persyaratan awal investasi, ukuran setiap pasar,
kesesuaian dengan lini produk yang ada serta citra perusahaan, dan sebagainya.
Pandangan yang berpengalaman selalu memainkan peran yang penting dalam proses ini.
Namun, mengandalkan pandangan bukanlah cara terbaik.
 Langkah 5 : Implementasi
Ketika manajer sudah memilih tujuan dan rencana, mereka harus melaksanakan
rencana tersebut untuk mencapai tujuan. Rencana terbaik tidak akan berguna bila tidak
diimplementasikan dengan tepat. Para manajer dan karyawan harus memahami rencana,
memiliki sumber daya untuk mengimplementasikannya, dan termotivasi untuk
melaksanakan hal tersebut.
Akhirnya, kesuksesan implementasi menuntut sebuah rencana yang terhubung
dengan sistem lain di organisasi, khususnya anggaran dan sistem imbalan. Apabila
manajer tidak memiliki anggaran atau sumber daya keuangan untuk melaksanakan
rencana, maka rencana hanya akan menjadi nasib. Pencapaian tujuan juga harus
terhubung dengan sistem imbalan organisasi. Banyak organisasi menggunakan program
insentif untuk mendorong karyawan mencapai tujuan dan melaksanakan rencana dengan
baik. Komisi, gaji, promosi, bonus, dan imbalan lainnya didasarkan pada kesuksesan
kinerja.
 Langkah 6 : Pemonitoran dan Pengendalian
Meskipun kadang diabaikan, langkah keenam dari perencanaan adalah sangat
penting. Tanpa kedua hal tersebut, Anda tidak akan mengetahui apakah rencana tersebut
berhasil atau tidak. Manajer harus secara berkesinambungan memonitor kinerja aktual
unit kerjanya dibandingkan dengan tujuan dan rencana unit.
Mereka juga harus membangun sistem pengendalian untuk mengukur kinerja dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengambil tindakan perbaikan ketika
rencana tidak diimplementasikan secara baik dan terdapat perubahan situasi. Contoh
penerbitan majalah, laporan penjualan dengan stan berita dan langganan adalah untuk
mengetahui seberapa baik perilisan majalah tersebut. Apabila penjualan berlangganan
tidak sebaik yang diharapkan, Anda perlu memperbaiki rencana pemasaran.

xviii
F. Dasar – Dasar Pengklasifikasian Perencanaan
Lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana:
1. Bidang fungsional, mencakup rencana produksi, pemasaran, keuangan, dan
personalia. Setiap faktor memerlukan tipe perenanaan yang berbeda. Misalkan, rencana
produksi akan meliputi penrencanaan kebutuhan bahan, scheduling produksi, jadwal
pemilharaan mesin, dsb. Sedang rencana pemasaran berisi target pejualan, program
promosi.
2. Tingakatan organisasional, termasuk keseluruhan organisasi atau satuan-satuan kerja
organisasi. Teknik-teknik dan isi perencanaan berbeda untuk tingkatan yang berbeda
pula. Perencanaan organisasi keseluruhan akan lebih kompleks dari pada perencanaan
suatu satuan kerja organisasi.
3. Karakteristik-karakteristik (sifat) rencana, meliputi faktor-faktor kompleksitas,
fleksibilitas, keformalan, kerahasiaan, biaya, rasionalitas, kuantittif dan kualitatif. Misal
rencana pengembangan produk biasanya rahasia: rencana produksi lebih bersifat
kuantitatif dibanding rencana personalia.
4. Waktu, menyangkut rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Semakin
lama rentangan waktu prediksi dan kejadian nyata, kemungkinan terjadinya kesalahan
semakin besar. Sebagai contoh, tingkat kepastian rencana pembangunan pabrik baru 10
tahun yang akan datang, lebih rendah dibanding rencana untuk pindah kantor 2 minggu
lagi.
5. Unsur-unsur rencana, dalam wujud anggaran, program, prosedur, kebijaksanaan, dan
sebagainya. Perencanaan meliputi berbagai tingkatan dan setiap tingkatan merupakan
bagian dari tingkatan yang lebih tinggi. Perencana ini berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan, seperti program pengiklanan, prosedur seleksi personalia,
anggaran penelitian dan pengembangan, dan seterusnya.

G. Masalah Yang Timbul Dalam Perencanaan


Agar rencana yang telah dibuat dapat terlaksana dengan efektif, manajer harus
mampu mengidentifikasikan beberapa kendala potensial dalam perencanaan dan berusaha
mengatasinya. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah :
1. Ketidakmampuan membuat rencana yang tidak cukup baik.
Tentu saja tidak semua manajer otomatis memiliki kemampuan membuat

xix
perencanaan. Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengalaman, pendidikan atau
bahkan karena diajari atau tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membuat
rencana yang benar.
2. Kurangnya komitmen dalam proses pembuatan rencana.
Mengembangkan sebuah rencana adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran
yang cukup banyak dan menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak
cukup punya waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana yang cukup panjang,
atau bahkan mereka tidak membuat rencana yang memadai karena sebenarnya mereka
takut gagal tidak mencapai yang mereka targetkan dalam rencana tersebut.
3. Lemahnya informasi.
Karena yang menjadi dasar dari sebuah rencana adalah informasi, maka
bagaimanapun canggihnya seorang manajer dalam teknik pembuatan rencana, namun
apabila informasi yang digunakan dalam penyusunan rencana tersebut kurang
memadai (informasi kurang akurat, kurang lengkap, basi), maka rencana tersebut juga
akan kurang bermutu atau bahkan rencana yang gagal.
4. Terlalu berfokus pada masa kini.
Kegagalan mempertimbangkan efek jangka panjang sebuah rencana karena terlalu
menekankan pada penanganan persoalan-persoalan jangka pendek, justru dapat
menyebabkan kegagalan organisasi mempersiapkan masadepan. Seorang manajer
seharusnya memiliki gambaran besar dalam benaknya tentang masa depan dan
sasaran-sasaran jangka panjang yang ingin diraih saat menyusun sebuah rencana.
5. Terlalu mengandalkan diri pada bagian perencanaan.
Banyak organisasi/perusahaan yang memiliki bagian perencanaan atau bagian
perencanaan dan pengembangan tersendiri. Bagian ini yang melakukan penelitian,
studi, membangun model, percobaan, dll, tapi sesungguhnya tidak mengembangkan
perencanaan itu sendiri. Hasil dari bagian ini hanyalah merupakan alat bantu yang
dapat dimanfaatkan oleh manajer dalam membuat rencana, apalagi menyusun sebuah
rencana organisasi tetaplah tanggung-jawab manajer.
6. Memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang dapat dikuasainya.
Kebanyakan manajer hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang paling dikuasai dan
menghindarkan diri hal yang kurang dikuasasi karena khawatir dianggap kurang
mampu. Misalnya memusatkan perhatian pada pembuatan gagasan-gagasan dan ide-
ide baru, namun mengabaikan bagaimana cara menjadikan gagasan/ide tersebut
teraplikasikan karena kurang menguasai operasional organisasinya.

xx
H. Faktor Mempengaruhi Perencanaan
Dalam perencanaan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan :
 Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya. Tidak
terlalu melebar dan terlalu idealis.
 Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat diukur tingkat
keberhasilannya.
 Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-angan.
 Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada. Tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
 Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan, bulanan, triwulan, semesteran
atau tahunan. Sehingga mudah dinilai dan dievaluasi.

I. Contoh Perencanaan Dalam Bidang Kesehatan


Langkah-langkah pokok perencanaan kesehatan meliputi :
a. Analisis situasi
b. Perumusan masalah kesehatan
c. Penetapan prioritas masalah kesehatan
d. Penetapan alternative pemecahan masalah
e. Penyusunan rencana program
f. Rencana penilaian

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019


merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan
(RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
di seluruh wilayah Republik lndonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur

xxi
Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan kesehatan, maka strategi pembangunan kesehatan 2005-2025 adalah:
1. pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. pemberdayaan masyarakat dan daerah
3. pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan
4. pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
5. penanggulangan keadaan darurat kesehatan.
Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya kesehatan
dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan
kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang
didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Kartu Indonesia Sehat menjadi salah satu sarana utama dalam mendorong reformasi sektor
kesehatan dalam mencapai pelayanan kesehatan yang optimal, termasuk penguatan upaya
promotif dan preventif.
Untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang
efektif dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di
dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya secara terintegrasi
dalam fokus dan lokus dan fokus kegiatan, kesehatan, pembangunan kesehatan.
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting yakni :
1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah melalui 4 jenis
upaya yaitu:
a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.
b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat.
c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.
d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care).
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu, bayi, balita,
remaja, usia kerja dan usia lanjut.
3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan.
Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan pada bayi,
balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin, kelompok-kelompok

xxii
berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan, dan daerah
bermasalah kesehatan.
Untuk penguatan ke tiga fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi Puskesmas,
dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM; 2) peningkatan kemampuan teknis
dan manajemen Puskesmas; 3) peningkatan pembiayaan; 4) peningkatan Sistem Informasi
Puskesmas (SIP); dan 5) pelaksanaan akreditasi Puskesmas. Peningkatan sumber daya
manusia di Puskesmas diutamakan untuk ketersediaan 5 jenis tenaga kesehatan yaitu:
tenaga kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kefarmasian dan
analis kesehatan. Upaya untuk mendorong tercapainya target pembangunan kesehatan
nasional, terutama melalui penguatan layanan kesehatan primer, Kementerian Kesehatan
mengembangkan program Nusantara Sehat. Program ini menempatkan tenaga kesehatan
di tingkat layanan kesehatan primer dengan metode team-based. Kemampuan manajemen
Puskesmas diarahkan untuk meningkatkan mutu sistem informasi kesehatan, mutu
perencanaan di tingkat Puskesmas dan kemampuan teknis untuk pelaksanaan deteksi dini
masalah kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan pemantauan kualitas kesehatan
lingkungan.
Pembiayaan Puskesmas diarahkan untuk memperkuat pelaksanaan promotif dan
preventif secara efektif dan efisien dengan memaksimalkan sumber pembiayaan
Puskesmas. Pengembangan sistem informasi kesehatan di Puskesmas diarahkan untuk
mendapatkan data dan informasi masalah kesehatan dan capaian pembangunan kesehatan
yang dilakukan secara tepat waktu dan akurat. Pelaksanaan akreditasi Puskesmas
dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan difokuskan pada daerah
yang menjadi prioritas pembangunan kesehatan.

J. Dampak Pada Pelaksanaan Perencanaan


Dapat dilihat dari sisi positif dan sisi negatif perencanaan, yaitu :
a. Sisi Positif:
• Membantu melihat masa depan
• Koordinasi semakin baik
• Mengurangi ketidakpastian
• Lebih mendekatkan organisasi ke tujuannya

xxiii
b. Sisi Negatif:
• Waktu dan tenaga ekstra
• Penekanan yang berlebihan pada perencanaan mengakibatkan ketidakseimbangan
dengan fungsi lainnya.

K. Kritik Terhadap Perencanaan


Perencanaan formal organisasi telah menjadi populer pada tahun 1960-an dan
sebgaian besar masih populer hingga dewasa ini. Masuk akal bagi sebuah organisasi
untuk menentapkan target dan beberapa arahan. Tetapi kritik telah menantang beberapa
asumsi dasar perencanaan :
1. Perencaaaan dapat menyebabkan kekakuan
Perencanaan formal dapat mengunci organisasi ke tujuan spesifik yang akan
dicapai dalam rangka waktu tertentu. Ketika tujuan tersebut ditetapkan, asumsinya
mungkin bahwa lingkungan tidak akan berubah. Alih – alih menjadi fleksibel atau
bahkan meninggalkan rencana manajer yang terus mengejar tujuan awal mungkin
tidak dapat bertahan dengan lingkungan yang berbeda.
2. Rencana tidak dapat dikembangkan untuk lingkungan yang dinamis
Jika asumsi dasar perencanaan bahwa lingkungan tidak akan berubah (salah),
maka bagaimana seorang manajer dapat melaksanakannya? Lingkungan bisnis saat ini
sering kali bersifat acak dan tidak dapat diprediksi. Mengelola pada kondisi tersebut
ini akan membutuhkan fleksibilitas dan hal itu dpaat tidak berarti tidak terikat pada
rencana formal.
3. Rencana formal tidak dapat mengganti intuisi dan kreativitas
Organisasi sering kali mengalami kesuksesan karena visi inovatif seorang dan
usaha perencanaan mungkin menghalangi visi seperti tersebut. Menurut pandangan
Steve Jobs yang merupakan CEO dari perusahaan besar apple, manajemen formal
dengan perencanaan yang detail akan menghalangi kreativitas dari para anggota
perusahaan.
4. Perencanaan memfokuskan perhatian manajer pada persaingan dewasa ini, bukan
kemampuan bertahan hidup esok
Perencanaan formal mempunyai kecendrungan untuk berfokus pada
bagaimana mengkapitalisasi peluang bisnis yang ada dalam sebuah industri, tetapi
tidak memungkinkan manajer untuk mempertimbagkan penciptaan atau penciptaan-

xxiv
ulang sebuah industri. Konsekuensinya, rencana formal dapat menghasilka kesalah
yang mahal pada saat kompetitor lain mengambil alih pimpinan.
5. Perencanaan formal memperkuat kesuksesan, yang dapat menimbulkan kesalahan
Sulit untuk mengubah atau membuang rencana yang telah terbukti berhasil di
masa lalu, Rencana yang berhasil dapat memberikan perasaan yang palsu tentang
keamanan, yang mempertebal kepercayaan diri atas rencana ketidaktahuan sehingga
mereka dipaksa untuk melakukannya oleh perubahaan lingkungan.
6. Hanya perencanaan belumlah cukup
Tidak cukup bagi manajer untuk hanya merencanakan. Merencanakan untuk
melakukan sesuatu tidaklah cukup tanpa mencanangkan rencana ke dalam gerakan
dan melakukannya. Manajer harus merencanakan dan juga harus melihat bahwa
rencana tersebut dijalankan.

xxv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan adalah tahap paling penting dalam fungsi manajemen, tanpa adanya
perencanaan maka fungsi manajemen yang lainnya, seperti pelaksanaan, pengontrolan, dan
pengawasan tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan perencanaan yang
baik akan memungkinkan tercapainya tujuan dari suatu kegiatan atau aktivitas yang
direncanakan. Adapun tujuan dan manfaat dari perencanaan itu sendiri pada dasarnya ialah
sebagai pedoman, arahan, standar pengawasan, alat untuk berkoordinasi dalam melaksanakan
suatu kegiatan yang direncanakan. Selanjutnya, ruang lingkup dari perencanaan itu sendiri
terdiri dari perencanaan dari dimensi waktu, dimensi spasial, dimensi tingkatan teknis
perencanaan, dan dimensi jenis. Dalam proses perencanaan terdapat beberapa tahapan yang
perlu kita lakukan seperti persiapan perencanaan, menentukan dan menganalisis masalah,
konsep dan desain perencanaan, evaluasi rencana, merumuskan rencana, implementasi
rencana, dan balikan pelaksanaan rencana.

B. Saran
Harapannya, setelah mengetahui defenisi perencanaan, tujuan dan manfaat
perencanaan, ruang lingkup perencanaan, serta bagaimana proses perencanaan itu sendiri,
dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang tentunya selalu melakukan fungsi perencanaan dalam berbagai aktivitas atau
kegiatan dalam proses kepemimpinannya, baik pemimpin di dalam organisasi, perusahaan,
maupun lembaga pendidikan. Selanjutnya, untuk mahasiswa administrasi pendidikan sebagai
calon administrator yang diharapkan dapat menerapkannya di dunia kerja.

xxvi
DAFTAR PUSTAKA

A. Referensi
Aedi, N. (2015). Dasar-dasar manajemen pendidikan. Yogyakarta: Gosyen
Engkoswara & Komariah, A. (2012). Administrasi pendidikan. Bandung: Alfabeta
Ikhwan, A. (2016). Manajemen perencanaan pendidikan islam. Jurnal Edukasi Vol. 04 No.
01. Diakses pada 20 Februari 2018.
Tersedia: https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&as_vis=1&q=manajemen+perencanaan&btnG=. STAI
Muhammadiyah Tulungagung
Kurniadin, D. & Maschali, I. (2016). Manajemen pendidikan: konsep & prinsip pengelolaan
pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sa’ud, S. & Makmun, A. S. (2014). Perencanaan pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sholeh, M. (2007). Perencanaan pembelajaran mata pelajaran geografi tingkat SMA dalam
konteks KTSP. Jurnal Geografi Vol. 04 No. 02. Diakses pada 20 Februari
2018. Tersedia: https://scholar.google.co.id/scholar?
q=jurnal+fungsi+perencanaan&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart&sa=
X&ved=0ahUKEwjH8KeChLTZAhXBoJQKHd-cAJEQgQMIJjAA.
Universitas Negeri Semarang
Siagian, S. P. (2005). Fungsi-fungsi manajerial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Siagian, S. P. (2015). Filsafat administrasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Siswanto. (2010). Pengantar manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Usman, H. (2008). Manajemen teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
(2014). Manajemen teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Uno, H. B. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Terry, G. R. (2008). Prinsip-prinsip manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara

xxvii

Anda mungkin juga menyukai